Nutrisi Hati 3
Nutrisi Hati 3
Kumpulan Karangan yang
Membahagiakan
Penerjemah: Dharma Patriot Lamrimnesia
Penyunting: Lobsang Rinchen
Perancang sampul: Seven Lim
Penata letak: Kezya Demetrius
Ilustrator: Kho Tek Mei
ISBN 978-602-52772-2-1
Diterbitkan oleh:
Penerbit Saraswati
Email: penerbitsaraswati@gmail.com
Distributor Lamrimnesia
Care: +6285 2112 2014 1 | Info: +6285 2112 2014 2
Fb: Lamrimnesia & LamrimnesiaStore
Ig: @Lamrimnesia & @Lamrimnesiastore
Tiktok: @Lamrimnesia_
E-mail: info@lamrimnesia.org
Website: www.lamrimnesia.org; www.store.lamrimnesia.com
ii
Daftar Isi
Prakata v
1. Merenungkan Kemalasan (Pema Chödrön) 1
2. Buatlah Cintamu Terampil (Geoffrey Shugen Arnold) 9
3. Buka Hatimu Lebih Jauh (Pema Khandro Rinpoche) 15
4. Adalah Sayang untuk Menyia-nyiakan Krisis yang Baik
(John Tarrant) 21
5. Bagaimana 3 Permata Menyembuhkan Hati Saya Setelah
Kekerasan (Ray Buckner) 33
6. Cara Menjadi Teman Sepanjang Hayat (Frank Ostaseski) 41
7. Kegembiraan yang Sesaat (Ray Buckner) 49
8. Latihan untuk Masa Tragedi (Sam Littlefair) 55
9. Apakah Milikku Lebih Besar Daripada Milikmu (Charles R.
Johnson) 63
10. Hush Puppy (Mary Rose O’Reilley) 69
11. Berlari Menuju Meditasi (Sakyong Mipham Rinpoche) 79
12. Api Ini Sejuk dan Menyegarkan (Cristina Moon) 87
13. Apakah Tidak Ada Adalah Ada (Thich Nhat Hanh) 93
14. Kota-kota Sebelah Dalam (Dzigar Kongtrul Rinpoche) 99
15. Mengapa Saya Tidak Mencoba Bunuh Diri (Brad Warner) 107
16. Kasus Tumimbal Lahir (Guy Armstrong) 115
17. Merenungkan 4 Dasar Perhatian Penuh (Bhante Henepola
Gunaratana) 125
iii
Nutrisi Hati 3
iv
Prakata
v
Nutrisi Hati 3
Mettacitena,
Shierlen Octavia
Perwakilan Dharma Patriot Lamrimnesia
vi
1
Merenungkan Kemalasan
Oleh Pema Chödrön
Kontributor: Serly Octavia
1
Nutrisi Hati 3
2
S
ecara tradisional, kemalasan diajarkan sebagai salah satu
penghalang pencerahan. Ada bermacam jenis kemalasan.
Pertama, ada rasa malas yang didasari kenyamanan. Kita
berusaha tak keluar dari zona nyaman. Kemudian, ada pula rasa
malas yang didasari hilangnya semangat, yang membuat kita
merasa tak termotivasi dan menyerah pada diri sendiri. Ada pula
kemalasan yang didasari perasaan tak acuh. Pada titik ini, kita
berkeras tak ingin ikut campur dengan urusan pihak lain dan
menutup diri.
Orientasi kenyamanan
Orientasi kenyamanan hadir dalam beragam bentuk pula.
Dalam tulisan Sogyal Rinpoche, contohnya, dikatakan bahwa di
Timur kemalasan hadir dalam bentuk berkumpul-kumpul dengan
teman, minum teh, bersantai sepanjang hari. Di Barat, kemalasan
justru hadir dalam bentuk ketergesaan. Orang-orang terburu-buru
melakukan satu hal ke hal lain, dari sasana olahraga ke kantor
ke bar ke pegunungan ke kelas meditasi ke bak cuci di dapur,
ke halaman belakang, lalu ke klub malam. Kita terus, terus, terus
berusaha mencari kenyamanan dan kemudahan
Entah kita berlambat-lambat atau terburu-buru, atau
di belahan dunia manapun kita berada sekarang, kemalasan
dilandasi oleh rasa nyaman dan dicirikan oleh kesengajaan untuk
tak peduli. Kita mencari ketidaktahuan, sebuah kehidupan yang
tak melukai, tak menyulitkan, tak menimbulkan keraguan ataupun
keresahan pada diri. Kita ingin beristirahat dari diri sendiri dan
kehidupan yang kita jalani. Melalui kemalasan, kita mengejar rasa
lenggang dan lega. Tapi, menemukan apa yang kita cari dengan
cara ini ibarat meminum air garam, karena kehausan kita akan
kenyamanan dan kemudahan takkan terpuaskan.
3
Nutrisi Hati 3
4
Merenungkan Kemalasan
5
Nutrisi Hati 3
6
Merenungkan Kemalasan
7
Nutrisi Hati 3
8
2
9
Nutrisi Hati 3
10
A
“ ku memohon welas asihmu. Tolong beri aku jalan menuju
pembebasan,” pinta sang murid.
“Siapa yang mengikatmu?” balas sang guru.
“Tidak ada yang mengikatku,” jawab sang murid.
“Lalu mengapa mencari pembebasan?” sahut sang guru.
Dalam tradisi Mahayana, kebijaksanaan yang tercerahkan
dan welas asih tanpa pamrih dipahami dan disadari sebagai satu
realitas. Hal ini karena realisasi kita mengenai kesunyataan dari
hakikat diri akan membiarkan “welas asih yang tanpa alasan”
bersinar seterusnya. Welas asih ini timbul tanpa kebutuhan atau
keinginan akan pengakuan atau penghargaan, tanpa melekat pada
suatu hasil akhir. Kita dapat memikirkan hal ini sebagai “bergerak
bebas dalam ranah Buddha”— ranah yang didedikasikan untuk
membantu meringankan penderitaan semua makhluk.
Sang Buddha mengajarkan bahwa 3 latihan mendasar
dalam jalan-Nya adalah samadhi (konsentrasi pada satu titik),
prajna (wawasan pengalaman tentang hakikat sejati dari diri
sendiri, orang lain, dan hal lainnya), dan sila (disiplin etis).
Dalam tradisi Zen, ketiga latihan tersebut dipraktikkan dan
disadari sebagai satu kesatuan realitas. Hal ini memiliki implikasi
yang dalam dan luas mengenai bagaimana kita memahami dan
mempraktikkan meditasi kita–bukan hanya di atas bantal, namun
di setiap dan seluruh momen dalam kehidupan sehari-hari kita.
Di sanalah realitas yang sangat penting dari ranah Buddha
dimanifestasikan.
Sebagian besar dari kita ingin melayani. Kita ingin
membantu orang lain dan menjadi berguna. Tetapi bagaimana
kita melakukannya? Bagaimana kita bisa benar-benar bermanfaat
dalam dunia dengan begitu banyak rasa sakit, kompleksitas, dan
kebingungan? Bagaimana kita bertemu apa yang baik dan jahat
di dunia kita tanpa jatuh pada keterikatan dan pandangan salah
11
Nutrisi Hati 3
tentang apa yang baik dan jahat? Bagaimana kita bisa sangat
peduli tanpa menjadi melekat?
Salah satu aspek penting dari welas asih adalah upaya, cara-
cara terampil. Ketika welas asih kita terampil, kita bisa memberikan
sesuatu yang benar-benar bermanfaat. Buddhisme mengajarkan
bahwa kita belajar mengenai welas asih dan cara-cara terampil
melalui pengalaman spiritual kita sendiri—memadukan kemelekatan
dan penderitaan kita dengan kebijaksanaan dan cinta kasih. Hal ini
menjadi basis dari apa yang kita berikan untuk orang lain.
Cara-cara terampil tidaklah abstrak maupun konseptual.
Mereka bersahaja dalam penerapan langsung mereka dan
luhur dalam keinginan mereka menuju pembebasan. Mereka
memperbolehkan kita untuk berpraktik dengan efektif,
membebaskan diri kita, dan menolong orang lain tanpa
keangkuhan atau ketidakberdayaan.
Semua praktik umat Buddhis dapat dipahami sebagai
cara-cara terampil. Kita bisa belajar mengenai bagaimana cara
membawa cara-cara terampil ke dalam praktik sehari-hari kita di
rumah dan di kantor, serta dalam pelayanan kita kepada orang-
orang, bumi, juga keadilan sosial dan rasial. Dalam ajaran Zen,
meditasi adalah cara-cara terampil untuk mengenali, memeriksa,
dan membebaskan banyak bentuk penderitaan yang kita alami.
Dengan mematikan lampu dan melihat melalui mata kebijaksanaan
yang tak terkekang, kita menyadari sifat dasar dari segala sesuatu:
“Apa yang sesungguhnya mengikat kita? Apa yang mengikatmu?”
