Anda di halaman 1dari 100

C it t a & C e t a s i k a

Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis

Dagpo Rinpoche
&
Drepung Thrisur Lobsang Tenpa

Penerbit Padi Emas

2023
Buku ini dibagikan tanpa dipungut biaya

C itta & C e ta s ik a
Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis
Judul asli: Knowledge of The Mind & Mental Factors
Daftar Isi
Dibabarkan oleh: Yang Mulia Dagpo Rinpoche pada tanggal 7 - 8 Oktober 1995 di Kadam Tashi
Choe Ling, Malaysia
Diterjemahkan lisan dari bahasa Tibet ke bahasa Inggris: Rosemary Patton Kata Pengantar v
Penerjemah dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia: Tenzin Tringyal
Penyunting: Candri Jayawardhani, Stanley Khu
Hak cipta naskah terjemahan Inggris © 2008 Kadam Tashi Choe Ling, Malaysia
Transkrip Ajaran vii
&
Dibabarkan oleh: Yang Mulia Drepung Thrisur Lobsang Tenpa pada tanggal 24-28 April 2017 di Bagian I 1
Kemang, Jakarta Selatan, Indonesia
Penerjemah lisan dari bahasa Tibet ke bahasa Indonesia: Yang Mulia Tenzin Tshojung Biografi Singkat Dagpo Rinpoche 3
Pentranskrip: Dharma Patriot Lamrimnesia
Penyunting: Yang Mulia Tenzin Tshojung
Pengoreksi aksara: Hendra Wijaya
   Riwayat Lampau Guru Dagpo Rinpoche 5
Perancang sampul: Krisna Ann Kesuma
Penata Letak: Stefanny Pendahuluan 6
Hak cipta naskah Indonesia ©2022 Penerbit Padi Emas
Manusia dan Batinnya 9
Penerbit Padi Emas
E-mail: penerbitpadiemas@gmail.com Batin Utama 10
Distributor Lamrimnesia
Care: +6285 2112 2014 1 | Info: +6285 2112 2014 2 Faktor Mental 12
Fb: Lamrimnesia & LamrimnesiaStore
Ig: @Lamrimnesia & @Lamrimnesiastore
Tiktok: @Lamrimnesia_
   Faktor mental yang selalu hadir 12
E-mail: info@lamrimnesia.org
Website: www.lamrimnesia.org Tinjauan Ulang I 16
Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta    Faktor mental yang ditentukan oleh objek 18
Ketentuan Pidana Pasal 113 ayat (3) dan (4):
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan   
Faktor mental bajik 22
pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/
atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Tinjauan Ulang II 32
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk
pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling    Faktor mental pengganggu akar 36
banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Pasal 114:
Setiap Orang yang mengelola tempat perdagangan dalam segala bentuknya yang dengan sengaja dan mengetahui    Faktor mental pengganggu turunan 44
membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di
tempat perdagangan yang dikelolanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dipidana dengan pidana denda    Faktor mental yang dapat berubah 55
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

iii
Penjelasan Tambahan 58

Sesi Tanya-jawab 63

Bagian II 73
Kata Pengantar
Biografi Singkat Drepung Thrisur Lobsang Tenpa 75

B
Pendahuluan 76 atin dan faktor mental barangkali adalah topik yang menjadikan
Buddhisme sebagai satu dari sedikit ajaran filosofis yang mampu
Penjelasan Tentang Citta 78 bertahan melawan gempuran modernisasi dan sains pada era saat
ini. Bagaimana tidak; ketika arus modernitas semakin membeberkan
Definisi, Pembagian dan Cara Munculnya Citta 78
efek sampingnya pada relasi sosial dan kebahagiaan personal individu,
Penjelasan Tentang Cetasika 83 dan ketika disiplin ilmu psikologi dan semua turunannya berjuang
keras untuk mengimbangi gejala ini dengan temuan aneka teori dan
  
Penjelasan Umum 83 praktik klinis baru, Buddhisme secara perlahan menegaskan otoritasnya
   Penjelasan Khusus mengenai Cetasika sebagai alternatif bagi dunia psikologi individu.
   Bajik dan Tidak Bajik 169 Alam psikologis manusia, yang teramat kompleks dan sejauh
Keluar dari Samsara dengan Mengetahui Bagaimana ini masih dalam tahap diraba-raba oleh sains, dibedah dan dianalisis
Batin Mencerap Objeknya 170 melalui kategorisasi dan penetapan definisi yang rinci. Contoh kecilnya
adalah perspektif Buddhisme dalam melihat ke-diri-an manusia. Apa
Daftar Pustaka 179 itu manusia? Apa itu yang disebut “aku”? Apakah “aku” atau manusia
adalah akumulasi dari semua pengalaman empiri/indrawi belaka?
Glosarium 181
Ataukah entitas ini adalah sebagaimana pikiran memaknai eksistensinya
Bagaimana Menghormati Buku Dharma 185 di dunia (“aku berpikir maka aku ada”)? Ataukah ia adalah keduanya?
Atau mungkin bukan keduanya?
Dedikasi 186
Jawaban atas pertanyaan yang pelik ini bisa ditemukan secara
Tentang Penerbit 187 gamblang dalam transkrip edisi kali ini, yang memuat sesi pengajaran
dari Guru Dagpo Rinpoche di Malaysia dan Drepung Thrisur Rinpoche
di Indonesia tentang topik batin dan faktor mental, atau citta dan
cetasika1. Di sini kita menggunakan bahasa Pali untuk kedua istilah ini
dengan alasan agar lebih dikenal umum.

1 S: chitta dan caitasika.

iv v
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis

Dengan memahami definisi batin berikut cara kerjanya dalam


mencerap fenomena di sekitar, niscaya kita akan mampu memahami
bagaimana cara memunculkan kebahagiaan di dalam diri sekaligus
menjauhkan diri dari penderitaan yang senantiasa siap menyergap.
Akhir kata, selamat membaca dan belajar! Transkrip Ajaran

S
ecara harfiah, “transkrip” artinya salinan kata per kata dari
sebuah tuturan lisan yang disampaikan oleh seseorang atau lebih.
Transkrip ajaran artinya salinan kata per kata yang disampaikan
oleh seorang guru pada suatu sesi ajaran tertentu.

Karya tulis atau literatur beraliran transkrip dalam tradisi Tibet


disebut sintri (zin bris) yakni transkripsi berdasarkan ingatan. Dahulu
kala, seorang murid akan mendengarkan ajaran gurunya dengan penuh
perhatian dan setelah itu sang murid akan menuliskan kembali apa yang
telah didengarnya. Kitab suci Buddhis Tripitaka adalah transkrip yang
disusun oleh murid-murid Sang Buddha berdasarkan kekuatan ingatan.

Referensi transkrip paling penting di abad ke-20 adalah transkrip


yang disusun oleh Kyabje Trijang Rinpoche berdasarkan ingatan
Beliau dari sesi ajaran yang disampaikan oleh Phabongkha Rinpoche.
Transkrip asli berbahasa Tibet ini yang kemudian diterbitkan menjadi
tiga jilid literatur legendaris berjudul Liberation in Our Hands.

Di zaman modern, para murid menyimpan dan mempertahankan


ajaran-ajaran lisan yang disampaikan oleh seorang guru dalam bentuk
rekaman audio. Materi rekaman audio ini kemudian diolah menjadi
teks tertulis yang dikenal sebagai buku transkrip.

Cara membaca buku transkrip berbeda dengan cara membaca


buku pada umumnya. Membaca buku transkrip haruslah didukung oleh
keyakinan disertai tambahan rujukan teks akar dan teks-teks pendukung
lainnya. Membaca buku transkrip bisa diibaratkan mendengarkan
ajaran secara langsung. Ketika membaca buku transkrip, kita harus
menerapkan teknik mendengarkan ajaran Lamrim, yaitu menghindari

vi vii
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis

tiga kesalahan sebuah bejana dan menerapkan enam ingatan. Dengan


demikian, barulah aktivitas membaca buku transkrip menjadi benar-
benar efektif dan memberikan manfaat.

Bagian I

Citta & Cetasika

Oleh Dagpo Rinpoche

viii
Biografi Singkat Dagpo Rinpoche

Biografi Singkat Dagpo Rinpoche


Dagpo Rinpoche, juga dikenal dengan nama Bamcho Rinpoche,
lahir pada tahun 1932 di distrik Kongpo, sebelah tenggara Tibet. Pada
usia 2 tahun, beliau dikenali oleh Yang Maha Suci Dalai Lama ke-13
sebagai reinkarnasi dari Dagpo Lama Rinpoche Jampel Lhundrup.
Ketika berusia 6 tahun, beliau memasuki Biara Bamcho, dekat
distrik Dagpo. Di sana, beliau belajar membaca dan menulis, juga
mulai mempelajari dasar-dasar Sutra dan Tantra. Pada usia 13 tahun,
beliau memasuki Biara Dagpo Shedrup Ling untuk mempelajari lima
topik utama filsafat Buddhis, yaitu: Logika, Paramita, Madhyamaka,
Abhidharma, dan Winaya.

Setelah belajar selama 11 tahun di Dagpo Shedrup Ling, beliau


melanjutkan studinya di Biara Universitas Drepung. Biara ini terletak
di dekat kota Lhasa. Beliau belajar di salah satu dari 4 kolese dalam
biara ini, yaitu Gomang Dratsang. Di sana, beliau memperdalam
pengetahuan tentang filsafat Buddhis, khususnya yang berdasarkan
buku ajar Gomang Dratsang, yaitu ulasan filosofis dari Jamyang Shepa.
Selama tinggal di Gomang Dratsang (dan kemudian juga ketika berada
di pengasingan), beliau belajar di bawah bimbingan guru dari Mongolia
yang termasyhur, Geshe Gomang Khensur Ngawang Nyima Rinpoche.
Karena tempat belajar beliau tak jauh dari Lhasa selaku ibukota Tibet,
beliau juga berkesempatan untuk menghadiri banyak pengajaran
Dharma dan menerima banyak transmisi lisan dari beberapa guru yang
berbeda. Oleh karena itu, Dagpo Rinpoche adalah salah satu dari sedikit
guru pemegang banyak silsilah ajaran Buddha.

Selama ini, Dagpo Rinpoche, yang bernama lengkap Dagpo Lama


Rinpoche Lobsang Jampel Jhampa Gyatso, telah belajar dari 34 guru,
khususnya dari dua pembimbing utama Yang Maha Suci Dalai Lama
ke-14 – Kyabje Ling Rinpoche dan Kyabje Trijang Rinpoche – dan juga
dari Yang Maha Suci Dalai Lama ke-14 sendiri. Di bawah bimbingan
mereka, beliau mempelajari lima topik utama dan Tantra (beliau telah
menerima banyak inisiasi dan menjalani retret). Selain filsafat Buddhis,

3
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Biografi Singkat Dagpo Rinpoche

beliau juga menekuni astrologi, puisi, tata bahasa, dan sejarah. Riwayat Lampau Guru Dagpo Rinpoche

Beliau belajar di Gomang Dratsang sampai invasi komunis ke Guru Dagpo Rinpoche dikenali oleh Yang Maha Suci Dalai Lama
Tibet tahun 1959. Pada tahun itu, di usia 27 tahun, beliau menyusul ke-13 sebagai reinkarnasi dari Dagpo Lama Rinpoche Jampel Lhundrup.
Yang Maha Suci Dalai Lama ke-14 dan guru-guru Buddhis lainnya Dagpo Rinpoche terdahulu ini sebelumnya sudah dikenali sebagai
menuju pengasingan di India. Tak lama setelah ketibaannya di India, reinkarnasi seorang guru dari Indonesia yang bernama Suwarnadwipa
beliau diundang ke Prancis untuk membantu para Tibetolog Prancis Dharmakirti atau Serlingpa. Beliau terlahir dalam keluarga penguasa
dalam penelitian mereka tentang agama dan budaya Tibet. Para Sriwijaya, yang juga merupakan bagian dari wangsa Syailendra di
ilmuwan ini tertarik untuk mengundang beliau karena intelektualitas Jawa, berhubung Balaputradewa selaku Raja Sriwijaya adalah putra
serta pemikiran beliau yang terbuka. Dengan nasihat dan berkah dari dari Samaratungga, pewaris takhta Syailendra. Wangsa Syailendra
para gurunya, beliau pun memenuhi undangan tersebut dan mendapat sendiri dikenal sebagai pembangun Candi Borobudur.
beasiswa Rockefeller. Beliau adalah guru Tibet pertama yang tiba di
Keluarga Serlingpa juga berperan dalam pelestarian Universitas
Prancis. Di sana, beliau mengajar bahasa dan budaya Tibet selama
Agama Buddha Nalanda, yang berkembang di masa pemerintahan
30 tahun di Institut National des Langues et Civilisations Orientales
kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7. Serlingpa kemudian menjadi
(Inalco), Paris. Setelah pensiun, beliau tetap melanjutkan studi dan
biksu dengan nama tahbis Dharmakirti. Beliau melatih diri di berbagai
riset pribadinya. Beliau telah banyak membantu menyusun buku-
tempat, termasuk menuntut ilmu sampai ke India. Berkat usahanya yang
buku tentang Tibet dan Buddhisme, juga berpartisipasi dalam berbagai
keras dan himpunan kebajikannya yang sangat banyak, akhirnya beliau
program di televisi dan radio.
berhasil mencapai realisasi tertinggi sebagai seorang Bodhisatwa.
Setelah mempelajari bahasa Prancis dan Inggris serta menyerap Kemasyhuran beliau sebagai seorang guru Buddhis, khususnya sebagai
pola pikir orang Barat, pada tahun 1978 beliau akhirnya bersedia pemegang silsilah bodhicita (batin pencerahan), tersebar jauh hingga ke
untuk mulai mengajar Dharma mulia dari Buddha Shakyamuni. Pada India, Cina, serta Tibet. Di Tibet sendiri, beliau dikenal dengan nama
tahun itu, beliau mendirikan pusat Dharma yang bernama Institut Lama Serlingpa.
Gaden Ling di Veneux-Les Sablons, Prancis. Di sana, beliau memberi
Guru besar lainnya, Atisha Dipangkara Sri Nyana, menempuh
pelajaran tentang Buddhisme, doa, serta meditasi. Sejak tahun 1978
perjalanan laut dari India selama 13 bulan semata-mata untuk bertemu
hingga sekarang, beliau telah banyak mengunjungi berbagai negara, di
dengan Serlingpa di Indonesia dan mendapatkan instruksi tentang
antaranya Italia, Belanda, Jerman, Singapura, Malaysia, dan Indonesia.
bodhicita dari beliau. Serlingpa memberikan transmisi ajaran yang
Beliau mulai mengunjungi Indonesia pada tahun 1989. Sejak berasal dari Arya Manjushri, yaitu “Menukar Diri dengan Makhluk
saat itu, setiap tahun beliau secara rutin datang ke Indonesia untuk Lain.” Setelah belajar dari Lama Serlingpa, Lama Atisha kembali
membabarkan Dharma, memberikan transmisi ajaran Buddha ke India dan kemudian diundang ke Tibet. Di sana, Lama Atisha
(khususnya ajaran Lamrim atau Tahapan Jalan menuju Pencerahan), memainkan peranan yang sangat penting untuk membawa pembaharuan
dan memberikan beberapa inisiasi serta berkah. bagi ajaran Buddha. Lama Atisha menjadi salah satu mahaguru yang
sangat dihormati dalam Buddhisme Tibet. Kedua guru besar ini kelak
akan bertemu kembali di masa depan dalam hubungan guru-murid yang

4 5
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Pendahuluan

sama, yaitu ketika Lama Atisha terlahir kembali sebagai Phabongkha untuk mencapai apa pun yang kita tetapkan bagi diri sendiri. Tentu saja
Rinpoche dan menerima ajaran tentang bodhicita dari Dagpo Lama kita tidak akan mendapatkan hasil yang istimewa dari potensi tersebut
Rinpoche Jampel Lhundrup. Dagpo Lama Rinpoche Jampel Lhundrup jika kita tidak berusaha.
sendiri berperan penting dalam menghidupkan kembali ajaran Lamrim
di bagian selatan Tibet. Beliau sangat terkenal karena penjelasannya Situasi kita dapat dibandingkan dengan seorang pengusaha yang
yang gamblang tentang Lamrim dan realisasinya akan bodhicita. mempunyai modal yang besar. Jika ia tidak menanamkan modalnya,
Banyak guru Lamrim pada masa itu yang mendapatkan transmisi dan modal itu akan tetap terbengkalai dan tidak akan berkembang. Jika ia
penjelasan Lamrim dari beliau sehingga akhirnya meraih realisasi atas menggunakan modalnya untuk investasi, maka modal awal ini bisa
ajaran Lamrim. sangat ditingkatkan.

Silsilah reinkarnasi Guru Dagpo Rinpoche yang lain adalah sebagai Melalui tubuh manusia ini, kita mempunyai potensi yang amat
berikut. Pada masa Buddha terdahulu, beliau pernah lahir sebagai besar. Tetapi, untuk apa kita seharusnya menggunakannya? Kita harus
Bodhisatwa Sadaprarudita, yang rela menjual dagingnya sendiri untuk menggunakannya untuk menolong diri sendiri, kawan-kawan, dan
memberi persembahan kepada gurunya. Selain itu, yogi India bernama anggota keluarga kita agar kita semua lebih bahagia.
Wirupa dan cendekiawan bernama Gunaprabha juga diyakini sebagai Berkenaan dengan kebahagiaan pribadi kita, tentu sangat baik
inkarnasi dari Guru Dagpo Rinpoche. kalau kita bisa berbahagia dalam kehidupan ini. Tapi, tidaklah baik
Di Tibet sendiri, guru-guru yang termasuk ke dalam silsilah kalau kita nantinya tak berbahagia dalam kehidupan-kehidupan
reinkarnasi Guru Dagpo Rinpoche adalah Marpa Sang Penerjemah, sang mendatang. Ini akan seperti orang yang berlibur dan bersenang-senang
pendiri mazhab Kagyu. Beliau terkenal sebagai guru yang membimbing selama sebulan penuh, lalu pulang dan mendapati dirinya dalam banyak
Bhattaraka Milarepa mencapai pencerahan dengan latihan yang sangat masalah. Tentu akan jauh lebih baik kalau kita masih bisa berbahagia
keras. Selain itu, juga ada Londroel Lama Rinpoche, guru meditasi dan bahkan setelah liburan selesai. Dengan kata lain, berbahagia dalam
cendekiawan penting pada abad ke-18 yang merupakan siswa dari Yang kehidupan sekarang maupun mendatang. Lebih baik lagi kalau kita bisa
Maha Suci Dalai Lama ke-7. Seperti Milarepa, Londroel Rinpoche juga menemukan kebahagiaan tanpa akhir. Maka, kita perlu bertanya pada
mempunyai masa muda yang sulit sebelum akhirnya menjadi salah diri sendiri apakah hal itu benar-benar mungkin. Jawabannya: YA! Kita
satu guru terkemuka yang menyusun risalah Buddhis sebanyak 23 jilid. bisa mendapatkan kebahagiaan yang tahan lama dan abadi.
Sejumlah kepala biara Dagpo Shedrup Ling juga termasuk ke dalam Sebab kebahagiaan hadir dalam 2 tingkatan:
silsilah reinkarnasi Dagpo Rinpoche.
1. sebab-luar: kondisi-kondisi materiel yang membuat kita nyaman
Pendahuluan 2. sebab-dalam: kondisi-kondisi yang dapat ditemukan dalam diri
sendiri, yakni cara kita berpikir dan melihat berbagai hal.
Kita semua telah meraih suatu bentuk kehidupan manusia yang
berharga, yang sepenuhnya diberkahi dengan keleluasaan dan semua Menurut Buddhisme, sebab-dalam inilah yang merupakan sebab-
kondisi yang baik. Jika kita memakai bentuk kehidupan manusia yang sebab utama kebahagiaan. Ada orang-orang yang berada dalam situasi
berharga ini untuk sesuatu yang bermanfaat, kita memiliki potensi materiel yang nyaman. Mereka memiliki berbagai hal yang mereka

6 7
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Manusia dan Batinnya

butuhkan dan dikelilingi oleh kawan-kawan dan anggota keluarga. mental yang positif, kita akan jauh lebih bahagia dalam hidup kita.
Tetapi, karena ada sesuatu yang tidak benar dalam diri mereka sendiri Seseorang yang pada dasarnya memiliki sifat tenang dan baik tidak
berikut pola pikir mereka, maka mereka tidak bahagia, terlepas dari akan terpengaruh oleh orang lain yang marah padanya. Sebaliknya,
semua yang mereka miliki. Mereka sama sekali tak merasa bahagia, dan jika seseorang pada dasarnya mudah marah lalu orang lain melakukan
orang lain juga bisa melihat ketidakbahagiaan ini. Sebaliknya, sebagian sesuatu yang tidak disukainya (seremeh apa pun itu), maka ia akan
orang, meskipun tidak terlalu kaya, justru bisa merasa bahagia karena langsung marah.
pola pikir tertentu yang mereka miliki. Menurut Buddhisme, batin
mempunyai berbagai aspek atau faktor mental yang timbul di dalamnya. Oleh karena itu, ada 2 tugas yang harus kita lakukan: mengurangi
Ketika timbul, sebagian dari faktor-faktor mental ini membuat kita faktor-faktor mental yang negatif dan mengembangkan faktor-faktor
tidak bahagia dan kehilangan kedamaian batin. mental yang positif. Ketika keduanya rampung, maka sosok yang
merampungkannya akan disebut sebagai Buddha dalam Buddhisme.
Misalnya, kita sedang berada dalam suatu kerangka batin yang Dalam tradisi lain, sebutannya tentu akan berbeda.
bahagia. Lalu, kita melihat seseorang yang mempunyai sesuatu yang
menyenangkan. Sesuatu ini tidak kita miliki, dan mendadak kita merasa Menurut Buddhisme, jika seseorang telah menyempurnakan
iri pada orang ini. Ketika iri hati timbul, ia mengacaukan kita. Di saat lain, dirinya dengan sepenuhnya mengembangkan semua kualitas baiknya
kita mungkin berada dalam keadaan batin yang santai ketika tiba-tiba dan mengenyahkan semua kualitas buruknya hingga tak bersisa sama
kita mendengar bahwa seseorang tidak mengikuti instruksi kita. Atau, sekali, maka ia dikatakan telah menjadi seorang Buddha. Seorang
segala sesuatu tiba-tiba tidak berjalan sebagaimana yang kita harapkan. Buddha merasakan kebahagiaan yang konstan dan tak lagi harus
Berita-berita tersebut membuat kita sangat marah. Ini kemudian akan menderita.
memengaruhi orang-orang di sekitar kita (anggota keluarga, pegawai, Topik citta dan cetasika yang akan kita renungkan kali ini
rekan kerja, dst.), dan akan membuat mereka merasa tak bahagia pula. persisnya adalah ajaran untuk membantu kita mencapai kedua tujuan
Unsur-unsur batin yang negatif mengganggu kita. Ini tidak ini, yakni meningkatkan sisi baik dari karakter kita dan melenyapkan
hanya berlaku bagi umat Buddhis, tetapi juga semua orang, terlepas sisi buruknya.
dari keyakinan mereka. Sulit dibayangkan kalau hanya umat Buddhis Ketika menyimak ajaran, kita harus melakukannya dengan
yang merasa tak bahagia ketika sedang marah, sedangkan umat Kristen tujuan untuk meraih kebahagiaan pribadi berikut kebahagiaan semua
menikmati kegusaran yang muncul di dalam dirinya. Tak peduli apakah makhluk. Kita perlu meningkatkan dan mengembangkan diri sendiri
kita mengikuti suatu agama atau tidak, menjadi marah adalah kondisi agar mampu menolong makhluk lain dengan lebih baik. Ajaran harus
yang mengacaukan diri kita. Di sisi lain, ketika kita tidak bahagia disimak dengan tujuan yang demikian.
lalu suatu faktor mental positif—seperti cinta kasih, welas asih, atau
kesabaran—tiba-tiba timbul dalam diri kita, ini akan membuat kita Manusia dan Batinnya
lebih bahagia, santai, dan damai.
Kita tentu saja adalah manusia. Namun, agar layak disebut
Jadi, jika kita dapat secara perlahan dan bertahap mengurangi manusia sejati, yang kita butuhkan tak hanya tubuh manusia, tetapi
semua faktor mental yang negatif serta meningkatkan semua faktor juga batin seorang manusia. Tubuh tanpa batin tak ubahnya seonggok

8 9
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Batin Utama

mayat, dan sama sekali tak bisa disebut sebagai manusia. Kalau begitu, masing indra2: kesadaran mata (penglihatan), kesadaran telinga
apa yang dimaksud dengan batin seorang manusia? (pendengaran), kesadaran lidah (rasa), kesadaran tubuh (sentuhan),
kesadaran hidung (penciuman), dan kesadaran mental.
Batin manusia bukanlah sesuatu yang bersifat fisik; ia tak dapat
dilihat oleh mata ataupun disentuh dengan tangan. Hakikat batin Contoh kesadaran mental adalah mengingat, memantulkan, dan
adalah “mengetahui” dan “memahami.” Sebagai contoh: ketika tubuh mengenali (misalnya, mengenali sesuatu sebagai dinding putih, sebagai
mengalami kontak dengan suara, batin akan memampukan tubuh untuk sesuatu yang besar atau kecil). Kesadaran mata tak dapat memerankan
mendengar suara dan memahaminya. Hal yang sama berlaku bagi objek fungsinya sendirian. Dalam Buddhisme, kalau kita berbicara tentang
indra kita yang lain. Ketika mata bersentuhan dengan sebidang dinding pengumpulan karma melalui tindakan baik dan buruk, yang bekerja
putih, suatu persepsi tentang “putih” timbul dan ditafsirkan dalam batin. adalah kesadaran mental, bukan kesadaran indra.
Dengan demikian, batin bisa dikatakan seperti sebuah cermin. Ketika
batin bersentuhan dengan sesuatu di luar dirinya, seperti sebidang Batin utama terdiri dari 6 jenis kesadaran yang bersifat netral.
dinding putih, maka warna putih timbul dalam batin. Dan batin, seperti Tetapi, sifat mereka berubah menurut jenis faktor mental yang
sebuah cermin, memantulkan kembali warna putih itu. menemaninya. Misalnya, suatu faktor mental negatif akan memengaruhi
batin utama dan mengubahnya menjadi batin utama yang tak bajik, dan
Agar seseorang bisa melihat sebidang dinding putih, tak cukup bila begitu pula sebaliknya3. Kita bisa membandingkannya dengan batin
dinding itu sekadar eksis. Juga harus ada “kesadaran” yang menemani. utama seorang anak kecil. Jika kita mengirim seorang anak ke sekolah
Misalnya, seseorang yang buta tidak memiliki “kesadaran mata,” dan di mana ia mempunyai teman-teman bermain yang berperilaku baik,
karenanya tidak dapat melihat dinding putih di depannya. Batinnya maka ia akan belajar berperilaku baik. Jika ia berbaur dengan teman-
tidak dapat memantulkan dinding putih tersebut layaknya cermin. teman yang tidak baik, maka ia akan belajar berperilaku buruk.
Ketika dinding putih disebutkan, seseorang yang tidak buta sejak lahir
bisa mengetahui apa yang dimaksud dengan dinding putih. Bukan Batin utama memang bersifat netral, tetapi ketika sesuatu
karena “kesadaran mata,” tapi berdasarkan “ingatan” yang dimilikinya. membuat kita marah, maka faktor mental kemarahan akan memengaruhi
Ia ingat apa yang dimaksud dengan dinding putih. Seseorang yang batin utama dan membuatnya menjadi marah. Namun, faktor mental
terlahir buta tidak tahu apa itu dinding putih. tidak senantiasa bersama kita sepanjang waktu. Ketika faktor mental
memudar, batin utama akan kembali pada keadaan netralnya4. Di sisi
Batin manusia terdiri dari 2 bagian:
1. batin utama 2 Batin utama terbagi menjadi batin utama sensorik dan batin utama mental. Batin
utama sensorik sepenuhnya bergantung pada persepsi, sementara batin utama mental
2. faktor mental bisa bergantung pada persepsi maupun konsep. Batin utama inilah yang dipengaruhi
oleh faktor-faktor mental lainnya, baik yang bajik maupun tak bajik.
Batin Utama 3 Di sini, batin ibarat segelas air. Jika garam dituang ke dalamnya, maka air menjadi
asin. Jika gula yang dituang ke dalamnya, maka air menjadi manis.
Ini mengacu pada 6 jenis kesadaran, satu jenis untuk masing-
4 Y.M.S. Dalai Lama mengajarkan salah satu teknik untuk mengenali hakikat batin.
Pertama, berhentilah mengingat hal-hal yang sudah terjadi di masa lampau.
Berikutnya, berhentilah memikirkan hal-hal yang mungkin terjadi di masa depan.

10 11
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Faktor Mental

lain, ketika sesuatu yang positif memengaruhi batin utama, maka batin agar batin utama bisa berfungsi adalah faktor mental yang selalu hadir.
utama akan turut menjadi positif, misalnya dipenuhi cinta kasih dan Mengapa? Karena mereka memungkinkan kita melihat, mencium,
seterusnya. Kualitas positif ini akan tetap bersemayam dalam batin merasa, mendengar, mengingat, dll. Misalnya, ketika mengalami
sampai ia akhirnya memudar dan batin kembali menjadi netral. fenomena lalu lintas, kita menggunakan kesadaran telinga dan
kesadaran mata. Tapi, itu saja belum cukup untuk memunculkan sebuah
Faktor Mental pengalaman dan persepsi yang utuh. Kita butuh kelima faktor mental
yang selalu hadir untuk mendapatkan pengalaman dan persepsi yang
Ada bermacam-macam faktor mental, yang hadir dalam 6 kategori
lebih rinci, yang terdiri dari:
utama:
a) perasaan
1. Faktor mental yang selalu hadir
b) pembedaan/diskriminasi
2. Faktor mental yang ditentukan oleh objek
c) kehendak/niat
3. Faktor mental bajik
d) kontak
4. Faktor mental pengganggu akar
e) perhatian
5. Faktor mental pengganggu turunan
6. Faktor mental yang dapat berubah a) Perasaan
Apakah perbedaan fungsi antara batin utama dengan faktor Faktor mental ini mudah dipahami karena konsep Buddhis
mental? Batin utama dapat mencerap objek secara umum (tapi tidak tentang perasaan serupa dengan konsepsi umum. Ada 3 jenis perasaan:
rinci), sedangkan faktor mental yang menemani batin utama membantu menyenangkan, tak menyenangkan, dan netral.
mencerap berbagai hal dengan lebih rinci; ia memungkinkan kita untuk
mengingat dan berkonsentrasi pada suatu objek dengan lebih akurat5. Perasaan memungkinkan kita mengalami suatu objek. Misalnya,
“Tubuh saya terluka dan karenanya saya tidak bahagia.” Inilah yang
memungkinkan kita mengalami perasaan tidak bahagia—fisik maupun
Faktor mental yang selalu hadir
mental. Perasaan adalah sesuatu yang kita alami terus-menerus6.
Di antara berbagai jenis faktor mental, yang mutlak diperlukan
Tak ada salahnya mengalami perasaan menyenangkan jika kita
Biarkan batin mengalir sesuai hakikatnya tanpa dipengaruhi bentuk-bentuk pikiran
cukup beruntung untuk memperoleh kesempatan demikian. Masalah
apa pun. Ini tentu bukan sesuatu yang gampang dilakukan. Namun, berusahalah untuk
mempertahankan kondisi batin yang tak terpengaruh oleh pikiran-pikiran konseptual 6 Senang atau menderita bukanlah objek perasaan, melainkan pengalaman dari
sebisa mungkin. perasaan itu sendiri. Jadi, perasaan adalah kualitas yang menyatu dengan pengalaman
5 Faktor mental didefinisikan sebagai kognisi yang mencerap kualitas tertentu dari suatu yang senantiasa muncul dalam segala kondisi batin. Fungsi umum perasaan adalah
objek dan muncul mendampingi batin utama. Faktor mental memiliki fungsi-fungsi untuk benar-benar mengalami akibat dari tindakan-tindakan kita sebelumnya. Bagi
yang spesifik, misalnya: “perasaan” membantu kita mengalami objek, “pembedaan” makhluk non-Arya seperti kita, perasaan yang kita alami adalah perasaan-perasaan
membantu kita mengenali objek, dan “perhatian” membantu kita memegang objek tercemar sebagai reaksi atas klesha seperti kemelekatan, kebencian, ketidaktahuan,
dengan kuat. dst.

12 13
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Faktor Mental

muncul ketika kita bereaksi terhadap perasaan menyenangkan dengan c) Kehendak/niat


memunculkan kemelekatan; mudah sekali untuk melekat ketika kita
Faktor mental inilah yang menggerakkan, mendorong, atau
mengalami sesuatu yang menyenangkan. Apa gunanya kemelekatan7?
mengarahkan batin pada objek-objek pencerapannya.
Jika kemelekatan ada gunanya, tentu tak masalah. Tapi kenyataannya,
kemelekatan pada suatu objek takkan membuat objek tersebut bertahan Niat yang kita miliki akan menggerakkan batin utama kita dari
lama atau menjadi lebih indah. Sebaliknya, kemelekatan menimbulkan kondisi netral ke kondisi positif atau negatif (sesuai dengan sifat niat
banyak masalah. Kita menjadi khawatir dan takut kehilangan atau tersebut). Jika tak ada niat, batin tak dapat terarah pada objeknya.
terpisah dari objek kemelekatan kita. Ketika akhirnya terpaksa berpisah
dengan objek tersebut, kita sangat tidak bahagia. Kemelekatan yang Alasan lain mengapa faktor mental ini begitu penting adalah
kuat menuntun kita melakukan hal-hal negatif yang menyebabkan karena inilah yang disebut sebagai “karma”. Dalam Buddhisme, ada 2
kita mengumpulkan karma buruk. Tentu sangat normal kalau kita jenis karma utama: karma mental atau faktor mental “niat”8 dan karma
mengalami perasaan tak menyenangkan, tapi tak ada gunanya merasa yang terhimpun.
benci dan marah.
d) Kontak
Ringkasnya, perasaan berhubungan dengan sensasi di dalam diri
Faktor mental ini terjadi ketika kesadaran indra (melalui telinga,
kita yang muncul terus-menerus. Tanpanya, mustahil bagi kita untuk
mata, dst.) bertemu dengan sebuah objek. Kontak adalah dasar bagi
mengalami fenomena sebagai sesuatu yang menyenangkan atau tak
munculnya perasaan. Contohnya, bila indra tertentu berkontak dengan
menyenangkan. Melaluinya, kita mengingat pengalaman sebagai
objek yang menarik, tak menarik, atau netral, maka perasaan yang akan
sesuatu yang menyenangkan atau tak menyenangkan.
muncul, secara berurutan, adalah menyenangkan, tak menyenangkan,
atau netral.
b) Pembedaan/diskriminasi
Faktor mental ini memungkinkan kita untuk membedakan satu e) Perhatian
fenomena dari fenomena yang lain. Tanpa faktor mental ini, kita tak
bisa membedakan dinding dari tiang di sebelahnya. Faktor mental ini kadang-kadang disebut sebagai “batin yang
terlibat.” Inilah faktor mental yang menjaga batin utama bertahan
Dalam hal kesadaran penglihatan, faktor mental pembedaan yang pada objek yang dicerapnya. Perhatian menetapkan batin utama agar
menemani persepsi visual memungkinkan kita melihat bahwa sebuah secara spesifik terpaku pada detail objeknya dan mencegah batin utama
dinding putih berwarna putih, dan bukan warna lainnya. Kesadaran bergerak ke tempat lain.9
penglihatan tak memberi tahu kita bahwa ‘ini adalah putih’; faktor
mental pembedaanlah yang menjalankan fungsi tersebut. 8 Niat adalah bagian dari batin yang sifatnya aktif, dan merupakan karma itu sendiri.
Niat adalah unsur yang berkaitan dengan perkembangan tindakan (fisik, ucapan,
7 Kemelekatan adalah hasrat untuk memiliki dan ketidaksukaan kalau harus berpisah mental), yang utamanya bertanggung jawab terhadap tindakan serta mengumpulkan
dengan objek tertentu (hidup ataupun mati). Kemelekatan mendorong kita untuk aneka kecenderungan dan jejak karma di dalam batin.
memperoleh dan mengejar kesenangan ataupun kepemilikan materi yang sifatnya 9 Perhatian membentuk dasar (atau fondasi) bagi fungsi-fungsi mental yang lebih
sementara atau tak kekal. Kemelekatan menyebabkan munculnya keserakahan. berkembang, yaitu ingatan dan kewaspadaan.

14 15
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Tinjauan Ulang I

Tinjauan Ulang I Jika kita memahami diri sendiri dengan baik, kita bisa
menerapkan pemahaman yang sama pada orang lain agar semakin
Agar kesadaran indra mana pun bisa berfungsi, kelima faktor bisa memahami mereka. Jika kita bisa melihat bagaimana orang-orang
mental yang senantiasa hadir harus berfungsi bersama-sama dengannya. berperilaku menurut sifat dan karakteristiknya masing-masing, kita bisa
Jika salah satu saja tak hadir, batin utama tidak bisa mencerap objeknya. menyesuaikan perilaku kita dengan lebih baik. Dengan cara seperti ini,
Penting sekali untuk memahami bahwa tujuan kita mempelajari kita bisa meningkatkan hubungan kita dengan orang lain, baik dengan
batin dan faktor mental adalah agar kita dapat memahami batin kita anggota keluarga, sahabat, kenalan, rekan, dsb.
dengan lebih baik dan merasa lebih percaya diri. Saat ini, kita kurang Menyangkut faktor mental yang selalu hadir, yang pertama adalah
percaya diri dan kurang pemahaman atas diri sendiri. Kita bahkan tidak perasaan (yang muncul dari kontak). Kita selalu mengalami perasaan,
yakin pada diri sendiri. Kita tidak tahu apa yang bisa diharapkan dari baik yang sifatnya menyenangkan maupun tidak. Sangat alami sekali
diri sendiri. Mempelajari batin dan faktor mental akan membuat kita apabila perasaan kita selalu berubah-ubah. Dan memang tidak ada yang
lebih meyakini kemampuan diri sendiri dan menjadi lebih percaya diri. bisa kita upayakan mengenai hal itu. Akan tetapi, kita bisa mengubah
Semakin kita memahami batin dan faktor mental, semakin kita cara kita bereaksi dan merespons perasaan-perasaan tersebut.
mampu mengenalinya ketika mereka muncul di batin kita. Misalnya, Idealnya, kita harus bisa menghindari kemelekatan ketika sedang
bisa jadi kita sedang mengerjakan sesuatu hingga setengah jalan dan mengalami perasaan menyenangkan dan menghindari kemarahan atau
tiba-tiba kita merasa tidak ingin melanjutkannya lagi. Ketika kejadian kebencian ketika sedang mengalami perasaan tak menyenangkan. Jika
seperti ini terjadi, kita bisa mencoba untuk melihat ke dalam diri sendiri. kita bisa belajar meredakan reaksi-reaksi negatif terhadap perasaan-
Kita bisa berupaya mencari faktor mental apa yang sedang menimbulkan perasaan tak menyenangkan yang timbul akibat berbagai kesukaran,
masalah, kemudian menghadapinya dengan tepat. Contoh lainnya, kita atau bila kita mampu menekan kemelekatan ketika menghadapi sesuatu
tahu bahwa seseorang yang biasanya memiliki karakter yang baik dan yang menyenangkan, maka bisa dikatakan bahwa kita sudah benar-
tenang juga bisa marah dalam kondisi tertentu, melontarkan ucapan benar menekuni Dharma.
yang kasar atau kejam, serta melakukan sesuatu yang menyakiti orang
lain. Ini semata-mata karena orang ini tidak memahami batinnya sendiri Lamrim (Tahapan Jalan Menuju Pencerahan) mengajarkan
berikut cara kerjanya. bagaimana cara bertindak dan berperilaku selama sesi meditasi dan juga
sesi di antaranya, yakni dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan
Jika kita mempelajari batin dan faktor mental, kita akan sehari-hari, kita diajarkan untuk berupaya mengendalikan pintu-
lebih memahami diri sendiri hingga akhirnya belajar untuk lebih pintu indra, memeriksa reaksi- reaksi negatif, kemelekatan, dsb. Kita
mengendalikan diri sendiri. Walau ada sedikit variasi, tapi pada dasarnya harus menjaga agar perasaan menyenangkan tak memicu timbulnya
semua orang itu sama. Beberapa orang mungkin lebih menonjol pada kemelekatan serta menghindari timbulnya kemarahan atau kebencian
faktor-faktor mental tertentu dan kurang menonjol pada faktor-faktor terhadap perasaan-perasaan yang tak menyenangkan.
mental lainnya, tapi sifat dasar dari keseluruhan faktor mental tersebut
adalah sama dan berlaku untuk semua orang. Bedanya hanya pada
kekuatan atau kuantitasnya.

16 17
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Tinjauan Ulang I

Faktor mental yang ditentukan oleh objek untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.

Faktor mental ini berbeda dari faktor mental yang selalu hadir, Fungsi aspirasi adalah untuk membangkitkan daya upaya yang
karena ia muncul pada waktu-waktu tertentu saja. Ia dinamai demikian bersemangat (wirya), sebuah perasaan sukacita ketika melakukan hal
karena masing-masing faktor mental mempunyai objek khusus, suatu yang baik. Contoh lainnya adalah mengaspirasikan kemurahan hati
objek yang telah ditetapkan sebelumnya. (dana) atau disiplin moral (sila) dalam kehidupan saat ini.

Kelima faktor mental yang ditentukan oleh objeknya adalah:


b) Tekad
a) aspirasi
b) tekad Objek faktor mental tekad adalah objek yang telah dipastikan
c) ingatan sebelumnya, yakni objek yang sepenuhnya kita pahami. Tekad
memperkuat pemahaman terhadap objek. Fungsi tekad adalah mencegah
d) konsentrasi
berubahnya pendapat kita menyangkut suatu objek11.
e) kebijaksanaan
Prosesnya sebagai berikut: pertama-tama, kita mempelajari suatu
objek. Kita melanjutkan studi dan perenungan hingga memperoleh
a) Aspirasi
persepsi yang akurat sehubungan dengan objek tersebut. Tekad
Objek faktor mental aspirasi adalah hasrat, sesuatu yang kita memungkinkan kita untuk berpegang pada pandangan yang akurat ini
inginkan10. Jika kita tak menginginkan apa-apa, maka kita tidak dan mencegah agar ia tidak berubah atau terpengaruh oleh objek lain.
sedang memiliki faktor mental aspirasi. Seandainya kita menginginkan
kelahiran kembali yang baik dalam kehidupan mendatang, kita dapat c) Ingatan
mengaspirasikannya, misalnya, dengan berpikir: “Di kehidupan
mendatang, saya benar-benar ingin dilahirkan di Malaysia.” Dengan Objek faktor mental ingatan adalah objek yang telah dikenal dan
demikian, objek yang diinginkan adalah “kelahiran kembali yang baik,” akrab bagi kita. Ingat artinya tidak lupa. Ingatan menjaga agar objek tetap
sebuah aspirasi yang sepenuhnya sah. berada di dalam batin. Fungsinya adalah untuk mencegah pengalihan
batin dan menyediakan landasan yang kuat bagi pengembangan
Tetapi aspirasi lebih dari sekadar menginginkan sesuatu. Aspirasi konsentrasi12.
menguatkan keinginan untuk mendapatkan objek dan mendorong
kita untuk mengeluarkan upaya untuk bisa mencapainya. Ketika 11 Tekad juga disebut “penghargaan”. Begitu suatu objek telah ditetapkan atau
mengaspirasikan sesuatu—seperti kelahiran kembali yang baik—kita dihargai sebagai sesuatu yang memiliki nilai dan berharga, faktor mental ini berfungsi
merasakan semangat positif untuk melakukan apa yang harus dilakukan untuk menghargai objek tersebut dan memastikan ingatan kita terhadapnya. Dengan
demikian, semakin kuat seseorang menghargai Dharma, semakin kuat pula keyakinan
serta motivasinya untuk merealisasikan tujuan-tujuan spiritual.
10 Secara umum, keinginan atau hasrat apa pun untuk mendapatkan objek tertentu 12 Secara umum, ingatan bisa dikategorikan menjadi 2: mengumpulkan kembali
termasuk sebuah aspirasi. Sifat dasar objeklah yang kemudian menentukan apakah ingatan-ingatan yang mengganggu batin dan ingatan-ingatan yang tidak mengganggu
keinginan atau hasrat ini bersifat positif atau negatif. batin.

18 19
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Tinjauan Ulang I

d) Konsentrasi kita bukanlah sebuah unit yang solid, tapi hanya merupakan gabungan
dari unsur-unsur yang membentuk kita. Cara ini bisa melemahkan
Objek faktor mental konsentrasi adalah suatu gambaran mental, kesombongan yang kita miliki. Dasar bagi terbentuknya keyakinan
suatu objek yang dibayangkan. Aspek atau sifatnya adalah “terpusat akan adanya diri yang berdiri sendiri adalah 5 agregat (skandha)13.
pada satu titik,” atau pemusatan mental pada suatu objek dalam jangka Dengan memeditasikan 5 skandha ini, termasuk unsur fisik (terdiri dari
waktu tertentu. Fungsinya adalah untuk menyediakan dasar bagi tanah, angin, api, dan air) dan batin kita (terdiri dari batin utama dan
perkembangan kecerdasan. faktor mental), kita bisa melemahkan kesombongan kita.
Ada banyak objek konsentrasi, salah satunya adalah cinta kasih. Sebelum bermeditasi untuk meningkatkan konsentrasi, kita harus
Dalam Buddhisme, ada 2 jenis konsentrasi cinta kasih: mengenali faktor mental pengganggu (klesha) kita yang paling dominan.
1. rasa simpati, kebaikan hati, dan kasih sayang yang ditujukan Lalu, terapkanlah penawar yang sesuai untuk mengurangi intensitas
kepada sahabat dekat atau anggota keluarga. permasalahan. Setelahnya, kita bisa lebih bebas untuk memeditasikan
objek konsentrasi yang kita pilih, misalnya sosok Tara atau Buddha.
2. keinginan agar makhluk lain berbahagia.
Analogi seekor gajah yang diikat pada sebuah tiang digunakan
Untuk memeditasikan cinta kasih yang pertama, kita harus
untuk menunjukkan batin yang terikat pada objek meditasi berkat
terlebih dulu mengembangkan kebaikan hati dan kasih sayang pada
ingatan. Untuk menaklukkan seekor gajah (melambangkan batin),
orang lain. Lalu, dengan menggunakan faktor mental ingatan, kita
kita menggunakan pentungan atau batang kayu (melambangkan
mempertahankan cinta kasih di dalam batin.
kewaspadaan). Sama halnya, agar sebuah latihan meditasi berjalan
Objek-objek konsentrasi jenis tertentu bisa dipilih untuk dengan baik, kita harus mengawasi batin seiring dengan pemusatan
mengatasi masalah kita. Jika secara khusus kita bermasalah dengan perhatian yang kita lakukan. Ketika melakukan meditasi konsentrasi,
kemelekatan, kita perlu memeditasikan sisi negatif atau kerugian sebagian besar energi mental harus dicurahkan untuk berkonsentrasi
kemelekatan. Kalau masalah kita adalah ketidaktahuan, sebab-musabab pada objek meditasi, tapi satu bagian dari energi mental tersebut harus
yang saling bergantungan adalah topik meditasi kita. Bagi yang suka disisihkan untuk mengawasi apakah kita benar-benar fokus pada objek
melamun atau pikirannya melayang ke mana-mana, penawarnya adalah atau tidak. Jika kedua faktor ini – ingatan dan kewaspadaan – bisa
melatih meditasi pernapasan. Jika masalahnya adalah kesombongan, dikembangkan, kita akan memperoleh kualitas meditasi yang baik.
aneka unsur mental dan fisik yang membentuk keberadaan kita sebagai
individu adalah topik meditasi yang tepat. e) Kebijaksanaan
Bagaimana cara meditasi mengatasi kesombongan? Kesombongan
Objek faktor mental kebijaksanaan selalu berupa objek yang akan
muncul karena adanya pemikiran yang kuat ihwal eksistensi sebuah
dianalisis, objek yang telah diperiksa dalam batin kita. Kebijaksanaan
diri yang berdiri sendiri dan tak bergantung pada hal-ihwal lain.
memungkinkan kita untuk mendefinisikan dan menjelaskan suatu objek
Karena melekat pada pemikiran macam ini, kita merasa diri kita lebih
penting daripada orang lain. Dengan menganalisis unsur-unsur yang
13 Terdiri dari: bentuk, perasaan, identifikasi, faktor-faktor pembentuk, dan
membentuk keberadaan kita, kita akan sampai pada pemahaman bahwa
pembedaan/diskriminasi.

