Daftar Isi
Kata Pengantar vi
Biografi Singkat ix
1. Pendahuluan 1
2. Tujuan Buddha Mengajar 5
3. Empat Kapasitas Makhluk 7
4. Tiga Jenis Praktisi 13
5. Pengenalan Lamrim 16
6. Kematian dan Ketidakkekalan 29
7. Berlindung dan Hukum Karma 32
8. Motivasi Agung 34
9. Kelahiran sebagai Manusia yang Berharga 38
10. Menjinakkan Batin 42
11. Melatih Batin dan Menolak Samsara 47
12. Pelita Sang Jalan Menuju Pencerahan 51
13. Silsilah Kadam dan Bodhicita 57
Menghormati Buku Dharma 67
Dedikasi 69
Daftar Pustaka 70
Glosarium 72
Tentang Penerbit 76
iii
Lamrim
Kata Pengantar
Selama 45 tahun Sang Buddha mengajar, beliau membabarkan 84
ribu ajaran. Tahapan Jalan menuju Pencerahan, atau yang lebih dikenal
dengan nama Lamrim, pertama kali digubah oleh Guru Atisha untuk
memadatkan 84 ribu ajaran ini ke dalam satu teks tunggal yang mudah
dipahami dan dipraktikkan. Beliau menggubah karyanya di Tibet atas
permintaan seorang raja, dan sejak saat itu, ajaran Lamrim tumbuh
berkembang dengan subur di Tanah Bersalju.
TTT
KATA PENGANTAR v
Lamrim
Biografi Singkat
Dagpo Rinpoche
Dagpo Rinpoche, juga dikenal dengan nama Bamchoe Rinpoche,
lahir pada tahun 1932 di distrik Konpo, sebelah tenggara Tibet. Pada
usia 2 tahun, beliau dikenali oleh Dalai Lama ke-13 sebagai reinkarnasi
dari Dagpo Lama Rinpoche Jhampel Lhundrup. Ketika berusia 6 tahun,
beliau memasuki Biara Bamchoe, dekat distrik Dagpo. Di sana, beliau
belajar membaca dan menulis, juga mulai mempelajari dasar-dasar sutra
dan tantra. Pada usia 13 tahun, beliau memasuki Biara Dagpo Shedrup
Ling untuk mempelajari 5 Topik Utama filsafat Buddhis, yaitu: Logika,
Paramita, Madhyamika, Abhidharma, dan Winaya.
vii
Lamrim
Selama ini, Dagpo Rinpoche, yang bernama lengkap Dagpo Lama
Rinpoche Lobsang Jhampel Jhampa Gyatso, telah belajar dari 34 guru,
khususnya dari 2 pembimbing utama Dalai Lama ke-14 – Kyabje Ling
Rinpoche dan Kyabje Trijang Rinpoche – dan juga dari Dalai Lama ke-
14 sendiri. Di bawah bimbingan mereka, beliau mempelajari 5 Topik
Utama dan tantra (beliau telah menerima banyak inisiasi dan menjalani
retret). Selain filsafat Buddhis, beliau juga menekuni astrologi, puisi, tata
bahasa, dan sejarah.
BIOGRAFI SINGKAT ix
Lamrim
bodhicita dari beliau. Serlingpa memberikan transmisi ajaran yang
berasal dari Manjushri, yaitu “Menukar Diri dengan Makhluk Lain.”
Setelah belajar dari Serlingpa, Atisha kembali ke India dan kemudian
diundang ke Tibet. Di sana, Atisha memainkan peranan yang sangat
penting untuk membawa pembaharuan bagi ajaran Buddha. Atisha
menjadi salah satu mahaguru yang sangat dihormati dalam Buddhisme
Tibet. Kedua guru besar ini kelak akan bertemu kembali di masa depan
dalam hubungan guru-murid yang sama, yaitu ketika Atisha terlahir
kembali sebagai Pabongkha Rinpoche dan menerima ajaran tentang
bodhicita dari Dagpo Lama Rinpoche Jhampel Lhundrup. Dagpo
Lama Rinpoche Jhampel Lhundrup sendiri berperan penting dalam
menghidupkan kembali ajaran Lamrim di bagian selatan Tibet. Beliau
sangat terkenal karena penjelasannya yang gamblang tentang Lamrim
dan realisasinya akan bodhicita. Banyak guru Lamrim pada masa
itu yang mendapatkan transmisi dan penjelasan Lamrim dari beliau
sehingga akhirnya meraih realisasi atas ajaran Lamrim.
