Anda di halaman 1dari 8

BAB I

ALLAH MEMBENTUK KELUARGA

Kehidupan keluarga kristiani dalam sejarah keselamatan bercermin pada  kehidupan


keluarga Kudus Nazareth, yakni Yesus, Maria dan Yosef. Panggilan hidup keluarga Kudus
ini menjadi dasar panggilan hidup keluarga kristiani. Jika kita bercermin pada kehidupan
Keluarga Kudus Nazareth, kita akan menyadari bahwa keluarga yang kita adalah kelanjutan
dan personifikasi  definitif hidup keluarga Kudus Nazareth. Keluarga Kudus Nazareth
terbentuk karena sudah direncanakan-dikehendaki Allah sejak semula.  Maria adalah seorang
gadis desa yang berasal dari keluarga yang baik, saleh dan taat pada Allah.  Anna dan
Yoakim sebagai orangtua Maria telah mendidik dan membesarkan Maria dalam keluarga
yang baik, saleh dan taat pada Allah. Dari sekian banyak keluarga Yahudi, Anna dan Yoakim
terpilih menjadi keluarga yang diberkati Allah dan Allah berkenan memilih puteri
kesayangan mereka untuk menjadi Bunda Tuhan. Cara Tuhan memilih dan membentuk
Keluarga Kudus Nazareth sangat berbeda dengan persekutuan keluarga Kristiani saat ini.
Dalam Kitab Suci dikisahkan bahwa Malaikat Gabriel diutus Allah untuk memberi kabar
gembira kepada Maria bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus dan melahirkan seorang
anak laki-laki yang diberi nama Yesus. Namun, Maria tidak menerima begitu saja tawaran
Malaikat itu. Maria bingung dan terkejut dengan berita itu sebab Maria belum bersuami.
Keterkejutan Maria adalah reaksi manusiawi yang wajar dan masuk akal. Karena seseorang
yang mengandung tentu harus bersuami. Namun, sebuah dialog yang seru dan mengagumkan
antara Maria dan Malaikat Gabriel berakhir ketika Maria dengan lemah lembut dan rendah
hati menjawab: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; terjadilah padaku menurut
perkataanmu itu” (Luk 1:38).  Dengan jawaban seperti itu, Malaikat pun memutuskan untuk
meninggalkan Maria. Jawaban Maria atas panggilan Allah melalui Malaikat Gabriel adalah
awal terbentuknya Keluarga Kudus Nazareth.

Allah tidak membiarkan Maria sendirian tanpa didampingi seorang laki-laki. Maka
rencana Allah berlanjut dengan mengangkat Yosef seorang tukang kayu dari Nazareth untuk
mendampingi Maria sebagai suaminya. Yosef memang tampaknya seorang yang sepadan
dengan sifat Maria yang penuh pasrah pada rencana dan kehendak Allah. Rencana Allah
sungguh nyata dalam diri Maria dan Yosef sebagai orangtua Yesus. Keluarga kristiani hidup
dengan mendasarkan diri pada kehidupan Keluarga Kudus itu. Hidup  keluarga kristiani 

1
harus mampu menghadirkan kembali kehidupan Keluarga Kudus Nazareth yang baik, saleh,
setia,  dan taat pada kehendak Allah.

“Belajar dari keluarga Kudus Nazareth berarti kita mensyukuri kehadiran Tuhan
dalam sejarah manusia yang membawa kasih dan keselamatan”, Kita dapat bercermin pada
teladan kesetiaan keluarga tersebut. Yusuf seorang yang tulus hati, jujur, dan taat kepada
Allah. Ia dengan setia mengasuh Yesus dan mencari nafkah untuk kehidupan keluarganya.
Maria adalah wanita bersahaja yang setia. Kesetiaan Maria kepada Allah jelas tidak
diragukan lagi. Ia juga isteri yang setia kepada suaminya dan ibu yang setia mendidik serta
mendampingi Yesus anaknya. Bahkan ia tetap setia mendampingi Yesus hingga di kayu salib.
Sedangkan Yesus sendiri pada masa kanak-kanak berada dalam asuhan Yusuf dan Maria (bdk
Luk. 2:51). Walaupun Dia adalah Putera Allah, Ia rela merendahkan diri dan taat dalam
asuhan orangtuanya. Keluarga Kudus Nazareth adalah model Keluarga Kristiani.

