Anda di halaman 1dari 73

KEMULIAAN

KELAHIRAN SEBAGAI
MANUSIA

Dagpo Rinpoche

Penerbit Padi Emas


2022
Pembagian secara gratis sebanyak 2500 eksemplar

KEMULIAAN
KELAHIRAN SEBAGAI
MANUSIA

Dibabarkan oleh:
Yang Mulia Dagpo Rinpoche
pada tahun 2000
di Montdore, Prancis.
Penerjemah lisan dari bahasa Tibet ke bahasa Inggris: Rosemary Patton
Pentranskrip bahasa Inggris: Tim Pentranskrip Kadam Tashi Choe Ling
Penerjemah dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia: Se Yoen
Penyunting: Rahmat, Surya, Roni
Perancang sampul: Listya Dharani S.R
Penata letak: Dita Setiawan
Hak cipta naskah Indonesia © 2022 Penerbit Padi Emas
ISBN 978-623-97300-3-1
Penerbit Padi Emas
Email: penerbitpadiemas@gmail.com
Distributor Lamrimnesia
Care: +6285 2112 2014 1 | Info: +6285 2112 2014 2
Fb: Lamrimnesia & LamrimnesiaStore
Ig: @Lamrimnesia & @Lamrimnesiastore
Titktok: @Lamrimnesia_
E-mail: info@lamrimnesia.org
Website: www.lamrimnesia.org; www.store.lamrimnesia.com
Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta

Ketentuan Pidana Pasal 113 ayat (3) dan (4):


(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan
pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e,
dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk
pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Pasal 114:
Setiap Orang yang mengelola tempat perdagangan dalam segala bentuknya yang dengan sengaja dan
mengetahui membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta dan/atau
Hak Terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dipidana dengan
pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Daftar Isi

Kata Pengantar v
Transkrip Ajaran vii
Biografi Singkat Dagpo Rinpoche xi
1. Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia 1
Mengenali Eksistensi Manusia dengan
Delapan Kebebasan dan Sepuluh Keberuntungan 2
Delapan Kebebasan 2
Sepuluh Keberuntungan 5
Menyadari Nilai Besar dari Eksistensi Manusia dengan
Delapan Kebebasan dan Sepuluh Keberuntungan 10
Merenungkan Nilai Besarnya dalam Pengertian
Sementara 11
Merenungkan Nilai Besarnya dalam Pengertian
Tertinggi 14
Merenungkan Betapa Berharganya dari Saat
ke Saat 17
Merenungkan Sulitnya Mendapatkan Eksistensi
Manusia dengan Delapan Kebebasan dan Sepuluh
Keberuntungan 19
Merenungkan Sebab-sebab yang Membuat
Kita Mendapatkan Suatu Bentuk Kelahiran yang
Unggul sebagai Manusia 20
Merenungkan Perumpamaan-perumpamaan yang
Mengilustrasikan Kesulitan Mendapatkan Suatu
Kelahiran yang Unggul sebagai Manusia 22

iv
Kesulitan Memperoleh Suatu Kelahiran Manusia
yang Unggul dari Sudut Pandang Sifat Esensinya 23
2. Kutipan dari Berbagai Guru Besar 29
3. Resume, Berbagai Nasihat, dan Anjuran 39
Menghormati Buku Dharma 47
Dedikasi 49
Tentang Penerbit 50

v
Kata Pengantar

T
opik ini merupakan bagian dari keseluruhan sistem,
yang telah disusun dalam suatu rangkaian tahapan
jalan yang akan menuntun kita menuju pencerahan,
yang dalam bahasa Tibet disebut dengan ‘Lamrim’. Kemuliaan
Kelahiran sebagai Manusia adalah salah satu topik meditasi dalam
Lamrim.

Dalam outline Lamrim, yang berjudul lnstruksi Guru yang


Berharga, topik ‘Kelahiran manusia yang bebas dan beruntung ini’
bertujuan untuk mendorong diri kita untuk memanfaatkan eksistensi
kita sebagai manusia. Kita mungkin mempunyai keraguan tertentu
tentang kemampuan kita untuk mencapai banyak hal dengan
bentuk kehidupan kita saat ini. Untuk mengatasi keraguan tersebut
dan untuk menjadi sangat yakin bahwa dengan bentuk kehidupan
kita sebagai manusia saat ini, kita mempunyai kemampuan penuh
untuk memperoleh pencapaian spiritual yang tinggi, maka kita
memeditasikan topik ini.

Buku ini adalah terjemahan dari transkrip pembabaran


Dharma tentang Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia oleh Guru
Dagpo Rinpoche di Mondore-Perancis tahun 2000.

Buku ini kami cetak sebagai bahan meditasi perenungan


tentang eksistensi kita sebagai manusia yang bebas dan beruntung
yang dapat dimanfaatkan secara penuh untuk pencapaian spiritual
yang tertinggi, sehingga membawa kebahagiaan untuk semua
makhluk.

Mettacittena,

Tim penerbitan Padi Emas

Juli 2022
vi
Transkrip Ajaran

S
ecara harfiah, “transkrip” artinya salinan kata per
kata dari sebuah tuturan lisan yang disampaikan oleh
seseorang atau lebih. Transkrip ajaran artinya salinan
kata per kata yang disampaikan oleh seorang guru pada suatu sesi
ajaran tertentu.

Karya tulis atau literatur beraliran transkrip dalam tradisi Tibet


disebut sintri (zin bris) yakni transkripsi berdasarkan ingatan. Dahulu
kala, seorang murid akan mendengarkan ajaran gurunya dengan
penuh perhatian dan setelah itu sang murid akan menuliskan
kembali apa yang telah didengarnya. Kitab suci Buddhis Tripitaka
adalah transkrip yang disusun oleh murid-murid Sang Buddha
berdasarkan kekuatan ingatan.

Referensi transkrip paling penting di abad ke-20 adalah


transkrip yang disusun oleh Kyabje Trijang Rinpoche berdasarkan
ingatan Beliau dari sesi ajaran yang disampaikan oleh Pabongka
Rinpoche. Transkrip asli berbahasa Tibet ini yang kemudian
diterbitkan menjadi tiga jilid literatur legendaris berjudul Liberation
in Our Hands. Terjemahan bahasa Indonesianya diterbitkan oleh
Penerbit Kadam Choeling dengan judul “Pembebasan di Tangan
Kita.”

Di zaman modern, para murid menyimpan dan


mempertahankan ajaran-ajaran lisan yang disampaikan oleh
seorang guru dalam bentuk rekaman audio. Materi rekaman audio
ini kemudian diolah menjadi teks tertulis yang dikenal sebagai buku
transkrip.

viii
Cara membaca buku transkrip berbeda dengan cara membaca
buku pada umumnya. Membaca buku transkrip haruslah didukung
oleh keyakinan disertai tambahan rujukan teks akar dan teks-teks
pendukung lainnya. Membaca buku transkrip bisa diibaratkan
mendengarkan ajaran secara langsung. Ketika membaca buku
transkrip, kita harus menerapkan teknik mendengarkan ajaran
Lamrim, yaitu menghindari tiga kesalahan sebuah bejana dan
menerapkan enam ingatan. Dengan demikian, barulah aktivitas
membaca buku transkrip menjadi benar-benar efektif dan
memberikan manfaat.

ix
Biografi Singkat Dagpo
Rinpoche

D
agpo Rinpoche, juga dikenal dengan nama Bamcho
Rinpoche, lahir pada tahun 1932 di distrik Kongpo,
sebelah tenggara Tibet. Pada usia 2 tahun, beliau
dikenali oleh Yang Maha Suci Dalai Lama ke-13 sebagai reinkarnasi
dari Dagpo Lama Rinpoche Jampel Lhundrup. Ketika berusia 6
tahun, beliau memasuki Biara Bamcho, dekat distrik Dagpo. Di sana,
beliau belajar membaca dan menulis, juga mulai mempelajari dasar-
dasar Sutra dan Tantra. Pada usia 13 tahun, beliau memasuki Biara
Dagpo Shedrup Ling untuk mempelajari lima topik utama filsafat
Buddhis, yaitu: Logika, Paramita, Madhyamaka, Abhidharma, dan
Winaya.

Setelah belajar selama 11 tahun di Dagpo Shedrup Ling,


beliau melanjutkan studinya di Biara Universitas Drepung. Biara
ini terletak di dekat kota Lhasa. Beliau belajar di salah satu dari
4 kolese dalam biara ini, yaitu Gomang Dratsang. Di sana, beliau
memperdalam pengetahuan tentang filsafat Buddhis, khususnya
yang berdasarkan buku ajar Gomang Dratsang, yaitu ulasan
filosofis dari Jamyang Shepa. Selama tinggal di Gomang Dratsang
(dan kemudian juga ketika berada di pengasingan), beliau belajar
di bawah bimbingan guru dari Mongolia yang termasyhur, Geshe
Gomang Khenzur Ngawang Nyima Rinpoche. Karena tempat
belajar beliau tak jauh dari Lhasa selaku ibukota Tibet, beliau juga
berkesempatan untuk menghadiri banyak pengajaran Dharma dan
menerima banyak transmisi lisan dari beberapa guru yang berbeda.
Oleh karena itu, Dagpo Rinpoche adalah salah satu dari sedikit

xii
guru pemegang banyak silsilah ajaran Buddha.

Selama ini, Dagpo Rinpoche, yang bernama lengkap Dagpo


Lama Rinpoche Losang Jampel Jhampa Gyatso, telah belajar dari
34 guru, khususnya dari dua pembimbing utama Yang Maha Suci
Dalai Lama ke-14 – Kyabje Ling Rinpoche dan Kyabje Trijang
Rinpoche – dan juga dari Yang Maha Suci Dalai Lama ke-14 sendiri.
Di bawah bimbingan mereka, beliau mempelajari lima topik utama
dan Tantra (beliau telah menerima banyak inisiasi dan menjalani
retret). Selain filsafat Buddhis, beliau juga menekuni astrologi, puisi,
tata bahasa, dan sejarah.

Beliau belajar di Gomang Dratsang sampai invasi komunis ke


Tibet tahun 1959. Pada tahun itu, di usia 27 tahun, beliau menyusul
Yang Maha Suci Dalai Lama ke-14 dan guru-guru Buddhis lainnya
menuju pengasingan di India. Tak lama setelah ketibaannya di
India, beliau diundang ke Prancis untuk membantu para Tibetolog
Prancis dalam penelitian mereka tentang agama dan budaya
Tibet. Para ilmuwan ini tertarik untuk mengundang beliau karena
intelektualitas serta pemikiran beliau yang terbuka. Dengan nasihat
dan berkah dari para gurunya, beliau pun memenuhi undangan
tersebut dan mendapat beasiswa Rockefeller. Beliau adalah guru
Tibet pertama yang tiba di Prancis. Di sana, beliau mengajar bahasa
dan budaya Tibet selama 30 tahun di Institut National des Langues
et Civilisations Orientales (Inalco), Paris. Setelah pensiun, beliau
tetap melanjutkan studi dan riset pribadinya. Beliau telah banyak
membantu menyusun buku-buku tentang Tibet dan Buddhisme,
juga berpartisipasi dalam berbagai program di televisi dan radio.

Setelah mempelajari bahasa Prancis dan Inggris serta menyerap


pola pikir orang Barat, pada tahun 1978 beliau akhirnya bersedia
untuk mulai mengajar Dharma mulia dari Buddha Shakyamuni.
Pada tahun itu, beliau mendirikan pusat Dharma yang bernama

xiii
Institut Gaden Ling di Veneux-Les Sablons, Prancis. Di sana, beliau
memberi pelajaran tentang Buddhisme, doa, serta meditasi. Sejak
tahun 1978 hingga sekarang, beliau telah banyak mengunjungi
berbagai negara, di antaranya Italia, Belanda, Jerman, Singapura,
Malaysia, dan Indonesia.

Beliau mulai mengunjungi Indonesia pada tahun 1989. Sejak


saat itu, setiap tahun beliau secara rutin datang ke Indonesia
untuk membabarkan Dharma, memberikan transmisi ajaran
Buddha (khususnya ajaran Lamrim atau Tahapan Jalan menuju
Pencerahan), dan memberikan beberapa inisiasi serta berkah.

RIWAYAT LAMPAU GURU DAGPO RINPOCHE

Guru Dagpo Rinpoche dikenali oleh Yang Maha Suci Dalai


Lama ke-13 sebagai reinkarnasi dari Dagpo Lama Rinpoche
Jampel Lhundrup. Dagpo Rinpoche terdahulu ini sebelumnya
sudah dikenali sebagai reinkarnasi seorang guru dari Indonesia yang
bernama Suwarnadwipa Dharmakirti atau Serlingpa. Beliau terlahir
dalam keluarga penguasa Sriwijaya, yang juga merupakan bagian
dari wangsa Syailendra di Jawa, berhubung Balaputradewa selaku
Raja Sriwijaya adalah putra dari Samaratungga, pewaris takhta
Syailendra. Wangsa Syailendra sendiri dikenal sebagai pembangun
Candi Borobudur.

Keluarga Serlingpa juga berperan dalam pelestarian Universitas


Agama Buddha Nalanda, yang berkembang di masa pemerintahan
kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7. Serlingpa kemudian menjadi
biksu dengan nama tahbis Dharmakirti. Beliau melatih diri di
berbagai tempat, termasuk menuntut ilmu sampai ke India. Berkat
usahanya yang keras dan himpunan kebajikannya yang sangat
banyak, akhirnya beliau berhasil mencapai realisasi tertinggi sebagai
seorang Bodhisatwa. Kemasyhuran beliau sebagai seorang guru

xiv
Buddhis, khususnya sebagai pemegang silsilah bodhicita (batin
pencerahan), tersebar jauh hingga ke India, Cina, serta Tibet. Di
Tibet sendiri, beliau dikenal dengan nama Lama Serlingpa.