TTT
BIOGRAFI SINGKAT xi
Lamrim
xii
Lamrim
Pendahuluan
1
Dalam Buddhisme, penting sekali untuk memulai aktivitas apa pun
dengan batin atau pikiran yang positif. Ini berlaku untuk semua kegiatan,
terlebih lagi kegiatan mendengarkan Dharma. Oleh sebab itu, dalam
sesi ajaran Dharma kali ini, kita harus bisa membangkitkan batin yang
positif, atau dengan kata lain, membangkitkan motivasi bajik. Tentu saja,
motivasi bajik yang harus dibangkitkan dalam batin tergantung pada
aspek Buddhisme mana yang kita ikuti. Misalnya, jika kita pengikut
ajaran Mahayana, bangkitkanlah motivasi Mahayana; jika kita pengikut
ajaran Pratimoksayana, maka bangkitkanlah motivasi Pratimoksayana.
Sebagai contoh, kondisi yang dialami ketika itu juga terjadi pada
kondisi kita saat ini. Walaupun kita semua memiliki ketertarikan yang
sama terhadap ajaran Buddha, tentu saja ini tidak berarti bahwa kita
semua sama persis. Sebaliknya, kita semua berbeda satu sama lain.
Kebutuhan kita berbeda-beda, begitu pula pemahaman kita.
PENDAHULUAN 3
Lamrim
sila kepada si murid, sehingga praktik ini pun bisa muncul dengan
sangat jelas di dalam batinnya. Jadi, Buddha menyesuaikan dengan
kebutuhan murid yang muncul di hadapannya dan mengamati apa saja
kecenderungan ataupun kebutuhan kuat yang dibutuhkan oleh si murid.
Kemampuan Buddha yang sempurna ini menyebabkan beliau dapat
menyesuaikan diri dan ajarannya dengan segala macam murid.
TTT
5
Lamrim
Buddha ditujukan semata-mata untuk kedua tujuan ini. Di sisi lain,
kita juga bisa mengamati 2 bentuk penderitaan yang hendak diatasi,
yaitu penderitaan alam-alam rendah di dalam samsara dan penderitaan
alam-alam tinggi di dalam samsara. Apa artinya? Ini berarti bahwa
semua ajaran Buddha, tanpa terkecuali, adalah metode untuk mencapai
kebahagiaan, baik kebahagiaan dalam bentuk kelahiran tinggi di dalam
samsara maupun kebahagiaan tertinggi, yakni kebahagiaan pasti yang
takkan berubah lagi.
TTT
7
Lamrim
tak terpikir untuk menghindari penderitaan. Pikiran mereka terbatas
semata-mata pada urusan duniawi yang fana.
Ini adalah sesuatu yang mudah kita amati, karena ada begitu
banyak orang yang berperilaku seperti itu di sekeliling kita. Namun,
kita tentunya juga bisa mengamati diri sendiri. Kita bisa menilai atau
mengamati apakah kita sendiri juga hanya punya cakupan pikiran
yang sangat pendek dan terbatas, yang hanya memikirkan kebahagiaan
saat ini saja. Jika jawabannya ya, berarti kita masuk pada kategori
pertama, kategori terendah. Tentu saja, kita semua harus bekerja untuk
menyokong kehidupan kita. Di sini, yang ingin saya tekankan adalah:
walaupun aktivitas yang kita lakukan adalah pekerjaan sehari-hari untuk
menopang kehidupan ini, tetapi alasan atau motivasi di baliknya bisa
berbeda-beda. Sebagai contoh, kita bisa melakukan pekerjaan semata-
mata demi kebahagiaan pada kehidupan saat ini saja, atau bisa juga ada
alternatif lain. Misalnya, kita memang bekerja untuk menyokong hidup
kita, namun cakupan pikiran kita sudah melampaui kehidupan saat ini,
sudah melampaui aksi mengejar kebahagiaan pada kehidupan saat ini
saja. Singkatnya, menurut ajaran Buddha, orang-orang yang mengejar
kebahagiaan pada kehidupan saat ini saja dan tak bisa berpikir lebih jauh
dari itu tidak termasuk ke dalam kategori praktisi Buddhis.
Ada kategori berikutnya, yaitu cara berpikir yang jauh lebih luas
dibandingkan dua kategori sebelumnya; ini adalah kumpulan orang
yang memiliki cara berpikir yang baik sekali, yang kira-kira seperti ini,
“Walaupun saya meraih kebahagiaan dalam bentuk kelahiran tinggi di
dalam samsara dan meraih serangkaian kelahiran yang baik di dalam
samsara yang tak terputus, tetapi saya tak berada dalam posisi yang aman.