20 21
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Tinjauan Ulang I

dengan jelas, serta dengan tepat membedakannya dari sesuatu yang Keyakinan buta juga termasuk faktor mental, tapi tidak kukuh karena
lain14. tak punya dasar alasan atau pengertian yang kuat. Misalnya, keyakinan
pada seorang guru semata-mata karena ia merupakan sosok yang
Faktor mental bajik sangat terkenal. Atau, keyakinan karena kita terkesan dengan pesona
guru tersebut (tanpa melihat kualitas-kualitasnya). Jika orang lain
Faktor mental bajik disebut demikian karena sifat dasarnya adalah mengatakan sesuatu yang negatif tentang guru ini, maka keyakinan kita
bajik. Kapan pun faktor mental ini muncul, seluruh batin kita akan pun serta-merta lenyap begitu saja.
dipengaruhi olehnya; dengan kata lain, batin kita menjadi bajik tanpa
harus bergantung pada motivasi yang dibangkitkan. Sebaliknya, bisa jadi awalnya kita melihat seorang guru tanpa
keyakinan. Tetapi, setelah menganalisis tindak-tanduknya yang baik dan
Ada 11 jenis faktor mental bajik: luhur, keyakinan pada beliau pun tumbuh secara perlahan. Meskipun
a) keyakinan seseorang mengkritiknya, kita takkan mudah terpengaruh. Kita bahkan
bisa membelanya dengan berkata, “Tidak, itu tidak benar. Guru ini
b) tahu malu
mempunyai kualitas seperti ini dan itu. Saya mempunyai alasan yang
c) mempertimbangkan pihak lain mendasar untuk yakin padanya.”
d) tanpa kemelekatan
Keyakinan yang tidak buta ini bisa dibagi ke dalam 3 tingkat:
e) tanpa kebencian
f) tanpa ketidaktahuan 1. mengidolakan (keyakinan yang tumbuh): keyakinan ini tumbuh
g) upaya bersemangat ketika kita melihat kualitas seseorang, misalnya sosok Buddha
atau Bodhisatwa, kemudian berharap untuk memperoleh kualitas
h) kesupelan mental
yang sama. Keyakinan macam ini adalah sebuah bentuk aspirasi.
i) wawas diri
2. mengagumi (keyakinan yang jernih): keyakinan ini tumbuh ketika
j) keseimbangan batin kita melihat sesuatu yang baik, misalnya perwujudan Buddha. Kita
k) tanpa kekerasan terkesan pada kualitas-kualitasnya tetapi belum punya keinginan
untuk mengembangkannya. Ini juga disebut keyakinan, tetapi
a) Keyakinan tingkatannya lebih rendah dari mengidolakan.
3. pendirian (keyakinan yang kukuh): ketika kita percaya pada
Buddhisme mengenal 2 jenis keyakinan. Yang pertama adalah kebenaran hukum sebab-akibat atau percaya bahwa praktik
keyakinan buta, yang tidak berdasarkan alasan atau pengertian. kemurahan hati akan menghasilkan hidup yang berkecukupan
pada kehidupan mendatang, maka inilah yang disebut pendirian.
Contoh sebaliknya adalah ketika kita juga meyakini bahwa tak ada
14 Kebijaksanaan juga dirujuk sebagai “kecerdasan.” Ini adalah faktor mental yang
memiliki sifat pembedaan yang tepat. Ia memeriksa karakteristik atau nilai dari suatu
kebahagiaan sejati selama kita masih berdiam di dalam samsara;
objek yang sedang diingat serta memotong keraguan. Kebijaksanaan bisa didapatkan dengan kata lain, kita meyakini bahwa hakikat samsara adalah
sejak lahir, atau diperoleh melalui pembelajaran, perenungan, dan meditasi. penderitaan.

22 23
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Tinjauan Ulang I

Kita bisa membangkitkan ketiga jenis keyakinan ini pada objek yang Setiap kali kita berhenti melakukan tindakan negatif karena kita
sama. Misalnya, kita bisa melihat kualitas unggul dari tubuh, ucapan, merasa itu adalah tindakan yang tidak pantas dilakukan oleh diri kita
dan batin Buddha dan merasakan kekaguman pada kualitas-kualitas sebagai seorang manusia, maka itu adalah sebuah sikap menghargai diri
tersebut. Karena kita menghargai semua kualitas ini, kita juga ingin sendiri.
memperoleh kualitas yang sama dan menjadi seperti beliau. Berikutnya,
dengan melihat kualitas-kualitas seorang Buddha, kita juga memahami c) Mempertimbangkan pihak lain
bahwa semua kualitas ini berasal dari upaya yang dilakukan oleh Buddha
sendiri (sebelum beliau mencapai Kebuddhaan), yakni mengumpulkan Faktor mental ini mencegah kita terlibat dalam perbuatan negatif
karma baik dan kebijaksanaan. Ini adalah suatu bentuk pendirian. berkenaan dengan orang lain. Contohnya, kita batal mencuri di sebuah
toko karena tindakan itu akan mengakibatkan kekecewaan atau
Keyakinan adalah kualitas yang sangat mendasar sekaligus penderitaan bagi orang lain. Hasil dari sikap menghargai diri sendiri
landasan sebuah praktik Dharma. Tanpanya, upaya mempelajari Dharma dan orang lain adalah sama, yakni mencegah kita melakukan perbuatan
hanya akan memberikan pengetahuan baru tanpa secuil pun realisasi. negatif16.
Sebaliknya, jika kita mempelajari Dharma dengan keyakinan, kita
bukan hanya akan memperoleh hal-hal baru, tetapi juga akan menerima Tiga faktor mental berikutnya adalah tanpa kemelekatan, tanpa
berkah para Buddha. Kalau misalnya kita berdoa kepada Buddha kebencian, dan tanpa ketidaktahuan, yang dikelompokkan menjadi
untuk mencapai sesuatu dalam kehidupan saat ini dan mendatang satu, yaitu “3 akar kebajikan mental,” karena kebajikan apa pun yang
tanpa meyakini doa yang kita ucapkan, maka takkan ada berkah yang dilakukan pasti dilandasi oleh salah satu dari ketiga faktor ini.
diterima, karena kecil kemungkinan doa kita akan terkabul.
d) Tanpa kemelekatan
b) Tahu malu
Ketika kita berbicara tentang tanpa kemelekatan pada harta
Faktor mental ini mencegah seseorang melakukan perbuatan duniawi, bukan berarti kita tidak butuh benda atau harta materi. Kita
negatif berkenaan dengan dirinya sendiri. Tahu malu menghentikan kita memerlukan barang-barang kebutuhan minimum tertentu. Jika kita
untuk berperilaku buruk. Misalnya, kita adalah orang Malaysia yang memiliki benda-benda yang bagus, itu pun sah-sah saja. Intinya, jangan
tiba-tiba tergoda untuk mencuri di sebuah toko di Singapura. Tapi kita melekat secara berlebihan pada hal-hal tersebut17.
kemudian berpikir, “Saya orang Malaysia. Tidak patut bagi saya untuk
melakukan hal ini.” Kita merasa malu, dan inilah yang menghentikan oleh diri sendiri. Menurut Nagarjuna, ada 2 hal yang melindungi orang-orang di dunia
kita untuk melakukan tindakan negatif15. ini: sikap melindungi diri sendiri dan sikap menghargai orang lain.
16 Ada 2 jenis pertimbangan: menghindari perbuatan negatif demi orang lain dan
15 Sikap menghargai diri sendiri adalah sebuah faktor mental yang menghindari demi keyakinan spiritual yang dianut orang lain.
ketidakbajikan semata-mata karena kesadaran pribadi. Ia berfungsi untuk menahan 17 Selama kita berada di bawah pengaruh kemelekatan, kita akan terus mencengkeram
diri dari melakukan tindakan fisik, ucapan, dan mental yang buruk, serta merupakan dan mendambakan sesuatu; pada akhirnya, yang kita dapatkan adalah kekecewaan
fondasi untuk semua bentuk disiplin moral. Ada 2 bentuk sikap menghargai diri sendiri: dan penderitaan, karena takkan ada kepuasan yang muncul dari kemelekatan. Tanpa
menghindari ketidakbajikan demi diri sendiri dan demi keyakinan spiritual yang dianut kemelekatan adalah sebuah faktor mental yang memungkinkan kita untuk menarik

24 25
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Tinjauan Ulang I

Faktor mental ini adalah kebalikan dari sifat melekat pada menyenangkan. Jika kita menyadari proses ini, kita akan paham bahwa
benda-benda atau kepemilikan materi, serta belajar melihat objek dan sama sekali tidak ada gunanya untuk marah, baik pada situasi maupun
kepemilikan tersebut sebagai hal yang tidak dapat diandalkan ataupun orang lain. Tentu saja bukan berarti kita tidak perlu berusaha untuk
dipercaya. Ia adalah kesadaran bahwa suatu hari kita akan berpisah mengatasi suatu masalah. Intinya adalah mengupayakan solusi sebuah
dari semua harta benda. Walaupun kita tak tahu kapan waktunya, tapi masalah tanpa memunculkan kebencian. Jika kita telah mengupayakan
perpisahan adalah hal yang tidak terelakkan. semua metode yang tersedia tapi tetap tidak berhasil, barulah kita boleh
memutuskan untuk menerima situasi itu sebagai buah karma yang harus
Tanpa kemelekatan adalah faktor mental yang sangat mirip dengan kita alami—bahwa tak ada lagi yang bisa kita lakukan.
penolakan samsara. Fungsinya adalah mencegah kita melakukan
tindakan negatif dan mengumpulkan karma buruk melalui kemelekatan. Jika kita bisa mempertahankan sikap tanpa kebencian ketika
Melaluinya, kita bisa melihat dengan lebih jernih dan objektif. Ia bereaksi terhadap suatu masalah sembari mencari solusinya, kita bisa
memungkinkan kita untuk memusatkan perhatian dan energi pada menyelamatkan diri sendiri dari perilaku yang akan memperparah
tujuan yang benar-benar bermakna. situasi dan menciptakan karma buruk yang lebih banyak. Fungsi faktor
mental ini adalah mencegah seseorang terlibat dalam perbuatan buruk.
e) Tanpa kebencian
f) Tanpa ketidaktahuan
Sangat mudah bagi kita untuk merasa marah atau benci kepada
orang yang telah mengganggu atau menyakiti kita. Faktor mental ini Dalam bahasa Tibet, faktor mental ini juga digambarkan sebagai
adalah kebalikan dari kebencian (dan kemarahan). “tanpa kegelapan.” Kegelapan yang dimaksud adalah kegelapan akibat
ketidaktahuan. Seperti yang telah kita singgung di atas, kebijaksanaan
Jika kita sanggup untuk tidak membangkitkan kebencian atau atau kecerdasan yang menjadi lawan dari kegelapan batin ini bisa
kemarahan ketika berhadapan dengan situasi yang sulit atau kondisi didapatkan sejak lahir, atau diperoleh dari proses belajar dan merenung.
yang tak menyenangkan, ini tentunya berasal dari pemahaman bahwa Fungsi faktor mental ini juga untuk mencegah seseorang terlibat dalam
kesulitan atau masalah yang kita alami berasal dari perbuatan yang kita perbuatan buruk.
lakukan sendiri di masa lampau18.
Walaupun tanpa ketidaktahuan sama dengan kebijaksanaan,
Ketika melakukan sesuatu yang negatif di masa lalu, kita fungsi faktor mental ini berbeda dengan faktor mental kebijaksanaan.
mengumpulkan karma buruk. Ketika kondisi bagi karma itu untuk Faktor mental ini berfungsi sebagai penawar bagi ketidaktahuan batin
berbuah telah tersedia, maka hasilnya berupa sesuatu yang tidak dan menemani kebijaksanaan yang menganalisis hakikat sejati semua
objek. Namun, ia sendiri bukanlah sebuah bentuk kebijaksanaan,
diri dari keterlibatan yang kuat dengan sebuah objek dengan cara memahami hakikat
melainkan kualitas kejernihan batin yang menemani kebijaksanaan,
sejatinya.
yang menghasilkan kejelasan dan ketajaman untuk menghilangkan
18 Kalau kita tidak bereaksi secara membabi-buta terhadap suatu kondisi, sikap tanpa
kebencian akan mempertahankan kejernihan batin yang ditandai oleh cinta kasih, kebingungan terkait sebuah objek tertentu.
kebaikan hati, dan kesabaran. Ini adalah sebuah faktor mental positif yang mampu
menghapuskan klesha seperti kemarahan dan kebencian.

26 27
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Tinjauan Ulang I

g) Upaya bersemangat pada objek tertentu dengan sangat efektif. Kesupelan mental adalah
kemampuan untuk mengarahkan batin pada objek yang dipilih, dan
Dalam istilah Buddhis, upaya bersemangat artinya “menyukai batin akan bereaksi secara spontan sesuai perintah kita.
kebajikan,” “bersukacita dalam kebajikan,” dan karenanya “bekerja
keras dengan penuh sukacita” demi kebajikan. Misalnya, bersukacita Secara umum, ada 2 jenis kesupelan, yaitu:
ketika memberikan sesuatu kepada orang lain (kemurahan hati), 1. kesupelan mental
menyebarkan sukacita melalui praktik sila yang murni, dst. Semua
2. kesupelan fisik
sukacita dalam tindak kebajikan ini adalah upaya bersemangat.
Walaupun di sini kita sedang membicarakan kesupelan mental,
Kita tak boleh mencampuradukkan upaya bersemangat ini dengan
tapi kesupelan fisik juga muncul setelah kita merampungkan 9 tahap
upaya biasa. Seseorang bisa saja mengeluarkan upaya untuk melakukan
ketenangan batin. Ketika itu, kita takkan lagi merasakan badan yang
perbuatan yang sangat negatif. Antusiasme atau upaya bersemangat
kaku, leher yang sakit, sakit punggung, atau perasaan mengantuk,
adalah kualitas batin yang dinamis, yang dibutuhkan untuk meraih
seperti yang kita rasakan sekarang. Ini karena unsur angin yang berputar
perkembangan dan pemahaman spiritual secara efektif.
di dalam tubuh kita telah disempurnakan setelah kekuatan konsentrasi
diraih. Kita dapat memilih posisi fisik apa pun dan bertahan dalam
h) Kesupelan mental posisi tersebut untuk waktu yang sangat lama.

Kesupelan mental bukanlah sesuatu yang perlu kita ketahui secara Mental dan fisik yang kaku adalah kondisi yang mengakibatkan
rinci saat ini. Kualitas ini hanya muncul jika seseorang telah berlatih kita tidak mampu melakukan apa yang kita inginkan. Kondisi seperti
dan mencapai tingkat konsentrasi yang sangat tinggi—tepatnya, itu merupakan benih bagi munculnya segala bentuk klesha. Kesupelan
ketika kita telah mengembangkan kekuatan konsentrasi melalui 9 akan mengatasi sifat yang berat dan kaku, sehingga batin pun menjadi
tahap yang diperlukan. Begitu seseorang telah merampungkan 9 tahap lebih fleksibel dan ringan, yang pada gilirannya memungkinkan kita
ketenangan batin (shamatha), upaya-upaya yang telah dikeluarkan untuk mengatasi masalah-masalah intelektual dan berkonsentrasi pada
untuk mengembangkan konsentrasi secara alami akan memunculkan sebuah objek meditasi.
kesupelan mental dalam batinnya.
Sebenarnya, yang pertama kali dicapai adalah kesupelan mental
Kesupelan mental adalah kebalikan dari kekakuan mental, yang dalam bentuk ketenangan batin. Bila menyatu dengan energi fisik (unsur
bisa dibandingkan dengan mikrofon atau benda apa pun yang sifatnya angin) yang bersirkulasi di dalam tubuh, batin yang telah sepenuhnya
benar-benar kaku. Artinya, ketika kita hendak memikirkan sesuatu, supel akan memengaruhi unsur angin ini. Hasilnya, tubuh pun akan
kita malah memikirkan hal yang lain. Ketika kita ingin mengarahkan menjadi supel. Sirkulasi unsur angin yang baik akan menyebabkan
batin pada cara berpikir tertentu, biasanya batin tidak merespons sesuai timbulnya sensasi tertentu, yang menandakan bahwa seseorang telah
keinginan atau arah yang kita inginkan. Kita kesulitan mengendalikan mencapai kesupelan fisik.
batin dan mengarahkannya sesuai apa yang kita kehendaki. Kesupelan
mental berkebalikan dengan kondisi mental yang kaku. Dengan mental Kesupelan mental yang paling tinggi tingkatannya disebut
yang supel, seseorang bisa mengarahkan batin dan menetapkannya “kesupelan yang tak tergoyahkan” atau “kesupelan mental yang

28 29
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Tinjauan Ulang I

sepenuhnya stabil,” yang hanya akan muncul kalau kita telah yang panjang, yakni pada akhir tahap kesembilan dalam latihan
merampungkan 9 tahap ketenangan batin. Di awal tingkat kesembilan, ketenangan batin20.
kita belum akan merasakannya. Namun, seiring upaya yang sinambung,
kesupelan tertinggi akan diraih. Keseimbangan batin merujuk pada kondisi meditasi, konsentrasi,
dan batin yang sepenuhnya seimbang. Kondisi batin yang tidak seimbang
bisa berakibat kelesuan atau keterangsangan, yang merupakan dua
i) Wawas diri halangan utama bagi meditasi yang sempurna. Melalui keseimbangan
batin, takkan ada halangan bagi konsentrasi dan batin bisa terarah
Ini adalah konsep yang sulit diterjemahkan. Terkadang, faktor
secara sempurna pada objeknya.
mental ini juga diterjemahkan sebagai disiplin diri. Tapi, istilah ini pun
masih kurang tepat. Dalam konteks ini, keseimbangan batin merujuk pada
keseimbangan batin sebagai unsur pembentuk. Ini merupakan faktor
Faktor mental ini muncul dari fondasi yang dibentuk oleh 3
mental yang menjaga batin agar senantiasa seimbang dan tenang, tanpa
akar kebajikan serta faktor mental upaya bersemangat. Fungsinya
membiarkannya teralihkan secara ceroboh, tidak jelas, atau tumpul.
adalah melindungi batin dari pengaruh ketidakmurnian apa pun, serta
Melalui latihan meditasi terus-menerus, keseimbangan yang awalnya
membantu kita melatih tindakan positif19.
lemah ini bisa berubah menjadi kekuatan yang besar. Faktor mental ini
Hanya dengan wawas diri, kita bisa mencapai kualitas baik apa memiliki 3 tahapan: batin yang seimbang (mampu mempertahankan titik
pun, baik pencapaian duniawi (di dalam samsara) maupun pencapaian keseimbangan tapi masih sedikit terpengaruh oleh keterangsangan atau
tertinggi (di luar samsara). Hasilnya sangat luar biasa. Contohnya, jika kelesuan), batin yang tenang (mampu berkonsentrasi dan menerapkan
kita menahan diri dari perbuatan membunuh makhluk lain berkat wawas aneka penawar untuk mengatasi keterangsangan atau kelesuan), dan
diri dan kesadaran bahwa membunuh adalah tindakan negatif yang batin yang spontan (sepenuhnya seimbang dalam konsentrasi tanpa
akan menghasilkan karma buruk, akan ada akibat positif ganda yang harus berupaya; keterangsangan atau kelesuan tak lagi muncul).
kita terima, yakni menghindari tindakan membunuh dan melakukan
kebajikan melalui tindakan melindungi kehidupan. k) Tanpa kekerasan

j) Keseimbangan batin Faktor mental ini berhubungan dengan faktor mental tanpa
kebencian. Tanpa kebencian di dalam batinnya, seseorang kemudian
Faktor mental ini juga muncul berdasarkan 3 akar kebajikan mengembangkan sikap tanpa kekerasan.
berikut upaya bersemangat. Ia juga baru bisa dicapai setelah latihan

19 Wawas diri adalah sebuah kualitas batin yang senang pada kebajikan dan melindungi
batin dari aneka klesha. Wawas diri mencegah batin dipengaruhi oleh kemelekatan, 20 Biasanya, pengertian keseimbangan batin dipakai dalam 3 konteks: keseimbangan
kemarahan, dst. Dalam mengawal batin, faktor mental ini mirip sikap menghargai batin sebagai suatu perasaan yang seimbang, keseimbangan batin tanpa batas yang
diri sendiri maupun orang lain. Bedanya, faktor mental ini bukan berlandaskan pada berharap agar semua makhluk menetap dalam batin yang seimbang serta bebas dari
alasan tertentu; perlindungannya bersifat lebih umum dan fundamental. kemelekatan dan kebencian, dan keseimbangan batin sebagai unsur pembentuk.

30 31
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Tinjauan Ulang II

Faktor mental ini terbagi menjadi 2 aspek: Jalan dengan upaya bersemangat dan ketekunan yang besar hingga
akhirnya mampu mencapai Kebuddhaan. Di sisi lain, kita belum
1. welas asih
melakukan hal tersebut. Akibatnya, saat ini kita ketinggalan jauh.
2. kesabaran
Sebagai manusia dengan kelahiran yang berharga, kita memiliki
Faktor mental ini merupakan inti ajaran Buddha. Beliau mengajarkan kebebasan untuk meraih kebahagiaan yang stabil dan bertahan untuk
bahwa kita harus sebisa mungkin mengembangkan kebaikan hati yang selama-lamanya. Saat ini, kita sudah memiliki semua kondisi yang
ditujukan kepada makhluk lain. Bila itu terlalu sulit, maka yang paling menguntungkan, tapi ini tidak bisa bertahan selamanya. Kita tidak
minimum adalah berusaha untuk tidak menyakiti siapa pun. Dengan pernah tahu seberapa lama kondisi ini bisa bertahan. Jadi, kita harus
demikian, faktor mental ini merupakan inti dan esensi ajaran Buddha21. melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk menunaikan tugas
Demikianlah penjelasan ringkas mengenai faktor-faktor mental meraih kebahagiaan yang stabil, mumpung kondisinya belum berubah.
yang bajik. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, batin utama Kita tak pernah tahu kapan kita akan meninggal. Jadi, kita harus
pada dasarnya bersifat netral. Tetapi, jika faktor-faktor mental ini memulai perjalanan menuju pencerahan saat ini juga. Bukan berarti kita
muncul menemani batin utama, maka mereka akan memengaruhi batin harus mengganti gaya hidup secara drastis. Kita bisa meneruskan cara
utama dan membuatnya menjadi bajik. Sebagai tambahan, tak tertutup hidup kita selama ini. Yang perlu diubah adalah cara berpikir dan cara
kemungkinan bahwa beberapa faktor mental bajik muncul secara pandang terhadap segala sesuatu. Saat ini, pola pikir kita sangat picik.
bersamaan. Kita hanya mengejar kebahagiaan sementara dalam kehidupan saat ini.
Kita hanya memikirkan diri sendiri. Inilah dua sifat utama yang harus
Tinjauan Ulang II
kita ubah.
Kita perlu menyadari bahwa semua Buddha dan Bodhisatwa pada
Untuk berubah, pertama-tama kita harus mengenali cara berpikir
awalnya adalah manusia biasa, sama seperti kita. Jadi, jika mereka
kita sendiri. Inilah alasan kenapa kita harus mempelajari topik batin
mampu mencapai tingkatan yang telah mereka raih dengan berupaya,
dan faktor mental. Agar bisa mempraktikkan Dharma dengan benar,
maka kita seharusnya juga bisa melakukannya, karena kita dan mereka
kita perlu mengetahui batin dan faktor mental kita sendiri. Kalau
memiliki potensi atau benih Kebuddhaan yang sama.
tidak, meditasi Lamrim kita tidak akan jelas. Sama halnya, kalau kita
Buddha Shakyamuni sekali pun pernah hidup dan berputar-putar berupaya melakukan praktik Tantra tanpa memahami batin dan faktor
dalam samsara sebelum mencapai Kebuddhaan dan menjadi pelindung mental, praktik kita juga takkan berjalan dengan baik. Ini kurang lebih
kita. Bisa jadi dulu kita berada di posisi yang lebih unggul ketimbang seperti memasak. Kita tidak bisa menghasilkan masakan yang bagus
beliau, katakanlah, misalnya dulu kita adalah pemimpin dan beliau tanpa bahan-bahan yang berkualitas. Dengan analogi yang sama, jika
adalah pengikut kita. Namun, beliau menerapkan dan mengikuti Sang bahan-bahan yang kita gunakan (yakni batin dan faktor mental) tidak
berkualitas, maka hasil yang kita dapatkan juga tidak akan berkualitas.

21 Juga dirujuk sebagai “tanpa kekerasan.” Fungsinya adalah untuk menimbulkan Untuk memahami poin ini dengan lebih baik, ada sebuah kisah
perasaan tidak tahan apabila makhluk lain menderita. Dengan kata lain, ia sama dengan dari Geshe Potowa. Walaupun Geshe Potowa masih kecil, beliau sudah
welas asih, sebuah niat yang murni agar semua makhluk bisa bebas dari samsara.

32 33
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Tinjauan Ulang II

memiliki jejak-jejak karma dari kehidupan lampaunya untuk menekuni bajik, kita harus bisa mengenalinya. Kita juga harus bisa mengenali
Dharma. Singkatnya, beliau memohon kepada ayahnya agar diizinkan klesha dan segera menghapusnya bila ada kesempatan. Walaupun
untuk mempraktikkan Dharma di bawah bimbingan guru besar klesha ini tidak muncul ke permukaan, tapi bahaya latennya masih ada,
Kadampa, Dromtonpa, di Biara Rating. Ayahnya mengatakan bahwa itu ibarat benih penyakit yang terkandung di dalam tubuh kita.
adalah ide yang sangat baik. Ia pun menasihati putranya untuk memulai
pelajaran dengan topik “Batin dan Faktor Mental”, karena topik ini Klesha tak mesti senantiasa muncul setiap saat. Tapi, ketika
adalah “garam” yang memberi rasa pada praktik Dharma. Makanan kondisi-kondisi tertentu sudah bertemu, klesha membuat kita “jatuh
yang kekurangan garam takkan berasa gurih. Sama halnya, praktik sakit”. Jika kita masih terus mempertahankan klesha, maka selalu ada
Dharma tanpa pemahaman batin dan faktor mental juga takkan berasa risiko bahwa mereka akan menaklukkan kita, serta menyebabkan kita
gurih, atau dengan kata lain, takkan berjalan dengan baik. dan orang lain menderita.

Namun, sekali lagi, patut diingat bahwa ketika menyimak Saat ini, barangkali tidak ada di antara kita yang sedang marah, tapi
Dharma, penting sekali untuk melakukannya dengan motivasi yang kita memiliki benih kemarahan di dalam diri kita. Tidak butuh banyak
benar. Dengan niat yang tulus dan tujuan yang benar, maka proses hal agar benih itu bisa berkembang. Jika seseorang memukul kita, besar
mendengarkan Dharma pada satu sesi pengajaran saja pun sudah kemungkinan kemarahan kita langsung muncul. Selama kita masih
merupakan sebuah praktik Dharma. memiliki benih kemarahan, maka kemarahan senantiasa siap untuk
meledak. Tapi, kalau kita mampu mengenyahkan benih kemarahan ini,
Ketika menyimak Dharma, kita harus memahami bahwa semua kita takkan marah walaupun seseorang memukul kepala kita.
makhluk yang berada di dalam samsara juga memiliki keinginan yang
sama dengan kita, yakni kebahagiaan sejati. Oleh karena itu, Dharma Memiliki benih klesha ibarat menyimpan penyakit di dalam diri
harus disimak dengan niat untuk membantu semua makhluk mengatasi kita. Ketika kondisi-kondisi tertentu telah bertemu, penyakit ini pun
penderitaan dan memperoleh kebahagiaan tertinggi. muncul ibarat sakit demam. Ini berlaku untuk semua jenis klesha laten
di dalam batin kita. Inilah alasan kenapa kita mudah sekali melekat
Dengan kondisi kita saat ini, kita bahkan tidak mampu menolong pada hal-hal yang bagus, atau tiba-tiba saja merasa iri pada orang lain.
segelintir orang yang kita sayangi, seperti keluarga dan sahabat kita, Seiring kita mempelajari klesha, kita harus melihat ke dalam diri sendiri
apalagi menuntun semua makhluk keluar dari samsara. Akan tetapi, dan mengenali berbagai jenis faktor mental negatif berikut kondisi-
kalau kita telah menjadi seorang Buddha, kita akan mampu menolong kondisi yang menyebabkan kemunculan mereka.
mereka semua secara efektif. Kita harus merenungkan ini dan
membangkitkan niat agar kita sendiri bisa mencapai Kebuddhaan demi Sebagaimana telah dijelaskan kemarin, batin utama kita bersifat
tujuan agung ini. netral, seperti seorang anak kecil yang sifatnya tidak baik ataupun
buruk. Tapi, bila anak ini bergaul dengan teman-teman yang berkarakter
Cara menyimak Dharma sangatlah penting. Ketika mendengar buruk, maka besar kemungkinan ia akan tertular perilaku buruk mereka,
penjelasan tentang faktor-faktor mental bajik dan klesha, misalnya, dan begitu pula sebaliknya. Dengan analogi yang sama, karakter batin
kita seharusnya memeriksa diri sendiri. Amatilah apakah kita memiliki utama bergantung pada teman-teman (faktor-faktor mental) yang
faktor-faktor mental bajik atau klesha tersebut. Kalau ada faktor mental menemaninya. Layaknya orang tua yang senantiasa berharap agar

34 35
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Tinjauan Ulang II

anaknya bergaul dengan teman-teman yang baik dan menghindari ini adalah reaksi yang alami. Tapi, kemelekatan lebih kuat dan lebih
teman-teman yang jahat, kita juga harus menjauhkan batin utama kita berbahaya daripada itu.
dari aneka jenis klesha dan mengakrabkannya dengan faktor-faktor
mental yang positif. Kemelekatan adalah suatu ketertarikan yang kuat pada suatu
objek dengan niat untuk mendapatkannya, menginginkan lebih, dan tak
Ingatlah bahwa mustahil bagi klesha dan faktor mental bajik mau berpisah darinya. Jika kita pernah merasa seperti itu, maka itulah
untuk muncul sekaligus pada saat bersamaan. Misalnya, mustahil bagi kemelekatan. Ia adalah pandangan keliru yang bisa ditujukan pada
kebijaksanaan untuk muncul bersamaan dengan ketidaktahuan. Dan objek apa pun, termasuk jasmani, kekayaan, dan status sosial. Bukan
seterusnya. berarti kita tidak boleh menghargai sebuah objek yang menarik atau
menyenangkan, karena itu berarti mengingkari sifat objek tersebut yang
Faktor mental pengganggu akar memang demikian adanya. Sah-sah saja kalau kita mengenali sesuatu
sebagai objek yang menarik, tapi yang harus kita lakukan adalah
Faktor mental pengganggu juga dikenal dengan nama klesha. menghindari munculnya tahap berikutnya, yaitu keinginan untuk tak
Apa itu klesha? Ia adalah suatu faktor mental yang kemunculannya lagi berpisah dengan objek dan melekat padanya.
menyebabkan kita kehilangan kedamaian batin.
Kemelekatan adalah salah satu klesha yang paling sukar diatasi.
Ada 6 klesha akar dan 20 klesha turunan. Yang kedua disebut Pertama, kemelekatan sulit dikenali karena kita sangat mudah
turunan karena berhubungan dengan yang pertama. Klesha sering mencampuradukkan antara “kemelekatan” dengan “cinta”. Perasaan
diterjemahkan sebagai delusi atau kekotoran batin, tapi tampaknya kedua yang dibangkitkan oleh cinta dan kemelekatan seolah-olah sama. Ketika
kata ini kurang begitu mewakili makna klesha yang sesungguhnya. kita ingin agar orang yang kita sukai berbahagia dan memperoleh
segala kebaikan, meskipun untuk itu kita harus mengabaikan dan
Enam klesha akar adalah:
mengorbankan diri sendiri, maka itulah cinta. Di sisi lain, jika kesukaan
a) kemelekatan kita pada orang itu semata karena kita ingin bersamanya dan karena
b) kemarahan kita memperoleh “kepuasan” atau “manfaat” pribadi darinya, maka
c) kesombongan itulah kemelekatan. Melalui kemelekatan, alasan yang mendasari kita
menginginkan kebahagiaan seseorang adalah alasan yang egois, yakni:
d) ketidaktahuan
kita ingin ia bahagia supaya kita sendiri juga bahagia. Di sisi lain, cinta
e) keraguan adalah harapan agar seseorang berbahagia, meskipun kita sendiri belum
f) pandangan tercemar tentu akan merasakan kebahagiaan yang sama.

Sebenarnya, cinta (dan welas asih) sangat berbeda dengan


a) Kemelekatan
kemelekatan. Kemelekatan selalu ditandai dengan kecenderungan untuk
Kemelekatan adalah sesuatu yang kita kenal baik, ibarat teman melebih-lebihkan, sedangkan cinta dan welas asih didasarkan pada
yang telah lama kita kenal. Kemelekatan selalu ada dalam diri kita, kesadaran akan realitas yang sesungguhnya. Walaupun kemelekatan
senantiasa siap muncul. Ketika lapar, kita ingin mencari makanan— seolah-olah juga berhasrat untuk memberikan manfaat kepada orang

36 37
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Tinjauan Ulang II

lain, pada dasarnya ini adalah keinginan yang egois, yang tercemar oleh yang bisa membersihkannya. Klesha lainnya diibaratkan sebagai debu
perhatian pada diri sendiri. Kemelekatan berakibat penderitaan, sedangkan yang menempel pada sehelai kain, yang sudah bisa dibersihkan dengan
cinta dan welas asih akan terus meningkatkan kebahagiaan. Kemelekatan hanya dikibas-kibas sebentar.
mengaburkan kemampuan kita untuk mencerap samsara sebagai sesuatu
yang menjijikkan. Ketidaktahuan batin merupakan “akar” samsara, tapi Kemelekatan bukanlah klesha yang bisa dihapuskan dengan
kemelekatanlah yang “mengikat” kita di dalam samsara. mudah. Butuh latihan yang panjang dan berkelanjutan untuk
mengenyahkannya. Bahkan para Bodhisatwa dan Arya belum
Contohnya, kita memiliki sahabat karib dan kita berharap agar ia menghapuskannya secara menyeluruh kalau belum mencapai bhumi
bahagia dan mendapatkan segala kebaikan. Sayangnya, persahabatan kedelapan pada Marga Meditasi.
ini putus karena kesalahpahaman. Jika setelah putus kita sudah tidak
peduli apakah ia bahagia atau tidak, maka jelas sudah bahwa kesukaan Walaupun kita tidak bisa menyingkirkan kemelekatan dengan
kita padanya adalah perasaan yang egois dan merupakan kemelekatan. mudah, kita bisa berusaha agar batin kita tidak sepenuhnya terjebak
Sebaliknya, jika kita terus membangkitkan harapan agar ia bahagia, dalam kemelekatan. Hingga saat ini, kita ibarat pelayan yang harus
maka itulah cinta. Oleh karena itu, kadang bisa sangat sulit untuk melakukan apa pun untuk menyenangkan hati “kemelekatan” yang
mengenali kemelekatan dan membedakannya dengan cinta. ibarat seorang majikan otoriter. Kita harus mencoba mengubah situasi
ini sekarang juga.
Kemelekatan bisa muncul dengan sangat halus, tanpa kita sadari.
Kalau sudah muncul dan bertahan, sangat sulit untuk menyadari b) Kemarahan
kehadirannya. Berbeda dengan kemarahan yang kemunculannya
langsung membuat kita tegang dan tak nyaman, kemelekatan bisa Kemarahan adalah suatu reaksi yang harus kita derita, yang
membuat kita merasa enak pada awalnya, tapi pada akhirnya kita akan disebabkan oleh orang lain atau sebuah objek, atau oleh kepedihan
mendapat masalah. akibat penderitaan itu sendiri, atau oleh sebab-sebab penderitaan.
Kita bisa membandingkan kemelekatan dengan seorang teman Sifat dasar kemarahan adalah ketidaksabaran. Karena
yang pandai bercakap-cakap. Teman ini datang mengunjungi kita. Kita ketidakmampuan kita untuk bertoleransi, kita sendirilah, berikut orang
menikmati kehadirannya dan menawarkan minuman serta hiburan untuk lain, yang akhirnya harus menderita. Kemarahan mengakibatkan kita
melewati malam dengan menyenangkan. Ketika teman ini melirik jam tidak bahagia dalam kehidupan ini. Dalam kehidupan mendatang,
dan bersiap-siap pergi, kita pun merasa sedih karena harus berpisah. kemarahan mengakibatkan kita terlahir di alam rendah. Kita semua tentu
Kemelekatan ibarat teman ramah yang datang berkunjung, sedangkan paham bagaimana kemarahan membuat kita tidak bahagia. Kemarahan
klesha lainnya—seperti kemarahan dan iri hati— ibarat pengunjung membuat kita tidak bisa tidur, tegang, dan stres. Ia juga mendorong kita
yang kasar dan banyak menuntut, yang tentu saja tak kita sukai dan untuk berpikir, berucap, dan bertindak dengan cara yang negatif.
takkan kita tahan-tahan kepulangannya.

Dalam konteks Buddhis, kemelekatan diibaratkan sebagai noda c) Kesombongan


lemak pada sehelai kain. Hanya pencucian yang benar-benar menyeluruh
Kesombongan didasari oleh ketamakan akan eksistensi diri

38 39
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Tinjauan Ulang II

sendiri, yang menyebabkan kita secara keliru meyakini bahwa diri kita Akibat dari kesombongan adalah kurangnya rasa hormat kita pada
memiliki eksistensi yang berdiri sendiri dan kekal (inilah yang disebut orang lain; sikap ini tentu hanya akan merugikan kita. Kesombongan
sikap mencengkeram diri yang berdiri sendiri). juga menghalangi munculnya kualitas baik seperti kecerdasan. Bahkan
dalam urusan duniawi sekali pun, seorang yang sombong takkan
Kesombongan adalah sebuah faktor mental yang dengan kuat disukai oleh rekan-rekannya dan takkan bisa menarik banyak manfaat
memegang gambaran ihwal sebuah diri yang melambung dan unggul. dari sikap sombongnya.
Basis kemunculannya adalah kesalahpahaman bahwa jasmani dan batin
adalah “aku” atau “milikku”, yang menimbulkan perasaan kebanggaan Masalah utama yang ditimbulkan oleh kesombongan adalah sifat
dan keyakinan bahwa diri ini begitu penting. Perasaan unggul ini ini menghalangi kita untuk mempelajari hal-hal baru (baik pengetahuan
tentunya hanya khayalan konseptual belaka. duniawi maupun spiritual). Karena sudah merasa hebat, kita tak lagi
berpikiran terbuka terhadap pengetahuan baru. Semua pengetahuan
Kesombongan mencegah pencapaian kualitas-kualitas bajik yang baru akan terpental begitu memasuki diri kita yang dipenuhi oleh
lebih tinggi. Sikap ini juga menyebabkan situasi yang menyakitkan kesombongan.
dan tak menyenangkan. Untuk tujuan-tujuan duniawi, sikap ini seolah-
olah tampak bermanfaat, tapi dalam praktik Dharma, ini merupakan
halangan bagi perkembangan spiritual. Hanya kerendahan hatilah yang d) Ketidaktahuan
bisa mengembangkan kebajikan dan memperoleh pencerahan.
Ketidaktahuan didefinisikan sebagai pemahaman yang keliru. Ia
Ada 7 macam kesombongan, tetapi kita tak punya waktu terjadi ketika kita memahami sesuatu dengan cara tertentu yang tak
untuk menjelaskan semuanya dalam sesi ini22. Singkatnya, melalui sesuai dengan realitas atau kebenaran.
kesombongan, kita membayangkan bahwa kita memiliki kualitas-
Dalam konteks ini, ketidaktahuan digambarkan sebagai kualitas
kualitas bajik yang sebenarnya tidak kita miliki, atau kita melebih-
kesadaran yang mengalami kekacauan dan kebingungan, yang
lebihkan kualitas yang kita miliki. Kita membayangkan bahwa diri kita
menghalangi kita mengetahui sesuatu dengan jelas. Istilah Tibetnya juga
lebih baik atau lebih besar daripada yang sesungguhnya.
bisa diartikan sebagai “tidak melihat”, yang artinya tidak mengetahui
sesuatu atau berpegang pada kesalahpahaman. Ketidaktahuan
22 Tujuh jenis kesombongan adalah: (a) kesombongan yang lebih rendah: muncul ketika
adalah “akar” dari samsara, dan bisa dikatakan sebagai fondasi bagi
kita membandingkan diri dengan mereka yang kurang beruntung; (b) kesombongan
yang lebih tinggi: muncul ketika kita membandingkan diri dengan mereka yang kemunculan semua klesha lainnya.
setara dan merasa lebih unggul; (c) kesombongan yang ekstrem: muncul ketika kita
membandingkan diri dengan mereka yang lebih unggul dan merasa lebih unggul; (d) e) Keraguan
kesombongan yang egois: muncul ketika kita merasa lebih baik dan beruntung daripada
orang lain; (e) kesombongan yang melambung tinggi: muncul ketika kita merasa Kita semua tahu apa itu keraguan—mempertanyakan apakah
memiliki kualitas-kualitas spiritual yang sebenarnya tidak kita miliki; (f) kesombongan
sesuatu benar atau salah. Tapi, dalam konteks Buddhis, tidak semua
yang keliru: muncul ketika kita berpura-pura memiliki kualitas istimewa dari seseorang
yang memiliki realisasi tinggi; (g) kesombongan yang terdistorsi: muncul ketika kita keraguan merupakan klesha. Jika suatu keraguan menuntun seseorang
berpura-pura menampilkan diri sebagai sosok yang bermoral – tiga kesombongan mempertanyakan sesuatu yang mengarah pada pemahaman yang lebih
pertama lebih berorientasi pada aspek materi.

40 41
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Tinjauan Ulang II

baik dan mendalam mengenai suatu topik, maka keraguan tersebut pada unsur-unsur pembentuknya, yakni 5 skandha.
bukanlah klesha.
Secara keliru, kita melihat diri sendiri sebagai “aku” yang
Akan tetapi, jika keraguan menyebabkan kita mempertanyakan sifatnya kekal dan berdiri sendiri. Kesalahpahaman tentang diri ini
perbuatan yang sifatnya bajik atau positif, atau mencegah kita mengakibatkan kita berpegang pada pandangan ihwal sebuah diri yang
melakukan tindakan yang bajik atau positif, maka keraguan tersebut memiliki eksistensi sejati.
adalah klesha23.
Ia diberi kata “fana” untuk membantu kita mengingat hakikat diri
kita yang sebenarnya:
f) Pandangan tercemar
1. kita bersifat fana atau tak kekal, serta berubah terus-menerus.
Ada 5 jenis pandangan tercemar: 2. kita adalah gabungan berbagai unsur berbeda yang membentuk
1. pandangan ihwal kumpulan yang dapat hancur keberadaan kita.
2. pandangan ekstrem 2. Pandangan ekstrem
3. pandangan bahwa keyakinan kita adalah yang terunggul
Ada 2 jenis pandangan ekstrem, yaitu:
4. pandangan bahwa praktik etika dan tapa brata yang inferior adalah
yang terunggul 1. menganggap diri sebagai fenomena kekal yang tak pernah
berubah.
5. pandangan keliru
2. menganggap bahwa hidup di dunia ini hanya sekali saja dan tak
Kita tidak akan menelusurinya satu per satu secara mendalam ada tujuan moral tertentu yang mesti dicapai (nihilisme).
karena mungkin akan terlalu membingungkan. Tapi, secara ringkas,
berbagai jenis pandangan tercemar adalah sebagai berikut: Terkait pandangan pertama, sering kali kita hanya berpegang
pada pandangan yang abstrak atau yang sifatnya intelektual mengenai
1. Pandangan ihwal kumpulan yang dapat hancur keberadaan kita. Jika ada yang bertanya apakah kita akan hidup selama-
lamanya, kemungkinan besar kita mengatakan “tidak.” Tapi, kalau kita
Pandangan tercemar yang pertama sangat penting. Pada dasarnya, cermati diri sendiri dengan lebih dekat, kita akan sadar bahwa tindak-
ini berarti suatu konsepsi yang salah tentang diri kita sebagai makhluk tanduk dan perilaku kita malah mencerminkan hal yang sebaliknya,
hidup yang bisa berdiri sendiri, yang keberadaannya tak bergantung bahwa kita yakin kalau kita akan hidup selamanya. Pandangan ekstrem
yang kedua hampir sama, namun hanya kebalikannya saja. Terlepas
dari kepercayaan pada kelahiran kembali, kita menjalani hidup dengan
23 Agar keraguan menjadi klesha akar, ia haruslah merupakan keraguan yang pemikiran, “Tidak apa-apa. Ketika hidup ini berakhir, maka segalanya
menghalangi perkembangan sesuatu yang sifatnya bajik, serta yang menyebabkan
pun akan berakhir.”
terganggunya sebuah kondisi batin. Keraguan yang berupa klesha hanya terjadi apabila
objeknya adalah sesuatu yang bersifat krusial dan berharga bagi perkembangan
spiritual seseorang, seperti Triratna. Keraguan tidak berlaku bagi objek yang sepele
dan bersifat duniawi.

42 43
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Tinjauan Ulang II

3. Pandangan bahwa keyakinan kita adalah yang terunggul 2. dendam


3. dongkol
Pandangan ini seperti memberikan “nilai tambah” pada sebuah
pandangan yang memang sudah salah; dengan kata lain, kita berpegang 4. iri hati
pada keunggulan dari pandangan salah. Dalam kasus ini, kita bukan 5. menyembunyikan
hanya memegang pandangan salah, tapi juga meyakini bahwa 6. kekikiran
pandangan yang kita pegang adalah yang terbaik, terunggul, teragung, 7. berpura-pura
tersuci, dsb. Singkat kata, kita melebih-lebihkan pandangan salah yang
8. aktif menyembunyikan
kita anut.
9. berpuas diri
4. Pandangan bahwa praktik etika dan tapa brata yang inferior 10. sikap membahayakan
adalah yang terunggul 11. tak tahu malu
12. tak mempertimbangkan pihak lain
Pandangan ini berpegang pada keyakinan bahwa sila atau praktik
spiritual yang keliru adalah sesuatu yang baik untuk dijalani. Contohnya, 13. kelambanan
kepercayaan bahwa mengorbankan binatang akan memberikan manfaat 14. keterangsangan
atau bahkan pembebasan. 15. tanpa keyakinan
16. kemalasan
5. Pandangan salah
17. tak wawas diri
Pandangan tercemar ini juga disebut pandangan buruk, dan terjadi 18. kelalaian
ketika kita mengingkari sesuatu yang benar-benar ada. Contoh paling 19. tak introspeksi
nyata dari pandangan ini adalah penyangkalan akan adanya kelahiran 20. pengalihan batin
kembali, atau penyangkalan terhadap kehidupan lampau dan mendatang,
atau penyangkalan bahwa kebahagiaan berasal dari perilaku baik dan
1. Sikap agresif
penderitaan berasal dari perilaku buruk.
Klesha ini adalah turunan dari kemarahan yang muncul ketika
Demikianlah penjelasan singkat tentang 6 klesha akar. Berikutnya
sebab-sebab kemarahan sudah mendekat. Kehadiran atau kedekatan
adalah 20 klesha turunan, yang merupakan turunan dari 6 klesha akar.
sebab-sebab kemarahan memicu timbulnya klesha ini, yang berbentuk
ketidaksabaran atau intoleransi, yang mengarah pada niat untuk
Faktor mental pengganggu turunan menyakiti makhluk lain. Kita cukup mengingat sebab-sebab kemarahan
Klesha turunan terdiri dari 20 macam: untuk membangkitkan reaksi berupa intoleransi atau ketidaksabaran.

