Namun Pengkhotbah beranggapan lain. Menurut pandangannya, kematian adalah sesuatu yang positif.
Kita akan renungkan ayat-ayat berikut ini yang berbicara tentang kematian dan arti hidup.
Apalah arti sebuah nama? Begitu komentar dunia. Namun Alkitab berbicara mengenai pentingnya
sebuah nama. Bahkan nama itu lebih berharga daripada kekayaan dunia. Amsal mengatakan bahwa
nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar. ([kitab]Amsal22:1[/kitab])
Di akhir hidup seseorang, kita dapat mengetahui siapakah orang itu. Seseorang yang banyak menabur
berkat, di akhir hidupnya banyak orang yang bersimpati. Begitu juga sebaliknya.
Ini seharusnya membuat kita merenung, mau menjadi seperti orang macam apakah kita? Bagaimana
kita harus hidup supaya hidup kita berarti bagi Tuhan dan sesama? Apa yang harus kita tabur supaya
menuai yang baik?
Di telinga kalangan umum, ayat ini terdengar cukup aneh. Pasalnya, manusia biasanya menyukai
kelahiran daripada kematian. Kelahiran itu sesuatu yang menyenangkan dan melihat bayi kecil adalah
sesuatu yang menyukakan. Kelahiran adalah sesuatu yang baik, namun tidak demikian dengan
kematian.
Kematian adalah sesuatu yang menandakan hidup ini fana, sementara, dan terbatas. Maka pada
umumnya orang tidak menyukai kematian. Namun Pengkhotbah mengatakan bahwa hari kematian
lebih baik daripada hari kelahiran. Mengapa demikian?
Rahasia besar ini hanya bisa dimengerti oleh orang yang percaya kepada Tuhan. Memang kita tahu
bahwa kematian adalah satu akibat dari dosa. Kematian adalah sesuatu yang membawa kita kepada
akhir di dalam hidup di dunia. Tetapi bukan berarti kematian adalah sesuatu yang mengerikan atau
asing. Bagi orang percaya kematian adalah sesuatu yang indah. Mengapa? Pertama, kita akan kembali
kepada Tuhan yang mengasihi kita. Kita akan bersekutu dengan sumber hidup dan sumber bahagian
untuk selama-lamanya. Kedua, kita akan mengakhiri hidup yang penuh dengan air mata ini. Kita akan
masuk ke dalam hidup yang kekal. Kita akan hidup selama-lamanya dengan Tuhan Allah.
Paulus bahkan mengatakan bahwa mati adalah keuntungan. “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan
mati adalah keuntungan.” (Filipi 1:21). Pintu masuk yang membawa manusia kepada neraka diubah
Tuhan melalui karya Kristus menjadi pintu kepada hidup yang kekal. Jadi, bagi orang percaya
kematian justru hal memberikan pengharapan, yakni hidup yang kekal.
“Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah
kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya. Bersedih lebih baik
dari pada tertawa, karena muka muram membuat hati lega. Orang berhikmat senang berada di
rumah duka, tetapi orang bodoh senang berada di rumah tempat bersukaria.”
Sebelum membahas ayat ini, terlebih dahulu kita harus paham bahwa kitab Pengkhotbah adalah
merupakan kitab hikmat bangsa Ibrani. Kitab ini mengajarkan bagaimana petuah-petuah untuk hidup
berhikmat.
Ayat di atas merupakan hal yang kontradiktif bagi pemikiran kita pada umumnya. Namun, sebetulnya
Pengkhotbah sedang mengajak kita merenung, bahwa ketika kita sedang berada di dalam keadaan
suka, biasanya kita tidak memikirkan arti hidup. Dalam keadaan serba senang dan nyaman, kita
cenderung melupakan makna hidup yang dalam.
Kembali kepada kitab Pengkotbah, di sana kita diajak merenung bahwa rumah duka lebih baik
daripada rumah pesta, karena di dalam rumah pesta orang seringkali bersukaria dan melupakan Tuhan.
Sebaliknya di dalam rumah duka, seseorang dapat menyadari beberapa hal:
Semua hal ini membuat manusia merenung tentang apa arti hidupnya. Di rumah duka seseorang
seharusnya mulai memikirkan nilai-nilai kehidupan yang lebih mulia dan kekal daripada nilai-nilai
yang sementara dan yang akan tersapu dengan waktu.
Marilah kita merenungkan bahwa realita kematian adalah realita yang membuat kita memikirkan apa
arti hidup kita. Bagaimana kita menjalani hidup ini? Bagaimana kita ingin mati kelak?
6 Juni 2022