Selama klesha masih bercokol dalam batin saya, selama itu pula saya
belum bebas dari klesha; di bawah pengaruhnya, cepat atau lambat saya
pasti akan menciptakan karma untuk terlahir kembali atau jatuh ke alam
rendah. Cepat atau lambat saya pasti akan jatuh dari rangkaian kelahiran
yang baik di dalam samsara. Risiko untuk mengalami penderitaan di
alam rendah masih amat besar. Oleh sebab itu, akan sangat baik, jauh
lebih baik kalau saya bisa bebas dari semua klesha ini. Dengan kata lain,
alangkah baiknya kalau saya bisa bebas dari semua bentuk penderitaan
samsara dan mencapai tingkat kebahagiaan yang jauh lebih stabil.” Cara
berpikir kategori ketiga ini jauh lebih luas dibandingkan dua kategori
sebelumnya.
Kita bisa melihat betapa cara berpikir kategori ketiga ini sudah jauh
melampaui kategori sebelumnya. Ia sama sekali menolak penderitaan
samsara secara keseluruhan. Kebahagiaan yang diinginkan oleh kategori
ketiga ini pun jauh lebih luas, yaitu suatu tingkat kebahagiaan yang tak
lagi bisa merosot atau menurun. Dengan demikian, kita bisa melihat
Dengan demikian, masih ada cara berpikir yang lebih luas daripada
kategori ketiga, yaitu kategori keempat, yang tak hanya memikirkan
kebahagiaan diri sendiri yang ingin bebas dari penderitaan samsara
secara keseluruhan, namun juga ingin mencapai pembebasan dari
samsara demi semua makhluk. Orang di kategori ini ingin mencapai
kebahagiaan sejati demi semua makhluk, bukan hanya diri sendiri.
Landasan motivasi yang demikian adalah kebijaksanaan agung dan
welas asih agung bahwa kita tak sendirian di dalam samsara ini. Kita
dan semua makhluk sama-sama ingin bahagia dan tak ingin menderita.
Kita dan semua makhluk sama-sama tak ingin mengalami penderitaan
samsara. Di sisi lain, kita bisa memahami bahwa kita dan semua makhluk
sebenarnya memiliki koneksi yang sangat kuat, hubungan yang kuat
sekali, berhubung semua makhluk pernah menjadi ibu-ibu kita yang
terkasih, ibu-ibu yang telah menunjukkan kebaikan hati yang sangat besar
pada kita. Jadi, penderitaan kita dengan penderitaan semua makhluk
merupakan hal yang sama, dan kebahagiaan kita dengan kebahagiaan
mereka adalah tujuan bersama yang harus kita capai. Dengan demikian,
EMPAT KAPASITAS MAKHLUK 11
Lamrim
kategori keempat bertekad untuk mengatasi penderitaan diri sendiri
berikut penderitaan semua makhluk, serta menuntun mereka mencapai
kebahagiaan tertinggi.
TTT
13
Lamrim
Secara umum, bahasa Tibet punya istilah yang sama untuk merujuk
ke makhluk hidup maupun praktisi. Akan tetapi, ketika para penerjemah
menerjemahkan bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Tibet, mereka
sengaja memilih suatu istilah. Dalam bahasa Sanskerta, istilahnya adalah
purusha, dan para penerjemah ini tak menerjemahkan purusha sebagai
‘makhluk hidup’ saja. Mengapa? Karena seorang purusha atau praktisi
memiliki arti lebih, yaitu seorang yang memiliki kekuatan di dalam
batinnya. Secara khusus, para penerjemah telah memilih kata purusha
untuk diterjemahkan sebagai kye bu, yakni seorang pemilik kekuatan
atau kapasitas. Kategori yang sudah lebih maju dibandingkan kategori
pertama, yaitu kategori kedua, ketiga dan keempat, berhak menyandang
sebutan purusha.
TTT
PENGENALAN LAMRIM 17
Lamrim
ini bukanlah tahapan jalan yang berkesinambungan; masing-masing
metode dipraktikkan secara terpisah untuk mencapai tujuan dari
motivasi yang bersangkutan. Misalnya, motivasi awal bertujuan untuk
mencapai kebahagiaan di dalam samsara pada kehidupan mendatang,
lalu motivasi menengah bertujuan untuk mencapai pembebasan pribadi
dari samsara, dan akhirnya motivasi agung bertujuan untuk mencapai
Kebuddhaan. Ketiganya berbeda dan tak berkaitan satu sama lain. Di
sisi lain, cara kedua, Lamrim, terbagi menjadi 3 jenis motivasi yang
sama. Namun di dalamnya, seorang praktisi bertujuan untuk mencapai
Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna. Praktisi melalui tahapan jalan
yang berkesinambungan dan berkembang dari satu tahapan ke tahapan
berikutnya. Untuk dapat mencapai Kebuddhaan, ia perlu melewati semua
tahapan ini, yakni jalan yang dijalankan bersama praktisi motivasi awal,
kemudian motivasi menengah, dan akhirnya motivasi agung. Fungsi
dari jalan motivasi awal yang dijalankan bersama praktisi motivasi awal
adalah sebagai persiapan bagi praktisi sebelum ia akhirnya melatih diri
pada motivasi agung.