Meditasi adalah tempat di mana kita belajar untuk berpraktik
dengan welas asih. Kita terlalu mudah untuk marah dan melawan
apa yang tampaknya menyebabkan rasa sakit kita sendiri: pikiran
yang menghantui dan emosi yang menjerat. Namun, adalah
suatu kesalahan untuk percaya bahwa meditasi hanyalah sekadar
praktik konsentrasi, bahwa jika kita dapat menenangkan pikiran,
12
Buatlah Cintamu Terampil
13
Nutrisi Hati 3
14
3
15
Nutrisi Hati 3
16
J angan menyerah pada cinta. Ketika cinta menjadi rumit atau
menyakitkan, bukalah hatimu lebih jauh.
Kalimat di atas merupakan nasihat yang diberikan oleh
guru Buddhis abad ke-19, Patrul Rinpoche. Beliau menceritakan
sebuah kisah mengenai seekor lebah emas yang hidup bahagia
dengan kekasihnya di taman teratai. Semenjak kedua lebah
tersebut bertemu, mereka langsung menjadi akrab. Mereka
tertawa dan tersenyum bersama, juga berbagi pemikiran terdalam
mereka. Namun, kemudian badai menerjang. Kekasih lebah emas
tersebut mati. Dalam sekejap, kebahagiaannya berubah menjadi
penderitaan. Terlepas dari kebaikan kekasih lebah emas ini dan
terlepas dari kenyataan mengenai betapa ia mencintainya, hidup
kekasihnya telah berakhir.
Untuk mengatasi kesedihan tersebut, si lebah emas meminta
nasihat. Ini adalah apa yang dikatakan kepadanya: “Semua
makhluk hidup adalah ibumu dan ayahmu dalam berbagai
kehidupan sebelumnya. Mereka sekarang mengembara dalam
keberadaan yang terkondisi. Meskipun mereka ingin merasakan
kebahagiaan, mereka justru mengalami penderitaan. Mereka juga
mungkin tidak mempunyai teman. Bawalah cinta kasih dan welas
asih ke dalam pikiran kita sambil mengingat orang lain dengan
cara ini. Mengingat mereka akan membangkitkan keberanianmu.
Dengan cinta kasih yang luar biasa, tumbuhkanlah harapan untuk
menghapus penderitaan semua makhluk.”
Nasihat untuk menumbuhkan cinta kasih tanpa batas bagi
semua makhluk ketika kita terpisah dari orang yang kita cintai
adalah ajaran untuk kita semua. Ketika cinta kasih kita terasa
melelahkan dan mencapai batasnya, Buddhisme menyarankan
kita untuk membuka hati kita lebih jauh dan memasuki cinta kasih
yang lebih luas. Membuka hati kita adalah langkah pertama untuk
membangkitkan kepahlawanan alamiah kita yang juga dikenal
17
Nutrisi Hati 3
18
Buka Hatimu Lebih Jauh
hubungan kita dengan orang tua kita bukanlah cinta yang mudah,
bahkan mungkin berpikir seperti ini memunculkan rasa sakit hati.
Tetapi hal tersebut juga merupakan bagian dari praktik, karena
mengembangkan cinta membuat kita berhubungan dengan
keseluruhan pengalaman hidup—baik keindahan dunia maupun
kepedihannya.
Mengingat pengalaman cinta kasih dan kebaikan yang
kita terima mendorong kita untuk terus melangkah melampaui
pemisahan yang kita rasakan. Hal tersebut membantu meleburkan
dinding yang kita bangun di antara diri kita dan orang lain.
Mengetahui kelembutan hati kita, kita sadar bahwa jalan dari cinta
kasih adalah cara hidup otentik karena keaslian dan kelembutan
hati kita yang berwelas asih terjalin bersamaan.
Praktik cinta kasih terkadang berat, bahkan bisa sangat
menyakitkan. Di suatu hari kita memutuskan untuk menjadi
penyayang dan baik hati, berikutnya di hari lain, kita tak bisa
sama sekali terhubung dengan cinta kasih. Apa yang hilang? Di
mana cinta kasih kita ketika kita tidak dapat merasakannya?
Seorang Buddhis yang bijak dari India, Wimalakirti, pernah
bertanya, “Bagaimana kita bisa menemukan cinta kasih Bodhisatwa
yang tak habis-habisnya?” Ia menjawab, “Kita harus memahami
ketanpaakuan dan kesunyataan.” Ketika cinta kasih terasa melelahkan,
kita harus melihat keterbukaan mendasar kita dan mengabaikan ego
kita. Membuka hati kita lebih jauh membuat berbagai sumber daya
tersedia secara spontan. Inilah mengapa mereka berkata bahwa
cinta kasih Bodhisatwa layaknya rembulan yang menyinari ratusan
mangkuk berisi air. Setiap mangkuk dipenuhi dengan sinar rembulan,
tetapi bulan tidak membuatnya terjadi melalui usaha besar-besaran.
Terdapat berlimpah cahaya selama bulan tidak melakukan apa-apa,
memberikan dirinya kilau sinar aslinya.
Berhubungan dengan cinta kasih tanpa batas menawarkan
kita ketenangan hati. Ketika kita menghadapi keadaan kita dengan
19
Nutrisi Hati 3
sikap cinta kasih, hal tersebut menawarkan cara hidup yang stabil
terlepas dari perilaku orang lain. Tidak dapat dipungkiri bahwa
hidup selalu dipenuhi drama dan ketidakpastian, tetapi kita bisa
menghadapinya dengan perasaan tulus dari panggilan hati kita
untuk menumbuhkan cinta kasih lebih lanjut.
Buddhisme mengatakan bahwa karena ketidakkekalan,
orang-orang yang sebelumnya merupakan teman kita dapat saja
menjadi musuh kita sekarang, dan orang-orang yang sekarang
merupakan teman kita dapat saja menjadi musuh kita di kemudian
hari. Teman kita tanpa disadari dapat membahayakan kita. Oleh
karena itu, kita akan menjadi tidak stabil apabila kita bergantung
pada bagaimana persepsi orang lain untuk memutuskan apakah
kita memiliki cinta atau tidak. Kita akan terperangkap dalam
reaksi mereka dibanding hidup dalam ketenangan yang muncul
dari tekad untuk menjalani hidup yang berisi kelembutan dan
kehangatan. Maka, penanaman cinta kasih tanpa batas dan
realisasi keseimbangan batin terjalin bersamaan. Ketika terdapat
drama di taman teratai, kita diyakinkan untuk menemui apa pun
yang datang dengan hati yang lebih terbuka.
20
4
21
Nutrisi Hati 3
22
M urid Zen: “Ketika ada kesulitan yang besar menghampiri
kita, bagaimana seharusnya kita menyambut mereka?”
Guru: “Selamat datang.”
Terlihat mengejutkan bahwa ternyata dunia yang baru
tampak seperti yang lama, kecuali untuk beberapa hal. Dua tahun
yang lalu harga rumah jatuh dari tebing dan hipotik jatuh hingga
ke dasar air. Saat ini, toko perangkat keras masih sepi dan penata
rambut yang ada di pinggir kota yang sibuk tidak memiliki satu
pun pelanggan pada hari Jumat. Fobia terhadap pengeluaran
membuat orang lain juga mengalami fobia–universitas yang hebat
menyatakan pembekuan perekrutan, dan klinik terancam ditutup
karena tidak mampu mengganti resepsionis yang diupahi $9,00
per jam. Berbagai situs konstruksi tergenang air, dan buldoser
yang dimiliki pun tidak terpakai.
Saat ini kita berada di dunia yang baru. Di dunia yang baru,
musim dingin tetap dingin, musim panas tetap hangat; roti, keju,
acar bawang, dan segelas bir masih menjadi makan siang bagi
seorang pembajak; langit masih memiliki celah yang tembus cahaya
saat matahari terbenam setelah hujan; dan daun tembakau juga
masih tetap memiliki bau yang sama. Mungkin semua hal itu tidak
masalah di dunia yang baru. Mungkin kita tidak perlu membuang
krisis ini dengan meratapi dan menggertakkan gigi kita.
“Anda tidak akan ingin menyia-nyiakan sebuah krisis yang
penting, dan yang saya maksudkan dengan hal itu adalah sebuah
kesempatan untuk melakukan berbagai hal yang Anda pikir tidak
dapat Anda lakukan sebelumnya,” ujar kepala staf Gedung Putih,
Rahm Emanuel.
