Dagpo Rinpoche
Penerbit Saraswati
2018
Judul:
Bodhipathapradipa,
Dibabarkan oleh: Yang Mulia Dagpo Rinpoche pada tanggal 27 - 30 Desember 2008 di
Gelanggang Serba Guna, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Diterjemahkan lisan dari bahasa Tibet ke bahasa Inggris: Rosemary Patton
Pentranskrip Bahasa Indonesia: Tim Pentranskrip Penerbit
Penyunting: Liswindio A., Candri Jayawardhani, Stanley Khu
Perancang sampul: Andreas Soputra
Penata letak: Vindy, Karunika Devi S.R.
Hak cipta naskah Indonesia ©2018 Penerbit Saraswati
Penerbit Saraswati
Email: penerbitsaraswati@gmail.com
Distributor Lamrimnesia
Care: +6285 2112 2014 1
Info: +6285 2112 2014 2
Facebook: @Lamrimnesia & @LamrimnesiaStore
Tiktok: @Lamrimnesia_
E-mail: info@lamrimnesia.org
Website: www.lamrimnesia.org; www.store.lamrimnesia.com
Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta
Kata Pengantar iv
1. Pendahuluan 1
6. Tinjauan Ulang 25
Daftar Pustaka 91
Glosarium 93
Dedikasi 100
Tentang Penerbit
Kata Pengantar
iv
tercapainya pencerahan yang lengkap dan sempurna. Arti penting
karya ini kelak dibuktikan oleh peran pentingnya dalam menjadi
fondasi bagi penulisan karya-karya penting lainnya dalam
khazanah Buddhisme Tibet, terutama teks Lamrim Agung karya
Je Tsongkhapa.
v
Biografi Singkat
vii
satu dari sedikit Lama (Guru) pemegang banyak silsilah ajaran
Buddha.
x
Di Tibet sendiri, guru-guru yang termasuk ke dalam silsilah
Dagpo Rinpoche adalah Marpa Lotsawa Sang Penerjemah, yang
mendirikan sekte Buddhis Kagyu. Beliau terkenal karena menjadi
guru yang membimbing Jetsun Milarepa mencapai pencerahan
dengan latihan yang sangat keras. Selain itu juga, Londroel
Lama Rinpoche, guru meditasi dan cendekiawan yang penting
pada abad ke-18, siswa dari H.H. Dalai Lama ke-7. Seperti
juga Milarepa, Londroel Rinpoche juga mempunyai masa muda
yang sulit. Beliau menjadi salah satu guru terkemuka pada abad
tersebut, dan guru dari para cendekiawan di antaranya Jigme
Wangpo. Beliau juga menyusun risalah sebanyak 23 jilid. Pada
masa kini, sejumlah Kepala Vihara Dagpo Shedrup Ling juga
termasuk dalam reinkarnasi Rinpoche sebelumnya.
xi
1
Pendahuluan
2
2
Pelita Sang
Jalan Menuju
Pencerahan
Barusan telah disinggung soal keniscayaan metode dalam
mempraktikkan ajaran Buddha. Di antara sekian banyak metode
yang ada, metode unggul yang akan dibahas dalam konteks kali
ini adalah karya agung Guru Atisha yang berjudul Pelita Sang
Jalan Menuju Pencerahan. Untuk menjelaskan karya ini, kita akan
bertumpu pada garis besarnya, yang terbagi menjadi 4 bab utama:
4
3
Penjelasan atau
Makna dari Judul
Karya
Mengapa judul karya mesti dipertimbangkan? Karena ini
adalah sebuah aturan atau tata cara yang dinyatakan oleh Raja
Dharma Tibet pada saat itu. Apa bunyi aturannya? Bahwa semua
karya yang diterjemahkan dari bahasa Sanskerta ke bahasa Tibet
harus turut mencantumkan judul asli dalam bahasa Sanskerta.
Tujuannya: untuk membuktikan bahwa ajaran tersebut merupakan
ajaran yang otentik dan bersumber langsung dari India, bukan
ajaran yang dibuat-buat oleh orang Tibet.
6
Penjelasan atau Makna dari Judul Karya
8
4
Penghormatan
oleh Penerjemah
Karya
Guru Atisha memulai karyanya dengan pertama-tama
menghaturkan hormat kepada Manjushri yang senantiasa muda.
Ini adalah penghormatan yang ditambahkan oleh beliau untuk
memastikan keberhasilan penerjemahan karya ini. Penghormatan
ini juga merupakan aturan yang ditetapkan oleh Raja Dharma
Tibet. Aturannya: apabila seseorang akan menerjemahkan karya
yang berkaitan dengan Abhidharma-pitaka, ia harus menghaturkan
hormat kepada Manjushri. Apabila karyanya berkaitan dengan
Sutra-pitaka, ia harus menghaturkan hormat kepada semua
Buddha dan Bodhisatwa. Terakhir, apabila karyanya berkaitan
dengan Winaya-pitaka, ia harus menghaturkan hormat pada
Buddha Shakyamuni.
