Anda di halaman 1dari 158

Sang Ibu,

Penyempurna
Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati
Prajnaparamita Hridaya

Dagpo Rinpoche

Penerbit Padi Emas


2021
Pembagian secara gratis sebanyak 2500 eksemplar

Sang Ibu,
Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya
Judul asli:
The Essence Of The Perfection Of Wisdom Sutras
Dibabarkan oleh:
Yang Mulia Guru Dagpo Rinpoche
pada tanggal 16-19 November 2007
di Kadam Tashi Choe Ling, Malaysia
Penerjemah dari bahasa Tibet ke bahasa Inggris: Rosemary Patton
Penerjemah dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia:
Tenzin Tringyal dan Candri Jayawardhani
Penyunting: Stanley Khu
Perancang sampul: Ponky
Penata letak: Irena Gunawan
Hak cipta naskah Inggris © 2008 Kadam Tashi Choe Ling, Malaysia
Hak cipta naskah terjemahan Indonesia ©2021 Penerbit Padi Emas
ISBN 978-623-97300-1-7
Penerbit Padi Emas
E-mail: penerbitpadiemas@gmail.com
Distributor Lamrimnesia
Pelayanan: +6285 2112 2014 1
Info: +6285 2112 2014 2
Fb: Lamrimnesia & LamrimnesiaStore
Ig: @Lamrimnesia & @Lamrimnesiastore
Tiktok: @Lamrimnesia_
E-mail: info@lamrimnesia.org
Website: www.lamrimnesia.org

Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 2014


tentang Hak Cipta

Ketentuan Pidana Pasal 113 ayat (3) dan (4):


(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan
pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b,
huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling
lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan
dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Pasal 114:
Setiap Orang yang mengelola tempat perdagangan dalam segala bentuknya yang dengan sengaja
dan mengetahui membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran Hak
Cipta dan/atau Hak Terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10, dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
DAFTAR ISI

Kata Pengantar v
Transkrip Ajaran vii
Biografi Guru Dagpo Rinpoche xi
Pendahuluan 1
Judul Sutra 29
Pendahuluan Sutra 43
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban 59
Kesimpulan Sutra dan Penutup 123
Lampiran: Esensi Mulia dari Sutra Intisari
Penyempurnaan Kebijaksanaan (Sutra Hati) 129
Bagaimana Menghormati Buku Dharma 133
Dedikasi 135
Tentang Penerbit 137

iii
KATA PENGANTAR

T
opik ajaran dalam edisi transkrip kali ini adalah Sutra
Intisari Penyempurnaan Kebijaksanaan, yang juga
dikenal sebagai Sutra Hati. Sutra ini adalah versi paling
ringkas dari ajaran khas Mahayana yang dibabarkan Sang Buddha
di puncak Burung Nazar di Rajagraha, setahun setelah mencapai
pencerahan. Meski adalah versi tersingkat dalam hal jumlah kata,
namun isinya sama dengan versi yang terpanjang.

Arti penting dari Sutra ini terbukti di seluruh negeri di mana


ajaran Mahayana Sang Buddha tersebar, baik di Tibet, Mongolia,
Cina, maupun Jepang. Sutra ini terus dipraktikkan dengan luas
oleh masyarakat di negara-negara tersebut, dan dapat dilafalkan
dengan sangat mudah oleh setiap orang karena keringkasannya.
Sutra ini juga bertindak sebagai dasar untuk pembelajaran dan
meditasi bagi banyak praktisi, karena dengan mempraktikkan apa
yang terkandung dalam ajarannya, seseorang dapat mencapai
tujuan tertinggi, yaitu pencerahan sempurna. Bagi mereka yang
tidak memiliki kemampuan untuk mempelajari dan mendalami
makna mendalamnya, mereka masih tetap dapat melafalkannya
berulang-ulang. Ada juga orang-orang yang sekadar mendengar
ajaran ini dari orang lain melalui transmisi lisan, dengan tetap
mengusung tekad untuk mempraktikkan Sutra agung ini dan berdoa
agar mereka segera memperoleh akses pada makna terdalamnya.
Dengan cara inilah Sutra ini dipelajari oleh semua kalangan.

Mempraktikkan Sutra ini akan menghasilkan manfaat


yang tak terbatas – yang tertinggi tentu saja adalah pencapaian

v
pencerahan yang lengkap dan sempurna. Manfaat sementaranya,
misalnya dengan hanya melafalkan Sutra ini tanpa benar-benar
memahami maknanya, akan membantu kita menghilangkan
berbagai penghalang batin dan memurnikan diri dari aneka
kesalahan. Berhubung tidak terbatas dan luasnya cakupan manfaat
yang dikandung Sutra ini, maka sudah sewajarnya apabila sebuah
upaya dilakukan untuk menyebarkan ajarannya kepada sebanyak
mungkin orang. Dalam konteks inilah edisi transkrip ajaran Guru
Dagpo Rinpoche kali ini diterbitkan. Semoga kandungan nilai dan
manfaat dalam pemaparan ajaran oleh beliau dapat memberi
kebaikan sebanyak mungkin, tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi
juga untuk kepentingan semua makhluk.

vi
TRANSKRIP AJARAN

S
ecara harfiah, “transkrip” artinya salinan kata per
kata dari sebuah tuturan lisan yang disampaikan oleh
seseorang atau lebih. Transkrip ajaran artinya salinan
kata per kata yang disampaikan oleh seorang guru pada suatu sesi
ajaran tertentu.

Karya tulis atau literatur beraliran transkrip dalam tradisi Tibet


disebut sintri (zin bris) yakni transkripsi berdasarkan ingatan. Dahulu
kala, seorang murid akan mendengarkan ajaran gurunya dengan
penuh perhatian dan setelah itu sang murid akan menuliskan
kembali apa yang telah didengarnya. Kitab suci Buddhis Tripitaka
adalah transkrip yang disusun oleh murid-murid Sang Buddha
berdasarkan kekuatan ingatan.

Referensi transkrip paling penting di abad ke-20 adalah


transkrip yang disusun oleh Kyabje Trijang Rinpoche berdasarkan
ingatan beliau dari sesi ajaran yang disampaikan oleh Phabongkha
Rinpoche. Transkrip asli berbahasa Tibet ini yang kemudian
diterbitkan menjadi tiga jilid literatur legendaris berjudul Liberation
in Our Hands.

Di zaman modern, para murid menyimpan dan


mempertahankan ajaran-ajaran lisan yang disampaikan oleh
seorang guru dalam bentuk rekaman audio. Materi rekaman audio
ini kemudian diolah menjadi teks tertulis yang dikenal sebagai buku
transkrip.

vii
Cara membaca buku transkrip berbeda dengan cara membaca
buku pada umumnya. Membaca buku transkrip haruslah didukung
oleh keyakinan disertai tambahan rujukan teks akar dan teks-teks
pendukung lainnya. Membaca buku transkrip bisa diibaratkan
mendengarkan ajaran secara langsung. Ketika membaca buku
transkrip, kita harus menerapkan teknik mendengarkan ajaran
Lamrim, yaitu menghindari tiga kesalahan sebuah bejana dan
menerapkan enam ingatan. Dengan demikian, barulah aktivitas
membaca buku transkrip menjadi benar-benar efektif dan
memberikan manfaat.

viii
BIOGRAFI
GURU DAGPO RINPOCHE

D
agpo Rinpoche, juga dikenal dengan nama Bamchoe
Rinpoche, lahir pada tahun 1932 di Distrik Konpo,
sebelah tenggara Tibet. Pada usia 2 tahun, beliau
dikenali oleh Y.M.S. Dalai Lama ke-13 sebagai reinkarnasi dari
Dagpo Lama Rinpoche Jhampel Lhundrup. Ketika berusia 6 tahun,
beliau memasuki Biara Bamchoe, dekat Distrik Dagpo. Di sana,
beliau belajar membaca dan menulis, juga mulai mempelajari dasar-
dasar sutra dan tantra. Pada usia 13 tahun, beliau memasuki Biara
Dagpo Shedrup Ling untuk mempelajari 5 Topik Utama filsafat
Buddhis, yaitu: Logika, Paramita, Madhyamika, Abhidharma, dan
Winaya.

Setelah belajar selama 11 tahun di Dagpo Shedrup Ling,


beliau melanjutkan studinya di Biara Universitas Drepung. Biara
ini terletak di dekat Kota Lhasa. Beliau belajar di salah satu dari
4 kolese dalam biara ini, yaitu Gomang Dratsang. Di sana, beliau
memperdalam pengetahuan tentang filsafat Buddhis, khususnya
yang berdasarkan buku ajar Gomang Dratsang, yaitu komentar
filosofis dari Jamyang Shepa. Selama tinggal di Gomang Dratsang
(dan kemudian juga ketika berada di pengasingan), beliau belajar
di bawah bimbingan guru dari Mongolia yang termasyhur, Geshe
Gomang Khenzur Ngawang Nyima Rinpoche. Karena tempat
belajar beliau tak jauh dari Lhasa selaku ibukota Tibet, beliau juga
berkesempatan untuk menghadiri banyak pengajaran Dharma dan
menerima banyak transmisi lisan dari beberapa guru yang berbeda.

xi
Oleh karena itu, Dagpo Rinpoche adalah salah satu dari sedikit
guru pemegang banyak silsilah ajaran Buddha.

Selama ini, Dagpo Rinpoche, yang bernama lengkap Dagpo


Lama Rinpoche Losang Jamphel Jhampa Gyatso, telah belajar dari
34 guru, khususnya dari 2 pembimbing utama Y.M.S. Dalai Lama
ke-14 – Kyabje Ling Rinpoche dan Kyabje Trijang Rinpoche – dan
juga dari Y.M.S Dalai Lama ke-14 sendiri. Di bawah bimbingan
mereka, beliau mempelajari 5 Topik Utama dan tantra (beliau
telah menerima banyak inisiasi dan menjalani retret). Selain
filsafat Buddhis, beliau juga menekuni astrologi, puisi, tata bahasa,
dan sejarah.

Beliau belajar di Gomang Dratsang sampai invasi komunis ke


Tibet tahun 1959. Pada tahun itu, di usia 27 tahun, beliau menyusul
Y.M.S. Dalai Lama ke-14 dan guru-guru Buddhis lainnya menuju
pengasingan di India. Tak lama setelah ketibaannya di India, beliau
diundang ke Perancis untuk membantu para Tibetolog Perancis
dalam penelitian mereka tentang agama dan budaya Tibet. Para
ilmuwan ini tertarik untuk mengundang beliau karena intelektualitas
serta pemikiran beliau yang terbuka. Dengan nasihat dan berkah
dari para gurunya, beliau pun memenuhi undangan tersebut dan
mendapat beasiswa Rockefeller. Beliau adalah guru Tibet pertama
yang tiba di Perancis. Di sana, beliau mengajar bahasa dan budaya
Tibet selama 30 tahun di School of Oriental Studies, Paris. Setelah
pensiun, beliau tetap melanjutkan studi dan riset pribadinya. Beliau
telah banyak membantu menyusun buku-buku tentang Tibet dan
Buddhisme, juga berpartisipasi dalam berbagai program di televisi
dan radio.

Setelah mempelajari bahasa Perancis dan Inggris serta


menyerap pola pikir orang Barat, pada tahun 1978 beliau akhirnya
bersedia untuk mulai mengajar Dharma mulia dari Buddha

xii
Shakyamuni. Pada tahun itu, beliau mendirikan pusat Dharma
yang bernama Institut Ganden Ling di Veneux-Les Sablons,
Perancis. Di sana, beliau memberi pelajaran tentang Buddhisme,
doa, serta meditasi. Sejak tahun 1978 hingga sekarang, beliau telah
banyak mengunjungi berbagai negara, di antaranya Italia, Belanda,
Jerman, Singapura, Malaysia, dan Indonesia.

Beliau mulai mengunjungi Indonesia pada tahun 1988. Sejak


saat itu, setiap tahun beliau secara rutin datang ke Indonesia
untuk membabarkan Dharma, memberikan transmisi ajaran
Buddha (khususnya ajaran Lamrim atau Tahapan Jalan menuju
Pencerahan), dan memberikan beberapa inisiasi serta berkah.

RIWAYAT LAMPAU DAGPO RINPOCHE

Dagpo Rinpoche dikenali oleh Y.M.S. Dalai Lama ke-13


sebagai reinkarnasi dari Dagpo Lama Rinpoche Jhampel Lhundrup.
Dagpo Rinpoche terdahulu ini sebelumnya sudah dikenali
sebagai reinkarnasi seorang guru dari Indonesia yang bernama
Suwarnadwipa Dharmakirti atau Serlingpa. Serlingpa terlahir
dalam keluarga penguasa Sriwijaya, yang juga merupakan bagian
dari wangsa Sailendra di Jawa, berhubung Balaputradewa selaku
Raja Sriwijaya adalah putra dari Samaratungga, pewaris takhta
Sailendra. Wangsa Sailendra sendiri dikenal sebagai pembangun
Candi Borobudur.

Keluarga Serlingpa juga berperan dalam pelestarian Universitas


Buddhisme Nalanda, yang berkembang di masa pemerintahan
Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7. Serlingpa kemudian menjadi
biksu dengan nama tahbis Dharmakirti. Beliau melatih diri di
berbagai tempat, termasuk menuntut ilmu sampai ke India. Berkat
usahanya yang keras dan himpunan kebajikannya yang sangat

xiii
banyak, akhirnya beliau berhasil mencapai realisasi tertinggi sebagai
seorang Bodhisatwa. Kemasyhuran beliau sebagai seorang guru
Buddhis, khususnya sebagai pemegang silsilah bodhicita (batin
pencerahan), tersebar jauh hingga ke India, Cina, serta Tibet. Di
Tibet sendiri, beliau dikenal dengan nama Lama Serlingpa.

Guru besar lainnya, Atisha Dipangkara Sri Nyana, menempuh


perjalanan laut dari India selama 13 bulan semata-mata untuk
bertemu dengan Serlingpa di Indonesia dan mendapatkan instruksi
tentang bodhicita dari beliau. Serlingpa memberikan transmisi
ajaran yang berasal dari Manjushri, yaitu “Menukar Diri dengan
Makhluk Lain.” Setelah belajar dari Serlingpa, Atisha kembali ke
India dan kemudian diundang ke Tibet. Di sana, Atisha memainkan
peranan yang sangat penting untuk membawa pembaharuan bagi
ajaran Buddha. Atisha menjadi salah satu mahaguru yang sangat
dihormati dalam Buddhisme Tibet. Kedua guru besar ini kelak akan
bertemu kembali di masa depan dalam hubungan guru-murid yang
sama, yaitu ketika Atisha terlahir kembali sebagai Phabongkha
Rinpoche dan menerima ajaran tentang bodhicita dari Dagpo
Lama Rinpoche Jhampel Lhundrup. Dagpo Lama Rinpoche
Jhampel Lhundrup sendiri berperan penting dalam menghidupkan
kembali ajaran Lamrim di bagian selatan Tibet. Beliau sangat
terkenal karena penjelasannya yang gamblang tentang Lamrim dan
realisasinya akan bodhicita. Banyak guru Lamrim pada masa itu
yang mendapatkan transmisi dan penjelasan Lamrim dari beliau
sehingga akhirnya meraih realisasi atas ajaran Lamrim.

Silsilah reinkarnasi Dagpo Rinpoche yang lain adalah sebagai


berikut. Pada masa Buddha terdahulu, beliau pernah lahir sebagai
Bodhisatwa Taktunu, yang rela menjual dagingnya sendiri untuk
memberi persembahan kepada gurunya. Selain itu, yogi India

xiv
bernama Wirupa dan cendekiawan bernama Gunaprabha juga
diyakini sebagai inkarnasi dari Dagpo Rinpoche.

Di Tibet sendiri, guru-guru yang termasuk ke dalam silsilah


reinkarnasi Dagpo Rinpoche adalah Marpa Lotsawa Sang
Penerjemah, sang pendiri mazhab Kagyu. Beliau terkenal sebagai
guru yang membimbing Jetsun Milarepa mencapai pencerahan
dengan latihan yang sangat keras. Selain itu, juga ada Londroel
Lama Rinpoche, guru meditasi dan cendekiawan penting pada abad
ke-18 yang merupakan siswa dari Y.M.S. Dalai Lama ke-7. Seperti
Milarepa, Londroel Rinpoche juga mempunyai masa muda yang
sulit sebelum akhirnya menjadi salah satu guru terkemuka yang
menyusun risalah Buddhis sebanyak 23 jilid. Sejumlah kepala biara
Dagpo Shedrup Ling juga termasuk ke dalam silsilah reinkarnasi
Dagpo Rinpoche.

xv
PENDAHULUAN

H
ari ini saya akan memberikan ajaran di gedung baru
ini. Kita semua sangat beruntung bisa berpartisipasi
dalam acara ini, namun kita tidak punya banyak
hari yang bisa dihabiskan bersama. Lagi pula, kita tidak memiliki
banyak kesempatan untuk bertemu, sehingga penting bagi Anda
sekalian untuk menggunakan waktu yang kita miliki bersama ini
dengan baik. Sementara itu, soal apakah Anda menggunakan waktu
dengan baik atau tidak, semuanya benar-benar bergantung pada
motivasi yang Anda miliki ketika berada di sini. Meskipun kegiatan
yang Anda lakukan ini dikatakan sebagai aktivitas Dharma, namun
hal tersebut tidak sepenuhnya berarti bahwa apa yang Anda
lakukan adalah praktik Dharma yang sesungguhnya. Motivasi-lah
yang menentukan apakah kegiatan Anda sekarang adalah praktik
Dharma atau bukan. Oleh karena itu, motivasi Anda haruslah
motivasi yang sesuai dengan praktik spiritual.

Sesungguhnya, semua praktik Dharma dapat digolongkan


menjadi salah satu dari tiga kategori – motivasi yang dijalankan
bersamaan dengan tahapan jalan makhluk motivasi awal,
menengah, atau agung. Kita semua di sini adalah pengikut ajaran
Mahayana Sang Buddha, sehingga motivasi Anda selama berada
di sini haruslah sesuai dengan ajaran tersebut. Bayangkan jika
Anda belum apa-apa sudah berkata di dalam hati, ‘Baiklah, saya
seharusnya menjadi seorang Buddha demi kepentingan semua
makhluk.’ Bila demikian halnya, mungkin tidak cukup untuk benar-
benar membangkitkan perasaan tersebut dengan sepenuh hati.
Lain cerita jika orang tersebut telah merealisasikan bodhicita tanpa
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

upaya (spontan), karena bagi orang yang sudah merealisasikannya,


maka dengan membangkitkan pemikiran seperti itu saja
sudah cukup.

Bagi Anda sekalian yang belum merealisasikan bodhicita


secara spontan dan masih harus berlatih agar bisa memunculkan
aspirasi pencerahan yang butuh upaya untuk membangkitkannya,
maka Anda harus mulai berlatih dengan mengatasi kemelekatan
Anda pada kehidupan saat ini. Oleh karena itu, Anda masing-
masing harus bertanya pada diri sendiri “Untuk alasan apa saya
sekarang mendengarkan Dharma?” Beberapa orang mungkin tidak
memiliki motivasi apapun ketika berada di sini. Sementara yang
lain mungkin berpikir, “Hm, hari ini sebuah gedung baru sedang
diresmikan dan sungguh menyenangkan berada di sini.” Ada juga
yang datang ke sini mungkin karena rasa ingin tahu.

Bagi yang telah bekerja keras mempersiapkan acara peresmian


ini, Anda mungkin akhirnya bisa duduk santai dan beberapa orang
bahkan mungkin ketiduran. Masalah yang sama mungkin juga
dihadapi oleh Anda sekalian yang telah menempuh perjalanan
cukup jauh untuk menghadiri acara ini. Jika demikian yang terjadi,
maka tidak perlu khawatir, karena hal tersebut sepenuhnya normal.
Namun, bila Anda berhasil mengamati diri sendiri dalam keadaan
demikian, maka Anda harus berusaha untuk mengesampingkan
keadaan tersebut dengan merenungkan, “Sekarang, setidaknya
dalam dua jam mendatang, saya tidak akan tertidur.”

Beberapa orang mungkin berpikir, “Memang, jika saya


menghadiri acara pembabaran Dharma, itu mungkin akan
membantu saya dalam kehidupan ini – Kalau sakit, barangkali saya
bisa membaik, bisa jadi saya juga akan mendapatkan peruntungan
yang lebih baik dalam bisnis atau kegiatan lainnya.” Jika itu satu-
satunya alasan Anda berada di sini, maka hal tersebut adalah contoh

2
Pendahuluan

yang jelas harus dihindari dan itu merupakan gambaran mengenai


kemelekatan akan urusan-urusan dalam kehidupan saat ini saja.

Selanjutnya, jika ada di antara Anda sekalian yang berpikir,


“Dengan mendengarkan Dharma, saya mungkin akan menjadi
lebih terkenal karena memiliki pengetahuan Buddhadharma yang
luas,” maka niat semacam ini juga tidak tepat. Jika pemikiran seperti
ini ada di dalam diri Anda sekarang, maka Anda harus berusaha
untuk membuang pikiran tersebut dan menggantinya dengan
berpikir, “Sekarang saya mungkin terlahir sebagai manusia, tapi
saya pasti akan mati. Kematian tak terhindarkan dan saya tidak bisa
mengubahnya. Lagian, waktu kematian tidaklah pasti. Sebaliknya,
yang pasti akan terjadi ketika saya mati adalah: semua barang-
barang dalam kehidupan ini (kekayaan, barang kepemilikan, nama
baik, bahkan tubuh jasmani ini) tidak akan berguna sedikit pun,
karena saya harus meninggalkan semuanya. Satu-satunya hal
yang berguna adalah praktik spiritual yang saya lakukan selama
hidup ini.”

Karena itu, kekayaan, barang kepemilikan, bahkan


kebahagiaan yang pernah Anda alami dalam kehidupan sekarang
ini, tidak akan ada gunanya ketika hidup Anda berakhir nanti.
Namun, bukan berarti kepemilikan itu tidak ada gunanya sama
sekali. Jika Anda cukup beruntung untuk menikmati taraf kekayaan
tertentu, memiliki teman yang baik, atau katakanlah Anda bahagia
di kehidupan sekarang, tentu itu semua merupakan hal yang
baik. Namun, tidak ada alasan bagi Anda untuk melekat dengan
kuat pada itu semua. Apa artinya melekat? Melekat adalah ketika
Anda mengalami kebahagiaan dalam kehidupan saat ini dan ingin
terus menikmatinya selama mungkin, atau Anda ingin melakukan
aktivitas yang akan menghasilkan semua perasaan itu lagi. Di sinilah
letak kesalahannya!

3
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Anda harus menyadari bahwa kebahagiaan yang Anda alami


dalam kehidupan sekarang juga akan berakhir ketika hidup ini
berakhir. Artinya, semua pengalaman dalam kehidupan saat ini
akan menjadi seperti sebuah mimpi ketika Anda terlelap dan akan
segera hilang ketika Anda bangun. Tak peduli betapa hebatnya
pengalaman indah yang Anda alami dalam kehidupan saat ini, tak
satupun yang akan Anda bawa dalam kehidupan yang akan datang.

Jika demikian halnya, apa yang akan Anda bawa dalam bagasi
Anda menuju kehidupan yang akan datang? Pada dasarnya, karma
baik dan buruk yang telah Anda kumpulkan di masa lampau. Di
antara keduanya, karma negatif Anda tentu saja tidak berguna bagi
Anda dan sebaliknya, ia berbahaya bagi Anda. Oleh karena itu,
satu-satunya elemen yang menguntungkan yang dapat Anda bawa
serta dalam kehidupan yang akan datang adalah karma baik Anda.

Berbicara tentang karma baik, kita dapat menyebutkan,


misalnya, sila yang dijaga dengan baik. Jika Anda telah bertekad
untuk menjaga disiplin sila, hal ini akan menciptakan karma baik
tertentu yang akan menyebabkan Anda memiliki kelahiran yang
baik sebagai manusia lagi.

Jika Anda telah mempraktikkan kemurahan hati [dana


paramita], karma yang Anda ciptakan akan menyebabkan Anda
menikmati kenyamanan material tertentu dalam kehidupan yang
akan datang. Jika Anda telah melatih kesabaran [kshanti paramita]
dalam kehidupan saat ini, hal tersebut akan menghasilkan karma
memiliki penampilan fisik yang menarik di masa yang akan datang.

Jika Anda telah bertekad untuk mempraktikkan upaya


bersemangat [wirya paramita], itu berarti di masa yang akan
datang Anda akan berhasil menyelesaikan tugas apapun yang
sedang Anda emban. Jika Anda telah melatih meditasi kekuatan

4
Pendahuluan

konsentrasi [dhyana paramita], ini berarti di kehidupan yang akan


datang Anda juga akan memiliki kemampuan untuk menjaga batin
Anda terkonsentrasi pada apa pun yang sedang Anda lakukan–
praktik spiritual maupun studi Anda dalam bentuk apapun. Hal
tersebut berarti batin/pikiran Anda tidak akan mengembara ke
mana-mana seperti sekarang dan Anda akan menikmati sejenis
kemantapan batin.

Jika Anda telah bertekad untuk mempraktikkan


penyempurnaan kebijaksanaan [prajna paramita], ini berarti di
kehidupan berikutnya Anda akan memiliki tingkat kecerdasan
tertentu—misalnya kemampuan untuk memahami apa yang benar
dan apa yang salah, apa yang membahayakan dan apa yang
menguntungkan bagi Anda dan orang lain. Dengan demikian,
Anda bisa memahami bahwa praktik spiritual adalah sesuatu yang
bermanfaat bagi Anda di kehidupan mendatang.

Jika Anda bertekad untuk berlatih mengurangi kemelekatan


terhadap barang-barang di kehidupan saat ini, dan sebaliknya,
membaktikan diri pada praktik spiritual dengan cara yang baru
dijelaskan, ini akan menyebabkan Anda menciptakan karma
yang akan menghasilkan buah dalam bentuk kelahiran kembali
yang lebih baik di kehidupan mendatang, di mana Anda akan
memiliki tingkat kemudahan material tertentu dan kondisi-kondisi
baik lainnya, misalnya kecerdasan, konsentrasi, dan sebagainya.
Jadi, jika Anda mendengarkan ajaran dengan semua tujuan ini di
dalam batin Anda, ini berarti apa yang Anda lakukan akan menjadi
praktik spiritual.

Itu adalah kemungkinan motivasi yang paling rendah, namun


jika Anda memiliki motivasi tersebut, apa yang Anda lakukan akan
menjadi praktik Dharma. Walau demikian, Anda harus menyadari
bahwa meskipun Anda memiliki kelahiran yang baik dengan

5
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

cara seperti ini, yakni sebagai manusia dengan berbagai kondisi


yang baik ini, tidak berarti Anda tak akan menderita lagi. Pada
kenyataannya, Anda masih akan mengalami penderitaan akibat
kelahiran, penuaan, sakit, dan kematian.

Akan tetapi, jika Anda merasa puas dengan motivasi pertama


ini, maka Anda harus merefleksikan bahwa, “Sekarang saya sedang
mendengarkan ajaran, namun tujuan saya melakukannya tidak
ada sangkut-pautnya dengan kehidupan sekarang, karena barang-
barang dalam kehidupan saat ini bukanlah yang terpenting.”
Dengan kata lain, Anda harus mendengarkan ajaran dengan
niat menarik diri dari kekhawatiran akan kehidupan saat ini dan
mengurangi kemelekatan Anda terhadapnya.

Seperti yang tadi dikatakan, meskipun Anda berpraktik dengan


cara ini dan berhasil mendapatkan kelahiran yang baik dalam
kehidupan yang akan datang, bukan berarti Anda tidak lagi harus
mengalami pengalaman sulit dalam hidup seperti kelahiran, usia
tua, sakit, dan kematian. Lagi pula, selama Anda masih memiliki
apa yang kita sebut skandha-didapatkan yang tidak murni, maka
tidaklah mungkin untuk mengalami bentuk kebahagiaan stabil
apapun. Bahkan jika Anda sanggup menciptakan karma baik yang
kuat untuk kelahiran yang baik dalam samsara secara berulang-
ulang atau mengambil kelahiran dimana Anda sanggup menikmati
kebahagiaan tercemar di dalam samsara selama berkalpa-kalpa,
berhubung Anda masih memiliki skandha-didapatkan yang tidak
murni ini, maka cepat atau lambat hasilnya akan negatif.

Nantinya Anda akan mendapati diri dalam posisi yang


jauh lebih buruk dari sekarang, di mana Anda harus mengalami
penderitaan yang luar biasa hebat. Begitu Anda mulai memahami
ini, Anda akan memiliki perspektif yang berbeda tentang situasi
samsara secara keseluruhan. Ini akan membantu Anda mengurangi

6
Pendahuluan

kemelekatan terhadap kesenangan samsara secara keseluruhan


dan melihatnya sebagai sebuah kekurangan; dan sebaliknya, hal
tersebut akan menyebabkan Anda mencari sesuatu yang jauh
lebih unggul.

Kalau demikian halnya, jika Anda mendengarkan ajaran


dengan niat tidak hanya untuk meraih kelahiran yang baik di
dalam samsara maupun hanya untuk mengalami lebih banyak
kebahagiaan samsarik, melainkan dengan tujuan untuk meraih
sebuah bentuk kebahagiaan stabil yang tidak lagi tercemar, maka
kegiatan mendengarkan Dharma Anda akan dimotivasi dengan
niat yang dimiliki oleh makhluk pada tahapan jalan kapasitas
menengah.

Jika tekad Anda adalah untuk meraih bentuk kebahagiaan yang


stabil, Anda perlu menjaga disiplin sila yang murni, mengembangkan
kekuatan konsentrasi, kemudian melatih kebijaksanaan tertinggi.
Tiga latihan unggul ini akan membawa hasil yang Anda inginkan,
yaitu pembebasan dari samsara atau kedamaian pribadi. Pada
kondisi ini, Anda sudah merupakan seorang Arhat, dan penderitaan
pribadi Anda sudah berakhir, namun bukan berarti permasalahan
semua makhluk lainnya juga berakhir.

Sebenarnya, jenis motivasi ini tidaklah selaras dengan kita,


karena kita memiliki niat yang jauh lebih tinggi lagi–harapan kita
tidak hanya untuk mencapai kebahagiaan pribadi, namun untuk
membimbing semua makhluk pada kebahagiaan yang stabil;
pun tidak hanya mengakhiri penderitaan kita saja, namun juga
penderitaan semua makhluk. Karena Anda hanya satu orang dan
makhluk hidup jumlahnya tak terhingga, maka sungguh sangat
egois jika Anda hanya mengejar tujuan kebahagiaan pribadi.

7
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Berikutnya, Anda harus memahami bahwa semua pengalaman


baik yang pernah dan akan terus Anda alami–pakaian yang Anda
kenakan, makanan yang Anda santap, kesuksesan Anda, dan
sebagainya, tidak diraih begitu saja karena itu semua dicapai
berkat orang lain. Ini bukan terjadi pada kehidupan saat ini saja,
namun telah terjadi di kelahiran lampau Anda yang tak terhingga
jumlahnya. Artinya, di sepanjang kelahiran lampau Anda yang
tak terhingga banyaknya hingga hari ini, Anda telah dirawat dan
dibahagiakan oleh semua makhluk.

Oleh karena itu, sesungguhnya Anda berutang semua momen


kebahagiaan yang pernah Anda miliki, dan juga saat-saat di mana
Anda berhasil lolos dari penderitaan, pada kebaikan hati semua
makhluk. Selain itu, posisi Anda sekarang dalam kehidupan saat
ini merupakan posisi yang unggul, terutama bila Anda bandingkan
dengan status kebanyakan makhluk lain yang telah begitu baik
kepada Anda di masa lampau. Semua ini semakin memperkuat
alasan bahwa sekarang adalah waktu yang tepat bagi Anda untuk
melakukan sesuatu dalam rangka membayar kebaikan yang telah
mereka tunjukkan kepada Anda berulang-ulang kali.

Dengan cara yang bagaimana Anda harus melakukannya?


Tentu saja, Anda bisa mencoba menyuapi sebanyak mungkin
makhluk hidup yang kekurangan makanan, memberikan pakaian
kepada mereka yang kekurangan pakaian, dan sebagainya.
Namun, semua manfaat itu terlalu pendek jangkauannya. Tentu
akan jauh lebih bermakna bagi Anda untuk memastikan bahwa
mereka tidak hanya mendapatkan kebahagiaan sementara, namun
juga kebahagiaan murni yang bertahan selamanya serta mengakhiri
penderitaan mereka dengan pasti.

Oleh sebab itu, akan sangat baik sekali bagi Anda sekalian
untuk berpikir bahwa Anda sekarang bertekad mengambil tanggung

8
Pendahuluan

jawab pribadi memastikan agar penderitaan semua makhluk, ibu-


ibu Anda yang baik, berakhir dan agar mereka mencapai kondisi
kebahagiaan yang sesungguhnya. Karena Anda mengembangkan
niat ini pada makhluk hidup yang jumlahnya tak terhingga, maka
kebajikan yang diraih dari cara pikir seperti ini juga tak terhingga.
Selain itu, karma negatif yang perlu Anda hapuskan juga akan
dibuang dalam jumlah besar seketika dengan mengembangkan
pemikiran seperti itu.

Hal ini merupakan pemikiran yang sangat mulia dan


menguntungkan. Namun, apakah hal ini realistis pada tahap Anda
sekarang? Kita harus mengakui bahwa di tahap pengembangan
diri Anda sekarang, jangankan menghilangkan penderitaan semua
makhluk dan membimbing mereka ke keadaan kebahagiaan yang
stabil, Anda sudah sangat kesulitan untuk meraih hal tersebut
bahkan untuk sahabat terdekat dan anggota keluarga Anda.

Namun, bukan berarti tidak ada yang bisa Anda lakukan. Anda
harus menyadari bahwa apa yang sekarang mencegah Anda untuk
bisa menolong orang lain dengan efektif sesungguhnya adalah batin
Anda yang masih sangat terhalang oleh berbagai jenis penghalang.
Semua penghalang ini bertentangan dengan pengembangan
kualitas baik Anda. Oleh karena itu, satu-satunya cara adalah
mengembangkan kapasitas untuk bisa berlatih secara efektif bagi
kepentingan makhluk lain, yakni dengan perlahan mengurangi
semua penghalang ini, dan pada waktu yang bersamaan, berlatih
untuk mengembangkan seluruh kualitas baik Anda. Begitu
kedua tugas ini terpenuhi, Anda akan memiliki kemampuan
sempurna untuk bekerja bagi kepentingan makhluk lain. Kondisi
penyempurnaan seperti inilah yang disebut Kebuddhaan.

Karena itu, sekarang Anda harus bertekad sepenuh hati


untuk merealisasikan Kebuddhaan demi kepentingan semua

9
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

makhluk. Sekarang, Anda harus merenungkan bahwa dengan


tujuan itulah Anda akan mendengarkan ajaran dengan niat penuh
untuk mempraktikkan apa yang telah didengar, dan motivasi inilah
yang akan selaras dengan ajaran. Jika Anda mengikuti penjelasan
yang baru saja diberikan, Anda seharusnya mampu untuk
membangkitkan motivasi tersebut, yang memang sesuai digunakan
untuk mendengarkan ajaran ini.