PENGENALAN LAMRIM 19
Lamrim
tahap pertama. Tahap kedua ini berfungsi untuk membersihkan kotoran
yang lebih halus.
Pada tahap terakhir, kain yang digunakan jauh lebih halus lagi.
Misalnya, kita menggunakan kain sutra untuk menggosok batu tersebut.
Terkait dengan cairan pembersih, jenis yang kita gunakan di sini
adalah yang paling halus dibandingkan semua cairan lainnya. Cairan
ini digunakan untuk membersihkan kotoran paling halus dan paling
akhir, sehingga akhirnya perhiasan berlian betul-betul bersih, halus, dan
menjadi berlian yang sesungguhnya.
Kita harus bisa mengatasi kotoran batin yang kasar terlebih dahulu
sebelum mengatasi kotoran batin yang lebih halus. Hal ini merujuk ke
cara-cara berpikir kita yang keliru, dan cara berpikir yang keliru ini
merujuk ke kemelekatan kita pada kehidupan saat ini. Kemelekatan pada
kehidupan saat ini merujuk ke makanan, pakaian, dan reputasi. Setelah
kotoran batin yang paling kasar ini teratasi, barulah kita bisa berupaya
mengatasi kotoran batin yang lebih halus.
PENGENALAN LAMRIM 21
Lamrim
pada kebahagiaan-kebahagiaan samsara, kita bisa mengatasi kemelekatan
kita pada kebahagiaan samsara secara keseluruhan.
Urutannya dimulai dari tahap awal, yaitu meraih realisasi dan juga
mengatasi keburukan atau kotoran batin yang paling kasar. Setelahnya,
kita bisa lanjut ke tahapan berikutnya, yaitu tahapan yang lebih halus
atau rumit. Pada tahapan ini, kita akan meraih realisasi atau pemahaman
yang baru. Dan pemahaman yang baru pada tahapan ini akan menunjang
persiapan kita untuk meraih pemahaman pada tahapan berikutnya lagi.
Proses yang bertahap dan sesuai urutan ini akan menjamin keberhasilan
kita menempuh tahapan demi tahapan dalam sang jalan.
PENGENALAN LAMRIM 23
Lamrim
Baik dalam kasus mempelajari Lamrim untuk diajarkan pada orang
lain atau untuk dipraktikkan oleh diri sendiri, kita harus mengikuti
urutannya. Kita harus betul-betul mengikuti urutannya secara tepat
untuk melatih batin kita, untuk mencapai perkembangan batin. Jika
kita meloncati urutannya, realisasi takkan diperoleh. Dengan demikian,
kalau ada orang yang seumur hidupnya mempelajari Lamrim dengan
cara loncat-loncat dan kemudian mencoba menjelaskan isi Lamrim
pada orang lain, ia dipastikan akan gagal, berhubung dirinya sendiri tak
mengalami perkembangan; batinnya sendiri tak tersentuh oleh ajaran
Lamrim.
Ada yang mengatakan bahwa aturan ini tak berlaku bagi semua
orang, karena ada orang yang memang bisa meraih realisasi spontan
tanpa perlu melatih batin secara bertahap. Memang terdapat 2 tipe
praktisi di sini. Ada orang yang harus melatih diri secara bertahap, dan
mereka disebut sebagai praktisi bertahap; di sisi lain, ada juga orang yang
tak perlu melatih diri secara bertahap tetapi bisa meraih realisasi tingkat
tinggi secara spontan, misalnya, meraih pemahaman kesunyataan tanpa
upaya bertahap. Ini ada sebutannya juga.
PENGENALAN LAMRIM 25
Lamrim
berikutnya, dan ketika ia terlahir kembali nantinya, hanya dibutuhkan
pemicu yang amat kecil untuk membangkitkan realisasi kuat yang
sebelumnya sudah dicapai ini. Dari sini, realisasi-realisasi yang sudah
diraih bisa dikembangkan lebih lanjut. Dengan demikian, kasus ini sama
sekali berbeda dengan pernyataan bahwa seorang praktisi bisa meraih
realisasi secara mendadak begitu saja tanpa melalui urutan latihan.