Guru besar lainnya, Atisha Dipangkara Sri Nyana, menempuh


perjalanan laut dari India selama 13 bulan semata-mata untuk
bertemu dengan Serlingpa di Indonesia dan mendapatkan instruksi
tentang bodhicita dari beliau. Serlingpa memberikan transmisi
ajaran yang berasal dari Arya Manjushri, yaitu “Menukar Diri dengan
Makhluk Lain.” Setelah belajar dari Lama Serlingpa, Lama Atisha
kembali ke India dan kemudian diundang ke Tibet. Di sana, Lama
Atisha memainkan peranan yang sangat penting untuk membawa
pembaharuan bagi ajaran Buddha. Lama Atisha menjadi salah satu
mahaguru yang sangat dihormati dalam Buddhisme Tibet. Kedua
guru besar ini kelak akan bertemu kembali di masa depan dalam
hubungan guru-murid yang sama, yaitu ketika Lama Atisha terlahir
kembali sebagai Phabongkha Rinpoche dan menerima ajaran
tentang bodhicita dari Dagpo Lama Rinpoche Jampel Lhundrup.
Dagpo Lama Rinpoche Jampel Lhundrup sendiri berperan penting
dalam menghidupkan kembali ajaran Lamrim di bagian selatan
Tibet. Beliau sangat terkenal karena penjelasannya yang gamblang
tentang Lamrim dan realisasinya akan bodhicita. Banyak guru
Lamrim pada masa itu yang mendapatkan transmisi dan penjelasan
Lamrim dari beliau sehingga akhirnya meraih realisasi atas ajaran
Lamrim.

Silsilah reinkarnasi Guru Dagpo Rinpoche yang lain adalah


sebagai berikut. Pada masa Buddha terdahulu, beliau pernah lahir
sebagai Bodhisatwa Sadaprarudita, yang rela menjual dagingnya
sendiri untuk memberi persembahan kepada gurunya. Selain itu,
yogi India bernama Wirupa dan cendekiawan bernama Gunaprabha
juga diyakini sebagai inkarnasi dari Guru Dagpo Rinpoche.

xv
Di Tibet sendiri, guru-guru yang termasuk ke dalam silsilah
reinkarnasi Guru Dagpo Rinpoche adalah Marpa Sang Penerjemah,
sang pendiri mazhab Kagyu. Beliau terkenal sebagai guru yang
membimbing Bhattaraka Milarepa mencapai pencerahan dengan
latihan yang sangat keras. Selain itu, juga ada Londroel Lama
Rinpoche, guru meditasi dan cendekiawan penting pada abad ke-
18 yang merupakan siswa dari Yang Maha Suci Dalai Lama ke-7.
Seperti Milarepa, Londroel Rinpoche juga mempunyai masa muda
yang sulit sebelum akhirnya menjadi salah satu guru terkemuka yang
menyusun risalah Buddhis sebanyak 23 jilid. Sejumlah kepala biara
Dagpo Shedrup Ling juga termasuk ke dalam silsilah reinkarnasi
Dagpo Rinpoche.

xvi
1
Kemuliaan Kelahiran sebagai
Manusia

D
alam Lamrim, topik meditasi tentang kelahiran manusia
yang unggul, bebas, dan beruntung mempunyai tiga
bagian:
1. Mengenali eksistensi manusia dengan delapan kebebasan dan
sepuluh keberuntungan,
2. Menyadari betapa besar nilainya, dan
3. Merenungkan betapa sulit memperolehnya.

Apa tujuan meditasi dari topik “kelahiran manusia yang bebas


dan beruntung ini?” Seperti yang tertulis dalam outline Lamrim
(garis besar Lamrim), yang berjudul Instruksi Guru yang Berharga,
tujuannya yaitu mendorong diri kita untuk memanfaatkan eksistensi
kita sebagai manusia. Kita mungkin mempunyai keraguan tertentu
tentang kemampuan kita untuk mencapai banyak hal dengan
bentuk kehidupan kita saat ini. Untuk mengatasi keraguan tersebut
dan untuk menjadi sangat yakin bahwa dengan bentuk kehidupan
kita sebagai manusia saat ini, kita mempunyai kemampuan penuh
untuk memperoleh pencapaian spiritual yang tinggi, maka kita
memeditasikan topik ini.
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

Mengenali Eksistensi Manusia dengan Delapan Kebebasan


dan Sepuluh Keberuntungan
Langkah pertama dari meditasi ini adalah mengidentifikasi
eksistensi manusia dengan kebebasan dan keberuntungan. Bila
kita tidak mengetahui dan mengidentifikasi hal ini, kita akan sama
dengan orang yang mempunyai sebuah permata berharga tetapi
tidak mengetahui betapa besar nilainya. Bentuk kehidupan yang
kita miliki saat ini mempunyai delapan belas karakteristik yang
berbeda yaitu delapan kebebasan (atau bentuk kenyamanan) dan
sepuluh keberuntungan (atau kondisi baik).

Delapan Kebebasan
Untuk mengerti delapan bentuk dari kebebasan ini, kita perlu
mengetahui apa yang dimaksud dengan delapan ketidakbebasan.
Delapan ketidakbebasan adalah bahwa kita tidak terlahir sebagai
makhluk neraka, sebagai hantu kelaparan, sebagai seekor binatang,
sebagai seorang dewa dengan umur yang sangat panjang, sebagai
seseorang dengan pandangan-pandangan salah, mempunyai
indra yang tidak lengkap, dilahirkan di suatu daerah terpencil, dan
dilahirkan di suatu tempat yang tidak mempunyai akses terhadap
Buddhadharma.

Empat bentuk ketidakbebasan yang tidak berkaitan dengan


manusia:
1. Kita terbebas dari kelahiran sebagai makhluk neraka. Kita telah
terhindar dari ketidakbebasan terlahir sebagai makhluk neraka.
Mengapa dikatakan bahwa terlahir sebagai makhluk neraka
itu sebagai sebuah ketidakbebasan? Hal ini karena makhluk
neraka begitu terkurung dengan penderitaannya sendiri,
sehingga mereka tidak memiliki kemampuan sedikitpun untuk

2
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

berpikir hal lain. Pikiran mereka seluruhnya dilingkupi oleh


penderitaan-penderitaan itu sehingga mereka tidak mampu
untuk mengalihkan pikiran mereka pada Dharma. Jangankan
berbicara tentang kelahiran sebagai makhluk neraka, dalam
kehidupan kita saat ini saja, ketika kita sakit atau mengalami
rasa nyeri yang hebat, kita juga tidak dapat mengalihkan
pikiran kita pada Dharma. Kita sepenuhnya terkonsentrasi
pada rasa sakit kita dan pikiran kita hanyalah berharap bahwa
rasa sakit itu berhenti. Oleh karena itu, kita harus benar-
benar bersukacita bahwa sekarang kita dapat terhindar dari
penghalang besar untuk berpraktik Dharma, yaitu sebuah
kelahiran dalam neraka, dan bahwa saat ini kita menikmati
bentuk pertama dari kenyamanan atau kebebasan ini. Kita tidak
seharusnya merenungkan hal ini sebagai suatu yang abstrak
tetapi bayangkan diri kita dalam situasi demikian, terlahir di
neraka dengan semua penderitaannya.
2. Kita terbebas dari kelahiran sebagai hantu kelaparan dan
kehausan. Bila kita terlahir sebagai hantu kelaparan (preta),
kita harus menjalani siksaan yang terus menerus karena haus
dan lapar. Menyadari bahwa kita telah menghindari bentuk
ketidakbebasan ini, kita seharusnya merasa bersyukur. Sekali
lagi, jangankan berbicara tentang rasa lapar dan haus yang
amat sangat yang dijalani oleh hantu kelaparan (preta).
Sebagai manusia saja, ketika kita lapar atau haus, bila Guru
kita meminta kita duduk dan meditasi, kita rasakan bahwa hal
tersebut sangat sulit untuk dilakukan. Kita akan benar­benar
merasa tidak mampu untuk bermeditasi dalam keadaan seperti
ini. Yang terbersit dalam pikiran kita hanyalah mencari sesuatu
untuk dimakan atau diminum. Setelah memahami bahwa kita
telah menghindari ketidakbebasan seperti yang terjadi pada
hantu kelaparan, kita seharusnya merasakan kegembiraan

3
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

yang mendalam.
3. Kita terbebas dari kelahiran sebagai binatang. Selanjutnya
kita membayangkan diri kita terlahir sebagai seekor binatang.
Rintangan utama terlahir sebagai binatang adalah kebodohan
dan ketumpulan mental. Kita mengetahui bahwa bila kita
berbicara pada seekor kucing, “Bila kamu membaca sedikit
saja mantra Mani (Om Mani Padme Hum), maka kamu akan
segera mencapai pencerahan”, kata-kata tersebut tidak akan
mempunyai pengaruh apa­apa (tapi tentu saja, hanya dengan
melafalkan Om Mani Padme Hum saja, kita tidak akan dapat
mencapai pencerahan!). Kucing tidak akan mengerti kata-kata
yang kita ucapkan, apalagi mempraktikkannya. Sekali lagi,
kita harus merasa sangat beruntung telah dapat terhindar dari
situasi seperti itu.
4. Kita terbebas dari kelahiran sebagai dewa yang berumur
panjang. Kemudian kita membayangkan diri kita terlahir
sebagai dewa berumur panjang. Dewa-dewa yang terlahir
di alam yang lebih tinggi ini selalu berada dalam keadaan
konsentrasi yang terpusat pada satu titik (samadhi) kecuali saat
kelahiran dan kematian. Kelahiran semacam ini mungkin dapat
memberikan pengalaman tertentu yang menyenangkan, tetapi
tidak memberikan kita sebuah kesempatan untuk berpraktik
Dharma. Kasus dari dewa­dewa di alam keinginan adalah sedikit
berbeda. Masalah mereka adalah bahwa mereka sepenuhnya
terbuai kesenangan 5 indra. Mereka tidak berpikir apa-apa
kecuali menikmati keadaan dirinya sendiri dan karena hal ini
mereka tidak berada dalam situasi untuk berpraktik Dharma.
Mereka tidak mempunyai kebebasan untuk melakukannya,
karena sepenuhnya terlingkupi kegembiraan indrawi. Ini adalah
empat bentuk ketidakbebasan dari makhluk bukan manusia
yang telah kita hindari, maka kita menikmati kebebasan dari

4
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

itu semua.

Empat bentuk ketidakbebasan sebagai manusia:


1. Terlahir di daerah terpencil yang kita tidak mempunyai akses
untuk memperoleh pendidikan yang memadai.
2. Terlahir di daerah dengan kita mempunyai akses untuk
pendidikan, namun ‘tidak tersedia kata kata Buddha’,
maksudnya adalah bahwa di daerah tersebut tidak terdapat
Buddhadharma. Ini juga suatu rintangan karena walaupun kita
mempunyai keinginan untuk mengikuti jalan spiritual tetapi
kita tidak tahu bagaimana melakukannya, maka kita tidak akan
memperoleh hasil apa pun.
3. Terlahir di suatu daerah yang terdapat ajaran Buddha, namun
kita terlahir dengan kemampuan intelektual yang terbatas.
Implikasinya adalah kita tidak mampu belajar tentang
bagaimana berpraktik Dharma. Ini adalah halangan penting
lainnya yang telah kita hindari.
4. Menganut pandangan salah. Hal ini juga merupakan suatu
rintangan sangat besar untuk praktik Dharma. Setelah memahami
bahwa kita telah terhindar dari bentuk ketidakbebasan sebagai
manusia dan bukan manusia, dan sebaliknya, kita menikmati
delapan bentuk kebebasan, kita seharusnya sangat bergembira.

Selanjutnya, kita akan membahas tentang 10 keberuntungan


terlahir sebagai manusia.

Sepuluh Keberuntungan
Kesepuluh keberuntungan sebenarnya adalah tentang
keadaan yang menguntungkan untuk praktik Dharma. Sepuluh
keberuntungan ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

5
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

1. Lima keberuntungan atau kondisi yang menguntungkan yang


berhubungan dengan diri kita,
2. Lima yang berhubungan dengan makhluk lain.

Kita akan bahas kelompok pertama terlebih dahulu:


1. Kita telah terlahir sebagai manusia dan jelas tidak ada keraguan
bahwa kita menikmati kondisi ini.
2. Terlahir di daerah sentral. Di sini kriterianya bukan secara
geografi. Dalam istilah geografi Buddhis, daerah sentral adalah
daerah di India yang disebut Magadha. Tetapi di sini kriterianya
adalah spiritual, bukan geografi, jadi istilah ‘sentral’ ditujukan
untuk daerah yang terdapat ajaran Buddha. Jadi, kriteria ini
telah dipenuhi karena kita terlahir di daerah yang terdapat
ajaran Buddha.
3. Kita mempunyai indra yang lengkap. Kita dapat membayangkan
apa jadinya bila kita tidak mempunyai indra yang lengkap,
contohnya, bila kita sepenuhnya buta, tuli, atau menderita
penyakit mental dalam arti kita tidak punya kendali atas diri
kita sendiri. Ini semua jelas merupakan rintangan berat untuk
praktik Dharma.
4. Kita tidak berbuat suatu karma yang ekstrem. Maksudnya, kita
tidak melakukan salah satu dari lima kejahatan berat.
5. Lima kejahatan berat adalah membunuh ibu kita, membunuh
ayah kita, membunuh seorang Arahat, membuat perpecahan
dalam komunitas spiritual (Sanggha), dan melukai seorang
Buddha.
Tindakan-tindakan seperti ini sangatlah serius dan menghasilkan
karma yang begitu kuat yang menjadi rintangan besar untuk
pencapaian realisasi spiritual kita, seperti penolakan terhadap

6
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

samsara atau belas kasih. Berbuat lima kejahatan berat adalah


rintangan untuk berpraktik Dharma, tetapi tidak sepenuhnya
mencegah kita untuk berpraktik Dharma. Hal tersebut hanya
akan membuat praktik Dharma kita menjadi lebih sulit. Sebagai
contoh Rinpoche mengutip Tantra akar Guhya Samaja, yang
mengatakan bahwa dengan mempraktikkan Tantra ini, bahkan
mereka yang telah membuat pelanggaran yang serius seperti
lima kejahatan berat, dapat menyeberangi lautan eksistensi
yang berulang (samsara).
6. Memiliki keyakinan kepada ‘sumber inti’ (essential sources).
Sumber inti yang dimaksud adalah Tripitaka (Tiga Keranjang)
atau Tahapan Jalan Menuju Pencerahan (Lamrim). Dalam kasus
kita, kita punya keyakinan pada sumber tersebut dan karenanya
kita teranugerahi dengan kondisi yang menguntungkan ini.

