Anda di halaman 1dari 8

Belajar Ketulusan dan Ketaatan dari Yusuf

(Matius 1:18-25 ; 2:1-2)


Herbet Spencer, Seorang Filsuf Inggris (1820-1903)
pada suatu kesempatan pernah mengatakan bahwa,
”Orang-orang yang taat beribadah dan yang memiliki
kemurnian hati dalam berelasi dengan orang lain
akan dengan bijaksana menilai dan
mempertimbangkan secara baik setiap
permasalahan yang dihadapi lalu mengambil
keputusan dan tindakan yang tepat dan benar tanpa
merugikan diri dan orang yang dikasihi dalam hidup
meski keputusan dan tindakan yang diambil itu
berbeda dengan pendapat orang lain.

Maria hamil. Ini berita buruk dan masalah besar bagi


Yusuf. Sebab apa? Yusuf sudah bertunangan
dengan Maria. Berita buruk dan masalah besar yang
datang menimpa hidup Yusuf selaku seorang laki-
laki muda yang tidak terpikirkan oleh akal, tidak
pernah terbayangkan, tidak pernah diduga terjadi.
Berita buruk dan jadi masalah besar karena Yusuf
dan Maria belum hidup bersama sebagai suami-
isteri. Tentu sebagai lelaki muda kehamilan Maria
mendatangkan pukulan yang berat bagi Yusuf
karena kejadian seperti ini (hamil di luar nikah)
biasanya akan menyebar dengan cepat dan menjadi
buah bibir banyak orang. Dunia terasa runtuh karena
segala rencana baik dan harapan untuk hidup
bersama dan menata rumah tangga sebagai suami-
isteri seolah menjadi sia-sia.

Hal yang pasti masyarakat sekitar akan mencemooh


dan mentertawai kehamilan Maria di luar nikah sah.
Yusuf dapat saja dicap oleh sesama orang muda
khususnya para pria muda sebagai laki-laki yang
tidak laku kalau tetap menjadikan Maria sebagai
isteri. Mungkin para sahabat Yusuf akan berkata
kepada Yusuf, “Tinggalkan saja Maria yang telah
berkhianat, dunia ini tidak selebar wajah seseorang.
Carilah gadis lain yang lebih setia dan menjaga
kekudusan hidup pernikahan.

Yusuf memiliki hak untuk mengumumkan


ketidaksetian Maria dan Maria harus menanggung
akibat ketidaksetiaan itu dengan terkena sanksi
dilempari batu hingga mati sesuai hukum Yahudi
(Band.Ul 22:23-24). Yusuf juga memiliki hak untuk
tidak lagi meneruskan pertunangan dengan dasar
yang kuat Maria dianggap telah mengkhianati
dirinya.

Resah dan gelisah, silih berganti di hati Yusuf ketika


mendengar berita kehamilan Maria tunangannya itu.
Lalu bagaimana Yusuf menyikapi berita kehamilan
Maria? Dalam situasi resah dan gelisah itu, Yusuf
mengambil keputusan dan tindakan yang berbeda
dari pandangan umum masyarakat kala itu
berkenaan dengan kehamilan Maria: Yusuf tetap
menerima Maria dan mengambil Maria selaku
isterinya.

Alkitab mencatat tiga aspek penting yang menjadi


dasar pertimbangan Yusuf mengambil keputusan
tetap menerima Maria serta mengambil Maria selaku
isterinya.

Pertama, Yusuf belajar percaya pada Kuasa Allah


dan taat melakukan kehendak Allah (Ay 20-24).

Belajar percaya dan taat mendengarkan suara


Tuhan yang datang berbicara melalui Malaikat, buat
Yusuf menguburkan kecurigaan, pikiran buruk,
perasaan batin yang terbeban dan menghindarkan
Yusuf dari tindakan mempermalukan dan
menceraikan Maria. Percaya akan kuasa Firman
Allah dan taat pada Allah buat Yusuf berbuat seperti
yang diperintahkan Malaikat Tuhan menerima
rencana baik Allah melalui Maria. Yusuf tidak dapat
berbuat apa-apa kecuali dalam sikap ber-Iman
kepada Tuhan lalu mengikuti kehendak Allah dengan
penuh ketaatan mutlak. Meski tidak mudah dan
harus bayar harga yang mahal, Yusuf belajar
percaya kepada Allah dan harus taat pada Allah.
Kehendak Allah harus digenapi melalui Maria
tunangannya. Yusuf menikahi Maria, karena Yusuf
percaya kebenaran Firman Allah bahwa anak di
dalam kandungan Maria adalah dari Roh kudus;
Yusuf taat kepada kehendak Allah dan karena itu
memberi nama Yesus kepada anak yang dilahirkan
dari kandungan Maria sesuai petunjuk Tuhan melalui
Malaikat sebab nama Yesus-Dialah yang akan
menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka
(Ay20-23).

Kedua,Yusuf adalah pribadi yang memiliki ketulusan


hati (Ay 19).