10
5
13
Bodhipathapradipa
14
Makna Sejati dari Ajaran
salah satu atau semua latihan tingkat tinggi. Apa buah dari praktik
yang demikian? Buahnya adalah pencapaian pembebasan atau
nirwana pribadi.
17
Bodhipathapradipa
18
Makna Sejati dari Ajaran
19
Bodhipathapradipa
20
Makna Sejati dari Ajaran
1 Arya Samantabhadra-pranidhana-raja.
2 Prajna-paramita-Sutra.
21
Bodhipathapradipa
4 Gandavyuha-Sutra.
23
6
Tinjauan Ulang
Satu garis besar yang lebih rinci bisa kita temukan dalam
Instruksi Guru yang Berharga. Di dalamnya, kita juga bisa
27
Bodhipathapradipa
Penjelasan (Lanjutan)
Sekarang, kita tiba di poin kedua dari tahap pendahuluan,
yakni tentang berlindung. Poin ini dirangkum dalam bait ke-8 dan
bait berikut:
29
Bodhipathapradipa
30
Tinjauan Ulang
bisa dikatakan bahwa teks ini adalah karya beliau yang paling
unggul dan mendalam. Setelah merampungkan teks ini, Guru
Atisha mengirimkan satu salinannya ke biara beliau di India,
Wikramashila. Setelah menerima dan membaca karya ini, guru-
guru besar di sana memujinya setinggi langit. Mereka mensyukuri
kepergian Guru Atisha ke Tibet, karena andaikan beliau tetap
tinggal di India, mungkin beliau takkan pernah mengarang sebuah
karya yang begitu ringkas dan umum, berhubung murid-murid di
India memiliki kecerdasan tinggi dan terbiasa dengan karya-karya
yang lebih rumit.
32
Tinjauan Ulang
5 Ketujuh ikrar adalah: ikrar untuk upasaka dan upasika (yaitu Pancasila), ikrar
untuk sramanera dan sramaneri, ikrar untuk biksuni dalam masa percobaan, ikrar
untuk biksu, dan ikrar untuk biksuni.
34
Tinjauan Ulang
35
Bodhipathapradipa
38
Tinjauan Ulang
9 Abhisamayalankara.
41
Bodhipathapradipa
10 Bodhisatwa-Caryawattara.
42
Tinjauan Ulang
Tapi, tentu saja, pada saat ini kita belum mencapai pandangan
mendalam, karena untuk itu kita mesti melakukan meditasi
analitik. Meditasi ini bisa dilakukan dengan memilih objek apa
pun. Ketika meditasi ini terus dikembangkan sampai mencapai
‘fleksibilitas yang tak tergoyahkan’, barulah kita dikatakan telah
mencapai pandangan mendalam, atau lebih tepatnya, ‘pandangan
mendalam yang khusus’. Intinya, tak peduli seberapa seringnya
seseorang melatih meditasi analitiknya, meditasi ini takkan bisa
memunculkan pandangan mendalam sebelum ia terlebih dulu
mencapai ketenangan batin. Mengapa? Karena kita tak mungkin
melakukan analisis jika batin kita masih goyah. Meditasi analitik
mensyaratkan stabilitas mental yang kukuh, yang pada gilirannya
hanya bisa diraih melalui ketenangan batin. Ketika ketenangan
13 Shamatha termasuk ke dalam kategori meditasi konsentrasi, sedangkan
wipashyana termasuk ke dalam kategori meditasi analitik.
45
Bodhipathapradipa
batin diraih, batin takkan lagi teralihkan dan akan menetap dengan
mantap pada objek analisisnya; dengan kata lain, ketenangan batin
merupakan prasyarat untuk mencapai ‘pandangan mendalam yang
khusus’.
46
Tinjauan Ulang
47
Bodhipathapradipa
48
Tinjauan Ulang
14 Samadhi-warga.
49
Bodhipathapradipa
51
Bodhipathapradipa
53
Bodhipathapradipa
54
Tinjauan Ulang
55
Bodhipathapradipa
Ada pihak atau aliran yang mengakui bahwa sebab dan akibat
bisa muncul berbarengan dan memiliki sifat dasar yang sama.
Kepercayaan ini diyakini oleh salah satu aliran filsafat Hindu yang
bernama Samkhya. Bertolak dari sinilah Chadrakirti memberikan
penjelasan lebih lanjut untuk menolak pandangan bahwa sesuatu
15 Madhyamaka-watara.
56
Tinjauan Ulang
16 Tarkajwala.
57
Bodhipathapradipa
Kalau kita mengakui bahwa sebab dan akibat bisa muncul pada
waktu yang bersamaan dan memiliki sifat dasar yang sama, maka
kita harus mengakui bahwa pakaian terdapat dalam benang wol
dan kotoran terdapat dalam makanan.