Sebaliknya, jika perhatian Anda telah teralihkan atau kembali


merasa sedikit mengantuk, maka Anda tidak akan sanggup
membangkitkan motivasi tersebut. Anda bisa saja mulai dengan
pemikiran, “Saya harus tetap sadar minimal dalam dua jam ini.”
Anda mendengarkan dengan baik pada awalnya, namun lambat
laun suaranya mulai mengecil sampai yang terdengar hanya seperti
bisikan yang terdengar samar-samar dan mata Anda semakin berat.
Bila demikian halnya, maka Anda telah kehilangan alur berpikirnya.
Tentu saja hal ini bisa terjadi dan memang biasanya demikian.

Jika Anda telah kehilangan alur berpikirnya, maka Anda tidak


akan sanggup untuk membangkitkan motivasi yang dibutuhkan.
Anda sekarang harus berusaha berpikir bahwa sesungguhnya
Anda telah meraih kelahiran unggul dengan kondisi positif yang
luar biasa dan sekarang adalah waktu yang tepat untuk merebut
kesempatan tersebut–untuk menggunakannya bukan hanya demi
kepentingan Anda sendiri namun juga demi semua makhluk. Anda
akan berpikir bahwa Anda sekarang akan berlatih menuju kondisi
pencerahan bagi kepentingan semua makhluk berikut diri Anda
sendiri, dan itulah sebabnya mengapa Anda berada di sini untuk
mendengarkan ajaran dengan niat penuh untuk mempraktikkan
apa yang telah didengar. Kita akan mengambil beberapa menit
untuk memeditasikannya sekarang.

(Meditasi)

10
Pendahuluan

Jika Anda telah membangkitkan motivasi dengan cara yang


baru saja dijelaskan, itu sungguh bagus sekali dan Anda sekarang
berada pada kondisi batin yang tepat untuk mendengarkan ajaran.
Ada poin lainnya yang berhubungan dengan cara mendengarkan
ajaran. Jika Anda mendengar hanya untuk mencari sesuatu yang
baru, maka hal ini bukanlah cara mendengar yang tepat. Sama
halnya, jika Anda mendengarkan untuk membandingkan informasi
yang diberikan di sini dengan apa yang Anda dapatkan di tempat
lain dan berpikir, “Rinpoche mengajarkan topik ini dengan cara
seperti ini. Saya sudah pernah mendengarnya sebelumnya dari
guru lain dan beliau menjelaskan dengan cara yang berbeda” –
dengan kata lain, Anda seperti sedang melakukan studi banding–
hal ini juga bukan merupakan cara mendengar yang benar.

Jika Anda mendengar dengan beberapa cara tersebut, cara


mendengar Anda mungkin akan membantu Anda menghafalkan
kata-kata berikut artinya, namun ia tidak akan benar-benar
meningkatkan cara berpikir Anda. Jadi, ketika Anda mendengar
berbagai istilah disebutkan seperti ‘cinta kasih’ atau ‘welas asih’,
Anda tidak seharusnya mengatakan, “Ya, saya sudah tahu apa yang
hendak disampaikan mengenai hal tersebut. Saya sudah pernah
mendengarnya sebelumnya.” Anda seharusnya memanfaatkan
paparan yang menyebutkan kualitas-kualitas tersebut sebagai
pengingat akan apa yang telah Anda latih di dalam diri Anda. Tentu
saja, lain ceritanya kalau Anda telah meraih welas asih agung atau
merealisasikan cinta kasih agung.

Seandainya bila Anda belum merealisasikannya, maka ketika


Anda mendengar istilah ini digunakan, Anda harus membujuk
diri Anda sendiri untuk melatih kualitas-kualitas tersebut dengan
merefleksikan, “Saya sudah hidup bertahun-tahun dan saya masih
belum bisa merealisasikan semua kualitas ini. Apa yang mesti

11
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

saya lakukan jika saya pasti akan mati? Karena itu, saya sekarang
harus berlatih sebaik mungkin untuk mengembangkan semua
kualitas ini.”

Jika ada kesalahan yang ditunjukkan oleh guru Anda,


misalnya salah satu klesha seperti kemarahan, kecemburuan, dan
sebagainya, maka dalam suasana demikian Anda harus bertanya
kepada diri Anda, “Sekarang, apa kesalahan terbesar saya? Apakah
yang ini atau yang lain?” Jika bukan yang ini, maka Anda harus
berkata, “Baiklah, saya tidak terlalu gampang emosi. Saya biasanya
mampu mengendalikan emosi. Alangkah baiknya hal tersebut,
namun saya tetap harus lanjut mempraktikkannya.” Kemudian
Anda berpikir, “Namun, saya memiliki masalah yang sesungguhnya
dengan kekurangan yang lain. Saya harus benar-benar melatihnya.
Jika saya tidak berusaha untuk mengendalikan masalah di dalam
diri saya ini, maka saya tidak akan bahagia. Saya tidak akan
pernah bisa meraih capaian spiritual dan hal tersebut benar-benar
merupakan penghalang bagi saya. Jadi saya harus benar-benar
melatihnya.”

Ini adalah sebuah contoh bagaimana Anda harus berpikir


ketika kesalahan disebutkan. Jika Anda mendengarkan dengan
cara ini, maka meskipun Anda menghabiskan waktu yang singkat
untuk mendengar, hal tersebut akan sangat menguntungkan dan
membantu Anda berkembang. Saat ini, Anda seperti orang-orang
yang telah sakit untuk waktu yang sangat lama. Penyakit Anda
telah terjadi sejak waktu tanpa awal di mana Anda telah terjangkit
dengan apa yang kita sebut tiga racun batin.

Lebih jauh lagi, kita dapat mengatakan bahwa Anda


sesungguhnya menderita sakit enam faktor batin pengganggu
(klesha) utama dan juga dua puluh yang sekunder sekaligus. Walau
demikian, penyakit ini bukannya tanpa obat. Bersyukurlah Anda

12
Pendahuluan

telah bertemu dengan tabib utamanya, Sang Buddha, yang telah


memberikan Anda obat (yaitu ajaran) untuk menyembuhkan diri
Anda sendiri dari semua penyakit ini. Namun, jika Anda hanya
mengumpulkan obat-obatan dengan terus mendengarkan lebih
banyak ajaran tanpa mengaitkan apa yang Anda dengar dengan
diri Anda sendiri (dengan kata lain, jika Anda tidak meminum obat
tersebut), maka Anda tidak akan pernah sembuh.

Kita telah menyebutkan enam klesha utama dan dua puluh


yang sekunder. Bagi Anda yang mempelajari topik ‘Batin dan
Faktor-faktor Mental’, istilah ini akan bermakna sesuatu bagi Anda;
tapi bagi yang lain, istilah ini mungkin tidak terlalu jelas. Semua
orang paham bahwa ketidaktahuan, kemarahan, dan kemelekatan
merupakan masalah. Namun, ada penyakit lainnya yang juga Anda
miliki yang mungkin tidak terlalu jelas bagi Anda. Contoh, pengalihan
perhatian atau distraksi, yang berarti batin Anda berkelana terus-
menerus dan tidak pernah terpusat (terfokus) dengan benar pada
apa yang Anda lakukan. Hal ini adalah masalah utama bagi Anda.
Contoh lain adalah kemalasan, kurangnya semangat (antusiasme)
atau cinta akan apa yang baik dan positif. Hal ini juga penyakit
yang harus Anda sembuhkan di dalam diri Anda. Satu-satunya cara
untuk menyembuhkan diri Anda sendiri dari semua penyakit ini
adalah menerapkan (menjalankan) ajaran Sang Buddha.

Topik ajaran kali ini adalah Sutra Intisari Penyempurnaan


Kebijaksanaan, yang juga dikenal sebagai Sutra Hati. Sang Buddha
mengajarkan Sutra ini di puncak bukit Burung Nazar di Rajagraha,
setahun setelah pencerahannya. Beliau mengajarkan beberapa
versi Sutra Penyempurnaan Kebijaksanaan; beberapa sepanjang
seratus ribu bait atau sloka, sementara yang lainnya lebih singkat.

Ajaran yang akan kita bahas ini adalah versi tersingkat dalam
hal jumlah kata, namun isinya seluas versi yang terpanjang. Berkat

13
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

praktik Sutra Penyempurnaan Kebijaksanaan-lah, “Sang Ibu”, maka


semua Buddha di masa lampau, sekarang, dan akan datang telah,
sudah dan akan mencapai pencerahan. Pernyataan ini ditemukan
di dalam Sutra tersebut, yang isinya antara lain, “Semua Buddha
yang berdiam secara sempurna di ketiga masa dengan bertumpu
pada penyempurnaan kebijaksanaan meraih pencerahan yang
tak tertandingi, Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna.” Jika
Anda mengikuti jejak langkah mereka, maka Anda juga akan
mencapai pencerahan.

Versi Sutra Penyempurnaan Kebijaksanaan ini disebut


juga Sutra Intisari Penyempurnaan Kebijaksanaan, dan secara
umum dikenal sebagai Sutra Hati, sutra yang sangat ringkas
namun lengkap. Nilai penting dari Sutra ini terbukti ketika Anda
memperhatikan ketenarannya di seluruh negeri di mana ajaran
Mahayana Sang Buddha tersebar, baik di Tibet, Mongolia,
Cina, maupun Jepang. Sutra ini terus dipraktikkan dengan luas
oleh masyarakat di negara-negara tersebut, termasuk raja dan
pemimpin negara yang menekankan pentingnya praktik Sutra ini.
Sutra ini dapat dilafalkan dengan sangat mudah oleh setiap orang
karena keringkasannya.

Sutra ini juga bertindak sebagai dasar untuk pembelajaran


dan meditasi bagi banyak praktisi di negara-negara tersebut,
karena dengan mempraktikkan apa yang terkandung dalam ajaran
ini, seseorang dapat mencapai tujuan tertinggi, yaitu pencerahan
sempurna. Bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk
mempelajari dan mendalami makna mendalamnya, mereka masih
tetap dapat melafalkannya berulang-ulang. Banyak praktisi juga
berdoa dengan sungguh-sungguh agar mereka segera menangkap
makna mendalam dari Sutra ini.

14
Pendahuluan

Ada juga orang-orang yang tidak memiliki kesempatan


untuk membaca sehingga mereka mengatasi penghalangnya
dengan mendengar ajaran ini dari orang lain yang melafalkan
teks tersebut kepada mereka melalui transmisi lisan. Terlepas dari
ketidakmampuan mereka untuk membaca, mereka tetap bertekad
untuk mempraktikkan Sutra agung ini, berdoa agar mereka segera
memperoleh akses pada makna terdalamnya. Dengan cara inilah
Sutra ini dipelajari oleh semua kalangan.

Mempraktikkan Sutra ini akan menghasilkan manfaat yang


tak terbatas – manfaat tertingginya adalah pencapaian pencerahan.
Namun, bila kita lebih merujuk ke manfaat sementaranya,
sesungguhnya dengan hanya melafalkan Sutra ini, meskipun Anda
tidak terlalu paham maknanya, aktivitas tersebut akan membantu
Anda menghilangkan berbagai penghalang batin dan memurnikan
diri Anda sendiri dari banyak kesalahan. Aktivitas itu juga dapat
membantu mengatasi berbagai penghalang, baik penghalang
pribadi maupun masalah yang dihadapi negara Anda. Misalnya,
untuk menyelesaikan masalah seperti banjir, kelaparan, atau badai,
Sutra ini seringkali dibaca di berbagai belahan tempat di Tibet.

Pelafalan Sutra ini juga merupakan salah satu cara untuk


meningkatkan kebajikan Anda. Saya memiliki pengalaman pribadi
dari manfaat langsung membaca Sutra ini. Pada suatu saat ketika
saya sedang berdiam di Biara Dagpo di Tibet, terjadi kebakaran
besar di bukit pegunungan. Pada waktu itu dan mungkin hingga
sekarang, terutama di pedesaan, tidak ada petugas pemadam
kebakaran maupun perlengkapan untuk memadamkan api. Oleh
karena itu, semua orang berlarian ke dalam biara dan memohon
kepada para biksu untuk melafalkan Sutra Intisari Penyempurnaan
Kebijaksanaan. Kondisi biara pada saat itu memiliki 700 biksu.
Di antara majelis Sanggha ini, ada beberapa orang yang telah

15
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

merealisasikan secara langsung makna dari Sutra ini dan beberapa


yang lain memiliki pemahaman yang sangat baik meskipun mereka
belum sepenuhnya merealisasikannya. Seluruh anggota biara
melafalkan Sutra ini secara bersama-sama sebanyak tiga kali. Di
akhir bagian tambahan ketika para biksu menepuk tangannya
tiga kali, saya melihat dengan mata kepala sendiri bahwa di akhir
tepukan yang ketiga, kobaran api di bukit pegunungan tersebut
mulai meredup.

Sungguh sangat menolong bila kita melafalkan Sutra


ini untuk kepentingan orang yang sedang sakit, yang sedang
diganggu oleh makhluk halus, ataupun yang sedang menghadapi
berbagai jenis masalah, karena kekuatan Sutra ini sangatlah besar.
Namun demikian, alasan utama mengapa mereka yang memiliki
kecenderungan Mahayana tertarik dengan Sutra ini dan bertekad
untuk mempraktikkannya adalah karena mereka memiliki keinginan
yang kuat untuk mencapai pencerahan demi kepentingan semua
makhluk; dan tidak ada cara lain bagi individu untuk mencapai
tujuan altruistik ini selain dengan merealisasikan penyempurnaan
kebijaksanaan di dalam dirinya.

Kondisi pencerahan atau Kebuddhaan dipahami dalam dua


aspek utama – tubuh bentuk dan tubuh Dharma (kebijaksanaan).
Ketika Anda mendengar ungkapan ‘tubuh bentuk’ (Sanskerta:
rupakaya), beberapa orang mungkin berpikir bahwa ini hanyalah
tubuh fisik dari Buddha seperti yang kita pahami melalui rupang
Buddha Shakyamuni. Namun, sesungguhnya, rupakaya memiliki
dua aspek – nirmanakaya dan sambhogakaya. Buddha Shakyamuni
muncul dalam wujud nirmanakaya yang sempurna. Meski demikian,
ketika istilah nirmanakaya digunakan, biasanya ia merujuk pada
seorang Arya Buddha sebagai seorang makhluk hidup. Aspek lain
dari Buddha adalah ‘tubuh kebenaran’ (Sanskerta: dharmakaya)

16
Pendahuluan

yang juga memiliki beberapa aspek – kebijaksanaan Buddha atau


kemahatahuan (tubuh kebenaran kebijaksanaan); dan kualitas-
kualitas seperti tiadanya eksistensi sejati dari sesosok Buddha.

Kebuddhaan adalah sebuah kondisi penyatuan antara tubuh


kebenaran dan tubuh bentuk. Begitu Anda telah meraih kondisi
demikian, maka Anda berada pada posisi untuk bekerja demi
kesejahteraan makhluk hidup yang tak terhingga banyaknya. Selain
itu, ketika Anda mencapai Kebuddhaan, jangka waktu Anda untuk
bekerja demi kepentingan makhluk lain juga tak terbatas. Kondisi
ini, yakni saat Anda memiliki dua jenis tubuh atau kaya, merupakan
akibat dari berbagai sebab yang berbeda. Meski demikian, mereka
dapat digolongkan menjadi dua kategori utama – kebijaksanaan
dan metode.

Kualitas kebijaksanaan dan metode bertindak untuk


menghasilkan masing-masing dari dua kaya, namun sebab utama
dari tubuh bentuk (rupakaya) seorang Buddha utamanya adalah
dari kualitas metode, sementara kebijaksanaan merupakan sebab
utama bagi tubuh kebenaran (dharmakaya). Istilah lain untuk aspek
kebijaksanaan dan metode dari sang jalan, secara berurutan, adalah
aspek mendalam dan aktivitas luas.

Sebagai kesimpulan, kita dapat mengatakan bahwa


kebijaksanaan atau aspek mendalam dari sang jalan merupakan
pemahaman langsung akan kesunyataan atau ketanpaakuan ketika
dikaitkan dengan batin pencerahan, bodhicita. Metode atau aspek
luas dari sang jalan merupakan kualitas lain dari sang jalan, seperti
cinta kasih, welas asih, dan batin pencerahan itu sendiri. Berkat
praktik kedua aspek sang jalan yang berkaitan erat satu sama lain
ini, maka seseorang dapat menghasilkan sebab-sebab bagi kedua
aspek Kebuddhaan itu sendiri.

17
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Topik Sutra Intisari Penyempurnaan Kebijaksanaan ini adalah


cara untuk mempraktikkan kedua jalan tersebut. Namun, di antara
keduanya, topik yang utama adalah jalan mendalam – cara untuk
mencapai pemahaman langsung akan kesunyataan. Topik utama dari
Sutra ini, yang merupakan cara untuk merealisasikan kesunyataan
mendalam secara langsung, yang dikaitkan sepenuhnya dengan
batin pencerahan, disebut dengan Penyempurnaan Kebijaksanaan,
Sang Ibu.

Meskipun terdapat banyak ulasan terhadap Sutra Intisari


Penyempurnaan Kebijaksanaan (misalnya, terdapat lima ulasan
berbeda dari berbagai guru India, termasuk Yang Mulia Atisha
salah satunya), saya akan mendasarkan penjelasan saya utamanya
dari ulasan ringkas guru saya, Gomang Khenzur Rinpoche, Geshe
Ngawang Nyima. Besok Anda akan menerima transmisi ulasan dari
Gomang Khenzur Rinpoche yang akan dibacakan.

(Pembangkitan motivasi dan tinjauan ulang)

Shantidewa mengatakan bait berikut,

“Berkat kapal ini, yang merupakan kelahiran sebagai


manusia yang berharga, seseorang dapat menyeberangi samudra
penderitaan samsara. Namun, kapal seperti ini sulit untuk diperoleh.
Oleh karena itu, jangan terlelap dalam tidur ketidaktahuan.”

Sangatlah penting bagi Anda untuk memikirkan makna


dari kalimat di atas. Jika Anda memiliki kapal yang kuat untuk
menyeberangi samudra besar, maka ada harapan untuk sampai ke
seberang; jika tidak, mungkin sangat sulit bagi kita untuk melakukan
hal tersebut.

18
Pendahuluan

Shantidewa mengatakan bahwa Anda sekarang memiliki kapal


semacam itu, yang merupakan kelahiran sebagai manusia yang
Anda miliki sekarang ini. Tubuh manusia yang setara dengan kapal
kuat ini bukan sembarang bentuk kelahiran. Kelahiran yang Anda
miliki sekarang sangat bernilai guna hingga diibaratkan sebagai kapal
kuat bagi Anda untuk menyeberangi samudra. Mengapa demikian?
Pertama, karena kelahiran Anda sekarang adalah kelahiran yang
terhindar dari delapan jenis penghalang atau ketidakbebasan, yang
oleh karena itu diberkahi dengan delapan kebebasan. Misalnya, jika
Anda bukan terlahir sebagai manusia sekarang, melainkan menjadi
seekor binatang, maka Anda akan menghadapi masalah besar dan
Anda tidak akan memiliki kebebasan untuk praktik spiritual.

Ketika Anda mendengar penjelasan ini, Anda tidak boleh


berpikir, “Ya, benar, inilah yang selalu dikatakan oleh seorang Lama
di awal sesi pengajaran.” Jika Anda memiliki reaksi demikian, maka
Anda tidak akan menarik manfaat dari apa yang didengar. Oleh
karena itu, ketika Anda mendengar hal ini sedang dijelaskan, Anda
seharusnya memosisikan diri Anda sendiri seperti yang sedang
dijelaskan dan berkata kepada diri sendiri, “Ya, jika sekarang saya
bukan manusia, tapi terlahir sebagai binatang, misalnya seekor
kucing, maka apa dampaknya bagi saya? Apa perbedaan yang
akan terjadi pada cara pikir saya dan sebagainya?”

Anda harus membayangkan berada dalam tubuh dan batin


kucing, kemudian bertanya pada diri sendiri, “Dalam kondisi
seperti ini, apakah saya bisa benar-benar memikirkan masalah
spiritual?” Tentu saja tidak ada kemungkinan untuk melakukan hal
tersebut. Jangankan memahami Dharma, bahkan tidak terdapat
sedikit pun kemungkinan dalam pikiran Anda untuk beralih
ke masalah spiritual. Anda akan sepenuhnya buta mengenai
Dharma dan tidak ada kemungkinan untuk memikirkan masalah

19
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

spiritual sampai kehidupan sebagai kucing tersebut berakhir. Itulah


mengapa kehidupan demikian dikatakan sebagai kehidupan
tanpa kebebasan.

Dalam kondisi demikian, Anda tidak akan memiliki


kemungkinan untuk memikirkan masalah lain selain terus
berusaha untuk mencari makan, membunuh binatang lain untuk
mendapatkan makanan, mencari tempat kecil untuk berteduh
ketika terik, atau mencari tempat untuk tetap hangat ketika Anda
kedinginan. Namun, sekarang Anda adalah manusia, Anda telah
terhindar dari jebakan besar.

Ada tujuh penghalang lain dan Anda juga telah terhindar


dari tujuh ketidakbebasan tersebut. Hasilnya, Anda memiliki
berbagai jenis kebebasan untuk mempraktikkan Dharma. Anda
bisa mendengarkan Dharma, mengajarkannya, merenungkannya,
mengamati orang lain yang sedang mempraktikkan Dharma dan
meniru mereka. Lagi pula, Anda bukan hanya terhindar dari
delapan jenis ketidakbebasan yang menghalangi praktik spiritual,
Anda juga memiliki sepuluh jenis kondisi menguntungkan yang
berbeda untuk melakukan praktik tersebut.

Bukan hanya binatang saja yang tidak sanggup mempraktikkan


Dharma, karena meskipun Anda manusia, Anda bisa menghadapi
penghalang besar untuk praktik spiritual. Misalnya, jika Anda
sakit jiwa, maka Anda tidak memiliki kesempatan tersebut.
Sesungguhnya, ada banyak orang di sekitar kita yang berada di
posisi demikian. Jika Anda mengunjungi rumah sakit, Anda akan
menemui banyak cerita. Banyak juga orang yang jalan ke sana
kemari dengan beberapa masalah di pikiran mereka dan karenanya
tidak memiliki kesempatan untuk mempraktikkan ajaran.

20
Pendahuluan

Lebih jauh lagi, misalnya, beberapa bulan yang lalu


Anda mungkin berada dalam kondisi yang baik dan memiliki
kemampuan untuk merenung, namun Anda bisa saja mengalami
kecelakaan mobil yang bisa mengganggu kemampuan Anda untuk
mempraktikkan ajaran. Ini adalah sesuatu yang dapat terjadi pada
kita semua dan Anda mengetahui banyak orang yang mengalami
hal seperti ini. Oleh karena itu, Anda seharusnya merasa sangat
bersyukur karena hal tersebut tidak terjadi pada Anda.

Misalnya, Anda sekarang memiliki kesempatan untuk


mendengarkan ajaran, merenungkan maknanya, mempraktikkan
ajaran tersebut dan membangkitkan keyakinan ketika Anda melihat
wujud Triratna. Meskipun keyakinan yang muncul tidak harus sangat
mendalam, namun pastinya Anda akan merasakan kenyamanan
ketika Anda melihat wujud Buddha. Tapi, bagi seekor anjing atau
kucing yang memasuki ruangan ini, mereka mungkin melihat wujud
Buddha namun tidak akan memahami apa yang dilihatnya dan
tidak akan sanggup merasakan apapun terhadap objek tersebut.
Oleh karena itu, kenyataan bahwa Anda memiliki respons ketika
berkesempatan bertemu dengan perwujudan Triratna adalah buah
dari kelahiran luar biasa Anda saat ini.

Anda memiliki kemungkinan untuk merenungkan nasihat


agung yang diberikan Sang Buddha untuk meraih kebahagiaan,
tidak hanya dalam kehidupan saat ini saja, namun juga di
kehidupan mendatang. Anda dapat mempelajari semua metode
ini dan mempraktikkan mereka untuk memperoleh hasilnya. Lagi
pula, Anda memiliki kemampuan untuk melakukan apapun yang
diperlukan untuk berlatih dalam mencapai kebahagiaan, tidak
hanya untuk diri Anda sendiri namun juga kebahagiaan semua
makhluk.

21
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Anda juga memiliki kesempatan untuk mempraktikkan apa


yang dibutuhkan untuk mengakhiri penderitaan, tidak hanya diri
Anda sendiri namun juga penderitaan semua makhluk yang lain.
Inilah mengapa Shantidewa mengatakan bahwa kelahiran sebagai
manusia ini bagaikan kapal besar yang memungkinkan Anda
untuk menyeberangi samudra penderitaan samsara. Ketika Anda
mendengar ini, Anda seharusnya benar-benar merasa gembira,
karena Anda sekarang telah meraih sebuah kelahiran superior yang
memberikan Anda kesempatan besar ini.

Alangkah baiknya bila kita sekarang mengambil beberapa


menit untuk memeditasikan hal ini. Jika tidak, Anda tidak akan
memiliki kesempatan untuk benar-benar memikirkan penjelasan ini
dengan semestinya. Kalau sudah demikian, kita seperti menuang
air ke atas batu – tidak akan ada air yang meresap ke dalam batu
karena air hanya akan mengalir di atasnya. Oleh karena itu, jika kita
sebaliknya menggunakan beberapa menit untuk merenungkan hal
ini, maka mungkin ada sedikit tetes nektar dari ajaran Sang Buddha
yang bisa meresap ke dalam diri Anda.

Sekarang Anda akan merenung dan berpikir bahwa sungguh


sangat menakjubkan karena Anda sekarang telah sanggup
menghindari semua jenis ketidakbebasan ini dan sebaliknya,
menikmati berbagai jenis kebebasan yang memungkinkan Anda
untuk memiliki akses sesungguhnya terhadap ajaran Sang Buddha.
Anda bayangkan implikasi jika, misalnya, Anda sekarang terlahir
sebagai binatang, dan Anda benar-benar bersukacita karena hal
tersebut tidak terjadi dan Anda sekarang memiliki kesempatan yang
menakjubkan.

(Meditasi)

22
Pendahuluan

Dalam kutipan yang dipaparkan Shantidewa, lanjut dikatakan


bahwa, “Kapal seperti ini sangatlah sulit untuk diperoleh.”

Oleh karena itu, Anda harus memahami bahwa mendapatkan


kelahiran lain seperti yang Anda miliki sekarang, dengan semua
kondisinya yang sangat menguntungkan, akan menjadi sebuah
pekerjaan yang sulit sekali. Anda memiliki kelahiran yang baik
sekarang, namun ia akan berakhir suatu hari nanti. Tidak pernah
terjadi di dunia ini di mana ada seseorang yang dilahirkan, tak
peduli dalam bentuk apapun, yang sanggup menghindari kematian
pada waktu tertentu.

Kematian, didefinisikan sebagai perpisahan antara jasmani


dan batin Anda, adalah peristiwa yang tak terhindarkan dan Anda
tidak dapat melakukan apapun untuk mengubahnya. Sebagai
tambahan, waktu kematian Anda sepenuhnya tidak bisa diketahui;
Anda bisa saja mati kapan pun – ini hanya perkara satu atau dua
tahun, satu atau dua bulan, satu atau dua jam atau bahkan satu
atau dua menit. Tidak ada jaminan sedikit pun bahwa beberapa
menit dari sekarang Anda tidak akan mati. Meski demikian, Anda
tetap sepenuhnya yakin bahwa Anda tidak akan mati walaupun
tidak ditemukan sesuatu yang bisa mendasari pemikiran seperti itu.

Anda bisa dengan mudah mengatakan, “Ya, tidak ada alasan


bagi saya untuk mati sekarang. Saya sedang dalam kondisi yang
sehat dan saya belum terlalu tua.” Namun, pemikiran ini tidaklah
sahih karena seperti yang Anda saksikan sendiri, seringkali dan
berkali-kali terjadi bahwa orang yang dalam keadaan sehat
sempurna harus meninggal dengan tiba-tiba. Jika hal ini bisa terjadi
pada orang lain, maka tidak ada alasan bahwa hal tersebut tidak
dapat terjadi pada Anda.

23
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Ketika Anda meninggal, Anda harus menyadari bahwa akan


menjadi sangat sulit bagi Anda untuk mencari kelahiran lain seperti
yang Anda miliki sekarang. Jadi, apa yang harus dilakukan? Hal ini
dijelaskan dalam bagian selanjutnya, dalam bait yang sama, dari
karya Shantidewa yang berbunyi, “Janganlah terlelap dalam tidur
ketidaktahuan.”

Hal ini berarti Anda seharusnya tidak membiarkan diri Anda


sendiri dikendalikan oleh ketidaktahuan, kemalasan, kecerobohan,
pengalihan perhatian, dan sebagainya. Tadi Anda baru saja
mendengar sebuah contoh ketidaktahuan, yaitu meyakini bahwa
bagaimanapun juga Anda tidak akan segera mati. Keyakinan ini
merupakan sebuah bentuk ketidaktahuan karena ia sepenuhnya
salah dan tidak bisa dibenarkan. Tidak ada dalil apapun yang dapat
mendukung keyakinan Anda bahwa entah bagaimana Anda akan
terus hidup.

Oleh sebab itu, Shantidewa mengatakan bahwa Anda


seharusnya tidak menyerah pada kecenderungan untuk menjadi
malas, ceroboh, dan sebagainya. Sebaliknya, Anda harus
menggunakan kelahiran yang berharga ini untuk memperoleh
sesuatu yang berharga, tidak hanya untuk kehidupan yang segera
datang namun juga di seluruh kehidupan Anda, untuk meraih
tujuan tertinggi yang diarahkan tidak hanya untuk kesejahteraan
Anda sendiri namun juga demi kesejahteraan semua makhluk.

Mengikuti instruksi yang berasal dari tradisi lisan, Anda


seharusnya berkata kepada diri sendiri: “Jika saya memiliki
beberapa tahun lagi untuk hidup, maka saya harus melakukan
semua yang bisa saya lakukan untuk mencapai tujuan tertinggi,
tidak hanya untuk kepentingan saya sendiri namun juga semua
makhluk dengan meraih pencerahan yang lengkap dan sempurna.

24
Pendahuluan

Jika ternyata saya hanya memiliki satu atau dua bulan lagi
untuk hidup, maka sudah seharusnya saya menggunakan waktu
tersebut untuk memastikan bahwa saya tidak akan terjatuh ke alam
rendah di kehidupan yang akan datang, namun sebaliknya, bahwa
saya akan mendapatkan kembali kelahiran dengan kondisi yang
menguntungkan seperti sekarang, sehingga saya bisa melanjutkan
praktik spiritual yang telah saya mulai di kehidupan saat ini.”

Anda akan memulai dengan berpikir seperti itu, saat ini juga.
Anda akan mendengarkan ajaran dari Sang Buddha, merenung,
dan memastikan artinya sehingga Anda dapat memeditasikannya
kemudian. Namun, Anda harus ingat bahwa tujuan dari mendengar
dan merenungkan ajaran adalah agar Anda nantinya bisa
mengurangi kesalahan Anda dan melemahkan semua pemikiran
yang kasar dan mengganggu di dalam batin Anda. Dengan kata
lain, Anda seharusnya bisa menenangkan batin Anda. Pada saat
yang sama, Anda akan melatih dan memperkuat kualitas-kualitas
positif, yang ketika bangkit di dalam batin Anda akan menimbulkan
manfaat segera dari kedamaian mendalam yang bisa Anda nikmati
dan juga efek-efek menguntungkan jangka panjang lainnya.

Untuk mengungkapkan hal yang sama dengan cara yang


sedikit berbeda, Anda harus menyadari bahwa Anda memiliki
banyak elemen di dalam batin Anda, dan kalau Anda tidak
melakukan sesuatu terhadapnya, maka mereka akan menjadi
sumber penderitaan besar bagi Anda di masa yang akan datang.
Ketika kita mengatakan “di masa yang akan datang,” jangan
bayangkan itu adalah waktu yang panjang di masa depan – masa
yang akan datang telah dimulai satu detik dari sekarang.

Dengan kata lain, sepanjang Anda memiliki elemen


pengganggu ini di dalam batin Anda, maka mereka akan terus-
menerus menciptakan penderitaan bagi Anda dimulai sejak

25
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

sekarang. Keseluruhan tujuan dari belajar, mendengar, dan


merenungkan ajaran adalah untuk mengurangi hingga akhirnya
menghapuskan semua sumber penderitaan di dalam batin Anda.
Sejalan dengan itu, Anda perlu berlatih membangkitkan kualitas
yang masih kurang di dalam diri Anda, yang merupakan sumber
kebahagiaan bagi Anda dan makhluk lain; dan memperkuat kualitas
yang sudah Anda miliki tapi masih belum stabil di dalam diri Anda.

Oleh karena itu, pada dasarnya Anda perlu mengubah dan


meningkatkan cara pikir Anda. Anda harus bertekad melakukan hal
tersebut, bukan hanya untuk kepentingan diri Anda sendiri namun
juga untuk kepentingan semua makhluk – agar Anda sanggup
bekerja dengan efektif untuk mengakhiri penderitaan mereka dan
membimbing mereka hingga mencapai keadaan kebahagiaan yang
sesungguhnya.

Sang Buddha mengajarkan tak terhingga cara yang dapat


membantu kita meningkatkan diri, seperti yang telah dijelaskan.
Namun, instruksi yang terunggul adalah Penyempurnaan
Kebijaksanaan dan inilah mengapa Anda berada di sini untuk
mendengarkan penjelasan praktik ini. Anda harus melakukannya
dengan pemikiran bahwa Anda akan menerapkannya dalam diri
Anda. Ini adalah motivasi yang harus Anda bangkitkan di dalam
diri Anda sekarang. Seperti yang telah kita katakan, topik ajaran ini
adalah Sutra Intisari Penyempurnaan Kebijaksanaan dan saya akan
memberikan transmisi lisan karya ini kepada Anda.

(Transmisi lisan)

Seperti yang telah dijelaskan, saya akan berpegang pada ulasan


dari guru saya, Gomang Khenzur Rinpoche, Geshe Ngawang Nyima-
la, untuk penjelasan Sutra Intisari Penyempurnaan Kebijaksanaan

26
Pendahuluan

(Sutra Hati). Ada banyak ulasan lainnya yang tersedia, termasuk


lima ulasan yang digubah oleh guru-guru dari India; yang paling
ekstensif (luas) adalah karya Wimalamitra. Ada juga karya yang
digubah oleh Yang Mulia Atisha di Tibet, yang didasarkan pada
ulasan dari Wimalamitra.

