Anda di halaman 1dari 10

TUGAS REVIEW : TAREKAT MU’TABAROH

Nama: Feby Diah Kusumawati


NIM: 216111022
Kelas: 5A

Judul Buku/Kitab/Jurnal : Ajaran dan Praktik Ritual dalam Aliran Pangestu dan Sapta
Dharma
Penulis/Pengarang :M.Rahmat Ramadahan
Penerbit/Kota/Nama Jurnal : -
Tahun/No...Vol... :-
Halaman yang direview : 31-47

A. Biografi Pengarang Kitab

Kehidupan Pak Harjosapoero Ajaran Sapta Dharma diturunkan kepada Pak Harjosapoero
atau orang yang mereka panggil Pak Panuntun Agung Sri Gutama. Dikenal sebagai Sopoero
di masa kecilnya, beliau merupakan anak pertama dari Bapak dan Ibu Suharjo Soeliya
mempunyai seorang adik laki-laki, seorang putri bernama Jatina. Ia dilahirkan pada tanggal
27 Desember 1914 M di desa Pare, provinsi Kech distrik Palais Kediri Prop Jawa Timur.

Pendidikan Pak Harjosapoero berbeda dengan kebanyakan anak-anak lain yang belajar
dengan baik. Sepeninggal ayahnya Socharjo pada tahun 1915, Harjosapro diasuh oleh
kakeknya Kardinomo, karena ibunya Soelja sedang mengandung anak keduanya saat itu.
Kakeknya menyekolahkannya ke sekolah dasar pada tahun 1920 dan dia lulus pada tahun
1925.

Setelah lulus sekolah, kakeknya meninggal dunia, dan ia harus membantu ibu dan neneknya
menafkahi keluarga setiap hari, sehingga ia tidak dapat melanjutkan studi ke jenjang yang
lebih tinggi. Pada tahun 1939, ketika ia baru berusia 25 tahun, Harjosapoero menikah
dengan Nona Sarigem. Tujuh anak lahir dari pernikahan ini. Setelah menikah, nama Sopoero
diubah menjadi Harjo Sapoero. Untuk menghidupi keluarganya, Harjosapoero bekerja
sebagai tukang cukur dan pedagang kecil-kecilan, membeli dan menjual emas dan berlian.
Istrinya, Ibu Sarigem, juga membantu berjualan bunga. Walaupun pendidikannya kurang
baik dan hanya mampu menjadi tukang cukur dan pedagang, namun Pak Harjosapoero
adalah orang yang sangat aktif, ikut serta dalam perkumpulan dan perjuangan kerakyatan.

Pada tahun 1937, Bapak Harjosopoero aktif mengikuti kegiatan Organisasi Pramuka Surya
Wirana dan bergabung dengan PARINDA (Partai Indonesia Raya). Saat itu, Karan sedang
memimpin pesta ini. Namun, kegiatan partai tersebut tidak terlalu berhasil dan akhirnya
dibubarkan oleh pemerintah Belanda pada saat itu. Saat itu, dengan semangat membela
tanah air, didirikanlah Partindo (Partai Indonesia) di bawah pimpinan Menteri Mahasiswa
Danumiharjo. Dengan berdirinya partai ini, Tuan Harjo Sapoero pun ikut bergabung dalam
perkumpulan ini dan menjadi anggota PARTINDO pada tahun 1945.

Tuan Harjosapoero berpartisipasi dalam operasi tempur, termasuk selama Perang


Kemerdekaan Kedua. Pada saat itu kepemimpinan sementara berada di tangan militer,
sehingga pada tahun 1948-1949 dibentuk KODM (Wakil Komando Distrik Militer) dan PMKT
(Pemerintahan Distrik Militer). Terkait pendirian KODM dan PMKT, Bapak Hardjosapoero
tidak tinggal diam dan turut aktif dalam pendirian ODM di Kecamatan Pare, Kabupaten
Kediri, di bawah komando Letnan Darmon. Setelah bergabung dengan komando Letjen
Darmon setahun kemudian pada tahun , didirikanlah RIS (Republik Indonesia Serikat), yang
mengharuskan semua prajurit yang ikut serta dalam pertempuran untuk kembali ke orang
tuanya masing-masing, dan dengan itu Harjo Sapoero, Ia juga kembali ke kesatuan. Pak
Hardjosapoero mempunyai pengalaman hidup rohani yang mendekatkan beliau kepada
Tuhan di luar pengalaman hidup duniawinya.