1. sikap agresif

44 45
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Tinjauan Ulang II

2. Dendam 4. Iri hati

Dendam juga merupakan turunan dari kemarahan. Melalui Iri hati muncul dari kemelekatan pada keuntungan materi atau
dendam, kita mempertahankan kemarahan, yang berlanjut dengan penghormatan (harapan atau tuntutan agar orang lain menghormati
rencana untuk balas dendam. Dengan kata lain, kita berniat untuk kita).
“membalas” orang lain yang kita anggap menimbulkan bahaya atau
rasa sakit kepada kita24. Iri hati membuat kita menderita ketika melihat orang lain meraih
sesuatu atau memperoleh perlakuan yang baik; sesuatu atau apa pun
Contohnya, seseorang membuat kita marah. Namun, bukannya yang tidak kita peroleh. Iri hati juga merupakan turunan dari kemarahan.
melupakan atau menyesali kemarahan, kita justru memendam Akibat yang paling jelas dari klesha ini adalah ia membuat kita marah
kemarahan tersebut. Bukannya meredakan kemarahan, kita malah serta menghancurkan kebajikan dan karma baik kita.
mempertahankannya, yang akhirnya mendorong kita untuk menyakiti
orang lain. 5. Menyembunyikan

3. Dongkol Menyembunyikan terjadi ketika kita menyembunyikan


kekurangan atau kesalahan kita dari orang lain. Klesha ini muncul
Di sini, sekali lagi, kita belum melupakan atau menyesali ketika orang lain (didorong oleh kebaikan dan niat untuk menolong)
kemarahan kita. Sebaliknya, kita mempertahankan kemarahan dan menunjukkan kekurangan atau kesalahan yang telah kita lakukan.
bereaksi dengan mengatakan sesuatu yang kejam atau penuh dongkol Bukannya mengakui atau menyesali kekurangan atau kesalahan ini,
kepada orang lain. kita malah mengingkarinya, meskipun tak bersikap kasar atau negatif.
Dengan kata lain, kita menyembunyikan kekurangan atau kesalahan
Ini adalah sebuah klesha yang menyebabkan kita menyakiti orang kita dari orang lain. Meskipun awalnya tampak seperti upaya membela
lain melalui ucapan yang penuh kebencian. Dongkol juga merupakan diri, klesha ini hanya akan membuat batin kita terasa berat dan akhirnya
turunan dari kemarahan, yang muncul dari sikap agresif atau dendam. menderita.
Sikap agresif, dendam, dan dongkol adalah turunan dari kemarahan.
Konsekuensi ketiganya sama. Dalam jangka pendek, mereka membuat 6. Kekikiran
kita tak bahagia dan menderita. Dalam jangka panjang, mereka akan
menyebabkan kita terlahir di alam rendah. Klesha ini adalah turunan dari kemelekatan, dan cukup mudah
dipahami. Karena kemelekatan yang kuat pada benda-benda materi dan
reputasi, kita mencengkeram segala sesuatu yang menjadi milik kita.
Sifat kikir meningkatkan kemelekatan kita pada benda-benda, sehingga
24 Dendam bisa berbentuk sebuah kemarahan yang mendalam, atau yang menyimpan mustahil bagi kita untuk merelakan benda-benda tersebut. Jika akhirnya
kegusaran yang tersimpan rapat di dalam batin (yang nantinya harus diwujudkan pada harus berpisah dari mereka, kita pun merasa menderita25.
tampilan luar). Seseorang bisa kelihatan sangat menyenangkan dan selaras dengan
orang-orang di sekitarnya, tapi di dalam hatinya bisa saja ia menyimpan kegusaran
yang kuat atau dendam. 25 Ada 2 jenis kekikiran: niat untuk tak pernah memberikan apa pun dan niat untuk

46 47
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Tinjauan Ulang II

Sifat kikir adalah halangan bagi kemurahan hati, yang pada Dalam aktif menyembunyikan, kita secara aktif mencari cara untuk
gilirannya akan menyebabkan kita terlahir dalam kondisi yang miskin. menyembunyikan sifat buruk kita, yang sebenarnya memang kita
Kita tahu ada banyak orang yang bekerja keras untuk mengumpulkan miliki. Kita berharap orang lain memiliki kesan dan pandangan yang
kekayaan tapi entah kenapa selalu kesulitan untuk mempertahankan bagus tentang diri kita. Untuk mendapatkan kesan dan pandangan ini,
apa yang telah mereka dapatkan. Ini adalah akibat dari sifat kikir di kita menyembunyikan atau menutup-nutupi kekurangan atau kesalahan
kehidupan lampau. yang kita miliki.

Di sini, kita harus berhati-hati, karena bisa saja kita


7. Berpura-pura menyembunyikan kekurangan atau kesalahan karena tidak ingin
Klesha ini adalah turunan dari kemelekatan dan ketidaktahuan. menyakiti atau mengecewakan orang lain. Kadang-kadang, kita juga
Ia membuat kita berpura-pura memiliki kualitas yang sebenarnya tidak menyembunyikan atau menutup-nutupi kesalahan dari anak kita karena
kita miliki. tidak ingin memberi contoh yang buruk. Jika motivasi kita adalah agar
anak kita tidak mengikuti contoh buruk kita, maka itu bukan klesha
Contohnya, seseorang bertanya kepada kita apakah kita bermeditasi aktif menyembunyikan. Ia bisa jadi sesuatu yang lain.
setiap hari. Karena kemelekatan pada reputasi (yakni pendapat orang
lain tentang kita) atau pada barang-barang materi (berharap orang lain 9. Berpuas diri
memberikan hadiah atau imbalan), kita berpura-pura menjadi seseorang
yang bermeditasi setiap hari. Berpuas diri adalah turunan dari kemelekatan. Dasarnya adalah
sesuatu yang bagus yang kita miliki, seperti kesehatan yang prima,
Kita bisa menipu secara langsung maupun tak langsung. Kita bisa umur yang panjang, fisik atau penampilan yang bagus, atau suatu
berbohong dan mengatakan bahwa kita bermeditasi setiap hari, padahal keberuntungan kita miliki. Karena kemelekatan pada hal-hal yang
sebenarnya tidak. Atau, kita bisa berperilaku sedemikian rupa sehingga bagus, kita menjadi berpuas diri. Kita merasa sangat puas dan melebih-
orang lain menyimpulkan atau percaya bahwa kita bermeditasi setiap lebihkan keunggulan diri sendiri. Berpuas diri menghasilkan suatu
hari. kepercayaan diri yang keliru. Ia memunculkan klesha lainnya dan
Klesha ini menuntun kita melakukan mata pencaharian yang merintangi pencapaian kualitas-kualitas yang lebih tinggi.
salah, yakni menipu orang lain agar memberikan barang materi atau
penghormatan kepada kita. 10. Sikap membahayakan

Klesha ini merupakan turunan lain dari kemarahan. Sikap ini


8. Aktif menyembunyikan sepenuhnya tidak memiliki welas asih kepada orang lain. Akibat
Aktif menyembunyikan mirip dengan sikap berpura-pura, dalam ketiadaan welas asih ini, kita memiliki keinginan untuk membahayakan
hal keduanya merupakan turunan dari ketidaktahuan dan kemelekatan. orang lain secara langsung dan bertindak tanpa kebaikan hati. Atau, kita
mendorong pihak lain untuk melakukan sesuatu yang membahayakan
tak melepaskan apa pun untuk sementara waktu. Di kemudian hari, sifat ini akan bagi orang tersebut. Atau, bisa juga kita bersukacita ketika pihak lain
menyebabkan kemiskinan material dan spiritual. melakukan sesuatu yang membahayakan orang tersebut.

48 49
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Tinjauan Ulang II

11. Tak tahu malu bahwa sebuah beban berat datang menghampiri kita, yang kemudian
mengecilkan hati kita untuk melakukan upaya intelektual atau mental.
Klesha ini mudah dipahami. Ia adalah kebalikan dari sikap Klesha ini memberati dan menyelubungi batin kita dan membuatnya
menghargai diri sendiri (rasa malu), dan merupakan turunan dari 3 menjadi tidak jelas, kosong, atau gelap; secara fisik, kita juga merasa
klesha akar: kemarahan, kemelekatan, dan/atau ketidaktahuan batin. terbebani dan berat karena klesha ini.
Sikap tak tahu malu terjadi ketika kita melakukan suatu tindakan Kelambanan juga merupakan klesha yang menemani klesha
yang buruk tanpa rasa malu atau pertimbangan apa pun. Ketika kita lainnya. Ketika kelambanan muncul di dalam meditasi, ia mencegah
bertindak tanpa rasa malu, ini adalah sesuatu yang berkaitan dengan batin untuk bertahan pada objek meditasi. Dengan kata lain, kelambanan
diri sendiri, yakni kurangnya sikap menghargai diri sendiri. Sikap tak melemahkan hubungan antara batin dan objek meditasi, yang akan
tahu malu adalah klesha yang menemani munculnya klesha lainnya mengakibatkan kelesuan. Jika kelambanan berlanjut, maka pada
(baik akar maupun turunan) di dalam batin kita26. akhirnya hubungan antara batin dan objek meditasi akan hilang sama
sekali, sehingga objek meditasi pun lenyap tak berbekas.
12. Tak mempertimbangkan pihak lain

Klesha ini juga mudah dipahami. Ia adalah kebalikan dari sikap 14. Keterangsangan
menghargai orang lain. Ia juga mirip sikap tak tahu malu. Bedanya, Keterangsangan adalah turunan dari kemelekatan. Ia menarik
klesha ini berkaitan dengan orang lain; artinya, kita tidak memikirkan batin pada objek kemelekatan. Ketika kita sedang berkonsentrasi pada
orang lain ketika hendak melakukan perbuatan buruk atau negatif. sesuatu, batin kita bisa saja terus-menerus mengingat pengalaman
Dengan kata lain, kita tidak memedulikan perasaan atau reaksi orang menyenangkan seperti liburan yang berkesan atau film yang bagus,
lain terhadap perilaku buruk kita. Kita tak peduli apakah perilaku buruk yang pada gilirannya mengakibatkan perhatian kita teralihkan dari
kita akan membuat mereka malu, terguncang, atau merasa tak nyaman. apa pun yang seharusnya menjadi objek konsentrasi batin kita. Inilah
Perilaku kita mirip mobil tanpa rem, dan tentunya tak ada alasan bagi keterangsangan, yang merupakan sebuah penghalang bagi realisasi
orang lain untuk meyakini seseorang dengan perilaku macam ini. ketenangan batin.

13. Kelambanan Klesha ini muncul pada 2 level: kasar dan halus. Jika kita sedang
memeditasikan Buddha dan kita mulai memikirkan apa yang kita lihat
Kelambanan adalah turunan dari ketidaktahuan. Sifat dasarnya adalah di televisi pada malam sebelumnya, maka ini adalah level yang kasar.
tidak memiliki kesupelan mental atau fisik. Level yang halus terjadi ketika kita belum sepenuhnya kehilangan
objek konsentrasi dan masih bisa menyadari bahwa batin kita mulai
Klesha ini muncul untuk melemahkan atau mencegah kita
teralihkan.
mengeluarkan upaya mental atau intelektual, seperti misalnya melakukan
doa harian atau belajar. Ketika klesha ini muncul, ia memberi kesan
15. Tanpa keyakinan
26 Sikap tak tahu malu muncul karena 2 hal: kurangnya hati nurani diri sendiri dan
Klesha ini adalah kebalikan dari keyakinan, dan merupakan
kurangnya rasa hormat pada Dharma.

50 51
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Tinjauan Ulang II

turunan dari ketidaktahuan. Ia mendorong timbulnya kemalasan. tersebut adalah sesuatu yang mungkin untuk dilakukan, tapi kita tetap
menundanya dan mencari-cari alasan untuk membenarkan penundaan
Sama halnya dengan keyakinan, klesha ini juga memiliki 3 jenis: ini. Akibatnya, kita menunda-nunda kemampuan kita untuk memulai
sesuatu dalam jangka waktu yang tak terbatas. Contohnya, kita berpikir
1. kurangnya keyakinan pada sesuatu yang benar (seperti hukum
bahwa belajar bahasa Tibet adalah ide yang bagus. Kita lalu memesan
karma dan reinkarnasi)
buku dan kaset rekaman. Ketika pesanan tiba, kita mengabaikan mereka
2. kurangnya keyakinan untuk mengidolakan sosok dan kualitas karena kita sedang membangun rumah. Tapi, ketika rumah sudah jadi,
agung kita kembali menunda studi kita karena ingin melancong ke luar negeri.
3. kurangnya keyakinan untuk memperoleh kualitas-kualitas bajik Setelah pulang dari luar negeri, kita berpikir bahwa studi bisa dilakukan
dengan baik jika anak kita sudah besar. Dan seterusnya.
16. Kemalasan Bentuk kemalasan lainnya terjadi ketika kita sudah memulai
Kemalasan adalah turunan dari ketidaktahuan, yang berupa sesuatu dengan langkah kecil tapi gagal untuk melanjutkannya
ketidaktertarikan pada kebajikan. Akibatnya, pengejaran atau dengan penuh semangat. Kita kehilangan tenaga untuk bertahan dan
keterlibatan kita dalam kebajikan menjadi berkurang. Kita tidak lagi melanjutkan upaya. Kurangnya daya tahan ini juga merupakan bentuk
berniat melakukan tindakan bajik dan tidak lagi bersungguh-sungguh kemalasan.
dalam melakukan kebajikan. Kemalasan mengurangi kekuatan Secara khusus, Buddhisme mengenali satu bentuk kemalasan
semangat, mencegah dihasilkannya kebajikan baru, dan merupakan yang mungkin tidak dianggap sebagai kemalasan dalam pengertian
dasar bagi merosotnya kecenderungan-kecenderungan bajik. umum. Buddhisme beranggapan kalau menghabiskan banyak waktu
Di dalam Buddhisme, ada berbagai jenis kemalasan, dan kata untuk melakukan sesuatu yang tidak berguna juga termasuk kemalasan.
“malas” mengandung arti yang lebih luas daripada makna yang
selama ini dikandung dalam bahasa lain. Kemalasan bisa berupa sikap 17. Tak wawas diri
berkecil hati bahkan sebelum kita berupaya untuk melakukan atau
Klesha ini adalah kebalikan dari sikap wawas diri. Ia adalah
memulai sesuatu. Bentuk kemalasan ini mengecilkan hati kita dan
sebentuk kecerobohan dan juga merupakan turunan dari 3 klesha akar.
menyebabkan kita kehilangan keberanian untuk memulai tindakan
Ketika kita terjangkit kemalasan, klesha tak wawas diri mengakibatkan
bajik apa pun. Contohnya, kita bisa berpikir (atau diminta pihak lain)
kita bertindak dalam cara-cara yang tidak terkendali—tidak menciptakan
untuk mempelajari bahasa Tibet, tapi reaksi alamiah kita adalah merasa
kebajikan atau melindungi batin dari fenomena yang tercemar, tidak
bahwa itu adalah sesuatu yang mustahil. Kita lalu membuat alasan
menambah kebajikan, menghalangi kebajikan, serta menghancurkan
seperti tak punya waktu, bahwa kondisinya belum tepat, dst.
kualitas-kualitas positif yang dimiliki. Akibatnya, kita tak lagi peduli
Bentuk kemalasan lainnya adalah sifat menunda-nunda, yakni untuk melakukan kebajikan dan menghindari ketidakbajikan; tindakan
mengabaikan apa yang ingin kita lakukan. Tak seperti sikap berkecil bajik akan berkurang, dan tindakan tak bajik otomatis semakin
hati, kita tak menolak kemungkinan untuk melakukan sebuah meningkat.
tindakan sedari awal. Sesungguhnya, kita mengakui bahwa tindakan

52 53
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Tinjauan Ulang II

18. Kelalaian 20. Pengalihan batin

Terjemahan harfiah dari bahasa Tibetnya adalah “ingatan tak Klesha ini muncul dari 3 klesha akar. Ketika klesha akar muncul,
bermoral.” Ia juga merupakan turunan dari 3 klesha akar. ia akan mengalihkan batin kita dari perenungan. Pengalihan batin
adalah munculnya klesha akar seperti kemarahan, kemelekatan, dan/
Dalam Buddhisme, kelalaian tak mesti berarti tidak mengingat atau ketidaktahuan, yang sudah muncul pada saat ini. Pengalihan batin
sesuatu, tapi bisa juga berupa mengingat objek-objek yang akan menciptakan halangan besar bagi kita untuk mengatasi klesha-klesha
membangkitkan klesha. Dalam pengertian inilah dikatakan bahwa akar.
kelalaian adalah ingatan tak bermoral.
Demikianlah penjelasan ihwal 20 klesha turunan. Ada banyak
Contohnya, batin kita berada dalam kondisi netral, kemudian klesha turunan lainnya. Walaupun beberapa di antaranya kelihatan
sesuatu yang memicu timbulnya kemelekatan terjadi. Di sini, kita mirip, kita harus bisa membedakan mereka berdasarkan pemeriksaan
mengingat objek kemelekatan yang kita lihat dan pikirkan. Dengan yang teliti. Beberapa klesha ini bisa memiliki akibat yang mirip, tapi
mengingat objek kemelekatan tersebut, klesha kemelekatan pun berbeda pada sebabnya. Yang lain mungkin memiliki sebab yang mirip,
muncul. Intinya, kelalaian tak hanya mencegah kita melihat apa yang tapi berbeda pada akibatnya.
bajik, namun juga menarik perhatian kita pada hal-hal yang tak bajik.
Ia menghancurkan kualitas-kualitas bajik, menyebabkan kekuatan Yang mesti diingat adalah masing-masing klesha turunan bisa
ingatan merosot, serta mengarahkan kita untuk mencerap objek yang dibagi menjadi 3 aspek: sebab, sifat dasar, dan akibatnya. Dan tugas
akan mengganggu batin kita. terpenting kita adalah mencoba mengenali semua klesha tersebut di
dalam batin; mengenali mereka ketika muncul dan membedakan mereka
Klesha ini bisa menempel pada klesha akar lainnya, seperti satu per satu seiring dengan kemunculan mereka di dalam batin. Di sisi
kemarahan dan ketidaktahuan. Selain mempertahankan dan memperkuat lain, kita juga harus menerapkan prosedur yang sama terhadap semua
objek-objek klesha akar, kelalaian juga mengalihkan perhatian kita dari faktor mental bajik. Dengan cara ini, kita akan mendapatkan pemahaman
objek konsentrasi atau perenungan. sejati ihwal semua faktor mental ini. Tanpa pemahaman yang nyata
dan benar, pengetahuan kita hanya akan menjadi pengetahuan tekstual
19. Tak introspeksi belaka, yang artinya kita belum sepenuhnya paham dan tidak bisa
menerapkan pengetahuan itu pada diri sendiri.
Klesha ini menemani klesha apa pun (baik akar maupun turunan).
Ia mengakibatkan kita terlibat dalam aktivitas tak bajik, baik yang
sifatnya fisik, mental, maupun ucapan. Klesha ini juga disebut “tak Faktor mental yang dapat berubah
perhatian”, dan mampu memengaruhi kecerdasan kita, dalam artian Ada 4 faktor mental yang dapat berubah. Mereka pada dasarnya
kita dibuat tidak menyadari bagaimana perilaku fisik, ucapan, dan bersifat netral dan bisa berubah menjadi bajik atau tak bajik, tergantung
mental kita, sehingga akhirnya kita terjerumus ke dalam kondisi pada motivasi yang mendahuluinya:
ketidakpedulian yang ceroboh. Ia berperan sebagai akar dari semua
kemerosotan moral. 1. tidur

54 55
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Tinjauan Ulang II

2. penyesalan 2. Penyesalan
3. investigasi kasar
Arti penyesalan dalam bahasa mana pun kurang lebih sama. Tapi,
4. investigasi halus di dalam Buddhisme, ada 2 jenis penyesalan: penyesalan yang positif
dan negatif. Jika kita menyesal karena telah melakukan tindakan bajik,
1. Tidur jelas ini adalah penyesalan yang sifatnya negatif. Sebaliknya, bila kita
menyesal karena telah melakukan tindakan tak bajik, maka inilah yang
Di bawah pengaruh tidur, kesadaran indra berkurang hingga dimaksud dengan penyesalan yang positif.
akhirnya lenyap. Misalnya, ketika membaca buku pada malam hari,
awalnya kita melihat kata-kata di lembar halaman dengan jelas. Lalu, Penyesalan adalah faktor mental yang berkaitan dengan tindakan
penglihatan kita berangsur-angsur tidak jelas. Kata-kata pun menjadi tak bajik yang dilakukan di masa lalu. Penyesalan menyebabkan batin
kabur hingga akhirnya kita tidak melihat apa-apa lagi karena telah mengalami kebingungan dan putus asa; faktor mental ini berperan
tertidur. Ketika tidur muncul, batin kehilangan kemampuan untuk untuk tidak membiarkan batin menetap dalam kondisi damai, dan ia
mencerap objek-objek eksternal di luar batin. menimbulkan ketidakbahagiaan. Kita perlu mengembangkan penyesalan
yang sifatnya bajik atas segala kesalahan yang telah kita lakukan dalam
Dalam kondisi tidur, ada 7 bagian batin yang terus berfungsi: rangka memurnikan jejak-jejak karma negatif yang sudah dikumpulkan
batin utama (yang merupakan kesadaran mental), 5 faktor mental yang melalui tindakan-tindakan tak bajik. Penyesalan yang bajik, atau
selalu hadir, serta faktor mental tidur yang dapat berubah. penyesalan yang muncul dari motivasi yang bajik, tidak bisa muncul
Oleh karena itu, kualitas tidur kita akan dipengaruhi oleh jenis- kalau kemarahan atau kebencian bersemayam di dalam batin.
jenis pikiran yang dibangkitkan sesaat sebelum kita tertidur. Jika
yang muncul sesaat sebelum tidur adalah klesha-klesha negatif, maka 3 & 4. Investigasi Kasar & Halus
keseluruhan periode tidur kita akan bersifat negatif. Sebaliknya, jika
faktor-faktor mental bajik yang hadir, keseluruhan proses tidur akan Kedua faktor mental ini adalah turunan dari kebijaksanaan.
menjadi tindakan yang positif. Perbedaannya terletak pada tingkatannya. Investigasi kasar adalah
pemeriksaan secara umum. Misalnya, memeriksa sebuah buku untuk
Contohnya, jika kita merasa marah sesaat sebelum tidur, maka menentukan apakah sampul depannya keras atau lembut adalah suatu
keseluruhan proses tidur kita akan dipenuhi kemarahan, yang artinya jenis investigasi kasar.
kita marah untuk waktu yang lama, yang tentu saja sangat negatif.
Di sisi lain, kalau kita membangkitkan cinta kasih, welas asih, atau Investigasi halus bersifat lebih halus dan rinci. Dengan investigasi
keyakinan pada sosok tertentu sesaat sebelum tidur, maka keseluruhan halus, kita menyelami objek lebih jauh. Kita memeriksa ada berapa
proses tidur kita akan menjadi bajik karena selama tidur kita akan terus halaman dalam buku tersebut. Kita juga memeriksa kualitas cetakan,
membangkitkan karma bajik. Tidur yang tak bajik termasuk turunan kualitas kertas, dst.
dari ketidaktahuan. Investigasi kasar dan halus pada dasarnya bersifat netral, tergantung
pada motivasi di baliknya. Contohnya, suatu penyelidikan ilmiah tanpa

56 57
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tambahan

niat untuk menyakiti atau menolong adalah sesuatu yang bersifat netral. dihimpun dari jalan karma yang lengkap dan tak lengkap. Contohnya,
Jika ada niat untuk menyakiti, maka jelas bahwa penyelidikan ilmiah jika kita menghimpun sebuah jalan karma yang lengkap dari tindakan
itu tidak bajik, dan demikian pula sebaliknya. membunuh, maka tindakan membunuh yang lengkap ini akan
menghasilkan 3 akibat yang berbeda28.
Demikianlah penjelasan ringkas ihwal batin dan faktor mental.
Singkatnya, ada 11 faktor mental bajik yang harus kita munculkan dan Jika kita tidak menghimpun jalan karma yang lengkap dari
kembangkan di dalam batin kita sendiri. Lalu, ada 26 faktor mental tak tindakan membunuh, maka akibatnya bisa jadi hanya satu atau dua.
bajik yang harus kita enyahkan. Dan terakhir, ada 4 faktor mental yang Jika kita melakukan praktik penyesalan atau purifikasi apa pun untuk
dapat berubah, dan karenanya harus diubah menjadi faktor mental yang menetralisasi karma buruk tersebut, tentu saja hasilnya akan lain lagi.
bajik.
Ada 4 tahapan yang harus dipenuhi agar sebuah jalan karma
Praktik Dharma apa pun yang kita lakukan, baik mempraktikkan dikatakan sebagai jalan karma yang lengkap. Jika satu unsur tidak ada,
atau memeditasikan Lamrim, dst., harus dibarengi dengan penerapan maka jalan karmanya tidak lengkap. Keempat tahapan tersebut adalah:
faktor-faktor mental. Mustahil ada praktik Dharma tanpa penerapan basis, pemikiran di balik tindakan, tindakan, dan penyelesaian.
faktor-faktor mental.
Mari kita bahas keempat tahap ini berdasarkan contoh kasus
Inilah uraian ringkas yang berfungsi sebagai pengantar ke dalam membunuh. Basisnya adalah seorang makhluk hidup lainnya yang
topik batin dan faktor mental. Uraian ringkas ini juga berfungsi sebagai hendak dibunuh (jadi, bunuh diri tidak termasuk jalan karma membunuh
fondasi untuk pembelajaran lebih lanjut. Topik batin dan faktor mental yang lengkap). Sebagai tambahan, makhluk yang dibunuh haruslah
memberikan gambaran ihwal apa yang terbentang di hadapan kita dan meninggal terlebih dulu dibandingkan si pembunuh. Jadi, seorang
apa yang harus kita lakukan. pemburu yang membunuh binatang tapi mati terlebih dulu sebelum
buruannya tak bisa dikatakan sebagai pelaku jalan karma membunuh
Penjelasan Tambahan yang lengkap. Berikutnya, pemikiran di balik tindakan terdiri dari 3
aspek:
Saya hendak menambahkan sedikit penjelasan tentang karma
dan niat. Ada kemungkinan yang tak terhingga banyaknya tentang 1. identifikasi: jika kita berniat untuk membunuh seekor anjing putih
bagaimana kita dipengaruhi oleh karma bajik dan tak bajik, tapi yang tertentu tapi malah membunuh seekor anjing hitam secara tak
paling penting adalah poin-poin yang sudah dirangkum dalam 10 jalan sengaja, maka jalan karma membunuhnya tidak lengkap karena
karma putih dan 10 jalan karma hitam. kita tidak berniat membunuh anjing hitam.
2. motivasi: motivasinya haruslah berupa niat untuk membunuh.
Sepuluh jalan karma hitam terdiri dari 3 tindakan fisik, 4 tindakan
ucapan, dan 3 tindakan mental27. Ada perbedaan antara karma yang 3. klesha yang terlibat: dalam proses membunuh, harus ada klesha
akar yang terlibat. Membunuh akibat dorongan kemarahan mudah

27 Masing-masing, secara berurutan, terdiri dari: membunuh, mencuri, perilaku


seksual yang salah, berbohong, ucapan memecah-belah, ucapan kasar, omong-kosong, 28 Terdiri dari: akibat yang matang sepenuhnya, akibat yang menyerupai sebab, dan
keserakahan, niat jahat, dan pandangan salah. akibat yang memengaruhi jenis lingkungan yang kita huni.

58 59
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tambahan

dipahami. Membunuh akibat dorongan kemelekatan juga mudah ketiga dan keempat, walaupun orang tersebut telah melakukan tindakan
dipahami, seperti dalam kasus membunuh binatang karena ingin membunuh pada tahap ketiga, tapi kalau korbannya belum meninggal,
mendapatkan bulunya. Membunuh akibat dorongan ketidaktahuan maka jalan karmanya tidak lengkap. Begitu korban meninggal, maka
juga tak sulit dipahami, seperti dalam kasus pengorbanan binatang karma membunuh di dalam batin orang yang menarik pelatuk ini pun
untuk memohon berkah. berubah menjadi jalan karma membunuh yang lengkap. Jadi, segera
setelah korban meninggal, si pembunuh langsung mendapatkan potensi
Di dalam 3 aspek pemikiran ini, di mana letak karma? Karma karma yang akan menghasilkan 3 jenis akibat. Apa sajakah ketiga jenis
terletak pada motivasinya, yakni niat untuk membunuh, tapi ia belum akibat ini?
merupakan karma membunuh yang sesungguhnya.
1. akibat yang matang sepenuhnya: merujuk pada jenis kelahiran
Menyangkut tindakan itu sendiri, dalam kasus membunuh, tak ada kembali. Dalam sebuah jalan karma yang lengkap, akibatnya
bedanya apakah kita membunuh makhluk lain dengan menggunakan adalah kelahiran kembali di alam rendah (sebagai makhluk neraka,
senapan atau racun. Ketika niat untuk membunuh sudah timbul di dalam setan kelaparan, atau binatang).
batin, momen pada saat kita menarik pelatuk (dalam kasus pembunuhan
2. akibat yang menyerupai sebab: terdiri dari 2 aspek: pengalaman
dengan senapan) akan mengubah karma berupa niat untuk membunuh
yang menyerupai sebab (misalnya, jika kita membunuh, maka
menjadi karma membunuh. Ketika korban meninggal, maka lengkaplah
akibatnya adalah berumur pendek pada kehidupan berikutnya,
jalan karmanya, berhubung penyelesaiannya sudah rampung.
karena membunuh berarti memperpendek hidup makhluk lain)
Sebuah pertanyaan muncul: pada saat membunuh, di dalam batin dan perilaku yang menyerupai sebab (jika kita mengamati anak
individu ada niat untuk membunuh. Mengapa di dalam batinnya ada kecil yang senang menginjak serangga tanpa alasan apa pun, maka
faktor mental niat? Niat membunuh pada awalnya, yang timbul sebelum tindakan ini sebenarnya adalah akibat dari tindakan membunuh
tindakan, adalah motivasi untuk membunuh (motivasi adalah aspek yang dilakukan pada kehidupan lampau).
kedua dalam tahap pemikiran). Sekarang, kita berada pada momen 3. akibat yang memengaruhi lingkungan: dalam kasus membunuh,
membunuh itu sendiri (yang merupakan tahap ketiga). Jadi, motivasi jenis lingkungan yang akan menjadi tempat tinggal adalah
untuk membunuh, yang mendahului sebuah tindakan, sudah sampai lingkungan yang makanannya tidak bergizi, atau yang obatnya
pada tahap akhir. Pertanyaannya: apakah di dalam batin individu ada tidak berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit. Atau, kalaupun
faktor mental niat? Jawabannya: ya, ada. tak ada yang salah dengan makanan dan obat, maka bisa jadi
keduanya tak memberi efek apa pun bagi diri kita secara pribadi.
Mengapa demikian? Mari saya jelaskan dari sudut pandang
lain. Jika orang yang berada dalam proses membunuh pada saat itu Prinsip ini berlaku untuk 9 jalan karma hitam lainnya.
memiliki batin utama, maka orang tersebut juga memiliki 5 faktor
mental yang selalu hadir. Pada saat momen membunuh, di antara Kembali ke jalan karma membunuh. Jalan karmanya baru akan
kelima faktor mental yang selalu hadir, ada faktor mental niat. Dalam lengkap kalau korban telah terbunuh. Kalau tidak, maka jalan karma
kasus ini, itu adalah niat membunuh, dan niat membunuh inilah yang membunuh kita tak lengkap, berhubung tahap keempat belum rampung.
merupakan karma membunuh. Akan tetapi, jika kita lihat pada tahap Bisa juga ketika kita berjalan, tanpa sengaja kita menginjak seekor
serangga. Dalam kasus seperti itu, tak ada niat membunuh, meski

60 61
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Sesi Tanya-jawab

ada tindakan membunuh. Walaupun tindakan membunuh terjadi, tapi Agar purifikasi bisa efektif dan mampu menetralisasi karma
berhubung tak ada niat, maka tak ada karma membunuh yang dihimpun. negatif yang sudah dikumpulkan, kita harus melakukannya melalui 4
Dalam contoh-contoh kasus seperti ini, tetap ada akibat dari perbuatan langkah yang harus hadir seluruhnya.
kita, namun kita tidak akan memperoleh keseluruhan tiga jenis akibat.
Empat kekuatan purifikasi adalah sebagai berikut:
Kita bisa menerapkan proses yang sama pada tindakan bajik tidak
1. kekuatan penyesalan: sepenuhnya menyesali tindakan buruk yang
membunuh. Keempat tahap akan diterapkan pada tindakan melindungi
telah dilakukan.
kehidupan. Basisnya adalah makhluk hidup lainnya. Dalam tahap
pemikiran, ada identifikasi nyawa atau makhluk hidup yang hendak 2. kekuatan tekad: tekad untuk tak mengulangi kesalahan yang sama
kita lindungi. Niatnya adalah tidak membunuh. Alih-alih klesha, faktor di masa depan.
mental bajik seperti cinta kasih dan welas asihlah yang akan muncul. 3. kekuatan penawar: tindakan positif yang berfungsi sebagai penawar
Tindakannya adalah menghindari pembunuhan. Penyelesaiannya bagi tindakan negatif yang telah dilakukan, misalnya membaca
terjadi ketika makhluk hidup lain masih tetap hidup. Sutra, melafal mantra, membangun stupa, memeditasikan
kesunyataan, atau melakukan tindakan bajik seperti kemurahan
Untuk mengumpulkan karma bajik tidak membunuh, tak cukup hati dengan niat khusus untuk memurnikan karma buruk.
kalau hanya tidak membunuh. Harus ada niat yang jelas untuk tidak
4. kekuatan basis: berlindung pada Triratna dan membangkitkan
membunuh. Dengan demikian, akan sangat bijak kalau setiap pagi kita
bodhicita.
merenungi 10 tindakan bajik dan bertekad untuk tidak melakukan 10
tindakan tidak bajik. Jika keseluruhan 4 kekuatan ini hadir, kita akan mampu
memurnikan karma buruk apa pun, bahkan karma buruk berat yang
Jika kita mampu menjaga sila-sila sepanjang hari, kita akan
pernah dilakukan sebelumnya.
mengumpulkan karma bajik yang besar. Di sisi lain, kalau kita sekadar
menghindari 10 tindakan tak bajik tanpa ada niat khusus tertentu, kita Sesi Tanya-jawab
takkan mengumpulkan karma bajik apa pun.
T: Bisakah kebijaksanaan bersifat tidak bajik?
Jika kita telah merampungkan 4 tahap yang diperlukan untuk
menyelesaikan sebuah jalan karma hitam namun segera merasakan J: Akan lebih tepat jika kita mengatakan bahwa kebijaksanaan memiliki
penyesalan yang mendalam begitu tindakan selesai dilakukan, maka sifat yang “netral”. Contohnya: sebuah penemuan ilmiah, metode, atau
walaupun jalan karma hitamnya lengkap, bisa jadi kita tak perlu pemahaman yang tidak dipengaruhi oleh faktor mental bajik maupun
merasakan akibatnya secara penuh. Kita juga perlu tahu bahwa tak bajik tentunya akan bersifat netral.
walaupun jalan karma hitam sudah lengkap, namun sebelum buah
Ada kebijaksanaan duniawi dan kebijaksanaan yang melampaui
karmanya berbuah, masih mungkin untuk menetralisasi karma tersebut
duniawi. Kebijaksanaan yang melampaui duniawi adalah kebijaksanaan
dan mencegahnya menghasilkan akibat-akibat negatif melalui praktik
yang merealisasikan ketanpaakuan, atau yang dipengaruhi oleh konsep
purifikasi dan pengakuan.
ketanpaakuan, dan tentunya kebijaksanaan yang demikian selalu
bersifat bajik. Lain halnya dengan kebijaksanaan duniawi yang pada

62 63
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Sesi Tanya-jawab

dasarnya bersifat netral. Lalu, kita harus membangkitkan tekad yang kuat agar tidak
melakukannya lagi. Kita juga harus mengawasi diri sendiri dan
T: Bisakah dikatakan bahwa kebijaksanaan duniawi tak pernah bisa mewaspadai risiko untuk mengulangi kesalahan yang sama. Dengan
bersifat tak bajik? demikian, barulah kita bisa mengenali klesha ketika mereka muncul.
J: Ya, bisa. Latihan diri seperti ini tidak mudah, terutama pada saat-saat awal. Kita
belum tentu bisa langsung berhasil mempraktikkannya. Tapi, pada
T: Apakah kebajikan pada kebijaksanaan duniawi dipengaruhi oleh akhirnya, kita akan mampu mengenali berbagai klesha bahkan sebelum
motivasi? mereka muncul, yaitu sesaat sebelum mereka muncul.
J: Kebijaksanaan itu sendiri bisa bersifat bajik atau netral. Ia tak Untuk berlatih seperti ini, penting bagi kita untuk membagi waktu
bisa bersifat tak bajik, kecuali kalau ada faktor mental tak bajik yang sepanjang hari dan memeriksa batin kita. Contoh: di pagi hari ketika kita
menemaninya. bangun tidur, cobalah amati apa yang terjadi di dalam batin sejak kita
beranjak tidur hingga sesaat setelah kita bangun. Berikutnya, di siang
T: Tapi, kalau kebijaksanaan dipengaruhi oleh sebuah faktor mental tak
hari, tanyakan pada diri sendiri apa yang terjadi di dalam batin sejak
bajik, apakah ia kemudian menjadi tak bajik?
pagi hingga siang. Dan pada malam hari, sebelum tidur, tanyakan pada
J: Dalam kasus demikian, kurang tepat kalau ia masih dinamai diri sendiri apa yang terjadi di dalam batin dari siang hingga malam.
kebijaksanaan.
Latihan ini bisa memakan waktu yang lama sebelum kita benar-benar
T: Kembali pada contoh pengetahuan ilmiah, yang merupakan contoh terbiasa. Tapi, begitu kita sudah terlatih, kita akan mampu mengetahui
kebijaksanaan. Jika kebijaksanaan tersebut digunakan untuk menyakiti, berbagai jenis pikiran yang muncul sepanjang hari serta mengenali
apakah ia tak berubah menjadi tidak bajik? munculnya berbagai klesha. Jika memungkinkan, bagilah waktu kita
menjadi periode-periode yang lebih singkat, karena semakin sering kita
J: Dalam kasus pengetahuan yang digunakan dengan motivasi atau memeriksa, semakin jelas pula analisis kita atas batin.
keinginan untuk menyakiti pihak lain, itu sudah bukan kebijaksanaan,
tapi salah satu dari klesha sekunder yang disebut tak berintrospeksi. Sangat normal bagi kita untuk memiliki klesha, karena mereka sudah
ada sejak kehidupan lampau yang tak terhitung. Tapi, sebagai manusia,
T: Kita sering menyesali perbuatan tertentu yang sifatnya negatif. kita punya kesempatan untuk melakukan sesuatu terhadap klesha
Bagaimana caranya kita melatih kesadaran sehingga kita tak lagi ini. Dengan tekad dan keberanian, kita pada akhirnya akan mampu
mengulangi kesalahan yang sama? mengatasi klesha kita. Kita harus ingat bahwa mengatasi semua klesha
J: Kita bisa mengingat kisah Geshe Ben. Umumnya bagi kita semua, secara keseluruhan sebenarnya bukan sesuatu yang mustahil. Ini adalah
kita menyesal ketika suatu perbuatan buruk telah dilakukan. Tapi, kalau tahapan awal menuju Kebuddhaan. Para Arhat telah mengatasi seluruh
kita telusuri kembali sebuah tindakan buruk, kita bisa memikirkannya klesha mereka meski mereka belum mencapai Kebuddhaan. Setiap hari,
dan bertanya mengapa dari awal kita melakukannya. Kita harus bisa kita berdoa agar semua makhluk bisa mencapai Kebuddhaan. Kondisi
melihat klesha mana yang memengaruhi kita pada saat itu. Kebuddhaan yang kita upayakan ini adalah Kebuddhaan yang lengkap
dan sempurna. Kebuddhaan bukan hanya menghapuskan seluruh

64 65
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Sesi Tanya-jawab

klesha, tapi juga seluruh halangan menuju kemahatahuan. T: Bagaimana kita membedakan antara sikap berbakti pada guru dengan
kemelekatan? Apakah mungkin kita mengembangkan keyakinan
Untuk membangkitkan keberanian, kita harus senantiasa mengingat sekaligus sikap posesif pada sosok guru?
Geshe Ben, karena beliau merupakan sosok yang sangat berani. Geshe
Ben mengatakan bahwa dirinya hanya memiliki satu tujuan dalam J: Kemelekatan tak sama dengan keyakinan. Ketika kita mengembangkan
hidupnya, yakni berdiri di pintu masuk klesha sambil memegang keyakinan dan merasa senang pada sosok guru, itu tidak menyebabkan
“tombak penawar klesha”. Ketika klesha mengancam untuk masuk, munculnya sikap posesif. Tidak mungkin faktor mental bajik dan tak
ia akan menghadang mereka dengan tombaknya, dan hanya akan bajik muncul pada saat bersamaan, tapi mereka bisa saja muncul secara
beristirahat kalau klesha sudah pergi. Jadi, solusinya adalah tekad. bergiliran.
Geshe Ben juga mengatakan bahwa jika dirinya dipengaruhi oleh
klesha, maka ia akan mengucapkan mantra-mantra, terutama mantra T: Saya berpendapat bahwa ada berbagai tingkat kemarahan,
para Istadewata murka. Dan apabila dirinya sepenuhnya diliputi klesha, misalnya ada yang sangat kuat dan ada yang lebih ringan, yang bisa
ia akan menggeretakkan giginya terhadap klesha tersebut. disebut perasaan terusik. Dikatakan bahwa satu momen kemarahan
menghancurkan kebajikan satu kalpa. Jadi, saya hendak menanyakan
Jika kita bisa bertindak seperti Geshe Ben, bisa dipastikan bahwa kita tingkat kemarahan seperti apa yang bisa menghancurkan kebajikan satu
telah berupaya untuk mempraktikkan Dharma. kalpa. Apakah perasaan terusik juga bisa menghancurkan kebajikan?

T: Apakah mengembangkan kepercayaan diri merupakan cara untuk J: Tentu saja ada berbagai tingkat kemarahan. Ketika kita berbicara
mengatasi klesha? mengenai klesha kemarahan, kita tak hanya merujuk pada kemarahan
yang buruk atau kuat. Ada istilah Tibet, kung trug, yang merujuk pada
J: Langkah pertama untuk mengatasi klesha adalah mengenali diri perasaan yang dipendam. Kita bisa memiliki sejenis ketidaksabaran atau
sendiri dengan lebih baik, yakni mengetahui apa yang terjadi di intoleransi terhadap sesuatu, atau keinginan untuk melakukan hal yang
dalam batin sendiri. Berikutnya, untuk mengatasi klesha, kita harus buruk pada seseorang, tapi perasaan ini tidak muncul atau mencuat.
menerapkan pengetahuan ihwal topik batin dan faktor mental pada diri Perasaan-perasaan yang terpendam seperti ini sudah merupakan klesha
sendiri sehingga kita bisa semakin baik dalam mengenali diri. Begitu akar, yakni kemarahan.
kita sudah mengenal diri sendiri dengan baik, barulah kita bisa semakin
menumbuhkan sikap percaya diri. Akan tetapi, kemarahan yang menghancurkan kebajikan satu kalpa
merupakan kemarahan yang sesungguhnya, bukan sekadar perasaan
T: Ada berapa jenis meditasi? terusik. Ini juga bergantung pada objeknya. Jika kita merasakan
J: Ada 2 jenis meditasi, yakni meditasi konsentratif (memusatkan kemarahan yang kuat pada seorang Bodhisatwa, maka itu akan
perhatian sepenuhnya pada satu titik dalam rangka mengembangkan menghancurkan kebajikan yang sudah kita kumpulkan untuk waktu
konsentrasi) dan meditasi analitik (memilih satu topik dan berupaya yang sangat lama.
untuk merenungkannya berulang-ulang dengan metode analitik). Untuk T: Saya berpendapat bahwa bodhicita adalah sebuah faktor mental
menganalisis diri sendiri dan kemudian mengembangkan kepercayaan karena ia adalah batin pencerahan. Karena ia adalah batin yang berniat
diri, yang perlu kita praktikkan adalah meditasi analitik. mencapai pencerahan, maka niat untuk mencapai pencerahan juga

66 67
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Sesi Tanya-jawab

termasuk faktor mental. orang yang kaya pada kehidupan ini, itu adalah akibat dari tindakannya
yang bermurah hati pada kehidupan sebelumnya. Akan tetapi, pada
J: Batin pencerahan tidak termasuk faktor mental yang selalu hadir. Ia kehidupan lampau lainnya, ia memiliki kecenderungan untuk bersifat
bukan faktor mental bajik dan juga tidak termasuk ke dalam kategori kikir, dan kecenderungan inilah yang berlanjut terus pada kehidupan
klesha. Singkatnya, bodhicita bukan termasuk faktor mental. saat ini. Dua akibat bisa terjadi pada saat bersamaan. Ini semata-
T: Apakah kemarahan pada seseorang yang menyakiti ibu saya bisa mata akibat dari karma-karma yang berbeda, yang dikumpulkan pada
termasuk kemarahan yang positif atau bermanfaat, berhubung niatnya waktu yang berbeda pula. Jadi, kalau ada orang kaya yang kikir pada
adalah mengoreksi tindakan tak bajik dari seseorang yang berperilaku kehidupan saat ini, pada satu titik di masa depan ia akan terlahir sebagai
buruk? orang yang miskin.

J: Dalam kasus apa pun, kemarahan tak mungkin bersifat positif atau T: Terkait mata pencaharian yang benar, orang-orang seringkali
bermanfaat. Dalam situasi yang Anda gambarkan, jika kondisinya memperoleh uang dengan cara-cara yang tidak benar, misalnya dengan
memungkinkan Anda untuk berbicara kepada orang yang menyakiti memanipulasi bursa saham dan lain-lain. Setelah mendapatkan uang
ibu Anda, maka Anda seharusnya menjelaskan bagaimana tindakannya dengan cara-cara keliru seperti itu, orang-orang ini kemudian berdana
itu telah menyakiti ibu Anda. Tapi, jika Anda melakukannya dengan ke wihara atau kegiatan amal lainnya. Apakah lebih baik kalau kita
kemarahan, maka walaupun orang itu mendengarkan apa yang Anda tidak melakukan perbuatan yang keliru sedari awal? Tapi, kalau tidak
katakan, kemarahan itu sendiri akan berdampak sangat negatif bagi diri ada uang, kita juga tidak bisa berdana.
Anda sendiri. Jadi, pada dasarnya, kemarahan harus tetap dihindari. J: Tentu saja melakukan tindakan-tindakan menipu adalah sesuatu yang
Dalam tindakan apa pun, ada 2 level: tindakan itu sendiri (bisa baik keliru, dan yang terbaik adalah tidak melakukannya sama sekali. Akan
atau buruk) dan pemikiran yang melandasi tindakan tersebut. Jika Anda tetapi, kalau tindakan itu toh sudah dilakukan dan kita mendapatkan
menjelaskan kepada orang lain alasan mengapa sikap tidak hormat pada uang darinya, maka lebih baik kalau kita menggunakan uang itu untuk
seorang ibu adalah keliru, maka tindakan Anda bermanfaat. Tapi, jika melakukan tindakan bajik, seperti melakukan persembahan dan praktik
Anda melakukannya dengan kemarahan, maka niatnya adalah niat yang kemurahan hati, bukan menyimpan uangnya untuk diri sendiri.
negatif. Karmanya akan bercampur, yakni sebuah tindakan putih yang Tapi, tentu saja semuanya bergantung pada motivasi kita ketika
dilakukan dengan niat hitam. Akan lebih baik kalau Anda berbicara berdana dari hasil perbuatan keliru. Jika motivasinya semata-mata demi
pada orang tersebut setelah kemarahan Anda reda. Penjelasan harus memperoleh reputasi baik, maka tindakan itu tak ada gunanya sama
diberikan dengan kebaikan hati dan niat yang bajik. sekali. Tindakan itu hanya akan berguna kalau tujuannya adalah untuk
T: Tadi dijelaskan bahwa seorang yang kikir akan terlahir sebagai setan memurnikan kesalahan atau mengumpulkan kebajikan.
kelaparan atau orang miskin pada kehidupan berikutnya. Kalau begitu, Tadi, ada pernyataan bahwa kalau kita tidak melakukan tindakan keliru,
mengapa saya bertemu banyak sekali orang kaya dalam kehidupan ini maka kita tidak akan bisa menghimpun kebajikan. Menurut saya,
yang nyatanya sungguh kikir? dengan menghindari tindakan keliru, kita nyatanya sudah menghimpun
J: Saya rasa tidak ada kontradiksi dalam hal itu. Jika seseorang adalah kebajikan, yakni kebajikan dari menjaga sila dengan baik.

68 69
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Sesi Tanya-jawab

Pada akhirnya, lebih baik untuk tetap bersikap jujur, walaupun mungkin menyakiti orang lain?
kita takkan bisa kaya karenanya. Lagipula, kita tetap bisa bermurah hati
sesuai kemampuan dan cara kita. Itu lebih baik daripada menggunakan J: Ya.
cara-cara yang tidak jujur untuk meraup banyak uang dan kemudian T: Sebelumnya, ketika saya memberikan contoh tindakan menunjukkan
mendanakan uang tersebut. kemarahan kepada seseorang yang telah menyakiti ibu saya, saya pada
Namun, yang mesti diingat, tujuan kita mempelajari batin dan faktor dasarnya tidak berniat menyakiti orang tersebut. Jadi, saya masih belum
mental bukanlah untuk menilai apakah perilaku orang lain benar atau paham bagaimana kemarahan bisa menuntun kita untuk menyakiti orang
salah. Tujuan kita adalah untuk memperbaiki perilaku dan pola pikir lain sebagai tindakan balas dendam atas penderitaan yang dialami.
kita sendiri. Tak ada gunanya mencampuri perilaku orang lain, karena J: Yang Anda rujuk adalah klesha yang bernama “dendam”. Kemarahan
kalaupun kita berhasil mengenali perilaku buruk orang lain, bukan adalah klesha akar dan dendam adalah klesha turunan. Dendam inilah
berarti kita sendiri akan terdorong untuk berperilaku baik. Biasanya yang memunculkan niat untuk membalas penderitaan yang diakibatkan
juga, ketika kita berusaha mengoreksi perilaku orang lain, mereka malah seseorang kepada kita. Yang kedua, jika kita marah karena penderitaan
akan merasa jengkel pada kita. Jadi, lebih baik kita menggunakan apa yang telah diakibatkan kepada kita, maka keinginan balas dendam bisa
yang kita pelajari untuk mengembangkan pola pikir dan perilaku diri muncul karena kemarahan membuat kita berpikir bahwa situasi yang
sendiri. kita hadapi saat ini sudah tak bisa ditoleransi dan kita tak bisa menahan
T: Jika ada orang yang terlahir sebagai orang kaya padahal mereka diri lebih lama lagi. Yang ketiga, saya memang mengatakan bahwa
sendiri sifatnya kikir, apakah itu berarti pada kehidupan saat ini mereka kemarahan bisa memunculkan keinginan untuk menyakiti orang lain,
diuji untuk melihat apa yang akan mereka lakukan dengan kekayaan tapi tidak mesti selalu demikian kasusnya.
yang mereka miliki?