Tidak menyia-nyiakan krisis bisa juga berarti menemukan
kebahagiaan tanpa harus mengubah kondisi dan situasi yang
terjadi di luar sana. Apabila kita memiliki risiko bahwa kita akan
diledakkan, tentu saja hari ini adalah hari yang baik untuk menjadi
23
Nutrisi Hati 3
24
Adalah Sayang untuk Menyia-nyiakan Krisis yang Baik
25
Nutrisi Hati 3
26
Adalah Sayang untuk Menyia-nyiakan Krisis yang Baik
27
Nutrisi Hati 3
28
Adalah Sayang untuk Menyia-nyiakan Krisis yang Baik
29
Nutrisi Hati 3
30
Adalah Sayang untuk Menyia-nyiakan Krisis yang Baik
31
Nutrisi Hati 3
32
5
33
Nutrisi Hati 3
34
K
etika saya memikirkan pengalaman pelecehan seksual dan
kekerasan dalam hubungan saya, saya berpikir mengenai 3
permata dalam ajaran Buddha. Bertahun-tahun lalu, ketiga
permata ini dihilangkan dari hidup saya oleh pasangan saya yang
kasar dan ringan tangan. Selama saya mengarungi hubungan
yang sulit ini, saya merasakan hilangnya 3 ungkapan pikiran
tercerahkan tempat umat Buddha berlindung: Buddha, Dharma,
dan Sangha. Tanpa mereka, saya merasa kehilangan diri saya
yang sebenarnya. Dengan mereka, saya menemukan ruang untuk
penyembuhan.
Saya adalah mahasiswa tahun pertama ketika saya menjalin
hubungan pertama saya. Meski masih terbilang muda, saya merasa
telah menunggu seumur hidup saya untuk membuka hati kepada
orang lain dan merasakan kesenangan dari cinta dan keakraban.
Tumbuh sebagai seorang yang aneh, trans dan berbeda, saya
kesulitan dalam memahami tubuh, hasrat, bahkan tempat saya di
dunia secara sosial dan seksual. Ketika saya menemukan seseorang
yang menarik dan juga menginginkan saya, saya sepenuhnya
merasa gembira (dengan sedikit perasaan ragu yang bercampur
dengan takut). Pada awalnya, hal tersebut sangat menyenangkan.
Kami menghabiskan waktu hingga larut malam mendiskusikan
keadilan rasial, kesukaan kami kepada novelis James Baldwin,
dan seri kanonik ‘aneh,’ The L Word. Akan tetapi, rasa senang
dan gembira itu segera hilang, dan hubungan tersebut dengan
cepat memburuk.
35
Nutrisi Hati 3
36
Bagaimana 3 Permata Menyembuhkan Hati Saya Setelah Kekerasan
Sang Buddha
Dalam ajaran Buddha, kita melihat tokoh sejarah yaitu
Siddhartha Gautama–yang telah sadar–sebagai tempat berlindung.
Kita melihat sosok Buddha sebagai diri kita sendiri. Kita melihat diri
kita sendiri sebagai makhluk yang memiliki benih kebijaksanaan,
pemahaman, welas asih, dan cinta yang dimiliki oleh Sang Buddha.
Sang Buddha mampu melihat penderitaannya, melihat
secara jelas emosi yang ia miliki, pengalamannya, serta apa yang
dibutuhkan komunitasnya.
Selama berada dalam hubungan yang kasar, perasaan
untuk secara jernih melihat diri saya sendiri terganggu. Saya tidak
bisa terbuka pada penderitaan saya. Saya tidak diperbolehkan
menunjukkan rasa sakit yang saya alami. Saya kehilangan seluruh
welas asih pada diri saya sendiri.
Secara mendasar, saya adalah seorang Buddhis–makhluk
hidup yang mengarungi dunia yang menderita–namun kesadaran
itu hilang dari pengalaman saya.
37
Nutrisi Hati 3
Dharma
Istilah Dharma merujuk pada ajaran dari Sang Buddha,
yang telah didalami dan dibangun oleh banyak generasi guru dan
praktisi. Dharma itu seperti sumur pengetahuan, membantu kita
dalam mencapai kehidupan yang berhasil.
Dalam hubungan kasar yang saya jalani, saya tidak
dapat menyerap kebijaksanaan dari ajaran-Nya. Saya memiliki
keterampilan bermeditasi, tapi tidak kemampuannya. Saya terlalu
takut menghadapi kecemasan yang bergemuruh dan kesadaran
akan kebenaran yang muncul ketika bermeditasi. Saya tidak dapat
membuat diri saya melakukan praktiknya. Pada akhirnya, jika saya
melatih diri, saya akan mendengar suara-suara yang memberitahu
bahwa saya terlalu muda, terlalu naif, terlalu merasa tidak aman,
dan terlalu bimbang. Kritik yang melukai tersebut terlalu pedih
untuk dirasakan, dan terlalu sakit untuk direnungkan. Bahkan
kata-kata yang kuat dari Thich Nhat Hanh yang saya baca saat itu
pun tidak dapat menemui jalannya ke dalam hati saya.
Dharma itu radikal dan transformatif ketika kita membuka
diri kepadanya. Di tengah perlakuan kasar yang saya dapatkan,
saya merasa tidak aman untuk melakukan hal tersebut.
Sangha
Pengalaman kekerasan yang saya alami menghancurkan
sangha pribadi saya, komunitas suci berisikan teman-teman saya.
Pada awal hubungan saya, saya merasa yakin kepada teman
saya untuk meminta pendapatnya terkait masalah yang saya
miliki dengan pasangan saya. Saya kembali kepada pasangan
saya untuk membicarakan hal tersebut dan ia merespons dengan
mempermalukan saya yang berbagi kesulitan pribadi dengan
orang lain.
Sejak saat itu, ia membenci teman saya yang satu itu. Ia
marah setiap kali kami berjumpa, dan tak lama kemudian, saya
38
Bagaimana 3 Permata Menyembuhkan Hati Saya Setelah Kekerasan
39
Nutrisi Hati 3
lagi, saya dapat menyerap kata-kata serta ajaran dari Buddha dan
makhluk-makhluk tersadarkan yang telah melanjutkan warisan Sang
Buddha. Saya dapat membiarkan kebijaksanaan mereka menyentuh
hati saya. Saya dapat mengandalkan Sangha saya, teman dekat
saya, ketika saya merasa sakit dan tidak punya harapan.
Ajaran Buddha membantu saya memahami pengalaman
penyiksaan yang saya alami secara lebih jernih. Banyak orang-
orang trans dan genderqueer, sebagaimana pria dan wanita
cisgender yang akhir-akhir ini datang dengan cerita penyiksaan
yang mereka alami, juga membantu saya untuk mengenali dan
memahami pengalaman saya sendiri.
Ketiga permata belum sepenuhnya menyembuhkan rasa sakit
atau trauma yang saya alami, tetapi mereka membuat saya dapat
menghadapi realitas yang sulit ini dengan kebaikan, pemahaman,
dan penilaian adil. Mereka membantu saya memperbaiki hati yang
terluka secara lebih mendalam, mendukung dengan memberikan
kelembutan yang menunjukkan bahwa sangat mungkin untuk
sembuh. Setiap kali saya mengingat pengalaman tersebut, saya
mengingat ajaran singkat Thich Nhat Hanh: bahwa dari lumpurlah
tumbuh bunga teratai. Demikian pula, dari 3 permata muncul
pembebasan, muncul cinta kasih, muncul welas asih, muncul
kesadaran–muncul keteguhan untuk tetap membuat hati saya
lemah lembut, terbuka, berkembang, dan hidup.
40
6
41
Nutrisi Hati 3
42
S
aat seorang teman atau anggota keluarga memberitahu
diagnosis yang mengancam nyawa, atau saat kita melihat
mereka tersandung atau tidak dapat berkata-kata; di saat
itulah kita menyadari bahwa kita akan mendampingi mereka yang
akan menghadapi kematiannya. Bisa saja kita memang secara sadar
membuat pilihan tersebut, atau bisa saja kita tidak punya pilihan.
Adalah hal yang penting di awal untuk mengingat bahwa kita
sebenarnya sudah tahu cara untuk peduli. Kita telah mengulurkan
tangan ratusan kali dengan ribuan cara yang bermakna dan penuh
cinta kasih. Peduli adalah ungkapan alami dari rasa kemanusiaan
kita. Kita dapat memercayai kebaikan hati kita untuk menjadi
pemandu yang dapat diandalkan.
Menawarkan kepedulian itu seperti bermeditasi: tidak ada
satu cara yang benar, tetapi praktik dan panduan dasar dapat
membantu kita.
Menerima Ketidakkekalan
Menyadari bahwa hidup hanya sementara adalah salah satu
prinsip utama ajaran Buddha. Ketidakkekalan adalah kebenaran
dasar yang terjalin dalam eksistensi. Ia tidak dapat dihindari dan
sangat alami. Cara kita untuk menghadapi kebenaran tersebut
akan membuat perbedaan yang berarti.
Salah satu istilah dalam budaya Jepang, mono no aware,
mengungkapkan sebuah sensitivitas estetis yang cukup menantang
untuk diartikan. Ia mengungkapkan kesedihan yang lembut–
sangat tergerak oleh sifat dasar segala sesuatu yang sementara dan
terbatas. Ia tidak berusaha meniadakan kesedihan atas kehilangan
yang kita alami, tetapi mengingatkan kita bahwa keindahan
segala sesuatu dan penghargaan terhadap hal yang kita anggap
berharga akan meningkat seiring kesadaran kita terhadap hakikat
ketidakkekalannya.
43
Nutrisi Hati 3
Anda Cukup
Kita selalu mengacaukan diri kita sendiri–menentukan apa
44
Cara Menjadi Teman Sepanjang Hayat
45
Nutrisi Hati 3
Menghadapi Penderitaan
Bagian penting dari proses penyembuhan adalah melepas.
