Anda di halaman 1dari 31

1.

Bunda Maria

 Aneka bentuk penegasan iman tentang Maria terpusat
pada kedudukan dan fungsinya dalam sejarah
keselamatan, terutama hubungannya dengan Yesus
Kristus.

 Maria bukan hanya sekedar “meminjamkan” rahimnya


saja, tetapi ia sungguh-sungguh menjadi ibu Yesus. Sebab
tubuh Yesus terbentuk dalam rahim Maria, dan
menerima pertumbuhannya juga dari zat-zat makanan
yang disalurkan kepada-Nya dari Maria, ibu-Nya.

 Secara biologis, bayi Yesus sangat bergantung pada ibu-


Nya (sungguh2 manusia)
 Maria mengandung dan melahirkan seperti
seorang wanita, namun tanpa berhubungan
dengan laki-laki; Dia mengandung dan
melahirkan Yesus berkat kekuatan Roh
Kudus.
 Dengan cara yang khusus, Roh Kudus

memenuhi Maria dengan rahmat dan


membuat keperawanannya menjadi subur
sehingga Maria dapat mengandung dan
melahirkan Allah Putra yang menjadi daging.
Penegasan iman ini
meneguhkan keperawanan
Maria sebelum melahirkan
(virginitas ante partum); tetap
perawan di saat melahirkan
Putera Tunggal-Nya (virginitas
in partum); dan tetap perawan
sesudah mengandung dan
melahirkan (virginitas post
partum)
2. Kisah Hidup Maria
O Menurut penelusuran sejarah, orang tua
Maria adalah Yoakim dan Anna.
O Mereka tinggal di Nazareth. Keluarga yang
baik dan taat beragama.
O Maria adalah seorang gadis yang baru
berusia sekitar 12 tahun ketika malaikat
Gabriel datang kepadanya. Dia baru saja
bertunangan dengan seorang tukang kayu
bernama Yusuf. (Mat 1:18-25)/(Luk 1:26-37)
O Maria takut dan gemetar di hadapan
malaikat. Ia tidak pernah menyangka akan
mendengar berita yang paling luar biasa --
bahwa ia akan memiliki anak, dan anaknya
akan menjadi Mesias. Meskipun ia tidak bisa
memahami bagaimana caranya akan
mengandung Juruselamat, tetapi ia
menjawab kepada Allah dengan keyakinan
dan ketaatan (Luk 1:38)
O Sesudah itu Yosef yang juga telah
dihampiri oleh malaikat dalam mimpi
mengambil Maria sebagai istrinya
3. Nilai-Nilai Ajaran Iman tentang
Maria
1) Maria, Bunda Allah

Maria adalah Ibu Yesus. Fakta iman ini berakar


pada penegasan Paulus kepada jemaat di
Galatia 4:4: “Setelah genap waktunya, maka
Allah mengutus Anak-Nya yang lahir dari
seorang perempuan”. Dengan pernyataan ini,
Paulus mengungkapkan keyakinan imannya
bahwa sama seperti manusia, Yesus serentak
dilahirkan dari seorang perempuan dan
ditempatkan dalam rangkaian manusia.
 Di dalam Lukas 1:26-38, penginjil
mengungkapkan keyakinan iman
bahwa keibuan Maria bukanlah
perkara biologis semata. Lukas 1:30
justru menegaskan bahwa dengan
sebulat hati, Maria merelakan dirinya
menjadi Ibu Yesus.

 Konsekuensinya, relasi unggul dan


tunggal antara Yesus dengan Ibu-Nya
mencakup sisi biologis dan sisi
personal-pribadi: Relasi personal-
pribadi terjalin karena relasi fisik.
Relasi tersebut berciri tunggal, tidak
mungkin terwujud dengan siapapun,
kecuali dengan Ibu Yesus sendiri.
 Maria sungguh dekat dan mencintai
Yesus, begitu sebaliknya, sebagaimana
relasi ibu dan anak.