Pada tanggal 26 Desember 1952, sehari sebelum Tuan Hardjosopoello mengalami kejadian
yang tidak biasa, beliau sangat gelisah bahkan seharian berdiam diri di rumah dan tidak
bekerja seperti penata rambut pada umumnya. Ketakutan ini menghantuinya hingga larut
malam, setelah pulang dari undangan pernikahan temannya WIT* Pada pukul 01.00,
tubuhnya yang tergeletak di ruang tamunya tiba-tiba terbangun dan digerakkan oleh suatu
kekuatan berupa getaran yang begitu kuat hingga di luar kemauannya. Kemudian akibat
getaran tersebut, Harjosopoero menahan tangannya dan mengambil posisi duduk
menghadap ke timur. Saya menyerah karena tidak kuat menahan getaran dan gerakan Hawa
Sri Pawenan.
B. Sejarah

Pada tanggal 17 Maret 1959, ajaran Sapta Dharma disahkan dengan undang-undang, dan
didirikanlah sebuah organisasi bernama “Perkumpulan. Masyarakat Sapta Dharma
(Persada)” yang menaungi para penganut ajaran tersebut, dan pada tanggal 27 Desember
1986 didirikanlah pada tahun 1986. Yogyakarta, didirikan pada tahun Ajaran ini disebut
Sapta Dharma karena mengandung tujuh jenis otoritas ilahi*, yang merupakan tugas yang
tidak boleh ditinggalkan oleh para pengikut ajaran Sapta Dharma. Sapta sendiri diartikan
sebagai tujuh tugas atau tujuh amalan suci. Menurut Kamil Kartapraja, Sapta Dharma terdiri
dari tujuh pedoman atau pedoman. Sebelum digunakan kata 'iman', ajaran Sapta Dharma
menggunakan kata 'agama' dalam penamaan ajarannya, yakni 'Agama Sapta Dharma'.

Menurut Harjosapoero, istilah “agama” mempunyai arti tersendiri bagi ajaran Sapta Dharma
Artinya,

A: Asal Usul Manusia

GA: Gama atau Kama (Air Suci)

MA: Maya atau Sinar Ilahi

Dengan kata lain pengertian ``agama'' menurut pandangan Sapta Dharma adalah ``Apakah
asal usulnya di Kama dan Maya " Respon Terhadap Pelecehan dan Pedoman Keagamaan
Nama “Agama Sapta Dharma” diubah menjadi “Agama Spiritual atau Sapta Dharma

”. Sejak Pak Harjosapoero menerima wahyu pertamanya. Pada usia tahun, ia sudah
menyandang gelar Regi Brahmono, namun pada tanggal 27 Desember 1955, gelar tersebut
dinaikkan lagi menjadi Sri Gutama, menjadikannya gelar tertinggi yang pernah diterimanya.
Akhirnya ia mendapat gelar Panuntun Agung Sri Gutama. Sapta Dharma yang didirikan atas
perintah Allah SWT secara tidak langsung membentuk struktur kepemimpinan besar yang
terdiri atas:

1) Panuntun Agung Sri Gutama (Pak Harjosapoero)

2) Juru Bicara Pemimpin Besar (Ibu Sri Paoser) Pembina Wanita dan sekaligus diberdayakan
untuk menyebarkan dan memberikan informasi mengenai ajaran Sapta Dharma.
3) Pegawai Panuntun Agung Sri Gutama (Soedmo Poerwodiharjo) yang dapat membantu
Panuntun Agung dan Pembicara Panuntun Agung dalam melaksanakan tugasnya.

Berikut tugas-tugas Pokok Tuntunan baik tertulis maupun tidak tertulis yang diambil dari
Petunjuk Agung Sri Gutama:

1) Mampu atau tidaknya Tuntunan menyelesaikan tugasnya tergantung kemauan,


kesadaran, Tergantung kejujuran.