Meskipun terdapat banyak karya lainnya, kedua karya yang


sebelumnya disinggung dianggap sebagai yang terbaik. Kondisi
yang paling ideal adalah merujuk pada berbagai ulasan seperti
yang telah kita sebutkan, termasuk ulasan-ulasan dari cendekiawan
Tibet. Namun, hal ini akan membuat segalanya semakin rumit. Lagi
pula, karena kita tidak memiliki banyak waktu, maka yang terbaik
adalah berpegang pada ulasan dari guru saya, Geshe Ngawang
Nyima-la, karena saya telah menerima baik transmisi lisan maupun
penjelasan dari karya ini dari beliau. Seiring dengan penjelasan,
saya juga akan memberikan transmisi karya ini.

27
JUDUL SUTRA

D
alam ulasan Geshe Ngawang Nyima-la tentang Sutra
Kebijaksanaan, sebagai pengarang dari karya ini, beliau
memulai dengan memberi penghormatan kepada
Buddha. Setelah itu, beliau memaparkan garis besarnya. Untuk
menyimpulkan hal ini, beliau pertama-tama akan menjelaskan
judul dari Sutra ini, kemudian isi karya itu sendiri. Anda dapat
merujuk pada terjemahan Sutra ini, yang berjudul Bhagawati
Prajnaparamita Hridaya dalam bahasa Sanskerta. Judulnya dalam
bahasa Tibet adalah Com Den Dey Ma Syerab Kyi Pha Rol Tu Chin
Pei Nying Po.

Tujuan awal memberikan judul dalam bahasa Sanskerta adalah


untuk membuktikan keaslian dari karya ini – untuk menunjukkan
bahwa ia jelas merupakan karya yang diterjemahkan dari bahasa
India dan oleh karenanya berasal dari India, yang dalam hal ini
merupakan sebuah Sutra. Oleh karena itu, semua karya yang
diterjemahkan dari bahasa Sanskerta memiliki judul yang diberikan
dalam bahasa Sanskerta di awal karya tersebut, untuk membuatnya
benar-benar jelas bahwa karya ini bukan dikarang oleh orang Tibet.

Alasan lain menyebutkan judul dalam bahasa Sanskerta adalah


karena bahasa ini membawa berkah, mengingat Sang Buddha
utamanya mengajar dalam bahasa Sanskerta. Belakangan ini,
terdapat pandangan yang berbeda berkaitan dengan masalah ini.
Buddhis yang berasal dari Selatan, yaitu Sri Lanka dan sebagainya,
menyebutkan bahwa Sang Buddha mengajar dalam bahasa Pali,
bukan Sanskerta. Kebanyakan universitas di Barat juga mengikuti
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

pandangan ini. Namun, kebanyakan guru-guru agung India di


masa lampau, seperti Nagarjuna dan Asanga, mengatakan bahwa
Sang Buddha mengajar dalam bahasa Sanskerta. Oleh karena itu,
bagaimana sikap terbaik dalam menghadapi hal ini?

Anda harus ingat bahwa hakikat dari ucapan Buddha adalah


multi-bahasa, dalam artian: bagi mereka yang butuh mendengarkan
dalam bahasa Sanskerta, maka mereka akan mendengar ucapan
Buddha dalam bahasa Sanskerta; sementara bagi mereka yang
memahami bahasa Pali, maka mereka akan mendengar ajaran
dalam bahasa Pali. Oleh karena itu, tidak ada satu bahasa tunggal
yang digunakan secara khusus oleh Sang Buddha ketika mengajar
karena salah satu karakteristik dari ucapannya adalah kemahirannya
beradaptasi dengan kebutuhan dan kemampuan pendengar.

Oleh karena itu, tidaklah terlalu tepat bila kita mengatakan


bahwa Buddha hanya mengajar dalam bahasa Sanskerta maupun
Pali. Anda boleh mengatakan bahwa Buddha mengajar dalam
bahasa Pali, namun menurut saya kurang tepat bila mengatakan
bahwa Buddha hanya mengajar dalam bahasa Pali. Di dalam Sutra,
Buddha menyatakan bahwa beliau akan mengajar dalam bahasa
apapun yang dibutuhkan dan dimengerti oleh semua bentuk
kehidupan, seperti bahasa naga, dewa, dan manusia. Tak peduli
seberapa banyak perbedaan kelas makhluk yang hadir saat Sang
Buddha mengajar, ajaran beliau akan terdengar dalam bahasa
masing-masing setiap individu.

Dalam kelompok kualitas-kualitas ucapan Buddha yang


ditemukan dalam Sutra, dikatakan bahwa ketika satu bait tunggal
(misalnya ‘bentuk adalah tidak kekal’) dikumandangkan oleh
seorang Buddha, mereka yang siap mendengar ‘bentuk adalah
tidak kekal’ akan mendengarnya demikian, sementara mereka yang

30
Judul Sutra

siap mendengar ‘ketanpaakuan dari bentuk’ akan mendengarnya


demikian, dan seterusnya.

Dengan kata lain, bahkan satu bait tunggal yang diajarkan oleh
Sang Buddha akan dipahami secara berbeda oleh mereka yang
hadir menurut kapasitas mereka. Lalu, mengapa banyak guru-guru
agung India berpendapat bahwa Sang Buddha mengajar dalam
bahasa Sanskerta? Karena bahasa Sanskerta merupakan salah satu
dari empat bahasa utama di India pada waktu itu.

Sutra Intisari Penyempurnaan Kebijaksanaan diajarkan di


Rajagraha di puncak bukit Burung Nazar setahun setelah Sang
Buddha mencapai pencerahan. Karena dinyatakan sendiri oleh
Sang Buddha bahwa beliau akan mengajar dalam segala bahasa,
Anda mungkin dapat membantah bahwa ketika Sang Buddha
mengajar Sutra Intisari Penyempurnaan Kebijaksanaan, beliau
juga mengajar dalam bahasa Inggris, Malaysia, atau bahkan dalam
bahasa Tibet.

Memang benar, bila terdapat orang Tibet saat itu, maka Sang
Buddha juga akan mengajar dalam bahasa Tibet. Demikian juga
halnya, jika terdapat orang Malaysia dan orang Inggris pada saat
itu, maka beliau juga akan mengajar dalam bahasa Malaysia dan
Inggris. Namun, karena tidak ada jenis orang seperti itu yang hadir
saat itu, maka Sang Buddha tidak mengajar dalam bahasa tersebut.
Oleh karena itu, pandangan yang menganggap bahwa Buddha
mengajar hanya dalam satu bahasa seperti bahasa Sansekerta atau
Pali pada saat itu merupakan pandangan umum yang menganggap
Buddha seperti manusia biasa yang hanya sanggup mengajar
dalam satu bahasa, padahal hal tersebut tidak berlaku bagi makhluk
seperti Buddha.

31
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Judul sutra ini dalam bahasa Sanskerta adalah Bhagawati


Prajnaparamita Hridaya. Judul ini diterjemahkan ke dalam bahasa
Tibet menjadi “Com Den Dey Ma Syerab Kyi Pha Rol Tu Chin
Pei Nying Po”. Dalam bahasa Inggris, judul ini diterjemahkan
menjadi The Essence of the Perfection of Wisdom (Sutra Intisari
Penyempurnaan Kebijaksanaan).

Kata pertama dalam bahasa Sanskerta adalah Bhagawati


atau Bhagawat, yang dalam bahasa Tibet diterjemahkan sebagai
Com Den. Suku kata yang pertama, ‘Com,’ diartikan sebagai yang
telah menghilangkan semua kualitas negatif, ketidaksempurnaan,
dan semua yang salah. Suku kata kedua, ‘Den,’ berarti memiliki
semua kualitas baik yang ada, yang merujuk pada aspek lain
seorang Buddha.

Ketika suku kata kedua ‘Den’ dijelaskan, misalnya, dalam


karya Gomang Khenzur Rinpoche, kata ini memiliki enam kualitas
unggul, seperti kemegahan dan seterusnya. Namun, akan terlalu
berbelit untuk menjelaskannya sekarang. Oleh karena itu, untuk
meringkas, kita dapat mengatakan bahwa suku kata itu berarti
semua kualitas baik yang ada. Jadi, ketika Anda mendengar istilah
Bhagawati atau Bhagawat, Anda harus ingat maknanya berarti
menghapuskan semua kesalahan dan diberkahi dengan semua
kualitas baik yang ada.

Dalam bahasa Tibet, suku kata yang ketiga, ‘Dey,’ telah


ditambahkan setelah Com Den untuk penerjemahan Bhagawati
atau Bhagawat. Alasan mengapa penerjemah agung bahasa Tibet
menambahkan suku kata yang ketiga ini ketika menerjemahkan
istilah Bhagawat dari bahasa Sanskerta ke bahasa Tibet adalah
karena istilah Bhagawat dalam bahasa Sanskerta digunakan tidak
hanya untuk Buddha tapi juga dewa-dewa agung yang masih
berdiam di samsara. Oleh karena itu, agar mendapatkan istilah

32
Judul Sutra

yang sesuai hanya untuk Buddha, mereka menambahkan suku kata


‘Dey,’ yang secara harfiah berarti ‘yang melampaui’ atau superior.

Namun, dalam konteks yang sekarang, istilah Bhagawati


atau Bhagawat tidak digunakan untuk merujuk pada Arya Buddha
sebagai seorang makhluk, namun merujuk pada batin maha
tahunya atau pemahaman akan kesunyataan secara langsung.
Oleh karena itu, istilah Bhagawati diikuti oleh Prajnaparamita, yang
dalam bahasa Indonesia artinya penyempurnaan kebijaksanaan. Di
akhir istilah Bhagawat Anda mendapatkan akhiran vokal ‘ti,’ yang
dalam bahasa Sanskerta menandakan bentuk feminin. Padanannya
dalam bahasa Tibet adalah ‘ma.’ Sesungguhnya, penyempurnaan
kebijaksanaan itu sendiri disebut sebagai Sang Ibu karena
penyempurnaan kebijaksanaan atau pemahaman kesunyataan
mengandung artian ‘sang ibu’ bagi semua jenis Arya yang berbeda,
tanpa melihat kendaraan praktiknya.

Kita dapat memahami istilah ‘penyempurnaan kebijaksanaan’


pada tiga tingkatan yang berbeda – pertama, merujuk pada
teks; kedua, penyempurnaan kebijaksanaan sebagai sang jalan;
dan yang ketiga, penyempurnaan kebijaksanaan sebagai hasil.
Penyempurnaan kebijaksanaan sebagai hasil tidak lain adalah
kebijaksanaan terunggul dalam memahami kesunyataan yang
ditemukan dalam arus batin Arya Buddha. Sementara itu,
penyempurnaan kebijaksanaan sebagai sang jalan merujuk pada
pemahaman kesunyataan yang ditemukan dalam arus batin
seorang Arya Bodhisatwa yang masih berada pada sang jalan dan
belum mencapai hasil akhir berupa Kebuddhaan.

Penafsiran pertama dari istilah ‘penyempurnaan kebijaksanaan’


merujuk kepada teks di mana topik ini dijelaskan. Dalam judulnya
di sini, kita bisa memahami bahwa penyempurnaan kebijaksanaan
berada dalam teks sekarang, di mana topik ini sedang diajarkan.

33
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Istilah terakhir, Hridaya dalam bahasa Sanskerta, atau Nying Po


dalam bahasa Tibet, berarti ‘intisari.’ Hal ini disebabkan Sutra
yang singkat ini memadatkan makna inti atau intisari dari Sutra
Prajnaparamita yang agung, dengan versi lainnya yang sangat
panjang, misalnya versi seratus ribu bait dan seterusnya.

Dalam versi panjang yang mengandung seratus ribu bait, Sang


Buddha menjelaskan kesunyataan dari semua fenomena dengan
tidak menyebutkan semua yang eksis (seperti kursi, meja, dan
sebagainya), namun dengan mengelompokkan semua fenomena
yang berlaku menjadi seratus delapan kategori yang berbeda;
berdasarkan inilah beliau menjelaskannya.

Contoh dari seratus delapan kategori fenomena ini termasuk


lima skandha, dua belas alayatana, delapan belas dhatu, enam
penyempurnaan, tiga puluh tujuh faktor pencerahan, dua belas
mata rantai yang saling bergantungan, dan dua puluh satu kategori
kebijaksanaan unggul seorang Buddha. Sang Buddha menjelaskan
kesunyataan dalam kaitannya dengan masing-masing kategori
fenomena dan inilah mengapa terbentuk sebuah Sutra yang sangat
luas sekali.

Meski demikian, dalam Sutra Prajnaparamita versi singkat


ini, Sang Buddha memadatkan semua ini dan menjelaskan
kesunyataan hanya dari satu kategori utama fenomena, yaitu lima
skandha. Inilah mengapa ia dikatakan intisari dari penyempurnaan
kebijaksanaan: karena ia merupakan versi yang dipadatkan. Oleh
karena itu, teks yang menjelaskan penyempurnaan kebijaksanaan
baik di level jalan maupun hasil dari penyempurnaan kebijaksanaan
(kebijaksanaan yang ada pada batin seorang Buddha) juga disebut
sebagai penyempurnaan kebijaksanaan.

34
Judul Sutra

Seperti yang telah disebutkan, versi kita yang sekarang


adalah versi yang terpadatkan dari teks yang menjelaskan topik ini.
Pada bagian ini, guru kita Gen. Ngawang Nyima-la memberikan
penjelasan yang sangat menakjubkan mengenai topik ini dan kita
akan membahasnya siang nanti.

(Pembangkitan motivasi dan tinjauan ulang)

Pagi tadi Anda telah mengambil sedikit waktu untuk


membangkitkan motivasi yang baik, namun Anda telah beristirahat
dan segala jenis pemikiran bisa jadi telah muncul dalam batin
Anda pada saat jeda itu. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk
mengambil beberapa menit sekarang untuk memperbaiki motivasi
awal Anda.

Singkatnya, Anda harus menyadari bahwa Anda sekarang


memiliki kelahiran sebagai manusia yang sangat istimewa, dengan
kondisi yang sempurna, dan Anda harus menggunakannya
untuk sesuatu yang bermakna dan berharga selama Anda masih
memilikinya. Anda juga harus menyadari bahwa tidak hanya
Anda sendiri yang ingin bahagia dan menghindari segala bentuk
penderitaan, karena bentuk kehidupan yang lain juga berbagi
aspirasi yang sama. Oleh karena itu, Anda harus menetapkan
tujuan, yakni keadaan pencerahan yang lengkap dan sempurna,
sehingga Anda sanggup untuk memenuhi semua tujuan, bukan
hanya untuk diri Anda sendiri namun juga semua makhluk hidup.
Anda harus berpikir itulah sebabnya mengapa Anda berada di sini
untuk mendengarkan ajaran dengan niat untuk mempraktikkan apa
yang telah Anda dengar.

(Meditasi)

35
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Anda seharusnya melihat bahwa tujuan tertinggi Anda adalah


untuk merealisasikan penyempurnaan kebijaksanaan yang disebut
hasil dari penyempurnaan kebijaksanaan dalam batin Anda, dengan
kata lain, untuk merealisasikan penyempurnaan kebijaksanaan dari
seorang Buddha. Namun, sebelum Anda dapat merealisasikan
hasil dari penyempurnaan kebijaksanaan, Anda harus meraih
penyempurnaan kebijaksanaan dari sang jalan; dengan kata
lain, merealisasikan penyempurnaan kebijaksanaan dari seorang
Arya Bodhisatwa.

Dan juga, sebelum Anda sanggup merealisasikan


penyempurnaan kebijaksanaan dari seorang Arya Bodhisatwa,
dengan kata lain, penyempurnaan kebijaksanaan pada tingkat
marga penglihatan (ketika seseorang merealisasikan kesunyataan
secara langsung), Anda pertama-tama harus mencapai pemahaman
akan kesunyataan di tingkat marga persiapan. Namun, sebelum
Anda dapat merealisasikan marga persiapan, Anda pertama harus
meraih marga penghimpunan terlebih dahulu. Semua ini adalah
pendahuluan untuk meraih marga penglihatan.

Sebelum Anda dapat meraih semua itu, langkah pertama


adalah bertumpu pada teks-teks yang menjelaskan kedua hal ini
– penyempurnaan kebijaksanaan dari sang jalan dan hasil dari
penyempurnaan kebijaksanaan. Ada banyak teks yang menjelaskan
penyempurnaan kebijaksanaan. Di antara semua ini, kita sekarang
sedang mempelajari Sutra Intisari Penyempurnaan Kebijaksanaan
yang merupakan versi paling singkat dari teks-teks ini.

Dalam ulasannya terhadap Sutra ini, Gomang Khenzur


Rinpoche menyebutkan bahwa semua ajaran Buddha dibabarkan
dengan tujuan agar bisa membantu makhluk hidup mengakhiri

36
Judul Sutra

penderitaan mereka; dengan kata lain, untuk mencapai nirwana.


Sesungguhnya, telah diulang berkali-kali bahwa tidak ada satu kata
tunggal pun yang diajari Sang Buddha yang tujuannya bukan untuk
mengakhiri penderitaan makhluk hidup.

Sama halnya, dalam Pujian terhadap Kesalingbergantungan


karya Je Rinpoche, beliau memuji Sang Buddha dan berkata, “Tak
ada satu ajaran pun yang Engkau sabdakan yang bukan untuk
menjelaskan kesalingbergantungan dan Engkau mengajarkan
kebenaran ini hanya demi satu tujuan, yakni mengakhiri penderitaan
semua makhluk hidup.”

Istilah ‘nirwana’ dalam bahasa Tibet diterjemahkan sebagai


Nya Ngen dalam dua suku kata, atau jika Anda ingin memperluasnya
maka ia menjadi Nya Ngen Ley Dey Pa. Nya Ngen berarti kesedihan
atau penderitaan. Walau demikian, Anda harus memahami bahwa
istilah ini tidak hanya termasuk kesedihan atau penderitaan, namun
juga sebab-sebabnya, yaitu klesha di dalam diri Anda sendiri.
Bagian kedua dari frasa ini adalah Ley Dey Pa, yang secara harfiah
berarti ‘melampaui’ – artinya membuang.

Oleh karena itu, kondisi nirwana berarti keadaan di mana


penderitaan dan sebab-sebabnya telah benar-benar dihilangkan.
Apakah metode utama untuk mengatasi penderitaan atau
merealisasikan nirwana? Caranya adalah dengan meraih
kebijaksanaan yang memahami kesunyataan. Karya utama yang
menjelaskan metode ini adalah teks mengenai intisari kebijaksanaan.

Genla kemudian lanjut bertanya, ‘Apakah yang mencapai


nirwana?’ Beliau menjawab pertanyaan tersebut dengan
mengatakan: kesunyataan dari batin makhluk hidup, dan
seterusnya. Bagaimana Anda memahami frasa ini, yang berbunyi
bahwa kesunyataan dari batin makhluk hiduplah yang mencapai

37
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

nirwana? Dalam kondisi Anda sekarang, kesunyataan dari batin


Anda dihalangi oleh penghalang, namun penghalang tersebut
bukanlah bagian sejati dari batin Anda. Dengan menyingkirkan
semua penghalang ini melalui pencapaian kebijaksanaan yang
memahami kesunyataan, maka Anda bisa meraih nirwana.

Dengan memeditasikan kesunyataan, secara bertahap Anda


dapat menyingkirkan penghalang-penghalang ini. Begitu proses
menyingkirkan penghalang tersebut selesai, maka kesunyataan dari
batin Anda menjadi bebas dari segala penghalang dan saat itulah
seseorang dikatakan telah meraih kondisi damai atau nirwana. Oleh
karena itu, hal tersebut juga berarti kesunyataan batin Andalah yang
meraih nirwana ketika ia menjadi tak terhalang lagi. Perumpamaan
yang digunakan untuk memahami proses ini adalah langit yang
dipenuhi dengan awan-awan. Anda kemudian berubah menjadi
langit yang tak terhalangi oleh awan-awan. Jadi bukan berarti Anda
membuat langit baru. Langitnya telah ada, namun perbedaannya
adalah sekarang awannya sudah tidak ada lagi.

Dalam frasa singkat di atas, digunakan istilah ‘dan seterusnya.’


Istilah ‘dan seterusnya’ ini merujuk pada aspek lain dari
tathagatagarbha (embrio Buddha). Pada umumnya, ada dua jenis
tathagatagarbha – pertama, kesunyataan dari batin Anda (yang
baru saja kita sebutkan); dan kedua, kesinambungan batin Anda
yang pada mulanya terhalang namun melalui proses purifikasi
secara bertahap menjadi tak terhalang.

Batin Anda bukanlah sebuah benda padat, namun merupakan


kesinambungan atau rangkaian momen dari batin. Ketika ia secara
bertahap semakin berkurang dan berkurang penghalangnya,
maka ia akhirnya akan menjadi jnanadharmakaya atau tubuh
kebenaran kebijaksanaan. Kalimat yang sama berlanjut dan Genla
menyimpulkan dengan mengatakan, “Inilah sebabnya mengapa

38
Judul Sutra

kita membicarakan tathagatagarbha atau embrio Tathagata


atau Buddha.”

Oleh karena itu, kesunyataan dari batin dan batin itu sendirilah
yang mencapai nirwana. Kedua hal ini disebut tathagatagarbha atau
embrio Buddha karena merekalah yang mencapai nirwana. Arus
batin Anda bersama dengan kesunyataan dari batin Anda memiliki
potensi untuk menjadi Buddha. Inilah mengapa kita membicarakan
tentang embrio Buddha atau benih Kebuddhaan. Sejauh ini, intisari
Buddha Anda, dengan kata lain, kesunyataan dari batin Anda dan
arus batin Anda, sepenuhnya terhalang oleh berbagai penghalang
dan itulah sebabnya mengapa Anda bukan seorang Buddha.

Ketika kita berbicara mengenai kesunyataan batin Anda, maka


maksudnya adalah modus eksistensi tertinggi dari batin Anda –
bahwa batin Anda sunyata dari eksistensi yang sejati atau eksistensi
yang berdiri sendiri. Oleh karena itu, modus eksistensi tertinggi dari
batin Anda adalah bahwa ia tidak muncul dengan sendirinya; hal
tersebut berarti batin Anda bisa eksis karena sepenuhnya tergantung
pada hal-hal lain.

Inilah mengapa kata ‘sunyata’ digunakan – ia merupakan


negasi akan keberadaan sejati, keberadaan yang berdiri sendiri, yang
muncul dengan sendirinya. Kita telah berbicara mengenai modus
eksistensi tertinggi dari batin Anda. Namun, sesungguhnya tidak
hanya batin Anda, karena semua fenomena memiliki dua modus
eksistensi – modus eksistensi tertinggi dan relatif (konvensional).
Kita lanjutkan contoh batin Anda – modus eksistensi konvensional
atau relatif dari batin Anda adalah sebuah fenomena yang jelas dan
mengetahui. Ini artinya batin Anda dapat memantulkan objek-objek
persepsinya; dengan kata lain, ia dapat mengambil penampakan
dari objek persepsinya. Namun, modus eksistensi tertinggi dari batin
Anda adalah bahwa ia tidak dihasilkan sendiri dan tidak bebas.

39
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Kenyataannya, ia berbeda dengan cara sebuah batin memahami


eksistensi yang sejati yang melihat batin eksis dengan sendirinya.

Sekarang, Anda melihat batin Anda dan segalanya di luar sana


seolah-olah mereka eksis dengan sendirinya, dihasilkan dengan
sendirinya, dan memiliki beberapa beberapa jenis eksistensi sejati
yang dimilikinya sendiri. Namun, persepsi akan fenomena tersebut
tidak tepat karena fenomena tidak muncul dengan cara demikian.
Sesungguhnya, mereka terjadi dengan cara sebaliknya dan oleh
karenanya dikatakan sunyata dari keberadaan yang bebas atau
modus eksistensi yang dihasilkan dengan sendirinya. Mereka tidak
bisa muncul dari sisinya sendiri saja. Inilah yang dimaksud dengan
‘modus eksistensi tertinggi dari batin seseorang berbeda dengan
cara Anda memandangnya.’

Ketika Anda melihat sebuah rumah, sebuah bangunan, atau


seseorang, Anda melihatnya sebagai benda yang muncul dengan
sendirinya, bebas dari yang lain dan boleh dikatakan seperti sesuatu
yang berdiri kokoh dengan kedua kakinya. Namun, sesungguhnya
persepsi tersebut kurang tepat. Jika cara Anda melihat adalah sahih,
maka artinya orang tersebut akan muncul sepenuhnya berdasarkan
kekuatannya sendiri dan tidak bergantung pada apapun. Namun,
seperti yang kita katakan, persepsi semacam itu kurang tepat karena
orang tersebut, bangunan, atau apapun yang muncul eksistensinya
bergantung pada fenomena lainnya.

Jika persepsi Anda tepat, maka hal tersebut berarti keberadaan


mereka sepenuhnya muncul dengan sendirinya dan tidak bergantung
pada apapun. Implikasi dari hal tersebut adalah kondisi batin
Anda yang saat ini dalam keadaan terhalang akan selalu demikian
karena batin terhalang Anda muncul dengan sendirinya dan tidak
dapat diubah.

40
Judul Sutra

Dalam karya yang sama, Khenzur Rinpoche lanjut mengatakan


bahwa semua metode yang diberikan, baik dalam Sutra maupun
Tantra, tersedia dengan tujuan tunggal, yakni purifikasi penghalang
dari batin semua makhluk hidup. Hal ini berarti jika Anda tetap
membiarkan batin Anda terhalang seperti sekarang, maka Anda
akan terus menderita. Di sisi lain, jika Anda berlatih secara bertahap
untuk menyingkirkan penghalang dan ketika hal tersebut selesai,
maka penderitaan Anda akan berakhir dengan pasti.

41
PENDAHULUAN SUTRA

K
ita baru saja selesai membahas penjelasan dari judul
karya ini: Sutra Intisari Penyempurnaan Kebijaksanaan.
Sekarang kita telah sampai pada penjelasan teks itu
sendiri, yang memiliki beberapa bagian. Bagian pendahuluan
menjelaskan kondisi saat Sutra ini dibabarkan. Bagian ini sangat
jelas dan tidak memerlukan banyak penjelasan. Hal ini berkaitan
dengan empat kata pertama dari sutra tersebut yaitu, ‘Demikianlah
kudengar suatu waktu.’ Bagian ini dan bagian penutup Sutra ini
ditambahkan kemudian atas instruksi dari Sang Buddha.

Penyusun Sutra ini, utamanya Ananda, menambahkan


bagian pendahuluan dan juga baris penutup dari Sutra ini. Hal
ini terjadi setelah Sang Buddha parinirwana, saat musyawarah
Sanggha pertama, kedua, dan ketiga, ketika semua ajaran Buddha
dikelompokkan ke dalam tiga keranjang atau Tripitaka. Pada saat
itulah kemudian baris pendahuluan dan penutup ini ditambahkan
ke dalam Sutra.

Namun demikian, Anda mungkin bertanya, ‘Karena bagian


ini ditambahkan kemudian, dapatkah kita menganggapnya sebagai
bagian sebenarnya dari Sutra tersebut?’ Jawabannya adalah “Ya,”
karena Sang Buddha sendiri yang menginstruksikan pengikutnya
untuk menambahkan bagian ini. Beliau menjelaskan dalam Sutra
yang lain bahwa setelah beliau parinirwana, ketika Sutra-sutranya
akan dikompilasi, maka baris pendahuluan dan penutup ini
harus ditambahkan.
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Dengan demikian, ada tiga kategori ucapan Sang Buddha.


Pertama, ada kata-kata yang diucapkan oleh Sang Buddha itu
sendiri. Kedua, ada kata-kata yang diperkirakan sebagai kata-kata
Sang Buddha karena mereka muncul melalui berkah Sang Buddha,
meskipun diucapkan oleh orang lain. Ketiga, ada kata-kata yang
ditambahkan sesuai dengan instruksi Buddha. Baris pendahuluan
dan penutup masuk ke dalam kategori yang ketiga dan diperkirakan
sebagai ucapan Buddha yang sebenarnya. Namun demikian, karena
terdapat beberapa perbedaan pendapat mengenai hal ini, misalnya
dalam Sutra versi bahasa Cina dan Jepang, bagian pendahuluan
dan penutup ini tidak dimasukkan. Dalam kategori yang kedua
(kata-kata yang keluar berdasarkan berkah Sang Buddha), berkah
tersebut diberikan dengan berbagai cara, baik dengan tubuh,
ucapan, maupun batin Buddha.

Dalam pendahuluan ini, yang terdiri dari empat kata,


“Demikianlah kudengar suatu waktu,” Anda dapat memahaminya
melalui ulasan bahwa apa yang sedang dijelaskan di sini adalah
kondisinya yang unggul. Berbagai bentuk unggul yang muncul saat
itu adalah keunggulan guru yang sebenarnya, keunggulan dari
ajarannya itu sendiri, keunggulan dari rombongan atau lingkaran
pengikut, keunggulan dari waktu dan tempat di mana Sutra
ini diajarkan.

Baris pertama, “Demikianlah kudengar suatu waktu,” adalah


kata-kata dari Ananda, salah satu murid utama Sang Buddha,
karena beliau adalah salah seorang penyusun kata-kata Buddha.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ada tiga musyawarah
Sanggha yang terjadi setelah Sang Buddha parinirwana, yang
mana saat itu semua kata-kata Buddha atau Sutra dikumpulkan
bersama dalam tiga keranjang atau Tripitaka.

44
Pendahuluan Sutra

Untuk masing-masing pitaka, ada penyusun khususnya


– Ananda menyusun Sutrapitaka; Kashyapa menyusun
Abhidharmapitaka, dan Nyewar Khor (dalam bahasa Tibet secara
harfiah berarti lingkaran murid terdekat) menyusun Winayapitaka.
Alasan Kashyapa, salah satu murid utama Sang Buddha,
menyelenggarakan musyawarah Sanggha pertama yang diyakini
berlangsung sekitar setahun setelah Sang Buddha parinirwana,
adalah untuk menyatukan Sutra-sutra ini karena pada saat itu Sutra-
sutra ini belum tercatat namun hanya berdasarkan pada tradisi lisan.
Kata-kata yang diucapkan oleh Sang Buddha didengar dan dengan
segera dihafal bagi mereka yang mendengarnya, terutama para
Arhat agung dan Sthawira yang telah mencapai ingatan sempurna.

Namun, ketakutan yang muncul adalah saat para pengikut


agung ini harus meninggalkan dunia, maka kata-kata Buddha juga
akan hilang. Oleh karena itu, gagasannya adalah mengumpulkan
mereka dengan segera sebelum hal yang dikhawatirkan tersebut
terjadi, dan inilah sebabnya mengapa Kashyapa menyelenggarakan
musyawarah Sanggha pertama.

Pada musyawarah Sanggha ini, diputuskan bahwa


Kashyapa merupakan orang yang paling sesuai untuk menyusun
Abhidharmapitaka dan Ananda adalah orang yang paling sesuai
untuk menyusun Sutrapitaka. Bagaimana hal ini berlangsung?
Sebagai contoh, saat giliran Ananda, beliau akan duduk di takhta
dan dari ingatannya beliau akan melafalkan semua Sutra yang
diajarkan oleh Sang Buddha. Beliau menjelaskan suasana saat
sebuah Sutra tersebut diajarkan – tempat, waktu, orang-orang yang
hadir dan isi sebenarnya dari Sutra tersebut. Saat itu, setidaknya
terdapat lima ratus Arhat yang hadir yang telah mencapai tingkat
ingatan sempurna dan oleh karenanya sanggup, dengan hanya
mendengarkan kata-kata tersebut dilafalkan dari ingatan Ananda,

45
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

mengingat dengan persis kata-kata tersebut. Tentu saja, ada banyak


pengikut juga yang hadir saat itu, namun utamanya berkat kehadiran
para Arhat yang ingatannya sempurnalah maka Sutrapitaka dan
pitaka-pitaka lainnya tersusun.

Setelah Sang Buddha parinirwana dan Kashyapa selesai


ditunjuk sebagai penerus pertama Sang Buddha, satu hal yang
pertama-tama beliau lakukan adalah menghukum Ananda untuk
beberapa kesalahan yang dilakukannya ketika melayani Sang
Buddha, seperti gagal memohon kepada Sang Buddha untuk tidak
parinirwana. Oleh karena itu, Ananda dihukum dengan dikirim ke
suatu tempat. Pada kondisi ini Ananda belum merealisasikan tingkat
Arhat. Waktu itu merupakan masa yang sulit bagi Ananda karena
beliau baru kehilangan gurunya dan juga dihukum oleh penerusnya.
Namun demikian, beliau duduk dan bermeditasi sampai beliau
akhirnya menjadi seorang Arhat. Tentu saja, Kashyapa mengetahui
hal ini dengan baik.

Segera setelah Ananda mencapai tingkat Arhat, beliau memohon


kepadanya untuk bergabung dengan musyawarah Sanggha, karena
beliau mengetahui dengan baik bahwa Ananda adalah sosok
yang paling sesuai untuk menjadi penyusun Sutrapitaka. Tentu
saja, Ananda hadir dan beliau menyusunnya dengan mengulang
kembali semua Sutra berdasarkan ingatan. Ketika Ananda tiba
di tempat musyawarah Sanggha pertama diselenggarakan, lima
ratus Arhat telah tiba di sana. Untuk menghormati beliau, mereka
menanggalkan jubah luar monastik mereka (dalam bahasa Tibet:
Nam Jar – jubah biara dengan banyak kain persegi yang dijahit
bersama-sama), melipat dan menumpuknya bersama untuk
membentuk sebuah takhta bagi beliau untuk duduk.

Ananda duduk di atas takhta tersebut dan berputar ke arah


Kushinagar di mana Sang Buddha parinirwana dan menangis haru

46
Pendahuluan Sutra

mengingat gurunya. Beliau kemudian dimohon untuk mengulang


kembali Sutra-sutra sehingga Sutrapitaka bisa tersusun, dan beliau
memulai dengan mengatakan, “Demikianlah kudengar suatu
waktu,” dan seterusnya.

Sesungguhnya, keseluruhan Sutrapitaka dimulai dengan


pendahuluan ini. Mereka semua memiliki kata pendahuluan yang
sama, yaitu, “Demikianlah kudengar suatu waktu.” Ada dua jenis
pendahuluan – yang umum dan yang khusus. Pendahuluan umum
yang akhirnya menjadi umum digunakan bagi semua Sutra adalah
empat bagian ini: “Demikianlah kudengar suatu waktu.”

Kata pertama adalah ‘demikianlah.’ Dengan mengatakan


‘demikianlah,’ Ananda menegaskan dengan saksama bahwa hal ini
adalah apa yang didengarnya, tanpa sedikit pun kesalahan. Dengan
kata lain, beliau telah sanggup untuk mengingat dengan tepat apa
yang telah Buddha katakan tanpa ada kesalahan.

Frase ‘suatu waktu’ dijelaskan dalam dua cara yang berbeda.


Penafsiran yang pertama adalah untuk memahami bahwa Ananda
sedang menegaskan jarangnya sebuah peristiwa mendengarkan
Sutra. Jika Anda ingin memahaminya dengan cara yang masih
sangat berkaitan dengan Anda sebagai seorang praktisi, maka
kita menggunakan istilah ini untuk mengingatkan diri kita sendiri
akan karakteristik istimewa dari kelahiran manusia Anda yang
sekarang dengan kebebasan dan keberuntungannya, yang sangat
berharga karena kekuatan besarnya dan besarnya kesulitan
untuk mendapatkannya.