Yesus yang adalah sungguh-sungguh


Allah menjadi anak Maria. Dengan
demikian Maria juga disebut sebagai
Bunda Allah. Maria tidak melahirkan
manusia biasa. Sejak dalam kandungan
Yesus sudah sungguh Allah dan manusia

Berkat karya Roh Kudus tubuh dan


kemanusiaan Maria disucikan, sehingga
sungguh layak untuk mengandung Yesus
dan membesarkan-Nya seperti seorang
anak manusia.
 Gelar Maria sebagai Bunda Allah dimaksudkan untuk
menjamin bahwa Yesus Kristus sehakekat dengan Allah
dan manusia. Sejak inkarnasi, pribadi-kemanusiaan Yesus
menyatu dengan Ke-Allah-an sehingga sebagai manusia,
Anak Maria itu adalah Allah sejati.

 Konsekuensinya, perempuan yang melahirkan-Nya adalah


Bunda Allah. Gelar ini serentak menangkal berbagai
tuduhan bahwa Allah memiliki seorang ibu dan Maria
melahirkan hanya satu kodrat saja dalam diri Yesus, yaitu
kodrat manusiawi-Nya.
2) Maria, Bunda Perawan
• Kaum Kristiani Perjanjian Baru berkeyakinan bahwa
kehadiran Yesus di bumi fana ini sangat berbeda dengan
manusia biasa. Walaupun Dia dilahirkan dari rahim Ibu-Nya
seperti manusia lainnya, namun Dia tidak diperanakkan dari
seorang ayah, tetapi dikandung dari Roh Kudus, Daya Cipta
Allah sendiri (Matius 1:8).
• Dengan daya Roh Kudus-Nya, yaitu Daya Penciptaan-Nya
(bdk. Kejadian 1:1), Allah membiarkan proses alamiah terjadi
dalam pembentukan Putera-Nya, Yesus Kristus di dalam
rahim Ibu-Nya.
Berkenaan dengan inti pengakuan iman Gereja tentang
kodrat Maria sebagai Ibu dan Perawan, maka patut
direnungkan bahwa Allah memanggil Maria untuk
berpartisipasi dalam rencana keselamatan: menjadi Ibu
Tuhan. Namun, rencana itu berbenturan dengan situasi
Maria yang berstatus perawan. Bagaimanakah
memperdamaikan keibuan dengan keperawanan serta
bagaimanakah Maria melaksanakan tugas panggilannya?
 Pertama, Maria mengalami
kegembiraan dan tawaran
kegembiraan dalam
panggilannya. Rencana Allah
atas dirinya, yaitu menjadi Ibu
Penyelamat dunia
memungkinkan bagi Allah
sendiri untuk turun dan
menjelma di dalam dirinya. Ini
merupakan sebuah privilese,
panggilan istimewa yang tidak
terbandingkan.

 Pengalaman Maria sangat


unik. Allah sendiri yang
menawarkan kegembiraan itu
melalui Malaikat-Nya. Tugas
dan panggilannya memiliki
kemungkinan untuk
kebahagiaan.
 Salam pertama yang diterima Maria bukan
sekadar basa-basi, melainkan sebuah
undangan untuk berbahagia. “Salam hai
engkau yang dikaruniai...” sesungguhnya
Maria dan tugas panggilannya seharusnya
menggembirakan sebab Tuhan kelak
datang ke tengah bangsanya melalui
dirinya.