Namun, tidak akan ada proses melepas sebelum proses menerima.
Sebagaimana ditulis James Baldwin, “Tidak semua yang dapat
dihadapi dapat diubah, tetapi tidak ada hal yang dapat diubah
jika tidak dihadapi.”
Penderitaan semakin diperparah dengan sikap menghindar.
Usaha kita untuk melindungi diri kita sendiri membuat kita hidup
di sebuah sudut yang sempit dan sesak. Kita hanya menerima
sudut pandang yang terbatas sehubungan dengan situasi dan
memandang diri kita secara terbatas pula. Kita berpegang erat
pada hal yang kita kenal untuk menekankan kendali kita, berpikir
bahwa kita dapat menolak apa yang kita takutkan akan menjadi
tak dapat ditoleransi. Ketika kita mundur dan berharap untuk
menyingkirkan pengalaman yang sulit, kita sebenarnya justru
‘membungkusnya.’ Singkatnya, hal yang kita tolak, yang kita
lawan, sebenarnya masih ada.
Penderitaan hanya dapat disingkirkan dengan kebijaksanaan
yang dilatih melalui proses menanyakan sesuatu, bukan
dengan menjemurnya di bawah sinar matahari atau berusaha
menguburnya di ruang bawah tanah yang gelap. Cinta kasih
terwujud melalui penerimaan tanpa rasa takut.
46
Cara Menjadi Teman Sepanjang Hayat
47
Nutrisi Hati 3
48
7
49
Nutrisi Hati 3
50
B
eberapa bulan yang lalu, saya pergi di malam hari
untuk menari di distrik Castro, San Francisco. Para pria
gay tampak menari di antara wanita aneh yang menari
di antara keanehan gender. Menari dalam sebuah lingkaran,
kami menyanyikan lagu dari Adele, Beyonce, dan Lady Gaga–
musik yang dipenuhi dengan lirik yang mendorong kami untuk
mencintai diri sendiri, merangkul hati kami yang hancur, dan hidup
sepenuhnya dalam kegembiraan. Ketika saya menari, kecemasan
saya hilang, dan saya merasa bahwa saya berada di rumah.
Chögyam Trungpa Rinpoche pernah mendeskripsikan klub
malam sebagai ruang bawah tanah yang remang-remang dan
dipenuhi oleh orang-orang yang menghindari ketakutan melalui
bir murah dan menari seperti kera yang sedang mabuk. Akan
tetapi, hal ini berbeda dengan di Castro. Klub ini dipenuhi dengan
orang-orang yang menemukan diri mereka dalam musik, melihat
kegembiraan yang tercermin pada orang lain, dan merasakan
kehangatan yang penuh cinta kasih.
Sejak malam itu, saya telah memikirkan kegembiraan
tersebut. Saat menari di klub malam tersebut, hati saya merasa
sangat puas dan bersemangat. Bagi saya, kegembiraan itu
sederhana, murni, dan ringan–namun hal tersebut hanya sesaat.
Ketika perasaan itu hilang, ketidakhadirannya berpengaruh.
Terkadang kegembiraan meninggalkan kita untuk alasan
yang alami dan jelas, seperti saat kita mengucapkan sampai
jumpa kepada orang yang kita sayangi setelah mengunjungi
sebuah rumah. Di lain waktu, kegembiraan meninggalkan kita
untuk alasan yang sama sekali tidak adil.
51
Nutrisi Hati 3
52
Kegembiraan yang Sesaat
53
Nutrisi Hati 3
54
8
55
Nutrisi Hati 3
56
S
aat terjadi suatu tragedi, kita akan merasa seakan-akan
tanah pijakan kaki kita runtuh, namun pandangan Buddhis
melihat hal ini sebagai peluang untuk merasakan secara
langsung kebijaksanaan dan welas asih, suatu hal yang sangat
dibutuhkan pada saat krisis.
Biksuni Pema Chodron dan guru Zen Bernie Glassman
menawarkan 3 tahap yang bisa kita latih untuk mengatasi tragedi
dan berbagai macam cobaan. Walaupun praktik yang dilakukan
berasal dari 2 tradisi yang berbeda, keduanya memiliki persamaan
yang sangat gamblang.
“Orang-orang akan menyangka bahwa apa yang terjadi
berikutnya bisa mereka prediksi. Mereka salah, dan mereka akan
mendapatkan suatu pelajaran justru dari sesuatu yang tidak
mereka kenal,” kata Bernie kepada Lion’s Roar. “Saya pikir praktik
Tanah Pemakaman juga sangat mirip,” tambahnya, tanda bahwa
dia juga menyetujui praktik Buddhisme Tibet.
Seperti yang Biksuni Pema jelaskan, Tanah Pemakaman
di sini adalah suatu gagasan dalam masyarakat Tibet mengenai
kuburan: berhubung tanah di sana sering membeku, jasad yang
diletakkan pada Tanah Pemakaman dapat menjadi santapan
bagi burung-burung pemakan bangkai. Buddhisme Tibet
menggunakan gambaran Tanah Pemakaman ini sebagai kiasan
atas kerasnya realitas kehidupan manusia. “Hidup manusia bau,
berdarah, dan penuh dengan ketidakpastian,” ujar Biksuni Pema.
“Namun pada saat yang sama, hal tersebut adalah suatu kearifan
yang sangat terang. Gagasan ini adalah basis yang sangat ampuh
untuk mencapai pencerahan,” tambahnya.
Dalam nada yang sama, Biksuni Pema dan Bernie
menjelaskan bagaimana cara memeditasikan satu hal yang tidak
kita kenal, mengarahkan fokus meditasi pada penderitaan, dan
membawa meditasi tersebut pada dunia nyata.
57
Nutrisi Hati 3
58
Latihan untuk Masa Tragedi
59
Nutrisi Hati 3
60
Latihan untuk Masa Tragedi
61
Nutrisi Hati 3
62
9
63
Nutrisi Hati 3
64
S
etiap hari saya mengintai dan mendengarkan para
cendekiawan agama-agama Timur di forum akademik
Buddha-L, mencatat ketika mereka saling menjelaskan
beberapa materi tertutup mengenai tata bahasa Pali atau
menyinggung Sutra yang saya rasa harus saya pelajari. Suatu
hari moderator forum, cendekiawan Richard Hayes, memberikan
sebuah ujian mengenai makna dan implikasi dari kata Sanskerta
maana, yang menurut saya sangat mendalam.
“Menurut beberapa tradisi Abhidharma,” tulis Hayes, “salah
satu rintangan terakhir yang dihadapi seseorang dalam jalan
menuju kebebasan adalah maana, yang biasanya diterjemahkan
sebagai kesombongan. Dalam literatur Abhidharma, maana
digambarkan sebagai kecenderungan untuk berpikir dengan
salah satu dari 3 cara: 1) Berpikir bahwa diri sendiri lebih baik
daripada orang lain; 2) Berpikir bahwa diri sendiri lebih rendah
daripada orang lain; dan 3) Berpikir bahwa diri sendiri setara
dengan orang lain. Kata Sanskerta itu berasal dari akar kata yang
berarti mengukur. Jadi, maana artinya tindakan mengukur atau
membandingkan. Ini adalah semacam pemikiran yang kita lakukan
ketika kita bertanya-tanya, baik pada diri sendiri maupun dengan
lantang, “Apakah milikku lebih besar daripada milikmu? Apakah
milikku sebagus milikmu? Saya rasa Abhidharma benar dalam
menunjukkan bahwa kita semua yang bukan sibuk mengukur diri
kita sendiri berdasarkan standar yang ditetapkan orang lain.”
Hayes menambahkan, “Setelah mengetahui bahwa kita
semua cenderung mengamati sekeliling untuk melihat seberapa
baik diri kita dibandingkan orang lain (karena kita, bagaimanapun
juga, adalah makhluk sosial, dan cara belajar kita yang terbaik
adalah dengan meniru) dan apakah kita masih tampak baik-baik
saja di mata orang-orang yang melihat, bahkan di mata orang-
orang yang pura-pura kita abaikan, saya pikir seseorang dapat
memupuk kebiasaan untuk memfokuskan diri begitu besar pada
65
Nutrisi Hati 3
66
Apakah Milikku Lebih Besar daripada Milikmu?
67
Nutrisi Hati 3
68
10
Hush Puppy
Oleh Mary Rose O’Reilley
Kontributor: Shierlen Octavia, Harvin
69
Nutrisi Hati 3
70
D
i depan bantal meditasi saya adalah sebuah altar di mana
saya menyimpan genta Tibet, sebuah gambar Kwan Im,
simbol dari Bunda Maria, dan sebuah hotdog plastik
merah yang berdecit saat Anda meremasnya.