Benar bahwa sempat muncul pertimbangan Yusuf


untuk menceraikan Maria secara diam-diam (ay. 19).
Injil Matius mencatat tindakan Yusuf itu sebagai
tindakan “seorang yang tulus hati” karena tidak ingin
mempermalukan Maria. Ketulusan hati membuat
Yusuf rela mengambil resiko bersama Maria
menanggung beban pergumulan. Tidak mencari
kesenangan bagi diri dan mendatangkan resiko
penderitaan bagi Maria. Tetap ada di samping Maria
untuk saling menghibur dan menguatkan walaupun
kedaan terasa mengecewakan dan menyakitkan.
Ketulusan hati buat Yusuf tetap berkomitmen tetap
berada bersama Maria meskipun rasa cintanya
tersakiti.
Namun ketulusan hati Yusuf tidak dapat dilepaskan
dari ketaatan pada kehendak Tuhan. Ketaatan
mendengarkan suara Tuhan yang berbicara pada diri
Yusuf menjadikan Yusuf dengan tulus hati menerima
Maria dalam keberadaan hidupnya supaya maksud
dan kehendak Tuhan berlaku. Yusuf mendasarkan
Iman bukan pada kejadian di luar dirinya tapi pada
kasih dan ketulusan di dalam hati. Kasih dan
ketulusan di dalam hati lahir karena percaya akan
kebenaran Firman Tuhan dan taat melakukan
kehendak Tuhan.

Ketiga, Yusuf adalah pribadi yang menjaga


kekudusan hidup di hadapan Tuhan (Ay 25). Yusuf
belajar menahan diri untuk tidak tidur bersama Maria
sampai waktu dan rancangan baik Tuhan terlaksana
dalam diri Maria. Meski Maria adalah isterinya tapi
karena Maria ada dalam rancangan indah Tuhan,
Yusuf taat menjaga kekudusan hidup bersama
sampai waktu Tuhan tergenapi.

Menjunjung tinggi kekudusan hidup di hadapan


Tuhan dalam rentang waktu yang Tuhan tentukan
adalah ekspresi dari Iman/percaya pada kebenaran
Firman Tuhan dan ketulusan hati Yusuf membiarkan
rencana dan maksud baik Tuhan tergenapi melalui
Maria isterinya.
PENERAPAN
Dalam perjalanan hidup sebagai orang percaya
sering kita diperhadapkan dengan tantangan dan
masalah yang sangat sulit seperti yang dihadapi oleh
Yusuf. Kita sering didesak harus ambil keputusan.
Cara dan sikap hidup Yusuf mengahadapi tantangan
dan masalah sebagai orang percaya menjadi teladan
bagi kita:

Belajar untuk mendengarkan suara Tuhan,


percaya akan kebenaran Firman Tuhan dan
taat melaksanakan kehendak Tuhan.

Kekuatan orang percaya sebagai pengikut Kristus


untuk tetap berdiri teguh di tengah-tengah badai
permasalahan hidup yang kompleks adalah pada
kepercayaan pada kebenaran Firman Tuhan dan
ketaatan hidup menurut kehendak Tuhan. Itu
sebabnya fokus hidup orang percaya haruslah tertuju
pada bagaimana mendengarkan Tuhan berbicara,
percaya pada kebenaran Firman Tuhan dan taat pula
melaksanakan kehendak Tuhan. Sebab membuat
kita memiliki tujuan dalam melangkah, tidak lagi
bimbang dan ragu berjalan dan hidup yang
menghasilkan buah: cinta kasih, kebaikan dan
kebenaran dalam hidup.
Tuhan ingin setiap orang percaya mengikuti Dia
dengan tulus hati, mendengarkan Dia yang selalu
berbicara dengan hidup setiap saat (melalui Doa,
pujian dan pemberitaan Firman Tuhan) berpegang
teguh pada kebenaran Firman Tuhan, taat menjalani
kehendak Tuhan dan menjaga kekudusan hidup di
hadapan-Nya.

Sebagai keluarga kristen dan umat Tuhan, kita


semua diingatkan bahwa dalam kehiduapan yang
fana ini Tuhan tetap beserta kita. Kita sama mengerti
bahwa hidup kita memiliki batasan waktu. Waktu
akan bergulir selamanya. Musim akan berganti.
Banyak peristiwa akan kita alami: kelahiran,
kematian, tawa, tangisan, peperangan dan
kedamaian. Dalam setiap lembar kehidupan, kita
diingatkan bahwa Tuhan yesus selalu hadir; Tuhan
Yesus selalu campur tangan; Tuhan Yesus
memberikan pertolongan dan kelegaan bagi setiap
orang yang berseru kerpadaNya.
Natal sejatinya bukan soal atribut; bukan soal pernak
pernik;’ bukan soal asesoris. Pohon natal, kerlap-
kerlip lampu dan topi sinterklas hanyalah simbol. Kita
bisa kehilangan sukacita Natal jika kita membalas
kejahatan orang lain dengan kejahatan yang sama.
Kita bisa kehilangan sukacita Natal jika kita sibuk
dengan hal-hal yang sekunder.
Yang utama adalah sungguhkah kita sudah
menyambut Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat
yang menghentikan badai kebencian dan menjadikan
kita pembawa damai sejahtera. Sungguhkah terang
Tuhan hadir dalam kehidupan semua anggota
keluarga kita sehingga kita meninggalkan kekerasan
hati dan cinta akan uang yang adalah akar dari
segala kejahatan.
Mari kita sambut kelahiran Yesus dengan gembira
dan sukacita penuh. Dengan pertolongan Roh
Kudus, kita percaya kuasa Allah senantiasa
memberkati keluarga kita; memberkati gereja kita;
memberkati pemerintah kita untuk tetap menjaga
keutuhan NKRI dengan dasar Pancasila dalam
bingkai kebhinekaan. Tuhan senantiasa menyertai
anak-anakNya dalam situasi apapun dan menolong
mereka mengalami berkatNya yang berlimpah
bersama dengan semua orang yang mengamalkan
kebaikan. Selamat natal. Tuhan Yesus memberkati
perkawinan kita; anak-anak kita dan keluarga besar
kita. Amin.

Anda mungkin juga menyukai