Keluarga Kudus Nasaret adalah teladan bagi tiap keluarga Kristiani. Cinta dalam keluarga,
antara suami-istri dan anak-anak didasarkan atas kasih Tuhan. Rahasia Perkawinan Kristiani
diadakan dalam cinta kepada Kristus. Pria dan wanita yang menikah secara kristiani
bertujuan untuk saling mengasihi dalam nama Kristus. Walaupun di dalam berkeluarga selalu
ada duka dan sengsara namun ikatan perkawinan itu tak akan putus karena bersumber pada
Kristus.

2
BAB II

DASAR KEHIDUPAN KELUARGA

Dalam Keluarga Kudus dari Nazaret merupakan contoh teladan bagi setiap keluarga
Kristen. Kita harus datang kepada Yesus, Maria dan Yusuf untuk menggali lebih jelas apa
peran kita sebagai orang tua dan anak dalam keluarga serta memohon berkat mereka bagi
keluarga kita agar dapat hidup sesuai dengan panggilan kita. Mari kita melihat anggota
Keluarga Kudus satu persatu dan apa yang dapat kita timba dari mereka.

Yusuf, suami dan ayah yang patut dicontoh Yusuf adalah orang terdekat  Yesus dan
Maria. Mereka tinggal selama bertahun-tahun satu atap di Nazaret. Sebagai suami, ia menjadi
kepala Keluarga Kudus. Baginya tanggungjawab ini tidak mudah karena Yesus dikandung
dari Roh Kudus dan Maria adalah Perawan Tak Bernoda. Walaupun tugasnya sangat berat,
Yusuf tetap setia pada panggilan hidupnya. Ketika peran kita sebagai suami dan ayah ditolak
dan disangkal dalam kehidupan nyata, Yusuf sebagai panutan untuk memberikan pengertian
yang benar. Yusuf dipilih sebagai suami bagi Maria yang sudah mengandung Yesus karena
Roh Kudus. Namun, saat itu ia tidak tahu bagaimana Maria dapat mengandung. Tetapi karena
rasa cinta dan hormat yang dimilikinya dan keper-cayaan terhadap Maria serta mengetahui
kesalehan Maria, maka ia tidak langsung menarik kesimpulan atau mengambil keputusan
tergesa-gesa. Sebaliknya Yusuf berdoa dan mempertimbangkan jalan keluar yang terbaik.
Akhirnya, ia memutuskan untuk tidak membeberkan keadaan Maria mengingat konsekuensi
yang akan dihadapinya (dalam hukum Yahudi, hukuman mati dengan dirajam batu
merupakan hukuman bagi orang yang berzinah), ia memutuskan untuk meninggalkan Maria
secara diam-diam dan menyerahkannya pada penghakiman Tuhan. Pada saat itu, Tuhan
menampakkan diri di hadapan Yusuf dan memintanya untuk tidak takut menikahi Maria.
Marilah sebagai seorang suami Kristen yang baik, kita berupaya memiliki rasa hormat, cinta
dan penghargaan  terhadap isteri seperti sikap yang dimiliki Yusuf. St. Paulus menuliskan:
"Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia." (Kol.3:19)
Sikap ini merupakan usaha perlindungan terhadap kecurigaan yang tak beralasan, karena
penilaian dan perbuatan ini dapat merusak hubungan perkawinan.

3
Maria, isteri dan ibu yang patut dicontoh. Maria menerima keputusan Yusuf demi
kebaikan Yesus dan dirinya. Maria mematuhi perintah Yusuf ketika pada malam hari Yusuf
membawanya ke Mesir dan bahkan ketika mereka kembali ke Israel dan menetap di Nazaret.
Walaupun Maria telah dipermuliakan tetapi ia tetap menuruti perintah Yusuf.
Di jaman modern ini, khususnya karena tekanan gerakan emansipasi wanita, peranan wanita
sebagai isteri dalam keluarga telah terpengaruh sehingga hubungan suami-isteri seringkali
berubah menjadi ajang perebutan dominasi dan kontrol dalam keluarga. Marilah kita sebagai
pasangan tidak perlu saling ingin mendominasi maupun mengambil kontrol tetapi berupaya
saling membina diri dan mengasihi serta menempatkan kepentingan pasangan terlebih dulu
dengan tanpa mementingkan diri sendiri.  