Cara lain untuk menafsirkan kata ‘suatu waktu’ adalah


untuk memahami bahwa Ananda sedang mengatakan beliau
telah mendengar Sutra ini pada suatu waktu, namun beliau juga
mendengarkan Sutra yang lain di waktu yang lain. Dengan kata

47
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

lain, frasa ini untuk menegaskan kelayakan Ananda sebagai seorang


penyusun. Ananda adalah murid Sang Buddha yang paling banyak
mendengarkan ajaran Sang Buddha dan merupakan figur yang
paling layak untuk menjadi penyusun Sutra-sutra.

Di antara murid-murid Sang Buddha, kita berbicara mengenai


delapan puluh pendengar atau Shrawaka yang terunggul dan
terkemuka. Kita ketahui bahwa Shariputra, misalnya, dikatakan
paling terkemuka dalam kecerdasan dibandingkan Shrawaka
yang lain; Maudgalyayana dikatakan paling terkemuka dari sudut
pandang kekuatan supranaturalnya; Katyayana dikatakan paling
terkemuka dalam aktivitasnya menolong makhluk di tanah barbar;
dan Ananda dikatakan paling terkemuka di antara semua Shrawaka
dalam hal telah mendengarkan kata-kata Buddha. Sumber dari
dua penjelasan istilah ‘suatu waktu’ ini bisa ditemukan pada ulasan
Sutra Prajnaparamita dalam Delapan Ribu Bait oleh Haribhadra,
seorang guru agung dari India.

Kalimat selanjutnya menyebutkan “Sang Bhagawat yang


sedang berdiam di Rajagraha.” Kita sudah membahas makna istilah
‘Bhagawat’ pada penjelasan judul. Sesungguhnya istilah ‘Bhagawat’
dipakai untuk menunjukkan keunggulan dari guru Sutra ini. Kita
sudah menyebutkan sebelumnya bahwa ada beberapa aspek
keunggulan – tempat, waktu, sang guru, dan seterusnya. Berkaitan
dengan ‘Rajagraha’, banyak yang bisa dikatakan mengenai tempat
ini. Pada umumnya, wilayah di mana Sutra ini diajarkan disebut
Rajagraha, yang berarti ‘kediaman raja.’

Ada sebuah kisah di balik hal ini, yakni mengapa tempat


tersebut disebut Rajagraha. Kisah ini bisa kita temukan di dalam
Sutra Tangkai Padi (bahasa Inggris: Rice Stalk Sutra), tapi mungkin
tidak penting untuk membahasnya sekarang. Di dalam wilayah
yang disebut Rajagraha ini, ada gunung tertentu yang disebut

48
Pendahuluan Sutra

dengan Puncak Burung Nazar di mana Sutra ini dibabarkan. Ada


dua penjelasan untuk penamaan ‘Puncak Burung Nazar.’

Penjelasan pertama adalah karena bentuk gunungnya


menyerupai bentuk fisik dari burung nazar. Penjelasan lainnya
adalah bahwa ketika Sutra ini dibabarkan, ada beberapa makhluk
lain dengan kekuatan supranatural yang menjelmakan dirinya dalam
wujud burung nazar dan terbang ke sana untuk mendengarkan
Sutra ini dalam wujud burung tersebut.

Kalimatnya kemudian berlanjut, “Bersama dengan sekumpulan


besar biksu dan Bodhisatwa.” Hal ini memberitahu kita bahwa
sekumpulan pengikut yang unggul hadir ketika Sutra ini dibabarkan.
Istilah ‘sekumpulan besar biksu’ merujuk pada fakta bahwa semua
biksu yang hadir saat itu adalah Arhat, kecuali Ananda. Terjemahan
yang lebih baik mungkin ‘sekumpulan biksu agung.’

Agar bisa dikatakan sebagai permata Sanggha, setidaknya


harus ada seorang anggota Sanggha yang merupakan seorang Arya,
atau paling tidak harus ada empat orang biksu non-Arya. Di sana
juga disebutkan bahwa terdapat sekumpulan besar Bodhisatwa.
Bodhisatwa bisa terdiri dari dua jenis – Bodhisatwa non-Arya dan
Arya Bodhisatwa – tergantung dari tingkatan jalan apa yang mereka
telah capai. Kedua jenis Bodhisatwa ini hadir pada saat itu.

Kata ‘bersama’ juga ditemukan dalam kalimat yang sama. Jika


Anda memandang kata ini dari sisi nominal, maka kelihatannya
semua makhluk hidup ada di sana. Namun, istilah ‘bersama’ di sini
berarti lebih daripada itu. Istilah ini berarti semua lingkaran pengikut
yang hadir pada saat itu selaras satu sama lain dari sudut pandang
mereka, dan memiliki disiplin etika unggul yang sama.

Alangkah baiknya bila kita sekarang melihat makna harfiah


dari kata ‘Bodhisatwa’. Istilahnya dalam bahasa Tibet adalah Jang

49
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Chub Sem Pa. Jang Chub (bahasa Sanskerta: Bodhi) biasanya


diterjemahkan sebagai pencerahan. Namun, dalam konteks ini,
kata tersebut berarti kebijaksanaan unggul seorang Buddha. Sem
Pa dalam bahasa Tibet memiliki makna seseorang dengan batin
yang kuat, kapasitas mental yang besar, dan keberanian yang
luar biasa.

‘Sem’ (bahasa Sanskerta: Citta) berarti batin. Mereka memiliki


kekuatan batin yang besar untuk berlatih hingga tercapainya
kebijaksanaan unggul seorang Buddha. Hal ini karena untuk
mencapai kualitas seorang Buddha dibutuhkan keberanian,
kegigihan, dan semangat yang besar. Seperti yang Anda ketahui,
seseorang perlu menghimpun akumulasi sepanjang tiga kalpa
besar dan juga memurnikan setiap penghalang secara bersamaan.
Berkaitan dengan hal ini, Bodhisatwa memiliki kekuatan tersebut
dan keberanian yang selaras dengan aspirasi mereka untuk
mencapai kebijaksanaan unggul seorang Buddha. Demikianlah
makna harfiah dari istilah ‘Bodhisatwa.’

Namun, makna umum dari ‘Bodhisatwa’ adalah seseorang


yang telah merealisasikan sebuah aspirasi altruistik untuk mencapai
pencerahan yang tanpa upaya di dalam dirinya; beliau memiliki
keinginan yang spontan untuk mencapai Kebuddhaan demi
kepentingan semua makhluk hidup.

Kalimat selanjutnya mengatakan, “Pada saat itu, Sang


Bhagawat sedang terpusat pada konsentrasi yang menyelidiki
semua kategori fenomena yang disebut dengan Pandangan yang
Mendalam.” Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ada dua
jenis pendahuluan – pendahuluan umum yang umum bagi semua
Sutra dan pendahuluan yang khusus. Dari awal kalimat hingga
sekarang, kita memiliki pendahuluan umum yang menjelaskan

50
Pendahuluan Sutra

tentang suasana – tempat, rombongan pengikut, waktu dan


sebagainya – yang bersifat umum bagi semua Sutra.

Kalimat yang dimulai dengan, ‘Pada saat itu, Sang Bhagawat


sedang terpusat pada konsentrasi yang menyelidiki’ dan sebagainya
adalah pendahuluan khusus yang hanya ditemukan dalam Sutra
ini. Secara sederhana, kelihatannya frasa ‘pada saat itu’ bisa
diartikan ‘kemudian.’ Namun, ia memiliki makna yang lain; frasa
tersebut merujuk pada waktu di mana kebajikan di dalam batin
lingkaran pengikut yang hadir saat itu telah matang bagi mereka
untuk mendengarkan ajaran ini.

Istilahnya secara harfiah berbunyi, ‘Ketika kebajikan para


pengikut telah matang.’ Hal ini berarti ketika arus batin dari
pengikut tersebut telah matang atau siap untuk mendengarkan
ajaran dan ketika ajaran diberikan dan mereka mendengarnya,
maka hal ini akan membantu mereka untuk segera mendapatkan
beberapa capaian spiritual. Di sisi lain, ketika arus batin seseorang
belum cukup matang, maka tak peduli berapa banyak ajaran yang
didengar orang tersebut, dia tidak akan sanggup untuk meraih
realisasi darinya. Sesungguhnya, kebajikan yang matang dalam
arus batin seseoranglah yang membuatnya menjadi penerima
ajaran yang sesuai.

Dikatakan, ‘Pada saat itu, Sang Bhagawat sedang terpusat


pada konsentrasi yang menyelidiki.’ Dengan kata lain, beliau sedang
‘dalam samadhi’; kondisi ini bukan kondisi sembarang samadhi,
namun sebuah samadhi yang disebut Pandangan yang Mendalam.
‘Mendalam’ merujuk pada kesunyataan dan ‘Pandangan’ merujuk
pada kebijaksanaan unggul yang memahami kesunyataan. Oleh
karena itu, ini merupakan sebuah samadhi yang memiliki objeknya,
yaitu ‘kesunyataan’ – kesunyataan berkaitan dengan kategori-
kategori fenomena seperti lima skandha, dua belas alayatana dan

51
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

delapan belas dhatu (dengan kata lain, kategori yang berbeda bagi
pengelompokan fenomena). Inilah cara lain untuk mengatakan
bahwa Buddha sedang memeditasikan kesunyataan dari
semua fenomena.

Paragraf selanjutnya mengatakan, “Pada saat bersamaan, Yang


Arya Bhagawat Awalokiteshwara, Bodhisatwa-Mahasatwa sedang
mengamati dengan saksama praktik penyempurnaan kebijaksanaan
yang mendalam, dan merenungkan dengan sempurna kesunyataan
dari keberadaan inheren, juga merenungkan kelima skandha.”
Istilah ‘pada saat bersamaan’ menandakan bahwa bukan hanya
Sang Buddha yang pada saat itu berkonsentrasi pada kesunyataan
fenomena, namun Bodhisatwa Awalokiteshwara juga melakukan
hal yang sama.

Awalokiteshwara adalah Arya Bodhisatwa yang terkenal kuat.


Awalokiteshwara adalah nama Sanskerta; Chenrezig adalah nama
dalam bahasa Tibetnya. Arya Awalokiteshwara adalah perwujudan
fisik dari semua welas asih agung Buddha. Beliau dikatakan kuat
karena beliau bukan hanya memperhatikan semua makhluk dengan
mata welas asihnya, namun beliau juga memiliki kekuatan untuk
membebaskan mereka dari penderitaan.

Kalimatnya lanjut mengatakan bahwa Arya Awalokiteshwara


mengamati dengan saksama praktik penyempurnaan kebijaksanaan
yang mendalam. Hal ini berarti bahwa Awalokiteshwara sedang
mengamati kesunyataan. Kemudian, bagian selanjutnya dari kalimat
tersebut menjelaskan bahwa kesunyataan berhubungan dengan
lima skandha. Di akhir kalimat dikatakan, “dan merenungkan
dengan sempurna kesunyataan dari keberadaan inheren, juga
merenungkan kelima skandha.”

52
Pendahuluan Sutra

Istilah ‘juga’ memberitahukan bahwa beliau bukan hanya


sedang merenungkan kesunyataan dari keberadaan inheren
(sejati), namun juga kesunyataan dari keberadaan inheren dari
lima skandha, dua belas alayatana, delapan belas dhatu, dan
sebagainya. Penjelasan ini mengakhiri pendahuluan khusus. Kita
sekarang sampai pada bagian utama dari Sutra yang akan saya
jelaskan besok.

(Pembangkitan motivasi dan tinjauan ulang)

Kita akan mengutip sebuah bait dari salah satu karya Je


Rinpoche, di mana beliau merujuk pada kelahiran sebagai manusia
yang berharga dengan semua kebebasan dan keberuntungannya,
yang memberikan potensi luar biasa kepada Anda. Namun, beliau
juga mengatakan bahwa jika Anda menyalahgunakan kelahiran
yang unggul ini dengan menyerah pada kecenderungan untuk
bersikap ceroboh, malas, terlibat dalam pembicaraan omong-
kosong dan menghabiskan waktu dengan mengejar keinginan
Anda terhadap peningkatan keuntungan pribadi terus-menerus,
ini berarti Anda telah menyia-nyiakan bentuk kehidupan ini, yang
seharusnya bisa digunakan untuk membantu Anda meraih hasil
yang luar biasa.

Dengan begitu, Anda sama sekali tidak berbeda dengan


binatang – dalam artian perilaku Anda tidak ada bedanya dengan
perilaku seekor binatang. Ini adalah sesuatu yang perlu Anda
pikirkan dengan sangat serius, karena kenyataannya setiap orang di
sini memiliki apa yang kita sebut sebagai kelahiran sebagai manusia
yang unggul, yang bebas dari segala penghalang, utamanya
delapan jenis ketidakbebasan, serta diberkahi dengan segala kondisi
menguntungkan yang disebut dengan sepuluh jenis keberuntungan.

53
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Kelahiran yang mulia ini merupakan sebuah peluang besar,


namun apa yang Anda lakukan dengannya? Apakah tidak benar bila
dikatakan bahwa Anda cenderung membiarkan waktu Anda berlalu
begitu saja dalam kecerobohan, kemalasan, berikut keinginan kuat
lainnya untuk terlibat dalam pembicaraan yang tak bermakna?
Anda perlu melihat kembali cara Anda menghabiskan hidup hingga
hari ini. Dengan serius, bertanyalah kepada diri sendiri: “Berapa
banyak waktuku yang telah dihabiskan dalam cara yang seperti baru
dijelaskan?” Sebaliknya, berapa banyak waktu yang telah Anda
baktikan untuk berlatih mencapai tujuan-tujuan yang bermakna,
yang akan berguna tidak hanya dalam kehidupan ini saja namun
juga untuk kehidupan yang akan datang, yang berguna tidak hanya
untuk diri Anda sendiri namun juga bagi semua makhluk?

Anda harus bertanya kepada diri sendiri, ‘Jika aku harus mati
sekarang, apa yang akan saya bawa untuk kehidupanku yang akan
datang?’ Bukan berarti Anda bisa menjawab sambil menghibur diri
dengan berpikir, ‘Tidak masalah kalau saya harus mati sekarang.
Saya bisa melakukan praktik doa harian saya. Barangkali saya bisa
sedikit bermeditasi dan melakukan beberapa perbuatan bajik.’ Itu
semua belum tentu mencukupi. Anda perlu benar-benar bertanya
kepada diri sendiri: Apa bentuk kebajikan yang benar-benar murni
dan kuat yang bisa Anda bawa ke kehidupan yang akan datang?

Jenis karma positif yang kuat yang kita maksudkan di sini


adalah karma yang lengkap – yang pada awalnya dilakukan atas
motivasi yang sangat positif, tindakannya itu sendiri dilakukan
dengan sikap yang benar, dan pada akhirnya karma tersebut diikat
dengan praktik dedikasi yang baik. Jika Anda telah menghasilkan
karma seperti ini, berarti Anda benar-benar telah memiliki sesuatu
yang nyata untuk dibawa pada kehidupan yang akan datang. Jika

54
Pendahuluan Sutra

tidak, jika Anda kehilangan salah satu dari ketiga elemen ini dalam
perbuatan baik Anda, maka kebajikan Anda belum begitu kuat.

Selanjutnya, anggaplah selama kehidupan ini Anda telah


menghasilkan karma yang kuat, yang telah dicapai dan dilakukan
dengan hadirnya semua elemen, namun Anda masih harus tetap
menjaganya baik-baik sampai hari di mana Anda harus meninggal.
Dengan kata lain, Anda tidak boleh membiarkan kebajikan tersebut
dihancurkan oleh kemarahan dan klesha-klesha lain. Setelah
meninjau kembali kehidupan Anda, jika memang Anda memiliki
sesuatu yang telah dilakukan dalam hidup ini dan itu adalah
kebajikan yang benar-benar kokoh untuk dibawa hingga kehidupan
yang akan datang, maka hal tersebut baik sekali. Berikutnya, Anda
harus bertekad untuk terus menghasilkan karma positif yang sangat
kuat, seperti yang telah Anda miliki sebelumnya, hingga tiba hari di
mana Anda meninggal.

Di sisi lain, jika Anda menyadari bahwa Anda belum begitu


berhasil menghasilkan karma baik dan karenanya Anda benar-benar
tidak memiliki tindakan apa pun yang bisa ditonjolkan hingga hari
ini, maka pertama-tama Anda harus menerima kenyataan bahwa
apa yang Anda lakukan selama hidup Anda hingga hari ini sudah
selesai dan Anda tidak dapat kembali ke masa lalu yang telah disia-
siakan tersebut. Namun, Anda harus bertekad untuk tidak menyia-
nyiakan waktu sedikit pun mulai dari sekarang; sebaliknya, Anda
harus menggunakan waktu yang masih tersisa dalam kehidupan
yang sekarang untuk membangkitkan karma-karma yang positif.

Idealnya, Anda harus melakukan segala yang mesti dilakukan


untuk meraih sebuah tingkat pencapaian yang memungkinkan Anda
untuk bisa memenuhi, bukan hanya kepentingan diri sendiri, tapi
juga mencakupi semua makhluk. Bila Anda gagal melakukan hal

55
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

ini, cara terbaik berikutnya adalah memastikan bahwa Anda telah


menghasilkan kebajikan yang cukup kuat dan jejak-jejak karma
yang baik agar Anda sanggup memiliki kelahiran yang baik dalam
kehidupan yang akan datang, lengkap dengan semua kondisi yang
menguntungkan. Kelahiran Anda haruslah merupakan sebuah
kelahiran yang sanggup bertemu kembali dengan Dharma sehingga
Anda bisa melanjutkan praktik Buddhadharma yang telah dimulai
dalam kehidupan sekarang.

Jika Anda bahkan belum sanggup memastikan hal tersebut,


maka batasan yang paling minimum adalah Anda harus melakukan
apa pun yang dibutuhkan untuk memastikan Anda tidak terjatuh
ke dalam kelahiran yang lebih rendah di kehidupan yang akan
datang. Akan tetapi, agar seseorang mampu melakukan praktik
dengan benar, ia perlu belajar, merenung, dan bermeditasi. Inilah
alasan mengapa saya berada di sini untuk mengajar dan Anda
semua berada di sini untuk mendengarkan ajaran Sutra Intisari
Penyempurnaan Kebijaksanaan.

Dengan demikian, apakah tujuan yang dapat Anda tetapkan


bagi diri Anda sendiri? Seperti yang telah disinggung, pada batas
yang paling minimum Anda harus memastikan bahwa Anda
tidak terjatuh ke alam rendah pada kehidupan selanjutnya. Yang
terbaik berikutnya adalah memastikan bahwa Anda memiliki
kelahiran sebagai manusia yang unggul, dengan kebebasan
dan keberuntungan, di kelahiran yang akan datang sehingga
nantinya Anda dapat melanjutkan praktik spiritual Anda. Tujuan
yang tertinggi adalah merealisasikan sebuah tingkatan yang dapat
memungkinkan Anda untuk tidak hanya memenuhi tujuan pribadi,
namun juga aspirasi semua makhluk.

56
Pendahuluan Sutra

Anda perlu mempelajari metode untuk meraih ketiga tujuan


tersebut dan Anda dapat melakukannya melalui penjelasan Sutra
Intisari Penyempurnaan Kebijaksanaan. Anda harus memosisikan
diri Anda sendiri pada kerangka mendengar yang benar, yaitu
berpikir bahwa Anda sekarang akan mendengarkan, tidak hanya
untuk kepentingan Anda sendiri, namun juga untuk memenuhi
aspirasi semua makhluk – untuk mengakhiri penderitaan mereka
dan membimbing mereka hingga tercapainya kebahagiaan. Setelah
menyadari bahwa untuk mencapai tujuan tersebut Anda perlu
meraih Kebuddhaan, maka demi tujuan tersebutlah Anda sekarang
akan mendengarkan penjelasan Sutra Intisari Penyempurnaan
Kebijaksanaan.

Kita dapat menganalisis makna Sutra ini dengan pertama-tama


melihat arti penting dari judulnya, kemudian melihat makna dari
tubuh utama teks tersebut, dan selanjutnya melihat bagian akhir
Sutra ini. Kita sudah membahas arti penting dari judul. Sekarang
kita akan membahas makna dari teks itu sendiri. Kita sudah melihat
bahwa pertama-tama terdapat bagian pendahuluan, yang diikuti
dengan bagian utama dari Sutra.

Pendahuluan memiliki dua bagian – pertama, yang umum


digunakan dalam semua Sutra; kedua, yang spesifik pada Sutra ini
saja. Bagian umum dari pendahuluan dimulai dengan ‘Demikianlah
kudengar suatu waktu,’ dan berlanjut hingga bagian akhir dari
kalimat berikutnya yang diakhiri dengan ‘dan sekumpulan besar
Bodhisatwa.’ Bagian spesifik (khusus) dari pendahuluan dimulai
dengan, ‘Pada waktu itu, Sang Bhagawat sedang terpusat pada
konsentrasi yang menyelidiki semua fenomena dalam jumlah tak
terbatas yang disebut dengan “Pandangan yang Mendalam”. Pada

57
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

saat yang bersamaan, Yang Arya Bhagawat Awalokiteshwara,


Bodhisatwa-Mahasatwa sedang mengamati secara saksama praktik
penyempurnaan kebijaksanaan yang mendalam, merenungkan
dari kesunyataan keberadaan inheren, juga merenungkan kelima
skandha.’ Batasan pendahuluan sampai di sini.

58
KANDUNGAN SUTRA:
PERTANYAAN DAN JAWABAN

S
etelah pendahuluan ini, kita masuk ke Sutra yang
sebenarnya, yang terdiri dari pertanyaan dan jawaban.
Bagian pendahuluan menjelaskan bahwa baik Sang
Buddha dan Awalokiteshwara berada dalam kondisi samadhi yang
memeditasikan kesunyataan. Dari kondisi samadhi terpusat yang
berobjek ‘kesunyataan,’ Sang Buddha kemudian memberkahi arus
batin Shariputra dan inilah yang mendorong Shariputra untuk
bertanya kepada Arya Awalokiteshwara. Pertanyaan inilah yang
kemudian dicantumkan dalam Sutra, ‘Kemudian, melalui inspirasi
Buddha, Yang Hidup Shariputra berkata kepada Yang Arya
Bhagawat Awalokiteshwara, Bodhisatwa-Mahasatwa...’

(Rinpoche membacakan transmisi teks ulasan dari Gomang Khenzur


Rinpoche)

Shariputra disebut ‘yang hidup,’ yang secara harfiah berarti


memiliki kehidupan. Wimalamitra menjelaskan hal ini dengan
merujuk kenyataan bahwa Shariputra telah menyingkirkan semua
kleshanya. Sebutan tersebut merupakan tanda penghormatan yang
digunakan untuk memuji seseorang yang telah menyingkirkan
semua klesha dan karenanya disebut sebagai seorang Arhat. Nama
Shariputra berarti ‘putra dari suku Shari.’

Sebelumnya kita telah membahas mengapa Awalokiteshwara


mendapatkan gelar ‘Bodhisatwa yang penuh kekuatan.’ Melalui
berkah dari Sang Buddha, Shariputra bertanya kepada Bodhisatwa
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Arya Awalokiteshwara yang penuh dengan kekuatan, ‘Bagaimana


seharusnya seorang putra silsilah yang ingin mempraktikkan
penyempurnaan kebijaksanaan yang mendalam berlatih?’

Di sini, apa maksud dari istilah ‘silsilah’? Dalam bahasa Tibet,


istilahnya adalah rik dan kata ini memiliki banyak arti. Kata ini bukan
berarti silsilah keluarga dalam arti biasa. Istilah ‘silsilah’ di sini merujuk
pada tiga kendaraan – kendaraan pendengar (Shrawakayana),
kendaraan perealisasi sendiri (Pratyekabuddhayana), dan
kendaraan agung (Bodhisatwayana). Namun, untuk memasuki
salah satu dari tiga kendaraan tersebut, kecenderungan seseorang
terhadap salah satu jenis kendaraan tersebut harus dibangkitkan.

Aspirasi pada salah satu kendaraan tersebut harus bangkit


di dalam diri Anda, kemudian Anda harus mencapai realisasi
yang berkaitan agar Anda benar-benar memasuki kendaraan
tersebut. Dalam kasus kendaraan besar (agung), ini berarti
Anda harus merealisasikan batin pencerahan atau bodhicita di
dalam diri Anda. Dalam kasus ini, tidak hanya kecenderungan
Anda terhadap kendaraan agung terbangkitkan, namun ia telah
berkembang sehingga Anda benar-benar dikatakan telah memasuki
jalan Mahayana.

Setiap makhluk sesungguhnya memiliki kecenderungan untuk


memasuki salah satu dari ketiga jenis kendaraan. Kemarin, kita
menyebutkan istilah tathagatagarbha atau embrio Kebuddhaan.
Sebelumnya saya mengatakan bahwa setiap makhluk hidup
memiliki kemampuan untuk menjadi Buddha. Di sini, saya
mengatakan bahwa setiap makhluk hidup memiliki kecenderungan
untuk memasuki salah satu dari ketiga kendaraan. Oleh karena itu,
kelihatannya terdapat pertentangan karena jika Anda memasuki
Shrawakayana, maka tujuan Anda adalah untuk mencapai

60
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

pencerahan dari kendaraan tersebut, yaitu tercapainya kondisi


seorang Arhat dan bukan seorang Buddha.

Jadi, bagaimana Anda menyelaraskan kedua pernyataan ini?


Apakah Anda memikirkan hal ini atau Anda sudah terlelap? Seperti
yang bisa Anda lihat, kita bukan seperti Shariputra ‘Yang Hidup,’
namun lebih seperti orang yang mati atau terlelap. Ketika kita
mengatakan bahwa orang-orang memiliki kecenderungan untuk
memasuki salah satu dari tiga kendaraan atau silsilah, itu berarti
silsilah tersebut adalah silsilah yang sementara, bukan silsilah
tahap akhir.

Silsilah akhir untuk semua makhluk adalah Mahayana,


dalam artian bahwa setiap makhluk memiliki kemungkinan untuk
menjadi bukan hanya Arhat, namun juga seorang Buddha. Namun,
bagi beberapa orang, mereka tertahan oleh kecenderungan
sementara, yaitu pertama-tama memasuki Shrawakayana atau
Pratyekabuddhayana dulu. Dengan demikian, bagi mereka yang
memiliki kecenderungan memasuki silsilah Shrawakayana atau
Pratyekabuddhayana, maka mereka pertama-tama memang harus
memasuki jalan dari kendaraan tersebut.

Ada dua kemungkinan skenario – apakah mereka akan


menyelesaikan jalan tersebut, yang artinya mereka akan menjadi
seorang Arhat Shrawakayana atau Pratyekabuddhayana, baru
kemudian memasuki kendaraan agung dan berlatih hingga
tercapainya pencerahan atau Kebuddhaan; atau, mereka akan
memasuki Shrawakayana atau Pratyekabuddhayana, namun tidak
harus menyelesaikan jalan tersebut. Misalnya, bisa jadi mereka
memasuki marga penghimpunan (marga pertama dari lima
marga untuk masing-masing kendaraan) dan setelah memasuki
marga ini (silsilah tersebut telah bangkit di dalam diri mereka),
kecenderungan Mahayana mereka baru bangkit dan mereka pun

61
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

beralih ke kendaraan Mahayana. Sejak itu, mereka akan berlatih


batin pencerahan dan begitu mereka telah merealisasikannya,
maka mereka telah memasuki Mahayana.

Oleh karena itu, bagi makhluk yang memiliki silsilah Shrawaka


atau Pratyekabuddha, jika seorang guru mengajarkan mereka jalan
makhluk agung atau ajaran Mahayana, mungkin mereka tidak akan
mendengarkan dan mempraktikkannya. Pertama-tama mereka
tetap akan mengikuti jalan mereka dan baru kemudian mereka
akan matang hingga ke suatu titik di mana mereka akan membuka
diri untuk mendengarkan ajaran Mahayana.

Seperti yang telah dikatakan, setiap orang memiliki silsilah.


Namun, hal tersebut bukan sepenuhnya berarti bahwa silsilah tersebut
telah bangkit di dalam diri mereka. Sesungguhnya, disebutkan ada
empat penghalang yang secara sementara menghalangi sebuah
silsilah bangkit di dalam diri seseorang. Apakah empat penghalang
tersebut? Pertama, kenyataan bahwa seseorang memiliki klesha
yang sangat kuat. Misalnya, jika seseorang sangat pencemburu,
sangat mudah marah, melekat dengan kuat terhadap benda-benda
atau bahkan sangat malas, hal tersebut akan menghalangi sebuah
silsilah bangkit di dalam diri orang tersebut. Penghalang yang kedua
adalah berada di bawah pengaruh teman yang buruk. Penghalang
ketiga adalah sangat miskin, atau kekurangan kebutuhan mendasar
untuk hidup. Penghalang keempat adalah seseorang yang seperti
budak dan berada di bawah pengaruh orang lain tanpa kebebasan
sama sekali.

Bagaimana Anda bisa membantu membangkitkan sebuah


silsilah di dalam diri orang lain? Pertama-tama, Anda harus
memastikan apa silsilah mereka dan cara satu-satunya untuk
melakukannya adalah dengan mencoba mengajari orang tersebut
menurut masing-masing kendaraan. Ini adalah nasihat yang berasal

62
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

dari Arya Asanga. Misalnya, pertama-tama Anda akan memberikan


ajaran Shrawaka, seperti Empat Kebenaran Arya, dengan tujuan
memungkinkan mereka untuk mencapai pembebasan pribadi
dari samsara. Kemudian Anda bisa berusaha mengajarinya
Pratyekabuddhayana – misalnya ajaran tentang Dua Belas Rantai
yang Saling Bergantungan – yang juga diajarkan untuk pencapaian
pembebasan pribadi dari samsara. Pada akhirnya, Anda bisa
berupaya mengajarkan orang yang sama tentang cinta kasih, welas
asih, dan batin pencerahan. Berdasarkan tanggapan dari orang
tersebut, maka Anda dapat memutuskan apa silsilahnya, baru
kemudian mengajarinya sesuai dengan apa yang dia butuhkan.

Jika Anda ingin menggunakan bahasa yang lebih lazim, orang-


orang pada dasarnya memiliki kecenderungan yang muncul dari
jejak karmanya. Berdasarkan kekuatan karma, mereka akan tertarik
pada satu atau kendaraan Buddha yang lain. Dengan demikian,
maka ajaran Therawada paling cocok untuk orang-orang tertentu,
sementara ajaran Mahayana lebih cocok untuk orang-orang lain.
Bahkan pada saat ini, ada orang-orang yang ketika mendengarkan
sebuah ajaran yang menjelaskan kebutuhan untuk menjadi
Buddha demi memenuhi tujuan semua makhluk dan mengakhiri
penderitaan mereka akan merasa bahwa hal tersebut sama sekali
tidak sesuai untuk mereka.

Di sisi lain, ada orang-orang yang ketika diajari mengenai


pentingnya praktik mengejar pembebasan pribadi dari samsara
akan tidak menyukai gagasan tersebut karena mereka merasa
hal tersebut sangat terbatas. Oleh karena itu, proses setiap orang
dalam hal memiliki silsilah atau kecenderungan yang berbeda-beda
berikut bangkitnya kecenderungan tersebut masih terjadi hingga
hari ini. Begitu Anda telah menentukan silsilah mana yang dimiliki
oleh orang tersebut (dengan memberinya ajaran yang berbeda

63
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

dan mengamati reaksinya), barulah kemudian Anda mengajarinya


sesuai dengan silsilah apa yang tampak dimilikinya.

Anda juga harus mendorongnya untuk mengumpulkan lebih


banyak kebajikan dan berlatih memurnikan karma negatifnya.
Dengan cara ini, Anda akan melatih orang tersebut untuk
membangkitkan silsilahnya. Andaikan orang tersebut memiliki
kecenderungan terhadap kendaraan agung, barulah Anda kemudian
membimbingnya di sepanjang tahapan jalan yang dijalankan
bersama-sama dengan makhluk motivasi kecil dan menengah
sampai dia siap untuk berlatih di jalan makhluk agung. Sejalan
dengan itu, Anda juga akan mendorong orang tersebut untuk
berlatih, misalnya enam praktik pendahuluan, sehingga dia dapat
meningkatkan kebajikannya dan mengurangi karma negatifnya.

Anda akan menjelaskan bahwa hal ini perlu dilakukan seseorang


dalam rangka mengatasi penghalang bagi realisasi kualitas spiritual
kendaraan agung – sehingga dia bisa membangkitkan kualitas dari
jalan ini yang masih kurang dalam dirinya ataupun memperkuat
kualitas dari sang jalan yang mungkin sudah dicapainya pada
kadar tertentu. Dengan cara ini, Anda akan mendorong bangkitnya
silsilah spiritual orang tersebut. Tentu saja, penekanannya pertama-
tama adalah berlatih di sepanjang tahapan jalan yang dijalankan
bersama-sama dengan makhluk motivasi awal dan menengah.
Ketika orang tersebut sudah berlatih dengan mahir di jalan tersebut,
baru kemudian dia berlatih jalan makhluk agung.

Pada poin tertentu ketika dia sedang melakukannya, tanda-


tanda akan muncul, baik berupa keinginan yang sangat kuat untuk
memeditasikan welas asih, atau sebuah ketertarikan yang sangat
kuat untuk memeditasikan cinta kasih, atau bisa juga sebuah
keinginan yang sangat kuat untuk mempraktikkan sila dengan
ekstensif (khususnya tiga latihan Bodhisatwa, salah satunya disiplin

64
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

sila), atau ketertarikan yang besar untuk mempraktikkan kemurahan


hati dengan sangat ekstensif, atau bisa pula orang tersebut memiliki
ketertarikan yang sangat kuat untuk memeditasikan kesabaran
dalam berbagai bentuk.

Jika semua ketertarikan terhadap praktik-praktik yang berbeda


ini telah bangkit di dalam dirinya, itu disebabkan dia sekarang telah
memiliki keyakinan yang sangat kokoh terhadap ajaran kendaraan
agung dari Sang Buddha. Ketika ini terjadi, itu merupakan sebuah
pertanda bahwa silsilah Mahayana telah bangkit di dalam dirinya.

Ada banyak orang yang mempraktikkan Lamrim dan


sangat tertarik dengan ajaran Ikrar Bodhisatwa. Agar sanggup
mempraktikkan ajaran ini dengan baik, para praktisi akan
benar-benar berupaya untuk melakukan praktik purifikasi dan
penghimpunan hingga ke tingkat yang ekstensif. Mereka akan
bekerja keras, misalnya, mempraktikkan kemurahan hati dan
kualitas baik lainnya yang terdapat pada jalan Mahayana. Boleh
dibilang, bagi orang-orang ini, silsilah Mahayana telah bangkit di
dalam diri mereka.