2) Menjadi pemimpin berarti mengabdi kepada rakyat dan membimbingnya mengamalkan


kehidupannya untuk mencapai cita-cita luhur Satriya Utama.

3) Verifikasi bahwa tugas kepemimpinan perlu dilaksanakan.

4) Pemandu dapat berlatih sesuai dengan minat, hati dan kemampuan keahliannya.

5) Pemimpin wajib melakukan penelitian dan penelitian terhadap penyelenggaraan dan


pelaksanaan ajaran spiritual Sapta Dharma.

6) Fatwa yang dituliskan dilaksanakan pada tanggal 1 sampai dengan 8 Februari 1964 untuk
mengembangkan dan memantapkan metode sujud guna menggali hakikat spiritual Sapta
Dharma.

Secara organisasi, tujuannya adalah untuk melindungi dan mendukung aktivitas warga dalam
mengamalkan Sapta Dharma. Sapta Dharma juga mempunyai tujuan spiritual Memayu
Hayunin Banya Bawana. Ini berarti menuntun manusia menuju kebahagiaan abadi di bumi
dan alam. Sebagai organisasi yang menaungi para penganut ajaran Sapta Dharma
(PERSADA), mempunyai fungsi mengayomi dan menunjang aktivitas umat dalam berbagai
hal seperti:

1) Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan pengalaman Sapta yang merupakan ajaran


spiritual Dharma yang paling murni.

2) Meningkatkan pemahaman dan pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945.

3) Mengajukan usulan dan usulan kepada Pemerintah berkaitan dengan misi utama Persada
yang timbul dari upaya pengkajian dan pelestarian budaya spiritual bangsa.
Dalam menyebarkan ajaran Sapta Dharma, Bapak Panuntun Agung Sri Guntama
menyampaikan bahwa ajaran tersebut harus selaras dan sesuai dengan kondisi budaya lokal
dan masyarakat Indonesia, yaitu semboyan “Rho” Saya menemukan cara untuk memastikan
hal itu “Rawe-rawe Rantas Malang-malang Putung” tentang arti semboyan di atas:

1) Melaksanakan tugas membersihkan tempat-tempat suci di muka umum agar masyarakat


dapat melihatnya secara langsung.

2) Perkuliahan dilaksanakan secara terus menerus di seluruh Indonesia melalui lokakarya.

3) Dengan menggunakan kata usada yaitu kesembuhan di jalan Tuhan, menolong orang yang
berada dalam penderitaan dan kegelapan, setelah pulih dari penderitaan dan kegelapan
jejak Bapak Panuntun Agung Sri Gutama Ada pula yang mengikuti perjalanan tersebut dan
mengamalkan ajaran Sapta agama.

Dharma Penyebaran ajaran Sapta Dharma ternyata tidak semudah yang dibayangkan
Berbagai kendala dihadapi Pak Harjosapoero, antara lain cemoohan dan cemoohan. Namun
segala kendala tersebut diterimanya dengan penuh ketenangan, kesabaran dan kegembiraan
Karena ketabahan tersebut, Yang Maha Kuasa akhirnya memampukan berkembangnya
ajaran Sapta Dharma secara subur dan pesat Proses perluasan ini berkembang pesat pada
tahun 1956 hingga 1960. Hanya dalam waktu empat tahun, ajaran ini menyebar ke seluruh
nusantara. Sepeninggal Panuntun Agung pada tanggal 16 Desember 1964, pusat pengajaran
Sapta Dharma dipindahkan dari Kediri ke Slokarsan, Yogyakarta dan diberi nama Candi Batu
Bata Sapta Karena takdir Tuhan maka terpilihlah Pak R Soewartini Martodihardjo, SH,
mahasiswa PhD Fakultas Hukum UGM Ia menjadi pemimpin Sapta Dharma dengan gelar
Panuntun Agung Sri Paosa Sejak kepemimpinan Sri Paosa, perkembangan Sapta Dharma
mengalami percepatan. Bahkan saat ini, doktrin ini telah dikembangkan dan mempunyai
reputasi baik dengan persetujuan pemerintah Indonesia.