Arya Asanga juga menjelaskan hal ini dengan sangat jelas. Ada
sebuah kutipan dari beliau yang berbunyi, “Lebih lanjut, para Bodhisatwa
menyebabkan murid-muridnya mencapai faktor bajik pencerahan
dengan benar dan secara bertahap. Untuk melakukannya, pada
mulanya mereka memberi ajaran-ajaran yang mudah kepada makhluk
yang kebijaksanaannya mirip anak kecil dengan memberi instruksi
dan petunjuk eksplisit yang mudah untuk dipraktikkan. Demikianlah
seorang Guru ketika memberi ajaran kepada murid-muridnya. Apabila
kebijaksanaan murid mirip anak kecil (praktisi motivasi kecil), Guru
akan memberi topik-topik yang mudah dipahami oleh muridnya,
berikut instruksi-instruksi dan praktik-praktik awal untuk dijalankan
oleh si murid.”
PENGENALAN LAMRIM 27
Lamrim
Dalam kutipan Arya Asanga ini, disebutkan tentang memberi
instruksi dan petunjuk eksplisit yang mudah untuk dipraktikkan Apa saja
mereka? Mereka adalah topik kematian dan ketidakkekalan, penderitaan
di alam-alam rendah, berlindung sebagai gerbang suci memasuki ajaran,
serta hukum karma.
SESI TANYA-JAWAB
TTT
TTT
TTT
34
Lamrim
motivasi yang sangat tinggi, motivasi yang sangat luar biasa. Oleh sebab
itu, seperti yang dikatakan oleh Arya Asanga, “Ketika mereka telah
mengamati bahwa makhluk tersebut telah meraih kebijaksanaan yang
kokoh, mereka akan memberi ajaran dan instruksi yang mendalam,
berikut petunjuk yang subtil, untuk dipraktikkan. Tak seperti dua
motivasi sebelumnya, pada motivasi agung, instruksi yang diberikan
jauh lebih tinggi lagi; instruksinya bukan hanya untuk mengatasi klesha,
tetapi juga menghapuskan jejak-jejak klesha serta penghalang batin yang
lebih halus.
MOTIVASI AGUNG 35
Lamrim
Ada sebuah kutipan yang menjelaskan pentingnya memulai
dari tahapan termudah sebelum lanjut ke tahapan yang lebih sulit.
Dikatakan oleh Arya Nagarjuna dalam Untaian yang Berharga atau
Untaian Permata, “Seorang guru akan mengajari muridnya pertama kali
dengan huruf yang besar-besar.” Dengan cara yang sama, Buddha juga
mengajari murid-muridnya secara bertahap sesuai dengan kemampuan
dan kapasitas mereka. Kalau murid diberikan sesuatu yang di luar
kemampuannya, ia takkan meraih hasil. Oleh sebab itu, instruksi atau
ajaran yang diberikan harus disesuaikan dengan kemampuan si murid.
Kembali ke kutipan Arya Asanga, pertama-tama, instruksi level anak
kecil akan diberikan pada makhluk dengan motivasi seperti anak kecil.
Selanjutnya, instruksi level menengah akan diberikan pada makhluk
dengan motivasi menengah. Akhirnya, instruksi level agung akan
diberikan pada makhluk dengan motivasi agung.
Kedua jenis kutipan di atas menjelaskan hal yang sama, yaitu urutan
yang harus dilalui ketika kita hendak melatih batin. Kedua kutipan ini
berjalan beriringan, dan karenanya Arya Asanga dan Arya Nagarjuna
dikatakan sebagai dua Pelopor Agung. Demikianlah intisari Lamrim
sejauh pembahasan kita sampai poin ini, yaitu tahapan yang harus kita
lalui dan ikuti sesuai urutan ketika menjalani praktik spiritual.
TTT
MOTIVASI AGUNG 37
Kelahiran Sebagai
9
Manusia yang Berharga
“Setelah mendapatkan kemuliaan terlahir sebagai manusia, kita bisa
menyeberangi lautan penderitaan samsara. Selain itu, dengan kemuliaan
terlahir sebagai manusia, kita bisa menanam benih bagi pencapaian
pencerahan lengkap dan sempurna. Oleh sebab itu, kemuliaan terlahir
sebagai manusia yang sudah kita dapatkan ini jauh lebih berharga
daripada permata pengabul harapan. Siapa pun yang memiliki sedikit
kecerdasan dan kebijaksanaan pasti akan menarik manfaat darinya.”
TTT
Batin kita saat ini sangat kaku dan tak mau menuruti perintah kita.