Bukan berarti bahwa orang-orang tersebut telah benar-benar


merealisasikan batin pencerahan, karena belum tentu demikian
halnya. Meski demikian, silsilah Mahayana telah bangkit di dalam
diri mereka. Karena alasan inilah mereka berusaha, misalnya,
untuk benar-benar mempraktikkan Sila Bodhisatwa, belajar dan
menghindari pelanggaran di dalam Enam Sesi Guru Yoga, dan
sebagainya.

Oleh karena itu, ada orang-orang yang memeditasikan


Lamrim dengan baik, namun mereka belum merealisasikan batin
pencerahan. Walau demikian, mereka benar-benar bertekad
untuk memeditasikan Lamrim dan mereka benar-benar senang

65
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

melakukan meditasi welas asih, cinta kasih, dan sebagainya. Bagi


praktisi seperti ini, boleh dibilang kecenderungan Mahayana telah
bangkit di dalam diri mereka.

Berkat praktik meditasinya pada tahapan jalan, terutama


meditasi pada cinta kasih dan welas asih agung, mereka
membangkitkan welas asih dan cinta kasih agung kepada makhluk
lain. Alhasil, mereka tidak tahan melihat makhluk hidup harus terus
menderita. Oleh karena itu, mereka merasa perlu melakukan sesuatu
terhadap hal tersebut secara pribadi, yang menuntun mereka pada
kesimpulan bahwa mereka harus menjadi seorang Buddha untuk
mengakhiri penderitaan makhluk hidup dan membimbing mereka ke
kebahagiaan yang pasti. Dengan kata lain, mereka membangkitkan
batin pencerahan.

Setelah membangkitkan bodhicita, mereka akan


membangkitkan dan memperkuat aspirasi menuju pencerahan
tersebut secara berulang-ulang hingga ke titik di mana aspirasi
tersebut menjadi sebuah kualitas yang spontan di dalam diri
mereka; dalam kondisi seperti ini, mereka telah menjadi seorang
Bodhisatwa.

Dalam Sutra Intisari Penyempurnaan Kebijaksanaan, istilah


‘putra silsilah’ merujuk pada makhluk yang telah membangkitkan
silsilah Mahayana di dalam dirinya dan sebenarnya telah menapaki
sang jalan hingga ke titik di mana mereka telah merealisasikan
batin pencerahan di dalam dirinya; artinya, mereka telah menjadi
seorang Bodhisatwa.

Lebih lanjut, ada pertanyaan yang terdapat di dalam Sutra,


yaitu, ‘Bagaimana seorang putra silsilah yang ingin mempraktikkan
penyempurnaan kebijaksanaan yang mendalam berlatih?’ Apa
maksud dari pertanyaan ini? Penyempurnaan kebijaksanaan

66
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

yang mendalam bermakna penyempurnaan kebijaksanaan dari


sang jalan. Seperti yang telah kita lihat, ada tiga tingkatan – hal
ini merujuk pada penyempurnaan kebijaksanaan pada sang jalan,
yang merujuk pada penembusan kesunyataan secara langsung.
Dengan kata lain, bagaimana seharusnya seseorang yang berada
di dalam silsilah ini, yang ingin merealisasikan kesunyataan secara
langsung, berlatih?

Dalam karya ulasan Guru Atisha, beliau menjelaskan hal ini


dengan menanyakan bagaimana seseorang, setelah merealisasikan
batin pencerahan, kemudian berlatih pada jalan (marga)
penghimpunan, persiapan, penglihatan, meditasi, dan tanpa
pembelajaran apapun lagi (dari kendaraan Mahayana). Ulasan
Gomang Khenzur Rinpoche menjadikan makna dari pertanyaan
ini bahkan jauh lebih jelas lagi. Beliau menjelaskan hal ini sebagai
pertanyaan tentang bagaimana pengikut yang masuk ke dalam
silsilah kendaraan agung – setelah merealisasikan batin pencerahan
yang berharga dan yang berkeinginan untuk berlatih dalam latihan
penyempurnaan kebijaksanaan yang merupakan inti paling dasar
praktik Bodhisatwa – harus berlatih.

Ketika kita mengatakan ‘mereka yang berkeinginan untuk


mempraktikkan penyempurnaan kebijaksanaan,’ ini artinya ‘mereka
yang ingin memeditasikan dan merealisasikan kesunyataan.’ Oleh
karena itu, Guru Atisha pada dasarnya merumuskan pertanyaan
tentang bagaimana seseorang berlatih pada marga penghimpunan,
marga persiapan, dan sebagainya. Namun, Genla dalam ulasannya
merumuskan pertanyaannya tentang bagaimana seseorang
memeditasikan kesunyataan pada marga penghimpunan,
bagaimana seseorang memeditasikan kesunyataan pada marga
persiapan, bagaimana seseorang memeditasikan kesunyataan pada

67
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

marga penglihatan, dan seterusnya. Penjabaran seperti ini tentu


saja semakin memperjelas apa makna dari pertanyaan tersebut.

Pada dasarnya, Sutra Penyempurnaan Kebijaksanaan


dipersembahkan bagi siswa yang memiliki kecerdasan yang tajam.
(Kita dapat menggolongkan praktisi menjadi dua kategori – mereka
yang memiliki kemampuan lebih rendah dan mereka yang memiliki
kemampuan lebih tinggi). Namun, di dalam kategori praktisi yang
memiliki kemampuan tinggi, ada dua sub-kategori lagi – mereka
yang memiliki kemampuan sangat tajam dan mereka yang memiliki
kemampuan sedikit kurang tajam. Sesungguhnya, pertanyaan
Shariputra ditujukan pada kepentingan kategori pengikut yang
memiliki kemampuan tinggi – mereka yang memiliki kemampuan
yang sangat tajam dan mereka yang memiliki kemampuan sedikit
kurang tajam.

Bagian utama dari Sutra ini merupakan jawaban terhadap


pertanyaan tersebut. Sebagian besar dari isi Sutra ini ditujukan bagi
mereka yang memiliki kemampuan tajam, namun sedikit kurang
tajam daripada yang paling tajam. Bagi mereka, ada sepuluh
jawaban berbeda yang dipaparkan bagi pertanyaan ini. Sedangkan
bagi mereka yang memiliki kemampuan paling tajam, hanya ada
satu jawaban tunggal untuk pertanyaan ini – yakni mantra yang
muncul setelah bagian utama dari Sutra.

Bagi mereka yang memiliki kemampuan sedikit kurang


tajam, ada dijelaskan di dalam Sutra tentang bagaimana mereka
mempraktikkan penyempurnaan kebijaksanaan – dengan kata
lain, bagaimana mereka bermeditasi, berlatih, dan memahami
kesunyataan pada marga penghimpunan, marga persiapan, marga
penglihatan, dan marga meditasi. Pada marga tanpa pembelajaran
apapun lagi, penyempurnaan kebijaksanaan sudah paripurna.

68
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

Awalokiteshwara mulai menjawab pertanyaan ini dalam


paragraf selanjutnya. Pertama-tama dikatakan, ‘Demikianlah
beliau berbicara dan Yang Arya Bhagawat Awalokiteshwara,
Bodhisatwa-Mahasatwa, menjawab putra hidup [suku] Sharadoti
sebagai berikut’. Pernyataan ini memulai pembahasan. Jawaban
yang sebenarnya dimulai ketika dinyatakan, ‘Shariputra, siapa pun
putra atau putri silsilah yang ingin mempraktikkan penyempurnaan
kebijaksanaan yang mendalam seharusnya merenungkan dengan
sempurna dalam cara ini.’

Sampai bagian tersebut di atas, Anda memiliki jawaban


terhadap pertanyaan bagaimana seseorang mempraktikkan
penyempurnaan kebijaksanaan pada marga penghimpunan
dan marga persiapan. Bagian dari kalimat ini yang mengatakan,
‘Yang ingin mempraktikkan penyempurnaan kebijaksanaan yang
mendalam’ merujuk pada marga penghimpunan. Bagian akhir
dari kalimat ini yang berbunyi, ‘seharusnya merenungkan dengan
sempurna dalam cara ini’, merujuk pada marga persiapan.

Agar lebih jelas, bagian pertama kalimat yang lengkap


melingkupi baik marga penghimpunan dan persiapan. Namun,
bagian pertama dari kalimat tersebut utamanya menandakan
bagaimana melatih penyempurnaan kebijaksanaan pada marga
penghimpunan dan hanya secara implisit berkaitan dengan marga
persiapan; sementara bagian akhir dari setengah kalimat pertama
menekankan pada marga persiapan.

(Pembangkitan motivasi dan tinjauan ulang)

Anda harus mengingatkan diri sendiri bahwa Anda sekarang


memiliki kelahiran sebagai manusia dengan kondisi yang istimewa,
yang terdiri dari berbagai bentuk kebebasan dan keberuntungan.

69
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Anda seharusnya berpikir bahwa sangat penting bagi Anda untuk


menggunakan kesempatan ini, ketika Anda masih memilikinya,
untuk melakukan sesuatu yang benar-benar serius dalam rangka
menjinakkan batin Anda – menghaluskan semua yang masih
kasar, yang masih bersifat bermusuhan, berikut sikap-sikap agresif
di dalam batin Anda; dan sebaliknya, membangun kualitas yang
sangat positif seperti cinta kasih, welas asih kepada semua makhluk
hidup, dan sebagainya.

Anda akan berpikir bahwa demi tujuan inilah maka Anda sekarang
akan mendengarkan penjelasan Sutra Intisari Penyempurnaan
Kebijaksanaan, merenungkan, dan memeditasikannya. Sekarang
juga Anda akan membangkitkan motivasi sesuai dengan cara yang
telah dijelaskan tadi untuk memulai sesi siang ini.

Pagi tadi kita telah membahas pertanyaan Shariputra yang


muncul dalam Sutra ini. Pertanyaannya, ‘Bagaimana seharusnya
seorang putra silsilah yang ingin mempraktikkan penyempurnaan
kebijaksanaan yang mendalam berlatih?,’ sangatlah ringkas. Yang
Mulia Atisha menjelaskan bahwa kita bisa memahami pertanyaan
ini dalam cakupan lima marga Mahayana – dengan kata lain, begitu
seseorang telah menjadi Bodhisatwa dan memasuki Mahayana,
bagaimana cara dia secara bertahap berlatih di sepanjang lima
marga di dalam kendaraan agung.

Oleh karena itu, beliau menjelaskan pertanyaan ini dengan


merumuskannya menjadi bagaimana seseorang berlatih pada
marga penghimpunan, bagaimana seseorang berlatih pada marga
persiapan, dan seterusnya. Bagi para praktisi di masa beliau, hal
ini sudah cukup jelas dan tidak memerlukan penjelasan lebih
lanjut. Namun, segala sesuatu telah berubah dan kita memiliki

70
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

keberuntungan bisa mendapatkan penjelasan yang lebih jelas


berkaitan dengan pertanyaan ini, yang diberikan oleh guru-guru
seperti Gomang Khenzur Rinpoche, Geshe Ngawang Nyima-la.

Beliau menjelaskan pertanyaan ini dengan menjabarkan


bagaimana seseorang berlatih penyempurnaan kebijaksanaan
– dengan kata lain, bagaimana seseorang berlatih memahami
kesunyataan pada marga penghimpunan, bagaimana seseorang
berlatih memahami kesunyataan pada marga persiapan,
dan sebagainya.

Kita telah sampai pada bagian di dalam Sutra yang berkaitan


dengan bagaimana memeditasikan kesunyataan pada lima jalan
(marga) yang berbeda dari kendaraan agung dan telah mulai
melihat jawaban dari pertanyaan tersebut. Kita telah membaca
hingga kalimat yang berbunyi, ‘Shariputra, siapa pun putra
atau putri silsilah yang ingin mempraktikkan penyempurnaan
kebijaksanaan yang mendalam seharusnya merenungkan dengan
sempurna dalam cara ini.’

Sekarang, kita akan memperjelas sesuatu yang berkaitan


dengan pemahaman kesunyataan. Pada umumnya, memahami
kesunyataan tidak berarti bahwa Anda telah memasuki sang
jalan. Poin lainnya yang berkaitan dengan hal ini adalah: Pada
tingkat pemahaman kesunyataan seperti apa sehingga istilah
‘merealisasikan kesunyataan’ digunakan? Tidak cukup hanya
memiliki pemahaman verbal dari kesunyataan ataupun pemahaman
kesunyataan melalui deskripsi yang jelas. Agar bisa dikatakan
memiliki realisasi kesunyataan, Anda setidaknya harus memiliki
pemahaman kesunyataan melalui gambaran mental (batin), atau
secara harfiah, sebuah gambaran makna.

71
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Ketika kita berbicara tentang pemahaman kesunyataan


melalui gambaran verbal, ini artinya sebuah pemahaman yang
muncul dari mendengar atau belajar (terjemahan harfiahnya
adalah mendengar). Apa artinya? Ini berarti Anda mendengarkan
penjelasan mengenai kesunyataan dari seorang guru dan hal
tersebut menyebabkan Anda memperoleh sebuah pemahaman
awal tentang apa itu kesunyataan berdasarkan suara yang telah
Anda dengar. Suara-suara tersebut seakan-akan bergema di dalam
diri Anda dan menyebabkan Anda berkata kepada diri sendiri, ‘Oh,
inilah kesunyataan.’ Namun, pemahaman ini masih merupakan
pemahaman yang sangat awal karena bergantung kepada suara
yang Anda dengar dari guru Anda.

Untuk memberikan contoh yang lebih nyata mengenai


gambaran pendengaran, bayangkan seseorang yang belum pernah
ke Paris, tapi salah satu temannya yang sudah pernah pergi ke
Paris menjelaskan kota tersebut kepadanya dan mengatakan,
‘Paris kotanya seperti ini. Ada banyak jalan di sana. Ada Menara
Eiffel dan museum dan sebagainya.’ Berdasarkan apa yang dia
dengar dari orang yang sudah pernah ke Paris tersebutlah maka dia
mendapatkan gambaran di dalam pikirannya tentang seperti apa
kota Paris itu.

Gambaran tersebut muncul berkat penjelasan atau suara


yang dia dengar dari temannya, yang disebut sebagai pemahaman
berdasarkan gambaran pendengaran. Ini merupakan bentuk
pemahaman yang muncul dari mendengar. Kebijaksanaan yang
muncul dari gambaran pendengaran adalah kebijaksanaan yang
bangkit dari mendengar. Orang yang tadinya belum pernah ke
Paris kemudian memutuskan untuk mengunjungi tempat tersebut
dan benar-benar melakukannya. Ketika dia kembali ke Malaysia,
dia berpikir tentang Paris dan mengingat apa yang dia lihat dan

72
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

sebagainya. Dalam kasus ini, gambaran mengenai Paris yang


dia miliki tidak lagi sebatas gambaran pendengaran, namun
merupakan gambaran makna. Pemahaman ini muncul setelah dia
melihatnya sendiri.

Dengan menggunakan perumpamaan tersebut, orang yang


telah pulang dan mengingat Paris kembali akan memahaminya
dengan lebih baik dengan menggunakan apa yang tidak disebut lagi
sebagai imaji suara tapi sudah berupa imaji makna dan hal tersebut
setara dengan orang-orang yang memiliki realisasi kesunyataan
tahap awal. Oleh karena itu, perkembangannya adalah sama. Ketika
Anda berlatih untuk memahami kesunyataan, pertama-tama Anda
akan mendengarkan penjelasan dari seorang guru. Berdasarkan
imaji suara, maka Anda akan memiliki pemahaman awal mengenai
kesunyataan. Namun, jika Anda tidak hanya berhenti di situ tapi
mulai merenungkan apa itu kesunyataan (berdasarkan penjelasan
yang Anda terima), dengan menganalisis kesunyataan dari segala
sisi dan memahami mengapa fenomena tidak berdiri sendiri
dan sebagainya, maka Anda akan sampai ke titik di mana Anda
benar-benar merealisasikan kesunyataan dengan mengandalkan
gambaran makna.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tidak perlu untuk


benar-benar memasuki salah satu dari tiga kendaraan untuk
meraih tingkat realisasi. Poin lainnya adalah dua kualitas berupa
meditasi ketenangan batin (shamatha) dan pandangan mendalam
(wipashyana) dapat juga diraih oleh seseorang yang tidak benar-
benar memasuki salah satu dari tiga kendaraan.

Sesungguhnya, realisasi dari meditasi ketenangan batin dan


pandangan mendalam tidak spesifik harus Buddhis. Ada juga
praktisi non-Buddhis, terutama di antara aliran-aliran Hindu di
India, yang berlatih untuk mencapai meditasi ketenangan batin

73
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

berikut pandangan mendalam. Ketika kita menyatakan bahwa


adalah mungkin untuk merealisasikan kesunyataan, shamatha,
dan wipashyana tanpa benar-benar memasuki sang jalan, maka
hal ini sesungguhnya merupakan pengecualian dari aturan yang
ada. Perkembangan yang paling umum adalah pertama-tama
seseorang berlatih pada tahapan jalan yang umum dan kemudian
memeditasikan cinta kasih dan welas asih dengan sangat baik. Ia
kemudian akan tiba pada suatu titik di mana ia merasakan suatu
kebutuhan untuk merealisasikan Kebuddhaan demi kepentingan
semua makhluk hidup (di sini kita berbicara dalam kaitannya
dengan kendaraan agung).

Begitu seseorang telah melatih aspirasi menuju pencerahan


tersebut, hingga ke titik di mana aspirasi ini sudah menjadi kualitas
yang timbul secara spontan, maka ia telah memasuki kendaraan
Mahayana – ia dengan sendirinya telah menjadi seorang Bodhisatwa
dan menapaki langkah pertama pada marga penghimpunan.

Ketika Anda bergerak maju pada kelima marga Mahayana,


secara bertahap Anda akan mengembangkan pemahaman
kesunyataan; pemahaman ini akan terus meningkat seiring dengan
perjalanan Anda. Dalam konteks ini, istilah ‘marga’ merujuk pada
kualitas spiritual yang dimiliki makhluk hidup tertentu, dan ‘marga
penghimpunan’ digunakan untuk menjelaskan kualitas spiritual
ini karena berkat kehadiran batin pencerahan yang spontan di
dalam batin individu tersebutlah maka dia dapat mengumpulkan
himpunan kebajikan yang besar, jauh lebih besar daripada sebelum
dia merealisasikan kualitas tersebut.

Tentu saja, hal ini berlanjut terus di masa yang akan datang,
karena telah bangkitnya bodhicita di dalam dirinya. Namun, karena
ini adalah tahapan yang pertama, di mana penghimpunan kebajikan

74
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

dilipatgandakan hingga ke tingkatan tersebut, maka tahapan ini


diberi nama ‘marga penghimpunan’.

Sebagai ilustrasi – umpamanya, sebelum merealisasikan batin


pencerahan yang spontan, jika Anda melakukan tindakan murah hati
seperti memberikan sedikit makanan kepada binatang yang sangat
kelaparan, maka tentu saja hal tersebut merupakan perbuatan yang
sangat positif dan membantu Anda untuk mengumpulkan karma
baik. Namun, hal tersebut tidak ada apa-apanya bila dibandingkan
dengan kebajikan yang akan Anda kumpulkan dengan melakukan
perbuatan yang sama ketika Anda sudah memiliki batin pencerahan
yang spontan. Mengapa demikian? Karena tujuan di balik aspirasi
batin pencerahan adalah untuk mencapai tujuan bagi semua
makhluk hidup.

Oleh karena itu, tindakan tersebut dilakukan dengan tujuan


untuk mencapai pencerahan, tidak hanya bagi kepentingan satu
atau dua makhluk, namun bagi setiap makhluk hidup yang ada,
yang jumlahnya tak terbatas. Oleh karenanya, kekuatan dari
tindakan sederhana tersebut dikalikan dengan jumlah makhluk
yang kepentingannya juga tercapai. Inilah alasan mengapa sebutan
‘marga penghimpunan’ diberikan pada tahapan pertama ini.
Namun, bukan berarti bahwa proses mengumpulkan kebajikan
besar ini hilang ketika Anda melewati marga pertama untuk
memasuki yang kedua. Sesungguhnya, sepanjang Anda bergerak
maju dari satu marga ke yang lainnya, maka kemampuan Anda
untuk membangkitkan kebajikan yang jauh lebih besar lagi pun
meningkat bersamaan dengan itu. Tapi, karena ini adalah langkah
pertama dalam proses di mana kekuatan penghimpunan Anda
dilipatgandakan dengan sangat besar, maka muncullah nama
‘marga penghimpunan.’

75
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Marga pertama yang disebut dengan marga penghimpunan


memiliki beberapa istilah yang setara maknanya. Kita akan
membahas istilah yang disebut dengan ‘realisasi Dharma yang
jernih’. Dalam ungkapan ini, ‘Dharma’ merujuk kepada teks atau
kata-kata Sang Buddha. Ini karena pada tingkat inilah praktisi akan
mempelajari teks yang menjelaskan kesunyataan terlebih dahulu.
Oleh karena itu, mereka memahami kesunyataan melalui gambaran
pendengaran, dan pemahaman ini dikatakan telah ‘bangkit dari
proses belajar’.

Berikutnya, mereka akan melanjutkan perenungan mereka


akan kesunyataan, dan ketika mereka merealisasikan kesunyataan
melalui sebuah ‘gambaran makna’, pemahaman mereka dikatakan
‘bangkit dari proses perenungan’. Perkembangan pemahaman ini
akan selalu dimulai dari pemahaman kesunyataan melalui gambaran
pendengaran. Kalau sudah tercapai, sejak itu pulalah seseorang
dapat berlatih hingga pencapaian pemahaman kesunyataan
melalui gambaran makna. Istilah lain dari marga penghimpunan,
yaitu ‘realisasi Dharma yang jernih,’ utamanya berasal dari sudut
pandang aspek kebijaksanaan dari sang jalan, sementara istilah
‘marga penghimpunan’ utamanya berasal dari aspek metode atau
tindakan dari sang jalan.

Dalam bagian terakhir dari kalimat yang berbunyi, ‘seharusnya


merenungkan dengan sempurna dalam cara ini’, berarti pada
marga penghimpunan seseorang pertama-tama akan memahami
kesunyataan melalui gambaran pendengaran, baru kemudian
berlatih mencapai pemahaman kesunyataan melalui gambaran
makna. Marga penghimpunan itu sendiri memiliki tiga tahap –
awal, menengah, dan tingkatan tertinggi. Dalam kasus mana pun,
sebelum seseorang yang telah mencapai marga penghimpunan
dapat melangkah lebih lanjut, dia perlu merealisasikan shamatha

76
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

atau ketenangan batin. Tidak ada batasan di tingkat mana dia bisa
mencapainya. Bahkan bisa jadi orang tersebut sudah merealisasikan
shamatha sebelum memasuki marga penghimpunan.

Kemungkinan lainnya adalah dia merealisasikannya


pada tingkatan awal marga penghimpunan, atau bisa juga
dia merealisasikannya saat berada di tingkatan menengah.
Kelihatannya, lebih banyak makhluk yang merealisasikan shamatha
saat berada pada tingkatan menengah dari marga penghimpunan.
Walau demikian, jika mereka tidak merealisasikannya pada tahap
tersebut, mereka akan merealisasikannya pada tingkat tertinggi dari
marga penghimpunan.

Seperti yang telah dijelaskan, setelah merealisasikan marga


penghimpunan, seseorang pertama-tama akan merenungkan
kesunyataan melalui gambaran pendengaran, kemudian
meningkatkan pemahamannya melalui perenungan pribadi hingga
dia sanggup meraih sebuah pemahaman kesunyataan melalui
gambaran makna. Lalu dia akan melatih shamatha atau meditasi
ketenangan batin melalui perkembangan sembilan tahap, dengan
mengambil kesunyataan sebagai objeknya.

Pada tingkatan awal, ketika dia merenungkan dan


berkonsentrasi pada kesunyataan, kemampuannya untuk tetap
terkonsentrasi pada objek masih sangat lemah dan dia kehilangan
objek konsentrasinya dengan cepat. Namun, seiring dia berkembang
dan berlatih kekuatan konsentrasinya (bergerak dari tahap yang
satu ke yang lainnya), kemampuannya untuk tetap terkonsentrasi
pun meningkat.

Sederhananya, pada dasarnya alasan mengapa seseorang


tidak sanggup berkonsentrasi dengan baik pada awal-awal ketika
dia mulai berlatih untuk memperoleh shamatha adalah karena

77
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

masih adanya segala jenis penghalang di dalam dirinya, yang


menghalangi batinnya untuk tetap fokus pada masa waktu tertentu.
Penghalang utama adalah sebuah bentuk pengalihan yang disebut
dengan ketegangan; berikutnya adalah kekenduran, yaitu kurang
cukupnya perhatian mental. Tentu saja, orang ini akan menerapkan
penawar terhadap penghalang tersebut, yang artinya dia sanggup
untuk meningkatkan kekuatan penawar dan karenanya secara
bertahap mengurangi penghalang di dalam dirinya.

Ketika orang tersebut mencapai tahap ke delapan dari sembilan


tahap, dia tidak lagi harus menghadapi masalah ketegangan
ataupun kekenduran. Meski demikian, untuk memastikan masalah
ini tidak datang mengganggu lagi, dia masih harus bertumpu pada
kekuatan ingatan yang besar dan menggunakan kesadaran atau
kewaspadaannya untuk mengamati dirinya sendiri demi memastikan
bahwa penghalang berupa ketegangan dan kekenduran tidak
bangkit. Kemudian, orang tersebut akan melanjutkan usahanya
dan lanjut bermeditasi berulang-ulang. Dengan berlatih seperti ini,
ia pun semakin memperbesar kekuatan konsentrasinya. Ketika ia
sudah berada pada tingkatan konsentrasi di mana dia sudah tidak
perlu lagi bersusah-payah untuk mempertahankan konsentrasinya
yang sempurna, tanpa ada risiko munculnya penghalang apa pun,
ini adalah pertanda ia telah mencapai tingkat kesembilan.

Akan tetapi, pada tahap kesembilan, seseorang tidak harus


sepenuhnya telah merealisasikan shamatha, namun kalau ia
melanjutkan usahanya untuk bermeditasi, maka pada akhirnya ia
akan mencapai kelenturan mental. Kelenturan berarti batin orang
tersebut sudah sepenuhnya patuh dan fleksibel. Sebagai contoh,
ketika orang ini hendak memikirkan sesuatu, maka dia bisa dengan
segera memfokuskan perhatian pada objek tersebut, dan ketika dia

78
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

ingin memikirkan hal yang lain, maka batinnya akan dengan


segera berbalik ke objek yang lain dan tetap fokus dengan
sempurna padanya.

Karena batin seseorang tidak terpisahkan dengan badannya,


sesungguhnya batin seseorang yang sepenuhnya lentur memiliki
sebuah pengaruh pada tubuhnya, terutama pada aliran energi
atau angin di dalam tubuh. Kelenturan mental membangkitkan
perputaran yang sempurna dari seluruh angin di dalam tubuh
seseorang dan ini menghasilkan kelenturan fisik.

Kelenturan fisik bermakna tubuh kita sepenuhnya patuh


dan peka – misalnya, seseorang bisa tetap berada dalam postur
meditasi selama yang dia inginkan tanpa merasakan sedikit pun
ketidaknyamanan atau keadaan berat. Bahkan sebaliknya, ia akan
merasa sangat ringan. Kelenturan fisik ini membangkitkan perasaan
kemudahan dan kenyamanan fisik yang besar. Ini bukan merupakan
faktor mental namun sebuah fenomena nyata yang dialami.

Kelenturan fisik pada gilirannya juga akan membangkitkan


kebahagiaan mental yang sangat besar sekali pada awalnya,
begitu besarnya hingga mencapai sebuah titik di mana orang
tersebut memiliki perasaan bahwa dia akan kehilangan kekuatan
konsentrasinya karena dilingkupi oleh perasaan bahagia yang
sangat kuat. Meski demikian, kondisi ini sifatnya masih sedikit
kasar dan tidak bertahan lama. Setelah beberapa saat, dia akan
kembali tenang dan berubah menjadi apa yang disebut sebagai
kebahagiaan yang bergeming, yang sifatnya lebih halus. Pada titik
ini, kekuatan seseorang untuk berfokus pada objeknya bahkan jauh
lebih besar dibandingkan sebelumnya. Pencapaian kebahagiaan
yang bergeming adalah pertanda pencapaian seseorang akan
shamatha atau meditasi ketenangan batin.

79
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Oleh karena itu, dalam frasa singkat ini, ketika dikatakan,


‘seharusnya merenungkan dengan sempurna dengan cara ini’,
ini merujuk pada perkembangan marga penghimpunan seperti
yang telah dijelaskan. Begitu Anda telah merealisasikan marga
penghimpunan, maka Anda akan melanjutkan pembelajaran Anda
mengenai kesunyataan – pertama-tama dengan menggunakan
gambaran suara, dan dari sini Anda akan berlatih hingga
Anda dapat memahami kesunyataan dengan menggunakan
gambaran makna. Pada beberapa titik selama berada pada marga
penghimpunan, Anda harus merealisasikan shamatha. Jika Anda
masih belum melakukannya, maka Anda akan melakukannya
dengan menggunakan kesunyataan sebagai objek meditasi.

Pada tahapan pertama, Anda berlatih kemampuan Anda


untuk berkonsentrasi hingga Anda meraih kelenturan. Melalui
latihan konsentrasi yang unggul inilah kelenturan bisa bangkit.
Dalam kasus ini, objek dari konsentrasi Anda adalah kesunyataan.
Pada awalnya, ketika Anda menggunakan meditasi analitik
atas ‘kesunyataan’, hal tersebut akan sepenuhnya mengganggu
konsentrasi. Namun, begitu Anda meraih shamatha, konsentrasi
Anda akan sempurna dan sangat kuat, kemudian barulah Anda bisa
menganalisis kesunyataan dari segala sudut – mengamati mengapa
fenomena tidak dihasilkan sendiri, mengapa mereka tidak berdiri
sendiri, dan sebagainya.

Karena Anda telah mencapai kelenturan berkat konsentrasi


Anda, maka Anda kemudian melatih meditasi analitik dan menjaga
konsentrasi Anda hingga berada di titik di mana sesungguhnya
meditasi analitik Andalah yang membangkitkan kelenturan.
Oleh karena itu, pertama-tama meditasi konsentrasi yang akan
membantu Anda mencapai kelenturan; berikutnya, berpijak pada
hasil tersebut, Anda dapat melatih meditasi analitik sampai ia pada

80
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

akhirnya akan membangkitkan kelenturan. Pada tahap ini, Anda


telah merealisasikan wipashyana atau pandangan mendalam,
yang berobjek ‘kesunyataan’. Begitu Anda telah merealisasikan
wipashyana yang berobjek ‘kesunyataan’, maka pada saat
bersamaan Anda akan merealisasikan marga persiapan.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, meskipun di tingkat


marga penghimpunan seseorang dapat meraih pemahaman
kesunyataan dengan gambaran makna (setelah melewati beberapa
tahap ketika ia masih bergantung pada gambaran suara), di tahap
tersebut pemahamannya masih belum begitu jelas. Akan tetapi,
setelah berlatih shamatha, kemudian wipashyana yang objeknya
adalah ‘kesunyataan,’ maka begitu Anda telah merealisasikan
wipashyana, kejelasan dari gambaran makna kesunyataan akan
berkembang beribu kali lipat lebih besar daripada yang terdapat di
marga penghimpunan.

Marga persiapan memiliki empat tahap – panas, puncak,


kesabaran, dan Dharma unggul. Perbedaan antara marga
penghimpunan dan marga persiapan adalah pada marga
penghimpunan, tidak ada perlakuan untuk mengatasi objek
penghindaran apa pun. (Ketika Anda berkembang di tahapan
marga ini, tujuannya adalah untuk menyingkirkan objek yang harus
dihindari dengan menghasilkan penawarnya.) Namun, begitu Anda
telah mencapai marga persiapan, meskipun Anda tidak berhasil
menyingkirkan apa pun yang perlu disingkirkan, Anda memiliki
alasan untuk hal tersebut. Misalnya, pada tingkat pertama dari
marga penghimpunan yang disebut panas, meskipun Anda tidak
menyingkirkan apa pun, namun Anda sanggup untuk mencegah
munculnya berbagai objek yang harus dihindari; dengan kata lain,
Anda berhasil menekannya dan mencegahnya muncul.

81
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Apakah objek-objek penghindaran tersebut? Mereka adalah


berbagai cengkeraman kasar yang didapatkan, misalnya sikap
mencengkeram pada pandangan adanya diri yang sejati. Pada
masing-masing empat tingkatan, seseorang sanggup untuk meraih
sembilan jenis pengendalian terhadap cengkeraman kasar yang
didapatkan, yang mencengkeram pada pandangan adanya diri
yang sejati – sehingga totalnya ada tiga puluh enam. Ketika Anda
berkembang di sepanjang marga persiapan, Anda memulainya
dengan yang paling kasar atau yang paling mudah untuk
dikendalikan, kemudian melangkah hingga ke bentuk cengkeraman
pada pandangan adanya diri yang sejati yang lebih halus dan
lebih sulit. Hal ini berkaitan dengan kemajuan realisasi seseorang
akan kesunyataan. Ketika kejelasan seseorang akan gambaran
makna mengenai kesunyataan meningkat, maka kekuatan batin
untuk mengendalikan kondisi sebaliknya, yaitu cengkeraman pada
pandangan adanya diri yang sejati, juga meningkat.

Pada praktiknya, bagaimana hal ini bisa dicapai? Ini dicapai


dengan memeditasikan kesunyataan. Namun, Anda juga harus
mendukung praktik memeditasikan kesunyataan dengan praktik-
praktik yang sangat luas dalam mengumpulkan kebajikan, yang
akan memperkuat kemampuan Anda untuk memeditasikan
kesunyataan dan juga pemahaman Anda akan hal tersebut.

Dengan kombinasi kebijaksanaan dan kebajikan, maka


Anda bisa bergerak maju. Melalui proses meditasi berkelanjutan
ini, ditambah dengan praktik mengumpulkan kebajikan, kualitas
pemahaman Anda akan kesunyataan akan meningkat. Gambaran
makna yang tadinya laksana sebuah penghalang bagi Anda, dan
juga penghalang bagi pemahaman langsung akan kesunyataan,
semakin lama semakin tipis. Anda pun semakin mendekati
pencapaian realisasi kesunyataan secara langsung.

82
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

Ketika Anda sudah mencapai tahap yang keempat,


sekaligus tahap terakhir dari marga persiapan, jarak antara Anda
dan pemahaman langsung akan kesunyataan akan semakin
tipis. Anda hampir akan memiliki kesan bahwa Anda telah
merealisasikan kesunyataan secara langsung, namun sebenarnya
belum. Walau demikian, seperti yang tadi dikatakan, ketika Anda
melanjutkan upaya, dan selalu mendukung meditasi ini dengan
praktik meningkatkan kebajikan, pada akhirnya penghalang-
penghalang terakhir dari gambaran makna akan lenyap dan
tidak ada lagi rintangan antara persepsi Anda dengan objeknya,
yaitu ‘kesunyataan’.