Sekarang kita membahas lima keberuntungan yang


berhubungan dengan makhluk lain:
1. Kita hidup pada suatu masa ketika Buddha hadir di dunia.
Walaupun kita tidak berada di masa tepat ketika Buddha hadir,
kita masih mempunyai akses pada ajarannya. Kita berada
di dalam suatu kalpa tempat Buddha hadir, sehingga kita
memenuhi kriteria ini.
2. Kita hidup pada suatu masa yang tidak saja Buddha hadir di
dunia tetapi juga mengajarkan Dharma. Karena mungkin saja
terjadi bahwa seorang Buddha hadir di dunia tetapi Beliau tidak
benar-benar mengajarkan Dharma karena satu atau alasan
lainnya. Kita dapat juga membayangkan bahwa kita terlahir di
masa ketika seorang Buddha hadir tetapi di saat sebelum Beliau
mengajar, maka kita tidak akan dapat mengambil keuntungan
dari ajarannya.

7
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

3. Kita hidup di masa ajaran Buddha masih dilestarikan.


Bayangkan bahwa seorang Buddha hadir di dunia dan mengajar
tetapi sewaktu kita dilahirkan ajarannya telah menghilang dari
permukaan bumi. Jelaslah hal tersebut akan menjadi suatu
rintangan untuk praktik Dharma.
4. Kita terlahir di masa Buddhadharma dan para praktisi Dharma
masih diminati dan dihormati oleh masyarakat. Ini berarti
bahwa tidak hanya sedikit orang yang sudah lanjut usia yang
mempertahankan ajaran, tetapi generasi baru dan muda juga
hadir untuk meneruskan doktrin. Orang-orang muda belajar,
merenungkan, memeditasikan, dan mengambil penahbisan
sebagai Biksu. Hal ini juga penting untuk praktik Dharma.
Bayangkan sebuah perkumpulan dengan hanya ada sedikit
praktisi yang berusia lanjut saja, Biksu atau umat awam yang
tidak terlalu dihormati dalam perkumpulan. Kondisi ini tidak
akan memberikan dorongan yang memadai bagi orang-orang
muda untuk belajar dan praktik Dharma. Mereka tidak akan
mendapatkan suatu teladan karena mayoritas orang tidak
menghargai praktisi berusia lanjut. Di lain pihak, kita cukup
beruntung karena hidup pada suatu masa ketika ajaran Buddha
dilestarikan oleh generasi baru. Tidak hanya ada generasi yang
lama tetapi juga yang sedikit lebih muda dan bahkan generasi
pengikut yang sangat muda. Sering kali anak muda datang
pada Rinpoche untuk meminta pendapat Rinpoche tentang niat
mereka menjadi Biksu. Rinpoche cenderung sedikit meredakan
antusiasme mereka dan menyarankan mereka untuk bersabar
dan tidak terlalu terburu-buru. Bagaimanapun juga, hal ini
mengindikasikan bahwa terdapat generasi lebih muda yang
sangat bersemangat dan tertarik pada Dharma.
5. Kehadiran orang-orang yang mempunyai rasa belas kasihan
pada yang lain. Hal ini merujuk pada dermawan yang ingin

8
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

membantu mereka yang ingin membaktikan dirinya untuk


praktik Dharma. Sekali lagi, pada masa kita tidak terjadi
kekurangan orang-orang yang berkeinginan mendukung para
praktisi, baik itu umat awam ataupun Sanggha, baik di sini
ataupun di India. Banyak orang di biara-biara Tibetan di India
yang mempunyai sponsor dari orang-orang Barat. Jadi kriteria
ini juga terpenuhi.

Ketika kita tidak teliti dalam memeriksa situasi kita, kita mungkin
kadang-kadang merasa bahwa kita tidak sungguh beruntung dalam
kehidupan ini. Hal ini disebabkan karena kita tidak melihat situasi
kita dengan saksama. Jika kita melakukannya, kita akan menemukan
bahwa kenyataannya kita sangat beruntung. Kita beruntung
menikmati delapan kebebasan yang memberikan kita kenyamanan
untuk praktik Dharma. Lebih jauh, kita mempunyai sepuluh
anugerah atau keberuntungan. Suatu yang sangat penting untuk
menelaah delapan belas unsur yang berbeda itu dari waktu ke waktu
untuk menyadari bahwa kita benar-benar beruntung memperoleh
semua itu. Dalam aktivitas sehari-hari, bila kita mempunyai lima
atau enam proyek, dan hanya tiga yang berhasil, kita sudah merasa
sangat beruntung. Sesungguhnya, walaupun kita mungkin tidak
menyadarinya, kita telah mencapai suatu hal yang jauh lebih
berharga dibanding hal tersebut. Kita telah memenuhi delapan belas
harapan yang kita cita-citakan dalam kehidupan sebelum sehingga
saat ini kita telah mendapatkannya. Untuk mendapatkan kelahiran
yang bebas dan beruntung yang sekarang kita punya, kita berdoa
untuk delapan kebebasan dari delapan bentuk ketidakbebasan dan
kita berdoa untuk sepuluh keberuntungan yang berbeda. Semua
doa-doa kita telah menjadi kenyataan dalam kehidupan sekarang
ini dan oleh karena itu keberuntungan kita sangat besar.

Banyak dari kita senang bermeditasi. Rinpoche tidak yakin apa


yang dimeditasikan, mungkin berbagai macam ‘Deiti’ dan lainnya.

9
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

Sebenarnya, bila kita benar-benar ingin bermeditasi, akan sangat


baik untuk melakukan meditasi analitis tentang delapan belas
karakteristik dari kehidupan kita sekarang sebagai manusia. Ini akan
menjadi sesuatu yang sangat bermakna. Dalam setiap kasus, kita
renungkan, apa jadinya bila kita tidak memiliki delapan kebebasan
dan sepuluh keberuntungan tersebut. Setelah kita memahami bahwa
kita telah mempunyai ke 18 hal di atas, kita seharusnya menyadari
keberuntungan kita. Hal ini akan membangkitkan perasaan sangat
gembira pada diri kita. Sekali perasaan tersebut telah muncul,
sebaiknya kita berhenti sejenak melakukan meditasi analitis dan
melakukan meditasi konsentrasi, mempertahankan perasaan
gembira pada keberuntungan kita tersebut. Setelah beberapa
saat, bila perasaan itu perlahan menghilang, kita dapat kembali
pada meditasi analitis dan sekali lagi menelaah karakteristik dari
kehidupan kita sekarang. Dengan demikian, secara bergantian kita
melakukan dua tipe meditasi, yaitu meditasi analitis dan meditasi
konsentrasi tentang topik mengenali kelahiran manusia kita yang
unggul, bebas, dan beruntung. Hal ini akan sangat bermanfaat
untuk kita.

Menyadari Nilai Besar dari Eksistensi Manusia dengan


Delapan Kebebasan dan Sepuluh Keberuntungan
Setelah mengenali bahwa eksistensi kita sebagai manusia
mempunyai semua kebebasan dan keberuntungan, suatu hal
yang baik untuk merefleksikan betapa besarnya nilai dari bentuk
kehidupan (sebagai manusia) seperti itu. Walaupun kita telah
mempunyai kelahiran yang memberikan kita kemungkinan-
kemungkinan yang besar, mungkin kita tidak menyadari hal
tersebut. Oleh karena itu, kita perlu untuk memeditasikan topik ini,
agar menyadari potensi yang diberikan oleh kelahiran seperti itu
pada kita.

10
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

Ada tiga bagian dari meditasi tentang nilai besar dari suatu
kelahiran manusia yang bebas dan beruntung:
1. Merenungkan nilai besarnya dalam pengertian sementara,
2. Merenungkan nilai besarnya dalam pengertian tertinggi,
3. Merenungkan betapa berharganya dari saat ke saat.

Merenungkan Nilai Besarnya dalam Pengertian Sementara


Nilai besar dari kelahiran kita sebagai manusia dalam
pengertian sementara berkaitan dengan bentuk kelahiran yang
lebih tinggi, yang dapat kita capai dengan basis kehidupan kita
sekarang ini. Ada tiga tipe kelahiran yang lebih tinggi. Kita dapat
menjamin diri kita untuk sebuah kelahiran yang lebih tinggi pada
kehidupan kita yang mendatang dengan basis kelahiran kita saat
ini yaitu untuk menjadi seorang manusia lagi, sebagai seorang
dewa di alam keinginan atau sebagai dewa di salah satu dari alam­
alam yang tertinggi. Kelahiran kita saat ini juga memberikan kita
kemungkinan untuk mendapatkan suatu keadaan tertentu yang kita
harapkan pada kelahiran kita sebagai manusia di masa yang akan
datang, contohnya: menjadi orang Perancis, Belanda, Indonesia
atau Malaysia. Kita mempunyai semua kemungkinan-kemungkinan
terbuka pada diri kita karena keadaan yang kita nikmati dalam
kehidupan kita sekarang ini.

Mengapa kita yakin bahwa kita dapat memperoleh kelahiran


sebagai seorang manusia lagi pada kehidupan yang akan datang?
Hal ini karena kita mempunyai kemungkinan untuk memproduksi
sebab-sebabnya. Dari beberapa sebab yang menghasilkan suatu
kelahiran yang tinggi, sebab utamanya adalah ketaatan terhadap
disiplin moral yang murni (sila). Dalam salah satu teks yang disusun
oleh Arya Candrakirti, Beliau menyatakan, “Sebab utama dari suatu

11
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

kelahiran tinggi sebagai seorang manusia adalah dengan mengikuti


disiplin moral yang murni.” Kita semua mempunyai kemampuan
sempurna untuk mengikuti disiplin moral seperti itu. Seperti yang
kita ketahui, karma memproduksi beberapa tipe hasil yang berbeda:
hasil yang matang sepenuhnya, hasil yang sama dengan sebabnya,
dan hasil yang mengondisikan/menentukan lingkungan tempat kita
dilahirkan dan tinggal. Suatu kelahiran sebagai manusia adalah
sebuah hasil yang matang sepenuhnya dari mengikuti disiplin moral
yang murni.

Di samping dapat menjamin diri kita untuk mendapatkan


suatu bentuk kelahiran manusia yang biasa dengan dasar dari
bentuk kehidupan yang kita miliki sekarang ini, kita juga dapat
menjamin diri kita untuk suatu kelahiran manusia yang unggul. Ini
adalah kelahiran sebagai manusia yang mempunyai kualitas spesial
seperti kekayaan, sebuah tubuh yang kuat, kemampuan untuk
menyelesaikan tugas-tugas kita, mempunyai pikiran yang stabil,
dan kecerdasan yang cukup untuk dapat melanjutkan studi kita.

Karakteristik spesial ini, yang membuat kelahiran sebagai


manusia jauh lebih menguntungkan, muncul dari sebab-sebabnya.
Suatu hal yang mungkin untuk mencapai kualitas-kualitas ini bila
kita memproduksi sebab-sebabnya. Mempunyai kekayaan adalah
konsekuensi dari mempraktikkan kemurahan hati (dana). Kita
dapat berlatih dalam cara ini, mengembangkan kemurahan hati
dan menjamin kita suatu kekayaan dalam kehidupan yang akan
datang. Karakteristik kedua, yaitu mempunyai tubuh yang kuat
dan menarik, datang dari praktik kesabaran. Ketika kita melatih
kesabaran, kita tidak saja akan menikmati sebuah tubuh yang sehat
tetapi juga tubuh yang menarik dalam kehidupan kita yang akan
datang. Hal ini juga akan menyebabkan kita untuk mempunyai
kumpulan teman yang baik dan sebagainya. Kemampuan untuk
melakukan suatu aktivitas sampai lengkap adalah konsekuensi

12
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

dari berlatih dalam usaha yang bersemangat dalam kehidupan


sebelumnya. Ini adalah sebuah sebab yang dapat kita produksi
dalam kehidupan kita sekarang. Bila kita melakukan suatu usaha
dan mengembangkan usaha yang bersemangat dalam diri kita
sekarang, dengan cara demikian kita dapat menjamin adanya
ketekunan dan kemampuan untuk menyelesaikan suatu tugas yang
akan kita kerjakan di kehidupan kita yang akan datang. Pikiran
yang stabil adalah hasil dari melatih konsentrasi dan dengan cara
yang sama, kecerdasan adalah hasil dari latihan dalam belajar,
merenung, dan meditasi.

Selama hidup kita, kita harus berusaha memurnikan diri


kita dari karma negatif, sebanyak mungkin yang kita mampu,
khususnya menjelang kematian kita. Tentu saja tidak mudah untuk
memurnikan secara total semua karma negatif kita. Namun kita
harus berjuang untuk melakukannya sebanyak yang dapat kita
lakukan sebelum kita meninggal. Lebih jauh, pada waktu kita akan
meninggal, sangat penting untuk yakin bahwa dalam diri kita masih
ada unsur dari disiplin moral murni yang tidak kita hancurkan oleh
satu saat kemarahan atau karma negatif yang kuat lainnya. Sebuah
contoh adalah disiplin moral karena menahan diri dari membunuh
atau disiplin moral karena menghindari 10 ketidakbajikan. Sepuluh
ketidakbajikan yaitu menghindari membunuh, mencuri, berbuat
asusila, berbohong, berkata kasar, bergosip (omong kosong),
berkata yang dapat memecah belah persahabatan/suatu kelompok,
keserakahan, niat jahat, dan memiliki pandangan keliru.