J: Kalau Anda mengatakan mereka diuji, maka siapa yang menguji?


Bukan demikian cara kerjanya. Itu bukan cara pandang Buddhis.

T: Bagaimana hubungan antara bodhicita dan batin utama?

J: Batin utama bersifat netral, tapi sifat netralnya berubah seiring


dengan faktor mental yang menemaninya. Dalam kasus bodhicita,
faktor mental bajik yang menemani batin utama akan menjadikan
batin utama bersifat bajik. Satu faktor mental bajik yang menemani
batin yang berniat mencapai bodhicita adalah “aspirasi,” yakni aspirasi
untuk memenuhi tujuan seseorang untuk mencapai Kebuddhaan demi
kepentingan semua makhluk.

T: Apakah kemarahan memang bisa memunculkan keinginan untuk

70 71
Bagian II

Citta & Cetasika

Oleh Drepung Thrisur Lobsang Tenpa


Biografi Singkat Drepung Thrisur Lobsang Tenpa

Biografi Singkat Drepung Thrisur Lobsang Tenpa


Shungpa Geshe Lharampa Khensur Drepung Khenpo Thri
Lobsang Tenpa atau yang lebih dikenal dengan Drepung Thripa
Khensur Lobsang Tenpa Rinpoche lahir di Tibet pada tahun 1938, di
wilayah Amdo, Tibet Timur. Beliau ditahbiskan sebagai biksu pada
usia 11 tahun dengan nama Lobsang Tenpa di Biara Taktsang Lhamo.
Pada usia 18 tahun, Khensur Rinpoche melakukan perjalanan ke selatan
Lhasa dan bergabung dengan ribuan biksu di biara Drepung Gomang
untuk belajar di bawah bimbingan Geshe Jimpa hingga tahun 1959. Di
kala itu, komunis Cina mulai menginvasi Tibet dan memaksa beliau
bersama ribuan warga Tibet untuk menyelamatkan diri ke India. Beliau
memasuki Central Institute of Higher Studies di Universitas Varanasi,
Sarnath, India pada 1970. Setelah menyelesaikan studinya selama 3
tahun, Khensur Rinpoche memperoleh gelar Acharya dengan predikat
‘sangat baik.’

Pada tahun 1973, beliau kembali ke Biara Drepung Gomang


dan menerima ajaran Sutra dan Tantra dari dua pembimbing utama
Y.M.S. Dalai Lama, Kyabje Trijang Rinpoche dan Kyabje Ling
Rinpoche, selama 10 tahun. Setelah berhasil merampungkan pelajaran
Abhidharma dan Winaya di Biara Drepung Gomang, beliau menempuh
ujian untuk memperoleh gelar Geshe dan berhasil memperoleh gelar
Geshe Lharampa. Pada tahun 1989, beliau diangkat menjadi kepala
biara Drepung Gomang oleh Y.M.S. Dalai Lama untuk masa jabatan
6 tahun, sehingga kini beliau sering dikenal dengan nama Khensur
Rinpoche - “mantan kepala biara yang berharga”. Beberapa waktu yang
lalu, Khensur Rinpoche memperoleh gelar Drepung Thripa, kepala biara
paling senior di biara Drepung dengan dua universitasnya, Gomang
dan Loseling. Rinpoche telah mengunjungi Amerika, Taiwan, Rusia,
Mongolia, Eropa, dan beberapa kota di Indonesia. Pada tahun 2008,
beliau memberikan pembabaran Dharma untuk pertama kalinya di
Indonesia. Realisasi Rinpoche dalam doktrin Sutra dan Tantra Buddhis
telah menjadikan beliau inspirasi bagi banyak orang.

75
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Pendahuluan

Pendahuluan memberikan ulasan terdapat ajaran Buddha tersebut.

Topik kita kali ini adalah pembahasan mengenai citta dan Ulasan yang kita gunakan sebagai panduan, adalah ulasan
cetasika, yang biasa dikenal sebagai batin dan faktor mental. Ketika mengenai citta dan cetasika karya Pelmang Pandit Koenchog Gyeltshen,
saya mendapat undangan ke Indonesia untuk mengajar, saya berpikir seorang Lama yang berasal dari Biara Tashi Kyil, Amdo, Tibet. Beliau
mungkin jika saya memberikan penjelasan mengenai citta dan cetasika menjelaskan dengan sangat jelas tentang citta dan cetasika, dilengkapi
akan sangat bermanfaat. Di zaman sekarang pengetahuan akan citta dan dengan kutipan dari Abhidharmasamuccaya. Masing-masing citta dan
cetasika sangatlah penting, dengan pemahaman tentang batin dan faktor cetasika (yang berjumlah 51) ditelisik dari sudut pandang definisinya,
mental yang ada di dalam diri kita, kita bisa mengetahui bagaimana peran, dan pembagiannya. Definisi adalah hakikat atau sifat alami dari
cara kita selama ini berputar dalam samsara dan cara kita terbebas citta dan cetasika tersebut. Peran adalah fungsi dari citta dan cetasika
darinya. Dengan mengetahui lebih baik tentang citta dan cetasika, akan tersebut. Contohnya, seperti kasus kita bertanya, orang tersebut sifat
membawa perbedaan bagi kita dalam mengakumulasi kebajikan dan alaminya seperti apa, lalu apa pekerjaannya. Pembagian adalah mereka
menghindari ketidakbajikan. Dengan alasan ini saya mengajukan ini dibagi menjadi apa saja.
sebagai topik pengajaran.
Citta dan cetasika adalah sesuatu yang hanya terdapat dalam
Semua orang pasti memiliki batin dalam dirinya, tetapi tidak kesinambungan batin kita, bukan sesuatu yang berada di luar seperti
semua orang tahu apa yang dimaksud dengan citta, apa yang dimaksud pohon, tempat tinggal, dan sebagainya. Citta dan cetasika hanya ada
dengan cetasika, dan fungsi citta dan cetasika. Tanpa mempelajarinya dalam makhluk hidup29, sesuatu yang bukan makhluk hidup tidak
kita tidak mungkin tahu akan hal tersebut. Semua orang memiliki batin memilikinya. Makhluk hidup di sini tidak mencakup organisme seperti
bajik, tidak bajik, dan netral; tetapi karena tidak tahu, mereka tidak tanaman. Memang, ada beberapa paham yang menganggap tanaman
bisa mengenali batin bajik sebagai batin bajik, tidak bajik sebagai tidak sebagai makhluk hidup, dengan alasan bahwa kalau kita menguliti
bajik, dan juga netral sebagai netral. Dengan mempelajari hal tersebut, tanaman tertentu, maka lama kelamaan tanaman tersebut akan mati;
kita bisa mengenali ketika batin bajik muncul ataupun ketika batin atau karena jika disentuh tanaman akan mengerut, misalnya putri malu,
tidak bajik muncul sehingga dari sana kita bisa membuat batin kita atau alasan lainnya. Akan tetapi, Buddhis tidak menerima hal tersebut,
menjadi bajik ataupun berupaya mengembangkannya, lalu ketika kita yang memiliki citta dan cetasika hanyalah makhluk hidup (pudgala).
mendeteksi kemunculan batin yang tidak bajik dalam diri kita, maka
Penjelasan kita kali ini dibagi menjadi 3 bagian besar, yaitu penjelasan
kita bisa berupaya untuk menghilangkannya. Karena manfaat yang
tentang citta, penjelasan tentang cetasika, dan penjelasan tentang jalan
begitu besar dari mengenali citta dan cetasika, maka muncul dalam diri
yang harus dipraktikkan untuk keluar dari samsara dengan mengetahui
saya keinginan untuk menjelaskan mengenai hal ini. Penjelasan citta
bagaimana cara batin mencerap objeknya. Pertama-tama, kita akan masuk
dan cetasika ini pertama kali dijelaskan oleh Sang Buddha dalam Sutra.
ke pembahasan mengenai citta dari segi definisi atau hakikatnya, lalu
Ajaran beliau diturunkan dalam silsilah yang tidak terputus, sampai
pembagian citta, dan kemudian cara munculnya citta tersebut.
kepada Arya Asangga, yang menjelaskan kembali citta dan 51 jenis
cetasika dalam karya beliau—Abhidharmasamuccaya. Ajaran yang
sama juga turun sampai kepada Vasubandhu, dan sebagainya yang juga 29 T: gang zag. S: pudgala. Sesuatu yang disebut makhluk hidup karena bergantung
pada skandha yang merupakan basis pelabelannya.

76 77
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Citta

Penjelasan Tentang Citta kecenderungan dari citta dan cetasika sebagaimana telah dijelaskan.

Berikutnya, kita akan masuk ke dalam pembagian batin utama.


Definisi, Pembagian dan Cara Munculnya Citta Batin utama/kesadaran utama dibagi menjadi enam, yaitu kesadaran
Citta secara umum kita kenal dengan nama batin, atau batin utama mata atau penglihatan, kesadaran utama telinga atau pendengaran,
utama. Istilah yang lain yang semakna dengan citta adalah manas30 dan kesadaran utama lidah atau kecapan, kesadaran utama tubuh atau
vijñānam 31. sentuhan, dan kesadaran utama hidung atau penciuman. Jadi, kelima
hal ini merupakan kesadaran utama atau pembagian batin yang bersifat
Definisi citta adalah batin utama yang memiliki cetasika-cetasika indrawi. Lalu ada lagi yang keenam, yaitu kesadaran utama mental,
yang menyertainya. Sesuatu disebut dengan citta butuh lebih dari atau yang kita kenal dengan istilah mano-vijñāna.
satu cetasika yang menyertainya. Penjelasan tersebut bersumber dari
Abhidharmasamuccaya, yang menyatakan: Misalnya dalam kasus mata. Ketika kita melihat objek, kita
membutuhkan kesadaran untuk menangkap objek tersebut. Kesadaran
“Apa yang dimaksud dengan kumpulan batin utama inilah yang disebut sebagai kesadaran utama penglihatan. Lalu, ketika
(skandha vijñānam)? Apa pun yang merupakan citta dan kita mendengar suatu suara, kita membutuhkan kesadaran untuk
manas, juga merupakan vijñānam.” mencerap hal tersebut, dan yang mencerapnya adalah kesadaran utama
pendengaran. Ketika mencium bau tertentu, maka yang berperan adalah
Definisi dari citta adalah batin utama yang dibedakan dari
kesadaran utama penciuman. Ketika kita merasakan rasa, maka yang
kemampuan32 memahami hakikat objeknya dengan kekuatannya
berperan adalah kesadaran utama pengecap. Ketika kita berhubungan
sendiri. Sedangkan cetasika, mampu memahami karakteristik dari
dengan suatu objek sentuhan, misalnya panas, maka yang mencerap
objek dengan kekuatannya sendiri. Semua objek pasti memiliki
hal tersebut adalah kesadaran utama sentuhan. Kelima kesadaran utama
hakikat dan karakteristik. Lalu, apa yang dimaksud dengan hakikat
ini adalah yang berhubungan dengan indra: penglihatan, pendengaran,
objek dan karakteristik objek? Ambil contoh objek biru. Ketika kita
penciuman, pengecap, dan sentuhan.
memahami biru hanya sebagai biru, maka itu yang disebut sebagai
memahami hakikat biru. Di sisi lain, karakteristik biru adalah bahwa Tambahan yang satu lagi adalah kesadaran yang bersifat mental,
biru itu tidak kekal (ketidakkekalan biru), atau biru itu sifatnya akan ini berbeda dengan yang sebelumnya. Misalnya, ketika kita memikirkan
hancur, dan sebagainya. Jadi, citta mampu mencerap biru atau hakikat masa lampau atau masa depan, ada sesuatu yang muncul dalam batin
biru dengan kemampuannya sendiri, sedangkan cetasika mampu kita dan mencerap hal tersebut. Inilah yang disebut sebagai kesadaran
mencerap karakteristik biru dengan kemampuannya sendiri. Maksud utama mental. Jadi, lima yang pertama adalah kesadaran utama yang
frase “kekuatannya sendiri” sangat penting, karena ia menunjukkan bersifat indrawi, yang segera mencerap objek pada momen ia bertemu
dengannya. Demikianlah perannya. Di sisi lain, kesadaran utama mental
bisa mengambil objek baik di masa lampau, sekarang, maupun depan.
30 P: māna, S: manas, T: yid.
Contohnya adalah ketika kita berpikir: “Oh, sebelumnya aku pernah
31 P: viccānam, S: vijñānam, T: rnam par shes pa. Hal yang semakna lainnya adalah
melakukan ini,” atau “Di masa lampau aku melakukan itu,” atau terkait
rnam par rig pa atau vijñapti.
masa depan: “Jadi ke depannya aku akan melakukan ini.” Pencerap
32 T: cha nas bzhag pa.

78 79
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Citta

dalam kasus ini adalah kesadaran utama mental. Dengan demikian, kita indra yang memiliki rūpa33. Sedangkan yang disebut sebagai kesadaran
bisa melihat bahwa kesadaran utama mental bisa mengambil objek yang utama mental memiliki kondisi dominan khusus berupa indra yang
lebih luas daripada kesadaran utama indrawi, berhubung kesadaran bersifat mental (tidak memiliki rūpa). Kesadaran utama indrawi dan
utama indrawi hanya bisa mencerap apa yang sedang terjadi pada kesadaran utama mental adalah dua entitas yang terpisah, tidak mungkin
momen tertentu, sedangkan kesadaran utama mental bisa mencerap ada irisan di antara keduanya.
objek di masa lampau, sekarang, dan depan.
Kemudian, apa yang disebut sebagai indra yang memiliki rūpa?
Contohnya, ketika kita makan dan melihat makanan kita dari segi Misalnya, indra penglihatan adalah suatu bagian dari mata kita yang
warna, bentuk, rasa, dan aromanya, maka kesadaran utama indrawi berbentuk seperti bunga sarma. Ini mengacu bagian mata kita yang
yang bekerja tidak hanya satu, namun mencakup banyak kesadaran berwarna hitam bukan yang putih. Yang disebut indra penglihatan di
utama indrawi. Ketika kita mencerap warna dan bentuk dari makanan, sini bukan mata yang sehari-hari kita lihat, itu hanyalah bagian luar
yang berperan adalah kesadaran utama penglihatan, bukan kesadaran dari indra penglihatan, indra sebenarnya terdapat di dalamnya. Indra
utama penciuman ataupun lainnya. Ketika kita mencium aroma yang pendengaran adalah sesuatu di dalam telinga kita yang berbentuk
sedap atau wangi, yang berperan adalah kesadaran utama penciuman. seperti sejenis pohon yang dipelintir lalu dipotong. Indra penciuman
Lalu, ketika kita merasakan rasa tertentu baik lezat maupun tidak, yang adalah sesuatu di dalam hidung yang berbentuk seperti sendok. Indra
berperan adalah indra pengecap. Kesadaran utama sentuhan membuat pengecap adalah sesuatu yang berbentuk seperti dua bulan sabit. Indra
kita bisa merasakan apakah makanan itu lembut atau keras. Di sini, tubuh/sentuhan adalah sesuatu yang berada di seluruh tubuh kita.
kita bisa melihat ada empat kesadaran utama indrawi yang bekerja.
Pada saat itu, mungkin kesadaran utama pendengaran tidak berperan, ***
tapi melalui kerja sama antar kesadaran utama indrawi tersebut, maka
Kita telah membahas mengenai indra yang memiliki rūpa terdiri
muncullah suatu perasaan ketika kita menyantap makanan.
dari 5, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan,
Untuk mengulang, kita bisa membagi enam kesadaran utama dan sentuhan. Kelima ini merupakan kondisi dominan khusus untuk
menjadi dua bagian besar, yaitu kesadaran utama indrawi (penglihatan, kesadaran utama indrawi. Lalu indra mental yang merupakan kesadaran
pendengaran, kecapan, penciuman, sentuhan) dan kesadaran utama (bukan rūpa) merupakan kondisi dominan khusus bagi kesadaran utama
mental. Perbedaan antara kedua jenis kesadaran ini adalah terkait mental. Perbedaan antara kesadaran utama indrawi dan kesadaran
kondisi dominan khususnya. Kondisi dominan khusus bagi kesadaran utama mental dilihat dari kondisi dominan. Dengan demikian, kita
utama indrawi adalah indra. Terkait kesadaran utama penglihatan, maka juga harus membedakan indra mental dengan kesadaran utama mental.
yang menjadi kondisi dominan khususnya adalah indra mata. Sedangkan Yang disebut sebagai indra mental adalah sesuatu yang berbentuk
terkait kesadaran utama pendengaran, maka yang menjadi kondisi kesadaran. Tadi kita menyatakan bahwa indra mental adalah kondisi
dominan khususnya adalah indra pendengaran, dan seterusnya untuk dominan khusus yang bisa memunculkan kesadaran utama mental.
indra-indra lainnya; atau dengan kata lain, disebut dengan kesadaran Tapi, meskipun berbentuk kesadaran, terdapat perbedaan antara indra
indra adalah kesadaran yang memiliki kondisi dominan khusus berupa
33 S: Rūpa, merupakan materi yang tampak (contoh: warna, bentuk, dll.) maupun
tidak tampak (contoh: suara, dll.).

80 81
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

mental dan kesadaran utama mental. Kesadaran utama mental bertolak Penjelasan Tentang Cetasika
belakang dengan kesadaran utama indrawi, sedangkan di sisi lain, indra
mental mungkin saja berbentuk kesadaran utama indrawi. Penjelasan Umum
*** Sebelumnya kita telah menjelaskan mengenai definisi citta.
Sekarang kita akan mengupas cetasika lebih dalam. Definisi cetasika
Citta dan cetasika, adalah dua hal yang berlawanan dan tidak adalah suatu bentuk kesadaran yang memiliki batin yang ditemani. Jadi,
beririsan, memiliki identitas yang berbeda34, tetapi memiliki hakikat kalau citta adalah kesadaran (batin utama) yang memiliki beberapa
yang sama. Sama halnya dengan 51 jenis cetasika, masing-masing cetasika yang menyertainya, maka cetasika adalah kesadaran yang
bagian ini berbeda satu sama lain, tidak ada satu pun yang saling memiliki batin yang ditemaninya.
beririsan.
Pembagian 6 kategori cetasika, sebagai berikut:
Pembagian citta atau batin utama menjadi 6 jenis merupakan hal
yang diterima oleh semua paham filsafat Buddhis, baik Vaibhāṣika, 1. Cetasika yang selalu hadir (S: paccasarvagaḥ, T: kundro),
Sautrāntika, Cittamātra, maupun Mādhyamika. Meskipun masing- 2. Cetasika yang memahami objek (S: viṣayapratiniyama, T: yulnge),
masing memiliki sedikit perbedaan dalam penjelasannya, dan terdapat 3. Klesha akar (S: mūlakleśa, T: tsanyon),
banyak pembagian yang lain, tetapi semuanya mengakui pembagian 4. Klesha turunan (S: upakleśa, T: nyenyon),
dalam 6 jenis kesadaran utama.
5. Cetasika yang bajik (S: eka-daśa kuśala, T: gewa), dan
Citta dibagi menjadi 6 jenis, sedangkan cetasika dibagi 6. Cetasika yang dapat berubah (S: anyathābhāvacaitta, T: shengyur).
menjadi 51. Pembagian ini berdasarkan apa yang dijelaskan dalam
Abhidharmasamuccaya karya Arya Asangga. Terkait yang 51 ini, beliau
Cetasika yang Selalu Hadir (S: paccasarvagaḥ, T: kundro)
membaginya menjadi 6 kategori. Yang pertama adalah 5 cetasika yang
selalu hadir (S: paccasarvagaḥ, T: kundro), 5 cetasika yang memahami Kategori pertama adalah cetasika yang selalu hadir. Pembagiannya
objeknya (S: viṣayapratiniyama, T: yulnge), 6 klesha akar (S: mūlakleśa, ada 5, yaitu perasaan, pembedaan/diskriminasi, niat, kontak, dan
T: tsanyon), 20 klesha turunan (S: upakleśa, T: nyenyon), cetasika perhatian.
11 faktor mental bajik (S: eka-daśa kuśala, T: gewa), dan 4 faktor
mental yang dapat berubah (S: anyathābhāvacaitta, T: shengyur). Jadi,
Perasaan (S: vedanā, T: tshorwa)
cetasika punya 51 pembagian yang bisa dikelompokkan lagi menjadi 6
kelompok. Definisi dari perasaan adalah cetasika yang bisa merasakan objek
dengan kekuatannya sendiri, baik sesuatu yang sifatnya menyenangkan,
tidak menyenangkan, ataupun netral. Ketiga sifat ini adalah 3 hal
yang berlawanan, sehingga tidak mungkin dalam satu momen ketiga
jenis perasaan ini muncul secara serentak. Maksud dari frase “dengan
34 T: ldog pa tha dad. kekuatannya sendiri” adalah ketika perasaan mencerap sesuatu yang

82 83
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

bersifat menyenangkan, tidak menyenangkan, atau netral dengan Penderitaan fisik tentu saja lebih mudah untuk dilalui karena
kekuatannya sendiri. Ini penting untuk diingat, berhubung cetasika bersifat sementara dan tidak terlalu berbahaya. Misalnya, ketika kita
ataupun citta yang lain tidak bisa melakukan hal seperti ini; mereka merasa panas, maka kita hanya sekadar merasakan panas tersebut. Di
memang mengalami atau merasakan salah satu dari ketiga perasaan sisi lain, penderitaan mental yang muncul dari berbagai pikiran buruk
tersebut, tetapi mereka tidak bisa merasakannya dengan kekuatan akan berujung pada dampak yang lebih besar, misalnya perkelahian
sendiri, melainkan harus bertumpu pada aspek yang lain, yang tidak dan sebagainya. Ketika kita menjalani hidup, tentu saja kita butuh
lain tidak bukan adalah perasaan itu sendiri. Cara kerja perasaan sangat kepercayaan diri, tetapi kita tidak membutuhkan yang namanya
mudah untuk kita lihat. Misalnya, ketika merasakan kebahagiaan atau kesombongan. Kita harus memiliki suatu kepercayaan diri atau
penderitaan, maka kita dengan jelas bisa merasakan seperti apakah keberanian untuk melakukan apa pun dalam hidup, baik aktivitas
kedua hal tersebut. Dharma atau duniawi. Namun, kita tidak membutuhkan kesombongan
yang membuat kita merasa diri ini lebih unggul daripada pihak lain.
Kebahagiaan sendiri dibagi menjadi 2, yaitu kebahagiaan tercemar
dan kebahagiaan tidak tercemar. Kebahagiaan tercemar adalah hal Untuk sekadar mengulang, ketiga jenis perasaan masing-masing
umum yang biasa kita rasakan. Misalnya, pada saat kita merasa panas, bisa dibagi menjadi perasaan fisik dan mental. Misalnya perasaan fisik
kita menghidupkan AC dan akan merasa sedikit lebih sejuk, dan kita menyenangkan, tidak menyenangkan, dan netral. Perasaan fisik adalah
pun merasa senang. Tapi, hal tersebut dikatakan sebagai kebahagiaan perasaan yang bersekutu dengan salah satu dari kelima kesadaran utama
tercemar karena itu tidak bisa diandalkan, lama-kelamaan suhu ruangan indrawi, sedangkan perasaan mental adalah perasaan yang bersekutu
yang terlalu dingin akan menimbulkan penderitaan baru bagi kita. dengan kesadaran utama mental. Kata ‘bersekutu’ di sini memiliki
makna ‘yang muncul bersamaan dan tergantung pada’, bukan sesuatu
Di sisi lain, penderitaan meliputi hal yang tidak menyenangkan yang sama. Misalnya perasaan fisik dan kesadaran utama indrawi
secara fisik dan mental. Contoh penderitaan fisik adalah ketika kita adalah dua hal yang bertolak belakang (karena perasaan adalah faktor
merasakan panas dan harus bertahan dalam panas tersebut, sedangkan mental sedangkan kesadaran utama indrawi adalah batin utama) tetapi
penderitaan mental adalah diri yang terganggu oleh aneka macam perasaan fisik adalah perasaan yang muncul bersamaan dan tergantung
pemikiran yang buruk, yang bisa saja berujung pada tindakan bunuh pada kesadaran utama indrawi. Lalu, hal yang membedakan kesadaran
diri. Pemikiran buruk juga bisa memicu pertengkaran. Ketika kita utama indrawi dengan kesadaran utama mental adalah: kondisi
berpikir, “Oh, aku ingin mendapatkan posisi yang terbaik,” atau “Aku dominan35 khusus yang menyebabkan kesadaran utama indrawi adalah
ingin berdagang segala macam hal,” pemikiran seperti itu juga akan indra fisik, sedangkan kondisi dominan khusus yang menyebabkan
menimbulkan penderitaan, berhubung kegagalan mendapatkan sesuatu kesadaran utama mental adalah indra mental.
yang diinginkan adalah sebuah perasaan yang tidak menyenangkan.
Lebih jauh, sifat kompetitif yang dimunculkan oleh pemikiran seperti Definisi perasaan yang disajikan sebelumnya memiliki dasar yang
itu, yang begitu bernafsu mengalahkan pihak lain dalam bidang tertentu, bersumber dari Abhidharma-sammucaya:
juga akan menimbulkan suatu perasaan yang tidak menyenangkan
dalam diri kita. Penderitaan mental adalah hal yang paling buruk di “Apa definisi dari perasaan? Definisi merasakan adalah
antara penderitaan lainnya.
35 S: adhipati-pratyaya. Ini merupakan salah satu dari empat kondisi.

84 85
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

apa pun yang hakikatnya dari rasa, merasakan masing- penglihatan adalah indra mental dan juga merupakan kesadaran utama
masing dari buah dari karma bajik dan tidak bajik yang indrawi. Tetapi kesadaran utama penglihatan bukan berupa kesadaran
matang sepenuhnya. Semua objek yang dirasakan oleh utama mental.
semua perasaan adalah karma yang matang sepenuhnya.”
Untuk lebih jelasnya, kita tahu kalau kesadaran utama dibagi menjadi
Berikutnya adalah peran/fungsi dari perasaan. Vastusamgraha 6. Keenam kesadaran utama ini (kesadaran utama penglihatan,
(karya Arya Asangga) menyatakan: penciuman, dan seterusnya) pasti berupa citta. Di sisi lain, kesadaran
mental37 (yishey) tidak selalu berupa citta, bisa berupa cetasika pula.
“Apa fungsi dari perasaan? Berfungsi untuk memunculkan
Dalam bahasa Tibet, kesadaran utama indrawi kita sebut dengan wang
hasrat (tanha) dan perasaan netral.”
poi nampar syepa, ini hanya berbentuk batin. Sedangkan kesadaran
Perasaan bisa memunculkan apa yang disebut sebagai hasrat indrawi (wangshey) mencakup cetasika maupun citta.38.
(tanha). Bagaimana hasrat bisa muncul? Misalnya, ketika kita
T: Dalam karya Khedrup Je yang berjudul Penerang Batin atas Tujuh
merasakan suatu perasaan bahagia, tentu saja kita akan memunculkan
Kitab Pramana Dharmakirti39, terdapat pandangan bahwa indra mental
perasaan tidak ingin berpisah dari kebahagiaan tersebut. Dan ketika
dapat berupa kesadaran dan bukan-kesadaran (yaitu berupa potensi40).
kita menderita, maka kita berharap untuk dapat segera terpisahkan
Apakah demikian adanya?
dari perasaan menderita tersebut. Inilah fungsi dari perasaan: ia
menyebabkan suatu keinginan untuk tidak berpisah dari kebahagiaan J: Secara umum indra mental pasti berbentuk kesadaran. Dalam
dan untuk selekas mungkin berpisah dari penderitaan. Sementara pandangan Cittamātra mengakui adanya potensi yang memunculkan
itu, fungsi dari perasaan netral adalah tidak membuat batin masuk ke kesadaran utama mental, yang juga disebut sebagai indra mental. Tapi ini
dalam keinginan untuk tidak berpisah dari kebahagiaan ataupun selekas tidak berlaku untuk pandangan filsafat lainnya. Pandangan Cittamātra
mungkin berpisah dari penderitaan. memasukkan potensi ini sebagai indra mental karena potensi bisa

Sesi Tanya-jawab 37 Kesadaran mental ini berbeda dengan kesadaran utama mental. Kesadaran bisa
mencakup citta dan cetasika, sedangkan kesadaran utama pasti berupa batin utama
T: Tadi dikatakan bahwa ada indra mental (yi wang36) yang berbentuk (citta).
kesadaran indra (wang she). Apa maksudnya? 38 Bagian ini akan lebih jelas bagi pendengar yang mengenal Bahasa Tibet. Karena
bagian ini untuk menjelaskan istilah yang biasanya mengacu pada hal yang sama
J: Jadi, yang disebut indra mental itu tidak harus berupa kesadaran
(yang satu bentuk singkat dari yang lainnya), tetapi tidak berlaku di sini, karena
utama mental. Indra mental bisa berupa kesadaran utama indrawi terdapat perbedaan antara wangpoi nampar sheypa dengan wangshey, serta yi kyi
maupun kesadaran utama mental. Dengan kata lain, indra mental bisa nampar sheypa dengan yishey. Wangpoi nampar sheypa pasti berupa batin utama
berupa salah satu dari 6 jenis kesadaran. Contoh irisan indra mental (yi dengan wangshey bisa berupa batin utama dan faktor mental. Contoh wangshey yang
wang) dengan kesadaran utama indrawi (wang she) adalah kesadaran berbentuk faktor mental adalah perasaan yang bersekutu dengan wangpoi nampar
utama penglihatan (mig gi nampar syepa). Jadi, kesadaran utama sheypa.
39 T: tshad ma sde bdun yid kyi mun sel.
40 S: vāsanā. T: bag chags. Kadang diterjemahkan juga sebagai kecenderungan, jejak
36 S: mano indriya, T: yid dbang. karma, dan sebagainya.

86 87
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

berperan sebagai kondisi dominan khusus yang memunculkan kesadaran Lebih lanjut, ketika kita merasa senang, tidak senang, ataupun netral,
utama mental atau mano-vijñāna, dan kondisi dominan khusus yang yang sebenarnya merasakan semua itu adalah perasaan (vedanā),
memunculkan kesadaran utama mental disebut indra mental. Karena bukanlah otak.
pandangan ini memasukkan potensi sebagai indra mental, maka ini
menyebabkan ada indra mental yang bukan-kesadaran (yaitu potensi Diskriminasi (P: sañña, S: samjca, T: dushey)
ini). Tetapi ada banyak yang memperdebatkan hal ini juga.
Sekarang kita akan masuk ke dalam kategori yang kedua, yaitu
Kita sudah membahas mengenai citta dengan cetasika. Kita tahu bahwa
diskriminasi atau pembedaan. Diskriminasi adalah cetasika yang
kesadaran utama dibagi menjadi 6, dan sebagainya. Singkatnya, mungkin
mencerap tanda-tanda dari objeknya dengan kekuatannya sendiri.
ada beberapa dari kalian yang sebelumnya belum pernah mendengarnya.
Dengan kata lain, ia bisa membedakan apakah sebuah objek berwarna
Mungkin juga ada beberapa dari kalian yang masih bingung atau kurang
biru, kuning, dan sebagainya dengan kekuatannya sendiri. Ia tidak
jelas. Tetapi sebenarnya kita semua memiliki citta dan cetasika dalam
bertumpu pada aspek lainnya untuk melakukan ini; sebaliknya, cetasika
diri kita. Misalnya seperti yang saya jelaskan sebelumnya mengenai
lainlah yang bertumpu pada diskriminasi untuk mencerap tanda-tanda
lima kesadaran utama indrawi: kesadaran yang melihat makanan itu
dari sebuah objek. Penegasan mengenai hal ini bisa kita temukan dalam
adalah kesadaran utama penglihatan, yang mencium adalah kesadaran
Abhidharmakosa, yang menyatakan bahwa perasaan adalah sesuatu
utama penciuman, yang mendengar adalah kesadaran pendengaran,
yang merasakan, sedangkan diskriminasi adalah sesuatu yang memiliki
yang mengecap rasa adalah indra pengecap, dan yang merasakan kasar
hakikat mencerap tanda-tanda dari sebuah objek.
atau halus adalah indra sentuhan. Kelima kesadaran utama indrawi ini
hanya mencerap objeknya secara langsung, ketika bertemu objeknya. Mengapa dinamakan diskriminasi? Jika kita menyimak istilah
Sedangkan kesadaran utama mental (mano-vijñāna) bisa mencerap dalam bahasa Tibetnya, yakni dushey. Du bisa diartikan sebagai
fenomena-fenomena yang tidak langsung, misalnya pemikiran tentang kumpulan atau pertemuan, sedangkan shey bisa diartikan sebagai
masa lalu atau depan. Dengan demikian, kesadaran utama mental bisa mengetahui atau mengenali. Artinya, setelah bertemu dengan objeknya,
mengambil objek yang cakupannya lebih luas. ia menjadi tahu (atau mengenali objeknya). Demikianlah ia disebut
sebagai diskriminasi. Atau dari perspektif yang lain: karena bertemu
Ilmu pengetahuan mengatakan bahwa pusat dari kesadaran adalah otak.
dengan objeknya, ia pun mengenali objek itu, sehingga ia dinamakan
Jadi, kesadaran tidak akan muncul tanpa otak. Pandangan Buddhis
dushey.
menolak gagasan ini, karena meski ada sebagian dari kesadaran yang
berhubungan dengan otak, tapi tidak semua kesadaran bergantung pada Dari sini, kita masuk ke dalam pembagian dari diskriminasi.
atau berhubungan dengan otak. Misalnya, kesadaran utama indrawi Diskriminasi dibagi menjadi 2, yaitu diskriminasi yang mencerap tanda
mungkin akan berhubungan dengan otak karena kesadaran utama dan diskriminasi yang mencerap pencitraan atau gambaran mental. Yang
indrawi secara umum lebih bersifat kasar, tetapi kesadaran utama pertama adalah jenis diskriminasi yang terbebas dari pikiran konseptual,
mental boleh jadi tidak demikian, terutama kesadaran utama mental sedangkan yang kedua adalah jenis diskriminasi yang melibatkan
yang bersifat sangat subtil. Kenapa demikian? Kita bisa melihat kasus pikiran konseptual. Contoh dari jenis diskriminasi yang pertama adalah
orang yang meninggal: otaknya sudah tidak bekerja, tapi kesadarannya diskriminasi yang muncul dan bersekutu dengan kesadaran utama
tetap dapat bekerja. Contoh kasus lainnya adalah ketika kita terlelap. indrawi. Artinya, diskriminasi ini pasti akan muncul bersamaan dengan

88 89
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

salah satu citta yang ia temani, dan citta yang ditemani ini, jika terkait Akan tetapi, perlu diingat bahwa tidak semua diskriminasi yang
jenis diskriminasi yang pertama, harus yang berbentuk kesadaran bersekutu dengan kesadaran utama mental (mano-vijñāna) merupakan
utama indrawi; misalnya, kesadaran yang memungkinkan kita untuk jenis diskriminasi yang mencerap pencitraan. Dengan kata lain, tidak
membedakan antara warna biru dan kuning. semua diskriminasi yang menemani kesadaran utama mental adalah
bentuk yang kedua. Kenapa demikian? Karena meskipun kesadaran
Contoh dari jenis diskriminasi yang kedua adalah cetasika yang utama mental pada makhluk biasa41 merupakan bentuk yang kedua,
muncul bersama dengan kesadaran utama mental. Contohnya, ketika kasusnya tidak demikian untuk jenis makhluk lainnya. Maksud frase
ada satu diskriminasi yang bisa berpikir “Oh, ini adalah biru,” maka “makhluk biasa” di sini adalah makhluk yang belum mencapai tingkatan
ada satu pikiran konseptual terkait warna biru di balik hal tersebut. Jadi, Arya. Kita tahu bahwa terdapat 5 marga (marga pengumpulan, marga
yang membedakan kedua hal tersebut adalah: jenis diskriminasi yang persiapan, marga penglihatan, marga meditasi, marga tanpa belajar),
pertama muncul langsung dengan kesadaran utama indrawi tanpa ada dan ketika kita berhasil mencapai marga penglihatan, maka kita disebut
pikiran konseptual, sedangkan jenis diskriminasi yang kedua muncul sebagai Arya.
dengan pikiran konseptual yang berpikir tentang hal-ihwal tertentu.
Jadi, siapa pun yang belum mencapai marga penglihatan ini
Frase “tanda” sendiri dimaknai sebagai sesuatu yang menjadi digolongkan sebagai makhluk biasa. Kesadaran utama mental dari
pembeda antara satu hal dan hal lainnya. Jadi, misalnya, dalam proses makhluk biasa bukanlah satu bentuk pramana langsung42, melainkan
diskriminasi yang pertama, objek yang dikenali sebagai biru (dan bentuk diskriminasi yang mencerap pencitraan. Di sisi lain, contoh
bukan warna lainnya) dicerap oleh kesadaran utama penglihatan diskriminasi yang bukan termasuk ke dalam jenis diskriminasi yang
tanpa adanya pemikiran konseptual apa pun, sedangkan dalam proses kedua adalah diskriminasi pada arus batin makhluk hidup yang telah
diskriminasi yang kedua, yang terlibat tidak lagi sekadar kesadaran mencapai marga tanpa interupsi43, baik marga tanpa interupsi pada
utama penglihatan, tapi suatu bentuk ingatan. marga penglihatan maupun marga meditasi. Jika seseorang telah
Menyangkut diskriminasi, kita bisa membahasnya dari segi mencapai marga tersebut, maka ia telah terserap dalam kesunyataan,
definisi, pembagian dan juga fungsinya. Salah satu kutipan yang sehingga tidak lagi melihat hal-ihwal melalui diskriminasi jenis kedua.
menjelaskan fungsi diskriminasi berasal dari Vastusamgraha: Dikatakan bahwa semua kesadaran utama mental berbentuk pramana
langsung. Namun di sisi lain, satu kutipan dalam Pramanasamuccaya
“Apa fungsi yang dimiliki oleh diskriminasi? Memiliki menyebutkan adanya jenis kesadaran utama mental yang bukan berupa
fungsi mencerap tanda dan melabelkan terminologi pada pramana langsung, yaitu satu kesadaran utama mental yang muncul
objek batin.” dalam momen yang teramat sangat singkat.
Sebagaimana telah diulas, contoh yang pertama adalah melihat Kita juga bisa membagi diskriminasi menjadi 6, yaitu diskriminasi
biru sebagai biru tanpa pemikiran konseptual apa pun, sedangkan yang timbul dari pertemuan atau persekutuan dengan 5 indra fisik
contoh yang kedua adalah melihat biru melalui sebuah konsep yang
menjadi konvensi umum. 41 P: puthujjana, S: pṛthagjana, T: so so skye wo.
42 S: pratyakṣa-pramāṇa, T: mngon sum gyi tshad ma.
43 S: ānantarya mārga, T: bar chad med lam.

90 91
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

ditambah 1 indra mental. Kelima indra ini terkait dengan objek yang memulainya, dan ini muncul didorong oleh niat. Misalnya, ketika
bersifat kasar atau sesuatu yang memiliki kategori rūpa. Di sini, rūpa kita melakukan sesuatu dengan didasari motivasi yang baik, maka
tidak selalu sesuatu yang dilihat; suara, misalnya, juga termasuk ke tindakan yang dilakukan (bernamaskara, memuji Triratna, dsb) akan
dalam kategori rūpa. Diskriminasi yang terkait dengan kategori rūpa menjadi karma bajik, dan demikian pula sebaliknya. Poin ini berlaku
disebut demikian karena ia bersekutu dengan kesadaran utama indrawi. bagi karma yang sifatnya fisik atau verbal. Di sisi lain, kalau sebuah
Di sisi lain, jenis diskriminasi yang terkait dengan kesadaran utama karma bersifat mental, maka kemunculan sebuah niat di dalam batin,
mental mengambil objek yang berupa pelabelan dari suatu istilah; jadi, misalnya pemikiran “Oh, orang ini perlu dibunuh” atau “aku akan
ia bukan sesuatu yang berbentuk rūpa. membunuhnya”, sudah bisa digolongkan sebagai akumulasi karma
buruk.
Kesadaran utama berbeda dengan kesadaran, karena kesadaran
memiliki cakupan yang lebih luas dari kesadaran utama (vijñāna), Sama halnya dengan diskriminasi, niat juga dibagi menjadi 6,
demikian juga kesadaran utama mental (yi gi nampar syepa) dengan yaitu niat yang timbul dari pertemuan atau persekutuan dengan 5 indra
apa yang disebut sebagai kesadaran mental (yi shey). Diskriminasi yang fisik ditambah 1 indra mental.
bersekutu dengan kesadaran utama mental adalah kesadaran mental (yi
shey), tapi bukan kesadaran utama mental (yi gi nampar syepa). Ketika kita menghimpun karma, maka ada hal yang tersisa dalam
arus batin kita, yaitu suatu potensi atau jejak karma, dan kita tahu
bahwa kita sudah memiliki begitu banyak kelahiran, yang di dalamnya
Niat (S: cetanā, T: sempa) kita menghasilkan begitu banyak karma baik maupun tidak bajik,
yang juga berarti bahwa ada banyak potensi yang kita himpun. Jika
Niat merupakan cetasika yang bisa mendorong atau mengarahkan
kita melakukan satu karma tidak bajik, maka hasil yang kita dapatkan
batin yang bersekutu dengannya menuju objek yang diinginkan.
adalah penderitaan. Jika kita tidak menginginkannya, maka kita harus
Ini ibarat magnet yang bisa menarik sekaligus menggerakkan besi-
melakukan purifikasi dengan 4 kekuatan penawar: kekuatan basis,
besi di sekitarnya, begitu pula, niat bisa menggerakkan batin yang
kekuatan melawan dengan penawar, kekuatan penyesalan, dan kekuatan
bersekutu dengannya untuk menuju objek yang diinginkan. Jadi, batin
tekad tidak mau mengulangi perbuatan tersebut. Dengan bertumpu pada
tidak memiliki kebebasan, melainkan ditarik atau digerakkan oleh
hal tersebut, maka buah yang harusnya kita alami tidak perlu kita alami,
niat untuk menuju objek yang diinginkan. Berdasarkan kutipan dari
karena kita telah membuatnya mandul. Tanpa melakukan purifikasi
Vastusamgraha, dinyatakan bahwa hal-ihwal yang muncul dari niat
dengan 4 kekuatan penawar, maka ketika semua kondisi karma tersebut
adalah pikiran konseptual ataupun karma fisik dan ucapan. Dengan
matang, tidak ada jalan lain bagi kita kecuali harus mengalami buahnya.
kata lain, niat berperan sebagai sesuatu yang mengakumulasi karma,
baik karma yang berupa perbuatan yang dikehendaki (cinta-karma) Ketika karma dihimpun, maka jejaknya akan menetap dalam
dan karma yang merupakan niat (cetana-karma). Karma yang berupa batin kita. Ada sebuah cerita tentang seorang guru tīrthika yang lahir di
perbuatan yang dikehendaki meliputi karma fisik dan ucapan, sedangkan neraka. Pada saat itu, Mogallana44 yang mengetahui hal tersebut dititipi
karma yang merupakan niat adalah karma mental. pesan oleh si guru agar memberitahu para pengikutnya untuk jangan
Penentuan apakah sebuah karma itu bajik atau tidak bajik
tergantung pada motivasi (pikiran-pikiran yang mendasari) ketika 44 P: Moggallāna, S: Maudgalyāyana.

92 93
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

mengikutinya lagi, karena buah yang dihasilkan oleh ajaran tīrthika pelanggaran janji akan menjadi lebih kecil. Ini adalah sebuah nasihat
adalah terjatuh ke neraka. Oleh karena itu, Mogallana menyampaikan yang sangat baik.
pesan si guru kepada para pengikutnya. Tetapi, para pengikut tīrthika
tersebut menjadi tidak senang. “Apa maksudmu berkata bahwa guru Kontak (S: sparśa, T: regpa)
kami lahir di neraka?” Mereka marah lalu mengeroyok Mogallana. Pada
saat itu, Shariputra bertanya kepada Mogallana, “Engkau sangat hebat Kontak adalah cetasika membedakan/menilai objek setelah
dalam hal kesaktian, lantas kenapa engkau tidak menggunakannya pertemuan antara objek, indra, dan kesadaran. Cara cetasika ini
ketika menghadapi para pengikut tīrthika tersebut?” Lalu Mogallana ‘membedakan’, misalnya ketika pertemuan indra dengan objek yang
menjawab, “Ketika karma sudah matang, maka tak ada yang perlu menarik dan sebagainya, kontak juga membedakan/menilai objek
dikatakan ihwal kesaktian. Bahkan aku tidak bisa mengingat apa itu.” tersebut sebagai sesuatu yang menarik, dari sana muncullah perasaan
baik bahagia dan sebagainya. Jadi, fungsi dari cetasika ini adalah
Oleh karena itu, kita bisa melihat betapa pentingnya purifikasi
membedakan/menilai objek dengan kekuatannya sendiri; dengan kata
dengan 4 kekuatan penawar. Kekuatan pertama, yaitu basis, meliputi
lain, cetasika selain kontak tidak bisa menilai objek dengan kekuatannya
berlindung ataupun pembangkitan bodhicita. Kekuatan kedua, yaitu
sendiri, melainkan harus bertumpu pada kontak untuk melakukan fungsi
melawan dengan penawar, meliputi misalnya mantra 100 suku kata,
ini. Kontak juga bisa dibagi menjadi 6, dengan pembagian yang sama
atau secara umum, segala kebajikan yang kita lakukan dengan suatu
seperti sebelumnya.
motivasi penyesalan. Ketika kita menyesal, lalu dengan motivasi
tersebut kita melakukan satu kebajikan (misalnya memeditasikan Kontak juga bisa dibagi menjadi dua, yaitu kontak yang tercemar
kesunyataan atau bodhicita), maka kebajikan ini dikategorikan sebagai dan tidak tercemar. Kontak tercemar memunculkan perasaan tercemar,
kekuatan melawan dengan penawar. Kekuatan ketiga, yaitu penyesalan, dan sebagainya seperti yang dinyatakan dalam kutipan Sutra berikut,
adalah perasaan menyesal kita. Contohnya, ketika melakukan kesalahan, “Dari kontak45 muncullah perasaan46, dari perasaan muncullah hasrat47,
kita berpikir, “Oh, apa yang kulakukan itu salah.” Kekuatan keempat, dari hasrat muncullah sikap mencengkeram48, dari sikap mencengkeram
yaitu tidak mengulanginya kembali, adalah tekad untuk tak pernah lagi muncullah eksistensi49, dari eksistensi muncullah kelahiran50.” Ini
mengulangi kesalahan yang sama. adalah proses dalam rangkaian 12 mata rantai yang menjelaskan
bagaimana kita berputar dalam samsara.
Terdapat satu nasihat dari seorang Arahat bernama Arya Aswajit
(Assaji). Beliau berkata bahwa ketika kita menerapkan kekuatan
yang keempat ini, terkadang kita perlu melakukannya sesuai dengan
kemampuan kita. Kalau misalnya kita langsung menetapkan untuk tidak
lagi melakukan sebuah kesalahan seumur hidup, maka ini adalah janji 45 P: phassa, S: sparṡa.
yang sangat sulit ditepati, dan ada kemungkinan yang sangat besar untuk 46 P: vedana, S: vedanā.
melanggar janji ini. Jadi, yang perlu kita lakukan adalah menetapkan 47 P: tanha, S: tṛṣṇā.
satu komitmen dengan periode yang lebih pendek. Misalnya, berjanji 48 P: upadana, S: upādānam.
untuk tidak mengulangi kesalahan dalam kurun 1 hari, 2 hari, 3 hari, 1 49 P/S: bhava.
tahun, dan seterusnya. Dengan demikian, risiko untuk terjatuh ke dalam 50 P: jati, S: jāti.

94 95
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

Perhatian (S: manasikāra, T: yiyjey) itu tidak bisa memiliki basis sehingga tidak bisa bertemu dengan objek.