Ketika saya menceritakan pada orang-orang bahwa saya
sedang melatih anjing saya untuk bermeditasi, mereka terkekeh,
baik umat Buddhis maupun pelatih anjing. Namun meditasi, di
antara semua hal-hal lainnya, hanya soal berdiam diri untuk waktu
yang lama. Kita datang, diam, dan menghilangkan prasangka. Baik
manusia maupun anjing butuh untuk mempelajari kemampuan-
kemampuan ini. Dua puluh lima tahun yang lalu, saya mengadopsi
seekor border collie1 yang kebutuhannya memakan waktu doa pagi
saya. Saya mulai melakukan tugas ganda. Saya akan bermeditasi
dengan dirinya di samping saya. Ketika ia belajar untuk tidak
menggigit lilin yang menyala, hal-ihwal menjadi lebih baik.
Orang-orang bermeditasi untuk berbagai alasan, di antaranya:
untuk memasuki tingkat kesucian, untuk melatih batin dalam stabilitas
dan kedamaian, dan untuk mengatasi pola emosi yang mendalam.
Banyak guru Dharma yang berbicara tentang “memurnikan
alam bawah sadar” dengan cara-cara yang membawa cahaya
penyembuhan pada hal-hal yang tersembunyi di dalam diri kita.
Apakah hal ini berguna untuk anjing? Beberapa orang
akan berkata bahwa anjing tidak memiliki sifat spiritual, tetapi
saya terlalu Fransiskan2 untuk memercayai hal tersebut. Saat saya
memimpin hewan-hewan ke dalam ruang meditasi, saya pergi
bersama mereka bukan hanya sebagai guru, tetapi juga sebagai
anggota sangha yang eksentrik. Latihan kami dalam stabilitas
dan ketenangan batin berevolusi menjadi semacam pencerahan
timbal balik. Ketika saya tenang, mengikuti arus napas, anjing-
71
Nutrisi Hati 3
72
Hush Puppy
73
Nutrisi Hati 3
74
Hush Puppy
75
Nutrisi Hati 3
76
Hush Puppy
6 Ras anjing kecil berbulu putih halus. Berasal dari Pulau Malta, Spanyol
77
Nutrisi Hati 3
78
11
79
Nutrisi Hati 3
80
S
aya mulai berlari hanya untuk memenuhi kebutuhan akan
latihan fisik. Namun, tanpa disadari, saya menemukan diri
saya tengah menerapkan berbagai prinsip yang telah saya
pelajari dalam kehidupan bermeditasi selama ini pada kegiatan
tersebut.
Bagi saya, hubungan antara meditasi dan berlari adalah
hubungan yang alami, di mana yang satu merupakan kegiatan
melatih batin, dan satu lagi merupakan kegiatan melatih jasmani.
Pada zaman dahulu, dipercaya bahwa seseorang akan lebih
bahagia saat dia memiliki pikiran yang fleksibel dan tubuh yang
kuat. Namun, pada zaman modern ini, kita dihadapkan pada
kondisi-kondisi yang menantang keseimbangan antara keadaan
mental dan fisik ini.
Untuk dapat mengatasi hal tersebut, kita perlu
memperhatikan kesejahteraan diri kita. Karena batin dan
jasmani memiliki hubungan yang sangat erat, mengatasi stres
yang ada pada jasmani melalui olahraga secara tidak langsung
juga memberikan dampak kepada batin kita, di mana batin kita
tidak perlu berhadapan dengan ketidaknyamanan yang dialami
oleh jasmani. Jika jasmani dalam keadaan rileks dan fleksibel, ini
juga akan mengurangi hal yang harus dipikirkan oleh batin kita.
Oleh karena itu, latihan fisik dapat membantu membentuk batin
menjadi lebih tenang. Sebaliknya juga, dengan melatih batin, kita
dapat menjadi lebih fokus dalam melakukan latihan fisik.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan kehidupan yang
seimbang, kita perlu aktif berkegiatan dan juga beristirahat. Ketika
kita sedang beraktivitas — baik berlari, berbicara, dan bekerja
— pikiran terlibat dalam sebuah proses sistem saraf simpatik.
Jika kita tidak menyeimbangkannya dengan proses sistem saraf
parasimpatik, di mana kita beristirahat dan menenangkan diri,
kita dapat menjadi lebih gelisah, tegang, dan lebih emosional.
81
Nutrisi Hati 3
82
Berlari Menuju Meditasi
83
Nutrisi Hati 3
84
Berlari Menuju Meditasi
85
Nutrisi Hati 3
86
12
87
Nutrisi Hati 3
88
P
ada 3 April 1582, tuan tanah feodal Oda Nobunaga
memenjarakan guru Zen Kwaisen dan para biksunya dalam
sebuah menara di Biara Yerin-ji di Jepang. Kemudian, dia
membakarnya. Catatan sejarah mengatakan bahwa tidak ada satu
biksu pun yang menjerit selama mereka terbakar hingga mati di
dalamnya.
Sebelum Kwaisen meninggal bersama para biksunya, beliau
memberikan sebuah ceramah Dharma terakhir. Beliau memulai
dengan menanyakan para biksu tersebut bagaimana mereka akan
menggunakan “momen paling penting ini” untuk memutar Roda
Dharma. Setelah setiap biksu merespons, Kwaisen menyimpulkan:
“Ketika batin ditenangkan, bahkan api pun terasa sejuk dan
menyegarkan.”
Bahkan bagi Buddhis yang paling disiplin, bisa menjadi sulit
untuk membayangkan gambaran seperti itu. Alih-alih, ketika kita
memikirkan duduk di sebuah gedung yang terbakar, kita mungkin
mengingat seekor anjing kartun yang sekarang familiar. Anda tahu
kartun yang mana–dia memakai sebuah topi bowler dan memiliki
senyum yang sangat manis, sebuah cangkir kopi di sampingnya
di atas meja, rumahnya dilalap api. Di samping matanya yang
berkaca-kaca, sebuah balon teks bertuliskan, “Semua baik-baik
saja.”
Bagi banyak orang, anjing kartun ini adalah sebuah simbol
bagi distopia politik kita saat ini. Dia adalah teman atau anggota
keluarga kita yang berpandangan hidupnya tidak penting dan
membosankan, tidak menaruh perhatian sama sekali ketika Rusia
meretas demokrasi Amerika, ketika anak-anak meninggal dalam
penembakan di sekolah, dan ketika negara-negara bergerak
sedikit demi sedikit menuju perang nuklir.
Anjing tersebut juga dapat merupakan cerminan dari aktivis
yang lelah, mencoba bertahan pada sedikit gambaran kewarasan
89
Nutrisi Hati 3
90
Api Ini Sejuk dan Menyegarkan
91
Nutrisi Hati 3
92
13
93
Nutrisi Hati 3
94
A
nak-anak memiliki sebuah tempat istimewa dalam tradisi
Buddhis guru Thich Nhat Hanh di Plum Village. Terdapat
praktik-praktik istimewa, ikrar-ikrar, dan program-program
yang dirancang terutama untuk anak-anak dan remaja, dan Thich
Nhat Hanh sering mempopulerkan bagian pertama dari ceramah
Dharma beliau dengan mereka dalam pikirannya. Beliau secara
teratur mengambil pertanyaan dari anak-anak, dan pada umumnya
orang dewasa dapat mengidentifikasi apa yang mereka tanyakan.
Anak-anak mungkin lebih kecil dan lebih muda dan mereka
mungkin memiliki cara-cara unik terkait penggunaan kata-kata,
namun pertanyaan-pertanyaan mereka memperlihatkan bahwa
mereka, seperti halnya orang dewasa, tengah bergumul dengan
kondisinya sebagai manusia. Berikut ini adalah pertanyaan nyata
dari anak-anak dan jawaban penuh wawasan dari Thich Nhat
Hanh dalam sebuah buku ilustrasi baru, Is Nothing Something?
“Saya selalu berusaha memberi jawaban yang menawarkan
hal terbaik dari diri saya,” ujar Thich Nhat Hanh.
“Saya jauh lebih tua dari anak-anak yang menanyakan
pertanyaan-pertanyaan tersebut, tetapi ketika kami duduk dan
bernapas bersama, kami tampak sama”–Andrea Miller.
95
Nutrisi Hati 3
96
Apakah Tidak Ada Adalah Ada?
97
Nutrisi Hati 3
98
14
99
Nutrisi Hati 3
100
P
raktisi spiritual sering kali menginginkan untuk hidup
sendiri di pegunungan yang berada di antara satwa-satwa
liar, meski demikian sebuah kota dapat menjadi lingkungan
yang sepadan atau bahkan lebih mendukung untuk berlatih.
Tidak seperti hutan belantara, kota tidak memiliki banyak pohon;
meskipun terdapat beberapa pohon di taman-taman, namun kota
memiliki sangat banyak orang dan–jika Anda berpikir mengenai
hal tersebut– orang-orang juga bagian dari alam! Karena perkotaan
dipenuhi oleh banyak orang, tentu terdapat banyak kesempatan
untuk melatih kebajikan, welas asih, sukacita dalam kebahagiaan
orang lain, dan perhatian yang sama bagi semua orang.