Kita harus memastikan bahwa kita mempunyai sedikitnya satu


unsur dari disiplin moral pada diri kita yang tidak termusnahkan
oleh kemarahan. Ini berarti kita perlu berhati-hati untuk tidak
marah menjelang kematian. Lebih jauh lagi, pada saat kematian
kita, kita perlu membangkitkan sebuah aspirasi yang kuat dalam
diri kita untuk mendapatkan kembali sebuah kelahiran yang tinggi

13
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

sebagai manusia yang bebas dan beruntung. Harapan kita harus


dimotivasi oleh pikiran yang murni, yang berhubungan dengan
mengambil perlindungan kepada Triratna dan membangkitkan
pikiran pencerahan (bodhicita). Bila kita dapat membawa bersama
semua sebab-sebab yang berbeda ini sesaat sebelum kematian kita,
kita akan benar terjamin terlahir lagi sebagai seorang manusia.

Kita tidak seharusnya berpikir bahwa berarti kita dapat


bersikap apa pun selama hidup kita dan hanya perlu berhati­hati
waktu kita meninggal untuk menjamin diri kita dengan sebuah
kelahiran kembali yang tinggi. Proses tersebut tidaklah berjalan
demikian. Untuk dapat memiliki pikiran baik waktu kita meninggal,
kita perlu melatih diri kita sebelumnya. Seperti yang dikatakan oleh
Arya Vasubandhu dalam salah satu teksnya, “Pada saat kematian,
pikiran yang paling akrab dengan kita, akan datang pada kita.”
Kematian adalah waktu yang sangat genting bagi kita dan kita
kemungkinan akan diliputi rasa takut. Oleh karena itu, untuk dapat
membangkitkan pikiran bajik dalam pikiran kita pada saat itu, kita
perlu secara serius melatih membangkitkan pikiran semacam itu
sebelumnya. Jika tidak, apa pun pikiran kita yang paling terbiasa,
pikiran terbiasa yang kita punya yang akan muncul dalam pikiran
kita pada waktu kita akan meninggal. Bila kita mempunyai
kebiasaan memiliki pikiran bajik dalam kehidupan kita, maka kita
akan dengan mudah memproduksi pikiran semacam itu sewaktu
kita meninggal. Jika tidak, akan sangat sulit untuk kita memiliki
pikiran bajik pada saat menjelang kematian.

Merenungkan Nilai Besarnya dalam Pengertian Tertinggi


Kelahiran kita yang sekarang ini tidak hanya memberikan kita
kemungkinan untuk mencapai tujuan sementara yaitu mencapai
sebuah kelahiran yang unggul dalam eksistensi yang berulang,

14
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

tetapi juga memberikan kita suatu kesempatan untuk mencapai


tujuan tertinggi seperti kebebasan dari eksistensi yang berulang
(samsara). Bagaimana itu dapat terjadi? Hal ini karena kita dapat
mempraktikkan ‘tiga latihan yang lebih tinggi’ yang merupakan sebab
untuk pencapaian kebebasan. (Dalam Buddhisme Therawada, tiga
latihan yang lebih tinggi dikenal dengan sila, samadhi, dan panna
alias Delapan Jalan Utama).

Seperti yang kita ketahui, akar dari eksistensi yang berulang


yang harus dihancurkan adalah kesalahan cara pandang tentang
adanya suatu eksistensi yang berdiri sendiri yang mandiri/
independen (grasping at an inherent-self). Untuk mengatasi ini, kita
perlu kebijaksanaan sehingga kita dapat memahami kesunyataan.
Kita dapat membangkitkan kebijaksanaan semacam ini dengan dasar
kelahiran yang sekarang kita miliki. Tetapi, realisasi kebijaksanaan
seperti ini tergantung dari realisasi latihan ‘konsentrasi yang lebih
tinggi’ dan kita mempunyai kemungkinan untuk praktik latihan
konsentrasi yang lebih tinggi itu dalam kehidupan kita sekarang
ini. Latihan ini juga mempunyai sebabnya yaitu latihan disiplin
moral yang lebih tinggi. Dari berbagai bentuk displin moral yang
berbeda-beda, yang dibutuhkan di sini adalah sila pratimoksha,
disiplin moral untuk kebebasan pribadi. Pratimoksha mencakup
sila untuk Biksu dan Biksuni, sila untuk Sramanera dan Sramaneri,
sila untuk Anagarini (probationary nuns), dan panca sila untuk
Upasaka dan Upasika (umat biasa). Akar dari pratimoksha adalah
penolakan terhadap samsara (renunciation). Jika tidak mempunyai
rasa penolakan, tidak mungkin untuk membangkitkan janji seperti
ini (janji pratimoksha) dalam pikiran kita. Karena dunia tempat
kita hidup dan jenis kelahiran yang kita miliki, kita mempunyai
kemungkinan untuk membangkitkan penolakan yang diperlukan
untuk latihan disiplin moral yang lebih tinggi.

15
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

Mengapa mudah bagi kita untuk membangkitkan penolakan?


Karena dalam dunia tempat kita hidup, kita mengalami kesenangan
dan penderitaan tetapi tidak ada salah satu yang ekstrem. Untuk
para dewa di alam keinginan, sebagai contoh, jauh lebih sulit
untuk membangkitkan penolakan ini karena kesenangan mereka
jauh lebih besar daripada yang kita miliki. Mereka secara konstan
mengalami kesenangan kelima objek indra. Untuk kita, walaupun
kita menikmati beberapa kesenangan tetapi derajatnya jauh
lebih kecil dan suatu hal jarang bahwa kita sampai sepenuhnya
tenggelam dalam kesenangan tersebut. Kita mengalami kesenangan
dan penderitaan, dan kesenangan kita berlangsung begitu sebentar.
Ini membuat kita sadar akan penderitaan alami dari eksistensi
berulang dan membawa kita untuk membangkitkan suatu bentuk
penolakan. Pada basis ini kita mampu untuk mempraktikkan latihan
disiplin moral yang lebih tinggi, yang merupakan dasar dari dua
latihan lebih tinggi lainnya: konsentrasi dan kebijaksanaan. Dengan
mempraktikkan tiga latihan yang lebih tinggi ini, kita membuat
sebab untuk bebas dari eksistensi yang berulang.

Lebih jauh, dengan kelahiran kita saat ini, kita mempunyai


potensi besar untuk merealisasi pikiran pencerahan (bodhicita). Kita
dapat merealisasikannya dengan jauh lebih mudah daripada para
naga dan bentuk kehidupan bukan manusia lainnya. Karena kita
dapat merealisasi bodhicita, secara alami kita juga dapat mencapai
hasilnya yaitu pencerahan.

Mereka yang memiliki suatu kelahiran unggul sebagai manusia


disebut ‘penghimpun karma’, karena mereka mampu memproduksi
karma yang matang dengan sangat cepat dalam kehidupan ini juga.
Dengan alasan ini juga bahwa kita dapat memperoleh hasil seperti
‘penolakan’ dan sebagainya, jauh lebih mudah daripada bentuk
kehidupan lainnya.

16
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

Perlu dicatat bahwa kemungkinan untuk merealisasikan


Kebuddhaan dalam satu waktu kehidupan dengan mempraktikkan
Wajrayana, tergantung dari kondisi­kondisi tertentu. Di samping
lahir dari suatu rahim, juga diperlukan suatu tubuh dengan enam
unsur. Kita sebagai manusia memenuhi syarat-syarat ini. Lebih
jauh, kita adalah penghimpun karma, sehingga karma yang kita
hasilkan dalam kehidupan ini dapat matang di waktu kehidupan
yang sama.

Oleh karena itu, kelahiran manusia kita, bebas dan beruntung,


mempunyai potensi besar tidak hanya dalam pengertian sementara,
yaitu untuk mendapatkan kelahiran yang lebih tinggi dalam eksistensi
berulang, tetapi juga dalam pengertian tertinggi, memperoleh
keadaan unggul, kebebasan dari eksistensi berulang (terbebas dari
samsara) dan pencerahan lengkap sempurna (menjadi Samma-
sambuddha).

Merenungkan Betapa Berharganya dari Saat ke Saat


Terakhir, waktu kehidupan kita saat ini adalah sangat
bermakna karena mempunyai potensi besar dari saat ke saat.
Bila kita mencurahkan diri kita dengan sepenuh hati pada praktik
pemurnian karma buruk dan praktik penghimpunan karma baik
untuk satu jam saja, bahkan dalam periode waktu yang singkat itu,
kita akan mampu menghimpun tak terhitung penyebab-penyebab
untuk pencapaian kebebasan atau pencerahan. Ini yang dimaksud
dengan potensi besar kehidupan kita dari saat ke saat.

Untuk alasan ini Yang Mulia Je Tsongkhapa berkata, “Mengerti


nilai besarnya, kila akan berhenti menyia-nyiakannya.” Tujuan
dari bermeditasi pada nilai besar dari kelahiran manusia kita yang
unggul adalah untuk berhenti menyia-nyiakan waktu kita. Cara
kita berpikir, sepenuhnya berbeda dari apa yang telah dijelaskan

17
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

oleh Yang Mulia Je Tsongkhapa. Kita lebih sedih karena kehilangan


dompet kita, jika ada uang di dalamnya, dibandingkan saat kita
menyia-nyiakan waktu kita.

Suatu kenyataan bahwa ketika seseorang kehilangan


dompetnya, semua orang menaruh perhatian dan berpikir, “Di
bagian bumi sebelah manakah dompetnya berada?” Mereka
akan mencari dompet tersebut di semua tempat tetapi mereka
tidak berpikir bahwa mereka telah menghamburkan waktu.
Kenyataannya, kita justru mencari cara untuk menghamburkan
waktu. Kita terus mencari cara untuk menghamburkan waktu kita
dengan menonton pertunjukkan, menonton televisi, mendengarkan
musik, dan berbagai bentuk hiburan. Ini menunjukkan betapa jauh
berbedanya cara berpikir kita dari seseorang yang telah benar-benar
memahami betapa besar potensi dari bentuk kehidupan sebagai
manusia. Ketika kita merenungkan hal ini, bentuk kehidupan
yang kita miliki saat ini tidak ada bedanya dengan yang dimiliki
oleh banyak praktisi besar di masa lampau, mereka yang mampu
mencapai realisasi tertinggi dalam kehidupan mereka. Satu contoh
adalah Guru Jetsun Milarepa yang mencapai pencerahan dalam
satu waktu kehidupan. Bentuk kehidupan Beliau, tidak berbeda
dengan yang kita miliki saat ini. Perbedaan antara Beliau dan kita
adalah hanya karena Beliau menggunakan seluruh potensinya.
Beliau melakukan usaha yang giat untuk menggunakan apa yang
telah Beliau miliki dan menunjukkan ketekunan dalam praktiknya.

Tujuan dari merefleksikan topik ini dalam Lamrim adalah


untuk menjadi benar-benar sadar terhadap potensi yang kita
miliki pada masa kehidupan saat ini. Tetapi mengetahui saja
tidaklah cukup, kita harus menjadikan kesadaran ini benar-benar
menyentuh diri kita, sampai pada titik dengan kita membangkitkan
suatu keputusan untuk tidak menghamburkan barang sesaat pun
dari masa kehidupan yang amat berharga yang kita miliki saat ini.

18
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

Terdapat kemungkinan timbul reaksi berikut, yaitu berpikir


bahwa memang benar jika bentuk kehidupan kita sekarang memberi
kita potensi besar, bahkan jika saya gagal menggunakannya saat
ini, saya akan mendapatkannya lagi dalam kehidupan mendatang
dan kelak akan memanfaatkan bentuk kehidupan sebagai
manusia tersebut dalam kehidupan mendatang. Untuk menangkal
pandangan yang keliru ini, kita memiliki topik yang ketiga dalam
bab yang berkaitan dengan kemuliaan kehidupan sebagai manusia
yang bebas dan beruntung ini, yang menjelaskan betapa sangat
sulitnya untuk mendapatkan suatu kelahiran tinggi sebagai seorang
manusia dengan semua kondisi yang baru saja Rinpoche uraikan.

Merenungkan Sulitnya Mendapatkan Eksistensi Manusia


dengan Delapan Kebebasan dan Sepuluh Keberuntungan
Kita mudah berpikir bahwa walaupun kita telah mendapatkan
suatu bentuk kehidupan manusia yang sangat berharga sekarang,
tidak menjadi soal bila kita tidak menggunakannya dengan baik
karena kita akan mendapatkannya lagi di kehidupan selanjutnya,
dan baru pada saat itu kita akan menggunakan bentuk kehidupan
kita sebagai manusia untuk mendapatkan sesuatu yang bermanfaat.
Pendekatan ini salah karena untuk mendapat kelahiran seperti itu
lagi pada masa mendatang adalah suatu hal yang jauh lebih sulit
daripada yang kita dapat bayangkan.