Perhatian merupakan cetasika yang berfungsi untuk menempatkan ***


fokus pada objek yang diambil, atau yang membuat batin menetap pada
objek yang diambil, atau yang berfungsi untuk membuat batin tidak
Cetasika yang Memahami Objek (S: viṣayapratiniyama, T: yulnge)
berpindah. Namun, terdapat perbedaan antara niat dan perhatian. Fungsi
niat adalah menggerakkan batin menuju objek secara umum, sedangkan Selanjutnya, kita akan masuk ke dalam pembagian cetasika yang
fungsi perhatian adalah membuat batin berfokus pada karakteristik berikutnya, yaitu cetasika yang memahami objek. Ini juga terbagi
objek tersebut. Jadi, inilah yang membedakan kedua cetasika tersebut. 5: aspirasi (S: chandaḥ, T: dunpa), tekad (S: adhimokśa, T: moypa),
ingatan (S: smṛtiḥ, T: drenpa, P: sati), konsentrasi (S: samādhīh, T:
***
ting nge dzin), dan kebijaksanaan (S: prajña, T: sheyrab). Menurut
Kita sudah membahas kelima cetasika yang selalu hadir, yang Abhidharmasamuccaya, kelima pembagian dari cetasika yang
meliputi perasaan, diskriminasi, niat, kontak, dan perhatian. Kenapa memahami objek ini bersifat bajik. Di sisi lain, Abhidharmakosa
mereka dinamakan cetasika yang selalu hadir? Karena di mana pun berpendapat bahwa sifat dari kelima pembagian ini bisa bersifat bajik
citta ada, maka kelima cetasika ini pasti hadir menemaninya. Meskipun maupun tidak.
mereka memiliki definisi, fungsi, dan pembagian yang berbeda, mereka
memiliki kesamaan dalam lima hal, yaitu objek, aspek, basis, substansi, Aspirasi (S: chandaḥ, T: dunpa)
dan waktu. Kesamaan objek, artinya, objek yang diambil oleh citta dan
cetasika yang bersekutu dengannya sama. Kesamaan aspek artinya jika Aspirasi adalah cetasika yang memiliki 3 karakteristik: mengambil
pada citta muncul aspek vas maka cetasika juga sama. Kesamaan basis objek berupa sesuatu yang dipikirkan dan diinginkan untuk diperoleh,
artinya yang menjadi basis dari citta—salah satu dari enam kesadaran berjuang untuk meraih objek tersebut, dan merupakan basis dari upaya
(lima kesadaran indra dan kesadaran utama mental)—akan sama dengan yang bersemangat (wirya). Tanpa adanya aspirasi, kita tidak bisa
basis dari cetasika yang menyertainya. Kesamaan substansi artinya bekerja dengan baik, hal ini jelas terlihat dalam kehidupan sehari-hari
masing-masing citta hanya disertai oleh satu cetasika dengan jenis dimana ketika kita memiliki aspirasi, kita juga akan memiliki semangat
yang sama, misalnya satu citta hanya disertai oleh satu jenis perasaan, untuk melakukan sesuatu. Aspirasi pasti berjuang untuk meraih sesuatu
satu diskriminasi, dan sebagainya, tidak mungkin ada dua perasaan yang bajik, dan tidak mungkin yang tidak bajik ataupun netral. Jadi
yang menyertai satu citta. Lalu, keduanya akan sama dalam hal waktu; keinginan untuk meraih sesuatu yang tidak bajik, bukanlah aspirasi
artinya, citta ataupun cetasika yang selalu menyertainya muncul dalam tetapi hanyalah keinginan atau kemelekatan.
waktu yang bersamaan. Semua citta pasti memiliki 5 cetasika yang Satu kutipan dari Vastusamgraha mengenai aspirasi berbunyi,
menyertainya; karena tanpa perasaan, maka itu tidak bisa merasakan
objeknya; tanpa diskriminasi, itu tidak dapat membedakan kekhususan “Apa fungsi dari aspirasi? Adalah memunculkan atau
objeknya; tanpa niat, itu tidak bisa mengarah pada objeknya; tanpa memulai wirya”.
perhatian itu tidak dapat fokus atau stabil pada objeknya; tanpa kontak,
Di dalam cetasika bajik, ada yang disebut sebagai keyakinan, dan

96 97
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

inilah yang akan memunculkan aspirasi. Jadi, urutannya adalah sebagai periode pantulan sebuah bola; atau dengan kata lain, kelahirannya di
berikut: keyakinan, aspirasi, lalu wirya. Kita tahu bahwa keyakinan alam neraka sangat singkat. Setelah itu, dia bahkan mampu mencapai
terbagi menjadi 3: (1) keyakinan yang bersifat mengagumi51 atau tingkat Arahat, padahal dia telah melakukan salah satu dari garuka
keyakinan jernih (misalnya kekaguman pada kualitas-kualitas Buddha), karma. Semua ini terjadi berkat penerapan 4 kekuatan penawar.
(2) keyakinan yang berhasrat untuk mencapai52 (misalnya mengetahui
T: Jika tidak ada indra, misalnya dalam kasus kebutaan, apakah kita
salah satu kualitas unggul Triratna dan berusaha untuk mencapainya),
masih memiliki kesadaran utama penglihatan atau tidak?
dan (3) keyakinan yang tidak tergoyahkan53 atau keyakinan berdasarkan
kepastian. Dari keyakinan, maka akan tumbuh aspirasi, dan dari aspirasi, J: Jawabannya adalah tidak ada. Karena penyebabnya (kondisi dominan
maka akan muncul tekad. Dari tekad inilah akan muncul wirya. Dari khusus yang berupa indra penglihatan) sudah hancur, maka kita tidak
sana, kita akan merampungkan apa yang ingin kita raih. memiliki kesadaran utama penglihatan.
Sesi Tanya-jawab T: Apakah citta itu selalu murni, atau tidak selalu murni? Apakah citta
itu adalah tathagatagarbha?
T: Dikatakan bahwa karma itu sifatnya pasti, dan bahwa ketika suatu
karma sudah dibuat, ia pasti akan membuahkan hasil. Tapi di sisi J: Citta tidak selalu murni. Jika cetasika yang menemaninya bersifat
lain, dengan 4 kekuatan penawar, dikatakan bahwa karma bisa dibuat tidak bajik, ia menjadi tidak murni. Tetapi, jika cetasika yang
mandul. Apa contoh dari pernyataan ini? menemaninya bersifat bajik, maka ia menjadi murni. Tapi, hakikat
citta adalah murni. Citta dan tathagatagarbha adalah hal yang berbeda
J: Contohnya adalah cerita mengenai Raja Ajatashatru yang telah
karena tathagatagarbha adalah kesunyataan, yang mengambil basis
melakukan karma yang teramat berat54 dengan membunuh ayahnya.
kesunyataan berupa batin, dan oleh karenanya bersifat kekal. Di sisi lain,
Contoh lain adalah Angulimala yang telah membunuh 999 orang. Ada
citta bersifat tidak kekal. Hal ini perlu dibedakan dengan pernyataan
juga kisah tentang Punjarakarma, yang terukir di Candi Jago. Memang
bahwa semua orang bisa mencapai Kebuddhaan, atau dengan kata
benar bahwa pandangan Vaibhāṣika menyatakan tentang kepastian
lain, punya potensi untuk menghilangkan halangan bagi Kebuddhaan.
akibat dari sebuah karma yang telah dilakukan. Tapi di sisi lain,
Semua makhluk bisa mencapai kebuddhaan karena sifat alami dari
pandangan Cittamātra meyakini bahwa kepastian akibat ini bisa dibuat
batin yang sunya atau pada dasarnya murni, tidak memiliki noda yang
mandul melalui 4 kekuatan penawar. Dalam cerita Raja Ajatashatru,
bersifat bawaan yang tak bisa dihilangkan.
seharusnya dia terlahir di alam neraka untuk waktu yang lama karena
membunuh ayahnya. Tapi faktanya, dia hanya terlahir di sana selama
Tekad (S: adhimokśa, T: moypa)
51 S: prasādaḥ, T: dang ba’i dad pa.
52 S: abhilāṣaḥ, T: mngon par ‘dod pa’i dad pa. Tekad adalah cetasika yang berpegang teguh pada objek yang
53 S: abhisampratyayaḥ. T: yid ches pa’i dad pa. sebelumnya telah diyakini. Tekad berpegang teguh bahwa “hanya
54 S: ānantarya atau pañcānantarīya. T: mtsham med lnga. Bisa disebut juga sebagai demikianlah hal yang berlaku”55. Objek yang diambil oleh tekad
lima perbuatan jahat yang segera berbuah, meliputi membunuh ayah, membunuh ibu,
membunuh seorang arahat, melukai seorang Buddha dengan niat jahat, dan memecah
belah Sanggha. 55 Dan bukan yang lain.

98 99
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

adalah objek yang sebelumnya telah dipahami. Fungsi dari cetasika yang telah dipahami sebelumnya. Tekad bisa dibagi menjadi tiga
ini adalah mencegah perubahan pandangan, atau dengan kata lain, berdasarkan objeknya, yaitu tekad yang memahami kualitas sebagai
mempertahankan pandangan yang sebelumnya telah dipegang. Tekad kualitas, kekurangan sebagai kekurangan, dan yang bukan keduanya60
yang berpegang pada suatu pandangan salah, bukanlah tekad, tapi sebagai bukan keduanya. Kita sering mendengar perkataan seperti,
sesuatu yang menyerupai tekad. Dalam Abhidharmakosa, ada suatu “Orang tersebut memiliki tekad yang kuat atau stabil.” Misalnya, ketika
kutipan yang berbunyi, seseorang sudah memiliki suatu keyakinan kepada Buddha, maka dari
keyakinan ini dia menumbuhkan suatu tekad untuk berlindung kepada
“Cetasika yang mencerap objek yang berupa kualitas Buddha. Dari sini, dia mustahil berpindah dari keyakinannya kepada
disebut sebagai tekad.” Buddha. Inilah yang disebut sebagai memiliki satu tekad yang kuat.
Oleh karena itu, objek tekad akan selalu berupa kualitas, dan
pandangan salah tentu saja bukanlah kualitas. Tekad yang stabil pada Ingatan (P: sati, S: smṛtiḥ, T: drenpa)
kebajikan adalah akar dari semua dharma putih56, dan itu bergantung
pada keyakinan yang tak tergoyahkan pada karma sebab-akibat, oleh Ingatan adalah cetasika yang memiliki hakikat tidak melupakan
karena itu berjuanglah untuk menumbuhkan keyakinan tak tergoyahkan objek yang sebelumnya telah dikenal atau dibiasakan dalam batin.
ini dengan kutipan murni yang telah memenuhi tiga penalaran. Tanpa Objek ingatan pasti berupa sesuatu yang dikenali sebelumnya karena
adanya keyakinan pada karma sebab-akibat tidak akan muncul tekad kita tidak mungkin mengingat sesuatu tanpa sebelumnya mengenali
pada kebajikan. Keyakinan pada karma sebab-akibat adalah keyakinan atau terbiasa dengan hal tersebut. Fungsi dari cetasika ini adalah untuk
bahwa kebajikan pasti menghasilkan kebahagiaan, ketidakbajikan pasti mencegah pengalihan perhatian. Dengan demikian, batin tidak akan
menghasilkan penderitaan, dan tidak mungkin sebaliknya. lari ke hal yang lain karena ia akan terfokus pada hal yang diingat.
Contohnya adalah ketika kita memiliki ingatan akan hukum sebab-
Terkait keyakinan, kita membutuhkan tiga penalaran, yaitu akibat maka kita tidak akan melupakannya atau teralihkan daripadanya.
hal tersebut tidak bertentangan dengan pramana (persepsi sahih) Ini didukung oleh kutipan berasal dari Vastusamgraha,
langsung57, tidak bertentangan dengan pramana hasil kesimpulan yang
didukung oleh fakta58, dan tidak bertentangan dengan pramana hasil “Apa yang dimaksud ingatan? Sesuatu yang menuju/
kesimpulan yang didukung oleh kutipan yang terpercaya59. mengikuti atau mengutarakan objek sebelumnya,...Apakah
fungsi yang dimiliki oleh ingatan? Mengingat objek yang
Seperti yang telah dibahas, Abhidharmasamuccaya menyatakan sejak lama di renungkan, disayangi, dan diutarakan.”
bahwa tekad itu sendiri pastilah sesuatu yang bajik, tetapi objeknya
tidak selalu bajik. Objek yang dimiliki oleh tekad pasti sesuatu Mengingat objek kemelekatan kita dan mengingat kebencian
terhadap musuh bukanlah ingatan, berhubung ingatan pasti merupakan
cetasika yang bajik.
56 Praktik kebajikan.
57 S: pratyakṣapramāṇa, T: mngon sum kyi tshad ma.
58 S: anumāna-pramāṇa, T: rjes dpag gi tshad ma.
59 T: yid ches kyi tshad ma. 60 Bukan kualitas maupun kekurangan.

100 101
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

Ingatan yang mengambil objek sekarang, meskipun itu disebut antara apa yang harus dipraktikkan dan apa yang harus dihindari dari
dengan objek sekarang (atau pada momen itu) tetap saja objek tersebut objek yang dianalisis. Fungsinya adalah untuk menghilangkan keraguan,
sebelumnya telah dibiasakan dalam batinnya. Jika objek ini dipahami karena jika kita mengetahui apa yang harus dilakukan sebagai hal yang
oleh kesadaran indra kita61 sekarang, maka itu adalah pemahaman harus dilakukan maka keraguan akan hal tersebut pun akan hilang.
langsung, bukan ingatan. Perbedaan ini perlu diperhatikan. Ingatan Terdapat kutipan dari Vastusamgraha yang juga menyokong definisi
tidak mungkin mengambil objek pada satu momen dan serta-merta dan fungsi dari kebijaksanaan,
mengingat sekaligus memahaminya.
“Apa yang dimaksud dengan kebijaksanaan? Ini adalah
kemampuan untuk membedakan secara menyeluruh objek
Konsentrasi (S: samādhīh, T: ting nge dzin) atau fenomena yang diambil karena ini memunculkan
pemikiran mengenai sesuatu itu layak, tidak layak, ataupun
Konsentrasi adalah cetasika yang memiliki hakikat perhatian
bukan keduanya.”
konsentrasi terpusat pada sebuah fenomena yang telah dianalisis. Peran
atau fungsi dari cetasika ini adalah sebagai dasar bagi munculnya Yang dimaksud dengan fenomena/objek yang dianalisis adalah
kebijaksanaan. Jadi, kalau kita memiliki konsentrasi yang kuat atau semua fenomena yang menjadi basis dari apa yang harus dihindari dan
stabil, ini akan menyokong tumbuhnya kebijaksanaan dalam batin kita. dilakukan. Cara membedakan kedua hal ini adalah dengan menggunakan
4 jenis penalaran, yaitu:
Aspek dari konsentrasi adalah mengambil suatu objek yang
telah dianalisis dan diberi pelabelan sebelumnya; artinya, ketika 1. Penalaran dari segi ketergantungan;
memeditasikan konsentrasi, kita mengambil sesuatu yang telah dianalisis 2. Penalaran dari segi fungsi;
dan diberi label sebelumnya. Jadi misalnya, kita melabelkan objeknya 3. Penalaran dengan menggunakan alasan;
terlebih dahulu seperti ketidakkekalan kematian, kejelekan62, atau 4. Penalaran dari hakikatnya.
keluar masuknya napas, kemudian barulah cetasika ini berkonsentrasi
Berdasarkan Lamrim Menengah karya Je Rinpoche,
pada objek tersebut, jadi objek tersebut bukanlah sesuatu yang muncul
langsung63, tetapi yang muncul adalah gambar mental dari objek “Penalaran dari segi ketergantungan adalah munculnya
tersebut. hasil-hasil karena bergantung pada sebab dan kondisi.
Juga penalaran dalam segi konvensional, tertinggi, dan
Kebijaksanaan (S: prajña, T: sheyrab) basis dari masing-masing hal tersebut secara terpisah”.

Kebijaksanaan merupakan cetasika yang mampu membedakan Contohnya, kebenaran konvensional dan kebenaran tertinggi
saling bergantung, sehingga jika ada kebenaran konvensional, maka
ada pula kebenaran tertinggi; keduanya saling menyokong dan tidak
61 Seperti ketika kita melihat bunga sekarang. terpisahkan satu sama lain. Hal ini disebabkan karena semua fenomena
62 S: aśubha, T: mi sdug pa. itu saling bergantung. Begitu pula sesuatu tergantung pada bagian-
63 Muncul secara langsung ini maksudnya seperti ketika kita mencerap objek dengan bagian yang menyusunnya.
kesadaran indra.

102 103
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

Penalaran dari segi fungsi adalah ketika penalaran dilakukan Penalaran ketiga disebut dengan penalaran menggunakan alasan
dengan melihat fungsi masing-masing dari suatu fenomena yang karena merupakan penalaran yang mensahihkan sesuatu atas dasar hal
diambil, misalnya api yang berfungsi membakar. Proses penalarannya tersebut tidak bertentangan dengan tiga pramana.
adalah dengan memahami “ini fenomena tersebut”, “ini fungsi fenomena
tersebut”, “fenomena tersebut melakukan fungsinya”. Jenis penalaran keempat (penalaran dari hakikatnya) adalah
sesuatu yang sesuai dengan apa yang telah kita terima dalam kenyataan,
Penalaran dengan menggunakan alasan adalah penalaran yang dan tidak memerlukan alasan untuk membuktikannya. Contohnya: hal-
mensahihkan sesuatu dengan melihat apakah hal tersebut bertentangan hal yang merupakan realitas yang umum misalnya api bersifat panas,
dengan pramana (persepsi sahih) atau tidak. Hal ini dilakukan dengan air bersifat basah dan sebagainya.
melihat apakah hal tersebut bertentangan atau tidak dengan pramana
langsung (pratyakṣapramāṇa), pramana dari kesimpulan (anumāna- Berikutnya, kita masuk ke dalam pembagian dari kebijaksanaan,
pramāṇa), dan pramana dari kutipan yang terpercaya (āpta-anumāna). yang dibagi menjadi 3: kebijaksanaan yang muncul dari mendengar,
Misalnya, “akibat merupakan hasil dari sebab dan kondisi”, pernyataan merenung, dan meditasi. Kebijaksanaan dari mendengar adalah yang
ini tidak akan bertentangan dengan ketiga pramana tersebut. Begitu pertama. Contohnya adalah ketika kita mendengar bahwa suara atau
pula, pernyataan bahwa “vas adalah tidak kekal”, juga tidak bertentangan kematian itu tidak kekal, dan pada saat kita mendengarnya, kita
dengan pramana langsung karena ini hal yang bisa dengan jelas kita mendapatkan sesuatu. Kebijaksanaan ini belum bisa memotong
lihat, tidak bertentangan dengan pramana hasil kesimpulan karena pandangan salah dalam kesinambungan batin kita, ini hanya bisa
semua vas adalah sesuatu yang diproduksi dan semua yang diproduksi menunjang satu pengetahuan kita bahwa kematian itu tidak kekal.
pasti tidak kekal, lalu tidak bertentangan dengan pramana dari kutipan Berikutnya adalah ketika kita merenungkannya. Misalnya, kita
yang terpercaya karena kita bisa melihat begitu banyak kali Sang mengambil topik kematian dan ketidakkekalan lalu merenungkannya
Buddha menyatakan adalah semua fenomena komposit (saṃskṛtam) sampai muncul kebijaksanaan terkait topik tersebut. Di sinilah kita baru
pasti tidak kekal. Jadi, jika sesuatu hal tidak bertentangan dengan ketiga mulai memahami dengan pasti bahwa kematian tidak kekal. Dan dari
pramana ini, maka dikatakan bahwa ia telah melewati jenis penalaran hasil perenungan ini, kita lalu memeditasikannya untuk memunculkan
ketiga. kebijaksanaan dari meditasi. Semua ini merupakan satu urutan. Dimulai
dari mendengar pelajaran, kita lalu mengambil objek tertentu untuk
Penalaran pertama disebut dengan penalaran dari segi direnungkan, yang lantas kita bawa ke dalam sesi meditasi.
ketergantungan karena merupakan penalaran yang menganalisis basis-
basis dari masing-masing kedua kebenaran seperti akibat tergantung Tanpa belajar, tidak ada yang bisa direnungkan, tanpa hal yang
pada sebab dan kondisi. Misalnya “akibat tergantung pada sebab dan telah direnungkan sebelumnya, tidak ada meditasi yang bisa dilakukan.
kondisi” memenuhi penalaran pertama karena itu tidak bertentangan Layaknya ketika memanjat satu tebing, kita pasti membutuhkan
dengan kebenaran konvensional dan kebenaran tertinggi. sepasang tangan yang berfungsi, maka sama halnya, belajar dibutuhkan
agar kita bisa merenungkan dan memeditasikan sebuah topik. Dengan
Penalaran kedua disebut dengan penalaran dari segi fungsi karena kata lain, agar bisa melakukan meditasi, kita membutuhkan dua langkah
merupakan penalaran yang menganalisis pelaku dan aktivitas dari yang sebelumnya, dan kedua langkah ini juga harus berurutan sebagai
masing-masing fenomena. sebuah prasyarat.

104 105
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

Belajar adalah hal yang sangat penting, baik dalam ranah memiliki bodhicita yang ingin membahagiakan semua makhluk, maka
spiritual maupun duniawi, karena hal ini menumbuhkan kebijaksanaan pemikiran seperti “Ya, aku akan melakukannya demi semua makhluk”
di ranah duniawi, kita tahu betapa pentingnya kebijaksanaan, kita adalah tekad yang kuat. Jika ingatan yang lebih kuat, maka dia akan
bisa melihat begitu banyaknya sekolah yang dibuat bertujuan untuk disebut dengan yang eling. Jika konsentrasinya lebih kuat, dia akan
mengembangkan kebijaksanaan kita. Dan kita telah bersekolah untuk disebut dengan yang berbatin teguh dan stabil. Jika kebijaksanaan lebih
waktu yang lama, semata-mata untuk mengembangkan kebijaksanaan. kuat, dia akan disebut dengan yang memiliki kecerdasan yang tajam.
Di ranah spiritual juga sama halnya, kita mengenal kebijaksanaan
dari mendengar, merenung, dan meditasi. Semakin banyak kita Terkadang orang-orang mengatakan bahwa meditasi itu harus
belajar, maka kebijaksanaan kita pun akan berkembang. Yang Maha duduk diam dan memfokuskan diri pada satu objek tertentu. Ini tidak
Suci Dalai Lama juga menekankan betapa pentingnya kebijaksanaan benar, karena meditasi dibagi menjadi 2, yaitu meditasi analitis dan
hingga menyarankan kita untuk sering kali membacakan mantra OṂ meditasi stabilisasi. Yang disebut meditasi analitis adalah ketika kita
ARAPACANA DHĪḤ untuk meningkatkan kebijaksanaan. Dalam melakukan analisis terhadap objek yang kita ambil secara mendalam
sistem biara juga diajarkan Kumpulan Topik (dudra) juga dengan tujuan dengan berbagai penalaran. Sedangkan meditasi stabilisasi adalah
untuk meningkatkan kebijaksanaan. meditasi fokus pada satu objek. Meditasi analitis adalah hal yang sangat
penting, hanya setelah kita melakukan meditasi analitis terhadap satu
Kita tahu bahwa diri kita sebagai makhluk biasa ditutupi oleh topik tertentu barulah ketika kita melakukan meditasi stabilisasi akan
ketidaktahuan atau kegelapan batin. Setiap aspek ketidaktahuan ini memiliki dampak yang berbeda. Misalnya semua fenomena komposit
dapat kita hilangkan dengan belajar. Dari satu hal yang kita pelajari, kita adalah tidak kekal dan semua fenomena tercemar adalah penderitaan.
akan menghilangkan satu ketidaktahuan terhadap sesuatu hal. Seiring Awalnya kita melakukan analisis dengan berbagai alasan untuk
dengan bertambahnya pembelajaran kita, akan semakin banyak pula memastikan bahwa semua fenomena komposit adalah tidak kekal,
kebijaksanaan yang kita miliki. Kita sendiri tahu bahwa Buddha telah hingga kita mendapatkan sebuah pemahaman yang pasti. Tanpa adanya
menghilangkan semua ketidaktahuannya, sehingga beliau bisa melihat meditasi analitis terhadap hal tersebut adalah sangat sulit mendapatkan
semua fenomena sebagaimana adanya, dengan mudah dan tanpa upaya. pemahaman yang pasti. Setelah kita mendapatkan pemahaman yang
Kenapa? Karena beliau telah menghilangkan semua ketidaktahuan pasti itulah, baru kita bisa memeditasikannya dan niscaya meditasi ini
dalam batinnya. Di sisi lain, kita masih diliputi oleh ketidaktahuan atau akan menjadi meditasi yang benar.
kegelapan batin.
***
***

Kelima cetasika yang memahami objeknya memiliki perbedaan Klesha Akar (S: mulaklesha, T: tsanyon)
dilihat segi kuat tidaknya fungsinya, yaitu jika seseorang memiliki
Kita akan masuk ke dalam pembagian yang selanjutnya, yaitu
keyakinan yang lebih kuat dari yang lainnya maka dia akan disebut
enam klesha akar, yang terdiri dari kemelekatan (S: rāga, T:doychag),
dengan berkeyakinan. Jika aspirasinya lebih kuat, dia akan disebut
kemarahan (S: pratigha, T:Khongthro, P: paṭigha), kesombongan (S:
seseorang yang berdaya juang tinggi. Sedangkan jika tekadnya lebih
māna, T: ngagyel), ketidaktahuan (S: avīdyā, T: marigpa), keraguan (S:
kuat, maka dia akan bersedia menanggung beban. Misalnya, ketika kita

106 107
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

vivikītsā, T: thetshom, P: vicicchā), dan pandangan tercemar (S: dṛṣṭi, Sebenarnya hal tersebut dianggap menarik hanyalah karena pelabelan
T: tawa, P: ditṭṭhi). Kenapa mereka disebut sebagai klesha? Karena yang kita buat. Dan dari situ, kita bisa menekan kekuatan dari
kehadiran mereka akan membuat batin kita yang awalnya damai kemelekatan, tetapi kita belum bisa menghilangkannya hingga ke
menjadi tidak damai. Jadi, klesha membuat batin kita terganggu dan akarnya, berhubung satu-satunya cara untuk itu adalah memeditasikan
menjadi tidak tenang. kesunyataan.

Sesi Tanya-jawab
Kemelekatan (S: rāga, T: doychag)
T: Dari penjelasan mengenai tekad dan ingatan, sepertinya hampir tidak
Kemelekatan adalah cetasika yang mengambil objek menarik ada perbedaan antara keduanya, baik terkait definisi maupun fungsinya.
yang tercemar sebagai objek pengamatannya, kemudian melekati atau Apakah penjelasannya bisa diulangi?
menempeli objek tersebut dan sulit untuk berpisah darinya. Fungsi dari
klesha ini adalah menimbulkan penderitaan. Selain pembagian 6 klesha J: Yang disebut sebagai tekad adalah cetasika yang berpegang
akar, kita juga pernah mendengar pembagian 3 klesha utama, yaitu: teguh pada objek yang sebelumnya telah diyakini. Jadi, ketika tekad
kemelekatan (S: rāga, T:doychag, P: lobha), kebencian (S: dvesha, T: mengambil suatu objek yang sudah dipahaminya ini, maka dia akan
shedang, P: dosa), dan kebodohan batin (S: moha, T: timug). Di sini, berpegang teguh bahwa “hanya demikianlah hal yang berlaku”. Di sisi
kemelekatan juga termasuk ke dalam salah satu dari ketiga klesha utama lain, ingatan adalah cetasika yang memiliki hakikat tidak melupakan
ini. Ia dibagi menjadi 2, yaitu kemelekatan akan nafsu64 dan kemelekatan objek yang sebelumnya telah dikenal atau dibiasakan dalam batin.
akan eksistensi65. Yang pertama adalah kemelekatan yang ada di dalam Jadi, aspek dari ingatan adalah tidak melupakan dan tidak membiarkan
6 kelas kamaloka. Yang kedua adalah kemelekatan terhadap eksistensi, perhatian teralihkan, sedangkan aspek dari tekad adalah satu keputusan
yang terdapat di alam yang lebih tinggi yaitu arūpaloka dan rūpaloka, yang menyatakan bahwa hanya objek tertentulah yang berlaku tanpa
misalnya kemelekatan pada penyerapan meditatif66 pada alam lebih mengubah-ubah pendapat lagi. Jadi misalnya, ketika kita memiliki
tinggi dan menganggapnya sebagai pembebasan. satu tekad untuk berlindung kepada Buddha, kita tidak akan berpindah
pendapat untuk berlindung kepada guru atau ajaran yang lain meskipun
Untuk menghilangkan kemelekatan, kita harus melatih diri orang lain memengaruhi kita. Di sisi lain, ingatan berbeda dari tekad,
atau memeditasikan penawarnya. Penawar dari kemelekatan adalah karena ia mencegah batin untuk melupakan objeknya. Contohnya, A
merenungkan ketidakmenarikan atau kejelekan sesuatu yang kita memiliki tekad kuat terhadap Buddha dan B memiliki ingatan yang
anggap menarik. Contohnya, ketika kita merenungkan kejelekan atau kuat terhadap Buddha. Keyakinan A terhadap Buddha tidak akan
ketidakbersihan dari tubuh kita, terdapat 36 substansi ketidakbersihan tergoyahkan sedangkan keyakinan B dapat berubah.
sebagai objek meditasi yang dapat diambil. Kita bisa memeditasikan
bahwa dari kepala hingga kaki kita tidak ada sesuatu yang menarik. T: Berkaitan dengan cetasika niat (cetanā) yang telah dibahas
sebelumnya, terdapat penjelasan bahwa batin tertarik atau terarah
kepada objek yang diinginkan, apakah ia bebas memilih objeknya,
64 S: kāma-rāga, T: ‘dod pa’i ‘dod chag. ataukah ia ditarik ke objek tanpa kebebasan? Yang kedua, apakah niat
65 S: bhava-rāga, T: srid pa’i ‘dod chag. sama dengan karma mental?
66 S: samāpatti, T: snyoms ‘jug.

108 109
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

J: Niat adalah cetasika yang memiliki kekuatannya sendiri untuk dia sedang melukai saya, dan; (3) bahwa dia akan melukai saya. Tiga
mendorong atau mengarahkan batin yang bersekutu dengannya menuju pemikiran yang kedua adalah: (4) dia telah melukai teman saya; (5)
objek yang diinginkan. Jadi, batin yang bersekutu dengannya akan ditarik dia sedang melukai teman saya, dan; (6) dia akan melukai teman saya.
atau digerakkan ke arah yang ia inginkan. Oleh karena itu, dikatakan Tiga pemikiran yang berikutnya adalah: (7) dia telah menguntungkan
bahwa batin yang bersekutu dengannya tidak memiliki kebebasan. Jadi, musuh saya; (8) dia sedang menguntungkan musuh saya, dan; (9) dia
batin harus mengikuti niat. Untuk pertanyaan kedua, niat tidak sama akan menguntungkan musuh saya. Kesembilan pemikiran ini adalah
dengan karma mental, karena ada yang berbentuk karma mental tapi basis dari kebencian. Cetasika ini membuat kita tidak bisa berdiam
bukan niat, dan niat sendiri juga tidak hanya berbentuk karma mental. dalam kebahagiaan karena munculnya kemarahan menyebabkan
Contoh niat yang bukan karma mental adalah karma ucapan. Contoh hilangnya sukacita dan kebahagiaan dalam diri kita, menyebabkan kita
karma mental yang bukan niat adalah potensi yang kita simpan atau depresi, menyebabkan kita melupakan orang yang berjasa pada kita,
jejak karma67 kita. Lalu, contoh yang merupakan keduanya adalah niat menyebabkan kita memiliki banyak musuh dan membuat teman-teman
yang bersekutu dengan kesadaran utama mental. membenci kita, menyebabkan kita tidak bisa beristirahat dengan tenang
dan tidur kita tidak nyenyak, menyebabkan kita kehilangan nafsu
Kemarahan (P: paṭigha, S: pratigha, T: Khongthro) makan, menyebabkan kemasyhuran dan ketenaran kita merosot, dan
sebagainya. Jadi, membuat kita tidak bisa berdiam dalam kebahagiaan
Kemarahan adalah cetasika yang memiliki aspek kebencian68 merupakan kerugian kemarahan pada kehidupan ini seperti yang
terhadap objek pengamatannya yang berupa fenomena tempat telah dijelaskan sebelumnya. Sedangkan kerugian kemarahan yang
berdiamnya penderitaan. Fungsinya adalah membuat kita tidak bisa menyebabkan kita melakukan kesalahan adalah kerugian yang berkaitan
berdiam dalam kebahagiaan dan merupakan penyebab kita melakukan dengan kehidupan yang akan datang. Misalnya karena kemarahan kita
kesalahan. Objek cetasika ini terdiri dari 3 hal, yaitu makhluk hidup, mengumpulkan banyak karma hitam yang akan berpengaruh pada
penderitaan, dan sumber munculnya penderitaan tersebut. Sehingga kehidupan mendatang. Kerugian yang kedua ini merupakan kekurangan
ada kemarahan yang timbul berkenaan dengan objek makhluk hidup, utama dari kemarahan.
penderitaan, dan sumber munculnya penderitaan. Aspek ‘kebencian’
Singkat kata, kemarahan tidak hanya membuat kita tidak bisa
yang dimaksud di sini adalah suatu bentuk batin kasar yang berkeinginan
tidur nyenyak dan lain sebagainya, tapi ia juga menjadi basis bagi
untuk melukai objeknya.
kesalahan yang kita lakukan, baik dalam kehidupan saat ini, atau yang
Berdasarkan kutipan Sutra, yang menjadi basis kebencian bisa lebih penting, dalam kehidupan mendatang.
dibagi menjadi 9. Yang pertama adalah ketika kita memiliki pemikiran
Kemarahan (pratigha) dan kebencian (dvesha atau dosa)
bahwa suatu objek tertentu membuat kita menderita pada momen
merupakan dua hal yang tidak sama. Objek dari kemarahan tidak hanya
lampau, sekarang, atau mendatang. Jadi, kebencian akan muncul
berupa makhluk hidup, tapi juga bisa berupa penderitaan atau sumber
karena 3 pemikiran ini: (1) bahwa dia telah melukai saya; (2) bahwa
munculnya penderitaan tersebut. Oleh karena itu, kita bisa melihat
bahwa apa yang disebut sebagai kemarahan adalah satu bentuk yang
67 S: vāsanā, T: bag chags. tidak harus mengambil objek berupa makhluk hidup. Berbeda dengan
68 T: gnar sems

110 111
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

dvesha69, yang selalu mengambil objek berupa makhluk hidup. Istilah T: jigta, P: sakkāya-ditṭṭhi), (2) pandangan ekstrem (S: antagrāha-
bahasa Tibet untuk dvesha adalah sheydang, yaitu shye (makhluk) dan dṛṣṭi, T: tharta), (3) pandangan bahwa keyakinan kita adalah yang
dang (benci); jadi, ia mengandung arti membenci makhluk lain. Inilah terunggul (S: ditthiparamarsa, T: tawa chogdzin), (4) pandangan
perbedaan antara kedua cetasika ini, yakni pada objek yang diambilnya. bahwa praktik etika dan tapa brata yang inferior adalah yang
Cara mengatasi kedua cetasika ini adalah dengan menerapkan penawar terunggul71 (S: sīlavrataparāmarśa, T: tshultrim tulshug chogdzin, P:
sementara, yakni dengan memeditasikan cinta kasih dan kesabaran. Silabbataparamarsa), (5) pandangan salah (S: mithyā-dṛṣṭi, T: logta, P:
Sebelumnya kita telah membahas arti dari aspek ‘kebencian’ adalah micchā- ditṭṭhi). Dari kelima ini, kesombongan mengambil objek yang
suatu bentuk batin kasar yang berkeinginan untuk melukai objeknya. dilabelkan oleh pandangan pertama, yakni pandangan ihwal kumpulan
Dengan memeditasikan cinta kasih, batin yang kasar ini akan menjadi yang dapat hancur. Bagaimana cara mencerap objek yang dilabeli
batin yang lembut. Ketika kemarahan atau kebencian ini sedang oleh pandangan ihwal kumpulan yang dapat hancur memunculkan
muncul, akan sulit bagi kita untuk memeditasikan cinta kasih dan kesombongan? Jawabannya: ketika pandangan ihwal kumpulan yang
kesabaran, tetapi pasti akan ada perbedaan bagi yang sebelumnya sudah dapat hancur melihat skandha, akan muncul pikiran “Inilah aku.” Lalu
terbiasa memeditasikan hal ini dengan yang belum ketika kemarahan dari situ muncullah perbedaan antara aku dan pihak lain, bahwa “aku”
itu muncul. lebih tinggi dan baik, sedangkan “pihak lain” lebih rendah dan buruk,
“aku orang baik, dia jahat”, “aku memiliki banyak keahlian, dia tidak”,
Alasannya, kutipan dalam Bodhicaryawatara sendiri menyatakan, dan sebagainya. Disitulah muncullah ketinggian hati, atau cetasika
“Tak ada kejahatan seburuk kebencian, dan tak ada kesombongan.
tapabrata setabah kesabaran.” Kesombongan menimbulkan banyak kerugian. Misalnya, ia
membuat kita gagal mendapat suatu pengetahuan yang berharga dari
Kesombongan (S: māna, T: ngagyel) pihak lain, dan yang pastinya, ia membuat kita tidak nyaman. Ini bisa
kita rasakan ketika kita memiliki kesombongan dalam diri kita, kita
Kesombongan adalah cetasika yang meninggikan atau akan merasa tidak nyaman.
melambungkan hati setelah mengambil objek dari basis apa pun yang
dilabelkan oleh pandangan ihwal kumpulan yang dapat hancur70. Kesombongan dibagi menjadi 7 (sapta māna), yaitu,
Maksud ‘melambungkan hati’ adalah meninggikan hati, misalnya
1. Māna atau kesombongan itu sendiri72; jadi, ia menggunakan kata
pikiran yang berpendapat ‘aku adalah orang kaya’, ‘aku adalah orang
yang sama dengan kategorisasinya. Ini adalah suatu perasaan
penting’, dan sebagainya. Fungsinya adalah menumbuhkan sikap tidak
lebih unggul dibandingkan pihak lain yang memang lebih rendah.
hormat dan menjadi basis bagi munculnya penderitaan.
2. Mahāmāna atau kesombongan yang melebihkan73, yaitu ketika
Pandangan tercemar (S: drsti, P: ditthi) dibagi menjadi 5: (1) kita merasa sombong atau lebih unggul terhadap seseorang yang
pandangan ihwal kumpulan yang dapat hancur (S: satkāya-dṛṣṭi,
71 Atau pandangan bahwa sila dan ritual yang inferior adalah yang terunggul (?).
69 Pada teks ini dvesha diterjemahkan dengan kata ‘kebencian’. 72 T: nga rgyal.
70 P: sakkāya-ditṭṭhi, S: satkāya-dṛṣṭi, T: jigta. 73 T: che ba’i nga rgyal.

112 113
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

sebenarnya sederajat dengan kita. Ketidaktahuan (S: avīdyā, T: marigpa)


3. Mānātimāna atau kesombongan yang berlebih-lebihan , yaitu 74
Ketidaktahuan adalah cetasika tidak tahu atau salah memahami
ketika kita berpikir bahwa kita lebih unggul dibandingkan
objeknya yang berupa fenomena klesha ataupun fenomena pencerahan.
seseorang yang sebenarnya lebih unggul daripada kita.
Jadi, ada 2 aspek di sini, yaitu tidak tahu ataupun salah memahami.
4. Asmimāna atau kesombongan yang egoistik75, yaitu ketika kita Fenomena klesha (samklesha) adalah semua klesha yang merupakan
melihat skandha kita dan memunculkan satu pikiran egoistik sumber penderitaan dan fenomena pencerahan adalah fenomena yang
ihwal aku tanpa harus membandingkannya dengan pihak lain. berada di sisi pencerahan seperti kebajikan dan sebagainya. Fungsi dari
5. Abhimāna atau kesombongan yang nyata76, yaitu ketika kita cetasika ini adalah sebagai basis bagi munculnya segala jenis klesha.
sebenarnya tidak mencapai satu kualitas tertentu tapi merasa sudah Ini dibagi menjadi: ketidaktahuan yang bukan berupa pandangan dan
mendapatkannya; misalnya, ketika kita berpikir telah mencapai ketidaktahuan yang berupa pandangan, atau ketidaktahuan yang sekedar
kewaskitaan tertentu padahal sebenarnya tidak. Berpura-pura tidak tahu akan objeknya dan ketidaktahuan yang salah memahami
memiliki kewaskitaan bukanlah kesombongan jenis ini. Ini adalah objeknya.
diri merasa benar-benar memiliki kualitas yang sebenarnya tidak
dimiliki. Terkait ketidaktahuan yang tidak tahu objeknya, sederhananya
adalah kita tidak tahu akan sesuatu hal; batin kita gelap, tidak tahu apakah
6. Ūnamāna atau kesombongan sedikit inferior77, yaitu ketika kita
hukum karma dan reinkarnasi itu eksis atau tidak. Misalnya hal ini juga
menganggap diri kita hanya berada sedikit di bawah seseorang
terjadi ketika kita berpikir tentang sesuatu tapi hal tersebut tidak bisa
yang jauh lebih unggul ketimbang kita.
kita pahami. Di sisi lain, terkait ketidaktahuan yang salah memahami
7. Mithyāmāna atau kesombongan yang salah78, yaitu ketika kita objek, maksudnya adalah kita memegang pandangan salah, misalnya
merasa sombong karena memiliki kualitas yang sebenarnya bukan pandangan ihwal kumpulan yang dapat hancur yang menggenggam
kualitas yang baik. eksistensi “aku,” atau ketika kita menganggap bahwa hukum karma
Dengan adanya kesombongan, kerugian yang paling kita rasakan tidak eksis. Jadi, jenis ketidaktahuan yang pertama adalah sekadar tidak
adalah tertutupnya kesempatan untuk menumbuhkan kualitas dalam diri tahu, sedangkan jenis yang kedua adalah kesalahan dalam memahami
kita. Karena kesombongan, kita takkan mau mendengarkan ajaran atau objek atau keputusan yang keliru dalam memegang sebuah pandangan.
nasihat dari orang lain yang bisa membantu kita untuk berkembang. Terkait ketidaktahuan yang berupa pandangan, contohnya adalah
Jadi, salah satu contoh kerugian utama dari kesombongan adalah kelima pandangan yang telah disebutkan di atas (pandangan ihwal
tertutupnya peluang untuk mengembangkan kualitas baik kita. kumpulan yang dapat hancur dan seterusnya). Di sisi lain, terkait
ketidaktahuan yang bukan berupa pandangan, contohnya adalah tidak
74 T: nga rgyal las kyang nga rgyal. memahami objek karena semata-mata tidak tahu seperti tidak tahu
75 T: nga o snyam pa’i nga rgyal. tentang hukum sebab-akibat, dan sebagainya.
76 T: mngon pa’i nga rgyal.
Ketidaktahuan secara harfiah memiliki arti tidak tahu atau tidak
77 T: cung zad snyam pa’i nga rgyal.
paham, dengan memahami fenomena tertentu, maka kita menghilangkan
78 T: log pa’i nga rgyal.

114 115
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

ketidaktahuan pada fenomena tersebut. Awalnya kita gelap terhadap Pandangan Tercemar (S: dṛṣṭi, T: tawa, P: ditṭṭhi)
suatu hal, tapi dengan mempelajarinya kita akan menghilangkan kabut
ketidaktahuan kita terhadap hal tersebut. Oleh karena itu, belajar dan Pandangan tercemar (S: drsti, P: ditthi) dibagi menjadi 5: (1)
mengembangkan kebijaksanaan adalah sangat penting karena setiap pandangan ihwal kumpulan yang dapat hancur (S: satkāya-dṛṣṭi,
satu pemahaman menghilangkan satu kegelapan. Berapa pun yang kita T: jigta, P: sakkāya-ditṭṭhi), (2) pandangan ekstrem (S: antagrāha-
ketahui ketika kita mempelajari sesuatu, hal itu akan membuka simpul dṛṣṭi, T: tharta), (3) pandangan bahwa keyakinan kita adalah yang
ketidaktahuan kita. Buddha mampu membuang semua ketidaktahuan terunggul (S: ditthiparamarsa, T: tawa chogdzin), (4) pandangan
beliau, sehingga beliau bisa secara langsung melihat semua fenomena bahwa praktik etika dan tapa brata yang inferior adalah yang
tanpa terhalangi. Di sisi lain, makhluk biasa seperti kita masih melihat terunggul (S: sīlavrataparāmarśa, T: tshultrim tulshug chogdzin, P:
segala sesuatu dengan mata yang seolah-olah tertutup, sehingga kita silabbataparamarsa), (5) pandangan salah (S: mithyā-dṛṣṭi, T: logta,
perlu melakukan sesuatu untuk membukanya, yakni dengan cara P: micchā- ditṭṭhi).
mengembangkan kebijaksanaan di dalam diri kita.
(1) Pandangan ihwal kumpulan yang dapat hancur (P: sakkāya-
ditṭṭhi, S: satkāya-dṛṣṭi, T: jigta)
Keraguan (P: vicicchā, S: vivikītsā, T: thetshom)
Pandangan ihwal kumpulan yang dapat hancur adalah cetasika
Keraguan adalah cetasika yang membuat batin bercabang dua yang mengambil skandha sebagai objek kemudian memunculkan
terhadap apa yang diambil sebagai objeknya, misalnya 4 kebenaran Arya pemikiran mencengkeram tentang “aku” atau “milikku.” Kita perlu
atau hukum karma. Jadi, batin dibuat ragu terkait apakah 4 kebenaran mengenali bahwa “aku” dan “milikku” di sini adalah aku yang berdiri
Arya ada atau tidak, ataupun apakah hukum karma ada atau tidak dan sendiri dan milikku yang berdiri sendiri. Begitu pula, kita perlu
sebagainya. Fungsi keraguan adalah membuat kita gagal memasuki sisi menganalisis “aku” itu ada, misalnya ketika kita membacakan bait
kebajikan, dan menjadi penghalang bagi kita untuk mempraktikkan apa Berlindung dan Membangkitkan Bodhicitta, kita bisa melihat terdapat
yang harus dihindari dan apa yang harus dipraktikkan dengan tepat. kalimat “aku berlindung hingga aku mencapai pencerahan”. Itu ada,
Keraguan adalah penghalang utama dalam mencapai pembebasan yang tidak ada adalah “aku” yang berdiri sendiri tanpa tergantung pada
karena layaknya penghalang kita untuk berjalan dalam kehidupan yang fenomena lainnya.
terdiri dari tiga, yaitu tidak mau berjalan, memilih jalan salah, dan ragu
akan jalan tersebut, begitu pula pandangan ihwal kumpulan yang dapat Cetasika ini merupakan kebijaksanaan tercemar yang menjadi
hancur hasil pelabelan membuat kita tidak takut pada pembebasan basis bagi semua pandangan buruk. Pandangan ihwal kumpulan yang
sehingga kita tidak mau berjalan, pandangan bahwa pratik etika dan dapat hancur dibagi menjadi 2, yaitu yang bersifat pelabelan79 dan yang
tapa brata inferior tertentu adalah yang terunggul membuat kita salah bersifat bawaan80. Pandangan yang bersifat pelabelan ini adalah sesuatu
mengambil jalan, dan keraguan yang membuat kita ragu akan jalan pandangan intelektual yang menyetujui bahwa kesinambungan batin
pembebasan. kita sebagai aku yang berdiri sendiri. Seperti pernyataan “keberadaan

79 S: parikalpitaḥ, T: kun btags.


80 S: sahajaḥ, T: lhan skyes.

116 117
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

aku yang berdiri sendiri itu sahih”. Pandangan intelektual ini diperoleh Jika merujuk pada filsafat Prāsaṅgika, “aku” merupakan sekadar
dari berbagai alasan dan penalaran yang berujung kita membenarkan bentuk pelabelan yang bergantung pada skandha. Skandha merupakan
bahwa aku itu berdiri sendiri, dan sebagainya. Ini muncul dari basis pelabelan/rujukan untuk “aku.”
pandangan filsafat yang kita ikuti. Di sisi lain, pandangan yang bersifat
bawaan ini adalah pandangan yang mencengkeram skandha sebagai Semua individu pasti memiliki “aku” dan skandha. Lalu
“aku” karena sesuatu yang sifatnya bawaan dari kehidupan lampau, apakah kelima skandha (rūpa, perasaan, diskriminasi, faktor-faktor
bukan berasal dari pemahaman intelektual pandangan filsafat; ini pembentuk, dan kesadaran) itu merupakan “aku”? Jika kelima skandha
muncul secara spontan. Pandangan kedua ini ada di dalam diri semua itu adalah “aku” maka akan terdapat lima “aku”. Maka masing-masing
makhluk hidup, baik manusia maupun binatang. Tetapi, tidak semua lima skandha tersebut bukan “aku”, kumpulan skandha juga bukan
makhluk hidup memiliki pandangan yang bersifat pelabelan, misalnya “aku”. Skandha adalah basis pelabelan untuk “aku”. Dikatakan bahwa
binatang, berhubung aspeknya yang filosofis. pandangan ihwal kumpulan yang dapat hancur yang bersifat bawaan
merupakan akar atau penyebab utama kita berputar dalam samsara.
Masing-masing pandangan ihwal kumpulan yang dapat hancur Seperti yang dinyatakan dalam Madhyamakavatara,
yang bersifat pelabelan dan bawaan juga bisa dibagi menjadi subtil dan
kasar. “Pertama, dengan pikiran ‘aku’, timbul kemelekatan pada
diri; lalu dengan pikiran ‘milikku’, timbul kemelekatan
Terdapat pembagian pandangan ihwal kumpulan yang dapat pada sesuatu; laksana roda irigasi, mereka tergulir
hancur menjadi 20 jenis, misalnya pandangan yang melihat skandha tanpa daya; sujud pada welas asih yang memperhatikan
rūpa sebagai aku. Padahal skandha rūpa bukanlah aku. Kedua ini pengembara seperti ini.”
adalah entitas yang berbeda. Pandangan ini merupakan pandangan
ihwal kumpulan yang dapat hancur yang bersifat pelabelan. Lalu apa Diawali oleh pandangan ihwal kumpulan yang dapat hancur
yang disebut dengan aku? Apakah “aku” itu ada? “Aku” itu ada, dan yang bersifat bawaan memunculkan pembedaan antara “aku” dan
skandha rūpa merupakan basis pelabelan bagi “aku”, dengan bertumpu “pihak lain.” Dengan munculnya pembedaan ini, maka muncullah
pada skandha-lah sesuatu yang dilabelkan sebagai “aku” muncul. klesha, melekat pada hal yang berada di sisi kita dan membenci hal
“Aku” itu ada tetapi aku yang berdiri sendiri dan aku yang memiliki yang berada di sisi lain. Dan dari klesha tersebut, kita mengumpulkan
modus eksistensi sejati itu tidak ada. “Aku” yang merupakan hasil karma, dan dari karma tersebut, akhirnya kita terus berputar-putar
pelabelan itu ada, yang dikenal sebagai pelaku dalam kehidupan kita dalam samsara. Berputar-putar dalam samsara bukan sesuatu yang
sehari-hari itu ada. sederhana, berhubung kita berputar tanpa suatu kebebasan, melainkan
karena didorong oleh karma dan klesha kita mengambil kelahiran satu
Sebenarnya, kita perlu menganalisis apa yang disebut sebagai ke yang lainnya.
“aku.” Dan kita perlu bertanya pada diri sendiri di mana letak “aku”
yang sering kita panggil atau sebut-sebut; apakah “aku” menyatu (2) Pandangan ekstrem (S: antagrāha-dṛṣṭi, T: tharta)
dengan skandha kita, ataukah sebaliknya? Lalu ketika kita mengatakan,
“ini tanganku”, “ini kakiku”, apakah ada “aku” di dalam tangan atau Ini merupakan pandangan yang mengambil “aku”—objek dari
tidak ada? pandangan ihwal kumpulan yang dapat hancur—mencengkeramnya

118 119
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

sebagai sesuatu yang abadi atau tidak ada kelanjutan di kehidupan dengan istilah ‘etika’ tetapi ini adalah istilah yang digunakan untuk
akan datang. Ini dibagi menjadi 2, yaitu pandangan ekstrem tentang menamainya. Sedangkan tapa brata salah, seperti berambut gimbal,
keabadian81 dan pandangan ekstrem tentang ketiadaan82. Kedua mengenakan tasbih di atas kepala, dan perilaku lainnya. Mereka
pandangan ekstrem ini adalah penghalang bagi kita untuk memasuki beranggapan bahwa hal-hal tersebut bisa memurnikan klesha dalam
jalan tengah. batin dan membawa pembebasan.