Apa yang ingin kita lakukan, batin tak mengikutinya. Apa yang tak ingin
kita lakukan, batin juga tak mengikutinya. Singkat kata, batin bergerak
MENJINAKKAN BATIN 43
Lamrim
ke arah yang tak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Masalahnya
adalah: selama kita masih berada dalam kondisi seperti ini, maka tak
ada jalan, sama sekali tak ada harapan untuk mencapai pembebasan
ataupun kebahagiaan, berhubung batin kita senantiasa dirongrong dan
dikendalikan oleh klesha. Kita saat ini dikendalikan oleh batin kita, bukan
sebaliknya. Dengan kata lain, batin kita saat ini menguasai kita. Dengan
cara seperti ini, kita menciptakan karma-karma untuk terlahir kembali
di dalam samsara, dan secara khusus, di alam-alam rendah. Dengan
demikian, kita terpaksa harus mengalami segala bentuk penderitaan di
dalam samsara.
MENJINAKKAN BATIN 45
Lamrim
dalam analogi Aryadewa tentang anak tangga, kita bisa membayangkan
ada 3 undakan tangga yang sudah dihadapkan di panggung. Biar pun
orang-orang muda kiranya bisa meloncati ketiga undakan ini dengan
mudah, selalu lebih baik bila anak tangga dinaiki satu-persatu. Demikian
pulalah seharusnya latihan batin dijalankan secara bertahap, mulai dari
yang paling mudah, lalu naik terus sampai ke tingkatan berikutnya.
TTT
11
Melatih Batin dan
Menolak Samsara
Pentingnya mempraktikkan ajaran sesuai dengan tingkatan yang
tepat juga dinyatakan oleh Aryadewa dalam 400 Stanza, dan poin
ini dikaitkan oleh beliau dengan upaya menolak samsara, “Di awal,
hentikanlah ketidakbajikan; di tengah-tengah, hentikanlah pemahaman
keliru tentang diri; dan di akhir, hilangkanlah semua pandangan salah.”
Ketika kita sudah mengetahui urutan ini, barulah kita dikatakan sebagai
seorang yang terpelajar.
47
Lamrim
mengandung makna yang sangat dalam. Sebelum seseorang betul-betul
bisa menghentikan ketidakbajikan, yaitu menghentikan karma untuk
terjatuh ke alam rendah, yang harus dilakukannya adalah menghilangkan
kemelekatan pada kehidupan saat ini. Setelah itu, barulah ia bisa berpikir
tentang kehidupan berikutnya. Dengan kata lain, sebelum berpikir
tentang cara menghindari karma buruk yang bisa menjatuhkan kita ke
alam rendah, kita harus terlebih dahulu menghilangkan kemelekatan
pada kehidupan saat ini.
TTT
Untuk praktisi motivasi awal, Guru Atisha dalam Pelita Sang Jalan
menjelaskannya sebagai berikut, “Ia yang dengan cara apa pun sekadar
mencari kenikmatan untuk dirinya sendiri dalam samsara disebut sebagai
makhluk berkapasitas kecil.” Dengan kata lain, makhluk ini tak berpikir
lebih jauh daripada sekadar kebahagiaan di dalam samsara. Berikutnya
adalah definisi praktisi motivasi menengah, “Ia yang berpaling dari
kenikmatan-kenikmatan samsara, secara alamiah menolak perbuatan
jahat dan mencari pembebasan untuk dirinya sendiri disebut sebagai
makhluk berkapasitas menengah.” Dengan kata lain, makhluk ini
tak lagi menciptakan karma buruk untuk terlahir kembali di dalam
samsara, dan di saat bersamaan, aspirasinya adalah pembebasan pribadi
bagi dirinya sendiri. Berikutnya adalah definisi praktisi motivasi agung,
“Ia yang telah benar-benar memahami penderitaannya sendiri dan
berkeinginan kuat untuk menghapuskan penderitaan semua makhluk
disebut sebagai makhluk berkapasitas agung.” Maksudnya, dengan
memahami penderitaan diri sendiri, kita akhirnya bisa memahami
penderitaan makhluk lain dan betul-betul melihat bahwa penderitaan
konstan di dalam samsara adalah sesuatu yang tak tertahankan. Kita
berpikir bahwa selain diri kita, semua makhluk juga ingin menghentikan
penderitaan samsara mereka. Mereka yang sudah bisa berpikir seperti
ini dan berkeinginan kuat untuk menghapuskan penderitaan semua
makhluk disebut sebagai makhluk berkapasitas agung.
Ada 3 poin yang sangat penting di sini. Pertama, kita harus bisa
memahami sifat dasar dari setiap kualitas yang hendak kita bangkitkan.
Kemudian, kita harus tahu seberapa banyak kualitas yang akan kita
bangkitkan sebelum bisa berjuang untuk membangkitkannya. Terakhir,
urutan kualitas harus dilatih dengan tepat. Ketika ketiga poin ini
dipahami, barulah kita bisa mencapai kualitas yang diinginkan. Kalau
misalnya salah satu poin ini dilewati, kita tak bisa mendapatkan hasil
yang diinginkan dan sama sekali tak ada jalan untuk mencapainya.