Kita dapat mengerti bagaimana sulitnya memperoleh suatu


kelahiran unggul sebagai manusia dengan merenungkan hal-hal
berikut:
1. Merenungkan kesulitan mendapat kelahiran sebagai manusia
tersebut dari sudut pandang sebabnya,
2. Merenungkan kesulitannya dengan menggunakan
perumpamaan-perumpamaan,

19
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

3. Merenungkan kesulitannya dari sudut pandang esensi alaminya.

Merenungkan Sebab-sebab yang Membuat Kita Mendapatkan


Suatu Bentuk Kelahiran yang Unggul sebagai Manusia
Untuk memperoleh suatu bentuk kelahiran sebagai manusia
yang bebas dan beruntung adalah sulit karena bentuk kelahiran
sebagai manusia ini memerlukan kehadiran secara bersama-
sama semua penyebab­ penyebabnya. Sebab pertama adalah
praktik disiplin moral yang murni, kedua adalah praktik dari
enam kesempurnaan (enam paramita). Lebih jauh lagi, kita perlu
untuk memanjatkan doa dengan motivasi yang murni. Masing­
masing dapat bertanya pada dirinya sendiri apakah kita sedang
memproduksi berbagai sebab ini. Untuk menentukan apakah kita
sedang mempraktikkan suatu disiplin moral yang murni, kita tidak
perlu meminta pendapat orang lain. Kita yang memeriksa tingkah
laku kita sendiri. Untuk melakukannya, kita dapat melihat tingkah
laku kita dalam satu hari. Kita akan mencoba memeriksa apa yang
terjadi dalam pikiran kita dari waktu kita bangun di pagi hari sampai
sekarang. Kita akan memeriksa apakah pikiran kita telah disiplin,
dipengaruhi oleh faktor-faktor mental pengganggu, atau dalam
suatu keadaan yang netral. Kita harus mengukur berapa banyak
waktu yang kita habiskan dalam keadaan pikiran bajik dibandingkan
ketika batin kita dalam keadaan tidak bajik atau netral.

Kita mungkin mengatakan, “Ketika saya bangun di pagi hari


saya melakukan praktik meditasi.” Tetapi kita perlu bertanya pada
diri sendiri “Apa yang sebenarnya terjadi dalam pikiran kita ketika
melakukan hal tersebut? Ketika saya praktik kebajikan, apakah semua
dari tiga unsur hadir yaitu tahap persiapan, tindakan itu sendiri dan
penyelesaian? Apakah semua unsur diatas yang diperlukan untuk
membuat sebuah jalan karma yang kuat, hadir atau tidak? Ketika

20
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

saya membaca doa-doa atau melakukan meditasi, saya mungkin


sedang membaca teks saya tetapi di manakah pikiran saya waktu
itu?”

Kalau kita jujur, kita akan harus mengakui bahwa sulit untuk
menemukan perbuatan atau pikiran bajik yang lengkap dengan
tahap persiapan, tindakan, dan penyelesaian. Dengan dasar inilah,
kita menjadi mengerti tentang kesulitan dalam mendapatkan suatu
bentuk kelahiran yang lebih tinggi seperti yang kita dapatkan saat
ini. Bila kita gagal mendapat kelahiran lagi seperti yang kita miliki
sekarang ini dan sebaliknya jatuh pada suatu kelahiran yang lebih
rendah, akan menjadi sangat sulit bagi kita untuk membangkitkan
suatu kebajikan. Hal ini dikarenakan praktis seluruh waktu akan
dilewatkan dengan pengaruh salah satu dari tiga racun mental
(yaitu: kemelekatan, kebodohan, atau kebencian). Sulit untuk
membayangkan bagaimana seekor binatang, seperti seekor anjing,
mampu belajar sesuatu tentang Dharma atau memiliki suatu
jenis kecerdasan yang mampu membedakan antara hal-hal baik
dan yang buruk. Oleh karena hal ini, para binatang tidak dapat
membangkitkan nilai kebajikan (karma baik) yang baru. Ini berarti
bahwa mereka melanglang buana dari satu kelahiran yang lebih
rendah ke kelahiran yang lebih rendah berikutnya. Inilah alasan
mengapa sangat sulit untuk keluar dari alam-alam yang lebih
rendah sekali ketika telah terlahir di sana. Jika kita membandingkan
kesulitan untuk merealisasikan pencerahan dengan basis bentuk
kehidupan yang kita miliki saat ini, dan kesulitan untuk bangkit dan
terlahir di alam yang lebih tinggi dari kelahiran di alam yang rendah,
maka dapat dikatakan bahwa jauh lebih sulit untuk bangkit dari
sebuah kelahiran yang lebih rendah dibanding untuk merealisasikan
pencerahan. Ketika kita dapat memahami akibat dari kelahiran di
alam-alam rendah tersebut, hal ini cukup untuk memberikan kita
sebuah rasa ngeri.

21
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

Merenungkan Perumpamaan-perumpamaan yang


Mengilustrasikan Kesulitan Mendapatkan Suatu Kelahiran yang
Unggul sebagai Manusia
Untuk mengerti betapa sulitnya mendapatkan suatu kelahiran
manusia yang bebas dan beruntung, kita juga dapat menggunakan
berbagai perumpamaan. Ada banyak perumpamaan seperti itu
yang dapat ditemukan dalam karya Geshe Potowa, Perumpamaan-
perumpamaan yang membawa kemajuan batin (Edifying Similes).
Ada satu perumpamaan yang ditemukan di Lakon Hidup Sang
Penerang oleh Arya Shantidewa dan Surat kepada seorang Sahabat
oleh Arya Nagarjuna, disebut ‘leher kura-kura’. Dijelaskan ada
seekor kura-kura buta yang hidup di dasar samudra yang luas. Di
permukaan samudra ada sebuah cincin emas dengan satu lubang di
tengahnya yang terombang-ambing oleh angin dan ombak. Kura-
kura itu naik ke permukaan samudra hanya satu kali setiap seratus
tahun. Apakah mungkin bahwa leher kura­kura tersebut bertemu
dengan cincin emas dan masuk ke dalam lubangnya, sedangkan
cincin itu terombang-ambing oleh angin dan ombak? Mungkin saja,
tetapi hal ini benar­benar hampir mustahil.

Pada perumpamaan ini, samudra menggambarkan samudra


eksistensi yang berulang-ulang (samsara). Kita adalah kura-kura
buta di dasar samudra itu. Kebutaannya melambangkan bagaimana
kita dibutakan oleh kebodohan. Cincin emas melambangkan ajaran
Buddha. Kenyataan bahwa cincin emas itu hanya mempunyai
sebuah lubang melambangkan bahwa hanya ada satu jalan masuk ke
dalam ajaran Buddha, yaitu berlindung kepada Triratna. Kenyataan
bahwa cincin emas itu terombang­ambing oleh angin dan ombak
di permukaan samudra melambangkan bagaimana ajaran Buddha
berpindah dari satu tempat ke tempat lain di dunia, muncul di satu
tempat dan menghilang dari tempat lain, selalu berganti tempat.

22
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

Bahwa kura-kura buta naik ke atas permukaan samudra hanya


sekali dalam seratus tahun menggambarkan betapa langkanya
kejadian di mana kita dapat bangkit dari suatu bentuk kelahiran
yang rendah ke suatu bentuk kelahiran yang lebih tinggi. Ketika kita
naik ke suatu bentuk kelahiran yang lebih tinggi, kemungkinan kita
untuk bertemu dengan ajaran Buddha adalah seperti kemungkinan
leher kura-kura bertemu cincin emas itu, yang terombang-ambing
di permukaan samudra. Ini berarti bahwa walaupun kita mungkin
sesekali terlahir di alam yang lebih tinggi, setelah sebelumnya
terlahir di alam yang rendah, kemungkinan kita bertemu ajaran
Buddha pada saat itu sangatlah kecil. Perumpamaan ini adalah
satu perumpamaan yang menyebabkan kita mengerti kesulitan
mendapatkan suatu kelahiran unggul sebagai manusia yang bebas
dan beruntung. Contoh-contoh seperti ini sangat gampang dan
dapat dengan mudah memahami arti kesulitan itu dalam kehidupan
kita.

Kesulitan Memperoleh Suatu Kelahiran Manusia yang Unggul


dari Sudut Pandang Sifat Esensinya
Ada cara lain untuk memahami betapa sulitnya untuk
memperoleh suatu bentuk kelahiran yang unggul sebagai seorang
manusia yang bebas dan beruntung, yaitu dari sudut pandang
sifat esensinya. Hal ini merujuk kepada jumlah atau statistik. Fakta
bahwa proporsi kelahiran sebagai manusia dibandingkan dengan
kelahiran sebagai binatang adalah sangat kecil. Sedangkan jumlah
makhluk yang terlahir sebagai hantu kelaparan jauh lebih banyak
daripada yang terlahir sebagai binatang dan bahkan mereka yang
terlahir di neraka jauh lebih banyak daripada yang terlahir sebagai
hantu kelaparan.

23
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

Suatu hal yang mudah bagi kita untuk mengamati tentang


perbedaan jumlah antara manusia dan binatang di muka bumi ini.
Walaupun populasi manusia di dunia bertambah, jumlah manusia
masih sangat kecil dibanding dengan populasi binatang. Bila kita
pergi ke suatu lapangan rumput di musim panas dan menggali tanah
kira-kira seluas ukuran tempat duduk kita, kita akan menemukan
bahwa di bidang sekecil itu, tampaknya jumlah binatang yang ada
hampir sama banyaknya dengan jumlah manusia di dunia.

Kita juga dapat berpikir tentang semua makhluk di alam


perantara (bardo) pada suatu waktu tertentu. Terdapat tak terhitung
banyaknya para makhluk di alam bardo yang bersiap-siap untuk
terlahir saat semua kondisi yang tepat datang bersamaan. Bukti dari
hal ini dapat ditemukan, misalnya ketika seekor binatang meninggal.
Bila kita menaruh bangkainya di alam terbuka, setelah sekitar dua
puluh empat jam, tak terhitung serangga akan muncul atau terlahir
di bangkai tersebut. Jika hal tersebut dapat terjadi dengan sangat
cepat, ini terutama karena banyaknya makhluk di alam perantara
yang siap untuk terlahir kembali – dalam hal ini kelahiran sebagai
binatang.

Untuk memahami perbedaan besar antara jumlah kelahiran


sebagai manusia dibanding kelahiran sebagai binatang, Sang
Buddha memberikan suatu instruksi di dalam Sutra Winaya.
Suatu hari ketika Beliau bersama dengan murid-muridnya, Beliau
menyentuh tanah dengan ujung jarinya dan mengumpulkan sedikit
debu di ujung jarinya tersebut. Beliau kemudian menunjukkannya
kepada pengikutnya dan berkata, “Sekarang, oh para Biksu, yang
mana yang lebih banyak jumlahnya? Partikel debu di ujung jariku
atau partikel debu di dunia?” Para Biksu menjawab ada lebih
banyak partikel debu di permukaan bumi daripada partikel debu
di ujung jari Sang Buddha. Beliau melanjutkan, “Jumlah makhluk
yang terlahir kembali dari alam rendah dan dari alam yang tinggi

24
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

ke alam yang lebih tinggi adalah sebanding dengan jumlah partikel


debu di ujung jariku. Sedangkan jumlah makhluk yang terlahir
kembali di alam rendah dari alam rendah dan alam yang lebih
tinggi adalah sebanding dengan jumlah partikel debu yang terdapat
di permukaan bumi.”

Untuk menjelaskan fenomena ini, kita dapat merujuk pada


apa yang dikatakan Aryadewa dalam karyanya yaitu Empat Ratus
Bait (Four Hundred Verses). Beliau berkata bahwa alasan terdapat
lebih banyak jumlah makhluk yang terlahir kembali dari alam
yang lebih tinggi ke alam yang lebih rendah adalah karena mereka
menggunakan waktu mereka untuk praktik ketidakbajikan dan
bukannya untuk melakukan kebajikan. Sebuah peribahasa yang
biasanya digunakan di Biara Dagpo Dratsang dapat menjelaskan
masalah ketidakmampuan kita dalam melakukan suatu kebajikan
yang berkualitas baik. Peribahasa itu membandingkan usaha kita
untuk mempraktikkan kebajikan dengan usaha menarik keledai
yang kelelahan dengan sebuah beban berat ke atas sebuah
bukit. Sekali seekor keledai letih, mencoba memintanya mendaki
bukit sebenarnya adalah sesuatu yang tidak mungkin. Beberapa
orang mungkin mendorongnya dari belakang, beberapa orang
lagi menariknya dari depan dan yang lainnya mencoba untuk
memukulnya dengan sebuah tongkat. Demikianlah, suatu hal yang
sangat sulit bagi kita untuk melakukan suatu kebajikan yang lengkap
dan kuat.

Kita mungkin melakukan suatu perbuatan baik tetapi perhatian


kita teralih sebelum kita selesai; atau ketika kita mulai, kita lupa
untuk pertama-tama membangkitkan motivasi yang baik; atau bila
kita mulai dengan baik, di tengah-tengah, pikiran kita terganggu;
atau kita melakukan awal yang benar tetapi lupa tahap terakhir
yaitu mendedikasikan kebajikan kita. Dalam setiap kasus, yang
terjadi adalah kita gagal melakukan suatu kebajikan dengan tepat.

25
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

Di lain pihak, ketika saat melakukan ketidakbajikan, hal ini sangat


mudah sekali, semudah air dari sebuah air terjun yang jatuh dari
tebing yang curam. Bagi diri kita, untuk menghasilkan keadaan
pikiran yang tidak bajik seperti kemelekatan, kita tidak perlu
bermeditasi, merenungkan, menggunakan analisa atau alasan,
atau merujuk pada kutipan teks-teks suci apa pun. Hal ini timbul
dengan sendirinya. Aryadewa selanjutnya mengatakan bahwa hal
ini menjelaskan mengapa mayoritas makhluk di alam yang lebih
tinggi jatuh ke alam-alam yang lebih rendah. Hal ini tepat terjadi
karena kita begitu sulit untuk melakukan suatu bentuk kebajikan
yang benar dan begitu mudah untuk membangkitkan pikiran tidak
bajik.