(3) Pandangan bahwa keyakinan kita adalah yang terunggul (S: Pandangan ini menyebabkan kesia-siaan dalam perjuangan atau
ditthiparamarsa, T: tawa chogdzin) usaha yang dilakukan tidak memberikan hasil. Misalnya ketika kita
menjaga perilaku seperti sapi, berambut gimbal, ataupun mengenakan
Pandangan ini mencengkeram pandangan buruk83 dan skandha tasbih di kepala, mereka tidak akan membuahkan pembebasan ataupun
yang menjadi dasar dari pandangan tersebut, sebagai sesuatu yang memurnikan batin dari klesha. Batin hanya akan bisa dimurnikan
terunggul. Yang disebut sebagai pandangan buruk ini adalah pandangan jika kita melakukan latihan terhadap batin itu sendiri, bukan dengan
yang tercemar oleh klesha, contohnya bisa berupa pandangan ihwal perilaku fisik.
kumpulan yang dapat hancur, pandangan ekstrem, dan sebagainya.
Lebih jauh, ketiga pandangan yang telah dibahas di atas—
Fungsi dari pandangan ini adalah berperan sebagai kebijaksanaan
pandangan ekstrem, pandangan bahwa keyakinan kita merupakan
tercemar yang menjadi basis bagi munculnya kemelekatan nyata
yang terunggul, dan pandangan bahwa praktik etika dan tapa brata
terhadap pandangan yang buruk tersebut.
inferior adalah yang terunggul—hanya bersifat pelabelan; mereka tidak
memiliki sesuatu yang bersifat bawaan, melainkan hanya hasil dari
(4) Pandangan bahwa praktik etika dan tapa brata yang inferior adalah
pelabelan yang kita buat dari pandangan filsafat.
yang terunggul (P: Silabbataparamarsa, S: sīlavrataparāmarśa, T:
tshultrim tulshug chogdzin)
(5) Pandangan salah (P: micchā- ditṭṭhi, S: mithyā-dṛṣṭi, T: logta)
Ini adalah cetasika yang memandang komitmen pada etika inferior,
Pandangan salah adalah cetasika yang menganggap sesuatu yang
tapa brata yang salah, seperti memiliki rambut gimbal, meletakkan
eksis sebagai tidak eksis, misalnya eksistensi hukum karma, perbuatan
tasbih di kepala, dll, serta memandang skandha yang muncul dari hal
dan pelaku, kehidupan lampau dan mendatang, dan sebagainya.
tersebut sebagai sebab untuk pembebasan/pemurnian ataupun sebagai
Padahal hukum karma, perbuatan dan pelaku, dan kehidupan lampau
hal yang terunggul. Contoh etika inferior adalah mengikuti perilaku
dan mendatang itu eksis, tetapi dianggap tidak eksis. Pandangan ini
etika binatang, misalnya tidak melakukan hubungan seksual ketika
membuat kita salah dalam melakukan hal yang harus dilakukan dan
bukan musim kawin bagi sapi. Meskipun hal ini kurang tepat disebut
dihindari, seperti tidak memasuki kebajikan dan memotong akar
kebajikan, dan masuk ke dalam ketidakbajikan dan membuat komitmen
81 S: śāsvatanta, T: rtag lta. Contoh: pandangan yang meyakini “aku” itu kekal.
dengan hati yang jahat. Di antara kelima pandangan, ini adalah yang
82 S: ucchendānta, T: chad lta. Contoh: pandangan yang secara nihilis memandang
paling buruk karena pandangan ini memotong akar kebajikan kita,
bahwa “aku” yang akan pergi ke kehidupan mendatang tidak ada.
sedangkan pandangan lainnya tidak.
83 Meliputi pandangan ihwal kumpulan yang dapat hancur, pandangan salah, dan
pandangan ekstrem.

120 121
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

Semua pandangan yang telah kita bahas merupakan pandangan ***


tercemar, atau kebalikan dari yang benar. Tetapi, khusus untuk
pandangan yang terakhir, disebut sebagai pandangan salah, dengan
Klesha Turunan (S: upakleśa, T: nyenyon)
alasan pandangan ini lebih buruk dibanding lainnya.
Klesha turunan terdiri dari 20 pembagian: (1) sikap agresif
*** (S: krodha, T: throwa), (2) dendam (S: upanāha, T: khondzin), (3)
menyembunyikan (S: mrakṣha, T: chabpa), (4) dongkol (S: pradāsha,
Sesi Tanya-jawab
T: tshigpa), (5) iri hati (P: issā, S: irṣhyā, T: thragdog), (6) kekikiran (P:
T: Ketika Naropa melihat Tilopa sedang membunuh ikan, apakah macchariya, S: mātsarya, T: serna), (7) sikap berpura-pura (S: māyā,
kekeliruan pandangan itu termasuk kategori pandangan bahwa T: gyu), (8) aktif menyembunyikan (S: shāthya, T: yo), (9) berpuas
keyakinan kita adalah yang terunggul? diri (S: mada, T: gyagpa), (10) sikap membahayakan (S: vihiṃsā,
T: nampar tshewa), (11) tidak tahu malu (P: ahirika, S: āhrīkya, T:
J: Tidak, karena dalam kasus ini Naropa tidak mencengkeram apa yang ngotsha meypa), (12) tidak mempertimbangkan pihak lain (P: anottapa,
dilihatnya. Dia hanya sekadar melihatnya demikian. S: anapatrāpya, T: threl meypa), (13) kelambanan (S: styānam, T:
T: Kalau misalnya kita ragu-ragu dalam memutuskan sesuatu hal, mugpa), (14) keterangsangan (P: uddhaccam, S: auddhatya, T: goypa),
misalnya terkait apa yang harus dilakukan besok dan sebagainya, (15) tanpa keyakinan (S: āshraddhya, T: madeypa), (16) kemalasan (P:
apakah ini termasuk ke dalam klesha keraguan? kosajam, S: kausidyam, T: lelo), (17) tidak wawas diri (S: pramāda, T:
bagmeypa), (18) kelalaian/lupa (S: muṣhitasmṛtitā, T: jey ngeypa), (19)
J: Kalau misalnya kita ragu terkait apakah kita akan pergi atau tidak tidak introspeksi diri (S: asaṃprajanyam, T: syeyshin mayinpa), dan
pergi besok, maka dua percabangan ini adalah keraguan. Kalau misalnya (20) pengalihan batin (S: vikṣhepa, T: nampar yengwa).
pergi adalah keputusan yang tepat dan kita lebih condong ke situ, maka
ini adalah keraguan yang cenderung ke arah kebenaran. Di sisi lain,
Sikap agresif (S: krodha, T: khrowa)
kalau pergi adalah keputusan yang salah dan kita lebih condong ke situ,
maka ini adalah keraguan yang cenderung ke arah kesalahan. Sikap agresif adalah cetasika keinginan untuk melakukan
penyerangan, baik dengan memukul dan sebagainya, terhadap satu
T: Apakah cetasika ingatan (sati) sama dengan sammasati yang ada di
objek kemarahan yang letaknya berdekatan dengan dirinya. Objek
dalam 37 faktor pencerahan?
dari sikap agresif harus berada dekat dengan subjeknya, jika letaknya
J: Secara umum, kedua hal tersebut tidak sama. Sati yang di sini jauh maka itu tidak bisa disebut sebagai sikap agresif. Fungsinya
cakupannya lebih luas dibandingkan sammasati. Sammasati merupakan adalah menjadi satu basis untuk melakukan tindakan yang melukai. Ini
marga, sedangkan sati yang kita bahas merupakan hal bajik (kusala) merupakan salah satu jenis kemarahan tetapi terdapat perbedaan antara
tetapi bukan marga. Sammasati adalah bagian dari sati, sehingga sikap agresif dengan kemarahan: sikap agresif membutuhkan satu
sammasati pasti merupakan sati, tapi sati tidak selalu berupa sammasati. objek yang berdekatan dengannya, yang lalu ingin diserangnya dengan
Seperti halnya semua hal bajik belum tentu merupakan marga, tetapi cara apa pun; di sisi lain, kemarahan tidak membutuhkan objek yang
marga pasti merupakan hal bajik. berada di dekatnya, karena suatu perasaan tidak menyenangkan yang

122 123
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

tak tertahankan di dalam batin terhadap objek yang berada jauh dari memiliki upacara pengakuan dan pemurnian kesalahan yang dinamakan
kita sudah bisa disebut sebagai kemarahan. Hal ini disebabkan sikap ‘sojong’, dan di dalamnya, ada satu kalimat yang berbunyi “Aku tidak
agresif muncul dalam aspek ingin melakukan penyerangan, misalnya menyembunyikannya.” Ini dimaksudkan agar kita mengakui semua
ingin memukul objek tertentu sehingga objek tersebut harus berada di kesalahan yang kita lakukan dan tidak menyembunyikannya, dan jika
dekatnya, ibarat lidah api yang membara kuat karena dituang mentega kita melakukan hal tersebut, maka kita akan terbebas dari kesalahan
cair; di sisi lain, kemarahan bisa muncul ketika batin menjadi terganggu dari menyembunyikannya.
karena tidak tahan/tidak sabar, ibarat api yang membara.
Dongkol (S: pradāsha, T: tshigpa)
Dendam (S: upanāha, T: khondzin)
Dongkol merupakan cetasika yang memiliki aspek ketidaksabaran
Dendam merupakan cetasika yang tidak melepaskan atau tetap atau intoleransi terhadap semua yang menjadi basis bagi kemarahannya.
mempertahankan kemarahan kepada objek kemarahan, yang lalu Fungsinya adalah menjadi basis bagi tindakan fisik dan verbal yang
memunculkan keinginan untuk melukai atau membalas objek yang bersifat kasar, menyebabkan berkembangnya ketidakbajikan, serta
bersangkutan. Fungsinya adalah menjadi basis bagi ketidaksabaran, membuat kita tidak bisa berdiam dalam kebahagiaan. Ini termasuk
yang tentunya juga membuat batin kita tidak bahagia. Mengapa? dalam jenis cetasika kemarahan. Abhidharmasamuccaya menyatakan
Karena ketika ada dendam, kita senantiasa diresahkan oleh keinginan bahwa dongkol muncul dari kemarahan dan dendam. Sedangkan,
untuk membalas apa yang orang lain lakukan terhadap kita. Sehingga, Abhidharmakosa menyatakan bahwa dongkol muncul dari pandangan
dendam menimbulkan ketidakbahagiaan, yang dapat kita lihat secara bahwa keyakinan kita adalah yang terunggul. Kutipan lain yang
gamblang. Dendam ini dijelaskan sebagai keinginan membalas dendam menjelaskan mengenai ini, Pancaskandha-prakarana84,
dalam Abhidharmakosa.
“[Dongkol] dijelaskan sebagai menyerang dengan kata-
kata [kasar].”
Menyembunyikan (S: mrakṣha, T: chabpa)
Dan Abhidharmakosa,
Menyembunyikan adalah cetasika yang ingin menyembunyikan
atau merahasiakan suatu hal yang tidak bajik ataupun kekurangan “Melekat pada kejahatan disebut dongkol.”
yang dimiliki diri sendiri ataupun pihak lain. Fungsinya adalah untuk
menumbuhkan penyesalan dan membuat kita tidak dapat berdiam
Iri hati (P: issā, S: irṣhyā, T: thragdog)
dalam kebahagiaan. Abhidharmasamuccaya menyatakan bahwa
cetasika ini merupakan bagian dari moha, tetapi Abhidharmakosa masih Iri hati merupakan cetasika yang memiliki aspek ketidaksabaran
memperdebatkan pendapat ini. Ketika kita melakukan kesalahan, tidak atau kegelisahan terhadap keunggulan yang dimiliki oleh pihak lain.
seharusnya menyembunyikannya; sebaliknya, kita harus mengakuinya. Objeknya berupa kekayaan ataupun hal baik yang diperoleh pihak
Jika kita tidak melakukannya maka kita akan melakukan dua kesalahan, lain dan tidak kita peroleh. Fungsinya adalah membuat kita tidak bisa
yaitu kesalahan dari melakukan hal tidak bajik itu sendiri dan kesalahan
dari menyembunyikannya. Seperti halnya para anggota Sanggha pun 84 T: phung po lnga’i rab byed. Karya Vasubhandhu.

124 125
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

berdiam dalam kebahagiaan. Abhidharmasamuccaya menyatakan kuat pada benda-benda material yang kita miliki ataupun hal-hal
bahwa iri hati muncul karena kemelekatan akan keuntungan dan lainnya. Fungsinya adalah menjadi penghalang bagi kita untuk melepas.
penghormatan. Abhidharmasamuccaya menyatakan bahwa kekikiran menjadi suatu
basis tidak mau mengurangi kepemilikan kita, karena kekikiran
Ini merupakan hal yang penting, karena bagi seseorang yang
memperbesar kemelekatan, menjadi basis untuk tidak pernah puas akan
memiliki iri hati yang besar, kapanpun dia melihat keunggulan pihak
apa yang telah kita miliki, menimbulkan kegelisahan, sebagai dasar
lain maka dia akan tidak bahagia. Seharusnya kita turut berbahagia
untuk berkelahi, oleh karena itu, jika kita berjuang melenyapkan nafsu
dan bersukacita atas keunggulan, baik kekayaan ataupun kualitas, yang
keinginan (tanha) dan cetasika kekikiran, maka kita bisa mencapai
dimiliki pihak lain, sehingga kita pun bisa merasakan kebahagiaan.
tingkatan dharani, dan bisa merampungkan tak terhingga meditasi.
Tidak ada manfaat yang akan diperoleh dari iri hati, ini hanya akan
Tingkatan dharani merupakan pencapaian dimana kita akan bisa
membuat kita tidak bahagia tanpa ada perubahan yang baik untuk kita,
mengingat segala hal yang pernah kita dengar, kita tidak akan pernah
jikalau kita iri lalu kita pun tidak memiliki kemampuan apa pun untuk
lupa akan hal tersebut. Berbeda dengan kondisi kita sekarang yang
melukai pihak tersebut, kita hanya bisa menanggung ketidakbahagiaan
seringkali melupakan apa yang kita dengar, lakukan, dsb.
tanpa daya. Walaupun berada dalam posisi yang lebih kuat dan mampu
melukai pihak tersebut, itu pun tidak membawa kebaikan bagi kita, Kekikiran menyebabkan kemiskinan, dana mendatangkan
hanya menambah hal buruk saja. kekayaan. Dengan dana kita akan memperoleh kekayaan di kehidupan
yang akan datang, sedangkan kekikiran dapat menyebabkan kita
Mengembangkan sikap bersukacita terhadap keunggulan yang
mengalami kemiskinan. Ini bisa kita lihat ada beberapa orang yang dalam
diperoleh pihak lain adalah hal sangat menguntungkan, karena kita
kehidupan ini tidak perlu berjuang sangat keras untuk mendapatkan
bisa mengumpulkan kebajikan tanpa bersusah payah. Ini adalah hal
kekayaan, secara alami itu datang sendiri, ini merupakan buah dari dana
yang dinyatakan oleh Sang Buddha sendiri. Kita bisa bersukacita
yang telah dilakukan di kehidupan sebelumnya.
akan kebajikan yang kita lakukan ataupun yang dilakukan oleh orang
lain. Alih-alih merasa sombong akan kebajikan yang kita lakukan, Begitu pula, Buddha Shakyamuni pada kehidupan lampaunya
seharusnya kita mengembangkan sikap bersukacita atas kebajikan yang bukan hanya sekedar melepaskan kerajaannya, bahkan beliau juga
kita buat, misalnya dengan merasa bahagia kita bisa merampungkan mendermakan putra, putri, istri, dan sebagainya. Pentingnya berdana
kebajikan tertentu sehingga kebajikan itu pun akan berkembang. Begitu juga dinyatakan dalam teks Pancaran Sinar Ajaran85,
pula dengan kebajikan yang dilakukan oleh orang lain, alih-alih merasa
iri, seharusnya kita bersukacita, misalnya sekarang kita memang tidak “Demi mendapatkan pencerahan, engkau mendermakan
bisa berdana seperti yang pihak lain lakukan, tapi kita merasa bahagia putra, putri, istri, dan harta, gajah, kereta kuda, serta
orang lain bisa melakukan hal tersebut dan kita berdoa agar suatu saat permata, semoga Ajaran bersinar untuk waktu yang lama”.
nanti kita bisa melakukannya juga.

Kekikiran (P: macchariya, S: mātsarya, T: serna)

Kekikiran adalah cetasika yang memiliki aspek mencengkeram 85 T: bstan ‘bar ma.

126 127
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

Sikap Berpura-pura (S: māyā, T: gyu) tersebut kepada kita. Tetapi, tentu saja pujian yang tidak dilandasi
oleh motivasi keliru ini tidak tergolong ke dalam penghidupan yang
Sikap berpura-pura merupakan cetasika yang didorong oleh salah. Sikap keempat muncul ketika dengan tujuan untuk mendapatkan
kemelekatan akan penghormatan dan keuntungan, menunjukkan keuntungan, memuji seseorang yang mencemooh lainnya, misalnya,
seolah-olah ia memiliki kualitas tertentu padahal tidak. Fungsinya kita mengatakan “Engkau adalah orang yang sangat dermawan dan
menjadi basis bagi penghidupan yang salah. Penghidupan yang salah memiliki kebajikan yang besar, tetapi kalau dia pelit, bukanlah tempat
ini terbagi menjadi 5, yaitu munafik, menjilat, meminta sesuatu melalui yang layak untuk memohon derma pada dirinya,” dengan tujuan untuk
isyarat, meminta dengan mencemooh, dan mengharapkan keuntungan mengharapkan keuntungan. Sikap kelima didorong oleh motivasi yang
melalui hadiah86. sama memuji sesuatu yang pernah kita dapatkan sebelumnya, atau
Kelima ini dijelaskan secara khusus dalam Ratnavali, tindakan memberikan barang yang kecil dengan harapan mendapatkan
barang yang lebih besar sebagai balasannya.
“Munafik adalah mengendalikan indra demi keuntungan
dan penghormatan. Penghidupan salah ini, merupakan kesalahan yang besar, bisa
berkaitan dengan perumah tangga ataupun yang berjubah. Tapi yang
Menjilat adalah mengucapkan kata-kata menyenangkan berjubah akan lebih rentan dengan ini, karena mereka hidup bergantung
demi keuntungan dan penghormatan. pada persembahan dari para donatur, jika mereka berperilaku baik demi
mendapatkan derma, maka mereka telah memiliki penghidupan yang
Meminta sesuatu melalui isyarat adalah memuji kekayaan
salah. Sebagai yang menggunakan jubah seyogyanya berperilaku baik
orang lain demi mendapatkannya.
tetapi bukan karena dorongan motivasi tersebut.
Meminta dengan mencemooh adalah mencemooh orang
Jika kita melakukan sesuatu dengan motivasi baik untuk memberi
lain secara langsung demi mendapatkan keuntungan.”
manfaat bagi pihak lain, apa yang kita lakukan akan menjadi tindakan
Sikap pertama adalah demi keuntungan ataupun penghormatan bajik. Misalnya kita memberikan makanan kepada ayam atau babi
dari pihak lain, menampilkan diri sebagai orang yang memiliki dengan maksud agar kita bisa menyantapnya di kemudian hari. Ini
kualitas, bersikap sesuai dengan Dharma, mengendalikan indra, dsb. bukanlah tindakan berdana, ini adalah tindakan ingin membunuh untuk
Sikap kedua adalah mengeluarkan kata-kata lembut demi mendapatkan menikmati daging mereka. Gungthang Rinpoche, dalam satu karyanya
keuntungan maupun penghormatan dari pihak lain. Secara umum mengenai kesalingtergantungan, menjelaskan mengenai tindakan orang
kita mengendalikan indra, berperilaku baik, berbicara lembut, dsb. tua yang atas motivasi memberi manfaat bagi anaknya melakukan
merupakan hal yang perlu kita lakukan tetapi bukan dengan motivasi tindakan memarahi atau memukuli anaknya, tindakan ini merupakan
demikian. Sikap ketiga muncul ketika demi mendapatkan apa yang perbuatan bajik, begitu pula dengan kasus bodhisatwa yang membunuh
dimiliki orang lain ataupun penghormatan, kita memuji kepemilikan penjahat di atas kapal. Ini akan berbeda dengan kasus memberi makan
tersebut. Contohnya kita mengatakan, “Wah barangmu ini bagus pada binatang dengan maksud untuk menyantap dagingnya di kemudian
sekali,” dengan harapan agar orang tersebut memberikan barang hari ketika binatang tersebut telah menjadi gemuk. Oleh karena itu,
motivasi adalah hal yang sangat penting. Tindakan menjadi bajik atau
86 Pembebasan di Tangan Kita jilid I, 2016, halaman 189. tidak bergantung pada motivasi yang melandasinya. Misalnya ketika

128 129
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

melafalkan mantra Mani dengan motivasi bajik maka tindakan itu menyembunyikan sesuatu, sedangkan menyembunyikan hanya sekadar
menjadi bajik, jika kita melakukan itu tanpa motivasi apa pun maka itu menyembunyikan sesuatu.
menjadi tindakan yang bersifat netral. Jika kita melandasinya dengan
motivasi unggul—demi semua makhluk aku akan segera mencapai Berpuas diri (S: mada, T: gyagpa)
Kebuddhaan, bahkan hanya dengan melafalkan mantra Mani atau bait
perlindungan akan menjadi satu tindakan kebajikan yang sangat kuat Berpuas diri adalah cetasika yang merasa puas karena bahagia
karena ini merupakan tindakan yang dilandasi oleh motivasi bodhicita. dan senang atas keunggulan tertentu yang dimiliki. Keunggulan di
Jika kita melafalkan mantra Mani dengan tujuan untuk kebaikan diri sini contohnya memiliki tubuh kuat, kualitas diri, dll. Cetasika ini
sendiri, maka kebajikan yang kita peroleh hanyalah satu, tetapi jika berbeda dengan kesombongan, ini merupakan kepuasan karena sekadar
kita melakukannya dengan motivasi untuk semua makhluk yang tak merasa senang dan bahagia. Ini bisa muncul karena mengambil objek
terhingga maka kebajikannya pun menjadi tak terhingga. keunggulan diri sendiri, sedangkan kesombongan bisa muncul juga
ketika mengambil objek pihak lain. Fungsinya adalah menjadi basis
Ada satu kisah tentang sikap berpura-pura yang melibatkan Dewa
dari ketidakwawasan diri, karena merupakan basis bagi semua klesha
Indra yang sombong dengan seorang biksu yang terkenal dengan
sehingga menyebabkan munculnya semua kesalahan tanpa daya.
perilaku luar biasa baik hingga dijuluki memiliki perilaku yang serupa
dengan Buddha, yakni Arya Aswajit. Biksu ini bertanya pada Dewa
Indra, “Tolong jelaskan kepada saya mengenai tahapan pelarutan unsur- Sikap membahayakan (S: vihiṃsā, T: nampar tshewa)
unsur tanah, air, api dan angin.” Sebenarnya, Dewa Indra tidak tahu
Sikap membahayakan adalah kebalikan dari non-kekerasan
jawabannya, tapi karena ingin menyembunyikan ketidaktahuannya,
(avihiṃsā). Ini merupakan cetasika yang tidak memiliki welas asih
dia lalu menjawab, “Oh, aku tidak akan menjawab pertanyaan bodoh
ataupun kasih sayang kepada makhluk hidup. Jadi, ia membuat kita
seperti itu.” Ini adalah salah satu contoh dari sikap berpura-pura.
merendahkan ataupun melukai makhluk lain. Penawar dari cetasika ini
Kenapa contoh kasus ini tidak digolongkan sebagai cetasika aktif
adalah welas asih, karena seseorang yang memiliki welas asih tidak
menyembunyikan? Karena motivasi di balik tindakan Dewa Indra,
akan memukul ataupun menyakiti makhluk lain.
terlepas dari sikap aktifnya dalam menyembunyikan ketidaktahuannya,
utamanya adalah untuk mendapat keuntungan atau penghormatan.
Tak tahu malu (P: ahirika, S: āhrīkya, T: ngotsha meypa)
Aktif menyembunyikan (S: shāthya, T: yo) Tak tahu malu adalah cetasika yang tidak menahan diri, baik dengan
landasan diri sendiri maupun Dharma, untuk melakukan kesalahan.
Aktif menyembunyikan adalah cetasika yang mencari cara untuk
Contohnya, tidak peduli apa pun apakah ini layak dilakukan atau tidak,
menyembunyikan kesalahan agar tidak terlihat oleh pihak lain. Fungsi
posisi, dsb. kita melakukan kesalahan yang ingin kita lakukan, apa
dari cetasika ini adalah sebagai penghalang bagi kita untuk mendapatkan
pun yang terjadi aku tetap akan melakukannya, dsb. Fungsinya adalah
instruksi murni, misalnya instruksi mengenai kesunyataan dan
sebagai pendukung dari semua klesha. Cetasika tak tahu malu dan tidak
sebagainya. Aktif menyembunyikan berbeda dengan menyembunyikan,
mempertimbangkan pihak lain merupakan cetasika yang paling buruk.
karena aktif menyembunyikan secara aktif berusaha mencari cara untuk

130 131
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

Tak mempertimbangkan pihak lain (P: anottapa, S: anapatrāpya, T: didorong oleh kemelekatan akan penghormatan dan keuntungan,
threl meypa) menunjukkan seolah-olah ia memiliki kualitas tertentu padahal tidak,
maka penawarnya adalah sikap jujur dan ketanpamelekatan.
Tak mempertimbangkan pihak lain merupakan cetasika
yang tidak menahan diri dalam melakukan kesalahan karena tidak Sikap berpura-pura dan sikap sok tahu tidaklah sama, karena sikap
mempertimbangkan orang lain. Jadi, ia akan terus melakukan apa pun berpura-pura di sini adalah satu sikap yang didorong atas kemelekatan
yang ingin dilakukan, tak peduli apa pun yang akan dipikirkan atau atas keuntungan dan penghormatan, sedangkan sikap sok tahu belum
dikatakan orang lain. Cetasika ini mirip dengan tak tahu malu (ahirika), tentu didorong oleh motivasi ini. Misalnya pada kasus orang yang
perbedaannya pertimbangan ahirika adalah diri sendiri, sedangkan berlagak tahu karena tidak ingin malu, atau takut terkena omelan guru
pertimbangan anotappa adalah orang lain. Berdasarkan pandangan kita, dsb.
Vaibhāṣika, ahirika adalah tidak menghormati kualitas dan orang
T: Apakah jika seseorang memiliki klesha turunan pasti orang tersebut
yang berkualitas, sedangkan anottappa adalah tidak memedulikan
juga memiliki klesha akar?
konsekuensi dari pelanggaran. Sedangkan pandangan Sautrāntika
menyebutkan hal yang sama seperti yang dijelaskan sebelumnya. J: Ya, semua yang memiliki klesha turunan pasti memiliki klesha akar
dalam kesinambungan batinnya. Tapi, ketika klesha turunan muncul
Sehubungan dengan pelanggaran, ini bisa dibagi menjadi 2, yaitu
secara nyata, maka belum tentu klesha akar juga muncul secara nyata.
pelanggaran atas aturan yang ditetapkan dan pelanggaran atas tindakan
Keduanya bisa bersamaan ada, tetapi yang satu muncul secara nyata,
yang sifat alaminya tidak bajik. Pelanggaran yang pertama bisa dilakukan
lainnya secara tersembunyi. Misalnya ketika sikap agresif muncul
hanya oleh orang yang telah mengambil komitmen tertentu, misalnya
secara nyata, maka kemarahan hadir dalam bentuk tersembunyi.
yang menggunakan jubah seperti samanera/i. Sedangkan pelanggaran
atas tindakan yang sifat alaminya tidak bajik bisa dilakukan oleh baik T: Dalam satu momen, apakah beberapa cetasika bisa muncul secara
yang telah mengambil komitmen maupun tidak, contohnya membunuh, serentak?
mencuri, berbohong, dan lain-lain.
J: Dalam satu momen, beberapa cetasika bisa muncul secara serentak.
Sesi Tanya-jawab Yang sudah pasti muncul serentak dalam satu citta adalah lima cetasika
yang selalu hadir. Kombinasi ini bisa ditambah lagi dengan 5 cetasika
T: Apa maksudnya mendanakan anak, harta, gajah, dan lain sebagainya?
yang memahami objeknya, sehingga totalnya bisa ada 10 cetasika; jadi,
Apakah penawar dari sikap berpura-pura? Kemudian, apakah sikap
dalam satu momen, bisa muncul banyak cetasika. Tetapi, ada yang
berpura-pura sama dengan sikap sok tahu?
muncul secara jelas dan ada yang muncul secara tersembunyi. Jadi,
J: Maksudnya adalah bodhisatwa sebelum menjadi Buddha demi misalnya, ketika faktor mental bajik muncul, faktor mental tidak bajik
menyempurnakan keenam paramita, salah satunya adalah berlatih mungkin juga eksis, tapi sifatnya tersembunyi.
untuk menyempurnakan kemurahan hati (dana) dengan mendermakan
segala hal baik putra, putri, istri, kekayaan, dan sebagainya. Kelambanan (S: styānam, T: mugpa)
Selanjutnya, karena sikap berpura-pura merupakan cetasika yang Kelambanan adalah cetasika yang memiliki aspek keruh, tidak

132 133
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

fleksibel, berat baik fisik dan mental terhadap apa pun wujud objek apa meditasi terpusat. Ini memiliki perbedaan dengan meditasi topik lamrim
pun yang dicerap. Fungsi cetasika ini adalah sebagai pendukung bagi yang dimulai dari bertumpu pada guru spiritual hingga pandangan
semua jenis klesha dan termasuk bagian dari moha atau kebodohan mendalam, mayoritas merupakan meditasi analitis, meskipun tetap
batin. Ini memunculkan kelesuan. Cara cetasika ini membantu ada meditasi penempatan juga. Ketika melakukan meditasi analitis,
kemunculan semua klesha adalah awalnya tidur dan kelambanan kita melakukan banyak analisis misalnya ketika kita memeditasikan
membuat tubuh menjadi berat, lalu kegelapan batin melemahkan ketidakkekalan dengan berbagai alasan, setelah itu dilanjutkan dengan
aspirasi akan Dharma, mengembangkan klesha, melemahkan semua
meditasi penempatan, jadi keduanya saling bergantian tetapi tetap
kualitas, indra dan kesadaran menjadi keruh dan ucapan menjadi tidak
meditasi analitis mengambil porsi lebih banyak.
jelas, dan sebagainya.

Terdapat perbedaan besar antara kelambanan dan kekenduran Keterangsangan (P: uddhaccam, S: auddhatya, T: goypa)
(layam), tetapi banyak yang salah menganggap kedua ini adalah hal
yang sama. Kekenduran hanya mungkin bersifat bajik atau netral, Keterangsangan adalah cetasika yang memiliki aspek pencaran
sedangkan kelambanan bisa berupa tidak bajik atau netral, tidak batin yang menyebabkan batin tidak tenang ketika mencerap tanda-
mungkin bajik. Beberapa praktisi meditasi terkecoh menyamakan antara tanda objek yang menarik seperti kesenangan indrawi, dsb. Fungsinya
kelambanan dan kekenduran. Kekenduran bisa dibagi menjadi 2, yaitu adalah menjadi penghalang untuk menetap dalam satu objek tertentu
kasar dan subtil. Kekenduran subtil termasuk hal yang bajik, sedangkan dan termasuk dalam kemelekatan.
kekenduran kasar masuk dalam kategori netral. Hal ini dinyatakan oleh
Gungthang Rinpoche dalam Ringkasan Bab Empat, Pencaran batin88 berbeda dengan keterangsangan (udaccanam),
karena pencaran batin (visaraḥ) bisa berbentuk bajik, tidak bajik,
“Bagaimanapun, dijelaskan bahwa kekenduran subtil itu ataupun netral, sedangkan keterangsangan (udaccanam) karena
bajik, kasar itu netral-tak-menghalangi87”. termasuk ke dalam kemelekatan, pastilah berupa ketidakbajikan atau
netral.
Bahkan kekenduran subtil terkadang disalahartikan sebagai
shamatha. Beberapa berpikir telah mencapai shamatha, padahal itu
adalah kekenduran subtil. Ini banyak dijelaskan dalam Lamrim Chenmo Tanpa keyakinan (S: āshraddhya, T: madeypa)
(Risalah Agung). Salah paham ini sering terjadi karena pada saat
Tanpa keyakinan merupakan cetasika yang memiliki aspek
muncul kekenduran subtil ini, kita tetap berdiam dalam objek yang kita
ketidakpercayaan, atau ketidakyakinan atau ketidakinginan terhadap
ambil, stabilitas dan kejernihan dapat dipertahankan, tetapi intensitas
objeknya berupa fenomena karma dan akibatnya, kualitas Triratna,
kejernihan tidak ada karena cengkeraman terhadap batin sedikit
dan sebagainya. Fungsinya adalah menjadi basis bagi kemalasan.
melemah. Pada waktu ini shamatha belum dicapai. Perbedaan antara
Cetasika ini merupakan kebalikan dari keyakinan (sraddha). Oleh
kedua ini harus diketahui dengan baik oleh para praktisi meditasi,
karena itu, dengan mengetahui atau mempelajari kualitas-kualitas dari
terutama yang melatih diri dalam shamatha yang merupakan jenis
keyakinan, kita akan menyadari betapa pentingnya perjuangan untuk

87 T: ma sgrib lung ma bstan. Untuk penjelasan lebih lanjut bisa dilihat di Pembebasan
di Tangan Kita Jilid III, edisi 2 (2016), hal 362, catatan kaki 43. 88 S: visaraḥ, T: ‘phro ba.

134 135
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

mempraktikkan penawar dari cetasika ini. Sebagai tambahan, terdapat satu nasihat yang perlu disadari bahwa
satu-satunya cara mengambil intisari dari kelahiran yang berharga
Keyakinan sendiri dibagi menjadi 3, yaitu: (1) keyakinan yang
adalah dengan melihat kualitas dari upaya bersemangat dan wawas diri,
bersifat mengagumi (misalnya kekaguman pada kualitas-kualitas
kita akan membuang kemalasan dan bertumpu pada wawas diri.
Buddha), (2) keyakinan yang berhasrat untuk mencapai (misalnya
mengetahui salah satu kualitas unggul Triratna dan berusaha untuk
mencapainya), (3) keyakinan yang tidak tergoyahkan, yang berbentuk Kelalaian/lupa (S: muṣhitasmṛtitā, T: jey ngeypa)
kepercayaan pada karma dan akibatnya—keyakinan bahwa karma
Kelalaian merupakan cetasika yang memiliki aspek lupa atau
bajik membawa akibat kebahagiaan, karma buruk membawa akibat
batin yang tidak jelas terhadap kebajikan setelah batin mencerap salah
penderitaan, dan sebagainya.
satu dari basis klesha apa pun. Fungsinya adalah menjadi basis bagi
pengalihan batin. Ingatan yang tidak melupakan dan batin yang tajam
Kemalasan (P: kosajam, S: kausidyam, T: lelo) akan sisi ketidakbajikan ini disebut dengan ingatan yang tercemar
oleh klesha. Ingatan yang tercemar ini bukanlah ingatan (sati) yang
Kemalasan adalah cetasika yang tidak menyenangi objek bajik
sebenarnya, karena berdasarkan Abhidharmasamuccaya, ingatan pasti
apa pun yang telah diambilnya sebagai objek cerapannya. Fungsinya
bersifat bajik.
adalah menjadi penghalang bagi kita untuk melakukan aktivitas bajik.
Kemalasan bisa dibagi menjadi 3, yaitu: (1) kemalasan yang menunda-
nunda atau kemalasan pada umumnya, (2) kemalasan yang merasa Tidak introspeksi diri (S: asaṃprajanyam, T: syeyshin mayinpa)
diri tidak mampu melakukan sesuatu atau perasaan rendah diri, (3)
Tidak introspeksi diri adalah cetasika yang melakukan perbuatan
kemalasan yang berupa kesukaan atau kemelekatan pada hal-hal atau
melalui ketiga pintu (tubuh, ucapan, dan batin) tanpa menerapkan
aktivitas tak bajik89. Kita bisa melihat bahwa beberapa orang juga
kesadaran tertentu. Fungsinya adalah sebagai basis bagi kesalahan
memiliki kecerdasan dalam menyelesaikan aktivitas duniawi yang tidak
maupun pelanggaran. Perbedaan antara kesalahan dengan pelanggaran,
bajik, ini disebut dengan ‘kebijaksanaan inferior’.
yaitu pelanggaran hanya dilakukan oleh seseorang yang telah mengambil
komitmen, sedangkan kesalahan dan tindakan yang sifat alaminya tidak
Tidak wawas diri (S: pramāda, T: bagmeypa) baik bisa dilakukan oleh makhluk biasa siapa pun.

Tidak wawas diri adalah cetasika yang, ketika mengambil satu


objek bajik, tidak bisa menjaga batin dari hal yang berlawanan dari Pengalihan batin (S: vikṣhepa, T: nampar yengwa)
objek tersebut dan tidak berjuang dalam kebajikan. Fungsinya adalah
Pengalihan batin adalah cetasika yang memiliki aspek berupa
mengembangkan ketidakbajikan dan menjadi basis bagi penghalang
keterpencaran ataupun pengalihan meskipun batin mencerap objek
kebajikan, ini dilabelkan sebagai yang memiliki tiga racun dan
tertentu. Kita sering mendengar istilah, “dia suka teralihkan batinnya”,
kemalasan. Lawan dari cetasika ini adalah wawas diri (apramāda).
atau “saya sering terdistraksi”, pengalihan batin atau distraksi ini
bisa berupa batin terpencar atau teralihkan dari objek yang dicerap,
89 T: bya ba ngan zhen gyi le lo. bisa berupa objek bajik, tidak bajik, ataupun netral. Fungsinya adalah

136 137
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

berperan sebagai salah satu dari tiga racun kemelekatan, kebencian, dan berpura-pura dan aktif menyembunyikan bersumber dari kemelekatan
kebodohan batin (rāga, dveṣa , moha) menghalangi upaya kita untuk dan ketidaktahuan. Berpuas diri termasuk ke dalam kemelekatan,
bebas dari kemelekatan. berhubung aspeknya adalah kesenangan terkait pencapaian atau kualitas
yang dimiliki. Berikutnya, sikap membahayakan termasuk ke dalam
Cara untuk bebas dari kemelekatan adalah memeditasikan kemarahan, sedangkan tak tahu malu dan tak mempertimbangkan pihak
pandangan mendalam, atau dalam pandangan prāsaṅgika untuk bebas lain termasuk ke dalam ketidaktahuan. Kemudian, keterangsangan
dari kemelekatan, kita harus merealisasikan kesunyataan. termasuk ke dalam kemelekatan. Tanpa keyakinan dan kemalasan
Perbedaan antara keterangsangan (udaccanam) dan pengalihan termasuk ke dalam ketidaktahuan. Dan terakhir, tidak wawas diri,
batin, yaitu keterangsangan hanya terpencar ke objek yang menarik dan tidak introspeksi diri, dan pengalihan batin termasuk ke dalam ketiga
itu hanya merupakan bagian dari kemelekatan, sedangkan pengalihan jenis racun mental. Sumber yang menyatakan penjelasan ini adalah
batin, terpencar ke beragam objek, bisa merupakan bagian dari salah Abhidharmasamuccaya.
satu dari tiga racun. Lebih lanjut, juga terdapat perbedaan antara Begitu pula, berdasarkan Abhidharmakosa dan Pancaskandha-
pencaran batin (visaraḥ) dan pengalihan batin, karena cetasika yang prakarana menyajikan hal yang sedikit berbeda, yaitu tidak wawas
pertama bisa berupa sesuatu yang bajik, tidak bajik, ataupun netral, diri termasuk bagian kemelekatan dan ketidaktahuan; pengalihan batin
sedangkan cetasika yang kedua pasti hanya berupa sesuatu yang tidak termasuk bagian sikap mencengkeram diri; tak tahu malu dan tidak
bajik. mempertimbangkan orang lain termasuk bagian tiga racun; dan tanpa
keyakinan, kemalasan, kelambanan termasuk bagian ketidaktahuan.
***
Secara umum, klesha selain enam klesha akar merupakan klesha
Dengan demikian, kita sudah merampungkan penjelasan tentang
turunan, tetapi menurut pandangan Abhidharmakosa, tak tahu malu,
20 klesha turunan. Frase “klesha turunan” ini sebenarnya, kalau dilihat
tak mempertimbangkan pihak lain, iri hati, kekikiran, keterangsangan,
secara harfiah dalam bahasa Tibet, bermakna “klesha yang berdekatan.”
penyesalan, kelambanan, dan tidur disebut sebagai 8 belenggu.
Ada 2 alasan untuk ini: (1) karena mereka berdekatan dengan klesha
Selanjutnya, penganut paham Vaibhāṣika menambahkan 2 hal lagi,
akar, (2) karena mereka menyebabkan batin kita dekat dengan klesha.
yaitu sikap agresif dan menyembunyikan, sehingga jumlah totalnya ada
Jadi, masing-masing dari 20 klesha ini memiliki kedekatan dengan tiap
10 klesha turunan.
klesha akar. Alasan lain dari pemakaian istilah “berdekatan” adalah
karena mereka bersumber atau termasuk ke dalam salah satu dari klesha Selain itu, disebutkan juga bahwa baik perasaan dan diskriminasi
akar. bukanlah klesha turunan, karena klesha turunan haruslah berupa
skandha faktor-faktor pembentuk. Ini cukup jelas juga karena baik
Sifat agresif dan dendam merupakan 2 klesha turunan yang
perasaan maupun diskriminasi keduanya bisa bersifat bajik, tidak bajik,
termasuk ke dalam atau berbagi substansi yang sama dengan atau
dan netral sehingga tidak memungkinkan bahwa mereka merupakan
muncul dari kemarahan, sedangkan menyembunyikan termasuk
klesha turunan. Begitu pula, keyakinan dan upaya bersemangat juga
ke dalam ketidaktahuan. Dongkol dan iri hati termasuk ke dalam
bukan merupakan klesha turunan karena keduanya pasti bersifat bajik,
kemarahan. Kekikiran termasuk ke dalam kemelekatan, lalu sikap
sedangkan klesha turunan pasti bersifat tidak bajik.

138 139
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

Kemudian, lima cetasika yang selalu hadir yang menyertai batin menciptakan skandha yang menjadi basis bagi kelahiran di masa depan,
subtil menjelang kematian juga bukan merupakan klesha turunan, meskipun ada karma. Karma pelempar membutuhkan kedua rantai
berhubung sifatnya netral-tak-menghalangi. Di sisi lain, sehubungan ini yang ‘menutrisinya’ sehingga bisa menghasilkan akibat berupa
dengan batin kasar kita menjelang kematian, cetasika yang menyertainya kelahiran. Contoh kasusnya adalah ketika menjelang momen kematian
bisa berupa sesuatu yang bajik, tidak bajik, ataupun netral. kita merasakan panas lalu mengharapkan dingin, akan muncul suatu
kemelekatan terhadap dingin tersebut, ini akan menyebabkan kita
Dengan demikian, sangatlah penting bagi kita untuk mengatur
terlahir di neraka dingin. Sebaliknya jika ketika momen menjelang
agar kesadaran atau batin kasar kita menjelang kematian senantiasa
kematian kita merasa kedinginan dan menginginkan kehangatan maka
mengarah pada hal yang bajik. Alasannya, kalau kita bisa menjaga
kita akan terlahir di neraka panas. Sekali lagi, ini menunjukkan betapa
batin ketika menjelang kematian agar tetap bersifat bajik, kita akan
pentingnya upaya menjaga kondisi batin kita menjelang kematian.
mendapat kelahiran yang baik atau tinggi di masa depan. Kalau yang
muncul adalah tidak bajik, maka kita akan terjatuh ke alam rendah. Sebagai tambahan, Abhidharmakosa juga menyebutkan tentang
Hal ini bisa kita lakukan dengan memeditasikan cinta kasih, trisarana, 6 pencemar. Yang pertama adalah sikap berpura-pura, yakni mengaku
dan objek bajik lainnya untuk mengarahkan batin ke kondisi yang memiliki suatu kualitas yang sebenarnya tidak kita miliki dalam
bajik. Hal ini terutama pada batin kasar menjelang kematian yang bisa rangka memperoleh keuntungan dan rasa hormat dari pihak lain.
muncul dalam bentuk bajik, karena batin halus menjelang kematian Contohnya seperti dalam cerita Arya Aswajit. Yang kedua adalah
memiliki sifat yang netral, sesuatu yang tidak jelas bagi kita. Mungkin aktif menyembunyikan, yang menyebabkan batin menjadi bengkok
saja dalam kehidupan ini kita telah berusaha melakukan hal yang bajik. atau tidak jujur. Yang ketiga adalah berpuas diri, yakni merasa puas
Namun, jika pada saat momen kematian kita tidak bisa menjaga batin dengan kualitas yang kita miliki. Yang keempat, kelima, dan keenam
agar tetap bajik, kita tetap terjatuh ke alam rendah. Hal ini juga akan secara berurutan adalah dongkol, dendam, dan sikap membahayakan.
terjadi pada orang yang sering melakukan perbuatan buruk tetapi pada Jadi, selain penjelasan tentang klesha, di dalam Abhidharmakosa juga
saat kematian jika dia berhasil membangkitkan pikiran bajik, maka dia disebutkan tentang enam pencemar90.
akan memperoleh kelahiran di alam yang baik. Meskipun tetap saja
dia harus mengalami buah perbuatan yang buruk yang telah dilakukan. Proses munculnya klesha turunan dari klesha akar juga
Oleh karena itu, senantiasa membiasakan diri pada sesuatu yang bajik dijelaskan dalam Abhidharmakosa. Dinyatakan bahwa tak tahu
menjadi latihan yang teramat penting untuk menjamin kelahiran yang malu, keterangsangan, dan kekikiran muncul dari kemelekatan;
baik di masa depan. menyembunyikan muncul dari ketidaktahuan atau hasrat (terdapat
2 pendapat mengenai hal tersebut); kelambanan, tidur yang tercemar
*** oleh klesha, dan tak mempertimbangkan pihak lain muncul dari
ketidaktahuan; penyesalan yang tercemar oleh klesha muncul dari
Selanjutnya, kita mengenal mata rantai ke-8 hasrat (S: tṛṣṇā, keraguan; sikap agresif dan iri hati muncul dari kemarahan. Dikatakan
T: seypa, P: tanha), dan mata rantai ke-9 sikap mencengkeram (S: klesha turunan muncul dari masing-masing klesha akar tersebut
lenpa, T: upādānam) dalam 12 mata rantai, kedua mata rantai ini karena klesha turunan tersebut ‘berdekatan’ dengan klesha akar dan
merupakan jenis kemelekatan, yang berperan khusus dalam proses
kelahiran mendatang kita; artinya, tanpa adanya mereka, kita tidak akan 90 T: dri ma drug.