Pada poin tersebut, Anda telah meraih realisasi langsung dari


kesunyataan. Bersamaan dengan itu, marga penglihatan bangkit di
dalam diri Anda dan Anda menjadi seorang Arya. Oleh karena itu,
frasa singkat yang baru saja kita bahas, yang berbunyi, ‘seharusnya
berpikir tentang hal ini,’ sesungguhnya merujuk pada semua yang
baru saja kita jelaskan – dimulai dari tahap yang paling awal, dari
marga penghimpunan hingga tingkatan Dharma tertinggi dari marga
persiapan. Melalui proses seperti ini, pemahaman kesunyataan
Anda akan semakin meningkat.

Sekarang kita akan melihat cara memeditasikan kesunyataan


pada marga penglihatan. Bait di dalam Sutra yang berhubungan
dengan ini dimulai dengan kata, ‘Mereka seharusnya merenungkan
dengan sempurna dan tepat tentang kesunyataan dari keberadaan
inheren, juga tentang kelima skandha.’ Dan berlanjut hingga ke
akhir bait yang berbunyi, ‘Demikianlah pula tiada penderitaan,
tiada asal-mula [penderitaan], tiada lenyapnya [penderitaan],
tiada jalan [untuk melenyapkan penderitaan], tiada kebijaksanaan
unggul, tiada pencapaian, tiada bukan pencapaian.’

83
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Oleh karena itu, seluruh bagian ini berhubungan dengan cara


memeditasikan kesunyataan pada marga penglihatan. Menurut
ulasan dari Yang Mulia Atisha tentang Sutra ini, marga penglihatan
dapat dipahami dari tiga sudut pandang – objek meditasi, aspek
dari objek meditasi tersebut, dan hasil dari mengamati aspek objek
meditasi tersebut. Fungsi dari marga penglihatan adalah untuk
memahami kesunyataan dari semua fenomena, dan karenanya
mengatasi sikap yang mencengkeram adanya diri sejati sehubungan
dengan segala fenomena dengan menggunakan pemahaman
langsung akan kesunyataan.

Cara seseorang memeditasikan kesunyataan dengan


menggunakan marga penglihatan, seperti yang telah kita bahas,
dijelaskan berdasarkan objek meditasi, aspek-aspek dari objek
meditasi tersebut, dan hasil dari mengamati aspek-aspek objek
meditasi tersebut.

Pertama-tama, berdasarkan pada objek meditasi, kita


memiliki lima skandha. Cara untuk memeditasikan kesunyataannya
dijelaskan jauh lebih detail. Misalnya, untuk kelompok objek
selanjutnya, yaitu dua belas ayatana (sumber persepsi). Untuk dua
belas ayatana, semuanya bisa kita temukan tertera jelas di dalam
Sutra. Sementara untuk delapan belas dhatu (unsur), di dalam
Sutra daftar lengkapnya tidak disebutkan dan hanya yang pertama,
keenam, dan kedelapan belas yang disebutkan secara eksplisit.

Sementara untuk penjelasan bagaimana memeditasikan


kesunyataan sehubungan dengan lima skandha, pertama-tama
terdapat penjelasan ringkas dan kemudian penjelasan yang lebih
detail di dalam Sutra. Bait yang berhubungan dengan penjelasan
ringkas mengenai bagaimana memeditasikan kesunyataan lima
skandha adalah bagian akhir dari paragraf yang berbunyi, ‘Mereka

84
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

seharusnya merenungkan dengan sempurna dan tepat tentang


kesunyataan dari keberadaan inheren, juga tentang kelima skandha.’

Jika kita merujuk pada ulasan Gomang Khenzur Rinpoche


sehubungan dengan penjelasan ini, beliau mengatakan, ‘Mereka
seharusnya merenungkan dengan sempurna dan tepat kesunyataan
dari keberadaan inheren dari kelima skandha yang muncul
berdasarkan hakikat alaminya.’ Beliau menambahkan frasa ‘yang
muncul berdasarkan hakikat alaminya.’ Dengan kata lain, lima
skandha muncul di dalam batin Anda dan mereka muncul sebagai
penampakan tersebut. Namun, mereka sebenarnya tidak muncul
seperti kelihatannya, karena Andalah yang melihat skandha-
skandha tersebut berdiri dengan sendirinya dan muncul berdasarkan
hakikatnya sendiri. Modus keberadaan tersebut sebenarnya salah
karena tidak eksis (secara harfiah: sunyata).

Sesungguhnya, segala sesuatu yang muncul di hadapan Anda


dengan sejati atau berdiri sendiri (inheren) merupakan penampakan
yang salah karena, sejak awal, benda-benda tersebut muncul
berdasarkan persepsi Anda terhadap mereka. Oleh karena itu, telah
terjadi sebuah hubungan atau bentuk kebergantungan yang tentu
saja bertolak belakang dengan kesan Anda terhadap mereka, yakni
sebagai sesuatu yang bebas dan muncul dengan sendirinya.

Untuk penjelasan yang sedikit lebih luas mengenai bagaimana


memahami kesunyataan berdasarkan kelima skandha, Gomang
Khenzur Rinpoche dalam ulasannya mengatakan bahwa hal tersebut
dijelaskan berdasarkan empat sifat tertentu. Ini sesuai dengan
pernyataan, ‘Bentuk adalah sunyata, sunyata adalah bentuk. Di
luar bentuk tidak ada sunyata, begitu pula tidak ada bentuk di luar
sunyata.’ Dengan kata lain, semua ini adalah empat cara untuk
memahami kesunyataan berkaitan dengan skandha, yang mana
cara ini diterapkan dalam skandha bentuk terlebih dahulu.

85
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Ketika dikatakan, ‘Bentuk adalah sunyata,’ ini berarti jika


sebuah penampakan bentuk dapat muncul di dalam batin Anda,
dalam sebuah aspek yang disebut bentuk, maka dia muncul
berkaitan atas dasar penamaan. Dengan cara demikianlah Anda
sanggup memberi nama pada sebuah bentuk. Jika Anda, dari sisi
Anda, memberikan sebuah nama pada bentuk, maka hal tersebut
juga berkaitan dengan dasar penandaannya. Sebenarnya tidak
ada bentuk apa pun yang muncul di luar cara tersebut – yang bisa
sepenuhnya muncul dengan sendirinya atau dihasilkan sendiri. Oleh
karena itu, bentuk adalah sunyata atas modus (cara) eksistensi yang
demikian; dengan kata lain, bentuk bukan atau tidak dihasilkan
sendiri atau keberadaannya tidak intrinsik.

Sebagai perumpamaan, kita dapat mengambil contoh sebuah


meja. Bagian-bagian dari meja (misalnya, kaki meja, alas meja,
bahan-bahan yang menyusunnya, dan sebagainya) adalah semua
yang kita sebut sebagai dasar penandaan sebuah meja. Ketika
bagian-bagian dari meja tersebut muncul dalam batin Anda, Anda
dapat mengatakan bahwa terdapat sebuah meja. Hal yang sama
berlaku ketika Anda membayangkan bagian-bagian meja tersebut;
Anda dapat mengatakan benda-benda yang bergabung tersebut
sebagai ‘meja’.

Namun, jika Anda mengesampingkan (melupakan) bagian-


bagian yang menyusun meja tersebut, yang merupakan dasar
penandaan sebuah meja, maka tidak akan mungkin terjadi
penampakan sebuah meja di dalam batin Anda dan Anda juga
tidak akan sanggup memberi nama ‘meja’ pada fenomena tersebut.
Demikianlah cara kerjanya dan inilah kenyataannya. Akan tetapi,
Anda cenderung tidak menyadarinya dan entah bagaimana caranya
Anda membayangkan ada sebuah benda ‘meja’ yang muncul
dengan sendirinya, tanpa harus bergantung pada berbagai bagian

86
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

yang menyusunnya. Sesungguhnya, sebuah meja hanya bisa


muncul dalam kaitannya dengan dasar penandaannya. Walaupun
demikian, ketika sebuah meja muncul dalam pikiran Anda, Anda
tidak melihatnya dengan cara demikian. Sebaliknya, Anda melihat
meja tersebut muncul dengan sendirinya tanpa bergantung pada
dasar penandaan apa pun.

Ketika dikatakan, ‘sunyata adalah bentuk’, pernyataan ini tidak


seharusnya dipahami secara harfiah. Maksudnya adalah, berkat
adanya kesunyataan, maka ada bentuk. Pada dasarnya, hanya ada
dua cara eksistensi – apakah benda tersebut sepenuhnya berdiri
sendiri dengan inheren (tidak berkaitan dengan yang lainnya) atau
dia bergantung kepada benda lain, dengan kata lain, dia sunyata
atau keberadaannya tidak inheren.

Tentu saja penjelasan yang kedua adalah pandangan yang


benar. Karena alasan inilah, yaitu bentuk tidak memiliki keberadaan
yang sejatilah, sehingga dia bisa eksis (ada). Jika dia sepenuhnya
berdiri sendiri, maka dia tidak dapat dihasilkan dari sebab dan
kondisi. Oleh karena itu, dengan alasan demikianlah, maka bentuk
tidak memiliki keberadaan sejati karena dia dapat dan memang
bergantung pada sebab yang menghasilkannya.

Oleh karena itu, karena ketiadaan kebebasan ini, maka


sesungguhnya ia muncul dengan cara bergantung pada hal lain;
yakni bergantung pada fenomena yang lain. Ada sebuah ungkapan
yang mengatakan, ‘semua fenomena adalah perwujudan dari
kesunyataan.’ Pernyataan ini juga jangan dimaknai secara harfiah.
Apa yang sebenarnya dimaksud di sini adalah: karena mereka
sunyata dari keberadaan yang inherenlah maka mereka bisa
muncul, dihasilkan, atau dapat eksis.

87
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Tak ada benda apa pun yang dapat sepenuhnya muncul


tanpa bergantung pada sesuatu yang lain. Karena semua fenomena
tidak memiliki eksistensi yang mutlak, maka mereka dapat eksis
– mereka eksis dalam cara yang tidak mutlak, berkaitan dengan
kebergantungan akan hal lain. Je Tsongkhapa, dalam ulasannya
terhadap Prajnamula, mengatakan bahwa hanya ada dua
kemungkinan cara eksistensi – apakah ia eksis sendiri sepenuhnya
atau eksis berkaitan dengan fenomena yang lain. Namun, beliau
lanjut mengatakan bahwa tidak ada satu benda tunggal apa pun
di dunia ini yang bisa berdiri dengan sendirinya. Sesungguhnya,
segala sesuatu muncul dengan bergantung kepada fenomena yang
lain. Pada dasarnya, segala fenomena dikatakan muncul karena ia
ditanggapi oleh persepsi. Lagi pula, agar sesuatu bisa eksis, ia juga
harus bergantung pada penamaannya. Karena itu, segala sesuatu
yang muncul bergantung pada persepsi yang menanggapinya dan
juga berdasarkan penamaannya.

Ada sebuah cerita yang berhubungan dengan topik ini yang


mungkin bisa sedikit membantu. Suatu hari, saya diundang untuk
memberikan kuliah di Institut Budaya Dunia India di Bangalore,
India Selatan. Kebanyakan orang yang menghadiri kuliah tersebut
adalah penganut Hindu yang berasal dari berbagai aliran. Saya
sedang membicarakan mengenai ketanpaakuan dari segala
fenomena. Kemudian, saat sesi tanya jawab, seorang lelaki
tua berdiri dan mengatakan, ‘Tidaklah mungkin bahwa semua
fenomena tanpa diri (aku). Misalnya, Ishwara, sang pencipta
dunia, memiliki diri (aku) dan tidak bergantung pada yang lain.’
Saya mengatakan, ‘Bagaimana dengan kenyataan bahwa dia tidak
memiliki diri yang sejati karena dia bergantung pada fenomena yang
lain seperti persepsi Anda terhadapnya dan nama ‘Ishwara’ yang
Anda berikan padanya?’ Beliau menggelengkan kepalanya, dan
terus memegang pendapatnya. Namun, saya lanjut mengatakan,

88
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

‘Jika dia tidak bergantung kepada persepsi Anda padanya dan


nama yang Anda berikan padanya, maka bagaimana orang lain
pertama sekali mengetahui bahwa dia ada?’ Setelah pernyataan
ini, ada beberapa menit di mana semuanya terdiam, dan kemudian
dia menganggukkan kepalanya. Saya terkejut dengan kenyataan
bahwa dia tiba-tiba mendapatkan pemahaman yang baru.

Kembali ke frasa ‘bentuk adalah sunyata’, hal ini berarti bahwa


bentuk adalah sunyata dari eksistensi sisinya sendiri – dengan kata
lain, bentuk tidak eksis dengan cara di mana ia muncul dalam
persepsi biasa Anda, yaitu eksis dari sisinya sendiri. Kemudian, kita
lihat kembali pada frasa yang kedua, yaitu ‘sunyata adalah bentuk’;
hal ini berarti karena bentuk adalah sunyata dari keberadaan
inheren, maka ia semestinya berkaitan dengan fenomena lain,
seperti sebab dan kondisi yang menghasilkannya, dan kemudian,
bentuk dapat menghasilkan fenomena yang lain atau sebuah akibat.

Jika bentuk berdiri dengan sendirinya, tetap saja ia tidak


dapat eksis atau muncul karena ia hanya mengandalkan sebab
dan kondisi agar bisa muncul pertama kalinya; begitu pula sebuah
bentuk tidak dapat menghasilkan akibat karena akibat juga
bergantung pada sebab, yaitu bentuk ini. Jika sebuah bentuk ada
dengan sendirinya, muncul atas dasar dirinya sendiri, maka ia tentu
saja tidak memerlukan sebab pada awalnya.

Ada ungkapan yang serupa dalam karya Madhyamakawatara


oleh Chandrakirti, yang mengatakan, ‘Meskipun semua fenomena
sunyata, namun berkat sunyata mereka muncul.’ Tentu saja, ini
tidak berarti bahwa kesunyataan secara harfiah merupakan sebab
dari fenomena, namun sebaliknya, berkat kesunyataanlah, atau
tiadanya eksistensi yang inheren, maka mereka bisa muncul.

89
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Kemudian paragraf yang sama lanjut mengatakan, ‘Tanpa


bentuk, tidak ada sunyata, begitu pula tanpa sunyata, tidak ada
bentuk,’ yang juga mengatakan bahwa bentuk dan kesunyataan
sesungguhnya memiliki hakikat yang sama. Ada dua istilah
yang diberikan pada fenomena yang sama. Jika Anda ingin
menyederhanakan, hal ini berarti jika tidak ada bentuk, maka tidak
mungkin ada kesunyataan dari bentuk. Dengan cara yang sama,
jika tiada kesunyataan bentuk, maka tidak mungkin muncul bentuk.
Jika tiada kesunyataan bentuk, maka artinya bentuk akan berdiri
dengan sendirinya. Hal ini akan berarti bahwa bentuk tidak akan
bergantung pada sebabnya, yang artinya dia tidak akan eksis.

Kemudian lanjut dikatakan, ‘Begitu pula perasaan, identifikasi/


pencerapan, faktor-faktor pembentuk, dan kesadaran adalah
sunyata.’ Kita harus menggunakan prinsip yang sama pada empat
skandha yang lain – yaitu, ‘Perasaan adalah sunyata, sunyata
adalah perasaan. Tanpa perasaan, tidak ada sunyata, begitu pula
tanpa sunyata, tidak ada perasaan.’ Demikian seterusnya untuk
masing-masing skandha. Oleh karena itu, apa yang telah kita bahas
di sini sedikit berhubungan dengan penjelasan yang lebih ekstensif
dari kesunyataan sehubungan dengan lima skandha.

(Pembangkitan motivasi dan tinjauan ulang)

Seperti yang dikatakan dalam versi padat Sutra Penyempurnaan


Kebijaksanaan, ‘Semua Buddha di masa lalu, sekarang dan masa
yang akan datang telah dan akan mencapai pencerahan dengan
mengandalkan jalan penyempurnaan kebijaksanaan.’ Anda harus
berusaha dan menyadari kenyataan bahwa Anda tidak hanya
bertemu namun juga menerima ajaran dari metode yang luar biasa
ini, penyempurnaan kebijaksanaan, yaitu jalan di mana semua

90
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

Buddha di masa lampau, sekarang dan masa yang akan datang


telah dan akan lalui, yang merupakan pertanda keberuntungan
besar yang Anda miliki.

Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk tidak menyia-


nyiakan kesempatan yang sangat langka dan berharga ini dengan
membiarkan diri Anda menjadi malas atau selalu ingin menunda
praktik Anda. Sebaliknya, Anda harus benar-benar berusaha
mempelajari jalan penyempurnaan kebijaksanaan ini, sebaik yang
Anda bisa dengan tujuan untuk mempraktikkannya. Jika Anda
belajar dan sepenuhnya mempraktikkan jalan ini, maka Anda akan
menemukan kebahagiaan yang lebih besar dan juga berada di
dalam posisi yang mampu membimbing tak terhingga makhluk ke
keadaan bahagia.

Melalui praktik Anda dalam Sutra Penyempurnaan


Kebijaksanaan ini, ketika Anda semakin berkembang dan
mendapatkan pencapaian spiritual, maka Anda akan mulai
merasakan kebahagiaan sepenuhnya pada hari tersebut. Anda tidak
boleh berpuas diri hanya dengan mempelajari, namun harus benar-
benar menggunakan apa yang Anda pelajari untuk mendapatkan
realisasi dari dalam. Jika tidak, ada risiko bahwa suatu hari nanti
Anda akan bertingkah laku sangat buruk dan melakukan banyak
hal untuk menyakiti diri Anda sendiri dan orang lain.

Sebagai contoh, semua guru di dalam silsilah Lamrim,


dimulai dari Sang Buddha sendiri, turun-temurun hingga ke guru
kita yang sekarang ini, menjadi guru silsilah bukan karena mereka
memuaskan diri mereka hanya dengan belajar, tapi karena mereka
menggunakan apa yang telah mereka pelajari untuk mendapatkan
capaian spiritual.

91
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Oleh karena itu, sekarang Anda telah meraih kelahiran yang luar
biasa sebagai seorang manusia dengan segala jenis kebebasan dan
keberuntungan. Jika Anda tidak melakukan apapun untuk meraih
setidaknya satu realisasi dari berbagai kualitas yang terdapat di dalam
tahapan jalan menuju pencerahan, maka tidak ada gunanya Anda
memiliki kelahiran yang baik seperti sekarang ini. Semuanya hanya
benar-benar buang waktu saja. Namun, agar dapat meraih kualitas
spiritual di dalam diri Anda, tidak cukup dengan hanya duduk dan
mencoba bermeditasi; Anda pertama-tama harus memahami apa
yang harus dipraktikkan dan bagaimana melakukannya. Demi
alasan inilah maka Anda sekarang akan mendengarkan penjelasan
Sutra Intisari Penyempurnaan Kebijaksanaan (Sutra Hati), tidak
hanya untuk memenuhi tujuan diri Anda sendiri namun juga tujuan
semua makhluk, yakni dengan berlatih hingga pencerahan dan
dengan niat mempraktikkan apa yang telah Anda dengar.

Untuk memahami Sutra Intisari Penyempurnaan


Kebijaksanaan, Anda pertama-tama harus melihat pada makna
dari judul, kemudian makna dari inti teks, dan akhirnya makna
penting pada kesimpulan. Seperti yang telah kita bahas, di dalam
‘makna dari inti teks’, pertama-tama terdapat makna pendahuluan,
kemudian makna dari keseluruhan isi teks selanjutnya.

Pendahuluan memiliki dua bagian – pendahuluan umum dan


pendahuluan khusus. Bagian utama dari teks tersebut pertama-
tama terdiri dari pertanyaan, kemudian jawaban yang diberikan
atas pertanyaan tersebut. Seperti yang telah kita lihat, dalam
pendahuluan khusus, dijelaskan bahwa Sang Buddha dan juga
beberapa anggota pengiringnya, khususnya Awalokiteshwara,
berada di dalam kondisi samadhi – sebuah kondisi konsentrasi
(terpusat) pada kesunyataan. Dalam kondisi tersebut, Sang

92
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

Buddha memberkahi arus batin Shariputra yang menginspirasinya


untuk bertanya kepada Awalokiteshwara, yaitu pertanyaan yang
tercantum di dalam Sutra.

Kita tidak akan melihat kembali kata-kata sebenarnya


dari pertanyaan yang telah kita lihat kemarin. Namun, untuk
menyimpulkan, pertanyaannya adalah bagaimana para praktisi, yang
setelah silsilah muncul di dalam diri mereka (telah membangkitkan
batin pencerahan), mempraktikkan penyempurnaan kebijaksanaan
yang mendalam? Ini berarti bagaimana mereka secara harfiah
memeditasikan batin kesunyataan – dengan kata lain, bagaimana
mereka memeditasikan kesunyataan?

Ungkapan ‘memeditasikan kesunyataan’ bermakna Anda


membangkitkan sesuatu yang mewakili pemahaman akan
kesunyataan di dalam batin Anda, lalu Anda memeditasikannya
untuk melanjutkan pemahaman tersebut. Ketika dikatakan ‘Anda
membangkitkan sesuatu di dalam batin Anda yang mewakili
pemahaman kesunyataan’, artinya adalah Anda pertama-tama
harus mengetahui apa objek dari batin yang memeditasikan
kesunyataan. Anda harus mengetahui apa aspek dari pemahaman
tersebut – bagaimana bentuknya? Begitu Anda memahami
ini, Anda harus menghasilkannya di dalam batin Anda,
kemudian memeditasikannya.

Ketika kita berbicara tentang memeditasikan istadewata seperti


Awalokiteshwara, hal ini pada dasarnya adalah menghasilkan
gambaran dari istadewata tersebut di dalam batin Anda. Beda
halnya kalau kita memeditasikan kualitas mental. Dalam kasus
ini, Anda pertama harus mengetahui apa objek dari kualitas
tersebut (misalnya kebijaksanaan, cinta kasih maupun welas asih),
kemudian aspek-aspeknya. Anda harus menghasilkan semua hal ini
kemudian memeditasikannya.

93
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Ketika Shariputra mengutarakan pertanyaan tersebut, dia


sebenarnya sedang mewakili siswa-siswa yang hadir di sana – baik
yang memiliki kecerdasan sangat tajam maupun tidak begitu tajam.
Pertanyaannya sama untuk kedua jenis siswa tersebut. Jawabannya
muncul dalam dua fase. Bagian pertama dari jawaban ditujukan
kepada mereka yang memiliki kecerdasan kurang tajam, dan
bagian kedua diberikan kepada mereka yang memiliki kecerdasan
sangat tajam. Bagi mereka yang memiliki kecerdasan kurang
tajam, jawaban yang diberikan meliputi cara untuk memeditasikan
kesunyataan berkaitan dengan empat dari lima marga (jalan) –
marga penghimpunan dan seterusnya.

Bagian pertama dari jawaban atas pertanyaan ini


memberitahu kita bagaimana memeditasikan kesunyataan
dalam marga penghimpunan dan marga persiapan. Makna
keseluruhan dari latihan ini adalah untuk memastikan bahwa Anda
mendapatkan pemahaman yang jelas tentang apa yang dikatakan
dalam Sutra; jika tidak, maka Anda hanya membacanya tanpa
mengetahui maknanya.

Untuk lebih tepatnya lagi, keseluruhan kalimat ‘yang ingin


mempraktikkan penyempurnaan kebijaksanaan yang mendalam
seharusnya merenungkan dengan sempurna tentang hal ini,’
merujuk pada marga penghimpunan dan marga persiapan. Namun,
bagian pertama dari kalimat, yaitu ‘yang ingin mempraktikkan
penyempurnaan kebijaksanaan yang mendalam,’ merujuk pada
keduanya, namun utamanya marga penghimpunan; sementara
bagian kedua dari kalimat yang berbunyi, ‘seharusnya merenungkan
dengan sempurna tentang hal ini,’ merujuk utamanya pada marga
persiapan meskipun marga penghimpunan juga dijelaskan dalam
frasa tersebut tapi sebagai pelengkap.

94
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

Untuk mengulang kembali bagaimana cara seseorang


memeditasikan kesunyataan pada marga penghimpunan, ini
utamanya adalah dengan menggunakan kebijaksanaan yang muncul
dari belajar atau mendengar, lalu seseorang meningkatkannya
dan meraih sebuah bentuk kebijaksanaan yang timbul dari
perenungan. Ketika seseorang masih berada pada tingkatan
marga penghimpunan, pada suatu waktu dia akan merasa butuh
untuk merealisasikan meditasi ketenangan batin (shamatha), yang
berobjek ‘kesunyataan’. Kemudian orang tersebut, yang berada
pada marga penghimpunan, melanjutkan meditasi ‘kesunyataan’
secara analitik.

Berkat meditasi analitik pada kesunyataan ini, ia mampu


untuk merealisasikan pandangan mendalam (wipashyana) yang
menembus kesunyataan. Ketika mencapai hal ini, secara bersamaan
ia juga merealisasikan marga persiapan di dalam dirinya. Cara lain
untuk mengatakan hal yang sama adalah orang tersebut meraih
kebijaksanaan yang bangkit dari meditasi yang objeknya berupa
‘kesunyataan’ pada saat dia telah merealisasikan wipashyana, dan
pada saat bersamaan ia juga memasuki marga persiapan.

Ketika seseorang berada di marga persiapan, ia akan


melanjutkan meditasinya pada kesunyataan, namun kekuatannya
meningkat karena pengaruh pandangan mendalam. Namun,
praktisi ini masih belum memiliki kemampuan untuk benar-benar
menyingkirkan penghalang, tapi ia dapat melawan penghalangnya
hingga ke tingkat tertentu dengan mencegahnya tumbuh di dalam
dirinya. Hal ini seperti tahap awal hingga ke yang sebenarnya dalam
rangka membuang penghalang. Oleh karena itu, inilah proses
seseorang melanjutkan praktik melatih empat tingkatan marga
persiapan yang berbeda. Ketika seseorang telah berada di marga
penghimpunan, orang tersebut sanggup untuk memeditasikan

95
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

kesunyataan dengan menggunakan gambaran makna, namun


kejelasan dari gambaran makna tersebut masih terbatas; sementara
pada marga persiapan, kejelasan dari gambaran makna akan
kesunyataan meningkat sepanjang orang tersebut maju pada
tahapan marga persiapan yang berbeda.

Kemarin saya telah menjelaskan cara memeditasikan


kesunyataan pada marga penglihatan. Bagian dari sutra yang
berkaitan dengan penjelasan ini dimulai dengan, ‘Mereka seharusnya
merenungkan dengan sempurna dan tepat kesunyataan eksistensi
yang inheren dari kelima skandha juga’ dan berakhir dengan
kalimat ‘Demikian tiada penderitaan, tiada asal-mula [penderitaan],
tiada lenyapnya [penderitaan], tiada jalan [untuk melenyapkan
penderitaan], tiada kebijaksanaan unggul, tiada pencapaian, dan
juga tiada bukan pencapaian.’

Untuk menjelaskan bagaimana memeditasikan marga


penglihatan dengan lebih baik, Yang Mulia Atisha memberikan
sudut pandang yang berbeda agar kita bisa memahaminya –
yaitu, pertama-tama melihat pada objek meditasinya, kemudian
aspek dari objek meditasi tersebut, dan pada akhirnya akibat dari
memeditasikan aspek-aspek ini. Hal ini dijelaskan lebih rinci dalam
kaitannya dengan lima skandha namun tidak ada rincian yang
diberikan untuk kategori fenomena lainnya. Di dalam penjelasan
bagaimana memeditasikan kesunyataan berkaitan dengan
lima skandha, kita memiliki penjelasan ringkas dan versi sedikit
lebih panjang.

Penjelasan ringkas berkaitan dengan bait di dalam Sutra yang


berbunyi, ‘Mereka seharusnya merenungkan dengan sempurna
dan tepat kesunyataan eksistensi inheren dari kelima skandha juga.’
Penjelasan yang sedikit lebih luas berkaitan dengan bagaimana
memeditasikan kesunyataan yang berkaitan dengan lima skandha

96
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

dimulai dengan, ‘Bentuk adalah sunyata, sunyata adalah bentuk.


Tanpa bentuk, tidak ada sunyata. Tanpa sunyata, tidak ada bentuk.
Demikian juga dengan perasaan, identifikasi/ pencerapan, faktor-
faktor pembentuk dan kesadaran adalah sunyata.’ Kita telah
membahas bagian ini kemarin.

Paragraf selanjutnya dari Sutra ini berbunyi, ‘Shariputra,


dengan demikian semua fenomena adalah sunyata. Mereka tidak
memiliki karakteristik, tidak dihasilkan, juga tidak dimusnahkan,
tidak ternoda, juga tidak bersih dari noda, tidak berkurang, juga
tidak bertambah.’ Kita akan melewati paragraf ini untuk sementara
dan loncat ke paragraf selanjutnya yang berbunyi, ‘Karena itu
Shariputra, di dalam kesunyataan, tiada bentuk, tiada perasaan,
tiada identifikasi/ pencerapan, tiada faktor-faktor pembentuk, tiada
kesadaran; tiada mata, tiada telinga, tiada hidung, tiada lidah, tiada
tubuh, tiada batin; tiada bentuk (rupa), tiada suara, tiada bau, tiada
rasa, tiada objek sentuhan, tiada fenomena.’

Baik lima skandha maupun dua belas alayatana disebutkan


di sini. Paragraf selanjutnya di dalam Sutra menyebutkan delapan
belas dhatu. Untuk ini, hanya unsur yang pertama, keenam dan
kedelapan belas yang dijelaskan. Unsur pertama terdiri dari
unsur mata; keenam merupakan unsur batin dan kedelapan belas
merupakan unsur kesadaran mental.

Kemudian dua belas mata rantai yang saling bergantungan


juga dirujuk di sini. Namun, daftar dua belas ini tidak diberikan
kecuali untuk mata rantai yang pertama, ‘ketidaktahuan,’ dan mata
rantai yang kedua belas, yaitu ‘penuaan dan kematian’. Oleh karena
itu, semua ini adalah objek bagi praktisi yang ingin memeditasikan
kesunyataan.

97
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Kita sekarang akan melihat yang kedua dari tiga poin, yaitu
aspek di mana seseorang harus membangkitkan pikirannya
berkaitan dengan objek-objek ini. Bagian ini dipaparkan dalam
paragraf yang berbunyi, ‘Shariputra, dengan demikian semua
fenomena adalah sunyata. Mereka tidak memiliki karakteristik,
tidak dihasilkan, juga tidak dimusnahkan, tidak ternoda, juga tidak
bersih dari noda, tidak berkurang, juga tidak bertambah.’ Paragraf
ini memaparkan delapan aspek mendalam berikut ini:
Semua fenomena adalah sunyata
Mereka tidak memiliki karakteristik
Tidak dihasilkan
Tidak dimusnahkan
Tidak ternoda
Tidak bebas (bersih) dari noda
Tidak berkurang
Tidak bertambah

Aspek yang pertama, yaitu semua fenomena adalah sunyata,


merujuk pada kenyataan bahwa semua fenomena adalah sunyata
dari hakikat yang sejati. Aspek yang kedua adalah mereka tidak
memiliki karakteristik. Istilah karakteristik diterjemahkan sebagai
definisi. Oleh karena itu, ketika Anda memberikan suatu definisi
kepada sebuah fenomena, maka Anda sebenarnya memberikan
karakteristik pada fenomena tersebut. Misalnya, untuk api, dia
memiliki fakta panas dan membakar. Namun demikian, pada
umumnya semua fenomena memiliki baik karakteristik umum
maupun khusus. Misalnya, api yang memanas dan membakar;
semua ini adalah karakteristik khusus dari api.

Karakteristik umum adalah segala sesuatu yang


menggambarkan semua fenomena sebagaimana sifat mereka yang
sesungguhnya, yaitu tanpa ‘aku’ dan sebagainya. Oleh karena itu,

98
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

ketika dikatakan di sini bahwa mereka tidak memiliki karakteristik,


hal tersebut bukan berarti bahwa mereka tidak memiliki karakteristik
sama sekali. Itu berarti mereka tidak memiliki karakteristik
apa pun yang absolut atau tertinggi – baik karakteristik umum
maupun khusus.

Kemudian kita memiliki dua aspek lain, yaitu fenomena yang


tidak dihasilkan dan tidak dimusnahkan. Hal ini merujuk pada
kategori fenomena yang disebut fenomena komposit (gabungan),
dengan kata lain, fenomena yang muncul dari sebab dan kondisi.
Ketika dikatakan bahwa mereka ‘tidak dihasilkan’, maksudnya
adalah mereka tidak dihasilkan secara hakiki atau absolut (mutlak)
dari sebab dan kondisinya. Hal ini khususnya berhubungan dengan
dua belas mata rantai yang saling bergantungan.

Misalkan, ketidaktahuan menghasilkan karma, namun tidak


secara mutlak atau hakiki. Sementara ketika dikatakan mereka
‘tidak dimusnahkan’, hal ini merujuk pada kenyataan bahwa
ketika Anda mengakhiri ketidaktahuan Anda, karma yang tadinya
dihasilkan oleh ketidaktahuan tersebut akan musnah (berhenti)
namun penghentian tersebut bukanlah sesuatu yang eksis secara
hakiki ataupun berdiri sendiri. Hal ini terlihat pada dua belas
mata rantai kemunculan yang saling bergantungan dalam urutan
yang terbalik.

Berikutnya, kita memiliki dua aspek lagi, yaitu fenomena


tidak ternoda dan tidak bebas dari noda. Semua noda inilah yang
menghalangi Anda untuk meraih pembebasan dari samsara. Meski
demikian, seperti yang telah dijelaskan beberapa hari yang lalu,
meskipun batin Anda dihalangi oleh berbagai noda, penghalang
atau noda tersebut bukanlah bagian yang sejati (inheren) dari batin
Anda. Inilah maksudnya ketika dikatakan, ‘tidak memiliki noda’.

99
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Pada akhirnya, batin Anda sebenarnya tidak ternoda. Akan


tetapi, meskipun batin Anda tidak dihalangi oleh noda-noda
ini, pada tingkatan relatif batin Anda terhalangi. Karena Anda
berlatih secara bertahap membuang semua noda ini dengan
melatih kebijaksanaan yang diskriminatif, terutama pemahaman
akan kesunyataan, akhirnya Anda akan sanggup menyingkirkan
segalanya dan dalam kasus ini Anda meraih nirwana – dengan kata
lain, penghentian. Penghentian ini dijelaskan sebagai ‘penghentian
yang diskriminatif.’

Istilah ‘penghentian’ adalah negasi – artinya, dia merupakan


sesuatu yang sudah tidak lagi eksis. Istilah ‘diskriminatif memberikan
sebuah bentuk kebijaksanaan atau pemahaman. Disebut demikian
karena kondisi penghentian ini, yaitu pembebasan dari noda, diraih
melalui kebijaksanaan, makanya ia dijelaskan sebagai ‘penghentian
yang diskriminatif. Berkat kebijaksanaan diskriminatif yang dimiliki
oleh seseoranglah maka dia sanggup untuk membersihkan semua
noda secara bertahap hingga meraih penghentian atau nirwana.