 Maria bergembira karena dengan tugasnya,


keselamatan semakin menyata dan dekat
dengan manusia. Penantian diubah
menjadi pemenuhan karena panggilannya.
Maria bergembira bukan karena
kebahagiaan diri, tetapi karena melihat
keuntungan yang kelak dialami oleh
banyak manusia, apabila dia menerima
tugas itu.
 Kedua, pada saat yang sama, panggilan Maria
menjadi ibu membawa persoalan tanpa jalan
keluar. Persoalan itu terasa sangat
membebankan, memalukan, bahkan membawa
kesepian atas dirinya. Suasana batin dicetuskan
Maria dalam satu pernyataan, “Bagaimana hal
itu mungkin terjadi sebab aku belum bersuami?
(Lukas 1:34)

Di sinilah letak kekuatan batin Maria: tidak



pasrah menerima saja dengan diam, melainkan
berani mempertanyakan rencana Allah tentang
panggilannya.
 Ketiga, kita menyaksikan satu jalan penyelesaian dari
pihak Allah. Terhadap pertanyaan yang diajukan
Maria; sebuah pertanyaan yang serentak lahir dan
mencerminkan sikap batin Maria untuk tetap
perawan yang sangat sulit diperdamaikan dengan
tugas yang diberikan Allah untuk menjadi Ibu. Jalan
penyelesaikan dari pihak Allah: “Roh Kudus akan
turun atasmu dan kuasa Allah yang Mahatinggi akan
menaungi engkau. Anak itu Anak Allah” (Lukas 1:35).
 Allah yang memanggil dan menugaskan Maria, Dia sendirilah
yang menyelesaikannya dalam diri Maria. Allah sendiri yang
memberikan daya kesuburan dan daya penciptaan dalam diri
Maria. Itu berarti, keperawanan Maria, cita-citanya sama sekali
tidak menghalangi tugas panggilannya untuk menjadi Ibu, tetapi
justru menjadi berkat yang penuh daya sebab Allah sendiri yang
memberikan daya cipta dalam dirinya.
3.Maria Dikandung tanpa Noda Dosa Asal

 “Sejak saat pertama dikandungnya perawan Maria yang


amat bahagia terlindung/terpelihara, bebas dari segala
noda dosa berkat kasih karunia yang seluruhnya istimewa
dari pihak Allah yang Mahakuas.

 Sejak dalam kandungan ibunya, Anna, Maria sudah dipilih


Allah kelak menjadi ibu Yesus.
 Secara bebas, Allah sudah memilih Maria
sejak kekal untuk menjadi Bunda Yesus.
Untuk melaksanakan misinya, dia sendiri
dikandung tanpa noda. Berarti, karena
rahmat Allah dan karena jasa-jasa Yesus
Kristus, Maria dikecualikan dari dosa asal
sejak dalam kandungan

 Pemilihan dan panggilan Maria


sejak awal ini memiliki
konsekuensi yaitu bahwa Maria
telah diistimewakan sejak awal.
Keistimewaan itu terdapat pada
kemanusiaannya yang terbebas
dari dosa asal.
Apa itu dosa asal?
Noda dosa asal adalah sebagai berikut:
Ketidakmampuan manusia untuk mengintegrasikan
kemanusiaannya dalam hubungannya dengan Allah.
Manusia memiliki kecenderungan atau potensi untuk
berbuat dosa. Akan ada kemungkinan ketidaksetiaan
manusia pada Allah.

 Sejak dalam kandungan dan masa kanak-kanak, Allah


sudah menuntun dan menjaga Maria sehingga selalu
baik, kudus dan suci.
 Sejak dalam kandungan, Maria sudah dihindarkan
Allah dari ketidaksetiaan pada Allah.
 Kendati Maria sudah kudus sedari awal
keberadaannya sebagai manusia, namun
kekudusannya senantiasa berkembang
seiring dengan perkembangan diri dan
kepribadiannya di sepanjang hidupnya.
Setiap saat dia menghayati dan menghidupi
kekudusannya dengan sikap batin yang
bebas, kendati hambatan dari luar dirinya
senantiasa menggerogotinya. Kesetiaannya
kepada Allah dan dirinya sendiri tetap dia
hidupi.
4. MARIA DIANGKAT KE SURGA