Yang juga tak kalah pentingnya di sini adalah: kita harus bisa
menerima penjelasan atau instruksi dari sebuah silsilah yang berasal
langsung dari Buddha sendiri, yang diwariskan turun-temurun dalam
sebuah silsilah tak terputus sampai ke guru spiritual kita sendiri. Penting
sekali untuk memiliki silsilah yang tak terputus ini. Tentu saja ada
banyak silsilah, tergantung pada instruksi macam apa yang diturunkan
oleh Buddha. Di sini, silsilah yang saya rujuk adalah silsilah Aktivitas
Luas dan silsilah Pandangan Mendalam. Dan ada pula silsilah Praktik
yang Terberkahi, yang merupakan silsilah yang lain lagi.
TTT
Jadi, dari kedua silsilah ini, secara total hingga sampai ke Guru
Atisha, terdapat 16 guru silsilah, dan jumlahnya menjadi 17 guru
jika ditambah dengan Guru Atisha. Setelah Guru Atisha menerima
kedua silsilah ini dengan lengkap dan digabungkan menjadi satu,
beliau kemudian meneruskannya kepada murid-muridnya. Di antara
semua muridnya, secara khusus Guru Atisha meneruskannya kepada
Dromtonpa. Awalnya, Dromtonpa bertanya kepada Guru Atisha kenapa
ia hanya diberikan satu ajaran saja, sedangkan murid-murid yang lain
diberikan ajaran dan inisiasi Tantra, dsb. Guru Atisha menjawab, “Saya
tak bisa menemukan orang lain yang patut mewarisi ajaran ini.” Setelah
Pelita Sang Jalan disusun oleh Guru Atisha dan secara khusus diteruskan
kepada Dromtonpa, pada gilirannya Dromtonpa juga meneruskannya
kepada murid-muridnya, dan dari sini, muncullah 3 silsilah Kadam.
Pada masa Guru Atisha masih berada di India, ada begitu banyak
guru besar yang sezaman dengan beliau. Salah satunya adalah guru
dari Guru Atisha sendiri, yakni Guru Shantipa, yang merupakan kepala
biara dari Wikramasila. Guru besar lainnya adalah Naropa, dan masih
banyak lagi guru besar yang telah menerima instruksi tentang bodhicita,
mempraktikkannya, bahkan telah membangkitkannya secara spontan.
Akan tetapi, pada saat itu tak ada seorang pun yang bisa dikatakan
memiliki ikatan langsung dan istimewa dengan instruksi ini; dengan
kata lain, seseorang yang memegang kunci silsilah bodhicita ini. Di
mana pun Guru Atisha mencarinya di seluruh India, beliau tak bisa
menemukan sosok yang dimaksud. Setelah sekian lama mencari,
ternyata sosok pemegang kunci silsilah ini adalah Guru Serlingpa yang
berdiam di Indonesia.
Setelah kita menerima instruksi dan silsilah yang sudah kita bahas
bersama, terutama silsilah Lamrim ini, apa yang harus kita lakukan
adalah memastikan bahwa kita mempraktikkannya. Kita tak mesti
menerima instruksi yang panjang lebar, tetapi cukup menerima sebuah
instruksi yang singkat namun lengkap. Kemudian, kita bisa mengambil
satu bagian darinya dan memusatkan diri untuk mempraktikkan satu
bagian tersebut. Dengan kata lain, kita mengambil satu bagian dari
ajaran Lamrim untuk dimeditasikan dan dipraktikkan dengan sebaik-
baiknya. Misalnya topik bertumpu pada guru spiritual. Topik ini
merupakan fondasi awal, topik pertama. Kita bisa memilih topik ini
sebagai topik pendahuluan untuk dipelajari dan dimeditasikan dengan
sebaik-baiknya. Setelahnya, kita bisa lanjut ke topik-topik Lamrim yang
berikutnya. Aspek-aspek lain dari ajaran ini juga bisa kita pelajari, tetapi
seiring dengan itu, pilihlah satu topik yang menjadi topik utama yang kita
praktikkan, topik yang menjadi perhatian utama untuk dipraktikkan.
Untuk topik-topik lainnya, kita bisa mempelajarinya sambil lalu tanpa
perlu terlalu merincinya, meski tentu saja topik-topik ini tetap mesti
dipelajari dengan baik. Hanya dengan cara inilah kemajuan batin bisa
diperoleh. Ketika realisasi dari satu topik tertentu telah diraih, secara
alamiah realisasi atas topik-topik lainnya akan muncul dengan lebih
mudah.
