Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH

Tafsiran Alkitab Pengkhotbah 3 : 1 – 14

“Indah Pada Waktunya”

Oleh :

Kevin Kurniawan 43218210014

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI BISNIS

2018
Pengkhotbah 3:1-14
Untuk segala sesuatu ada waktunya
3:1 Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada
waktunya. 3:2 Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam,
ada waktu untuk mencabut yang ditanam; 3:3 ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk
menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun; 3:4 ada waktu
untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk
menari; 3:5 ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu
untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk; 3:6 ada waktu untuk mencari, ada
waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk
membuang; 3:7 ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam
diri, ada waktu untuk berbicara; 3:8 ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada
waktu untuk perang, ada waktu untuk damai. 3:9 Apakah untung pekerja dari yang
dikerjakannya dengan berjerih payah? 3:10 Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah
kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya. 3:11 Ia membuat segala sesuatu indah
pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat
menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. 3:12 Aku tahu bahwa untuk
mereka tak ada yang lebih baik dari pada bersuka-suka dan menikmati kesenangan dalam hidup
mereka. 3:13 Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam
segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah. 3:14 Aku tahu bahwa segala sesuatu
yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya; itu tak dapat ditambah dan tak dapat
dikurangi; Allah berbuat demikian, supaya manusia takut akan Dia.
Satu kata kunci yang bisa kita lihat dalam kitab Pengkhotbah yaitu “Kesia-siaan” (hevel
= angin, asap, uap). Asap yang bisa kita lihat namun tidak bisa didapat, angin yang bisa
dirasa namun tidak bisa diambil. Pengkhotbah mau menyadarkan kita bahwa seperti
itulah kehidupan di dunia ini. Seperti apapun kita di dunia ini, paling sampai generasi
anak dan cucu kita dapat dengan jelas mengenal kita, selanjutnya kita akan lenyap di
telan waktu yang terus berjalan. Siapa yang perduli dengan kita beratus tahun
kemudian?

Tidak ada yang kekal di dunia ini, bagaimanapun usaha kita menjalani hidup di dunia
ini pada akirnya semua akan berlalu. Hal ini perlu kita pahami untuk dapat mendalami
maksud dan pesan yang hendak disampaikan kepada kita melalui kitab Penghotbah
ini. Dan beberapa hal yang dapat kita renungkan melalui nas ini:

1. Segala sesuatu ada waktunya


Ada waktu lahir ada waktu mati, ada waktu menangis ada waktu tertawa, ada waktu
untung dan rugi. Semua ada waktunya yang terkadang terjadi tanpa diduga-duga. Hal
yang membahagiakan bisa datang tiba-tiba dan sebaliknya dukacita juga bisa datang
tiba-tiba.

Maka, menjalani hidup perlu ada keseimbangan, seperti timbangan yang beratnya
sama dikedua sisi. Jika kita berjalan tidak seimbang, maka kita akan jatuh. Bagaimana
agar kita dapat menjalani hidup dengan seimbang dalam setiap situasi? Kita harus
belajar menerima kenyataan yang terjadi, kita tidak bisa mengendalikan hidup yang
kompleks ini, tetapi kita bisa mengendalikan diri menghadapi setiap kenyataan hidup
yang ada.

Jika sedang bahagia, lakukanlah dengan sewajarnya, tidak harus berlebihan sampai-
sampai itu menjadi alat bagi kita untuk tinggi hati, namun terimalah dengan
sewajarnya dengan tahu mengucap syukur kepada Tuhan. Demikian halnya dengan
dukacita yang datang, hadapilah dengan sewajarnya, tidak ada gunanya menyikapi
secara berlebihan. Tetapi serahkanlah semuanya kepada Tuhan yang penuh kuasa.
Tidak selamanya kita beruntung adakalanya kita merugi, tidak selamanya kita tertawa
ada kalanya kita menangis. Untuk segala sesuatu ada waktunya

2. Berhikmat menjalani hidup


Jika Pengkhotbah mengatakan “Segala sesuatu adalah kesia-siaan” adalah supaya kita
memahami dalam diri kita bahwa jika ada yang sia-sia maka ada yang tidak sia-sia, jika
ada yang tidak kekal, maka ada yang kekal. Itulah Allah Tuhan kita yang kekal dan
yang menyediakan kehidupan yang kepada semua orang yang percaya. Iman
pengharapan kita kepada Tuhan yang tidak akan mengecewakan. Berhikmat menjalani
hidup adalah dengan tetap berpengharapan kepada yang tidak sia-sia, yang kekal,
maka takutlah akan Tuhan dalam menjalani setiap kehidupan di dunia ini.

Jika kita bergantung pada apa yang tidak kekal. Jika kita hanya bergantung pada harta
yang kita kumpulkan, maka harta itu bisa tiba-tiba lenyap, jika kita menggantungkan
diri pada kekuatan kita, karena besok kita bisa lemah, jika kita menggantungkan diri
pada pikiran, besok pikiran kita sendiri bisa menyesatkan kita.

Apapun yang kita jalani dan hadapi di dunia ini tetaplah takut akan Tuhan. Sebab kita
tidak bisa paksakan apa yang kita kehendaki maka itu yang terjadi, kita mendapat
seperti apa yang kita usahakan. Tetapi, tetaplah kita yakin sebagaiaman dikatakan
dalam ayat 11 bahwa Tuhan akan membuat segala sesuatu indah pada waktunya.

Anda mungkin juga menyukai