Seperti yang kita katakan sebelumnya, meskipun batin Anda


utamanya tidak terhalangi oleh noda-noda ini (karena mereka
bukan bagian yang intrinsik dari batin Anda), pada saat ini batin
Anda masih dihalangi oleh mereka. Itulah sebabnya mengapa
noda-noda ini disebut penghalang sementara. Ini berarti bahwa
ada kemungkinan untuk menyingkirkan penghalang-penghalang
tersebut karena mereka bukanlah sesuatu yang dimiliki secara pasti
oleh batin Anda.

Untuk melakukannya, Anda harus melatih kebijaksanaan


yang memahami ketanpaakuan atau kesunyataan. Hanya dengan
terus berlatih dan meningkatkan kebijaksanaanlah maka Anda
dapat secara bertahap menyingkirkan semua penghalang dan
meraih sebuah kondisi yang disebut penghentian, yakni aspek

100
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

purifikasi dari batin Anda. Penghentian diskriminatif merupakan


aspek dari purifikasi batin Anda ini. Namun, kondisi penghentian
(aspek purifikasi ini) hanya dapat dicapai bila Anda memeditasikan
kesunyataan sekuat tenaga. Anda harus memeditasikan bahwa objek
dari sikap mencengkeram Anda pada diri yang sejati sesungguhnya
tidak ada dan karenanya diri yang sejati tidak ada. Ketika Anda
memahami bahwa objek dari sikap mencengkeram Anda pada
diri yang sejati tidak ada lagi, maka hal tersebut membantu Anda
untuk memahami kesunyataan. Hanya para Arya yang meraih
penghentian diskriminatif ini; manusia biasa atau bukan Arya
tidak memilikinya.

Anda tidak boleh menyamakan penghentian diskriminatif


dengan batin itu sendiri. Batin dan penghentian adalah dua
fenomena yang berbeda – batin di satu sisi dan aspek purifikasi batin
dari noda-noda di sisi yang lain. Untuk memberikan contoh nyata
– Anda memiliki sepotong kain kotor dan Anda memutuskan untuk
membersihkannya. Begitu telah dibersihkan, maka Anda memiliki
kain yang bersih. Namun, kain dan kebersihan dari kain adalah
dua hal yang berbeda. Kebersihan adalah sesuatu yang mencirikan
kain; dia merupakan aspek dari kain namun bukan kain itu sendiri.

Di sini kasusnya sama persis, di mana kita membicarakan batin


dan aspek purifikasinya, yaitu penghentian. Begitu seseorang telah
menjadi seorang Arya, maka dia memiliki batin yang telah bersih
atau tak ternoda. Walau demikian, aspek kebebasan dari noda
yang disebut penghentian sejati tersebut merupakan karakteristik
dari batin, bukan batin itu sendiri. Istilah lain untuk penghentian
diskriminatif ini adalah nirwana – lenyapnya penderitaan.

Namun, ada juga istilah yang digunakan untuk jenis nirwana


yang lain, yaitu ‘nirwana alami’. Hal ini merujuk pada kenyataan
bahwa semua fenomena adalah sunyata atau tidak memiliki

101
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

keberadaan yang inheren – mereka tidak ada secara inheren.


Anda menganggap batin dan semua fenomena yang lain memiliki
keberadaan yang inheren namun hal tersebut adalah persepsi yang
salah. Oleh karena itu, ketika kita berbicara mengenai nirwana
alami di dalam batin, Anda perlu memahami bahwa hal tersebut
bukan merupakan nirwana yang biasanya kita bicarakan. Nirwana
yang kita bahas di sini merujuk pada aspek purifikasi – penghentian
sejati akan penderitaan dan sebab-sebabnya.

Kita telah membahas mengenai dua jenis nirwana. Pertama,


nirwana yang disebut penghentian diskriminatif, yaitu penghentian
dari segala noda (penghalang). Noda utama dalam kasus ini adalah
ketidaktahuan dalam wujud sikap mencengkeram pada diri yang
sejati. Ketika batin sepenuhnya bebas dari ketidaktahuan tersebut,
aspek purifikasi dari bentuk ketidaktahuan ini disebut dengan
nirwana atau penghentian sejati. Kedua, nirwana yang disebut
dengan nirwana alami. Ini merujuk pada kenyataan bahwa semua
fenomena bebas dari ketidaktahuan yang mencengkeram pada diri
yang sejati – dengan kata lain, hal ini merupakan kesunyataan atau
tiadanya eksistensi yang inheren (sejati) dari semua fenomena.

Semua ini dijelaskan dalam bagian Sutra yang berbunyi, ‘tidak


bebas (bersih) dari noda.’ Ketika dikatakan ‘tidak bebas (bersih)
dari noda’, ini maksudnya nirwana alami dari semua fenomena.
Karena semua fenomena telah bebas dari keberadaan yang sejati,
maka mereka tidak dapat disebut bebas darinya. Inilah maksudnya
‘tiada bebas (bersih) dari noda.’ Penjelasan yang baru disampaikan
ini berasal dari Gungthang Rinpoche, seorang Lama yang
sangat penting.

Dua aspek terakhir dari delapan aspek yang ada dalam


paragraf ini adalah, ‘tidak berkurang, tidak bertambah.’ Aspek
yang pertama, ‘tidak berkurang,’ merujuk pada kesalahan atau

102
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

penghalang seseorang; dan yang terakhir, ‘tidak bertambah’,


merujuk pada kualitas baik seseorang. Hal ini menjelaskan bahwa
meskipun pada tingkatan yang relatif seseorang memiliki kesalahan
dan dia berlatih untuk menguranginya, namun pada tingkatan
tertinggi seseorang tidak dapat mengurangi kesalahannya. Begitu
pula, pada tingkatan tertinggi seseorang juga tidak mungkin untuk
meningkatkan kualitas baiknya dengan cara yang inheren (sejati)
atau absolut, sebab tidak ada yang eksis secara absolut atau
inheren. Oleh karena itu, meskipun pada tingkatan yang relatif
seseorang berlatih untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan
kebajikannya, namun secara absolut tidak ada hal demikian.

Untuk mengulangi penjelasan ini dalam bahasa yang lebih


sederhana – ketika dikatakan ‘mereka tidak memiliki karakteristik’,
ini berarti meskipun pada tingkatan yang relatif fenomena memiliki
karakteristik yang khusus dan umum, namun pada tingkatan tertinggi
mereka tidak memiliki apa pun (dengan kata lain, karakteristik yang
inheren dengan mereka). Hal yang sama berlaku ketika dikatakan
‘tidak dihasilkan dan tidak dimusnahkan.’ Pada tingkatan yang
relatif, fenomena gabungan (komposit) tentu saja dihasilkan dari
sebab-sebab dan kondisinya dan mereka juga musnah. Namun,
pada tingkatan tertinggi atau inheren, mereka tidak dapat dihasilkan
dan juga tidak dapat musnah secara inheren.

Hal yang sama berlaku dengan memiliki noda – Anda memiliki


noda pada tingkatan yang relatif namun bukan di tingkatan
tertinggi. Begitu pula, prinsip yang sama juga berlaku pada ‘tidak
bebas (bersih) dari noda’ dan aspek lainnya. Pada tingkatan yang
relatif, kualitas dan kesalahan Anda dapat meningkat dan berkurang
namun secara inheren tidak demikian.

Kita telah membahas delapan aspek mendalam. Namun, tidak


dijelaskan secara langsung bagaimana memeditasikan masing-

103
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

masing dari aspek tersebut. Meski demikian, ada instruksi yang lebih
ringkas mengenai bagaimana memeditasikannya. Kita berbicara
mengenai tiga pintu pembebasan – pintu pembebasan yang disebut
‘kesunyataan’, pintu pembebasan yang disebut ‘tiada tanda’ atau
‘tiada alasan’, dan pintu pembebasan yang disebut ‘tiada aspirasi’.
Kedua aspek yang pertama, ‘semua fenomena adalah sunyata’ dan
‘tidak memiliki karakteristik’, diringkas ke dalam pintu pembebasan
yang disebut ‘kesunyataan’. Keempat aspek selanjutnya, ‘tidak
dihasilkan dan tidak dimusnahkan, tidak memiliki noda dan tidak
bebas (bersih) dari noda’ termasuk ke dalam pintu pembebasan
yang disebut ‘tiada tanda’.

Kedua aspek terakhir, ‘tidak berkurang, tidak bertambah’


diringkas dalam pintu pembebasan yang disebut ‘tiada aspirasi’.
Karena Sutra Penyempurnaan Kebijaksanaan ini sangat ringkas,
cara untuk memeditasikan delapan aspek ini adalah dengan
memadatkannya menjadi tiga. Instruksi ini disebut tiga pintu
pembebasan yang sangat luas dan melingkupi instruksi tentang
bagaimana memeditasikan kesunyataan dari semua fenomena dari
tiga sudut pandang atau pintu berbeda.

Fenomena memiliki tiga aspek – hakikatnya, sebab, dan


akibatnya. Ketika Anda melihat ketiadaan keberadaan sejati dari
hakikat fenomena, maka hal tersebut dijelaskan dalam kaitannya
dengan pintu pembebasan yang pertama, yang disebut dengan
‘kesunyataan’. Ketika Anda melihat pada ketiadaan keberadaan
sejati sebab dari fenomena apa pun, maka hal tersebut dijelaskan
dalam kaitannya dengan pintu pembebasan yang kedua, yang
disebut ‘tiada tanda’. Akhirnya, ketika Anda melihat pada ketiadaan
keberadaan sejati akibat dari fenomena apa pun, maka hal tersebut
dijelaskan dalam kaitannya dengan pintu pembebasan yang ketiga,
yang disebut ‘tiada aspirasi’.

104
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

Kita sekarang akan membahas mengenai fenomena gabungan


(komposit), karena hanya fenomena demikianlah yang memiliki
sebab dan akibat. Oleh karena itu, hanya melalui fenomena
gabungan sajalah maka ketiga pintu pembebasan ini memiliki
relevansi. Anda akan melihat pada masing-masing aspek dari
fenomena gabungan – hakikatnya, sebab, dan akibatnya.

Ketiadaaan keberadaan sejati dari hakikat fenomena apa pun


dijelaskan dengan pintu pembebasan yang disebut ‘kesunyataan’,
pintu pertama. Ketiadaan keberadaan sejati sebab dari fenomena
gabungan apa pun dijelaskan dengan pintu pembebasan yang
disebut ‘tiada tanda’, pintu kedua. Ketiadaan keberadaan sejati
akibat dari fenomena gabungan apa pun dijelaskan dengan pintu
pembebasan yang disebut ‘tiada aspirasi’, pintu ketiga.

Sesungguhnya, inilah cara untuk memeditasikan kesunyataan


dari fenomena gabungan apa pun. Alasan mengapa Anda
memeditasikan ketiga pintu pembebasan adalah untuk mengatasi
sikap mencengkeram Anda pada keberadaan sejati fenomena.
Ketika Anda melekat pada keberadaan sejati fenomena, maka
Anda melakukannya sehubungan dengan hakikat fenomena
tersebut, sebab, atau akibatnya. Oleh karena itu, untuk mengatasi
sikap mencengkeram pada keberadaan yang sejati, Anda akan
merenungkan ketiadaan keberadaan sejati fenomena tersebut dari
tiga sudut pandang – hakikat, sebab, dan akibatnya.

Penjelasan di atas adalah salah satu cara untuk melatih


pemahaman akan kesunyataan fenomena. Pendekatan lain
untuk meraih hasil yang sama ini adalah dengan memeditasikan
kesunyataan dari tiga elemen yang berperan di dalam semua
tindakan – pelaku tindakan, tindakan itu sendiri, dan objek yang
berkaitan sehingga tindakan itu selesai dilakukan.

105
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Cara pertama untuk memeditasikan kesunyataan fenomena,


yaitu dari sudut hakikatnya, sebab dan akibatnya, berlaku hanya
untuk fenomena gabungan – sesuatu yang bangkit dari sebab dan
kondisi. Dia tidak berlaku untuk kategori fenomena lainnya yang
disebut fenomena bukan gabungan (non-komposit), yang tidak
bangkit dari sebab dan kondisi dan juga permanen (kekal). Itulah
sebabnya mengapa pendekatan yang kedua lebih mendekati semua
karena Anda dapat menganalisis kesunyataan dari segala fenomena
(baik gabungan maupun bukan) dari tiga sudut pandang, yaitu
pelaku, tindakan itu sendiri, dan objeknya. Namun, ketika Anda
berusaha untuk memahami kesunyataan dari fenomena gabungan,
Anda dapat menggunakan kedua pendekatan.

Ketika bermeditasi, misalnya meditasi pada kesunyataan


dari bentuk, pertama-tama hal tersebut bisa dilakukan dari sudut
pandang tiga pintu pembebasan. Oleh karena itu, pertama-tama
Anda akan melihat bahwa hakikat paling mendasar dari bentuk
adalah bebas dari keberadaan inheren (ketiadaan penghasilan
diri secara inheren). Kemudian, Anda akan melihat pada sebab
dari bentuk dan merenungkan kenyataan bahwa sebab yang
menghasilkan bentuk tersebut tidak ada (tidak muncul) secara
inheren pula. Kemudian, Anda akan merenungkan bahwa akibat
dari bentuk tersebut juga tidak ada secara inheren.

Kita juga bisa menerapkan pendekatan yang kedua untuk


memahami kesunyataan dari bentuk – dari tiga sudut pandang:
pelaku, tindakan itu sendiri, dan objeknya. Ini berarti bahwa bentuk
tersebut, apa pun rupanya yang mungkin Anda bayangkan, dapat
berupa objek dari tindakan atau pelaku dari tindakan. Oleh karena
itu, inilah caranya Anda dapat memeditasikan delapan aspek
mendalam dengan memadatkannya menjadi tiga.

(Pembangkitan motivasi dan tinjauan ulang)

106
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

Anda telah mengambil sedikit waktu untuk membangkitkan


motivasi yang bajik pagi ini. Namun, Anda telah beristirahat dan
selama waktu itu telah muncul berbagai pemikiran. Oleh karena
itu, penting bagi kita untuk mengambil waktu sejenak, untuk
membangkitkan kembali motivasi awal tadi.

Sebenarnya, sangat penting bagi kita untuk menggunakan


setiap momen dari hidup ini dan tidak menyia-nyiakan barang
sekejap pun. Anda bisa merenungkan dengan cara berikut: karena
semua makhluk hidup adalah setara dengan Anda dan mereka
menginginkan kebahagiaan dan ingin menghindari penderitaan
sama seperti Anda, maka akan sangat baik sekali bila Anda berlatih
tidak hanya untuk kebahagiaan diri Anda sendiri, namun juga untuk
kepentingan kebahagiaan semua makhluk hidup serta berlatih
untuk mengakhiri segala penderitaan makhluk hidup juga. Anda
akan berpikir bahwa untuk alasan inilah maka Anda akan berlatih
hingga mencapai Kebuddhaan dan itulah sebabnya Anda berada di
sini untuk mendengarkan ajaran mengenai Sutra Penyempurnaan
Kebijaksanaan dengan niat untuk mempraktikkan apa yang
Anda dengar.

Kita telah membahas cara memeditasikan kesunyataan pada


marga penglihatan. Kita telah melihat cara untuk memahami hal
ini adalah dengan mengamati objek meditasi, aspek dari meditasi
tersebut, dan akibat dari memeditasikan aspek-aspek ini. Dalam
bagian yang telah kita bahas, berbagai objek kesunyataan yang
harus Anda meditasikan telah disebutkan – lima skandha, dua belas
alayatana, delapan belas dhatu, dua belas mata rantai yang saling
bergantungan, dan empat kebenaran Arya.

107
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Berkaitan dengan aspek meditasi, kita telah melihat ada


delapan aspek mendalam dan semua ini juga telah disebutkan.
Hal ini bisa ditemukan dalam paragraf yang berbunyi, ‘Shariputra,
dengan demikian, semua fenomena adalah sunyata. Mereka tidak
memiliki karakteristik, tidak dihasilkan dan juga tidak dimusnahkan,
tidak ternoda, juga tidak bersih dari noda, tidak berkurang, juga
tidak bertambah.’ Karena memeditasikan keseluruhan delapan
aspek ini cukup rumit, maka untuk membantu perenungan Anda,
semua ini dipadatkan menjadi apa yang kita sebut dengan tiga
pintu pembebasan – pintu pembebasan yang disebut ‘kesunyataan’,
pintu pembebasan yang disebut ‘tiada tanda’ atau ‘tiada alasan’,
dan pintu pembebasan yang disebut ‘tiada aspirasi’.

Dua aspek pertama adalah ‘semua fenomena adalah sunyata


dan tanpa karakteristik’, yang masuk ke dalam pintu pembebasan
pertama yang disebut ‘kesunyataan’. Empat aspek selanjutnya,
yaitu ‘tidak dihasilkan dan juga tidak dimusnahkan. Tidak ternoda,
juga tidak bersih dari noda’, masuk ke dalam pintu pembebasan
kedua yang disebut ‘tiada tanda’ atau ‘tiada alasan’. Pada akhirnya,
dua aspek terakhir, yaitu ‘tidak berkurang, juga tidak bertambah’,
masuk ke dalam pintu pembebasan ketiga yang disebut
‘tiada aspirasi’.

Untuk tiga pintu pembebasan, sekali lagi ada dua pendekatan


berbeda terhadap mereka. Anda dapat mengamati mereka dari
sudut pandang hakikat, sebab, dan akibatnya. Oleh karena itu, hal
ini secara alamiah hanya berkaitan dengan produk atau fenomena
gabungan (komposit) karena mereka hanya dihasilkan oleh sebab
dan pada gilirannya menghasilkan akibat. Pendekatan kedua pada
tiga pintu pembebasan ini dari sudut pandang pelaku, tindakan,
dan objek dari tindakan tersebut. Pendekatan ini berlaku baik untuk

108
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

fenomena gabungan maupun fenomena bukan gabungan atau


fenomena permanen.

Kita sekarang akan melihat pada Empat Kebenaran Arya.


Dengan menyadari kebenaran Arya tentang sang jalan, yang
merupakan pemahaman kesunyataan, seseorang dapat mengakhiri
kebenaran Arya tentang penderitaan dengan mengakhiri kebenaran
Arya tentang asal-mula penderitaan dan karenanya mencapai
penghentian dari penderitaan. Namun, keseluruhan proses tersebut
hanya berlaku pada tingkatan relatif, bukan pada tingkatan tertinggi.

Tidak ada sesuatu yang bisa kita sebut sebagai realisasi inheren
(sejati) dari kebenaran mengenai sang jalan, atau mengakhiri
kebenaran Arya tentang asal-mula penderitaan secara inheren.
Begitu pula, tidak ada sesuatu yang disebut sebagai realisasi
absolut dari penghentian. Inilah sebabnya mengapa paragraf
yang bersesuaian di dalam Sutra mengatakan, ‘Demikianlah pula
tiada penderitaan, tiada asal-mula [penderitaan], tiada lenyapnya
[penderitaan], tiada jalan [untuk melenyapkan penderitaan].’

Tidak ada kebijaksanaan terunggul yang menyadari semua


ini secara inheren (sejati) atau tertinggi. Tidak ada pencapaian dari
realisasi ini secara inheren atau tertinggi, juga tidak ada tidak ada
bukan pencapaian dari realisasi ini secara inheren atau tertinggi.
Oleh karena itu, kita telah membahas berbagai aspek dari meditasi
kesunyataan berkaitan dengan berbagai objek.

Sekarang kita tiba pada poin ketiga, yaitu akibat dari


memeditasikan aspek-aspek yang berbeda. Untuk mengamati akibat
dari meditasi ini, kita harus kembali ke paragraf yang berbunyi,
‘Karena itu, Shariputra, di dalam kesunyataan, tiada bentuk, tiada
perasaan, tiada pencerapan...’ dan terus berlanjut hingga paragraf

109
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

yang mengatakan, ‘Demikianlah pula tiada penderitaan, tiada asal-


mula [penderitaan], tiada lenyapnya [penderitaan], tiada jalan
[untuk melenyapkan penderitaan], tiada kebijaksanaan unggul,
tiada pencapaian, tiada bukan pencapaian.’

Ketika dikatakan, ‘Karena itu Shariputra, di dalam kesunyataan,


tiada bentuk, tiada perasaan, tiada pencerapan, tiada faktor-faktor
pembentuk, tiada kesadaran, tiada mata, tiada telinga, tiada hidung,
tiada lidah, tiada tubuh, tiada batin, tiada rupa, tiada suara, tiada
bau, tiada rasa, tiada objek sentuhan, tiada fenomena,’ bagaimana
Anda memahami hal ini?

Anda bisa memahami kalimat tersebut ketika Anda telah


merealisasikan kesunyataan secara langsung (mencapai marga
penglihatan) atau merealisasikan apa yang disebut dengan
kebijaksanaan unggul yang memahami kesunyataan. Ketika Anda
berada dalam meditasi tersebut untuk secara langsung memahami
kesunyataan, tiada dari semua fenomena ini – perasaan, bentuk,
pencerapan, dan seterusnya – yang muncul dalam persepsi
tersebut. Bukan berarti bahwa kesunyataan tidak memiliki bentuk,
kesunyataan tidak memiliki perasaan, kesunyataan tidak memiliki
identifikasi, dan seterusnya.

Ketika dikatakan secara harfiah, ‘di hadapan kebijaksanaan


terunggul ini merealisasikan kesunyataan secara langsung, tiada
bentuk,’ dan seterusnya, persepsi tersebut berkaitan dengan
realisasi akan kesunyataan dari bentuk, dan seterusnya. Oleh
karena itu, kenyataan bahwa tidak ada bentuk dalam kasus
kebijaksanaan unggul yang merealisasikan kesunyataan adalah
kesunyataan dari bentuk. Cara lain untuk mengatakan hal yang
sama – kenyataan yang tidak memahami bentuk ketika Anda
memeditasikan kesunyataan berarti bahwa Anda sedang memahami
kesunyataan bentuk.

110
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

Dalam Ringkasan Sutra Penyempurnaan Kebijaksanaan


(bukan Sutra Hati ini), sebuah perumpamaan diberikan untuk
membantu kita memahami hal ini. Di sana dikatakan bahwa sama
halnya ketika Anda melihat angkasa dan Anda tidak melihat apa pun,
Anda bisa mengatakan Anda melihat angkasa. Di sini gagasannya
sama – ketika Anda memahami kesunyataan secara langsung dan
karenanya Anda tidak dapat, misalnya, melihat bentuk, hal ini
berarti Anda memahami kesunyataan dari bentuk. Hal yang sama
berlaku untuk fenomena lainnya. Misalnya, dalam kaitannya dengan
unsur mata (yang pertama dari delapan belas dhatu atau unsur) –
dalam kasus kebijaksanaan yang memahami kesunyataan secara
langsung, tidak ada mata yang terlihat. Kenyataan bahwa tiada
mata yang terlihat berarti apa yang dipahami adalah kesunyataan
dari unsur mata.

Kita sudah melihat bahwa sebelum merealisasikan marga


penglihatan, ketika Anda merealisasikan marga persiapan, lalu
secara terus-menerus memeditasikan kesunyataan, maka gambaran
makna yang berdiri di antara Anda dan pemahaman kesunyataan
secara langsung menjadi lebih tipis dan tipis secara harfiah. Hingga
akhirnya, ketika Anda terus melanjutkan meditasi Anda, benang
terakhir dari gambaran makna ini bisa dikatakan terurai dan Anda
akhirnya merealisasikan kesunyataan secara langsung. Dalam kasus
ini, Anda akan segera merealisasikan marga penglihatan dan hal ini
disebut dengan marga tanpa interupsi. Ini adalah bagian pertama
dari marga penglihatan.

Ketika Anda merealisasikan marga penglihatan, Anda akan


meraih persepsi (pemahaman) langsung dari ketidakberadaan
objek sikap mencengkeram pada diri yang sejati. Sampai titik ini,
meskipun Anda telah memeditasikan bahwa objek tersebut tidak
ada, Anda tidak memahaminya secara langsung. Meski demikian,

111
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

ketika Anda mencapai marga penglihatan, maka hal ini tidak


lagi menjadi permasalahan di pikiran saja, melainkan Anda akan
memahaminya secara langsung.

Ada dua tingkat sikap mencengkeram pada diri yang sejati –


pandangan mengenai diri sejati yang didapatkan dan pandangan
bawaan mengenai diri sendiri yang sejati. Langkah pertama adalah
untuk mengatasi pandangan mengenai keberadaan diri sejati yang
didapatkan. Begitu Anda telah merealisasikan jalan tanpa interupsi
dari marga penglihatan, pandangan mengenai keberadaan diri sejati
yang didapatkan bisa dinetralkan dan ia tidak akan lagi bangkit,
namun Anda belum mencapai penghentian yang sepenuhnya
mengenai hal tersebut.

Sesungguhnya, sekarang ini Anda memiliki pandangan


yang berlawanan – Anda memegang keberadaan sejati dari
bentuk dan segala fenomena yang lain. Anda telah memegang
pandangan ini sejak Anda berputar di lingkaran samsara. Melalui
kekuatan pandangan salah tersebut, Anda secara berulang-ulang
mengumpulkan karma untuk terlahir kembali di dalam samsara.
Namun, ketika Anda mencapai tingkatan ini, Anda pada akhirnya
menyadari bahwa cara batin Anda memahami fenomena selama
ini adalah seperti sebuah kebohongan. Kekuatan dari persepsi
baru tersebut cukup kuat untuk bertindak sebagai penangkal yang
ampuh terhadap pandangan salah bahwa segala sesuatu eksis
(muncul) secara inheren.

Oleh karena itu, pemahaman Anda bahwa mereka tidak


eksis (muncul) dengan inheren menetralisir pandangan-yang-
didapatkan yang menganggap bentuk dan sebagainya eksis
(muncul) dengan inheren. Akibat dari ini adalah Anda kemudian
berhenti mengumpulkan karma untuk terlahir kembali di samsara.
Seterusnya dari poin ini, tidak akan mungkin lagi bagi pandangan-

112
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

yang-didapatkan mengenai diri yang sejati dapat bangkit di dalam


diri Anda. Pemahaman akan ketiadaan diri yang sejati ini adalah
penawar langsung bagi pandangan-yang-didapatkan bahwa segala
sesuatu berdiri dengan sendirinya atau sejati.

Kita telah membahas tentang jalan tanpa interupsi, yang


merupakan bagian pertama dari marga penglihatan. Namun,
ketika Anda melanjutkan meditasi Anda, Anda kemudian akan
mencapai bagian kedua dari jalan ini, yang disebut dengan jalan
pembebasan sepenuhnya. Pencapaian tingkat ini pada marga
penglihatan berkaitan dengan pencapaian pertama kebenaran
dari penghentian.

Perbedaan antara jalan tanpa interupsi dan jalan pembebasan


sepenuhnya (keduanya merupakan bagian dari marga penglihatan)
adalah Anda sedang berada dalam proses menyingkirkan
pandangan-yang-didapatkan akan diri yang sejati dalam jalan tanpa
interupsi. Ketika proses tersebut selesai dan pasti, Anda kemudian
akan meraih jalan pembebasan sepenuhnya – dengan kata lain,
Anda mencapai penghentian pertama (penghentian sejati).
Selanjutnya, Anda akan sepenuhnya terbebaskan dari pandangan-
yang-didapatkan akan keberadaan diri yang sejati.

Kenapa bait yang berbunyi, ‘Karena itu, Shariputra, di dalam


kesunyataan tiada bentuk, tiada perasaan, dan seterusnya...’
dikatakan berkaitan dengan akibat (kita sedang membicarakan
objek meditasi, aspek meditasi dan akibat dari memeditasikan
aspek-aspek ini dalam kaitannya dengan marga penglihatan)?
Hal ini karena ia merupakan akibat dari memeditasikan marga
penglihatan. Apa artinya? Sesungguhnya, sebelum Anda benar-
benar meraih marga penglihatan, Anda melakukan meditasi marga
penglihatan yang telah kita jelaskan, yang memiliki lima skandha
sebagai objeknya, dua belas alayatana, dan seterusnya; dan delapan

113
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

aspek (atau tiga aspek dari tiga pintu pembebasan jika Anda ingin
memadatkannya).

Oleh karena itu, Anda akan melakukan meditasi ini berulang-


ulang hingga akhirnya pemahaman Anda akan kesunyataan
fenomena-fenomena ini tidak lagi bersifat tak langsung tapi
langsung. Ia tidak lagi mengandalkan gambaran makna namun
sudah bebas dari gambaran makna. Begitu Anda telah memiliki
pemahaman langsung akan kesunyataan, Anda telah meraih hasil
yang Anda cari, yaitu marga penglihatan itu sendiri. Cara Anda
memahami fenomena begitu Anda telah meraih marga penglihatan
dijelaskan dalam bait seperti yang disebutkan di atas – dalam
meditasi tersebut, tidak ada bentuk yang muncul, dan dengan tidak
adanya bentuk yang muncul, berarti Anda telah merealisasikan
kesunyataan dari bentuk; demikian seterusnya.

Kita telah menyelesaikan bagian Sutra yang berhubungan


dengan cara memeditasikan kesunyataan pada marga penglihatan.
Sekarang kita akan melihat cara memeditasikan kesunyataan pada
marga meditasi. Bait yang membahas hal ini dalam Sutra berbunyi,
‘Maka, Shariputra, karena Bodhisatwa tidak memiliki pencapaian,
Bodhisatwa bersandar dan berdiam dalam penyempurnaan
kebijaksanaan; batin mereka tiada hambatan, tiada ketakutan.
Dengan mengatasi ketidaksempurnaan sepenuhnya, mereka
mencapai keadaan tanpa duka. Lagi pula, semua Buddha yang
berdiam secara sempurna di ketiga masa dengan bertumpu pada
penyempurnaan kebijaksanaan meraih pencerahan yang tak
tertandingi, Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna.”

Bagaimana Anda memeditasikan kesunyataan pada marga


meditasi? Sesungguhnya, objek dan aspeknya adalah sama
seperti pada marga penglihatan. Perbedaannya adalah seseorang
mempraktikkan paramita. Ada sepuluh tingkat atau bhumi

114
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

Bodhisatwa dan untuk masing-masing bhumi ini, seseorang akan


menekankan paramita atau penyempurnaan tertentu. Misalnya,
pada tingkat yang pertama, Anda menekankan praktik kemurahan
hati; pada tingkat kedua, Anda menekankan praktik disiplin moral
dan seterusnya. Hal ini membantu Anda menyelesaikan himpunan
kebajikan yang besar, yang akan mendorong meditasi Anda dan
membuatnya lebih bertenaga.

Oleh karena itu, di satu sisi Anda mempraktikkan paramita


dan mengumpulkan himpunan kebajikan yang tak terhingga,
dan di sisi lain, Anda melanjutkan meditasi Anda mengenai
kesunyataan. Berkat himpunan kebajikan yang besar ini, meditasi
Anda menjadi jauh lebih kuat, dalam artian ia memiliki kekuatan
tambahan untuk mengatasi berbagai jenis penghalang. Pertama-
tama, Anda mengatasi klesha penghalang. Semua ini disingkirkan
secara bertahap di mana Anda melangkah dari bhumi pertama
menuju bhumi ketujuh. Di akhir bhumi ketujuh, Anda akan
sepenuhnya mengatasi semua klesha penghalang. Kemudian di sisa
bhumi kedelapan, sembilan dan sepuluh, Anda akan terus berlatih
mengatasi berbagai penghalang lain yang disebut penghalang
menuju kemahatahuan.

Ketika dikatakan, ‘Dengan mengatasi ketidaksempurnaan


sepenuhnya, mereka mencapai keadaan tanpa duka,’ ini adalah
penjelasan mengenai apa yang terjadi ketika memeditasikan marga
meditasi – Anda bergerak maju mengatasi ketidaksempurnaan,
kesalahan, penghalang Anda, dan berlatih hingga mencapai
keadaan tanpa duka, yaitu nirwana. Di sini, keadaan tanpa duka
atau nirwana merujuk pada Kebuddhaan itu sendiri.

Oleh karena itu, bait tersebut merupakan penjelasan umum


tentang bagaimana memeditasikan marga meditasi. Pada
umumnya, Kebuddhaan dikatakan memiliki tiga kualitas agung

115
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

– kualitas agung pertama adalah pengabaian agung, yang kedua


adalah realisasi agung, dan yang ketiga adalah keagungan batin.

Bait yang telah kita bahas yang menjelaskan tentang marga


meditasi juga menjelaskan kualitas agung Kebuddhaan ini, yaitu
pengabaian agung – pengabaian agung akan ketidaksempurnaan.
Namun, bait tersebut tidak menjelaskan mengenai tahapan akhir
pada marga meditasi, yang disebut samadhi laksana wajra. Samadhi
laksana wajra merujuk pada momen terakhir dari marga meditasi
persis sebelum Anda merealisasikan Kebuddhaan.

Pada awalnya, ketika Anda mengamati urutan dari pemaparan


langkah-langkah yang berbeda di sini, kelihatannya urutannya
bercampur. Hal ini karena bait tersebut menjelaskan marga meditasi,
namun pada saat yang sama bait tersebut juga merujuk pada hasil
pengabaian agung, yaitu kualitas agung dari Kebuddhaan. Kita
bahkan belum menjelaskan mengenai samadhi laksana wajra,
yang muncul sebelum Kebuddhaan. Sebenarnya tidak begitu
bermasalah karena apa yang dihubungkan di sini adalah penawar
dan akibat dari realisasi penawar tersebut. Dengan kata lain, berkat
marga meditasilah maka Anda mencapai kualitas Kebuddhaan
ini, yaitu pengabaian agung. Dua hal tersebut telah dipaparkan
bersama dalam bait tersebut karena hubungan yang dekat antara
keduanya – satu adalah sebab dan yang lain adalah akibat atau
hasil. Meditasi pada marga meditasilah yang menghasilkan kualitas
dari pengabaian agung, yang berarti seseorang telah sepenuhnya
meninggalkan semua yang harus ditinggalkan – sebuah kualitas
yang ditemukan dalam Kebuddhaan.

Sekarang kita akan mengamati paragraf selanjutnya di dalam


Sutra. Namun, kita akan mulai mengubah urutan dari penerjemahan
paragraf ini. Seperti yang Anda ketahui, urutan dari kata-katanya
dalam bahasa Tibet sering berbeda dari urutan yang biasanya

116
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

Anda tempatkan dalam bahasa Inggris, namun kadang masalahnya


adalah dia tidak sesuai ketika Anda memberikan penjelasan
mengenai hal tersebut. Oleh karena itu, paragraf ini seharusnya
dibaca dengan cara berikut ini, ‘Lagi pula, semua Buddha yang
berdiam secara sempurna di ketiga masa dengan bertumpu pada
penyempurnaan kebijaksanaan meraih pencerahan yang tak
tertandingi, Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna.”