Di perkotaan, meskipun kita tinggal di apartemen, kita tidak
dapat menghindari fakta bahwa terdapat banyak orang di sekitar
kita. Terdapat wanita tua di sebelah tempat tinggal kita, gelandangan
yang terkadang tidur di serambi, dan seorang pemain drum di
lantai atas tempat tinggal kita. Apabila kita mencoba untuk selalu
mengasingkan diri, kita tidak akan pernah bisa melatih praktik cinta
kasih. Jika, di sisi lain, kita menumbuhkan rasa keterkaitan–sebagai
bagian dari kota kita dengan cara yang serupa seperti kita menjadi
bagian dari keluarga kita–maka kita akan dapat mengembangkan
cinta kasih dan kebaikan untuk semua orang di kota kita serta
memiliki banyak kesempatan untuk berlatih.
Dengan tinggal di perkotaan, kita berhubungan dengan
banyak orang setiap harinya. Terkadang, sekadar tersenyum
pada seseorang atau membukakan pintu untuk orang lain dapat
menjadi bagian dari praktik cinta kasih. Di dalam bus, kita dapat
memberikan tempat duduk kita pada orang yang lebih tua. Jika
kita naik taksi atau mengambil cucian kita, selalu terdapat berbagai
cara untuk mengembangkan keramahtamahan. Terdapat banyak
tunawisma yang tinggal di jalan-jalan. Terkadang mereka duduk
dengan memegang gelas atau topi, meminta uang pada orang-
orang di jalan. Terkadang mereka memegang papan bertuliskan
101
Nutrisi Hati 3
102
Kota-kota Sebelah Dalam
103
Nutrisi Hati 3
104
Kota-kota Sebelah Dalam
105
Nutrisi Hati 3
106
15
107
Nutrisi Hati 3
108
S
aya tidak benar-benar mengenal Tyler, tetapi banyak dari
teman saya yang mengenalnya. Dan mereka merasa sangat
sedih ketika ia melakukan bunuh diri tahun lalu.
Hal ini membuat orang-orang bertanya pada saya—bukan
kali pertama—mengenai bagaimana pandangan Buddhis soal
bunuh diri. Saya memberikan jawaban yang sama dengan yang
saya beri ketika saya ditanya mengenai pandangan Buddhis
terhadap aborsi: Saya tidak terlalu tahu. Hal tersebut menjelaskan
banyak hal tentang Buddhisme. Bayangkan ada seseorang
yang sudah belajar dan berpraktik Katolik selama hampir tiga
puluh tahun tanpa mengetahui posisi gereja terhadap bunuh diri
maupun aborsi. Hal tersebut tidak mungkin terjadi, sebab isu-isu
tadi adalah masalah hangat untuk orang-orang Katolik. Saya tidak
memiliki jawaban yang siap untuk menjawab pertanyaan tersebut,
dan ini membuktikan bahwa hal-hal ini bukanlah isu-isu hangat
bagi para Buddhis dalam tradisi Zen.
Cara membunuh diri yang sangat terkenal dengan
membakar diri telah dilakukan oleh beberapa umat Buddhis di
Vietnam, Tibet, dan di daerah lainnya yang membawa orang-
orang pada kesimpulan bahwa Buddhisme melihat bunuh diri
sebagai tindakan yang mulia. Hal ini tidaklah benar. Bunuh diri
pada umumnya tidak disetujui oleh umat Buddhis dan dipandang
sebagai sesuatu yang harus dihindari sebab cenderung mengarah
kepada kelahiran kembali yang kurang menguntungkan. Ini
tidak berarti bahwa seseorang akan jatuh ke neraka selamanya
karena telah membunuh dirinya (seperti dalam tradisi Katolik),
tetapi bahwa ia menimbulkan kondisi yang dapat membuat
kelahiran mendatang seseorang menjadi lebih sulit dibandingkan
dengan kehidupan saat ini yang dipilih untuk diakhiri sebelum
waktunya. Ini terjadi karena bunuh diri menimbulkan rasa sakit
dan penderitaan yang amat dalam kepada mereka yang mengenal
dan menyayangi si pelaku.
109
Nutrisi Hati 3
110
Mengapa Saya Tidak Mencoba Bunuh Diri
111
Nutrisi Hati 3
tali atau senapan atau pisau atau beberapa pil. Jangan bunuh diri
dengan menghancurkan tubuhmu. Lakukanlah dengan memutus
kehidupanmu sebelumnya dan pergilah menuju arah yang sama
sekali baru. Saya tahu bahwa hal ini tidaklah mudah. Saya tahu
bahwa hal ini bahkan mungkin terlihat mustahil. Akan tetapi, jika
Anda bertanya pada saya sebelumnya mengenai hari di musim
semi tahun 1992 itu, saya akan memberitahu Anda bahwa sama
sekali tidak mungkin bagi saya untuk melakukan hal-hal yang
telah saya lakukan sejak hari itu. Butuh banyak sekali usaha yang
sangat keras sebelum segalanya mulai berubah, walau sedikit.
Namun ketika hal-hal berubah, mereka benar-benar berubah.
Mungkin itu bukan tempat Anda berada saat ini. Mungkin
Anda hanya sedang terjebak di sana untuk mencoba mencari
tahu bagaimana menanggapi berita mengenai orang tercinta yang
memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Mungkin Anda
hanya menginginkan penjelasan. Mungkin Anda hanya ingin
segala sesuatu sama seperti sebelumnya. Mungkin Anda berharap
Anda melakukan sesuatu yang berbeda, mengatakan sesuatu yang
berbeda, berada di suatu tempat di mana Anda bisa mencegahnya.
Anda tidak sendirian. Semua orang yang mengenal orang
yang membunuh dirinya sendiri memiliki pertanyaan-pertanyaan
yang sama dan mempertanyakan diri mereka sendiri dengan cara
yang sama. Namun ketahuilah bahwa hal-hal tersebut hanyalah
gagasan. Hal-hal itu tidak benar-benar berarti banyak. Otak
manusia suka mengorganisasi segala sesuatu. Ia mencoba yang
terbaik untuk memahami apa pun yang dihadapinya. Namun
beberapa hal memang tidak masuk akal. Kita tidak menyukainya.
Akan tetapi, inilah kenyataannya.
Sangat sulit untuk melepas pikiran-pikiran seperti ini.
Namun hanya inilah satu-satunya cara untuk menghadapinya.
Pikiran-pikiran tidak mengarah kepada apa pun. Pikiran-pikiran
tidak membantu. Melepas lebih mudah dikatakan ketimbang
112
Mengapa Saya Tidak Mencoba Bunuh Diri
113
Nutrisi Hati 3
114
16
115
Nutrisi Hati 3
116
A
pa yang terjadi saat kita mati? Pertanyaan ini selalu
ditanyakan oleh kita sebagai manusia selama kita
masih bisa membayangkan masa depan. Banyak opini
bermunculan. Materialis percaya bahwa tidak terjadi apa-apa
setelah kita mati; semuanya berakhir begitu saja. Eternalis percaya
bahwa kita akan memiliki eksistensi berikutnya—antara menderita
atau bahagia selamanya. Agnostik berpendapat bahwa kita
tidak bisa mengetahui hal itu sehingga tidak perlu dipusingkan.
Buddhis percaya bahwa kita akan mengalami tumimbal lahir dan
keadaan kelahiran kita dipengaruhi oleh perbuatan masa lampau.
Semua pendapat ini dipertahankan oleh mereka, walaupun
saat ditanyakan lebih lanjut, mereka akan mengakui bahwa, ya,
sebenarnya kita tidak benar-benar tahu.
Tumimbal Lahir pada Buddhisme Awal, sebuah buku
karya Biksu Analayo, penulis salah satu karya terkemuka
berjudul Satipatthana: The Direct Path to Realization, melakukan
pendekatan atas pertanyaan ini dari berbagai sudut pandang,
dengan memeriksa prinsip-prinsip tumimbal lahir dari ajaran
awal Sang Buddha, debat historis, pengalaman-pengalaman mati
suri, dan riset modern. Walaupun Biksu Analayo adalah praktisi
dan akademisi tradisi Buddhisme awal, tidak ada polemik di sini.
Beliau menyatakan bahwa walaupun beliau bersimpati pada
gagasan tumimbal lahir secara personal, beliau merasa bahwa hal
tersebut bukanlah isu yang krusial.
Tujuan Biksu Analayo bukan untuk persuasi, namun untuk
mengerti “sesuatu hal sebagaimana adanya.” Hal tersebut
terbukti dari tulisannya yang seimbang dan bergaya akademisi
serta setiap pernyataannya yang selalu didukung oleh fakta. Meski
begitu, Biksu Analayo tidak menghindar dari kontroversi dengan
mempertimbangkan baik-baik setiap sudut pandang. Karya ini
memiliki pendekatan yang menyegarkan untuk suatu topik yang
selalu dipenuhi oleh polarisasi pendapat atau argumen.