 Setelah selesai peziarahan


hidupnya di dunia, Bunda
Maria diangkat oleh Allah ke
Surga, tubuh dan jiwanya.
Itulah inti dari dogma Maria
diangkat ke Surga yang
diajarkan oleh Paus Pius XII
dalam Konstitusi Apostolik
Munificentissimus Deus
tahun 1950.
 Sama seperti Kristus yang
dikandungnya dimuliakan
Allah dengan kenaikan-Nya ke
Surga, demikian pula, Bunda
Maria dimuliakan oleh Allah
dengan ia diangkat ke Surga
setelah akhir hidupnya di dunia.
Dalam hal ini, Gereja tidak
memberikan definisi, apakah
Bunda Maria mengalami
kematian terlebih dahulu atau
tidak, sebelum diangkat tubuh
dan jiwanya.
 Totalitas diri Maria dalam keutuhan
“eksistensi duniawinya” beralih ke dalam
eksistensi baru, yaitu “eksistensi
surgawi”.

Perlu digarisbawahi di sini, bahwa Bunda



Maria “diangkat ke Surga” oleh Allah,
bukan “naik ke Surga” dengan
kekuatannya sendiri. Pengangkatan Bunda
Maria ke Surga memberikan pengharapan
bagi penggenapan janji Allah kepada
semua umat beriman yang setia sampai
akhir.
 Maria dianugerahkan kehidupan kekal
berkat rahmat Putera-Nya, Yesus Kristus:
seluruh eksistensi manusiawinya (tubuh
dan jiwa) disempurnakan dan diangkat ke
dalam kemuliaan Allah.
 Dasar: Maka bahwa jika untuk melahirkan
Yesus, Bunda Maria disucikan dan
dikandung tanpa noda dosa, dan selama
hidupnya tidak berdosa (karena tidak
seperti manusia lainnya, ia tidak
mempunyai kecenderungan untuk berbuat
dosa/ concupiscentia), maka selanjutnya,
adalah setelah wafatnya, Tuhan tidak akan
membiarkan tubuhnya terurai menjadi
debu, karena penguraian menjadi debu ini
adalah konsekuensi dari dosa manusia.
• Bahwa pengangkatan Bunda Maria ke surga merupakan
pemenuhan janji Allah bahwa seorang perempuan
(Maria) yang keturunannya (Yesus) akan menghancurkan
Iblis [dan kuasanya, yaitu maut] (lihat Kej 3:15); dan
bahwa pengangkatan ini merupakan kemenangan atas
dosa dan maut (lihat Rom 5-6, 1 Kor 15:21-26; 54-57), di
mana kematian akan ditelan dalam kemenangan (1 Kor
15:54).
 Namun dasar yang kuat dari pengangkatan Bunda
Maria ke Surga adalah karena Maria adalah Bunda
Allah (lih. MD 6,14,21,22,25). Sebab “kemuliaan
seseorang terletak dalam menghormati bapanya, dan
malu anak ialah ibu ternista” (Sir 3:11). Maka fakta
bahwa Kristus mengasihi Bunda-Nya Maria, dan
mempersatukannya di dalam misteri kehidupan-Nya,
menjadikannya layak bahwa perempuan yang
diciptakannya tidak bernoda dan perawan yang
dipilih-Nya untuk menjadi ibu-Nya, menjadi seperti
Dia, menang dengan jaya atas kematian melalui
pengangkatannya ke surga sebagaimana Kristus telah
menang atas dosa dan maut melalui Kebangkitan dan
kenaikan-Nya ke Surga.
4. PERAN MARIA BAGI KITA

 Maria memiliki peran penting dalam sejarah


keselamatan, karena telah menjadi ibu bagi Yesus Sang
Juruselamat. Kesiapsediaan dan ketaatannya adalah kunci
karya keselamatan.

 Ia juga menjadi ibu bagi kita orang Kristen.


Ketaatan dan imannya kepada Allah juga adalah
teladan bagi kita sekarang orang Kristen.

Dalam doa-doa kita bisa meminta doa bersama


dengan Maria. Karena dia adalah Ibu Yesus.

Anda mungkin juga menyukai