140 141
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

merupakan kesinambungan yang selaras dari setiap klesha akar yang Ini bukanlah klesha akar karena itu bukan merupakan klesha, itu adalah
memunculkannya, serta muncul karena didorong oleh klesha akar penghalang kemahatahuan (berdasarkan pandangan Mādhyamika
tersebut. Oleh karena itu, kita juga bisa mengatakan bahwa klesha Svātantrika).
turunan dibangkitkan dari klesha akar yang bersesuaian dengan masing-
masing dari mereka. T: Bagaimana caranya memastikan bahwa perasaan sukacita kita tidak
berubah menjadi cetasika berpuas diri?
Sesi Tanya-jawab
J: Keduanya mungkin memunculkan aspek kebahagiaan yang sama,
T: Terkait cetasika menyembunyikan dan aktif menyembunyikan, tetapi latar belakang keduanya adalah hal yang berbeda. Yang satu
sebenarnya kata menyembunyikan itu sendiri sudah merupakan satu bersifat bajik, dan yang satu lagi bersifat tidak bajik. Oleh karena itu,
pekerjaan aktif. Jadi, apa perbedaan antara kedua cetasika ini? kita harus mengamati dan menganalisis arah yang kita tuju pada saat
kita bergembira atas suatu kebajikan yang kita lakukan. Perasaan senang
J: Kata “aktif” dipakai untuk menekankan adanya satu usaha, dalam kasus berpuas diri selalu terkait dengan kemelekatan terhadap
berhubung tidak semua orang akan memaknai kata “menyembunyikan” kualitas yang kita miliki, sedangkan di sisi lain, perasaan senang dalam
dalam pengertian aktif. Misalnya, seseorang bisa saja menyembunyikan kasus sukacita selalu terkait dengan kebajikan yang telah kita lakukan.
sesuatu dengan sekadar bersikap diam, dan ini tidak bisa dikatakan
sebagai suatu tindakan yang aktif. ***
T: Apa perbedaan antara avidya dan moha? Jika ada, apa perbedaan
Untaian Emas Penjelasan yang Baik91 menyatakan,
fungsi mereka masing-masing?
“Klesha, contohnya hasrat (tanha), perlu ditunjukkan
J: Kedua hal ini memiliki arti yang sama dan semakna. Tetapi moha
memiliki kondisi dominan—enam indra; kondisi objek—
yang disebutkan dalam tiga racun (raga, dwesha, dan moha) ini
enam objek; sebab basis—alayavijnana; [sebab] utama—
berbeda dengan avidyā, karena moha yang disebutkan dalam tiga racun
enam kesadaran; serta pendukung—faktor mental.”
itu pasti berupa klesha, sedangkan avidyā tidak semuanya merupakan
klesha. Sehingga ini menimbulkan perbedaan fungsi antara kedua hal Kutipan ini menunjukkan bahwa satu klesha pasti memiliki
ini, karena moha dalam tiga racun ini adalah akar klesha maka ini cetasika dan citta yang berdampingan dengan dirinya, ini juga harus
bisa memunculkan klesha lainnya, sedangkan avidyā tidak dikatakan memiliki kondisi dominan, kondisi objek, dsb. klesha membutuhkan
menciptakan klesha, ini membuat kondisi tidak tahu. banyak faktor untuk muncul.
T: Apa perbedaan antara “akar dari klesha” dan “klesha akar”? Masing-masing cetasika memiliki pintu analisis yang tak
terhingga. Dengan mengamati batin kita, kita mengenali batin yang
J: Sesuatu yang merupakan akar dari klesha belum tentu merupakan
didampingi klesha dan cetasika klesha tersebut, lalu berjuang semampu
klesha akar. Misalnya, sikap mencengkeram modus eksistensi sejati
mungkin untuk bertumpu pada penawarnya. Kita telah membahas
merupakan akar dari klesha dan akar samsara, tapi bukan klesha akar.
Sikap mencengkeram modus eksistensi sejati ini menimbulkan sikap
mencengkeram keakuan, hingga akhirnya kita mengumpulkan karma. 91 T: legs bshad gser phreng. Karya Je Tsongkhapa.

142 143
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

mengenai klesha akar, klesha turunan, cetasika yang selalu hadir, “Apa yang dimaksud dengan keyakinan? Ini adalah
cetasika yang memahami objek, dsb., dengan mengamati batin kita keyakinan, kejernihan, dan keinginan terhadap eksistensi
berusaha mengenali apa yang muncul, lalu setelah mengetahui apa itu sendiri, pemilik kualitas, dan kemampuan, sehingga ini
yang muncul, apakah itu kemarahan, dll., kita berusaha menerapkan berperan menjadi basis dari aspirasi.”
penawarnya. Tindakan untuk menerapkan penawar pada klesha yang
muncul adalah hal yang sangat penting. Dalam setiap aktivitas yang “Eksistensi itu sendiri” adalah sesuatu yang menjadi objek
kita lakukan, hal yang sangat penting untuk mengamatinya, dan jika keyakinan yang tak tergoyahkan karena merupakan sesuatu
pada saat itu klesha muncul, kita harus bertindak dalam menerapkan kebenaran, eksistensi, dan tak terbantahkan, misalnya
penawarnya. melakukan karma bajik akan menghasilkan akibat berupa
kebahagiaan, dll.
Kita harus mengenali inti dari semua aktivitas yang dilakukan
karena apa pun ajaran yang disampaikan oleh semua Penakluk di ketiga “Pemilik kualitas” merupakan objek keyakinan yang
masa, tidak lain hanyalah merupakan metode untuk menaklukkan batin. bersifat mengagumi (atau keyakinan yang jernih). Disebut
Kita sudah melewati penjelasan tentang cetasika yang selalu hadir, lalu juga sebagai keyakinan jernih karena ia jernih atau
cetasika yang memahami objek, lalu cetasika yang merupakan klesha bebas dari keruhnya klesha layaknya air bening yang
akar, lalu cetasika yang merupakan klesha turunan. Dari penjelasan bebas dari kekeruhan setelah melihat kualitas dari tiga
tersebut, kita bisa membedakan antara batin yang tercemar oleh klesha Ratna. Pemilik kualitas ini meliputi Buddha, Dharma,
dengan batin yang tidak tercemar oleh klesha. Dari apa yang sudah kita dan Sanggha, menyadari dan melihat dengan baik bahwa
pelajari, kita bisa mulai menerapkan penawar untuk menjinakkan batin mereka memiliki kualitas, ini membuat batin kita jernih
kita. dari klesha. Ibarat air keruh yang dibersihkan dari kotoran
seperti lumpur sehingga menjadi bening.
*** “Kemampuan” merupakan objek keyakinan yang berhasrat
untuk mencapai, dengan menyadari bahwa kita mampu
Cetasika yang Bajik (S: kuśala, T: gewa) menghilangkan duka dan sumber duka, serta mampu
mencapai keadaan bebas dari duka dan jalan menuju
Sekarang kita akan masuk ke dalam pembahasan 11 cetasika yang terbebasnya duka, memunculkan keinginan bahwa aku
bersifat bajik. Ini dimulai dengan keyakinan. harus bisa mencapai hal tersebut. Kita meyakini bahwa
duka dan sumber duka bisa dihilangkan karena kedua hal
Keyakinan (P: saddhā, S: śraddhā, T: deypa) tersebut adalah sesuatu yang bisa dipisahkan dari batin kita
yang sifat alaminya bebas dari noda dan jernih. Dengan
Ini merupakan cetasika yang memiliki aspek keyakinan atau bebas dari noda tersebut maka kita bisa mencapai keadaan
kepercayaan, atau keinginan terhadap salah satu dari tiga objek bebas dari duka.
keyakinan. Fungsinya adalah sebagai basis dari aspirasi. Pernyataan ini
didukung oleh Abhidharmasamucaya yang menyatakan,

144 145
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

Abhidharmakosa-bhasyam memperkuat poin ini dengan poin akar ini. Keyakinan adalah hal yang sangat penting merupakan
menyatakan bahwa keyakinan adalah batin yang menjadi jernih dari akar dari semua kualitas. Keyakinan ibarat benih. Tanpa adanya
klesha akar dan klesha turunan, menyukai adalah keyakinan, dan tahu benih, tidak mungkin muncul kecambah; sama halnya, tanpa adanya
malu adalah hormat. Seperti halnya air bisa menjadi jernih, batin pun keyakinan, tidak mungkin muncul kualitas lain. Jadi, kekuatan dari
demikian adanya. keyakinan memungkinkan kita untuk memperoleh semua pencapaian.

Meskipun Abhidharmakosa-bhasyam menyatakan bahwa


“menyukai adalah keyakinan”, tetapi kita perlu memahami bahwa Tahu Malu (P: hirī, S: hrī, T: ngotsha syepa)
menyukai tidak selalu merupakan keyakinan. Terdapat empat
Tahu malu merupakan cetasika yang menahan diri dari melakukan
permutasi antara menyukai dan keyakinan: (1) menyukai tapi tidak
hal yang tidak bermoral melalui ketiga pintu (fisik, ucapan, batin)
meyakini, contohnya adalah ketika kita menyukai pasangan ataupun
dengan alasan yang berlandaskan pada diri sendiri. (fisik, ucapan,
anak kita; (2) tidak menyukai tapi meyakini, contohnya adalah ketika
batin). Fungsinya adalah menjadi basis untuk menghindarkan diri dari
kita meyakini kerugian dari penderitaan (duka). Penderitaan sendiri
kesalahan, berhubung ia memiliki aspek menahan diri untuk tidak
bisa dibagi menjadi 3, yaitu (a) penderitaan nyata92, contohnya ketika
melakukan kesalahan tersebut. Contohnya adalah ketika kita berpikir
kita ditusuk dengan jarum atau tangan kita dipotong, (b) penderitaan
bahwa tidaklah pantas bagi seorang biksu atau sramanera untuk
akibat perubahan93, contohnya ketika menderita karena lapar lalu
melakukan pelanggaran tertentu. Oleh karena itu, kita pun menahan
akhirnya menderita karena makan terlalu banyak, (c) penderitaan
diri dari melakukan kesalahan. Ini merupakan penawar bagi cetasika
yang mencakup semuanya94, yakni fakta bahwa hidup kita berhakikat
tak tahu malu.
penderitaan karena skandha tercemar yang kita miliki; (3) menyukai
dan meyakini, contohnya adalah ketika kita memiliki keyakinan dan
menyukai kualitas Triratna; (4) bukan menyukai juga bukan meyakini, Mempertimbangkan pihak lain (P: ottappa, S: apaltavyam, T: threl
contohnya adalah kemarahan. yoypa)

Begitu pula, karena poin penting yang dikatakan dalam semua Mempertimbangkan pihak lain merupakan cetasika yang
ajaran adalah menerapkan keyakinan saling mendukung dari tiga hal: menahan diri dari melakukan hal yang tidak bermoral melalui ketiga
keyakinan teguh terhadap baik-buruk kesalingtergantungan—perbuatan pintu dengan alasan yang berlandaskan pada pihak lain. Jadi, yang
yang harus dihindari dan dipraktikkan, menyukai manfaat dari kelahiran membedakannya dengan tahu malu adalah pihak lain yang menjadi
alam tinggi dan pembebasan, serta keinginan untuk mendapatkan buah landasannya. Fungsinya adalah membuat kita melakukan kebajikan
dari jalan ketiga kendaraan, maka, keyakinan dikatakan sebagai basis dan meninggalkan keburukan. Contohnya adalah ketika kita menahan
bagi semua kualitas, dan dengan kekuatan keyakinan semua aspek diri dari sebuah kesalahan dengan pertimbangan bahwa hal tersebut
pemurniaan dapat diperoleh. Oleh karena itu, berjuanglah menerapkan akan mengecewakan para Buddha dan Istadewata yang memiliki
mata kebijaksanaan, orang-orang duniawi akan menjadi kecewa atau
92 P: dukkha-dukkha, S: duḥkha duḥkhatā. mencemooh kita dan akan berpikir kalau kita adalah seorang yang
93 P: viparinama-dukkha, S: vipriṇāma duḥkhatā. tidak berlaku pantas. Hiri dan otappa adalah kebalikan dari ahirika dan
94 P: sankhara-dukkha, S: saṃskāra duḥkhatā. anotappa sekaligus menjadi penawar bagi mereka.

146 147
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

Kesupelan (S: praśrabdhi, T: syinjang) hitam, tapi semakin ke atas sosok mereka semakin putih dan bersih.
Maksudnya, melalui latihan yang bertahap, batin kita yang kotor secara
Kesupelan adalah cetasika yang menyebabkan kita bisa perlahan-lahan akhirnya akan bisa dibersihkan dan ditempatkan sesuai
menempatkan, baik fisik ataupun batin kita, ke objek bajik apa pun keinginan kita. Dengan kata lain, kita sudah bisa menaklukkan batin
sesuai keinginan kita. Cetasika ini dibagi menjadi 2, yaitu kesupelan kita. Fungsi dari cetasika ini adalah menghilangkan kecenderungan
fisik dan kesupelan mental, tapi yang dimaksud di sini adalah kesupelan negatif dari batin kita yang ditimbulkan oleh kelima penghalang dan
mental, berhubung kesupelan fisik tidak termasuk ke dalam kategori sebagainya. Yang dimaksud dengan kelima penghalang adalah: (1)
kesadaran. Jika kita memiliki cetasika ini, batin yang mencerap sebuah aspirasi terhadap kemelekatan, (2) niat jahat atau kebencian, (3) tidur
objek bajik akan bisa ditempatkan sesuai dengan keinginan kita tanpa dan kelambanan, (4) keterangsangan dan penyesalan, dan (5) keraguan.
terbawa oleh klesha ataupun menuju objek yang tidak bajik. Hal ini
bisa kita peroleh ketika kita telah mencapai shamatha. Oleh karena itu, Keraguan, kelambanan, dan keterangsangan terdapat di ketiga
Baris-baris Pengalaman karya Je Rinpoche menyatakan bahwa: alam, meskipun demikian tidur dan kelambanan di alam nafsu
(kamaloka) dianggap satu, karena kedua ini memiliki penawar, sebab
“Samadhi adalah raja yang mengendalikan batin; munculnya, dan fungsi yang sama. Kedua ini memiliki penawar yang
Ketika terpusat, ia tak tergoyahkan laksana Gunung Meru; sama yaitu sesuatu yang akan menyegarkan badan kita, misalnya jalan-
jalan santai atau melihat sebuah objek yang terang (inilah sebabnya
Ketika diarahkan, ia akan berpaling pada objek bajik apa orang-orang mematikan lampu jika ingin tidur). Melihat objek yang
pun, terang dapat menghilangkan kantuk dan kelambanan. Mereka juga
memiliki sebab muncul yang sama yaitu kondisi yang lemah, kejemuan,
Menimbulkan kebahagiaan besar serta kesupelan jasmani
kelelahan, makan terlalu banyak, dll. Oleh karena itu, kita perlu menjaga
dan batin;
porsi makan kita. Para ilmuwan juga telah membagi perut kita menjadi
Memahami ini, para yogi telah membaktikan diri pada tiga bagian: sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk air, dan sepertiga
konsentrasi terpusat ini untuk mengatasi musuh mereka, lagi harus tetap kosong, ini akan membuat tubuh kita nyaman, jika kita
batin yang teralihkan; makan terlalu kenyang kita akan merasa berat dan mengantuk. Fungsi
mereka juga sama yaitu batin menjadi lesu tidak bersemangat, seperti
Aku, sang yogi, telah mempraktikkannya; ketika mengantuk kita menjadi tidak bersemangat untuk melakukan apa
pun, lesu untuk melakukan kebajikan.
Engkau yang menginginkan pembebasan juga semestinya
melakukan hal yang sama!” Begitu pula dengan keterangsangan dan penyesalan yang
digabungkan menjadi satu dengan alasan yang sama. Penawar keduanya
Kondisi kita sekarang adalah batin kita tidaklah supel, kita tidak
sama yaitu melatih diri dalam shamatha. Sebab munculnya juga sama
bisa menempatkannya sesuai dengan apa yang kita inginkan. Ini karena
yaitu tertarik pada hiburan atau permainan di masa lampau, mengingat
kita belum bisa menguasai tubuh dan batin kita. Dalam latihan meditasi,
ketika sedang bercinta, memikirkan kampung halaman atau orang-
ada analogi gambar tentang gajah yang ditemani monyet dan kelinci
orang yang dicintai, dll. Kemudian, fungsi keduanya adalah sama-sama
dalam perjalanan berliku menuju ke atas. Sosok mereka awalnya
membuat batin kita menjadi tidak tenang dan terpencar, tidak bisa fokus

148 149
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

pada satu titik. Ini termasuk dalam kategori objek sentuhan.

Sedangkan untuk tiga penghalang lainnya memiliki masing- Bagi praktisi Dharma, pengetahuan akan hal-hal ini sangat
masing penawar, yaitu penawar aspirasi terhadap kemelekatan adalah penting, misalnya pengetahuan akan penawar, sangat penting untuk
merenungkan keburukan atau memeditasikan objek kejelekan95 yang mengetahui klesha apa yang muncul, misalnya kemelekatan atau niat
berjumlah 36 objek, misalnya dari kepala hingga ujung kaki kita tidak jahat, lalu berusaha menerapkan penawarnya.
ada yang bersih, penawar niat jahat adalah cinta kasih, dan penawar
keraguan adalah kebijaksanaan yang memahami kesalingtergantungan Sesi Tanya-jawab
atau kesunyataan. Penyebabnya juga berbeda yaitu, penyebab aspirasi T: Apakah bisa dijelaskan lebih lanjut soal kebijaksanaan yang
akan kemelekatan adalah sesuatu yang menarik, niat jahat adalah memahami kesalingtergantungan untuk menghilangkan keraguan?
kemarahan, dan keraguan adalah objek dari ketiga racun. Begitu
pula, masing-masing fungsinya juga berbeda yaitu aspirasi terhadap J: Kebijaksanaan yang memahami kesalingtergantungan, merupakan
kemelekatan menyebabkan sulit berpisah, niat jahat membuat kita kebijaksanaan yang memahami bahwa semua fenomena itu saling
melukai pihak lain, dan keraguan menyebabkan ketidaktenangan. tergantung satu sama lain. Misalnya suatu akibat tergantung pada
sebabnya, dan suatu sebab juga tergantung pada akibatnya. Atau
Alasan mengapa kelima hal ini disebut dengan lima penghalang, suatu bagian akan tergantung pada pemilik bagian tersebut, yang
adalah karena merupakan penghalang dominan di tiga tahapan— juga tergantung pada bagiannya96, dan seterusnya. Inilah yang disebut
pendahuluan, praktik sebenarnya, dan akhir—dari samadhi, serta sebagai kesalingtergantungan. Tiap pandangan filsafat juga menyajikan
merupakan penghalang yang melukai kumpulan sila (kedua penghalang penjelasan mengenai kesalingtergantungan, ini bisa dibagi menjadi 3
yang pertama), kumpulan kebijaksanaan (kelambanan dan tidur), jenis berdasarkan tingkat kekasarannya: (1) kasar yaitu suatu akibat
kumpulan samadhi (keterangsangan dan penyesalan), dan penghalang tergantung pada sebabnya; ini adalah hal yang mudah dipahami dan
bagi objek ketiga yang telah disebutkan berkaitan dengan apa yang diterima oleh semua pandangan filsafat Buddhis; (2) menengah
harus dihindari dan dipraktikkan dari empat kebenaran mulia. yaitu ‘bagian’ tergantung pada ‘pemilik bagian’ tersebut, ini adalah
Kesupelan yang merupakan bagian dari cetasika ini pasti pandangan yang diajukan oleh Mādhyamika Svātantrika; (3) subtil
merupakan kesupelan batin, karena kesupelan fisik merupakan objek yaitu suatu objek tergantung pada pelabelannya; ini adalah pandangan
sentuhan yang masuk dalam kategori rūpa. Sedangkan cetasika pasti yang diajukan oleh Mādhyamika Prāsaṅgika. Contohnya adalah ketika
merupakan kesadaran, oleh karena itu, ini hanya memungkinkan bagi kita melihat seutas tali dalam kegelapan dan meyakininya sebagai ular;
kesupelan batin yang juga merupakan kesadaran. Yang dimaksud kita yakin itu ular, padahal itu hanyalah pelabelan yang kita buat sendiri.
dengan kesupelan fisik adalah dengan kekuatan samadhi memurnikan Oleh karena itu, kita bisa melihat bahwa tidak ada fenomena apa pun
kecenderungan negatif dari fisik, sehingga tubuh dapat ditempatkan yang memiliki eksistensi yang berdiri sendiri, itu pasti bergantung pada
pada aktivitas bajik dengan mudah, layaknya kapas yang ringan, dsb. pelabelannya. Semakin subtil, maka akan semakin sulit untuk dipahami.

T: Ketika seseorang telah menghilangkan semua klesha dan mencapai


95 S: Aśubhabhāvanā, T: mi sdug pa bsgom pa. Untuk lebih lengkap bisa dilihat di
Pembebasan di Tangan Kita Jilid III, edisi 2, hal 74, catatan kaki 21. 96 Seperti mulut teko bergantung pada teko, teko juga bergantung pada mulut teko.

150 151
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

tingkatan Arahat, apakah ia masih bisa terlahir kembali? Yang kedua, Terdapat banyak cara merenungkan secara khusus, antara lain
apakah Buddha mencapai pencerahannya di bumi atau di alam murni? memeditasikan kejelekan, merenungkan kerugian dari penyebabnya,
dll. Memeditasikan kejelekan akan bisa mengatasi kemelekatan karena
J: Jawabannya tergantung pada kelahiran seperti apa yang dimaksud. kemelekatan mengambil objek yang menarik dan tercemar, dengan
Jika maksudnya adalah kelahiran yang didorong oleh karma dan klesha, merenungkan kejelekan, kemelekatan akan bisa diatasi. Begitu pula,
maka seorang arahat takkan lagi mengambil kelahiran seperti itu. Di merenungkan kerugian penyebabnya yang mengembangkan klesha dan
sisi lain, seorang arahat bisa memilih untuk terlahir kembali karena membawa penderitaan.
dorongan welas asih atau karena dorongan jejak dari ketidaktahuan
(penghalang kemahatahuan). Lalu, jawaban untuk pertanyaan kedua Sifat alami dari ketidakmelekatan adalah empat jenis kemuliaan
tergantung pada paham filsafat mana yang dipegang, karena tiap paham (empat ketidakmelekatan), yang meliputi: (1) berpuas diri pada
filsafat memiliki perbedaan pendapat mengenai hal ini. Misalnya, makanan yang sederhana, (2) berpuas diri pada pakaian yang sederhana
paham filsafat Mahayana berpendapat bahwa Buddha telah mencapai (3) berpuas diri pada tempat tinggal yang sederhana, dan (4) menyukai
Kebuddhaan di alam murni, dan hanya turun ke bumi untuk sekadar praktik menghilangkan (kebenaran akan terhentinya duka) dan meditasi
menunjukkan pencapaiannya. Di sisi lain, paham filsafat seperti (kebenaran akan jalan menuju terhentinya duka). Keempat praktik
Vaibhāṣika dan Sautrāntika berpendapat bahwa Buddha mencapai ini merupakan hal yang sangat penting bagi praktisi pemula. Frase
Kebuddhaan di Kamaloka atau alam manusia tepatnya di Bodhgaya. “sederhana” di sini mengacu pada sesuatu yang tidak berlebihan, tetapi
juga tidak kekurangan. Misalnya, terkait makanan, kita bisa memilih
Tanpa kemelekatan (P: alobha, S: aloba, T: doychag meypa) makanan yang sederhana tanpa melupakan kandungan nutrisinya. Jadi,
fungsi makanan di sini adalah menjaga fisik kita, bukan sesuatu yang
Tanpa kemelekatan adalah cetasika yang memiliki aspek malah berisiko membahayakan kesehatan kita. Penalaran yang sama
ketidakmelekatan pada objek nafsu keinginan (tanha) atau barang berlaku pada pakaian dan tempat tinggal. Empat jenis kemuliaan ini
yang kita lekati. Fungsinya adalah menjadi basis untuk menghindari merupakan pandangan dalam Vaibhāṣika.
kesalahan.

Kita mengenal adanya tiga ketidakbajikan akar, yaitu kemelekatan, Tanpa kebencian (P: adosa, S: adveśa, T: shedang meypa)
kebencian, dan kebodohan batin. Demikian juga terdapat tiga kebajikan
Tanpa kebencian merupakan cetasika yang tidak memiliki aspek
akar, yaitu tanpa kemelekatan, tanpa kebencian, dan tanpa kebodohan
ketidaksabaran ataupun tanpa intoleransi terhadap salah satu dari tiga
batin. Akar kebajikan tanpa kemelekatan berfungsi sebagai penawar bagi
objek kebencian (penderitaan, makhluk hidup, dan basis penderitaan).
kemelekatan, kekikiran, berpuas diri, keterangsangan, pengalihan batin,
Maksudnya berarti kita memiliki kesabaran dan toleransi terhadap
dan sebagainya, oleh karena itu berjuanglah untuk menumbuhkan sikap
objek kebencian kita. Fungsinya adalah menjadi basis agar kita tidak
memiliki sedikit keinginan dan berpuas diri dengan keyakinan, aspirasi,
masuk ke dalam kesalahan. Jika kita masih memiliki aspirasi terhadap
dan tekad akan kualitas ketidakmelekatan. Cara untuk menghentikan
kemelekatan dan niat jahat (dua penghalang pertama dalam lima
kemelekatan terhadap barang yang kita lekati adalah dengan merenungkan
penghalang), maka mustahil bagi kita untuk bahkan mencapai rūpaloka
bahwa kebahagiaan dari kemelekatan tidak mengenal puas, tidak dapat
dan arūpaloka, apalagi pembebasan. Karena kedua hal ini hanya
diandalkan, dan merupakan basis bagi penderitaan.

152 153
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

bersesuaian dengan alam inferior—kamaloka—dan tidak mungkin meditasi yang dilakukan pada kehidupan ini, pembagian ini juga akan
melampauinya, maka tiga belenggu yang dihilangkan di marga berlaku bagi akar kebajikan dua lainnya. Terdapat perbedaan antara
penglihatan (pandangan akan pandangan ihwal kumpulan yang dapat cetasika ini dengan kebijaksanaan, meskipun objek keduanya sama,
hancur yang bersifat pelabelan, pandangan bahwa keyakinan kita adalah tetapi kebijaksanaan memiliki aspek membedakan apa yang harus
yang terunggul, dan keraguan), aspirasi terhadap kemelekatan, dan niat dilakukan dan apa yang harus dihindari, sedangkan tanpa ketidaktahuan
jahat—kelima hal ini disebut sebagai “lima bagian yang bersesuaian bisa hanya sekadar memiliki aspek ketidakgelapan. Lalu, kebijaksanaan
dengan yang inferior”. Akar kebajikan dari cetasika tanpa kebencian memiliki fungsi untuk menghilangkan keraguan, sedangkan fungsi
merupakan penawar bagi sikap agresif, dendam, dongkol, iri hati, sikap tanpa ketidaktahuan adalah hanya sebagai basis agar kita tidak masuk
membahayakan, dll., sehingga berjuanglah untuk menghilangkan semua ke dalam kesalahan. Bagaimanapun juga, kita bisa menganalisis lebih
hal yang bertentangan tersebut. Lalu, cara menggunakan penawar bagi jauh apakah kedua ini memiliki irisan atau tidak.
hal-hal tersebut, yaitu dengan membiasakan diri kita dengan pemikiran
bahwa kita adalah orang yang melakukan karma kita sendiri, sehingga Upaya bersemangat (S: vīrya, T: tsondruy)
kita harus bertanggung jawab atas penderitaan yang dihasilkan dan
menerimanya; membiasakan diri dengan cinta kasih dan welas asih, lalu Upaya bersemangat merupakan cetasika yang menyenangi
mempraktikkan empat latihan kebajikan97, yang meliputi: meskipun aktivitas bajik yang menjadi objeknya. Fungsinya adalah membuat kita
dimaki, tidak balas memaki; meskipun dibuat marah, tidak bisa menyelesaikan hingga rampung apa yang kita kerjakan. Cetasika
membalas dengan kemarahan; meskipun dicela, tidak mencela; ini dibagi menjadi 5, yaitu: wirya bak zirah, wirya penerapan, wirya
dan meskipun dipukul, tidak balas memukul. Ini bukan merupakan tanpa lelah, wirya yang tidak berbalik, dan wirya yang tidak pernah
latihan yang mudah dipraktikkan terutama bagi praktisi pemula, kita puas. Ini dinyatakan dalam Abhidharmasamuccaya,
perlu melatihnya dengan kesabaran, cinta kasih, dll, sehingga kita bisa
mempraktikkan empat latihan kebajikan ini. “Apa yang dimaksud dengan wirya? Batin yang
menyenangi [aktivitas bajik, antara lain:] zirah, penerapan,
tanpa lelah, tidak berbalik, dan tidak pernah puas.”
Tanpa ketidaktahuan (P: amoha, S: amoha, T: timug meypa atau
mongmey) Contoh wirya pertama adalah merasa senang sebelum melakukan
kebajikan. Contoh wirya kedua adalah merasa senang akan kebajikan
Tanpa ketidaktahuan merupakan cetasika yang memiliki aspek berkelanjutan dan intens ketika awal menerapkan kebajikan. Contoh
ketidakgelapan terhadap objek kebijaksanaan apa pun yang diambilnya. wirya ketiga, keempat, dan kelima, secara berurutan, adalah ketika
Fungsinya adalah menjadi basis agar kita tidak melakukan kesalahan melakukan kebajikan tersebut, menjalaninya tanpa putus asa (penuh
dan termasuk dalam kategori kebijaksanaan. Cetasika ini dibagi kepercayaan diri), tak pernah berpaling atau mundur, serta ketika
menjadi 2, yaitu yang kita peroleh secara alami sejak lahir (ini diperoleh menyelesaikannya merasa tidak pernah puas, yang bermakna kita ingin
latihan yang dilakukan dari kehidupan lampau, misalnya anak kecil terus melakukannya.
yang terlahir cerdas) dan yang kita peroleh dari belajar, merenung, dan

97 S: catvārah śramaṇakāradharmāḥ, T: dge sbyong gi chos bzhi.

154 155
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

Wirya merupakan lawan dari kemalasan yang merupakan basis “Saya masih muda, masih banyak waktu”, “nanti saja dilakukan”, dll.
klesha yang sangat kuat, karena jika kita dikendalikan oleh kemalasan Waktu yang kita miliki hanya sebentar, dan oleh karena itu, kita harus
maka akan meninggalkan karma bajik, kita tidak bisa melakukan segera menyelesaikan apa yang seharusnya kita selesaikan.
kebajikan apa pun atau membuat kita merosot. Kutipan dari Sutra
menyatakan, Selain itu, untuk mengatasi kemalasan kita juga harus berjuang
untuk mengurangi tidur, sikap bermalas-malasan, merenungkan
“Salah satu basis klesha adalah kemalasan, dan di mana kerugian dari kemelekatan kita terhadap kebahagiaan yang tercemar
pun klesha, di sana pasti ada kemalasan, dan di situ semua dalam samsara, serta merenungkan bahwa dengan mengandalkan
Dharma takkan ada.” Dharma yang murni kita akan mendapatkan kebahagiaan tanpa batas.
Dengan merenungkan hal-hal yang telah disebutkan mulai dari sulitnya
Kemalasan ini bisa dibagi menjadi tiga jenis seperti yang telah memperoleh kelahiran berharga hingga bertumpu pada Dharma yang
dijelaskan sebelumnya di bagian cetasika kemalasan. Cara untuk murni, kita dapat mengatasi dua jenis kemalasan, yaitu kemalasan yang
mengatasinya adalah dengan merenungkan sulitnya memperoleh menunda-nunda dan kemalasan yang berupa kesukaan pada aktivitas
kelahiran sebagai manusia yang berharga ini; ketidakkekalan tak bajik.
kematian; setelah merenungkan penderitaan di kehidupan akan datang,
menumbuhkan kesadaran bahwa kita tidak memiliki waktu lagi dan Dengan merenungkan bahwa pembiasaan diri akan memungkinkan
menghentikan pemikiran bahwa kita masih memiliki waktu. Ketika kita meraih semua kualitas yang kita inginkan dengan mudah, kita bisa
merenungkan kelahiran sebagai manusia berharga ini sulit diperoleh menghentikan kemalasan dalam bentuk rendah diri. Segala sesuatu
karena sebab-sebabnya yang sulit untuk diperoleh, misalnya menjaga akan menjadi mudah ketika kita sudah terbiasa dengan hal tersebut.
sila, dsb., ditambah lagi tubuh tersebut sangat mudah untuk hancur Misalnya begitu mudahnya kemelekatan, kebencian, kemarahan siap
karena ketidakkekalan kematian. Jumlah manusia saat ini mungkin muncul dalam diri kita, ini disebabkan karena kita telah membiasakan
semakin bertambah banyak dari waktu ke waktu, tapi kita tahu bahwa hal-hal tersebut sejak awal yang tak berujung. Begitu pula jika kita
jumlah makhluk non-manusia jauh lebih banyak lagi. Selain itu, di antara membiasakan pada hal yang baik, itu akan mudah muncul dalam
manusia tersebut, yang mendapatkan 8 kebebasan dan 10 anugerah diri kita. Oleh karena itu, menghentikan kemalasan dan memulai
sangatlah sedikit. Inilah alasan kenapa kelahiran sebagai manusia yang upaya bersemangat adalah hal yang sangat penting dalam perjuangan
berharga sangat sulit untuk diperoleh. mencapai pembebasan.

Lalu, kita juga harus merenungkan penderitaan dari kelahiran


mendatang. Kita tahu bahwa sebagai makhluk biasa, kita tanpa pilihan Tanpa kekerasan (S: ahiṃsa, T: nampar mitshewa)
harus mengambil kehidupan di masa depan. Dan jika kita harus
Tanpa kekerasan merupakan cetasika yang memiliki aspek
mengalami kelahiran lagi, maka ada dua jalan yang harus kita lalui: alam
kesabaran ataupun kasih sayang terhadap objek berupa makhluk hidup.
tinggi dan alam rendah. Dan akhirnya, ketika kita terjatuh ke alam yang
Fungsinya adalah membuang sikap melukai atau membahayakan
lebih rendah, otomatis kita harus menanggung penderitaan yang ada
makhluk lain, dan ini bisa digolongkan dalam kategori cetasika tanpa
di alam tersebut. Renungkanlah bahwa kita perlu menumbuhkan satu
kebencian. Dengan memahami bahwa semua latihan sila pratimokṣa
pemikiran bahwa kita sudah tidak punya waktu lagi. Jangan berpikir,
yang menghilangkan hal yang memiliki basis melukai pihak lain

156 157
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

termasuk dalam tanpa kekerasan, maka usaha dalam melatih perilaku karyanya Jalan Utama Menuju Pencerahan98.
fisik secara menyeluruh dalam tiap batin bajik perlu dijadikan hal utama
yang perlu dijaga. Yang dimaksud dengan basis melukai pihak lain, Seperti halnya yang dinyatakan dalam Abhidharmakosa bahwa
ini adalah semua tindakan fisik dan ucapan dalam 10 ketidakbajikan wawas diri merupakan cetasika yang merawat kualitas, wawas diri
(3 tindakan fisik dan 4 ucapan), untuk ketiga yang bersifat mental merawat semua sisi bajik dan menjaga batin dari semua sisi tidak bajik.
memang bukan merupakan basis melukai pihak lain tetapi merupakan Oleh karena itu, kita perlu berusaha menjaga diri dari semua sisi, dan
‘yang memiliki basis melukai pihak lain’. Oleh karena itu, mereka adalah sebuah kesalahan sangat besar jika kita tidak melakukannya.
adalah hal-hal yang dihilangkan ketika mempraktikkan sila pratimokṣa Misalnya, karena kita berpikir bahwa memiliki pengetahuan akan
baik bagi praktisi yang mengenakan jubah maupun perumah tangga. bagaimana mempraktikkan Dharma adalah hal yang lebih penting, lalu
Sehingga semua orang yang mengambil komitmen sila pratimokṣa, menjadikannya ‘sekedar tahu’ itu sebagai inti praktik kita, meskipun kita
baik upasaka/upasika 5 sila, samanera/i 10 sila, sila biksu 253, dll., berhasil menghilangkan kegelapan akan ketidaktahuan melalui belajar,
perlu menghilangkan hal-hal yang memiliki basis melukai pihak lain, tetapi jika kita tidak berjaga-jaga dengan klesha lainnya, maka selama
yang merupakan praktik tanpa kekerasan. periode itu kita akan ternoda oleh banyak kesalahan, ini akan menjadi
tindakan penipuan bagi diri kita sendiri. Lalu jika kita berpikir bahwa
menjinakkan batin itu lebih penting dari belajar, sehingga menjadikan
Wawas diri (S: aprāmada, T: bagyoy) meditasi sebagai yang utama, tanpa berjaga-jaga terhadap musuh
ketidaktahuan, ketika kita menjalankan sila yang kita komitmenkan
Wawas diri merupakan cetasika yang, setelah mengambil
tanpa pengetahuan, kita akan terus-menerus jatuh dan dihancurkan oleh
objek yang bersifat bajik, menjaga batin agar tidak masuk ke dalam
ketidaktahuan tersebut.
hal yang berlawanan dengan objek bajik tersebut. Fungsinya adalah
menumbuhkan kebajikan dan membuat kebajikan tersebut menetap Wawas diri adalah basis dari Dharma dan pintu pembebasan,
sekaligus berkembang dalam diri kita secara terus-menerus. Ini sedangkan tidak wawas diri bukan hanya seperti yang telah dijelaskan
merupakan cetasika yang sangat penting, ini dapat dilihat begitu sebelumnya, pada teks-teks lainnya juga menyatakan bahwa itu
banyak nasihat yang berkenaan agar kita wawas diri. Cetasika ini dibagi merupakan sumber bagi banyak cetasika tidak bajik seperti tidak tahu
menjadi 5, yaitu: (1) wawas diri di awal (menyesali dan mengakui malu, tidak mempertimbangkan orang lain, kekenduran, kelambanan,
perbuatan buruk yang telah dilakukan sebelumnya), (2) wawas diri dll. Oleh karena itu, metode yang tepat untuk menjaga wawas diri
di masa depan (berusaha di masa depan untuk menghindari perbuatan adalah kita perlu bertumpu pada ingatan (sati) dan introspeksi
buruk yang pernah kita lakukan), (3) wawas diri di masa sekarang (saṃprajanyam). Introspeksi (saṃprajanyam) adalah sesuatu yang
(berusaha untuk menghindari perbuatan buruk saat ini), (4) wawas mengamati apakah batin teralihkan atau tidak, dll. Ini menyebabkan
diri sebelum melakukan aktivitas (memastikan motivasi di balik setiap kedua hal ini merupakan hal yang penting untuk menjinakkan batin kita.
perbuatan kita), dan (5) wawas diri yang dilakukan bersamaan dengan
perbuatan tersebut (menganalisis apakah diri kita terus-menerus berada
dalam kebajikan atau tidak). Hal ini dijelaskan oleh Je Rinpoche dalam
98 T: byang chub gzhung lam. Merupakan teks ulasan terhadap Bodhisattvabhumi Bab
Sila karya Arya Asangga . Teks ini membahas mengenai sila-sila bodhisatwa.

158 159
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

Suhṛl-lekha99 menyatakan, Keseimbangan batin (P: upekkhā, S: upekṣā, T: tangnyom)

“Wahai raja, Sugata telah mengajarkan ingatan (sati) yang Keseimbangan batin adalah cetasika yang memiliki aspek
mencakup tubuh adalah satu-satunya jalan, terapkanlah keseimbangan batin yang merupakan faktor-faktor pembentuk/
itu dalam dirimu dan jagalah dengan sungguh-sungguh, penerapan dan menetap pada objek apa pun yang dicerapnya. Fungsinya
kehilangan ingatan (sati) menghancurkan semua Dharma.” adalah tidak memberikan kesempatan bagi klesha untuk muncul.
Dalam kutipan ini yang dimaksud dengan ‘ingatan yang mencakup Secara umum keseimbangan batin bisa dibagi menjadi 3, yaitu
tubuh’ adalah penerapan ingatan (smrtyupasthana) dan ‘wahai raja’ ini keseimbangan batin yang berupa perasaan, yang berupa faktor-faktor
mengacu pada panggilan pada Raja Satvahana atau Udayibhadra100. pembentuk/penerapan, dan yang tanpa batas. Yang kita bahas sekarang
Ini menunjukkan bahwa selama ingatan tidak hilang dan merosot, kita adalah keseimbangan batin yang berupa faktor-faktor pembentuk.
dapat membangun semua kumpulan kebaikan. Seperti yang dinyatakan dalam Abhidharmakosa,
Singkatnya, dengan adanya ingatan (sati) dan introspeksi “Keseimbangan batin berupa faktor-faktor pembentuk
(saṃprajanyam) yang stabil akan memunculkan wawas diri yang stabil menyeimbangkan dan menghilangkan kekenduran dan
pula. keterangsangan”.
Terdapat satu kisah tentang seorang Geshe Kadampa bernama Setelah memahami perbedaan objek, aspek, dan fungsi dari
Tsultrim Gyelwa, atau yang kita kenal sebagai Geshe Ben. Beliau masing-masing 51 cetasika, tidak masuk dalam kesalahan dan berusaha
mempraktikkan wawas diri dengan mengamati batinnya melalui 2 batu mengembangkan sebisa mungkin aktivitas bajik merupakan poin
yang masing-masing berwarna hitam dan putih. Ketika pikiran tidak penting dari pemikiran semua Ajaran Buddha.
bajik muncul, dia akan meletakkan batu hitam, dan ketika pikiran
bajik muncul, dia akan meletakkan batu putih. Pada awalnya, tidak ***
ada satu pun batu putih yang terkumpul, tetapi lama-kelamaan, batu
putih mulai terkumpul, dan ini menandakan bahwa kebajikannya juga
Cetasika yang Dapat Berubah (S: anyathābhāva-caitta, T: shengyur
semakin berkembang. Hal ini menunjukkan bahwa sesuatu yang sudah
zhi)
kita biasakan dalam diri akan menjadi hal yang lebih mudah untuk
dilakukan. Jadi, jika misalnya kita sudah begitu lama membiasakan Berikutnya adalah pembahasan tentang cetasika yang dapat
diri dengan kemelekatan dan kebencian, maka keduanya akan muncul berubah, yang terdiri dari 4, yaitu tidur (S: niddham, T: nyiy), penyesalan
dengan sangat mudah dan spontan. Inilah kekuatan dari pembiasaan. (S: kaukṛīyam, T: gyoypa), investigasi kasar (S: vitarka, T: togpa), dan
investigasi halus (S: vicara, T: coypa). Cetasika ini dikatakan dapat
berubah karena ia akan berubah sesuai dengan cetasika yang bersekutu
dengannya. Jadi, kalau misalnya yang bersekutu dengannya adalah
cetasika yang bersifat bajik, maka ia akan menjadi bajik, dan begitu
99 T: bshes springs. Karya Arya Nagarjuna.
pula halnya terkait persekutuan dengan cetasika tak bajik dan netral.
100 T: bde spyod bzang po.