C. Konsep Pemikiran

A) Konsep Ketuhanan

Sapta Dharma merupakan aliran spiritual yang memuat ajaran tentang kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Dalam ajaran ini, konsep ketuhanan atau ajaran Tuhan dikemukakan
dengan sangat ringkas oleh Sri Pavanengwa sebagai berikut: Landasan segala sesuatu dan
pencipta segala yang terjadi, lima sifat keagungan mutlak, yaitu Maha Agung, Maha
Penyayang, Maha Adil, Maha Wasesa (Perkasa), dan Maha Abadi (Maha Kalal). Ajaran Sapta
Dharma menyatakan bahwa Tuhan adalah wujud mutlak yang menjadi dasar segala sesuatu
dan pencipta segala sesuatu yang terjadi di dunia ini. Ketika kita mendengar kata Absolut,
kita mendapat kesan bahwa Tuhan itu ada secara mutlak dan Dia bebas dari segala
hubungan. Namun mengingat tambahan Pencipta segala sesuatu yang terjadi, timbul kesan
bahwa Tuhan adalah suatu pribadi. Artinya, Sang Pencipta diartikan sebagai Yang
menciptakan segala sesuatu tanpa materi. Konsep ketuhanan seperti yang dijelaskan dalam
ajaran Sapta Dharma maupun aliran spiritual lainnya digunakan untuk menguraikan ajaran
tentang apa dan siapa Tuhan itu, atau hubungan manusia dengan Tuhan sangat lama.

Ajaran Sapta Dharma ini hanya menekankan sujud saja. Bersujud di hadapan mereka untuk
melayani Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya. Keberadaan Tuhan sebenarnya diakui
dalam ajaran ini, dan bahkan dalam pemaparan ideal ajaran Sapta Dharma memberikan
bukti dan kesaksian akan keberadaan dan keunikan Tuhan. Menurut ajaran ini, Tuhan itu esa.
Namun belum ada penjelasan mendalam tentang ciri-cirinya, seberapa dalam proses
penciptaan alam, seperti apa sikapnya terhadap alam dan manusia. Lebih jauh lagi, ajaran ini
tidak menjelaskan apakah Tuhan itu teistik atau panteistik, transenden atau imanen, apakah
singularitas itu ada tiga, atau singularitas itu mutlak. Oleh karena itu, sangat tidak jelas untuk
mempertimbangkan konsep ketuhanan dalam ajaran ini, namun ada satu hal yang dikatakan
tentang Tuhan. Oleh karena itu, Sri Paosa mengatakan bahwa Tuhan mempunyai lima sifat
dan mereka menyebutnya Pancasila: Allah Maha Besar, Allah Maha Ruhani, Allah Maha Adil.

Ya Allah Wasesah, Allah Maha Abadi

'' Ini peninggian, atau manifestasi ini, terbentuk dari lima yang sebelumnya. Ada juga lima
esensi yang tidak bisa seperti atau menyerupai Tuhan yaitu

1) Allah Maha Besar yang artinya tidak ada seorangpun yang mempunyai sifat yang sama
dengan Allah. Oleh karena itu, manusia harus mempunyai akhlak yang mulia terhadap
sesamanya, seperti Allah SWT.
2) Allah yang Maha Rokhim, artinya Allah SWT dan tidak ada yang lebih besar dari kasih
sayang-Nya. Oleh karena itu, manusia harus memiliki dan menanamkan rasa kasih sayang
terhadap sesamanya.

3) Allah Maha Adil Dengan kata lain, tidak ada sesuatu pun yang mencapai keadilan Allah.
Oleh karena itu, masyarakat harus bisa memperlakukan orang secara adil dan
mendiskriminasi orang.

4) Allah Maha Kuasa. Dengan kata lain, Allah adalah penguasa alam dan kekuasaan-Nya
tidak ada tandingannya. Oleh karena itu, dalam hal ini masyarakat diberikan kekuasaan
untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya.

5) Allah itu kekal. Ini menandakan sifat kekal Allah. Allah itu kekal dan tidak ada yang bisa
mencapai kekekalan. Oleh karena itu, manusia harus memiliki hakikat keabadian spiritual
dari asal muasal spiritual sinar ketuhanan dan hakikat hakikat duniawi. Dan manusia harus
mempunyai sifat-sifat yang mulia.