Bagian tengah pertama dari kalimat tersebut hingga ‘dengan


mengandalkan penyempurnaan kebijaksanaan’ berkaitan dengan
samadhi laksana wajra. Ketika dikatakan, ‘Lagi pula, semua
Buddha yang berdiam secara sempurna di ketiga masa,’ Anda tidak
boleh memahami ini hanya di permukaan saja, karena makhluk
yang dimaksud di sini masih bukan Buddha, tapi Bodhisatwa pada
bhumi kesepuluh. Mereka berada di tingkat unggul bhumi kesepuluh
Bodhisatwa, dengan kata lain, mereka adalah Bodhisatwa yang
telah mencapai samadhi laksana wajra, yang masih berada di
ambang pencapaian Kebuddhaan.

Bagian akhir dari kalimat tersebut, ‘meraih pencerahan


yang tak tertandingi’, merujuk pada kualitas agung Kebuddhaan,
yaitu keagungan batin; dan frasa ‘Kebuddhaan yang lengkap dan
sempurna’ merujuk pada kualitas agung lainnya, yaitu realisasi
agung. Seperti yang telah kita katakan, kata ‘tak tertandingi’ merujuk
pada kualitas agung Kebuddhaan, yaitu keagungan batin, namun
lebih khusus ia merujuk pada pengetahuan Buddha akan semua
fenomena atau kebenaran relatif – ia merupakan kebijaksanaan
unggul yang memahami semua fenomena.

Mengapa pengetahuan Buddha yang memahami semua


fenomena dijelaskan sebagai sesuatu yang tak tertandingi? Tak
tertandingi di sini dilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
Dari sudut pandang objeknya: karena objek dari kebijaksanaan ini

117
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

terdiri dari segala sesuatu yang eksis, maka tidak ada lagi objek
lain yang tersisa. Bentuk kebijaksanaan ini juga tak tertandingi dari
sudut pandang sebab yang menghasilkannya karena dibutuhkan
himpunan kebajikan tiga kalpa besar untuk bisa menghasilkan
kebijaksanaan yang memahami semua fenomena ini. Terakhir,
kebijaksanaan ini tak tertandingi dari sudut pandang akibat/ hasil
karena sebab tak tertandingi ini menghasilkan sebuah hasil yang tak
tertandingi. Tidak ada lagi yang lebih besar atau lebih baik daripada
kebijaksanaan yang memahami semua fenomena ini dengan tepat.

Ada perumpamaan yang biasa digunakan untuk menjelaskan


kebijaksanaan yang memahami semua fenomena ini sebagaimana
adanya – dikatakan seperti sebuah Kyukura (sejenis buah) di atas
telapak tangan Anda. Oleh karena itu, seorang Buddha melihat
semua fenomena sejelas dan sesempurna seseorang yang dapat
melihat buah yang berada di atas telapak tangannya dengan
langsung. Namun, Buddha bukan hanya melihat buah di telapak
tangannya, karena beliau juga melihat melalui buah tersebut, telapak
tangan di balik buah tersebut. Inilah proses bagaimana seorang
Buddha melihat semua fenomena dengan jelas dan membedakan
segala sesuatu dengan pemahaman yang sempurna. Inilah yang
dimaksud dengan bentuk kebijaksanaan yang ‘memahami semua
fenomena sebagaimana adanya.’

Sebagaimana yang telah dikatakan, frasa ‘Kebuddhaan


yang lengkap dan sempurna’ merujuk pada kualitas agung dari
Kebuddhaan – keagungan realisasi. Hal ini merujuk pada aspek
kedua kebijaksanaan Buddha, yang melihat modus eksistensi
tertinggi dari semua fenomena. Pada kasus yang pertama, hal
tersebut merupakan kebijaksanaan yang memahami modus
eksistensi semua fenomena di tingkat relatif, dan aspek kedua

118
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

kebijaksanaan Buddha ini melihat modus eksistensi tertinggi semua


fenomena, yaitu kesunyataan dari keberadaan yang sejati.

Sebelumnya, kita sudah melihat bahwa salah satu akibat,


pengabaian agung, telah dimasukkan ke dalam bagian marga
meditasi; dan di sini kita memiliki dua kualitas agung Kebuddhaan
lainnya, realisasi agung dan keagungan batin, yang dimasukkan
ke dalam paragraf ini sehubungan dengan samadhi laksana wajra.
Mengapa mengaitkan kedua hal ini? Sekali lagi, ini karena samadhi
laksana wajra ini, yang merupakan momen akhir dari bhumi
Bodhisatwa kesepuluh, adalah sebab langsung dari dua kualitas
Kebuddhaan ini – realisasi agung dan keagungan batin.

Karena mereka adalah sebab dan akibat, mereka digabungkan


bersama dan dikaitkan dalam paragraf yang sama. Seperti yang
dijelaskan dalam ulasan Yang Mulia Atisha, sampai bagian ini apa
yang telah dijelaskan adalah sepuluh jawaban atas pertanyaan
Shariputra (sepuluh jawaban tersebut ditujukan bagi mereka yang
kecerdasannya bisa dikategorikan sedikit kurang).

Yang Mulia Atisha memberitahu kita berapa banyak


jawaban yang berkaitan dengan masing-masing lima marga dan
mengatakan bahwa Anda harus memahami dengan baik cara-cara
berlatih di dalam lima marga, dengan menggunakan kesepuluh
jawaban ini. Untuk marga penghimpunan dan marga persiapan,
ada satu jawaban untuk masing-masing marga, sehingga totalnya
dua jawaban. Untuk marga penglihatan, ada tiga jawaban yang
diberikan. Untuk marga meditasi, ada satu jawaban. Untuk tahap
akhir dari marga meditasi yang disebut samadhi laksana wajra,
ada satu jawaban. Akhirnya, untuk tingkat Kebuddhaan, ada tiga
jawaban yang diberikan berkaitan dengan pengabaian agung,
realisasi agung, dan keagungan batin.

119
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

(Transmisi lisan ulasan dari Geshe Ngawang Nyima)

Sekarang kita sampai di paragraf di dalam Sutra sebelum bagian


mantra. Seperti yang telah kita katakan sebelumnya, mantra dan
paragraf ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan Shariputra,
yaitu bagi mereka yang memiliki kecerdasan sangat tajam. Mantra
tersebut dijelaskan dengan berbagai cara dalam paragraf ini, yang
berbunyi, ‘Oleh karena itu, mantra penyempurnaan kebijaksanaan,
mantra pengetahuan agung, mantra yang tak tertandingi,
mantra tiada banding, dan mantra yang sebanding, mantra yang
sepenuhnya meredakan penderitaan, karena [mantra] ini tidak
keliru, seharusnya ia dimengerti sebagai kebenaran. Mantra
penyempurnaan kebijaksanaan dikumandangkan:’

Ada banyak cara untuk menjelaskan penjelasan berbeda


dari mantra ini. Namun, untuk menyederhanakannya, kita hanya
akan mengikuti satu penjelasan. Ketika dikatakan sebagai mantra
penyempurnaan kebijaksanaan, hal ini berarti bahwa dengan
merenungkan makna dari mantra inilah Anda akan sanggup untuk
merealisasikan kesunyataan. Ketika dikatakan sebagai mantra
pengetahuan agung, maka hal ini berarti berkat merenungkan makna
dari mantra tersebutlah Anda dapat mengatasi semua ketidaktahuan.
Ketika mantranya dikatakan tak tertandingi, hal tersebut karena
tidak ada cara yang lebih unggul untuk mengamati modus eksistensi
fenomena daripada pemahaman kesunyataan. Ketika dikatakan
sebagai mantra yang sebanding, hal ini berarti berkat merenungkan
maknanyalah Anda bisa menjadi sebanding dengan Buddha,
dengan kata lain, Anda bisa menjadi seorang Buddha – dan tidak
ada orang yang setara dengan Buddha kecuali Buddha yang lain.
Ketika dikatakan sebagai mantra yang sepenuhnya meredakan
penderitaan, hal ini berarti dengan merealisasikan kesunyataanlah
Anda menghancurkan sumber-sumber penderitaan. Jadi, cara

120
Kandungan Sutra: Pertanyaan dan Jawaban

mantra ini menjelaskan fenomena adalah tepat, tidak salah, dan


seharusnya dikenal sebagai kebenaran. Oleh karena itu, mantra
penyempurnaan kebijaksanaan ini dikumandangkan.

Kata ‘mantra’ berarti ‘sesuatu yang melindungi batin.’ Kualitas


utama yang melindungi batin adalah pemahaman kesunyataan –
berkat pemahaman inilah penderitaan seseorang akan hilang dengan
pasti. Oleh karena itu, yang paling utama adalah pemahaman
kesunyataan, yang merupakan mantra yang sebenarnya.

Sekarang kita akan membahas kata mantra. Dua suku kata


pertama, Tad Yatha, merujuk pada baik pendahuluan umum dan
khusus dari Sutra. Suku kata Gate berarti berangkat menuju. Gate
yang pertama merujuk pada marga penghimpunan – yang artinya
berangkat menuju atau mencapai marga penghimpunan. Gate
yang kedua merujuk pada marga persiapan. Para Gate merujuk
pada marga penglihatan. Para Gate berarti berangkat menuju
dengan baik – terus berangkat menuju marga penglihatan. Para
Sam Gate berarti telah berangkat sepenuhnya – berangkat menuju
marga meditasi. Suku kata terakhir Bodhi Swaha secara harfiah
berarti pencerahan yang sudah berlabuh, dengan kata lain, telah
merealisasikan pencerahan. Dengan demikian, makna keseluruhan
dari Sutra ini dipadatkan dalam baris singkat mantra ini.

Kalimat berikutnya mengatakan, ‘Dengan cara ini, Oh


Shariputra, seorang Bodhisatwa-Mahasatwa, seorang makhluk
agung, seharusnya berlatih penyempurnaan kebijaksanaan yang
mendalam.’ Maknanya cukup jelas. Bait tersebut mengatakan
bahwa demikianlah seharusnya seorang Bodhisatwa berlatih dalam
pemahaman kesunyataan.

121
KESIMPULAN SUTRA
DAN PENUTUP

S
etelah ini, kita sampai pada kesimpulan dari Sutra ini.
Kita telah melihat pendahuluan dan bagian utama
dari Sutra. Sekarang kita tiba pada kesimpulan;
bagian ketiga dari Sutra. Kesimpulan memiliki dua bagian –
pertama, persetujuan Buddha dan kedua, sukacitanya. Bagian
yang berhubungan dengan persetujuan Buddha adalah bagian
utama dari paragraf selanjutnya yang berbunyi, ‘Kemudian Sang
Buddha bangkit dari konsentrasinya dan mengomentari Yang Arya
Bhagawat Awalokiteshwara, Bodhisatwa-Mahasatwa, dengan
mengatakan, “Penjelasan yang bagus, bagus, Oh Putra Silsilah!
Demikianlah, demikianlah. Seperti yang telah Engkau ajarkan,
demikianlah seharusnya Penyempurnaan Kebijaksanaan Mendalam
dipraktikkan.’

Kita ingat bahwa Sang Buddha sedang berada dalam


konsentrasi akan kesunyataan pada kategori fenomena yang
berbeda. Oleh karena itu, beliau bangkit dari konsentrasi tersebut
dan mengomentari Awalokiteshwara, memberikan persetujuan
terhadap apa yang dijelaskan oleh Awalokiteshwara. Kemudian
lanjut dikatakan, ‘Dan para Tathagata juga bermudita.’ Hal ini
berarti bahwa bukan hanya Buddha Shakyamuni yang memberikan
persetujuannya dan bermudita atas apa yang dikatakan oleh
Awalokiteshwara, namun semua Buddha yang lain pada saat yang
sama juga bersukacita dalam ajaran ini.
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Di dalam Sutra Intisari Penyempurnaan Kebijaksanaan, yang


juga dikenal sebagai Sutra Hati, satu-satunya bagian yang benar-
benar diucapkan sendiri oleh Sang Buddha adalah kata-kata ini,
‘Penjelasan yang bagus, bagus, Oh Putra Silsilah! Demikianlah,
demikianlah, Seperti yang telah Engkau ajarkan, demikianlah
seharusnya Penyempurnaan Kebijaksanaan Mendalam
dipraktikkan, dan para Tathagata juga bermudita.’

Paragraf akhir yang berbunyi, ‘Demikianlah sabda Sang


Bhagawat, Yang Mulia Shariputra, Yang Arya Bhagawat
Awalokiteshwara, Bodhisatwa-Mahasatwa, dan seluruh himpunan
para siswa, bersama dengan makhluk duniawi, para dewa, manusia,
asura dan gandharwa bersukacita dan memuji ucapan Sang
Buddha,’ sebenarnya diucapkan oleh Ananda, penyusun Sutra ini.

Selanjutnya, ada baris akhir yang berbunyi, ‘Sutra Intisari


Penyempurnaan Kebijaksanaan selesai dibabarkan.’ Baris ini
menutup sebuah penjelasan ringkas mengenai Sutra Intisari
Penyempurnaan Kebijaksanaan. Saya telah mendasarkan
penjelasan saya pada karya ulasan Gomang Khenzur Rinpoche,
Geshe Ngawang Nyima-la. Sementara untuk pembagian Sutra
menjadi beberapa bagian, saya telah merujuk terutama pada ulasan
dari Yang Mulia Atisha. Jika Anda melihat ulasan karya ini dari
guru-guru India yang berbeda, ada sedikit perbedaan pada cara
pembagian Sutra dan cara melihatnya, namun Yang Mulia Atisha,
yang mendasarkan ulasannya pada penjelasan dari Wimalamitra,
adalah yang paling terpercaya. Untuk masalah tersebut, guru
besar Tibet, Gungthang Jampel Yang (Gungthang Rinpoche), juga
menjelaskan Sutra ini dengan tepat dengan cara yang sama.

Anda telah secara ringkas melihat isi dari Sutra Intisari


Penyempurnaan Kebijaksanaan dan Anda juga harus berpraktik
berdasarkan penjelasan tersebut. Namun, agar benar-benar

124
Kesimpulan Sutra dan Penutup

mengetahui bagaimana mempraktikkan Sutra ini, Anda harus


merujuk pada tahapan jalan untuk ketiga jenis praktisi, Lamrim.
Untuk alasan tersebut, sekarang saya akan memberikan transmisi
garis besar Lamrim yang disebut Instruksi Guru yang Berharga.

(Transmisi lisan “Instruksi Guru yang Berharga”)

Dalam Lamrim, bagian yang utamanya berhubungan dengan


bagaimana memeditasikan kesunyataan adalah bagian yang
berhubungan dengan dua penyempurnaan terakhir, terutama
latihan penyempurnaan kebijaksanaan.

(Transmisi lisan)

Anda tidak boleh membayangkan bahwa memeditasikan


kesunyataan bisa dilakukan hanya dengan berpikir, ‘Demikianlah
tidak ada fenomena tunggal apapun yang memiliki keberadaan
sejati.’ Hal ini tidak cukup dikualifikasikan sebagai meditasi
kesunyataan. Memeditasikan kesunyataan harus dilakukan setahap
demi setahap; dan tahap pertama adalah memastikan objek yang
harus ditolak. Hal ini untuk memastikan dengan tepat apakah
diri yang berdiri sendiri atau dihasilkan sendiri memang ada, dan
bagaimana cara dia eksis (muncul). Hal ini harus ditetapkan dengan
sangat jelas dalam batin individu.

Sesungguhnya, memastikan dengan benar bagaimana sesuatu


yang disebut diri bisa eksis, jika dia memang eksis, barangkali adalah
langkah yang paling sulit dari semua langkah yang membawa ke
pemahaman akan kesunyataan; dan hal itu saja dapat memakan
waktu bertahun-tahun. Namun, begitu Anda dapat benar-benar
memastikan objek yang harus ditinggalkan, maka Anda dapat
menganalisisnya dan memastikan bahwa memang sebuah diri itu
tidak eksis; dan karena itu bergerak maju untuk berlatih agar benar-
benar memahami kesunyataan.

125
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

Anda sekarang bisa membicarakan dan membaca tentang


topik ini. Banyak orang-orang yang menulis buku tentang fakta
bahwa tidak ada yang eksis dengan sejati, bahwa diri itu bukanlah
sesuatu yang dihasilkan sendiri, dia tidak berdiri sendiri, tidak ada
yang benar-benar eksis, dan seterusnya. Namun, semua hal ini
tidak memengaruhi Anda secara mendalam karena suatu alasan
yang sederhana, yaitu Anda belum memastikan objek yang harus
ditinggalkan, yang merupakan langkah paling awal.

Sekali lagi, memastikan objek yang harus ditinggalkan


bukanlah sesuatu yang mudah dikatakan, misalnya, ‘jika diri seperti
itu memang ada, maka dia akan berdiri (muncul) dengan sendirinya,
dia tidak akan bergantung kepada apapun, dia akan muncul dari
sisinya sendiri, dihasilkan sendiri’, dan lain sebagainya. Jadi, tidak
cukup bila kita hanya membicarakannya, menuliskannya, dan
sebagainya. Anda harus melihatnya secara langsung di dalam batin
Anda dan bukan hanya pemahaman dangkal semata.

Ada seorang praktisi meditasi hebat dari Dagpo Dratsang yang


disebut Shenyen Yeshe Dondrup, yang mengatakan hal yang sama.
‘Penolakan akan diri’, yaitu bila Anda hanya memiliki pemahaman
lisan yang sederhana, tidak akan menyakiti sikap buruk yang
mencengkeram diri yang sejati di dalam diri Anda. Hal tersebut
tidak akan menghancurkan musuh di dalam diri Anda, yaitu sikap
mencengkeram pada diri yang sejati.’

Dengan kata lain, tidaklah cukup dengan hanya memiliki


pemahaman yang lisan atau dangkal akan objek yang harus ditolak.
Jika Anda hanya puas di sana, maka meskipun Anda berusaha
untuk menolaknya dengan analisis dan sebagainya, hal tersebut
tidak akan memengaruhi pemikiran yang benar-benar berbahaya
ini, yaitu sikap mencengkeram pada diri yang sejati di dalam diri
Anda. Beliau lanjut mengatakan, ‘Anda harus memastikan objek

126
Kesimpulan Sutra dan Penutup

yang harus ditolak (ditinggalkan) di dalam diri Anda.’ Shenyen


Yeshe Dondrup adalah salah satu guru dari Dagpo Lama Rinpoche
Jampel Lhundrup.

(Transmisi lisan “Instruksi Guru yang Berharga”)

Sebagai pertanda baik, saya akan kembali membacakan


beberapa baris dari awal lagi. Hal ini menutup penjelasan ringkas
dari Sutra Intisari Penyempurnaan Kebijaksanaan dalam rangka
peresmian lokasi baru Center Kadam Tashi Choe Ling. Saya merasa
senang sekali karena telah mempersembahkan ajaran ini kepada
Anda dan Anda juga seharusnya bermudita. Saya mendorong
Anda untuk mempelajari Sutra ini, seperti yang telah dijelaskan.
Langkah pertama adalah memastikan maksud dari masing-masing
bait dan hal tersebut harus benar-benar jelas dalam batin Anda.

Sementara itu, untuk penerapan praktis dari Sutra ini – jika Anda
mempraktikkan Lamrim, tahapan jalan menuju pencerahan, Anda
sesungguhnya juga sedang mempraktikkan Sutra Penyempurnaan
Kebijaksanaan. Saya sangat senang dengan ketertarikan Anda
akan Buddhadharma dan saya berharap Anda akan terus berusaha
mempraktikkannya dengan baik. Untuk itu, sangatlah penting
untuk memastikan bahwa apa yang Anda praktikkan adalah latihan
Buddhis yang sebenarnya dan latihan tersebut merupakan sesuatu
yang ditransmisikan oleh guru-guru dalam silsilah yang tak terputus.

Anda tidak boleh membagi diri Anda ke dalam banyak


latihan yang berbeda tanpa memeriksa kemurnian sumber dari
apa yang sedang Anda pelajari. Oleh karena itu, perjelas apa yang
sedang Anda lakukan, lakukan dengan baik dan sesuatu yang
baik akan terjadi pada Anda. Dengan kata lain, lanjutkan seperti
yang telah Anda lakukan di masa lampau. Alasan mengapa saya
bersikeras menekankan hal ini adalah karena Buddhadharma

127
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

sedang berkembang di dunia ini. Ada makin banyak orang


yang mengajarkannya, namun banyak dari mereka yang tidak
memberikan ajaran yang sebenarnya dan menambah-nambah
sendiri. Oleh karena itu, Anda harus berhati-hati dengan apa yang
Anda dengar.

Sebagai penutup, saya hendak mendorong Anda semua untuk


mempraktikkan tahapan jalan sebaik yang Anda bisa. Idealnya,
Anda seharusnya merealisasikan kualitas-kualitas tahapan jalan di
dalam diri Anda. Bila Anda gagal melakukan hal tersebut, maka
Anda harus memastikan bahwa Anda meraih paling tidak satu
realisasi dari tahapan jalan dalam kehidupan saat ini. Saya akan
berdoa agar Anda bisa mencapai hasil-hasil ini. Sekali lagi, saya
hendak berterima kasih kepada para donatur dan pekerja yang
telah berkontribusi hingga center yang indah ini terwujud. Anda
telah melakukan pekerjaan yang sangat baik. Berkat merekalah
kita sekarang sanggup mengadakan acara pengajaran di sini dan
saya berterima kasih setulus hati kepada semua yang berkaitan
dengan ini.

(Persembahan mandala panjang untuk berterima kasih kepada


Rinpoche karena telah menerima permohonan upacara umur
panjang dan karena telah memberikan pengajaran).

(Doa dedikasi)

128
LAMPIRAN: ESENSI MULIA DARI SUTRA INTISARI PENYEMPURNAAN KEBIJAKSANAAN (SUTRA HATI)

LAMPIRAN: ESENSI MULIA DARI


SUTRA INTISARI PENYEMPURNAAN
KEBIJAKSANAAN (SUTRA HATI)

Hormat kepada Sang Triratna!

Demikianlah yang telah kudengar, pada suatu waktu Sang


Buddha sedang berada di Rajagraha di Puncak Gunung Nazar,
bersama dengan sekumpulan besar biksu, biksuni serta Bodhisatwa.
Pada saat itu, Sang Buddha sedang terpusat pada konsentrasi yang
menyelidiki semua fenomena dalam jumlah tak terbatas yang
disebut dengan Memandang yang Mendalam.

Pada saat yang bersamaan, Yang Mulia Arya Awalokiteshwara,


Bodhisatwa-Mahasatwa sedang mengamati secara saksama
praktik penyempurnaan kebijaksanaan yang mendalam, dan
juga merenungkan kesunyataan keberadaan yang berdiri sendiri
(inheren) dari kelima skandha.

Kemudian melalui inspirasi Sang Buddha, Yang Mulia


Shariputra berkata kepada Yang Mulia Arya Awalokiteshwara,
Bodhisatwa-Mahasatwa. “Bagaimana seharusnya seorang Putra
Silsilah, yang ingin mempraktikkan penyempurnaan kebijaksanaan
yang mendalam, berlatih?” Lalu, Yang Mulia Arya Awalokiteshwara,
Bodhisatwa-Mahasatwa, menjawab pada Yang Mulia Shariputra
sebagai berikut:

“Shariputra, siapapun Putra atau Putri Silsilah yang ingin


mempraktikkan penyempurnaan kebijaksanaan yang mendalam
seharusnya berpikir tentang hal ini: mereka seharusnya merenungkan

129
Sang Ibu, Penyempurna Kebijaksanaanmu
Ulasan atas Sutra Bhagawati Prajnaparamita Hridaya

dengan sempurna dan tepat tentang kesunyataan sifat keberadaan


yang berdiri sendiri (inheren) dari kelima skandha. Rupa adalah
sunyata (atas keberadaan inheren), sunyata adalah rupa. Tanpa
rupa, tidak ada sunyata. Tanpa sunyata, tidak ada rupa. Demikian
juga dengan perasaan, pencerapan, faktor-faktor pembentuk, dan
kesadaran adalah sunyata.

Shariputra, dengan demikian, semua fenomena adalah sunyata,


tanpa karakteristik, tidak dihasilkan, juga tidak dimusnahkan, tidak
ternoda, juga tidak bersih dari noda, tidak berkurang, juga tidak
bertambah.

Karena itu Shariputra, dalam kesunyataan, tiada rupa, tiada


perasaan, tiada pencerapan, tiada faktor-faktor pembentuk, tiada
kesadaran, tiada mata, tiada telinga, tiada hidung, tiada lidah,
tiada tubuh, tiada batin, tiada bentuk, tiada suara, tiada bau, tiada
rasa, tiada objek sentuhan, tiada fenomena, dari tiada unsur mata
hingga tiada unsur batin hingga tiada unsur kesadaran batin, tiada
ketidaktahuan dan tiada berakhirnya ketidaktahuan dan seterusnya,
hingga tiada proses penuaan serta kematian dan tiada berakhirnya
proses penuaan serta kematian. Demikian pula tiada penderitaan
(duka), tiada sebab [penderitaan], tiada lenyapnya [penderitaan],
tiada Jalan [untuk melenyapkan penderitaan], tiada kebijaksanaan
unggul, tiada pencapaian, tiada bukan pencapaian.

Maka, Shariputra, karena Bodhisatwa tidak memiliki


pencapaian, Bodhisatwa bersandar dan berdiam dalam
penyempurnaan kebijaksanaan, batin mereka tiada hambatan
tiada ketakutan. Dengan mengatasi pandangan-pandangan sesat,
mereka mencapai keadaan tanpa duka. Dengan bertumpu pada
penyempurnaan kebijaksanaan, semua Buddha dari ketiga kurun
waktu juga menjadi Buddha yang lengkap dan sempurna dalam
keadaan pencerahan sempurna, lengkap, tak tertandingi.

130
LAMPIRAN: ESENSI MULIA DARI SUTRA INTISARI PENYEMPURNAAN KEBIJAKSANAAN (SUTRA HATI)

Oleh karena itu mantra yang tertinggi adalah mantra


penyempurnaan kebijaksanaan, mantra pengetahuan agung,
mantra yang tak tertandingi, mantra tiada banding dan mantra
yang sepenuhnya meredakan penderitaan, karena [mantra] ini
tidak keliru, seharusnya dimengerti sebagai kebenaran. Mantra
penyempurnaan kebijaksanaan dikumandangkan:

TAYATHA, OM GATE GATE PARAGATE PARASAMGATE


BODHI SWAHA.

Dengan cara ini, Oh Shariputra, seorang Bodhisatwa-


Mahasatwa seharusnya berlatih penyempurnaan kebijaksanaan
yang mendalam.

Kemudian Sang Buddha bangkit dari konsentrasinya


dan mengomentari Yang Mulia Bhagawan Awalokiteshwara,
Bodhisatwa-Mahasatwa dengan berkata:

“Penjelasan yang bagus, Oh, Putra Silsilah! Demikianlah,


demikianlah, seperti telah Engkau ajarkan, demikian seharusnya
penyempurnaan kebijaksanaan yang mendalam dipraktikkan dan
semua Tathagata bermudita.” Demikan sabda Sang Bhagawan.
Yang Mulia Shariputra, Yang Arya Bhagawan Awalokiteshwara,
Bodhisatwa-Mahasatwa, dan seluruh himpunan para siswa,
bersama dengan makhluk duniawi, para dewa, manusia, asura,
gandharwa, bersuka cita dan memuji sabda Sang Bhagawan.

DOA PENGHALAU HALANGAN

Dari tempat kediaman yang unggul dan sempurna,


Khasarpana, Oh, Engkau yang kuat, yang memiliki kewaskitaan
dan kekuatan, Engkau yang terus-menerus mengawasi para praktisi
seperti anakmu sendiri. Kepada kumpulan Dakini dari ketiga alam,
aku bersujud!

131
AH KAH SAH MAH RAH TSAH SYAH DAH RAH SAH MAH
RAH YAH PHEIH

TAYATHA, OM GATE GATE PARAGATE PARASAMGATE


BODHI SWAHA.

PHAGPA KOENCHOG SUM GIY KAH YI DENPEI TOB


KYIY CHIR,

DOGPAR GYUR CIG, | tepuk tangan 1 kali

MEYPA GYUR CIG. | tepuk tangan 1 kali

SHIWAR GYUR CIG | tepuk tangan 1 kali

Dengan kekuatan kebenaran kata-kata Sang Triratna yang


mulia, semoga (halangan-halangan) disingkirkan! Semoga mereka
dihancurkan! Semoga mereka dapat diatasi! Semoga mereka
dapat diatasi dengan tuntas! Semoga semua kejahatan, seperti
para musuh, penghalang-penghalang, gangguan-gangguan, dan
segala kondisi yang tak diinginkan dapat ditenangkan! Semoga
kedelapan puluh ribu jenis halangan ditenangkan, bebas dari semua
penghalang yang membahayakan, semoga tercapai yang diinginkan
dan menjadi unggul segalanya, semoga selamat sejahtera, bahagia
juga hadir di sini!

Catatan: Nama Sūtra ini dalam bahasa Sanskerta adalah


Bhagavati-prajñapāramitā-hridhaya-Sūtra; bahasa Tibet: Pag-pa
chom-den de-ma She-rab-kyi pha-rol-tu chin-pey nying-po; bahasa
Inggris: The Blessed Mother, The Essence of Perfect Wisdom;
bahasa Indonesia: Ibu yang Terbekahi, Esensi Penyempurnaan
Kebijaksanaan (Sūtra Hati).

132
BAGAIMANA MENGHORMATI
BUKU DHARMA

B
uddhadharma adalah sumber sejati bagi kebahagiaan
semua makhluk. Buku ini menunjukkan kepada kita
bagaimana mempraktikkan ajaran dan memadukan
mereka ke dalam hidup kita, sehingga kita menemukan
kebahagiaan yang kita idamkan. Oleh karena itu, apapun benda
yang berisi ajaran Dharma, nama dari guru kita atau wujud-wujud
suci adalah jauh lebih berharga daripada benda materi apapun
dan harus diperlakukan dengan hormat. Agar terhindar dari karma
tak bertemu dengan Dharma lagi di kehidupan yang akan datang,
mohon jangan letakkan buku-buku (atau benda-benda suci lainnya)
di atas lantai atau di bawah benda lain, melangkahi atau duduk
di atasnya, atau menggunakannya untuk tujuan duniawi seperti
untuk menopang meja yang goyah. Mereka seharusnya disimpan
di tempat yang bersih, tinggi dan terhindar dari tulisan-tulisan
duniawi, serta dibungkus dengan kain ketika sedang dibawa keluar.
Ini hanyalah beberapa pertimbangan.

Jika kita terpaksa membersihkan materi-materi Dharma, maka


mereka tidak seharusnya dibuang begitu saja ke tong sampah,
namun sebaiknya dibakar dengan perlakuan khusus. Singkatnya,
jangan membakar materi-materi tersebut bersamaan dengan
sampah-sampah lain, namun sebaiknya terpisah sendiri, dan ketika
mereka terbakar, lafalkanlah mantra OM AH HUM. Ketika asapnya
membubung naik, bayangkan bahwa ia memenuhi seluruh
angkasa, membawa intisari Dharma kepada seluruh makhluk di 6
alam samsara, memurnikan batin mereka, mengurangi penderitaan
mereka, serta membawa seluruh kebahagiaan bagi mereka, termasuk
juga pencerahan. Beberapa orang mungkin merasa bahwa praktik
ini sedikit kurang biasa, namun tata cara ini dijelaskan menurut
tradisi. Terima kasih.

134
DEDIKASI

S
emoga kebajikan terhimpun dengan mempersiapkan,
membaca, merenungkan dan membagikan buku ini
kepada pihak lain, semoga semua Guru Dharma
berumur panjang dan sehat selalu, semoga Dharma menyebar ke
seluruh cakupan angkasa yang tak terbatas, dan semoga semua
makhluk segera mencapai Kebuddhaan.

Di alam, negara, wilayah atau tempat mana pun buku ini


berada, semoga tiada peperangan, kekeringan, kelaparan, penyakit,
luka cedera, ketidakharmonisan atau ketidakbahagiaan, semoga
hanya terdapat kemakmuran besar, semoga segala sesuatu yang
dibutuhkan dapat diperoleh dengan mudah, dan semoga semuanya
dibimbing hanya oleh Guru Dharma yang terampil, menikmati
kebahagiaan dalam Dharma, memiliki cinta kasih dan welas asih
terhadap semua makhluk, semata memberi manfaat pada sesama,
serta tak pernah menyakiti satu sama lain.
TENTANG PENERBIT

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA BUKU TERBITAN


PENERBIT PADI EMAS. APAKAH KAMI BOLEH MEMINTA
BANTUAN ANDA?

Penerbit Padi Emas adalah sebuah organisasi non-profit. Misi kami


adalah untuk berbagi kebijaksanaan dari ajaran Buddha seluas
mungkin, terutama yang dibabarkan oleh Yang Mulia Dagpo
Rinpoche. Melalui buku-buku yang kami terbitkan, terselip upaya
untuk menginspirasi, menghibur, mendukung, dan mencerahkan
pembaca di seluruh Indonesia.

Kami memiliki sebuah mimpi, membuat seluruh buku terbitan


Penerbit Padi Emas tersebar seluas-luasnya sehingga dapat
menginspirasi banyak orang, baik pemula yang penasaran, hingga
praktisi yang telah berkomitmen. Apakah Anda setuju dengan
mimpi kami ini? Karena tentu saja kami tidak dapat mewujudkan
mimpi ini tanpa bantuan Anda.

Buku Dharma ini dapat Anda UNDANG kehadirannya di hidup


Anda tanpa biaya berkat kebajikan berdana para dermawan.
Mari turut bermudita dan mendoakan para dermawan yang telah
memungkinkan ini terjadi.

Apabila Anda berminat pula untuk terlibat dalam kebajikan seperti


ini, silakan bergabung sebagai Dharma Patron Lamrimnesia dan
berdana ke:
BCA 0079 388 388 a.n. Yayasan Pelestarian dan Pengembangan
Lamrim Nusantara

MANDIRI 119 009 388 388 0 a.n. Yayasan Pelestarian dan


Pengembangan Lamrim Nusantara

Kemudian mohon konfirmasikan dana Anda dengan menghubungi


Call Center Lamrimnesia.

Dengan menjadi Dharma Patron, Anda secara langsung terlibat dalam


(1) penerbitan dan penyaluran buku Dharma, (2) penyelenggaraan
kegiatan Dharma, (3) pendanaan biaya operasional dan mobilisasi
Dharma Patriot dalam rangka mendukung aktivitas (1) dan (2)
di atas.

Untuk mengetahui lebih lanjut serta memesan buku terbitan Penerbit


Padi Emas, silakan hubungi kontak di bawah ini:
E-mail: penerbitpadiemas@gmail.com
Pelayanan: +6285 2112 2014 1
Info: +6285 2112 2014 2
Fb: Lamrimnesia & LamrimnesiaStore
Ig: @Lamrimnesia & @Lamrimnesiastore
Tiktok: @Lamrimnesia_
Situs web: https://store.lamrimnesia.com/; https://lamrimnesia.org/

138

Anda mungkin juga menyukai