Kasih Maria sebagai ibu terhadap Yesus seharusnya menjadi inspirasi dan pedoman
bagi para ibu. Kita dapat melihat kasihnya terutama ketika Simeon mengatakan bahwa Yesus
akan menjadi suatu tanda perbantahan dan suatu pedang akan menembus hati-Nya, (Luk.
2:34-35). Maria tidak menolak kesedihan ini terutama ketika mengetahui bahwa anaknya
akan menjadi perbantahan dan ditolak banyak orang. Ketika mereka mengungsi ke Mesir,
Maria menerima perintah dari Tuhan dan percaya bahwa Allah Bapa akan menjaga mereka.
Maria percaya, seperti halnya yang harus dilakukan oleh semua ibu, bahwa setiap orang yang
mencintai Tuhan, seharusnya ia percaya bahwa segala yang terjadi adalah untuk kebaikan. Ini
merupakan pelajaran penting bagi setiap ibu, terutama ketika sedang menghadapi kesulitan
keluarga, agar para ibu tetap percaya pada penyertaanNya.

Cinta Maria kepada Yesus terlihat jelas ketika selama 3 hari Maria mencari Yesus
dalam kesedihannya. Maria tidak putus asa, ia menghalau penderitaan dan kesedihannya.
Sikapnya adalah se-mangat dan pengorbanan diri seorang ibu yang murni dalam mencapai
kepenuhannya sampai di bawah kaki salib di kalvari. Maria berbagi air mata ibu-ibu yang
sangat menderita terhadap peristiwa sedih yang terjadi pada anak-anak mereka. Para ibu
dapat bercermin pada sikap, semangat dan hati yang simpatik Maria.   

Yesus, kaum muda dan anak yang patut dicontoh. Ketika Yesus ingin berada di Bait
Allah, rumah Bapa-Nya karena digerakkan oleh Roh Kudus, Yesus terpisah dari ibu dan
ayah-Nya,Yusuf. Setelah mereka menemu-kan-Nya, Yesus pulang bersama-sama mereka ke
Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan Maria menyimpan semua perkara itu
dalam hatinya. Yesus, walaupun tak terbatas besar-Nya dari kedua orang-tua-Nya, sebagai
Anak Allah tetap menghormati mereka. Yesus menyadari wewenang Maria dan Yusuf
4
sebagai orangtua yang dianugerahkan oleh Allah Bapa. Dengan kerendahan hati-Nya, Ia
menghargai dan menghormati serta patuh kepada mereka sebagai orangtua.Yesus adalah
contoh teladan sempurna bagi kaum muda.

Dalam kehidupan keluarga di jaman modern ini, banyak kita jumpai ada ketegangan
dan penderitaan yang muncul justru berawal dari rumah. Hal ini timbul sebagai akibat dari
pemberontakan kaum muda terhadap kekuasaan orangtua. Dalam hal ini orangtua perlu
memiliki kebajik-an Kristiani mengenai ketaatan pada kekuasaan yang benar. Sikap ini perlu
ditumbuhkan dengan kesadaran dan ke-rendahan hati dalam keluarga agar membentuk
kebiasaan kaum muda untuk taat, hormat terhadap orangtuanya, se-hingga kaum muda juga
terbiasa taat dan cinta pada Tuhan. Taat, rasa hormat dan cinta terhadap orang tua dan Tuhan
ini merupakan jalan untuk melindungi kaum muda dari pengaruh negatif teman-temannya.
Misalnya, pergaulan bebas dan penggunaan narkoba serta mabuk-mabukan. Kaum muda
bercerminlah pada sikap Yesus yang taat dan hormat serta mencintai orangtuanya sebagai
anugerah dari Tuhan. Mari kita sebagai kaum muda senantiasa berupaya menumbuh-
kembangkan sikap ini dengan penuh kerendahan hati dalam semangat mencintai dan
melayani Tuhan, sehingga damai sejahtera itu ada dalam keluarga yang menjadi dambaan
kita semua.