58
Tinjauan Ulang
59
Bodhipathapradipa
17 Sunyatasaptati-widya.
18 Mulamadhyamaka-karika.
60
Tinjauan Ulang
batin kita juga tak punya eksistensi yang berdiri sendiri. Setelah
menemukan tiadanya eksistensi yang berdiri sendiri baik pada
objek maupun subjek, kita kemudian melanjutkan meditasi dan
kemudian mencapai ‘kebijaksanaan yang bebas dari semua
konsepsi’, sebuah kebijaksanaan yang non-konseptual.
yang non-konseptual,
non-konsepsi yang laksana angkasa akan mewujud
dengan jelas.
64
Tinjauan Ulang
19 Nirwikalpa-awatara-dharani.
65
Bodhipathapradipa
seterusnya22,
yang diraih melalui kekuatan Tantra,
68
Tinjauan Ulang
69
Bodhipathapradipa
23 Paramadibuddho-ddhrta-srikalachakra-namatantra-raja.
24 Guhya-jnana-abhiseka.
70
Tinjauan Ulang
71
Bodhipathapradipa
25 Sthawira.
72
7
Makna dari
Kesimpulan Ajaran
74
Lampiran :
Pelita Sang Jalan
Menuju Pencerahan
Penghormatan
75
4. Ia yang, setelah berpaling dari kenikmatan samsara,
secara alamiah menolak ketidakbajikan
dan mencari pembebasan untuk dirinya sendiri
disebut sebagai makhluk berkapasitas menengah.
Membangkitkan bodhicita
Berlindung
26 Suradataparipercha-sutra.
77
16. Bila seseorang ingin memenuhi
tanah-tanah Buddha dengan permata sebanyak
butiran pasir di Sungai Gangga
sebagai bentuk persembahan pada Pelindung Dunia,
Ikrar
78
mohonlah ikrar dari seorang guru spiritual
yang memiliki kecakapan sempurna.
79
29. “Aku takkan tergesa-gesa
mengejar pencerahan demi diri sendiri.
Namun, meski hanya demi satu makhluk,
aku akan tetap tinggal hingga akhir samsara.”
80
mereka yang tak memiliki persepsi unggul
juga tak dapat menolong makhluk lain.
81
Melatih pandangan mendalam
82
eksistensi yang berdiri sendiri
digambarkan sebagai kebijaksanaan.
83
54. Karena kebijaksanaan tak melihat
kesejatian hakikat dari fenomena,
meditasikanlah kebijaksanaan ini secara non-konseptual
setelah menganalisisnya dengan penalaran.
Jalan Wajrayana
85
65. Bila mereka yang hidup selibat
menerima inisiasi-inisiasi ini,
ikrar selibat mereka akan patah
karena melakukan apa yang dilarang.
86
Lampiran :
GARIS BESAR PELITA SANG
JALAN MENUJU PENCERAHAN
87
2. Sutrapitaka: menghaturkan penghormatan kepada
semua Buddha dan Bodhisatwa
3. Winayapitaka: menghaturkan penghormatan kepada
Buddha Shakyamuni
88
3. Memunculkan penolakan terhadap samsara atau
keinginan terbebas dari samsara
4. Memunculkan cinta kasih dan welas asih kepada semua
makhluk
89
VI. Melatih sila-sila bodhisatwa
A. Yang berhubungan dengan praktik sila (disiplin etis)
B. Yang berhubungan dengan praktik Samadhi (konsentrasi)
1. Shamatha (ketenangan batin)
2. Wipashyana (pandangan mendalam)
C. Yang berhubungan dengan praktik prajna (kebijaksanaan)
VII. Kesimpulan
90
Daftar Pustaka
Sumber Sanskerta:
Abhidharma-kosa (Risalah Abhidharma). Oleh Wasubandhu.
Sumber lain tak diketahui.
91
Madhyamaka-watara (Pengantar Menuju Jalan Tengah). Oleh
Chandrakirti. Sumber lain tak diketahui.
Paramadibuddho-ddhrta-srikalachakra-namatantra-raja (Tantra
Kalachakra Agung). Sumber lain tak diketahui.
92
Glosarium
93
tertinggi yang ingin diraih oleh sistem filsafat ini tentu saja adalah
Kebuddhaan, sebuah keadaan di mana seseorang memiliki semua
kualitas yang dimiliki oleh seorang Buddha.
94
dan mengajarkan tata cara untuk mencapai Kebuddhaan secara
lengkap dan sistematis, sesuai dengan kapasitas setiap individu
yang mempelajarinya.
96
diri kita: bentuk, sensasi/perasaan, persepsi/identifikasi, faktor-
faktor pembentuk, dan kesadaran/diskriminasi.
97
Menghormati Buku Dharma
98
orang mungkin merasa bahwa praktik ini sedikit kurang biasa,
namun tata cara ini dijelaskan menurut tradisi. Terima kasih.
99
Dedikasi
100
Tentang Penerbit
Tiktok: @Lamrimnesia_
E-mail: info@lamrimnesia.org
102
103