B) konsep manusia

Konsep manusia dalam ajaran Sapta Dharma dijelaskan dalam bentuk simbol-simbol dalam
ajaran ini, diadopsi pada tanggal 12 Juli 1945. Konsep pendidikan manusia ini pada dasarnya
adalah sarana untuk mengenal manusia. Berbeda dengan kebanyakan aliran kepercayaan
yang sebenarnya tidak menyucikan lambang-lambang yang diusungnya, ajaran ini
mengatakan bahwa lambang-lambang atau simbol-simbol ajaran ini berkaitan dengan
asal-usul manusia, ciri-cirinya, dan akibat-akibat yang terjadi pada manusia itu sendiri
(Konsep keinginan). Berikut penjelasan simbol sebagai ajaran asal usul manusia: Lambang
Sapta Dharma mempunyai berlian segi empat yang melambangkan asal usul manusia.
Berlian mempunyai empat sudut: satu di atas, satu di bawah, dan satu di setiap sisi. Tanduk
atas melambangkan sinar ketuhanan, tanduk bawah melambangkan hakikat bumi, dan
tanduk kiri dan kanan melambangkan perantara keberadaan manusia: Adam dan Hawa, atau
ayah dan ibu. Tepi berlian berwarna hijau tua, melambangkan daging dan badan. Warna
berlian adalah hijau muda, melambangkan pancaran udara dan getaran ilahi Artinya cahaya
Tuhan bersinar di dalam tubuh. Mereka menyebutnya rasa atau semangat. Ada segitiga
sama sisi di dalam belah ketupat, yang dibagi lagi menjadi tiga segitiga sama sisi yang lebih
kecil. Tiga segitiga berwarna putih melambangkan munculnya manusia dari Tritunggal: sinar
ketuhanan, saripati bapak (sperma), dan saripati ibu (telur). Lebih jauh lagi, mereka
menyebut Tritunggal sebagai “hanya cahaya”, “hanya rasa”, dan “hanya ciptaan”.

Tiga buah segitiga mempunyai sembilan sudut, dan sembilan lubang mulut manusia: dua
untuk mata, dua untuk telinga, dua untuk hidung, satu untuk mulut, satu untuk anus, dan
satu untuk alat kelamin. Kemudian terdapat empat lingkaran konsentris berwarna hitam,
merah, kuning dan putih yang melambangkan empat nafsu yaitu Rawwama, Ammala, Swiya
dan Mutmanina. Apalagi bentuk lingkaran seperti roda yang berputar (chakra mangilingen)
menandakan bahwa kehidupan manusia berubah (selalu iwe ginsil). Pada dasarnya
kehidupan manusia kembali pada hakikatnya, jika seseorang mencerminkan akhlak mulia,
maka ruh manusia kelak akan kembali kepada Yang Maha Kuasa dalam kerajaan abadi.
Tubuh ini akan kembali ke asalnya, yaitu bumi. Dijelaskan juga bahwa warna hitam
melambangkan udara hitam yang keluar dari mulut, seperti orang yang berbicara buruk.
Warna merah melambangkan udara yang keluar dari telinga, seperti saat seseorang sedang
marah. Sebaliknya, warna kuning melambangkan udara kuning yang keluar dari mata,
membuat Anda terlihat seperti orang yang menginginkan segalanya. Terakhir, warnanya
putih, melambangkan ritual yang terutama berasal dari hidung.