Ketika kita merenungkan kesulitan mendapatkan suatu bentuk


kelahiran yang unggul sebagai manusia yang bebas dan beruntung,
merenungkan sebab-sebabnya, menggunakan perumpamaan-
perumpamaan, dan merenungkan sifat esensinya, kita akan benar-
benar menghargai kesempatan yang begitu jarang didapat dari
bentuk kelahiran yang kita miliki saat ini. Kita akan memandangnya
sebagai suatu permata yang langka dan berharga.

Sekarang kita telah memiliki sebuah bentuk kelahiran sebagai


seorang manusia, yang bebas dan beruntung, yang memberikan
kita potensi untuk menghimpun sebab-sebab untuk merealisasikan
pencerahan dalam waktu yang singkat, misalnya satu jam.
Oleh karena itu kita harus menggunakannya untuk merealisasi
pencerahan tertinggi, Kebuddhaan, demi kepentingan semua
makhluk hidup. Gagal melakukan hal ini, kita harus berusaha untuk
bebas dari samsara. Gagal melakukan hal ini lagi, paling tidak,
kita harus menggunakannya untuk mendapatkan sebuah bentuk
kelahiran yang lebih tinggi dalam samsara, sehingga terhindar dari
penderitaan-penderitaan di alam yang lebih rendah. Bila dengan
potensi yang kita miliki saat ini, kita gagal untuk mencapai salah

26
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

satu dari tujuan-tujuan di atas, maka ini benar-benar merupakan


suatu hal yang memalukan.

Seperti yang dikatakan oleh Raja Dharma yang agung Je


Tsongkhapa, pada kutipan sebelumnya, yaitu sekali kita telah
mengerti betapa besar nilai dari kelahiran kita sebagai manusia
yang bebas dan beruntung, merupakan suatu pemborosan yang
luar biasa jika kita menggunakannya untuk melakukan aktivitas-
aktivitas yang tidak bermanfaat. Jika kita memahami betapa sangat
sulitnya untuk mendapat bentuk kelahiran seperti ini, kita akan
menyimpulkan bahwa kita harus benar-benar menghindari untuk
menyia­nyiakannya. Kita akan membangkitkan sebuah tekad yang
kuat untuk menggunakan berapa pun waktu yang tersisa dalam
hidup ini untuk memperoleh sesuatu yang berarti.

27
2
Kutipan dari Berbagai Guru
Besar

A
rya Bhawawiweka berkata, “Tubuh yang kita miliki
sekarang adalah sama seperti pohon pisang yang tak
berisi. Ia kekurangan inti seperti sebuah gelembung di
atas permukaan air. Tetapi marilah kita gunakan tubuh ini untuk
mencapai hal-hal yang besar, sebesar gunung Meru, untuk kebaikan
semua makhluk hidup.”

Walaupun sekarang ini kita mempunyai sebuah tubuh, tetapi


kita tidak dapat membawanya ke kehidupan selanjutnya. Tubuh
ini dikatakan tidak mempunyai inti yang sejari, dalam pengertian
seperti itu. Arya Bhawawiweka selanjutnya berkata, “Orang-orang
bijak menggunakan tubuhnya, (yang mana setiap saat merupakan
sumber penyakit, penuaan, dan kematian) bukan sebagai sebuah
wahana untuk mencapai kesejahteraannya sendiri. Mereka
mentransformasinya menjadi suatu sumber kebahagiaan bagi
semua makhluk hidup.” Sesungguhnya, hal yang benar bahwa
tubuh kita sebagai satu bagian dari kumpulan yang tidak murni ini
(impure aggregates) adalah suatu sumber dari penderitaan yang
konstan untuk kita dalam bentuk penyakit, penuaan dan kematian.

Seperti yang Arya Bhawawiweka katakan, “Orang-orang bijak


menggunakan tubuhnya bukan untuk mencapai kesejahteraannya
sendiri; mereka mentransformasinya menjadi suatu sumber
kebahagiaan bagi semua makhluk hidup.” Ini adalah cara orang
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

‘bijak’, yang dimotivasi oleh kebaikan hati, dalam menggunakan


skandha-skandha mereka yang tidak murni, untuk tujuan yang
baik. Sedangkan orang ‘tidak bijak’ yang tidak sadar akan potensi
yang mereka miliki atau dikendalikan oleh faktor-faktor mental
pengganggu, dengan egois menggunakan tubuh tidak murni ini
sebagai suatu cara untuk mencapai kepentingannya sendiri tanpa
suatu pertimbangan untuk kesejahteraan makhluk lain.

Orang-orang yang ‘tidak bijak’ atau yang bodoh, bukannya


menggunakan bentuk kehidupan mereka yang unggul untuk
mencapai sesuatu tujuan demi kebaikan makhluk lain, malahan
mereka menggunakannya untuk menghimpun segala macam karma
buruk. Arya Bhawawiweka meneruskan dengan berkata, “Sekarang
kita telah bertemu cahaya Dharma dan memperoleh suatu kelahiran
dengan delapan kebebasan dan sepuluh keberuntungan, kita harus
menggunakannya dalam berlatih Dharma untuk mencapai makhluk
Agung (praktik Bodhisatwa) dan menjadikan bentuk kehidupan ini
bermanfaat.”

Ini adalah nasihat yang bijak untuk kita. Sekarang kita


telah memperoleh suatu bentuk kehidupan unggul yang bebas
dari delapan ketidakbebasan dan terbekahi dengan sepuluh
keberuntungan, kita harus menggunakannya untuk praktik jalan
Bodhisatwa. Bila kita tidak menggunakannya untuk menghimpun
nilai kebajikan atau menciptakan penyebab untuk kebahagiaan kita
sendiri, tetapi malahan menggunakannya untuk membangkitkan
karma negatif, ini merupakan suatu hal yang sangat memalukan.

Dengan nada yang sama, Arya Shantidewa berkata bahwa bila


kita tidak menggunakan hidup kita untuk mengumpulkan kebajikan
tetapi malah menyia-nyiakanya, ini adalah suatu kehilangan
terburuk bagi diri kita sendiri.

30
Kutipan dari Berbagai Guru Besar

Arya Nagarjuna juga berkata demikian, “Bayangkan seseorang


yang mempunyai mangkuk emas yang dihiasi dengan permata
berharga tetapi tidak tahu nilai dari mangkuk tersebut. Bukannya
menggunakan mangkuk tersebut untuk hal-hal yang baik, ia
malahan menggunakannya sebagai sebuah pot atau mangkuk
untuk tempat muntah. Setiap orang akan setuju bahwa orang itu
benar-benar bodoh karena ia tidak menyadari bahwa ia memiliki
sesuatu yang sangat berharga di tangannya yang dapat digunakan
untuk menghidupi diri sepanjang hayatnya.” Tanpa membicarakan
tentang menjualnya semua, bila dia mengambil sedikit permata
itu dan menjualnya, dia mungkin dapat bertahan hidup dari
hasil penjualan tersebut untuk beberapa waktu. Walaupun setiap
orang akan menganggap orang itu tak waras, Arya Nagarjuna
berkata bahwa kebodohannya tidak berarti bila dibanding dengan
kebodohan seseorang yang menggunakan bentuk kelahirannya
yang unggul sebagai manusia untuk menghimpun sekumpulan
besar perbuatan buruk dan karma negatif. Kebodohan orang seperti
itu sulit untuk diukur.

Dalam karya Arya Bhawawiweka selanjutnya disebutkan


bahwa, “Tubuh Manusia ini adalah sebuah sumber penyakit,
penuaan, dan kematian pada setiap saat”. Ini sesungguhnya
merupakan suatu yang benar bahwa bila kita hanya membiarkan
tubuh kita mengikuti proses alaminya, ia akan semata-mata
merupakan sebuah sumber penderitaan karena penyakit, penuaan,
dan kematian. Walaupun demikian, kita mempunyai kemungkinan
untuk menggunakannya sebagai wahana untuk praktik jalan
Bodhisatwa dan mengalihkannya menjadi suatu sumber
kebahagiaan yang luar biasa untuk semua makhluk hidup.

Dalam frase di atas, kita menemukan istilah ‘pada setiap saat.’


Dalam istilah buddhis, yang dimaksud kata ‘saat’ atau moment
adalah satu per tiga ratus enam puluh lima dari waktu yang

31
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

dibutuhkan untuk menjentikkan jari. Dalam hal apa pun, apa yang
terjadi dalam sebuah waktu yang singkat dalam kehidupan kita
bergantung pada apa yang kita lakukan dengan hidup kita tersebut.
Jika kita mampu untuk mentransformasikan tubuh ini menjadi
sesuatu yang jauh lebih berharga daripada hanya sebagai sebuah
sumber penderitaan untuk diri kita, dengan menerapkan praktik
Bodhisatwa, kita dapat mengubahnya menjadi sebuah wahana
untuk menghimpun sekumpulan nilai kebajikan dan kebijaksanaan
yang luar biasa pada setiap saat. Di lain pihak, bila kita tidak
berhati-hati, pada setiap saat dari hidup kita, tubuh kita dapat
menjadi sebuah wahana untuk menghimpun perbuatan-perbuatan
jahat yang mengerikan dan karma buruk.

Karena hidup kita tidaklah lebih dari sederetan momen yang


silih berganti yang membawa kita menuju kematian dan karena
waktu terus bergulir, marilah kita tidak menyia-nyiakan berapa
pun sisa waktu yang kita miliki dalam kehidupan ini. Marilah kita
menggunakan setiap saat dari waktu kita untuk menghimpun
sekumpulan besar nilai kebajikan dan mentransformasikan tubuh
kita menjadi sebuah sumber kebaikan yang tak terhingga bagi
makhluk lain dan bagi diri kita sendiri.

Untuk dapat mentransformasikan tubuh kita menjadi seperti itu,


kita perlu belajar sebuah metode untuk mewujudkan transformasi
tersebut. Untuk tujuan inilah kita mendengarkan penjelasan dari
Tahapan Jalan Menuju Pencerahan yang merupakan sebuah
metode unggul yang membawa kita untuk mencapai tujuan ini.
Tentang bagaimana cara kita untuk mendengarkan, baik dalam
batin maupun dalam perbuatan, kita perlu untuk mendengarkannya
sesuai instruksi dari guru.

32
Kutipan dari Berbagai Guru Besar

Yang Agung Je Tsongkhapa, di dalam karyanya berjudul Baris-


baris Pengalaman berkata:
Kehidupan dengan kebebasan ini lebih berharga
ketimbang permata pengabul harapan, seolah-olah
engkau hanya akan memperolehnya sekali ini saja;
ia sulit diperoleh dan mudah binasa, ibarat kilatan petir
di angkasa;
dengan merenungkan hal ini dan menyadari betapa sia-
sianya semua aktivitas duniawi – layaknya sekam yang
ditampi –
berusahalah siang dan malam untuk memanfaatkan
kehidupan ini sepenuhnya;
aku, sang yogi, telah mempraktikkan dengan cara ini;
engkau yang menginginkan pembebasan juga semestinya
melakukan hal yang sama!
Untuk lebih menyederhanakan teks di atas, Yang Mulia Je
Tsongkhapa sedang menjelaskan bentuk kehidupan sebenarnya
yang kita masing-masing miliki, yang terdiri dari sebuah tubuh dan
sebuah batin. Bentuk kehidupan ini disebut kehidupan manusia
yang berharga karena tersedianya semua kemungkinan yang
terbuka bagi kita. Kita masing-masing seharusnya berhenti sejenak
dari segala aktivitas dan merenungkan selama satu menit tentang
bentuk kehidupan yang kita miliki dan mencoba untuk menjadi
lebih menyadari kemungkinan-kemungkinan/peluang yang
diberikan dengan memiliki bentuk kehidupan sebagai manusia
yang berharga ini. Jadi, apa yang kita miliki saat ini, yang disebut
dengan tubuh manusia yang berharga, sebuah kehidupan yang
penuh kesempatan dalam hal praktik Dharma, yang juga berarti
bahwa kita memiliki waktu dan peluang.

33
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

(Kedelapan belas karakteristik yang menyebabkan bentuk


kehidupan kita disebut sebuah tubuh manusia yang berharga telah
dijelaskan di atas).

Yang Mulia Je Tsongkhapa juga menjelaskan bahwa bentuk


kehidupan kita saat ini adalah jauh lebih berharga daripada sebuah
permata pemenuh harapan. Ide tentang permata pemenuh harapan
ini mungkin terasa aneh bagi anda. Secara sederhana, kita dapat
mengatakan bahwa bentuk kehidupan kita saat ini adalah jauh lebih
unggul daripada harta kekayaan apa pun yang mungkin kita miliki
dan kita nikmati. Mengapa demikian? Karena jika kita adalah orang
terkaya di dunia, kekayaan kita hanya akan dapat membebaskan
kita dari kemiskinan dalam waktu kehidupan saat ini saja tetapi hal
tersebut tidak akan memberikan kita apa pun yang lebih dari itu.
Sedangkan bentuk kehidupan yang kita miliki saat ini, bebas dan
beruntung, penuh dengan kesempatan, adalah suatu wahana yang
dapat membawa kita mendapatkan sesuatu yang jauh lebih berarti,
baik bagi diri kita maupun bagi makhluk lain.

Jika kita ingin membebaskan diri kita dari kelahiran di alam-


alam rendah dalam kehidupan mendatang, kita dapat melakukan
hal itu dengan bentuk kehidupan sebagai manusia yang kita miliki
saat ini. Demikian juga jika kita ingin mencari kelahiran kembali di
alam-alam yang lebih tinggi atau pembebasan total dari eksistensi
yang berulang­ulang, kita dapat melakukannya dengan basis tubuh
manusia kita saat ini. Jika kita ingin merealisasikan pencerahan
sempurna, menjadi Buddha, kita juga dapat melakukannya.