160 161
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

Tidur (S: niddham, T: nyiy) setengah hidup kita sia-sia. Oleh karena itu, sebelum kita tidur,
bangkitkanlah sesuatu hal yang bajik dengan baik, sehingga selama
Tidur adalah cetasika yang tanpa daya menarik batin ke dalam periode tidur kita mengumpulkan karma bajik. Jika sebelum tidur kita
tanpa bergantung pada aspek apa yang dipegang dari objek bajik, tidak membangkitkan sesuatu yang tidak bajik, maka selama periode sampai
bajik, ataupun netral. Tidur bisa bersifat bajik, tidak bajik (tercemar kita bangun yang kita akumulasi adalah karma tidak bajik.
oleh klesha), dan netral. Misalnya tidur yang tercemar oleh klesha,
ketika kita tidur, kita mengambil aspek objek bajik, pada saat tidur Sesi Tanya-jawab
tanpa daya itu menjadi tidak jelas mengingatnya.
T: Bagaimana cara menghimpun kebajikan pada saat tidur, mengingat
Fungsinya adalah membuat kegagalan untuk melakukan aktivitas, ketika tidur kita tidak sadarkan diri?
dengan kata lain, kita kehilangan kesempatan untuk melakukan suatu
J: Caranya adalah sebelum tidur kita harus membangkitkan pikiran
aktivitas baik itu aktivitas bajik atau pekerjaan keseharian kita. Kalau
yang bajik, sehingga ketika kita tidur, tidur kita akan menjadi hal yang
kita tidur seharian tentu saja tidak ada satupun pekerjaan yang dapat
bajik. Jika sebelum tidur yang muncul adalah pikiran tidak bajik, maka
kita selesaikan. Kita perlu mengontrol waktu tidur kita, karena tidur itu
tidur kita pun menjadi tidak bajik.
tidak ada batasan, kita bisa tidur terus-menerus dan tidak pernah puas
untuk tidur. Terdapat satu kisah untuk menggambarkan hal ini yaitu T: Ada banyak klesha dan cetasika yang tak bajik di dalam batin
kisah seorang Geshe yang berpikir, “Oh, setelah aku beristirahat dan yang membuat pikiran saya sering kali kaku, kendur, terangsang,
tidur, aku akan membaca teks”. Geshe ini lalu tidur, dan setelah bangun, dan seterusnya, dan saya berpikir bahwa penawarnya adalah latihan
dia memasak satu kuali besar mi kuah, menyantapnya, mengantuk, lalu shamatha untuk mencapai ketenangan batin. Tapi ketika melatih
tertidur lagi setelah berjanji akan membaca teks ketika bangun nanti. shamatha, saya kesulitan memegang sebuah objek tertentu, misalnya
Tapi setelah bangun, dia ingin makan lagi, dan akhirnya mengantuk pernapasan. Bagaimana cara mengatasinya?
lagi, dan akhirnya tertidur lagi. Demikian seterusnya. Oleh karena itu,
kita perlu menentukan batasan untuk tidur, karena tidak ada kata puas J: Dikatakan untuk mengatasi pikiran konseptual yang suka muncul,
untuk tidur, sama halnya dengan tidak ada kata puas untuk bersetubuh. adalah melakukan meditasi pernapasan adalah hal yang tepat. Jika
Ada tidur yang bersifat bajik dan tidak bajik. Bukan berarti kita tidak kita masih belum bisa menstabilkan hal tersebut, maka yang harus
perlu tidur, karena tidur adalah kebutuhan untuk mengistirahatkan diri kita lakukan adalah membiasakan diri dengannya. Ketika kita sudah
kita, yang perlu dilakukan adalah mengontrolnya. Kita sendiri tahu membiasakan diri, maka lama-kelamaan kita akan mengalami kemajuan,
bahwa sepanjang hidup ini, sebenarnya kita menghabiskan waktu yang dan batin kita akan menjadi semakin stabil. Jadi, ketika kita mengambil
sangat banyak untuk tidur. Hampir separuh hidup kita dihabiskan hanya pernapasan sebagai objek, pusatkan perhatian pada napas yang keluar,
untuk tidur. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk menjaga aktivitas lalu pada napas yang masuk, dan teruslah berlatih pada objek tersebut
tidur kita. Dan pada saat tidur, kita juga perlu mengusahakan agar tidur tanpa teralihkan. Stabilitas akan muncul setelah kita semakin terbiasa
kita menjadi hal yang bajik. Kenapa demikian? Karena ketika kita dengannya.
membuatnya menjadi bajik, sepanjang waktu tidur kita akan menjadi T: Apakah ada perbedaan antara wawas diri dan keseimbangan batin?
suatu tindakan yang bajik. Kalau tidak, maka kita berarti membuang Yang kedua, bagaimana cara kita menumbuhkan keseimbangan batin,

162 163
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

serta bagaimana cara kita dapat menetap dalam keseimbangan batin? Dari sekian banyak cetasika yang ada dalam diri kita, jika kita tidak
Yang ketiga, dalam doa Permata Hati di bagian Empat Kemuliaan mempelajarinya, kita tidak akan mengenali masing-masing cetasika
Tanpa Batas, terdapat aspirasi untuk membantu menempatkan semua tersebut ketika muncul. Ketika kita tidak mengenalinya, bagaimana
makhluk dalam keseimbangan batin, bagaimana kita melakukannya? mungkin kita bisa berusaha untuk meningkatkan batin bajik dalam diri
kita, dan menghilangkan batin tidak bajik dalam diri kita.
J: Keseimbangan batin adalah cetasika yang memiliki aspek
keseimbangan batin yang merupakan faktor-faktor pembentuk/ Seperti yang dikatakan oleh Yang Maha Suci Dalai Lama bahwa
penerapan dan menetap pada objek apa pun yang dicerapnya, dan sekarang para ilmuwan memiliki ketertarikan yang sangat tinggi
cetasika ini menutup peluang hal yang tidak bajik untuk masuk. Ini mengenai batin. Beliau juga mengatakan bahwa telah ada penjelasan
merupakan keseimbangan batin yang berupa faktor-faktor pembentuk. mengenai Buddhisme dari sudut pandang ajaran, filsafat, dan ilmu
Misalnya, ketika kita melatih shamatha, jika kita berdiam dalam objek pengetahuan telah disajikan dalam bentuk buku terpisah dan telah
yang kita ambil tersebut, maka ini yang dinamakan keseimbangan diterjemahkan dalam berbagai bahasa, seperti Inggris, Cina, Perancis,
batin. Di sisi lain, wawas diri adalah cetasika yang, setelah mengambil dsb. Di kemudian hari jika kalian bisa membacanya akan sangat baik.
objek yang bersifat bajik, menjaga batin agar tidak masuk ke dalam hal
yang berlawanan dengan objek bajik tersebut. Begitu pula buku yang berkenaan dengan citta dan cetasika, jika
bisa diterjemahkan, diperbanyak, dan disebarluaskan akan sangat baik.
Terkait cara menumbuhkan keseimbangan batin, misalnya ketika Selama beberapa hari ini kita sudah membahas mengenai topik ini,
kita memeditasikan shamatha maka pertama-tama kita perlu tetapi dalam waktu yang sangat singkat ini kita tidak bisa membahasnya
mengenali penghalang tercapainya shamatha, misalnya kekenduran secara menyeluruh dan mendalam, oleh karena itu, akan lebih baik lagi
dan keterangsangan, dll. Ketika penghalang itu muncul, kita perlu jika ada buku yang bisa dibaca sehingga masing-masing bisa mengacu
menerapkan penawarnya. Tetapi ketika penghalang itu tidak ada, pada buku tersebut.
maka kita harus berdiam dalam keseimbangan batin, bukan melakukan
penerapan yang berlebihan. Yang Maha Suci Dalai Lama juga mengatakan bahwa para
ilmuwan sekarang menaruh perhatian yang besar mengenai fenomena
Terkait keseimbangan batin yang terdapat dalam Empat Kemuliaan mental yang ada dalam diri kita, dan mereka tidak bisa menemukan
Tanpa Batas, cara mewujudkannya adalah dengan memunculkan sikap acuan lain selain Buddhis. Telah ada tiga topik—ajaran, filsafat, dan
yang memandang semua makhluk sebagai setara, tanpa diskriminasi ilmu pengetahuan—yang disajikan dalam bentuk buku. Mungkin topik
dalam bentuk apa pun. Lalu ketika kita memeditasikan itu, kita yang bersifat dogmatis hanya diperlukan untuk penganut Buddhis,
menumbuhkan aspirasi tersebut dan kita membayangkan bahwa semua sedangkan untuk filsafat dan ilmu pengetahuan bisa diterima umum
makhluk telah berada dalam kondisi keseimbangan batin tersebut. baik untuk pengikut Buddhis ataupun bukan. Nanti suatu saat mungkin
kalian bisa menerjemahkan buku-buku ini dalam bahasa Indonesia.
*** Singkatnya, menurut saya, jika kalian bisa menyajikan buku mengenai
citta dan cetasika dalam bahasa Indonesia lalu disebarluaskan untuk
Pengetahuan mengenai cetasika dan citta adalah hal yang sangat banyak orang akan sangat baik.
penting, karena kita semua memiliki citta dan cetasika dalam diri kita.

164 165
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Tentang Cetasika

Oleh karena itu, ketika saya menerima undangan untuk mengajar tentang Dharma sudah berumur. Anak-anak mudanya sudah tidak tahu-
di Indonesia, saya menyampaikan keinginan saya untuk mengajar menahu lagi soal Dharma. Jadi, kenyataan bahwa anak-anak muda di
tentang citta dan cetasika, karena ini merupakan topik yang bermanfaat. sini memiliki antusiasme terhadap Dharma adalah hal yang sangat baik,
Sebelumnya Dagpo Rinpoche juga pernah mengajarkan topik ini di dan saya sangat senang atas hal tersebut.
Indonesia. Alasan mengapa saya ingin menyampaikan topik ini adalah
karena jika kita menguasai topik ini kita akan tahu cara mempraktikkan Penyesalan (S: kaukṛīyam, T: gyoypa)
Dharma dengan lebih baik. Kita bisa mengenali hal-hal yang muncul
dalam batin kita. Ini akan membawa perbedaan besar ketika kita Ini merupakan cetasika yang memiliki aspek penyesalan atas
mempraktikkan Dharma, misalnya dalam hal menghentikan batin tidak hal yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan dari apa yang
bajik dan mengembangkan batin bajik. Sebelum kita menghentikan dilakukan diri sendiri ataupun pihak lain. Fungsinya adalah sebagai
atau mengembangkan sesuatu, tentu saja kita harus mengenali terlebih penghalang bagi berdiamnya batin dalam kedamaian. Ini termasuk
dahulu apa yang dihentikan dan apa yang dikembangkan. Lalu setelah dalam kategori ketidaktahuan. Cetasika ini bisa berbentuk bajik
mengetahuinya, kita harus tahu bagaimana kita menghentikan dan ataupun tidak bajik. Menyesali hal tidak bajik yang telah dilakukan
mengembangkan mereka. Seperti pertama-tama kita harus mengenali adalah penyesalan yang bajik. Menyesali perbuatan bajik yang telah
6 klesha akar dan 20 klesha turunan, apa ciri-cirinya, dll., lalu kita kita lakukan adalah penyesalan tidak bajik. Ada juga pihak yang
mencari cara untuk menghentikannya dalam batin kita. Lalu untuk mengakui adanya penyesalan yang bersifat netral, contohnya adalah
cetasika yang bersifat bajik seperti 11 cetasika bajik, 5 cetasika yang ketika kita menggambar di dinding atau menggambar sesuatu lalu
memahami objeknya, dll., mengenali mereka lalu menyadari bahwa menyesali tindakan kita karena ini bukanlah sesuatu yang bajik maupun
mereka perlu ditumbuhkan dalam batin, mengusahakan berbagai cara tidak bajik. Tetapi, ini merupakan sesuatu yang perlu kita analisis
untuk menumbuhkan mereka dalam batin. Adalah sangat penting untuk lebih lanjut. Jangan menyesali tindakan bajik yang dilakukan, tetapi
mengenali mereka semua dengan baik. sesalilah tindakan tidak bajik yang telah kita lakukan, karena tanpa
penyesalan bagaimana mungkin kita bisa melakukan pengakuan dan
Saya telah memiliki pengalaman pergi ke banyak tempat untuk
purifikasi terhadap kesalahan yang telah kita lakukan. Sehingga kita
mengajar, misalnya ke Amerika, Selandia Baru, dan beberapa tempat
bisa memurnikan kesalahan yang telah kita lakukan.
lainnya. Tapi, ketika saya mengajarkan Dharma di semua tempat itu,
mayoritas dari orang yang datang adalah mereka yang sudah berumur. Sedangkan terhadap tindakan bajik yang dilakukan baik oleh diri
Ini berbeda dengan kasus di Indonesia. Di sini, mayoritas dari orang sendiri maupun pihak lain, kita harus bersukacita atas hal tersebut.
yang datang masih muda. Pertama-kali waktu saya datang mengajar Terdapat satu cerita tentang Raja Prasenajit yang suatu kali bertanya
di sini, saya melihat bahwa orang yang datang kebanyakan masih kepada Buddha, “Bagaimana cara seseorang melatih sesuatu yang
muda dan memiliki ketertarikan pada Dharma, saya merasa senang. mudah untuk dipraktikkan?” Lalu Buddha memberikan nasihat kepada
Di tempat lain, anak-anak mudanya tidak memiliki ketertarikan untuk sang raja, “Bersukacitalah.” Jadi, bersukacita pada kebajikan yang telah
belajar Dharma, sebuah kebalikan dengan apa yang terjadi di sini. kita atau orang lain lakukan akan membawa manfaat yang luar biasa,
Bahkan di India sekali pun, dalam dusun-dusun tempat para pengungsi mengembangkan kebajikan yang telah dilakukan, dan ini adalah praktik
Tibet menetap, kebanyakan dari mereka yang memiliki pengetahuan yang paling mudah untuk dilakukan. Kalau orang itu memiliki realisasi

166 167
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Penjelasan Khusus mengenai Cetasika Bajik dan Tidak Bajik

yang setingkat dengan kita, maka kita juga akan memperoleh kebajikan ketika kita menyebutkan, “vas” atau “ketidakkekalan”, motivasi
yang sama dengan dirinya. Kalau orang itu memiliki realisasi yang yang mendorong hal tersebut adalah vitarka. Sedangkan pikiran atau
lebih tinggi daripada kita, maka kita akan memperoleh setengah dari motivasi yang mendorong kita menyatakan hakikat dan karakteristik
kebajikannya. Dan kalau realisasi orang itu lebih rendah daripada kita, objek, adalah vicara. Misalnya, ketika kita mengatakan “vas tidak
maka kita akan memperoleh lebih banyak kebajikan darinya. Selain kekal”, motivasi yang mendorong hal tersebut adalah vicara. Tentu
itu kita juga tidak boleh sombong atau berpuas diri terhadap kebajikan saja ini berlaku hanya dalam konteks makhluk yang bukan merupakan
yang telah kita lakukan, misalnya dengan berpikir, “saya begitu luar arya Buddha, karena mereka pasti membutuhkan pikiran/motivasi
biasa telah melakukan ini”, dsb. Je Rinpoche juga menyampaikan yang mendorong untuk mengucapkan hal apa pun, sedangkan Buddha
bahwa bersukacita akan hal bajik yang telah dilakukan akan membuat tidak membutuhkan hal tersebut. Dengan memahami perbedaan kedua
kebajikan kita berkembang. cetasika ini dalam pandangan Sautrāntika, maka kedua ini tidak
mungkin hadir bersamaan dalam satu batin. Ini berbeda dengan pendapat
Investigasi kasar (S: vitarka, T: togpa) Vaibhāṣika yang meyakini bahwa kedua ini bisa hadir bersamaan dalam
satu batin.
Ini adalah cetasika yang mengambil objek dari salah satu objek
kebijaksanaan dan mencerapnya dalam aspek yang kasar atau tidak Penjelasan Khusus mengenai Cetasika Bajik dan Tidak Bajik
detail; jadi, ia hanya melakukan analisis kasar terhadap objek tersebut.
Fungsi dari cetasika ini adalah menjadi basis bagi seseorang untuk Secara umum kebajikan berdasarkan klasifikasinya dibagi
berdiam atau tidak dalam kebahagiaan. menjadi banyak jenis, sesuai dengan Abhidharmasamuccaya: (1)
kebajikan alami; (2) kebajikan karena hubungan; (3) kebajikan karena
Investigasi halus (S: vicara, T: coypa) hubungan substansi; (4) kebajikan karena motivasi, (5) kebajikan
tertinggi, dll. Contoh kebajikan alami adalah 11 cetasika bajik. Contoh
Cetasika ini memiliki objek yang serupa dengan investigasi kebajikan karena hubungan adalah cetasika atau batin yang bersekutu
kasar. Hal yang membedakan keduanya hanyalah tingkat kekasaran atau muncul berbarengan dengan cetasika bajik. Contoh kebajikan
dan kehalusan dalam mencerap objeknya. Vicara memiliki aspek detail karena hubungan substansi adalah potensi kebajikan atau jejak karma
ketika mencerap objeknya. bajik. Contoh kebajikan karena motivasi adalah karma bajik. Lalu,
contoh kebajikan tertinggi adalah kesunyataan dan kebenaran tentang
Terkait kedua cetasika ini, tiap paham filsafat memberi pendapat terhentinya duka. Dari kelima kebajikan yang disebutkan, empat yang
yang berbeda-beda. Vaibhāṣika menyatakan bahwa vitarka dan vicara pertama merupakan kebajikan sebenarnya sedangkan yang kelima
bisa hadir bersamaan dalam satu batin, dan pada waktu itu vitarka tidak sebenarnya bukan merupakan kebajikan. Karena yang disebut dengan
terlalu kasar dan vicara juga tidak terlalu halus, layaknya mentega yang kebajikan harus berupa fenomena komposit, sedangkan kesunyataan itu
diletakkan di air dingin dan air ini disinari matahari, maka mentega bisa bukanlah fenomena komposit.
sedikit mencair, tapi tidak mencair seluruhnya.
Pembagian di atas juga bisa diterapkan pada ketidakbajikan.
Bagi Sautrāntika, pikiran atau motivasi yang mendorong kita Contoh ketidakbajikan alami adalah tidak tahu malu dan tidak
menyatakan hakikat objek saja, adalah investigasi kasar. Misalnya

168 169
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Keluar dari Samsara dengan Mengetahui Bagaimana Batin Mencerap Objeknya

mempertimbangkan pihak lain, ini merupakan bagian dari klesha jāti, T: kyewa), lalu (12) penuaan dan kematian (S: jarāmaraṇa, T:
turunan. Disebut dengan ketidakbajikan alami karena mereka tanpa gasyiy). Dimulai dari rantai ketidaktahuan awal kita mengumpulkan
harus bersekutu dengan hal yang tidak bajik sudah memiliki sifat karma yang disebut faktor-faktor pembentuk (rantai kedua). Ini adalah
alami tidak bajik, begitu mereka muncul pasti sifatnya tidak bajik. pandangan “aku” yang berdiri sendiri, lalu dari sifat mencengkeram
Contoh ketidakbajikan karena hubungan adalah cetasika atau batin aku yang bersifat bawaan ini, mulailah muncul “milikku” dan kita
yang bersekutu atau muncul berbarengan dengan cetasika tidak bajik mulai melekat pada apa yang disebut “sisiku” dan tidak menyukai “sisi
seperti tidak tahu malu dan tidak mempertimbangkan pihak lain. pihak lain”. Karena kemelekatan tersebut kita mengumpulkan karma,
Contoh ketidakbajikan karena hubungan substansi adalah potensi baik bajik maupun tidak bajik. Karma bajik yang dikumpulkan karena
ketidakbajikan atau jejak karma tak bajik. Lalu, contoh ketidakbajikan kemelekatan contohnya adalah ketika kita menjaga sila atau berdana
karena motivasi adalah karma tidak bajik. karena kemelekatan untuk memperoleh kelahiran mendatang di alam
tinggi atau mendapatkan hal baik di kehidupan mendatang. Begitu pula
Keempat pembagian contoh ini dapat pula diterapkan pada
dengan karma tidak bajik yang dikumpulkan karena kemelekatan yaitu
kenetralan, yakni kenetralan alami, kenetralan karena hubungan,
membunuh dan mengambil barang yang tidak diberikan.
kenetralan karena hubungan substansi, dan kenetralan karena motivasi.
Ketika kita mengumpulkan karma, itu kita kumpulkan dalam
Keluar dari Samsara dengan Mengetahui Bagaimana bentuk cetasika niat (salah satu dari lima cetasika yang selalu hadir).
Batin Mencerap Objeknya Lalu ketika cetasika niat ini hancur, ini akan berubah dalam bentuk
jejak atau potensi yang disimpan dalam batin. Jejak/potensi ini akan
Seringkali kita mendengar pernyataan, “kita berputar dalam
berdiam dalam batin hingga dia matang. Ini merupakan cara karma
samsara karena kekuatan karma dan klesha”. Sebelumnya, kita telah
diakumulasi karena kekuatan ketidaktahuan. Pada momen pertama
membahas klesha, baik klesha akar maupun klesha turunan. Sekarang
karma diakumulasi adalah dalam bentuk niat, pada momen kedua itu
kita akan masuk ke penjelasan mengenai karma. Kita perlu tahu apa
berubah menjadi jejak/potensi.
yang disebut dengan karma, bagaimana cara kita menghimpun karma:
karma bajik, karma pelempar, dll., berhubung proses kita berputar di Lalu berikutnya adalah rantai ke-3 kesadaran yang terdiri dari dua,
dalam samsara sebenarnya didorong oleh kedua hal ini: karma dan yaitu kesadaran pada kehidupan sekarang dan kesadaran pada kehidupan
klesha. akan datang; atau kesadaran selama tahap sebab dan kesadaran selama
tahap hasil. Kesadaran tepat setelah jejak karma ini diletakkan padanya
Cara menghimpun karma bisa kita lihat dari sudut pandang 12
merupakan kesadaran selama tahap sebab. Sedangkan kesadaran ketika
mata rantai, yaitu (1) ketidaktahuan awal (S: avidyā, T: marigpa),
terjadi pembuahan kelahiran akan datang adalah yang kedua.
(2) faktor-faktor pembentuk (S: saṁsakāra, T: dujey), (3) kesadaran
(S: vijñānam, T: namsyey), (4) nama dan rūpa (S: nāma rūpam, T: Untuk menghasilkan kelahiran akan datang diperlukan hasrat
mingzug), (5) basis indrawi (S: āyatanam, T: kyechey), (6) kontak (S: (tanha) dan sikap mencengkeram (upādānam) yang memberikan
sparśa, T: regpa), (7) perasaan (S: vedanā, T: tshorwa), (8) hasrat nutrisi untuk mematangkan hal tersebut. Tanpa dinutrisi oleh tanha dan
(S: tṛṣṇā, T: seypa, P: tanha), (9) sikap mencengkeram (S: lenpa, T: upādānam, meskipun terdapat karma pelempar, tetap saja itu tidak bisa
upādānam), (10) eksistensi (S: bhava, T: siypa), (11) kelahiran (S: menghasilkan kelahiran. Setelah mengambil kelahiran, barulah muncul

170 171
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Keluar dari Samsara dengan Mengetahui Bagaimana Batin Mencerap Objeknya

hasil-hasilnya berupa kesadaran selama tahap hasil, nama dan rūpa, ada makhluk arya yang mengakumulasi karma pelempar karena para
basis indrawi, kontak, perasaan, eksistensi, kelahiran, serta penuaan arya tidak memiliki ketidaktahuan awal, dan untuk mengakumulasi
dan kematian. karma pelempar perlu adanya ketidaktahuan awal. Para arya tidak
memiliki ketidaktahuan awal karena mereka telah merealisasikan secara
Ada yang menempatkan 12 mata rantai ini dalam beberapa langsung kebijaksanaan yang memahami ketanpaakuan atau mereka
kehidupan: dua kehidupan atau tiga kehidupan101. Pada kasus untuk telah melihat kebenaran secara langsung. Seperti yang dinyatakan
tiga kehidupan, (1) pertama dengan kekuatan ketidaktahuan awal dalam Ulasan Sutra Kesalingtergantungan103,
faktor-faktor pembentuk (rantai kedua) diakumulasi, lalu menghasilkan
kesadaran (rantai ketiga), dan ini berdiam tidak dinutrisi oleh tanha dan “Dengan melihat kebenaran, tidak ada [karma] pelempar,
upādānam hingga melewati banyak kehidupan, (2) di satu kehidupan dengan terpisah dari hasrat (tanha), tidak ada kemunculan.”
tertentu ini dinutrisi oleh tanha dan upādānam sehingga menciptakan
Selama kita masih memiliki ketidaktahuan awal maka kita akan
eksistensi , (3) di kehidupan yang ketiga, tujuh mata rantai yang lain
terkendali olehnya, ini akan berbeda dengan para arya yang telah
yang belum muncul, akan muncul dimulai dari kelahiran (rantai ke-11).
menghilangkan ketidaktahuan awal. Satu hal tambahan yang perlu
Pada kasus untuk dua kehidupan, pertama karma faktor-faktor diingat adalah tidak semua ketidaktahuan merupakan ketidaktahuan
pembentuk diakumulasi lalu ini dinutrisi oleh tanha dan upādānam, awal (mata rantai pertama), tetapi ketidaktahuan awal pasti merupakan
lalu jika makhluk ini mengambil kehidupan yang akan datang lagi ketidaktahuan.
maka ini terhitung menjadi dua kehidupan.
Lalu, kita juga tahu bahwa karma dibagi menjadi 3, yaitu karma
Siklus 12 mata rantai ada yang habis dalam dua kehidupan, fisik, karma ucapan, dan karma mental. Karma mental adalah karma
jika tidak demikian maka pasti siklus 12 mata rantai ini pasti akan yang terjadi begitu kita memikirkan sesuatu; jika kita memikirkan
selesai dalam tiga kehidupan. Pada kehidupan pertama terdapat rantai ketidakbajikan maka pada saat itulah kita mengakumulasi karma
ketidaktahuan awal dan karma faktor-faktor pembentuk; kehidupan mental yang tidak bajik. Tetapi, untuk karma fisik dan karma ucapan,
kedua terdapat tanha, upādānam, dan eksistensi; kehidupan ketiga dibutuhkan satu proses, yang dimulai dari pikiran yang mendahuluinya
terdapat tujuh rantai sisanya. Sedangkan untuk penjabaran 12 mata seperti motivasi, tindakan itu sendiri, sampai dengan perampungannya.
rantai dalam dua kehidupan, kehidupan pertama terdapat lima rantai Misalnya karma fisik membunuh dimulai dengan pikiran ingin
(ketidaktahuan awal, karma faktor-faktor pembentuk, hasrat, sikap membunuh, lalu melakukan pembunuhan tersebut, atau jika karma ucapan
mencengkeram, dan eksistensi), dan kehidupan kedua terdapat tujuh dimulai dari pikiran ingin menipu, lalu mengucapkan kebohongan.
rantai sisanya (kesadaran, nama dan rūpa, basis indrawi, kontak, Pikiran ingin menipu ini merupakan karma mental, ucapan yang kita
perasaan, kelahiran, penuaan dan kematian). lontarkan adalah karma ucapan. Dikatakan bahwa untuk mengambil
kelahiran kita membutuhkan hasrat dan sikap mencengkeram. Hasrat
Karma pelempar hanya diakumulasi oleh makhluk biasa102, tidak dan sikap mencengkeram merupakan kemelekatan yang memiliki
peran khusus. Sehingga tidak semua kemelekatan merupakan kedua
101 Ini merupakan penjabaran berdasarkan pandangan Mādhyamika.
102 P: puthujjana, S: pṛthagjana, T: so so skye wo. 103 T: rten ‘brel mdo ‘grel. Karya Vasubhandu.

172 173
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Keluar dari Samsara dengan Mengetahui Bagaimana Batin Mencerap Objeknya

hal ini. Jika dikatakan untuk terlahir lagi dibutuhkan hasrat dan sikap Sikap yang mencengkeram keakuan makhluk104 ini adalah satu
mencengkeram sebagai pemberi nutrisi, yang merupakan kemelekatan, anggapan yang mencengkeram bahwa “aku” ini berdiri sendiri. Ini
maka untuk terlahir di alam rendah (misalnya neraka) juga dibutuhkan harus kita murnikan, jika kita telah berhasil memurnikan pandangan
hasrat dan sikap mencengkeram, lalu mungkin muncul pertanyaan ini maka kita tidak akan mengakumulasi karma. Seperti para arya yang
apakah seseorang yang terlahir di neraka memiliki kemelekatan tidak mengakumulasi karma, karena telah berhasil merealisasikan
pada neraka? Keraguan ini mungkin muncul karena kita tahu bahwa secara langsung ketanpaakuan. Karena tidak ada karma baru yang
kemelekatan memiliki aspek menginginkan atau melekati objeknya. diakumulasi, maka rantai-rantai selanjutnya pun tidak akan muncul,
Dalam kasus ini kemelekatan pada neraka tidak muncul, hal yang seperti urutan dalam proses kemunculan 12 mata rantai. Ketidaktahuan
menyebabkannya adalah ketika menjelang kematian, orang tersebut awal atau sikap yang mencengkeram “aku” ini sebenarnya dipahami
merasakan panas atau dingin, lantas menginginkan kebalikannya secara berbeda-beda oleh tiap paham filsafat. Misalnya, Mādhyamika
(dingin atau panas). Kemelekatan akan kehangatan/kesejukan inilah Svātantrika akan berpendapat bahwa ketanpaakuan makhluk adalah
yang menutrisi atau mengaktifkan kelahiran ke neraka. tiadanya aku yang merupakan eksistensi substansial yang bisa berdiri
atas kemampuannya sendiri105. Di sisi lain, Mādhyamika Prāsaṅgika
Pahamilah dengan baik bagaimana kita berputar dalam samsara akan berpendapat ketanpaakuan makhluk adalah tiadanya aku yang
sesuai dengan yang dijelaskan sebelumnya. Dimulai dari ketidaktahuan memiliki eksistensi yang inheren106.
awal yang membuat kita mengakumulasi karma (faktor-faktor
pembentuk), lalu dinutrisi oleh hasrat dan sikap mencengkeram, yang Ketika kita ingin bebas dari samsara kita harus memurnikan sikap
menimbulkan kita harus terlahir karena kekuatan karma dan klesha. mencengkeram “aku” berarti “aku” di sini yang tidak ada kita cengkeram
Selama kita mengambil kelahiran tanpa daya atas dorongan karma dan sebagai sesuatu yang eksis. Jika “aku” tidak eksis, lalu mengapa aku
klesha, maka selama itulah kita disebut berputar dalam samsara. Inti dikatakan eksis juga, seperti yang ada di dalam doa Berlindung dan
dari berputarnya kita dalam samsara adalah kelahiran akibat karma dan Membangkitkan Bodhicita dengan frase-frase seperti “Aku berlindung
klesha yang terus-menerus terjadi, bukan hanya sekadar berputar. kepada...”. Ini adalah “aku” yang berbeda. “Aku” yang eksis, adalah
“aku” secara konvensional, sesuatu yang tidak berdiri sendiri, sesuatu
Setelah memahami bagaimana kita berputar, hal selanjutnya yang yang dilabelkan dari rujukan tertentu (yaitu skandha kita), sesuatu yang
perlu kita ketahui adalah bagaimana cara menghentikannya. Dalam ada bergantung pada skandha. Misalnya, ketika kita mengatakan aku
12 mata rantai, kita mengenal sisi klesha dan sisi purifikasi. Pertama- pergi, aku makan, aku mencapai Kebuddhaan, dan sebagainya. Ini
tama kita perlu mengatasi penyebab kita berputar dalam samsara, yaitu merupakan hasil dari pelabelan yang menggunakan skandha sebagai
sikap mencengkeram “aku” (ketidaktahuan awal). Ini ibarat upaya basisnya, “aku” yang ada. Jadi, skandha adalah basis yang dilabelkan
memusnahkan satu pohon, kita harus mencabut pohon tersebut dari menjadi suatu “aku” yang ada.
akarnya, bukan sekadar menebang cabang-cabangnya. Setelah kita
mencabut akar pohon, lama-kelamaan pohon tersebut akan kering, jika
kita hanya menebang cabang-cabangnya saja, itu tidak akan membuat
pohon tersebut mati. Demikianlah jika kita ingin mengatasi samsara, 104 S: pudgalātmagrāha, T: gang zag gi bdag ‘dzin.
maka kita harus menghilangkan akar samsara—ketidaktahuan yang 105 T: rang rkya thub pa’i rdzas yod gyis stong pa.
mencengkeram “aku”. 106 T: rang gi rang bzhin ma grub pa.

174 175
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis Keluar dari Samsara dengan Mengetahui Bagaimana Batin Mencerap Objeknya

Lalu, “aku” yang tidak eksis adalah “aku” yang merupakan objek nama dan rūpa, basis indrawi, kontak, perasaan, kelahiran, serta penuaan
yang harus disangkal, “aku” yang bersifat independen dan berdiri dan kematian) adalah penderitaan. Seperti yang dinyatakan Arya
sendiri. Nāgārjuna: “Yang pertama, kedelapan, dan kesembilan adalah klesha;
kedua dan kesepuluh adalah karma; tujuh sisanya adalah duka...”
Namun saat ini, ketika kita menyebut “aku,” kita tidak
berpikir bahwa aku yang kita sebut itu bertumpu pada skandha. Kita Segala hal muncul dari karma, kebajikan muncul dari karma,
memandangnya sebagai sesuatu yang berdiri sendiri. Misalnya, ketika ketidakbajikan muncul dari karma. Kebajikan tercemar dan tidak
kita menunjuk satu orang yang kita kenal, kita pasti akan menunjuk tercemar juga muncul dari karma. Semua karma tidak bajik dan karma
orang tersebut sebagai sesuatu yang independen. Maksudnya, kita tidak bajik tercemar merupakan hal yang harus ditinggalkan. Sedangkan
berpikir bahwa dia bergantung pada skandha yang membentuk dirinya. karma bajik tidak tercemar adalah hal yang perlu dikumpulkan.

Tanpa memahami bagaimana kita berputar dalam samsara, Intinya adalah jika kita ingin bebas dari samsara kita harus
kita tidak akan tahu bagaimana cara kita menuju pembebasan; untuk menghilangkan klesha. Tanpa menghilangkan klesha kita tidak bisa
memahami bagaimana kita berputar dalam samsara, kita harus paham bebas dari samsara, tetapi kita tidak harus menghilangkan karma,
akan citta dan cetasika, karena banyak Sutra yang menyatakan bahwa karena dalam kesinambungan batin arahat juga masih memiliki karma
semua semesta dan penghuninya muncul dari karma dan diwujudkan pelempar tetapi karma ini tidak bisa menghasilkan kelahiran, karena itu
dari karma, dsb. Seperti yang dinyatakan dalam Abhidharmakosa: membutuhkan nutrisi dari hasrat dan sikap mencengkeram dan arahat
“Dari karma, ragam dunia muncul.” Pandangan Buddhis mengakui sudah tidak memilikinya lagi karena mereka telah bebas dari semua
segala sesuatu muncul dari karma, ini berbeda dengan kepercayaan lain klesha.
yang mengakui bahwa segala sesuatu berasal dari sang pencipta, atau
dari Shiwa, dll. Bumi yang kita tempati sekarang juga merupakan hasil Sesi Tanya-jawab
dari karma, yakni karma kolektif bajik yang kita miliki bersama. Karma T: Tadi dijelaskan tentang “aku” yang tidak ada tapi ada. Apakah
kolektif inilah yang membentuk satu lingkungan yang kita tinggali maksudnya ditujukan untuk melatih diri kita? Jadi, misalnya, ketika
bersama, yaitu yang disebut bumi. kita bertemu seseorang dan meminta uang kepadanya, maka mustahil
Oleh karena itu, pemahaman akan karma sangatlah penting. Akar kita tidak menganggapnya ada. Tapi ketika orang itu marah pada
dari karma tergantung pada klesha, dan akumulasi beragam karma bajik kita, maka kita harus menganggapnya tidak ada agar kita tidak balas
dan tidak bajik bergantung pada hubungan antar klesha, seperti lima memarahinya. Apakah kira-kira seperti itu? Yang kedua, mengenai 12
pandangan dan lima non-pandangan, dsb, dan dari sinilah kita berputar mata rantai, tadi disebutkan bahwa yang menentukan adalah momen
dalam samsara seperti yang dijelaskan dalam siklus 12 mata rantai. menjelang kematian. Bagaimana kalau kasusnya adalah orang yang
meninggal secara mendadak sehingga tak sempat berpikir, misalnya
Untuk memahami siklus 12 mata rantai kita juga harus memahami korban tabrakan?
citta dan cetasika. Dalam 12 mata rantai: rantai ketidaktahuan awal,
hasrat, dan sikap mencengkeram adalah klesha; rantai faktor-faktor J: Untuk jawaban pertama, penalarannya tidak bisa demikian. Yang
pembentuk dan eksistensi adalah karma; dan tujuh sisanya (kesadaran, harus senantiasa kita pegang adalah kebenaran bahwa “aku” ada
karena bergantung pada skandha. Jadi ketika melihat teman kita, kita

176 177
Citta & Cetasika: Mengenal Batin dari Kacamata Buddhis

harus memahami bahwa dia bergantung pada skandhanya; misalnya,


tanpa skandha rūpa, tentu saja kita takkan bisa melihat teman kita.
Inilah salah satu cara yang tepat. Untuk jawaban kedua, kesadaran dia
ketika menjelang kematian tersebut tetap ada, tetapi mungkin untuk
membedakan itu bajik, tidak bajik, ataupun netral akan sulit. Daftar Pustaka
T: Tapi kan dia mati mendadak, sehingga tidak ada waktu untuk berpikir,
Sumber Sanskerta:
sehingga bagaimana cara menentukan arah dia setelah meninggal?
Asangga, Abhidharma-samuccaya (Ikhtisar Abhidharma). Sumber lain
J: Sebelum dia tertabrak, pasti ada sesuatu yang dia pikirkan. Momen
tak diketahui.
sebelum tertabrak itulah yang penting. Kalau yang dipikirkannya
adalah hal yang bajik, maka dia akan terlahir di alam tinggi. Kalau Asangga, Vastusamgraha (Ikhtisar Topik). Sumber lain tak diketahui.
pikirannya tidak bajik, maka dia akan terjatuh ke alam rendah. Tapi
dalam kebanyakan kasus, pikiran yang dihasilkan tidaklah bajik. Nagarjuna. Suhṛl-lekha (Surat Kepada Sahabat). Sumber lain tak
diketahui.
T: Apa yang harus dilakukan agar semua cetasika tak bajik dalam diri
kita berkurang atau hilang, dan mana yang harus terlebih dulu dibuang? Shantideva, Bodhi-carya-vatara (Lakon Hidup Bodhisatwa). Oleh.
Sumber lain tak diketahui.
J: Pertama-tama, tentu saja kita harus mempelajarinya hingga kita bisa
mengenali cetasika-cetasika tidak bajik tersebut. Lalu ketika dia muncul, Vasubandhu, Abhidharma-kosa (Risalah Abhidharma). Sumber lain tak
kita kemudian perlu bertumpu pada penawarnya untuk mengatasinya. diketahui.
Terkait mana yang harus terlebih dulu dibuang, jawabannya terletak Vasubandhu, Pancaskandha-prakarana (Penjelasan Mengenai Lima
pada cetasika mana yang duluan muncul sebagai cetasika yang Skandha). Sumber lain tak diketahui.
menonjol, karena pastinya cetasika-cetasika tidak sekaligus muncul
semuanya secara menonjol dalam satu momen. Vasubandhu, Ulasan Sutra Kesalingtergantungan. Sumber lain tak
diketahui.

Sumber Tibet:

Je Tsongkhapa, Byang chub gzhung lam (Jalan Utama Menuju


Pencerahan). Sumber lain tak diketahui.

Je Tsongkhapa, Lam rim nyams mgur (Baris-baris Pengalaman).


Sumber lain tak diketahui.

178 179
Je Tsongkhapa, Legs bshad gser phreng (Untaian Emas Penjelasan
yang Baik). Sumber lain tak diketahui.

Pandita Koenchog Gyeltshen, Sems dang sems byung gi rnam gzhag


cung zad bshad pa rang rgyud gsal ba’i me long zhes bya ba bzhugs so Glosarium
(Penjelasan Singkat Mengenai Citta dan Cetasika—Cermin Penerang
Batinku). Diterbitkan oleh Shakye Od-nang Editorial Board (Drepung
Abhidharma: secara harfiah bermakna “ajaran yang lebih tinggi”.
Gomang L.C 2, P.O. Tibetan Colony, Mundgod). New Delhi, India,
Merupakan kumpulan teks Buddhis yang berisi pengerjaan dan
1999.
penafsiran ulang atas ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Sutra.

Abhidharmakosa: secara harfiah bermakna Risalah Abhidharma.


Sumber Indonesia: Digubah oleh Vasubandhu.

Phabongka, Rinpoche. Pembebasan di Tangan Kita Jilid III Edisi 2. Abhidharmasamuccaya: secara harfiah bermakna Ikhtisar Abhidharma.
Penerbit Kadam Choeling, Bandung, 2016. Digubah oleh Asangga .

Arūpaloka: alam dewa-dewa yang tidak memiliki bentuk tubuh fisik


dan hanya tersusun atas batin.

Arya: secara harfiah bermakna “yang mulia”. Merujuk pada seseorang


yang telah memasuki jalan spiritual dan membaktikan diri di dalamnya
dengan tekun.

Bodhicaryavatara: secara harfiah bermakna Lakon Hidup Bodhisatwa.


Digubah oleh Shantidewa.

Bodhicita: secara harfiah bermakna “batin pencerahan”. Merujuk pada


kondisi batin yang secara tulus mendambakan kebahagiaan sejati bagi
semua makhluk.

Buddhisme: keseluruhan sistem ajaran atau filsafat yang diajarkan


oleh Buddha Shakyamuni, sosok historis dari India yang telah berhasil
mencapai pencerahan dan kemahatahuan, serta memutus rantai
keberadaannya di dalam samsara. Tujuan tertinggi yang ingin diraih
oleh sistem filsafat ini tentu saja adalah Kebuddhaan, sebuah keadaan
di mana seseorang memiliki semua kualitas yang dimiliki oleh seorang

180 181
Buddha. kesalingtergantungan antara semua hal-ihwal di dunia ini.

Cittamātra: paham filsafat Buddhis yang secara harfiah bermakna Klesha: secara harfiah bermakna “racun mental”. Merujuk pada
Hanya Batin atau Batin Belaka. kondisi-kondisi mental yang kemunculannya akan menyebabkan kita
menjadi tidak bahagia dan menderita. Misalnya: kemarahan, iri hati,
Dharma: secara harfiah bermakna “ajaran”. Dalam konteks ini, ajaran kesombongan, kemelekatan, dst.
yang dimaksud adalah ajaran yang asli berasal dari perkataan Sang
Buddha. Mādhyamika: paham filsafat Buddhis yang secara harfiah bermakna
Jalan Tengah. Diakui oleh beberapa sarjana sebagai paham filsafat
Geshe: gelar kesarjanaan yang diraih dari proses pembelajaran dalam terunggul dalam Buddhisme.
sistem filsafat Buddhis Tibet.
Mahayana: secara harfiah bermakna “kendaraan besar”. Sama halnya
Jalan karma hitam: atau 10 ketidakbajikan. Terdiri dari: membunuh, dengan kasus Hinayana, kata “besar”di sini tidak merujuk pada semacam
mencuri, tindakan seksual tak pantas, berbohong, ucapan kasar, tingkatan atau hierarki, melainkan pada kapasitas batin yang dimiliki
ucapan memecah-belah, omong-kosong, niat buruk, keserakahan, dan oleh seorang praktisi, atau lebih tepatnya, pada fakta bahwa seorang
pandangan salah. praktisi menapaki jalan spiritual dengan tujuan untuk membantu semua
Karma: secara harfiah bermakna tindakan. Hukum karma bermakna makhluk terbebas dari samsara.
hukum tentang tindakan: bahwa sebuah tindakan akan menjadi sebab Paramita: secara harfiah bermakna “penyempurnaan/kesempurnaan”.
yang membuahkan sebuah akibat tertentu. Di sini, ada 6 hal yang hendak disempurnakan, yaitu: dana (kemurahan
Kadampa: mazhab dalam Buddhisme Tibet yang menganggap setiap hati), sila (disiplin moral), kshanti (kesabaran), wirya (upaya
perkataan dari Buddha sebagai instruksi pribadi untuk dipraktikkan bersemangat), samadhi (konsentrasi), prajna (kebijaksanaan).
dalam kehidupan sehari-hari. Pramana: secara harfiah bermakna bukti atau alat-alat pengetahuan.
Kamaloka: alam nafsu keinginan. Merujuk pada epistemologi atau teori pengetahuan dalam filsafat India.
Secara khusus dalam Buddhisme, pramana diartikan sebagai kognisi/
Karma: secara sederhana bermakna “tindakan”. Dengan demikian, persepsi sahih, atau pengetahuan yang tepat atas sebuah objek.
hukum karma merujuk pada suatu hukum yang mengatur tindakan,
atau lebih tepatnya, hukum yang mengatur bagaimana terjadinya dan Rinpoche: secara harfiah bermakna “yang berharga”. Digunakan untuk
berbuahnya sebuah tindakan. merujuk pada sosok guru yang dimuliakan dalam tradisi Buddhisme
Tibet.
Kebenaran Arya: kebenaran tentang hakikat penderitaan, asal-mulanya,
pelenyapannya, dan jalan menuju pelenyapannya. Roda Kehidupan: sebuah gambar lingkaran dengan aneka simbol
(binatang dll) yang menyimbolkan hakikat dari kehidupan di dunia ini,
Kesunyataan: pemahaman bahwa tidak ada satu hal pun di dunia yakni sebuah lingkaran keberadaan yang tidak memiliki awal maupun
ini yang berdiri sendiri atau eksis secara inheren dari dalam dirinya akhir.
sendiri; dengan kata lain, paham ini adalah sebuah konsep tentang

182 183
Rūpaloka: alam dewa-dewa yang masih memiliki bentuk tubuh fisik
tertentu.

Samsara: lingkaran keberadaan yang tak mempunyai awal ataupun


akhir. Setiap makhluk yang belum terbebas dari lingkaran ini harus Bagaimana Menghormati
mengalami siklus kelahiran dan kematian tanpa henti. Terdiri dari:
manusia, binatang, setan kelaparan, neraka, asura, dan dewa.
Buku Dharma
Skandha: secara harfiah bermakna “agregat” atau “kumpulan“. Buddhadharma adalah sumber sejati bagi kebahagiaan semua
Merujuk pada 5 aspek yang menyusun keberadaan diri kita: bentuk, makhluk. Buku ini menunjukkan kepada kita bagaimana mempraktikkan
sensasi/perasaan, persepsi/identifikasi, faktor-faktor pembentuk, dan ajaran dan memadukan mereka ke dalam hidup kita, sehingga kita
kesadaran/diskriminasi. menemukan kebahagiaan yang kita idamkan. Oleh karena itu, apa pun
Sutra: secara harfiah bermakna “wacana” atau “benang”. Meskipun pada benda yang berisi ajaran Dharma, nama dari guru kita atau wujud-
awalnya hadir dalam bentuk lisan, di kemudian hari Sutra merujuk pada wujud suci adalah jauh lebih berharga daripada benda materi apa pun
kumpulan kitab yang menjadi landasan bagi tradisi-tradisi keagamaan dan harus diperlakukan dengan hormat. Agar terhindar dari karma tak
di India. bertemu dengan Dharma lagi di kehidupan yang akan datang, mohon
jangan letakkan buku-buku (atau benda-benda suci lainnya) di atas
Tīrthika: istilah dalam Buddhisme untuk merujuk pada penganut aliran lantai atau di bawah benda lain, melangkahi atau duduk di atasnya, atau
sesat dalam khazanah filsafat India. menggunakannya untuk tujuan duniawi seperti untuk menopang meja
yang goyah. Mereka seharusnya disimpan di tempat yang bersih, tinggi
Vastusamgraha: secara harfiah bermakna Ikhtisar Topik. Digubah oleh
dan terhindar dari tulisan-tulisan duniawi, serta dibungkus dengan kain
Asangga .
ketika sedang dibawa keluar. Ini hanyalah beberapa pertimbangan.
Yogi: praktisi yoga, yaitu sebuah praktik atau disiplin spiritual dari
Jika kita terpaksa membersihkan materi-materi Dharma, maka
India kuno yang bertujuan untuk menyatukan diri dengan semesta.
mereka tidak seharusnya dibuang begitu saja ke tong sampah, namun
sebaiknya dibakar dengan perlakuan khusus. Singkatnya, jangan
membakar materi-materi tersebut bersamaan dengan sampah-sampah
lain, namun sebaiknya terpisah sendiri, dan ketika mereka terbakar,
lafalkanlah mantra OM AH HUM. Ketika asapnya membubung naik,
bayangkan bahwa ia memenuhi seluruh angkasa, membawa intisari
Dharma kepada seluruh makhluk di 6 alam samsara, memurnikan
batin mereka, mengurangi penderitaan mereka, serta membawa seluruh
kebahagiaan bagi mereka, termasuk juga pencerahan. Beberapa orang
mungkin merasa bahwa praktik ini sedikit kurang biasa, namun tata
cara ini dijelaskan menurut tradisi. Terima kasih.

184 185
Dedikasi Tentang Penerbit
Semoga kebajikan terhimpun dengan mempersiapkan, membaca, TERIMA KASIH TELAH MEMBACA BUKU TERBITAN
merenungkan dan membagikan buku ini kepada pihak lain, semoga PENERBIT PADI EMAS. APAKAH KAMI BOLEH MEMINTA
semua Guru Dharma berumur panjang dan sehat selalu, semoga Dharma BANTUAN ANDA?
menyebar ke seluruh cakupan angkasa yang tak terbatas, dan semoga
semua makhluk segera mencapai Kebuddhaan. Penerbit Padi Emas adalah sebuah organisasi non-profit. Misi
kami adalah untuk berbagi kebijaksanaan dari ajaran Buddha seluas
Di alam, negara, wilayah atau tempat mana pun buku ini berada, mungkin, terutama yang dibabarkan oleh Yang Mulia Dagpo Rinpoche.
semoga tiada peperangan, kekeringan, kelaparan, penyakit, luka cedera, Melalui buku-buku yang kami terbitkan, terselip upaya untuk
ketidakharmonisan atau ketidakbahagiaan, semoga hanya terdapat menginspirasi, menghibur, mendukung, dan mencerahkan pembaca di
kemakmuran besar, semoga segala sesuatu yang dibutuhkan dapat seluruh Indonesia.
diperoleh dengan mudah, dan semoga semuanya dibimbing hanya oleh
Guru Dharma yang terampil, menikmati kebahagiaan dalam Dharma, Kami memiliki sebuah mimpi, membuat seluruh buku
memiliki cinta kasih dan welas asih terhadap semua makhluk, semata terbitan Penerbit Padi Emas tersebar seluas-luasnya sehingga dapat
memberi manfaat pada sesama, serta tak pernah menyakiti satu sama menginspirasi banyak orang, baik pemula yang penasaran, hingga
lain. praktisi yang telah berkomitmen. Apakah Anda setuju dengan mimpi
kami ini? Karena tentu saja kami tidak dapat mewujudkan mimpi ini
tanpa bantuan Anda.

Buku Dharma ini dapat Anda UNDANG kehadirannya di hidup


Anda tanpa biaya berkat kebajikan berdana para dermawan. Mari turut
bermudita dan mendoakan para dermawan yang telah memungkinkan
ini terjadi.

Apabila Anda berminat pula untuk terlibat dalam kebajikan


seperti ini, silakan bergabung sebagai Dharma Patron Lamrimnesia dan
berdana ke:

BCA 0079 388 388 a.n. Yayasan Pelestarian dan Pengembangan


Lamrim Nusantara

186 187
MANDIRI 119 009 388 388 0 a.n. Yayasan Pelestarian dan
Pengembangan Lamrim Nusantara

Kemudian mohon konfirmasikan dana Anda dengan menghubungi


Call Center Lamrimnesia.

Dengan menjadi Dharma Patron, Anda secara langsung terlibat


dalam (1) penerbitan dan penyaluran buku Dharma, (2) penyelenggaraan
kegiatan Dharma, (3) pendanaan biaya operasional dan mobilisasi
Dharma Patriot dalam rangka mendukung aktivitas (1) dan (2) di atas.

Untuk mengetahui lebih lanjut serta memesan buku terbitan


Penerbit Padi Emas, silakan hubungi kontak di bawah ini:

Care: +6285 2112 2014 1

Info: +6285 2112 2014 2

Fb: Lamrimnesia & LamrimnesiaStore

Ig: @Lamrimnesia & @Lamrimnesiastore

Titktok: @Lamrimnesia_

E-mail: info@lamrimnesia.org

Website: www.lamrimnesia.org; www.store.lamrimnesia.com

188

Anda mungkin juga menyukai