Kembali kepada Keluarga Kudus. Perdamaian harus dimulai dari keluarga karena
keluarga merupakan sel Gereja dan sekolah religius pertama yang menjadi dasar perdamaian
dunia. Marilah kita berdoa kepada Keluarga Kudus agar semua perkawinan dan keluarga
diperbaharui dan diperkuat serta dilindungi dari pengaruh kehancuran yang merata dalam
masyarakat modern dengan cara meneladani Keluarga Kudus dan mohon berkat mereka.
Semoga setiap keluarga di Paroki Kristus Raja ini berupaya saling membina dan meneladani
Keluarga Kudus Nazaret, Yesus, Maria dan Yusuf.

Dasar kehidupan keluarga maria dan yusuf mengandung kasih :

1. Kasih agape
Kasih agape adalah kasih yang tertinggi, karena di dalamnya ada kasih ilahi. Kasih ini
hanya dimiliki oleh orang yang sudah menerima kasih sejati yang ada dalam Kristus
Yesus. Hanya orang yang sudah menerima kasih agape Yesus dalam dirinya-lah yang
dapat mengimpertasikan kasih sejati ini kepada sesamanya. Agape akan membuat
segala sesuatu indah dan murni.

5
2. Kasih Storge
Storge adalah kasih karena ikatan darah, misalnya antara ibu dan anak, ayah dan anak
atau ikatan darah lainnya. Sifat kasih storge mirip dengan philia.

BAB III

FUNGSI DAN TUGAS

Keluarga Yusuf dan Maria adalah teladan bagi tiap keluarga Kristiani. Yusuf dan
Maria adalah contoh pasangan yang takut akan Allah, yang bersama melewati masa-masa
suka dan duka. Semuanya itu mereka lakukan bagi Allah. Betapa indahnya memiliki
pasangan yang seiman dan yang dapat menjaga komitmennya terhadap Kristus dan terhadap
pasangannya. Cinta dalam keluarga, antara suami-istri dan anak-anak didasarkan atas kasih
Tuhan. Rahasia Perkawinan Kristiani diadakan dalam cinta kepada Kristus. Pria dan wanita
yang menikah secara kristiani bertujuan untuk saling mengasihi dalam nama Kristus.
Walaupun di dalam berkeluarga selalu ada duka dan sengsara namun ikatan perkawinan itu
tak akan putus karena bersumber pada Kristus.

Fungsi dan tugas Dalam Keluarga Yusuf dan Maria yakni :

1. Yusuf menunjukkan tanggung jawab dan kepedulian untuk melindungi anaknya dan
ibu anak itu (Mat 2:14).

2. Ada perhatian dan kasih timbal balik antara Yusuf dan Maria sebelum kelahiran
Yesus, yaitu saat mencari penginapan (Luk 2:1-6), maupun sesudah kelahiran Yesus,
yaitu saat penyingkiran ke Mesir (Mat 2: 13-15).

3. Keluarga Yusuf dan Maria yang dipilih Allah yang menjadi seminari bagi Yesus. Dari
hasil pendidikan mereka, Yesus muncul sebagai pribadi yang dewasa, yang sungguh
concern terhadap keadilan. Tentu tidak pertama-pertama karena Yesus sebagai Putra
Allah, namun juga karena kerjasama Maria – Yusuf dalam mendidik Yesus.

4. Kerelaan Yusuf menjadi bapa bagi Yesus dan suami bagi Maria adalah suatu
kerendahan hati dan sekaligus suatu kedudukan istimewa yang memberikan banyak
kewajiban daripada hak kepadanya.

6
5. Yusuf membuktikan cintanya kepada Maria dengan cara menghormati, melindungi,
dan menikahinya.

KESIMPULAN

7
DAFTAR PUSTAKA

http://kristisortui.blogspot.com/2015/02/pada-dasarnya-ada-4-jenis-kasih-yang.html

https://kristusraja.gereja.cc/news/662

https://parokicitraraya.org/2017/05/08/bercermin-pada-keluarga-kudus-nazareth/

https://sathora.or.id/1270/belajar-dari-keluarga-kudus-nazaret-1/

https://www.hidupkatolik.com/2017/12/13/16050/keluarga-nazaret-sebagai-teladan-keluarga/

Anda mungkin juga menyukai