Jadi dalam hal ini, bentuk kehidupan kita sebagai manusia


yang berharga ini jauh lebih unggul atau bermanfaat daripada
permata pemenuh harapan atau harta apa pun. Karena permata
pemenuh harapan atau harta duniawi apa pun tidak memiliki
kemampuan untuk membawa kita mencapai berbagai tujuan bagi

34
Kutipan dari Berbagai Guru Besar

diri sendiri dalam masa kehidupan mendatang. Manfaat barang-


barang berharga tersebut hanya terbatas pada masa kehidupan
saat ini saja, menjadikan kita bebas dari kemiskinan.

Lebih lanjut Yang Mulia Je Tsongkhapa mengatakan bahwa


bentuk kehidupan sebagai manusia yang berharga yang kita miliki
saat ini adalah sesuatu yang terjadi hanya sekali saja. Suatu hal
yang sulit untuk kita bayangkan bahwa kita akan mendapatkannya
lagi di masa kehidupan mendatang, karena sangat sulit sekali
menghimpun semua penyebab, yang menghasilkan bentuk
kehidupan sebagai manusia, bebas dari semua penghalang dan
beruntung dengan semua kualitas baik. Dalam pengertian inilah
maka dikatakan bahwa pencapaian bentuk kehidupan sebagai
manusia hanya terjadi satu kali saja.

Apa maksudnya bahwa pencapaian bentuk kehidupan sebagai


manusia, adalah seakan-akan, terjadi pada diri kita hanya satu
kali ini saja? Hal ini karena terdapat banyak sekali penyebab yang
dibutuhkan untuk menghasilkan bentuk kehidupan yang kita miliki
saat ini. Ini bukan masalah hanya satu atau dua penyebab saja, yang
memberikan hasil demikian. Terdapat banyak sekali penyebab-
penyebab dan kondisi-kondisi yang harus hadir bersamaan untuk
memberikan hasil yang kita nikmati saat ini (bentuk kehidupan
sebagai manusia yang memiliki delapan kebebasan dan sepuluh
keberuntungan).

Apa saja penyebab­ penyebab ini? Penyebab utama adalah


praktik disiplin moral yang murni, yang mana merupakan fondasi
yang paling mendasar atas realisasi kelahiran di alam yang lebih
tinggi seperti yang kita miliki saat ini. Di atas hal tersebut kita juga
harus mempraktikkan berbagai kualitas seperti kemurahan hati
dan keempat kualitas lainnya. Seluruhnya terdapat enam kualitas
(enam paramita) untuk menghasilkan berbagai kondisi yang

35
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

melengkapi bagi bentuk kehidupan kita sebagai manusia. Akhirnya


kita membutuhkan penyebab pelengkap yaitu praktik doa dedikasi.
Kita perlu untuk mendedikasikan kebajikan kita untuk pencapaian
kelahiran di alam yang lebih tinggi, yang dimotivasi oleh tujuan
yang tinggi. Karena itu, doa-doa tersebut haruslah tak ternoda
dan bebas dari berbagai kesalahan. Jadi sekarang terserah kita,
tanyakan kepada diri kita sendiri apakah kita telah memproduksi
berbagai penyebab dan kondisi di dalam diri kita dalam masa
kehidupan kita saat ini. Karena itu kita perlu bertanya kepada diri
kita sendiri, apakah disiplin moral kita murni? Apakah kita terus-
menerus mempraktikkan enam kualitas seperti kemurahan hati,
dan sebagainya, apakah kita juga telah mempraktikkan doa-doa
dengan tujuan untuk mendapatkan kelahiran yang lebih baik?

Rinpoche tidak mengatakan bahwa kita tidak memproduksi


suatu kebajikan pun di dalam batin kita, sebab tentu saja kita
melakukannya. Tetapi pertanyaannya, apakah hal tersebut cukup
kuat? Apakah hal tersebut masih ada? Masalahnya adalah kita
cenderung untuk menjadi marah dengan amat mudah, dan jika kita
marah maka kita menghancurkan berbagai kebajikan yang telah
kita produksi. Kita memang melakukan perbuatan bajik dan dengan
demikian kita memproduksi kebajikan, tetapi kita cenderung untuk
menghancurkannya dengan kemarahan dan sebagainya. Dapatkah
kita saat ini percaya diri bahwa kita mempunyai persediaan
kebajikan yang cukup untuk dapat terlahir di alam tinggi atau di
alam manusia di masa kehidupan mendatang?

Bayangkan seseorang yang datang kepada kita dan


bertanya, “Persediaan kebajikan apa yang engkau miliki saat ini
dalam wujud karma positif yang akan engkau bawa untuk masa
kehidupan mendatang?” Apa jawaban yang dapat kita berikan
atas pertanyaan tersebut? Apakah kita yakin bahwa kita memiliki
persediaan atau modal kebajikan yang cukup untuk kita bawa ke

36
Kutipan dari Berbagai Guru Besar

masa kehidupan mendatang? Ini adalah pertanyaan yang harus


kita tanyakan kepada diri kita sendiri. Dengan pengertian ini kita
dapat memahami bahwa sebuah kelahiran sebagai manusia yang
bebas dan terberkahi adalah sulit untuk didapat. Tidak hanya hal
tersebut sulit didapat, melainkan juga masa kehidupan kita amat
sangat singkat. Yang Mulia Je Tsongkhapa membandingkannya
hal ini dengan sebuah ‘kilat yang menerangi angkasa’, dalam
menggambarkan betapa singkat dan rapuhnya masa dan bentuk
kehidupan sebagai manusia. Jauh di lubuk hati, kita benar-benar
mengetahui dengan baik bahwa kita tidak memiliki ide berapa
lama kita dapat hidup, dan setiap saat, kita mungkin mati dan
meninggalkan hidup ini.

Dalam konteks ini, atas apa yang tadi telah Rinpoche jelaskan,
kita harus menyadari bahwa sebuah aktivitas duniawi kita adalah
tidak berarti sama sekali. Aktivitas­aktivitas tersebut tidak berharga
sama seperti sekam. Sekam adalah bagian (kulit) dari padi yang
dibuang. Ketika Anda menampih, anda mencari biji padi. Aktivitas-
aktivitas duniawi kita, hal-hal yang kita kerjakan hanya untuk tujuan
masa kehidupan saat ini saja adalah tidak berharga sama sekali
seperti halnya kita berusaha mencari padi di antara tumpukan
sekam. Kita harus melihat bahwa segala hal yang kita lakukan dalam
masa kehidupan saat ini, menjadi terganggu (tergoda rangsangan
duniawi), mencari hiburan dan membiarkan diri kita menjadi gila
dan sebagainya, adalah sebuah penghamburan waktu. Sedangkan
kesempatan untuk terlahir sebagai manusia adalah sangat langka
dan masa kehidupan tersebut sangatlah singkat.

Jadi, Yang Mulia Je Tsongkhapa mengatakan bahwa ketika


kita telah menyadari bahwa aktivitas-aktivitas duniawi kita hal­
hal yang kita kerjakan hanya untuk tujuan masa kehidupan saat
ini saja, sesungguhnya tidaklah berarti dan kosong. Sebaliknya
kita harus berjuang siang dan malam untuk memanfaatkan

37
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

kesempatan yang kita peroleh dari pencapaian bentuk kehidupan


kita sebagai manusia dan mendapatkan nilai yang baik. Yang
Mulia Je Tsongkhapa mengatakan bahwa Beliau sebagai yogi telah
melakukan hal tersebut, dan Beliau menasihati kita agar melakukan
hal yang sama karena kita juga mencari pembebasan.

38
3
Resume, Berbagai Nasihat,
dan Anjuran

B
ab keempat dari Lamrim yaitu ‘Bagaimana kita para
murid dibimbing dengan ajaran sebenarnya’ terdiri
dari dua bagian:
1. Bagaimana bertumpu pada Guru spiritual, akar dari sang jalan.
2. Bagaimana melatih batinmu secara bertahap setelah bertumpu
padanya.

Kita ada pada bagian kedua, ‘Bagaimana melatih batinmu


secara bertahap setelah bertumpu padanya.’ Ini juga mempunyai
dua bagian, yaitu:
1. Dorongan untuk memanfaatkan tubuh manusia dengan
kebebasannya.
2. Bagaimana memanfaatkan tubuh manusia dengan
kebebasannya.

Poin pertama mempunyai tiga bagian:


1. Mengenali eksistensi manusia dengan delapan kebebasan dan
sepuluh keberuntungan,
2. Merenungkan potensi besarnya,
3. Merenungkan kesulitan dalam memperolehnya.
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

Kita telah menuju pada poin kedua, ‘Bagaimana


memanfaatkan tubuh manusia dengan kebebasannya’ Rinpoche
pertama-tama akan mengulang sekilas mengenai kelahiran unggul
sebagai manusia yang bebas dan beruntung. Pertama-tama, kita
harus mengenali seperti apa kelahiran manusia yang bebas dan
beruntung tersebut dan mengidentifikasinya dalam diri kita sendiri.
Kemudian kita harus merefleksikan betapa besar nilai besarnya dan
potensi dari bentuk kehidupan sebagai manusia yang kita peroleh.
Dan ketiga, kita merenungkan betapa sulitnya untuk mendapatkan
bentuk kehidupan seperti itu.

Idenya adalah pertama-tama mengidentifikasikan eksistensi


manusia yang unggul, bebas dan beruntung, dalam diri kita sendiri.
Eksistensi ini mempunyai delapan kebebasan, yang merupakan
kebalikan dari delapan ketidakbebasan. Ada empat ketidakbebasan
yang tidak berkaitan dengan manusia dan empat ketidakbebasan
sebagai manusia. Kita harus menyadari bahwa kita bebas dari
semua rintangan-rintangan itu. Tetapi dikatakan bahwa bila kita
tidak berhati-hati, meskipun kita mungkin bebas dari delapan
ketidakbebasan, kita mungkin terperangkap oleh ketidakbebasan
kesembilan. Kita harus berhenti dan berpikir sejenak tentang hal ini.

Meskipun kita menikmati delapan bentuk kebebasan, tapi


kalau melihat gaya hidup kita, kelihatannya kita menghadapi
ketidakbebasan kesembilan yaitu kekurangan waktu. Tampaknya
kita mempunyai sangat sedikit waktu yang tersisa untuk praktik
Dharma karena cara kita menghabiskan hidup kita.

Dalam hal ini, kita dapat merujuk pada kata-kata dari meditator
agung, Gomchen Ngaki Wangpo dari Biara Dagpo. Beliau berkata
bahwa ketika kita masih sangat muda, kita tidak berpikir untuk
berpraktik Dharma. Ketika kita sudah sangat tua, kita kekurangan
kemampuan untuk melakukan banyak praktik. Di antara dua fase

40
Resume, Berbagai Nasihat, dan Anjuran

itu, kita menggunakan waktu kita untuk makan, minum, tidur, dan
sakit. Dalam kasus ini, bahkan bila seseorang hidup seratus tahun,
dia hanya mempunyai sangat sedikit waktu untuk praktik Dharma.
Ini benar-benar suatu masalah. Rinpoche akan membicarakan
pengalaman pribadinya sendiri. Meskipun Rinpoche bukan orang
Eropa tetapi Rinpoche tinggal di Eropa dan mempunyai gaya hidup
Eropa. Ada suatu masalah dalam menemukan waktu untuk praktik
Dharma. Silakan berpikir bagaimana masalah di atas terjadi pada
diri kita. Mungkin ini hanyalah sebuah masalah bagi Rinpoche,
tetapi Rinpoche meragukan itu.

Ini situasi pribadi Rinpoche. Rinpoche sekarang [tahun


2000-red] berumur 68 tahun dan 34 tahun dari hidup Rinpoche
digunakan untuk tidur. Dari sisa 34 tahun, sekitar 10 sampai 15
tahun digunakan untuk makan dan minum. Sisa waktunya,
Rinpoche memperkirakan mungkin sekitar tujuh sampai sepuluh
tahun dihabiskan untuk telepon, melakukan pembicaraan yang
tidak perlu. Untuk orang­orang yang senang ngobrol, waktu yang
dihabiskan untuk pembicaraan yang tidak perlu bahkan akan lebih
besar. Jika kita berpikir tentang hal ini, waktu yang tersisa untuk
praktik Dharma adalah sangat sedikit.

Guru Gungtang Jampel Yang adalah seorang cendekiawan


yang agung dari Tibet. Beliau berpengetahuan dalam semua
bidang Dharma dan seorang praktisi besar. Beliau menulis banyak
karya-karya dalam topik-topik Buddhis. Karena hal tersebut,
banyak murid-muridnya yang meminta Beliau untuk menulis
riwayat hidup. Walaupun Guru Gungtang Jampel Yang tidak
mempunyai keinginan sedikitpun untuk melakukannya, tetapi
karena pengikutnya bersikeras, akhirnya Beliau mengabulkannya.
Cara Beliau menulis biografinya adalah sebagai berikut, “Selama
dua puluh tahun, saya tidak berpikir untuk praktik Dharma. Dua
puluh tahun berikutnya, saya gunakan dengan berpikir bahwa saya

41
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

harus praktik Dharma. Dua puluh tahun terakhir, saya gunakan


dengan berharap bahwa saya sudah praktik Dharma. Inilah cerita
dari kehidupan kosong saya.”

Tentu saja ini tidak berhubungan sedikitpun dengan cara hidup


Guru Gungtang Jampel Yang sendiri. Beliau menulis itu sebagai
suatu ajaran bagi kita dan itu benar-benar berlaku pada kita.
Penting untuk tidak jatuh ke dalam perangkap dari ketidakbebasan
yang kesembilan ini.

Setelah mengidentifikasi seperti apa suatu kehidupan manusia


yang bebas dan beruntung, kita akan merefleksikan nilai besarnya
dari tiga sudut pandang. Pertama, kehidupan seperti itu bernilai
dalam jangka pendek karena memberikan kita potensi untuk
mencapai tujuan-tujuan sementara. Kedua, kehidupan seperti itu
berharga karena potensi besarnya untuk mencapai tujuan-tujuan
tertinggi. Terakhir, kehidupan seperti itu mempunyai nilai besar
karena apa yang dapat kita capai dengannya pada setiap saat.