Ada satu lagi kualitas positif orang Indonesia yang tak kalah
pentingnya, yakni sikap hormat. Gabungan antara sikap hormat dan
semua kualitas positif yang telah disebutkan di atas akan menjadikan
seseorang sebagai sosok yang sangat beradab,. Sikap-sikap seperti ini
juga dimiliki oleh masyarakat Tibet, tentu saja tidak semuanya, tetapi
secara umum masyarakat Tibet memiliki sikap-sikap ini, yaitu sikap
yang mendambakan terjadinya hal-hal baik pada orang lain, yang
menunjukkan kebaikan hati pada orang lain, yang tak menonjolkan diri
sendiri dan malah suka merendahkan hati.
TTT
Menghormati
Buku Dharma
Buddha Dharma adalah sumber sejati bagi kebahagiaan semua
makhluk. Ia menunjukkan cara mempraktekkan dan memadukan
ajaran ke dalam hidup Anda, sehingga Anda menemukan kebahagiaan
yang diidamkan. Karena itu, benda apa pun yang berisi ajaran Dharma,
nama guru Anda, atau wujud-wujud suci, jauh lebih berharga daripada
benda materi apa pun dan harus diperlakukan dengan hormat. Agar
terhindar dari karma tidak bertemu dengan Dharma di kehidupan yang
akan datang, jangan letakkan buku Dharma (atau benda suci lainnya) di
atas lantai atau ditimpa benda lain, melangkahi atau duduk di atasnya,
atau menggunakannya untuk tujuan duniawi seperti mengganjal meja
yang goyah. Mereka seharusnya disimpan di tempat yang bersih, tinggi,
dan terhindar dari tulisan-tulisan duniawi. Bungkuslah dengan kain
ketika sedang dibawa keluar. Demikianlah sedikit saran bagaimana
memperlakukan buku Dharma.
67
Lamrim
seluruh kebahagiaan bagi mereka hingga pencerahan. Sebagian orang
mungkin merasa praktek ini tidak lazim, namun tata cara ini dijelaskan
menurut tradisi buddhis. Terima kasih.
TTT
Dedikasi
Semoga kebajikan yang dihimpun dengan mempersiapkan,
membaca, merenungkan dan membagikan buku ini tersebar kepada
kebahagiaan semua makhluk. Semoga semua Guru Dharma berumur
panjang dan sehat selalu. Semoga Dharma menyebar ke seluruh cakupan
angkasa yang tak terbatas, dan semoga seluruh makhluk hidup segera
mencapai Kebuddhaan.
Di alam, negara, wilayah atau tempat mana pun beradanya buku ini,
semoga tiada peperangan, kekeringan, kelaparan, penyakit, luka cedera,
ketidakharmonisan atau ketidakbahagiaan. Semoga hanya terdapat
kemakmuran besar. Semoga segala sesuatu yang dibutuhkan dapat
diperoleh dengan mudah dan semoga semuanya dibimbing hanya oleh
guru Dharma yang terampil, menikmati kebahagiaan dalam Dharma,
memiliki cinta kasih dan welas asih terhadap semua makhluk hidup dan
hanya memberi manfaat, tidak pernah menyakiti satu dengan lainnya.
TTT
69
Lamrim
Daftar Pustaka
SUMBER SANSKERTA:
SUMBER TIBET:
70
Lamrim
SUMBER TERJEMAHAN INDONESIA:
TTT
DAFTAR PUSTAKA 71
Lamrim
Glosarium
Berlindung: dalam Buddhisme, istilah ini dikenal dengan nama
“Trisarana”. Merujuk pada upaya mencari perlindungan kepada Triratna
dalam rangka menghindari penderitaan dan menemukan kebahagiaan
sejati.
72
Lamrim
Hinayana: secara harfiah bermakna “kendaraan kecil”. Kata
“kecil”di sini tidak merujuk pada semacam tingkatan atau hierarki,
melainkan pada kapasitas batin yang dimiliki oleh seorang praktisi,
atau lebih tepatnya, pada fakta bahwa seorang praktisi menapaki jalan
spiritual dengan tujuan untuk mencapai pembebasan pribadi dari
samsara.
Zen: Juga dikenal sebagai “Chan”. Merujuk pada salah satu tradisi
dalam Mahayana yang menekankan pada meditasi dan realisasi langsung
atas segala fenomena tanpa melalui perantara analisis ataupun upaya
intelektual lainnya.
TTT
GLOSARIUM 75
Lamrim
Tentang Penerbit
TERIMA KASIH TELAH MEMBACA BUKU TERBITAN
PENERBIT SARASWATI. APAKAH KAMI BOLEH MEMINTA
BANTUAN ANDA?
Tiktok: @Lamrimnesia_
E-mail: info@lamrimnesia.org
TTT
GLOSARIUM 77