117
Nutrisi Hati 3
118
Kasus Tumimbal Lahir
119
Nutrisi Hati 3
120
Kasus Tumimbal Lahir
Dhammaruwan
Bagian paling menarik dari cerita anak-anak di buku ini
adalah Dhammaruwan, seorang anak Sri Lanka yang lahir pada
tahun 1968. Pada usia 2 tahun, ia dengan spontan mulai duduk
bermeditasi dan bernyanyi dalam waktu lama. Akhirnya seseorang
menyadari bahwa dia sedang melantunkan ceramah Buddhis
dalam bahasa Pali, tetapi dalam melodi tradisional (kirtan) alih-
alih ritme monoton yang lebih banyak digunakan pada saat ini.
Anak itu menjelaskan bahwa dia telah mempelajari nyanyian itu
dalam kehidupan sebelumnya di India ketika dia hidup sebagai
121
Nutrisi Hati 3
122
Kasus Tumimbal Lahir
123
Nutrisi Hati 3
124
17
125
Nutrisi Hati 3
126
L
atihan perhatian penuh sudah lama mengakar dalam tradisi
Buddhis. Lebih dari 2600 tahun yang lalu, Sang Buddha
menasihati para biksu senior dan petapa yang bertanggung
jawab meneruskan ajaran-Nya kepada orang lain untuk melatih
murid-murid dalam 4 dasar perhatian penuh.
“Empat dasar yang mana?” Tanya mereka kepada Sang
Buddha.
“Kemarilah, kawan,” jawab Sang Buddha. “Merenungkan
dengan khidmat tubuh dalam tubuh, dengan giat, mengerti dengan
jelas, menjadi satu, dengan pikiran yang terkonsentrasi pada satu titik,
agar dapat mengetahui tubuh sebagaimana mestinya. Merenungkan
dengan khidmat perasaan dalam perasaan, agar dapat mengetahui
perasaan sebagaimana mestinya. Merenungkan dengan khidmat
pikiran dalam pikiran, agar dapat mengetahui pikiran sebagaimana
mestinya. Merenungkan dengan khidmat Dharma dalam Dharma,
agar dapat mengetahui Dharma sebagaimana mestinya.”
Latihan untuk merenungkan (atau yang kita kenal sebagai
meditasi) 4 dasar perhatian penuh–tubuh, perasaan, pikiran, dan
Dharma (atau fenomena)–sangat dianjurkan untuk dilakukan pada
setiap tahap dalam ajaran spiritual. Seperti yang Buddha jelaskan
setelahnya, setiap orang, baik yang sedang berlatih, yang baru saja
tertarik dalam ajaran Buddhis, petapa dan biarawati, dan bahkan
Arhat dan meditator terlatih yang telah mencapai tujuan untuk
terbebas dari penderitaan, “akan dimantapkan dan dibangun dalam
pengembangan dari keempat dasar perhatian penuh tersebut.”
Dalam Sutra ini, Sang Buddha menyampaikan ajaran
terutama kepada komunitas biksu, petapa dan biarawati yang
telah mendedikasikan hidupnya untuk melakukan latihan spiritual.
Berdasarkan hal ini, Anda mungkin berpikir, “Apakah orang yang
memiliki keluarga dan pekerjaan, juga orang-orang dengan budaya
Barat yang sibuk, dapat merasakan keuntungan dari praktik
127
Nutrisi Hati 3
128
Merenungkan 4 Dasar Perhatian Penuh
129
Nutrisi Hati 3
130
Merenungkan 4 Dasar Perhatian Penuh
131
Nutrisi Hati 3
132
18
133
Nutrisi Hati 3
134
J
ika Anda berpikir untuk melakukan retret panjang, ada
beberapa hal yang harus ditanamkan dalam pikiran Anda.
Pertama-tama, apakah motivasi Anda? Apakah Anda
melakukannya supaya dapat menjadi lebih baik lagi dalam melayani
orang lain? Atau apakah Anda melakukan ini untuk menambah
pengalaman dalam rangkuman spiritual Anda? Beberapa retret
3 tahun akan memberikan gelar “panjang” untuk orang yang
berhasil menjalaninya. Retret seharusnya mengecilkan ego Anda,
bukan membesarkannya. Anda akan mengalami kemajuan pesat
dalam retret panjang, atau boleh jadi kemunduran. Ini bukanlah
hal yang bisa dilakukan semua orang. Periksalah secara mendalam
alasan Anda melakukan ini.
Bersiaplah
Meditasi adalah yang terakhir dari 3 sarana untuk mencapai
135
Nutrisi Hati 3
Kerja Keras
Adalah hal yang mudah untuk merasa puas dalam retret
panjang. Sadari betapa berharganya terbasahi dalam Dharma,
dan ingatlah bahwa retret dan kehidupan akan berakhir dengan
cepat. Berlatihlah seakan rambut Anda sedang terbakar. Anda
akan keluar dari apa yang Anda masuki.
136
Sebelum Anda Menjalani Retreat Panjang
137
Nutrisi Hati 3
138
19
139
Nutrisi Hati 3
140
B
uddhisme belum terlalu mempermasalahkan dan
membahas soal tubuh. Mayoritas mazhab Buddhis terus
berfokus kepada batin sebagai area dari pencapaian
tertinggi dan memberikan status yang jauh lebih rendah pada
tubuh sebagai sebuah jalan yang layak untuk dieksplorasi.
Masalah yang terkait dengan sikap ini adalah pengalaman
pada tubuh memberikan beban bagi batin. Jika hal tersebut
hilang, maka batin dapat dengan mudah hanyut ke dalam alam
yang jernih, setinggi mungkin, sebuah bayangan dari kesadaran
yang dimaksudkan dari latihan dan praktik meditasi. Batin pada
akhirnya ingin memiliki landasan atas kehadiran tubuh, bukan
melarikan diri darinya. Jika Anda ingin memiliki batin yang
seimbang, Anda perlu menciptakan tubuh yang seimbang untuk
mendukung hal tersebut.
141
Nutrisi Hati 3
142
Tuibuh yang Seimbang dan Jalan Tengah
143
Nutrisi Hati 3
144
Tuibuh yang Seimbang dan Jalan Tengah
Napas
Mari kita perhatikan salah satu objek kontemplasi dari
Buddhisme, yakni proses dari masuk dan keluarnya napas.
Pada sebagian besar mazhab, napas diperkenalkan sebagai
sebuah objek yang akan diamati dan dipusatkan oleh batin. Kita
menghitungnya. Kita memperhatikan napas masuk dan keluar
melalui lubang hidung. Kita mengamati bagaimana hal tersebut
menyebabkan perut kita naik dan turun. Sementara semua ini
sangat membantu dalam memusatkan batin, Sang Buddha tidak
pernah menginginkan kita hanya untuk mengamati napas, seolah-
olah kita sedang menonton sebuah parade dari jarak yang aman.
Beliau ingin kita menyelam tepat ke dalamnya, untuk menyatukan
kesadaran kita tentang diri dengan napas yang akan kita tarik,
dan dengan cara ini, mengalami betapa napas, tubuh, serta wujud
tidaklah terpisahkan. Ketika Anda menarik napas, lakukan dengan
seluruh tubuh Anda. Demikian saran Sang Buddha dalam Sutra
Satipatthana. Kemudian, ketika Anda harus bernapas keluar,
pastikan seluruh tubuh juga berpartisipasi dalam tindakan itu.
145
Nutrisi Hati 3
146
Tuibuh yang Seimbang dan Jalan Tengah
Tubuh Ini
Ingat deklarasi guru Zen Hakuin, “Tubuh ini adalah
Buddha.” Ketika kesadaran dan kehadiran tubuh yang dirasakan
bersatu sebagai fenomena tunggal yang menyatu, kebangkitan
terjadi secara alami. Pertimbangkan instruksi berikut dari salah
satu teks paling terkenal dalam Buddhisme Wajrayana, Nyanyian
Mahamudra gubahan Tilopa:
Jangan lakukan apa pun dengan tubuh, namun santailah.
Biarkan batin beristirahat dalam keadaan alaminya yang
tanpa bentuk.
Jadilah seperti sebuah bambu berongga.
Satu-satunya hal yang perlu Anda lakukan dengan tubuh
Anda adalah bersantai. Tetapi sekali lagi, hal ini hanya bisa terjadi
jika Anda bermain dengan keseimbangan. Tanpa menyelaraskan
tubuh, Anda tidak dapat menjadi rileks sepenuhnya, dan tanpa
menyerah pada gerakan spontan yang secara alami ingin terjadi
melalui tubuh, relaksasi tidak akan dapat berlanjut.
147
Nutrisi Hati 3
148
20
149
Nutrisi Hati 3
150
Hanya Hidup Saja Sudah Cukup
Pada tahun 1989, saya mengalami serangan jantung. Ketika
saya meninggalkan rumah sakit, saya melangkah menuju sinar
matahari, dan saya tiba-tiba menyadari hal ini. “Wow! Aku hidup.
Aku bisa saja mati. Wow, sisa hidupku hanya sebuah hadiah.”
Dan kemudian saya berpikir, “Oh, itu selalu begitu, sejak awal...