Merenungkan nilai besar dari tubuh manusia kita, yang bebas


dan beruntung, harus membawa kita untuk benar­benar menghargai
kelahiran manusia kita dan bertekad kuat untuk menggunakannya
untuk sesuatu yang berguna. Itu juga harus membuat kita menyadari
semua yang dapat kita capai dengan dasar kehidupan kita saat ini.
Apakah kita berhasil mencapainya atau tidak, itu masalah lain,
tetapi tanpa keraguan sedikitpun, kita mempunyai kemungkinan
untuk mencapai tujuan yang tertinggi.

Setelah merefleksikan potensi besar untuk praktik Dharma,


yang diberikan oleh kelahiran unggul kita, kita perlu merenungkan
betapa sulit kelahiran tinggi semacam itu didapatkan. Dengan cara-
cara yang berbeda, kita akan dapat menyadari kesulitan untuk
mendapatkan keadaan seperti itu, pertama dari sudut pandang

42
Resume, Berbagai Nasihat, dan Anjuran

sebabnya, kedua dengan cara perumpamaan-perumpamaan, dan


ketiga dengan merefleksikan esensi alaminya.

Pertama, dari sudut pandang sebabnya. Hal yang membuat


sulit untuk mendapatkan suatu kelahiran unggul sebagai manusia
adalah sangat sulit untuk menghadirkan secara bersama-sama
semua sebab-sebab yang diperlukan untuk memproduksinya.
Kedua, perumpamaan­perumpamaan melukiskan kesulitannya dan
contoh ‘leher kura-kura’ digunakan. Seekor kura-kura buta hidup
di dasar samudra dan naik ke permukaan air hanya sekali dalam
seratus tahun. Apakah mungkin leher kura-kura masuk ke lubang
cincin? Ya, tetapi kemungkinannya sangat kecil. Ketiga, dari sudut
pandang esensi alami atau statistik, suatu hal yang alami bahwa
manusia jauh lebih sedikit daripada binatang dan binatang lebih
sedikit dibandingkan hantu kelaparan dan seterusnya.

Inilah cara bagaimana kita bermeditasi pada topik kehidupan


manusia yang unggul, bebas dari ketidakbebasan dan terberkahi
dengan kondisi-kondisi yang mendukung. Pertama-tama
mengidentifikasikannya, kemudian merefleksikan nilai besarnya
dan terakhir merefleksikan betapa sulitnya hal tersebut untuk
diperoleh. Ketika kita telah menyelesaikan meditasi ini, kita akan
mendedikasikan semua kebajikan yang telah kita hasilkan dalam
meditasi kita.

Bagaimana kita seharusnya bertingkah laku di antara sesi


meditasi? Sewaktu kita melaksanakan meditasi kelahiran unggul
sebagai manusia, sebagai suatu contoh, di antara sesi meditasi
kita harus membaca karya-karya yang berkaitan dengan topik ini.
Kita juga harus mengingat dari waktu ke waktu, apa yang telah
kita refleksikan selama sesi meditasi kita. Kita tidak dapat berpikir
tentang itu setiap waktu, tetapi topik dari meditasi kita seharusnya
tidak pernah sangat jauh dari pikiran kita.

43
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

Kita harus bertingkah laku dengan cara yang sama, baik


saat kita sedang bermeditasi pada sebuah topik yang dipilih
atau mendengarkan sebuah ajaran tentang suatu topik. Setelah
mendengarkan ajaran, kita harus mencoba untuk mengingat
sebanyak mungkin yang kita mampu dari apa yang telah Guru
katakan. Bagi mereka yang mencatat dapat merujuknya setelah
pelajaran selesai dan mencoba untuk mempelajari atau mengingat
semua yang telah Guru katakan. Di antara sesi ajaran, kita harus
mencoba untuk secara terus-menerus mengingatkan diri kita
sendiri pada berbagai hal yang telah Guru katakan sebelumnya,
sehingga pada waktu kita menghadiri ajaran selanjutnya, kita dapat
mengingat sampai ajaran yang telah diajarkan. Dengan cara ini,
kita dapat membuat kemajuan.

Cara yang sama berlaku tentang cara bertingkah laku selama


sesi meditasi dan di antara sesi meditasi. Setelah memeditasikan
suatu topik, kita harus mencoba untuk menyimpan refleksi-refleksi
itu dalam pikiran kita di antara sesi meditasi. Bila kita berhenti
berpikir topik tersebut dan malah berpikir sesuatu yang benar-benar
berbeda, kita akan kehilangan apa yang telah kita dapatkan selama
sesi meditasi. Hal itu berarti bahwa sewaktu kita kembali untuk
bermeditasi, kita akan harus memulai kembali semuanya dengan
poin-poin yang sama. Tetapi jika kita dapat mempertahankan
rangkaian pikiran itu, maka ketika kita kembali bermeditasi, kita
akan mampu melanjutkan dan maju pada poin selanjutnya. Jika
tidak seperti ini, maka akan sulit untuk membuat suatu kemajuan.

Ketika menghadiri sebuah rangkaian ajaran seperti sekarang,


dengan berbagai macam topik, setelah suatu sesi ajaran berakhir,
di antara sesi ajaran, kita harus berhati-hati. Biasanya kita akan
mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan orang lain tetapi
kita harus tetap mempertahankan suatu bagian dari pikiran kita pada
topik tersebut. Bila kita sepenuhnya memutuskan hubungan antara

44
Resume, Berbagai Nasihat, dan Anjuran

pikiran kita dan topik yang telah dijelaskan, akan menjadi sangat
sulit untuk betul-betul memperoleh sesuatu dari apa yang telah kita
dengar. Kita akan kembali pada sesi ajaran berikutnya benar-benar
dengan tangan kosong. Oleh karena itu, cobalah menghindari
terlalu banyak perbincangan yang tidak perlu. Tentu saja kita harus
menyambut kehadiran orang lain dan mempertahankan sikap
bersahabat dengan mereka tetapi kita tidak perlu melakukannya
dengan berlebihan. Sebagai contoh, waktu makan, kita tidak perlu
berbincang yang tidak bermakna tetapi mengingat apa yang telah
Guru ajarkan selama sesi ajaran. Setelah makan, ambil beberapa
waktu untuk beristirahat. Idenya adalah untuk tidak sepenuhnya
lupa tentang topik yang didengar dari Guru, selama kita berada
pada periode di antara sesi ajaran. Bila kita melakukannya (yaitu
melupakan sepenuhnya topik yang diajarkan), akan menjadi sangat
sulit bagi kita untuk menjadi lebih baik.

Bila kita datang ke sini untuk berlibur maka tidak ada gunanya
kita berbicara tentang hal itu. Kita dapat melakukan apa yang
kita inginkan dengan waktu kita. Tetapi jika kita datang dengan
tujuan untuk mendengarkan Dharma, maka kita perlu untuk
mendengarkan dan bertindak seperti yang baru saja dijelaskan.
Demikian juga, jika ada suatu waktu untuk membuat suatu usaha
untuk praktik Dharma, maka sekaranglah waktunya. Praktik Dharma
berarti bekerja untuk memperbaiki tingkah laku kita. Hanya ada
tiga tipe tingkah laku: secara fisik, lisan, dan mental. Pada semua
ketiga level ini, berpraktik Dharma berarti bekerja untuk membuat
perbaikan pada diri kita sendiri pada level itu. Bila kita di sini untuk
mendengarkan Dharma, hal itu juga berarti mempraktikkannya,
yang berarti kita mengerahkan tenaga untuk memeriksa tingkah
laku kita dan mencoba untuk memperbaikinya pada ketiga level
itu. Bila kita mempunyai kebiasaan berkelakuan buruk, sekarang
adalah waktu untuk menghancurkannya. Coba dan cegah pikiran

45
Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia

kita agar tidak sepenuhnya didominasi oleh faktor-faktor mental


pengganggu, karena mereka membuat kita bertingkah laku buruk.
Oleh karena itu, kita perlu mengingat bahwa penting untuk
menyelaraskan tingkah laku kita di antara sesi meditasi dengan apa
yang telah kita kerjakan selama sesi meditasi.

Selesai

46
Menghormati Buku Dharma

B
uddhadharma adalah sumber sejati bagi kebahagiaan
semua makhluk. Buku ini menunjukkan kepada kita
bagaimana mempraktikkan ajaran dan memadukan
mereka ke dalam hidup kita, sehingga kita menemukan
kebahagiaan yang kita idamkan. Oleh karena itu, apa pun benda
yang berisi ajaran Dharma, nama dari guru kita atau wujud-wujud
suci adalah jauh lebih berharga daripada benda materi apa pun
dan harus diperlakukan dengan hormat. Agar terhindar dari karma
tak bertemu dengan Dharma lagi di kehidupan yang akan datang,
mohon jangan letakkan buku-buku (atau benda-benda suci lainnya)
di atas lantai atau di bawah benda lain, melangkahi atau duduk
di atasnya, atau menggunakannya untuk tujuan duniawi seperti
untuk menopang meja yang goyah. Mereka seharusnya disimpan
di tempat yang bersih, tinggi dan terhindar dari tulisan-tulisan
duniawi, serta dibungkus dengan kain ketika sedang dibawa keluar.
Ini hanyalah beberapa pertimbangan.

Jika kita terpaksa membersihkan materi-materi Dharma, maka


mereka tidak seharusnya dibuang begitu saja ke tong sampah,
namun sebaiknya dibakar dengan perlakuan khusus. Singkatnya,
jangan membakar materi-materi tersebut bersamaan dengan
sampah-sampah lain, namun sebaiknya terpisah sendiri, dan ketika
mereka terbakar, lafalkanlah mantra OM AH HUM. Ketika asapnya
membubung naik, bayangkan bahwa ia memenuhi seluruh
angkasa, membawa intisari Dharma kepada seluruh makhluk di 6
alam samsara, memurnikan batin mereka, mengurangi penderitaan
mereka, serta membawa seluruh kebahagiaan bagi mereka, termasuk
juga pencerahan. Beberapa orang mungkin merasa bahwa praktik
ini sedikit kurang biasa, namun tata cara ini dijelaskan menurut
tradisi. Terima kasih.

48
Dedikasi

S
emoga kebajikan terhimpun dengan mempersiapkan,
membaca, merenungkan, dan membagikan buku
ini kepada pihak lain, semoga semua Guru Dharma
berumur panjang dan sehat selalu, semoga Dharma menyebar ke
seluruh cakupan angkasa yang tak terbatas, dan semoga semua
makhluk segera mencapai Kebuddhaan.

Di alam, negara, wilayah atau tempat mana pun buku ini


berada, semoga tiada peperangan, kekeringan, kelaparan, penyakit,
luka cedera, ketidakharmonisan atau ketidakbahagiaan, semoga
hanya terdapat kemakmuran besar, semoga segala sesuatu yang
dibutuhkan dapat diperoleh dengan mudah, dan semoga semuanya
dibimbing hanya oleh Guru Dharma yang terampil, menikmati
kebahagiaan dalam Dharma, memiliki cinta kasih dan welas asih
terhadap semua makhluk, semata memberi manfaat pada sesama,
serta tak pernah menyakiti satu sama lain.
Tentang Penerbit

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA BUKU TERBITAN PENERBIT


PADI EMAS. APAKAH KAMI BOLEH MEMINTA BANTUAN
ANDA?

Penerbit Padi Emas adalah sebuah organisasi non-profit. Misi


kami adalah untuk berbagi kebijaksanaan dari ajaran Buddha
seluas mungkin, terutama yang dibabarkan oleh Yang Mulia Dagpo
Rinpoche. Melalui buku-buku yang kami terbitkan, terselip upaya
untuk menginspirasi, menghibur, mendukung, dan mencerahkan
pembaca di seluruh Indonesia.

Kami memiliki sebuah mimpi, membuat seluruh buku terbitan


Penerbit Padi Emas tersebar seluas-luasnya sehingga dapat
menginspirasi banyak orang, baik pemula yang penasaran, hingga
praktisi yang telah berkomitmen. Apakah Anda setuju dengan
mimpi kami ini? Karena tentu saja kami tidak dapat mewujudkan
mimpi ini tanpa bantuan Anda.

Buku Dharma ini dapat Anda UNDANG kehadirannya di


hidup Anda tanpa biaya berkat kebajikan berdana para dermawan.
Mari turut bermudita dan mendoakan para dermawan yang telah
memungkinkan ini terjadi.

Apabila Anda berminat pula untuk terlibat dalam kebajikan


seperti ini, silakan bergabung sebagai Dharma Patron Lamrimnesia
dan berdana ke:

BCA 0079 388 388 a.n. Yayasan Pelestarian dan


Pengembangan Lamrim Nusantara
MANDIRI 119 009 388 388 0 a.n. Yayasan Pelestarian dan
Pengembangan Lamrim Nusantara

Kemudian mohon konfirmasikan dana Anda dengan


menghubungi Call Center Lamrimnesia.

Dengan menjadi Dharma Patron, Anda secara langsung


terlibat dalam (1) penerbitan dan penyaluran buku Dharma,
(2) penyelenggaraan kegiatan Dharma, (3) pendanaan biaya
operasional dan mobilisasi Dharma Patriot dalam rangka
mendukung aktivitas (1) dan (2) di atas.

Untuk mengetahui lebih lanjut serta memesan buku terbitan


Penerbit Padi Emas, silakan hubungi kontak di bawah ini:

Care: +6285 2112 2014 1

Info: +6285 2112 2014 2

Fb: Lamrimnesia & LamrimnesiaStore

Ig: @Lamrimnesia & @Lamrimnesiastore

Titktok: @Lamrimnesia_

E-mail: info@lamrimnesia.org

Website: www.lamrimnesia.org; www.store.lamrimnesia.com

51

Anda mungkin juga menyukai