Sekadar diberikan kepadaku. Wow!” Dan pada saat bangun, saya
menemukan betapa luar biasanya itu; perasaan berharga itu adalah
bersyukur karena masih bisa hidup. Sekarang juga, di sini, sepanjang
waktu. Saya tidak perlu memiliki sesuatu yang lebih istimewa
daripada mengetahui bahwa hanya hidup saja sudah cukup.
Penyair besar Emily Dickinson berkata, “Hidup itu sangat
menakjubkan hingga tak ada waktu untuk hal lain.” Dan David
Steindl-Rast berkata, “Kejutan terbesarnya tak lain adalah kita
sendiri.” Dan dari Omraam Mikhäel Aïvanhov, “Pada hari aku
memperoleh kebiasaan secara sadar mengucapkan kata terima
kasih, aku merasa telah memperoleh tongkat sihir yang mampu
mengubah segalanya.” Jadi, menjalani hidup penuh rasa syukur
ini telah benar-benar mengubah hidup saya. Saya dulu cukup
berpendirian dan cukup siap mengkritik siapa pun yang tidak
setuju dengan saya. Sekarang saya menyadari bahwa hidup saya
bergantung pada semua kehidupan di sekitar saya. Kita semua
saling mendukung. Tak satu pun dari kita bisa mengurus diri
sendiri di dunia ini sendirian. Kita benar-benar terjalin dan saling
bergantung satu sama lain.
Hidup kita saling bergantung satu sama lain. Dan ketika
Anda mulai menyadari itu, Anda tidak bisa tidak bersyukur.
151
Nutrisi Hati 3
kepada kita. Dan ini adalah poin yang sangat penting sekarang
dalam sejarah kita, terutama ketika kita menemukan bahwa cara
hidup kita membahayakan kelangsungan hidup. Kita melihat
bahwa kita harus membuat beberapa perubahan dalam cara kita
menggunakan bahan bakar fosil, karena kita berada dalam bahaya
meracuni diri kita sendiri dan mengubah iklim bumi ini sampai
membuatnya tidak lagi bisa dihuni, setidaknya oleh makhluk seperti
kita. Ada tanggung jawab karena telah menerima karunia hidup ini,
dan itu adalah untuk mengurusnya dengan cara apa pun yang kita
bisa. Saya mendengar kutipan ini beberapa waktu lalu: “Tugas kita
bukanlah tugas untuk memperbaiki seluruh dunia sekaligus tetapi
untuk memperluas bagian dunia yang ada dalam jangkauan kita.”
Jadi, kita mencari tahu di mana kita dapat memberikan kontribusi
apa pun yang kita bisa untuk perawatan bumi dan makhluk lain.
152
Selamat Malam, Bodhisatwa
153
Nutrisi Hati 3
154
Selamat Malam, Bodhisatwa
155
Nutrisi Hati 3
156
Selamat Malam, Bodhisatwa
157
Nutrisi Hati 3
158
21
159
Nutrisi Hati 3
160
K
etika kami pindah dari Jepang ke Nova Scotia, kami
menemukan diri kami di Hawaii, tempat yang terasa tidak
nyata bagi aku, dunia yang sepenuhnya tidak memiliki
kategori untuk anak-anak kami. Sebuah pemberhentian ajaib
dalam realitas di mana semua orang berbicara dengan bahasa
Inggris, namun Anda juga bisa mendengar bahasa Jepang–
sebuah dunia di mana anak-anak kami, untuk pertama kalinya,
tidak memiliki bahasa rahasia.
Tetapi perjumpaan yang akan kami ingat dari dua hari itu
bukanlah sesuatu yang dapat diukur dengan kata-kata. Setelah
satu bulan memasuki kehidupan baru kami, aku akan terbebani
untuk memberikan banyak detail tentang apa yang terjadi saat itu di
Honolulu. Tetapi, aku tidak akan lupa ketika Boy bertemu dengan laut.
Aku pikir laut juga tidak akan melupakannya.
Boy berdiri di pantai, dengan mata terbuka lebar, membeku
seperti hewan yang baru saja ditemukan. Terdapat sedikit sela
waktu pada saat itu. Kemudian dia menyerang. Dia berlari ke air
ketika ombak datang dan menampar wajahnya, menjatuhkannya.
Aku berlari mengejarnya, tiba pada waktu yang tepat untuk melihat
dia berdiri, terbatuk-batuk, lengannya membentang di depannya,
dan berteriak, “Ayo ombak! AKU AKAN MELAWANMU!” Dan
kemudian, dia menambahkan, “Dan aku akan MENANG!”
Kami berdiri di tengah ombak, Boy menantang air dan jatuh
ke dalamnya, dan aku hanya berusaha untuk menjaga agar dia
tetap hidup. Kami melakukan ini selama berjam-jam, hingga hari
gelap dan kami memandang ke seberang cakrawala dan melihat
bahwa di seluruh Pantai Waikiki, kami adalah satu-satunya yang
masih di sana. Boy tidak lelah sama sekali. Dia tidak menyerah.
Dia pasti merasakan perasaan paling bahagia yang belum pernah
dia rasakan sebelumnya. Pada akhirnya, aku harus menjemputnya
dan membawanya kembali ke hotel; dia menangis karena harus
berpisah dari lawan tercintanya ini.
161
Nutrisi Hati 3
162
Laut, Perkenalkan Boy
163
Nutrisi Hati 3
seorang ayah. Aku hanya bisa terus menyelam. Itu merupakan hal
terbaik yang dapat kulakukan.
Semua inilah yang membasuhku saat aku berdiri dengan
ombak yang mengempas tanpa henti, tertawa dan memandang
Boy dengan matanya yang liar dan perutnya yang buncit,
dengan baju renang Finding Nemo, dengan penuh semangat,
terus berteriak sekuat tenaga dalam kegelapan untuk menantang
kekuatan alam. Aku melihatnya terjatuh berulang kali–dia selalu
terjatuh. Dia tidak bisa menang. Siapa pun dapat melihat hal
tersebut. Namun, dia juga tidak dapat kalah. Dia berteriak tanpa
menatapku, “Aku menang, Papa!” Dan aku ingin merangkulnya
dan menatap matanya sembari berkata, “Simpan semangat itu.
Jika kamu tidak menyimpan hal lainnya, cukup simpan itu.”
164
165
Nutrisi Hati 3
166
Daftar Pustaka
Armstrong, G. (2018). The case for rebirth guy armstrong.
Lion’s Roar. Diakses pada 1 Juni 2018 dari https://www.
lionsroar.com/the-case-for-rebirth/
167
Nutrisi Hati 3
good-evening-bodhisattvas/
168
lionsroar.com/running-into-meditation-may-2012/
169
Nutrisi Hati 3
170
Bagaimana Menghormati Buku Dharma
Buddhadharma adalah sumber sejati bagi kebahagiaan
semua makhluk. Buku ini menunjukkan kepada kita bagaimana
mempraktikkan ajaran dan memadukan mereka ke dalam hidup
kita, sehingga kita menemukan kebahagiaan yang kita idamkan.
Oleh karena itu, apapun benda yang berisi ajaran Dharma, nama
dari guru kita atau wujud-wujud suci adalah jauh lebih berharga
daripada benda materi apapun dan harus diperlakukan dengan
hormat. Agar terhindar dari karma tak bertemu dengan Dharma lagi
di kehidupan yang akan datang, mohon jangan letakkan buku-buku
(atau benda-benda suci lainnya) di atas lantai atau di bawah benda
lain, melangkahi atau duduk di atasnya, atau menggunakannya
untuk tujuan duniawi seperti untuk menopang meja yang goyah.
Mereka seharusnya disimpan di tempat yang bersih, tinggi dan
terhindar dari tulisan-tulisan duniawi, serta dibungkus dengan kain
ketika sedang dibawa keluar. Ini hanyalah beberapa pertimbangan.
Jika kita terpaksa membersihkan materi-materi Dharma,
maka mereka tidak seharusnya dibuang begitu saja ke tong
sampah, namun sebaiknya dibakar dengan perlakuan khusus.
Singkatnya, jangan membakar materi-materi tersebut bersamaan
dengan sampah-sampah lain, namun sebaiknya terpisah
sendiri, dan ketika mereka terbakar, lafalkanlah mantra OM AH
HUM. Ketika asapnya membubung naik, bayangkan bahwa ia
memenuhi seluruh angkasa, membawa intisari Dharma kepada
seluruh makhluk di 6 alam samsara, memurnikan batin mereka,
mengurangi penderitaan mereka, serta membawa seluruh
kebahagiaan bagi mereka, termasuk juga pencerahan. Beberapa
orang mungkin merasa bahwa praktik ini sedikit kurang biasa,
namun tata cara ini dijelaskan menurut tradisi. Terima kasih.
171
Nutrisi Hati 3
172
Dedikasi
173
Nutrisi Hati 3
174
Tentang Penerbit
TERIMA KASIH TELAH MEMBACA BUKU TERBITAN PENERBIT
SARASWATI. APAKAH KAMI BOLEH MEMINTA BANTUAN
ANDA?
175
Nutrisi Hati 3
Tiktok: @Lamrimnesia_
E-mail: info@lamrimnesia.org
176
177