Lingkaran putih di tengah yang memuat gambar Semar melambangkan lubang manusia
kesepuluh di puncak kepala, dan warna putih melambangkan Nur Chaya atau Nur Petak
(Sinar Cahaya) yang artinya Udara Suci (Hyang Maha Suci). Kemampuan berkomunikasi
langsung dengan Allah SWT. Gambar Semar yang terdapat pada lambang ini melambangkan
postur tubuh Budi Ruhul. Dalam penggambaran ini Semar sedang memegang sesuatu di
tangan kirinya yang berarti mempunyai emosi (jiwa) yang luhur. Apalagi dia punya warisan.
Ini berarti bahwa Dia memiliki kata-kata yang kuat yang diucapkan dengan cara yang ilahi.
Selain itu, Semar memakai kumpu (kain) dengan lima lipatan (wiron), yang menandakan
ketaatannya pada lima prinsip Allah. Dan terakhir, di dalam berlian itu terdapat tulisan
"Sapta Dharma" yang berarti tujuh tugas yang harus dipenuhi oleh seorang pemuja Sapta
Dharma. Selain itu, terdapat gambaran keinginan, semangat, dan keahlian. Hal ini
menunjukkan bahwa kepribadian manusia mempunyai keinginan baik dan buruk, hati dan
akal. Dalam ajaran Sapta Dharma, manusia dipandang sebagai gabungan antara roh dan
materi. Roh adalah jiwa manusia yang lahir dari cahaya cahaya ilahi, dan dianggap sama
dengan udara murni yang ada di sekitar dan di dalam diri manusia dan memberi mereka
kehidupan. Mereka juga menyebut terang Tuhan sebagai Roh Kudus. Sedangkan bendanya
adalah tubuh manusia yang tersusun dari hakikat bumi. Hubungan antara roh dan materi ini
terjadi melalui perantaraan Adam dan Hawa, Ayah dan Ibu, sehingga menciptakan suatu
proses yang disebut Tritunggal. Makna Tritunggal dalam ajaran Sapta Dharma adalah
menyatunya pancaran Cahaya Ilahi (Nur Kahaya), Dzat Ayah (Nur Rasa) dan Dzat Ibu (Nur
Buat). Dalam hal ini, manusia menerima tiga getaran, termasuk satu dari sinar ilahi atau satu
dari udara murni. Kedua, getaran yang timbul dalam diri manusia dapat memberikan
kehidupan. Ketiga, getaran yang membuat manusia bisa beribadah kepada Allah SWT.
Manusia memakan makanan yang meliputi daging dan sayur-sayuran, jadi pada dasarnya
getaran yang ada pada tubuh manusia berasal dari getaran hewan dan tumbuhan. Tubuh
manusia tidak hanya memiliki pergerakan, tetapi juga memiliki sesuatu yang disebut radar.
Radar konon terdiri dari tiga berlian yang terletak di dadanya. Setiap berlian memiliki
getaran warna yang menjadi ciri khasnya.

Dalam ajaran ini disebut dua belas (dua belas) bersaudara. Deskripsinya mengatakan:
"Tempat Mahakudus berpusat di atas kepala, Tempat Maha Suci ini bisa merujuk pada Yang
Maha Kuasa. Premana yang terletak di dahi di antara kedua dahi adalah Jatingalan atau
Sukma yang terletak di bahu kiri. Mereka mempunyai kekuatan atau kemampuan melihat
sesuatu yang tidak terlihat oleh mata normal disebut jatya Ganarwalaja yang berkarakter
brutal terletak di bahu kanan Bromo” marah di tengah dadaku. Bayu letaknya di payudara
kanan, keras dan seragam. Endora terletak di dada kiri dan sifatnya malas. Mayankara yang
letaknya di pusar mempunyai sifat yang keras. Sukama rasa terletak di pinggul kiri dan kanan
serta memiliki sifat emosional yang halus. Sukma Kencana, sahabat berkaki empat dan
sumber kegembiraanmu. Nagatafun, disebut juga Jiwa Naga, terletak di tulang belakang dan
memiliki sifat seperti ulat. Baginda Kiril, disebut juga Nurasa, terletak di ujung jari dan secara
alami bersifat mobile dan dapat menyembuhkan penyakit.

Pada hakikatnya terbagi menjadi empat nafsu: Mutmainna (hitam), Sphere (merah),
Rauwamah (kuning), dan Amara (putih) Uraiannya sebagai berikut:

a) Mutma 'innah, terbuat dari unsur atmosfer, benda panas. Siapa yang memiliki kepribadian
yang cerah, murni dan penuh perhatian.

b) Karena Bola diciptakan dari unsur air, maka bentuk keseluruhannya ada di dalam
sumsum, dan hasil dari Bola itu adalah kemauan. Pada dasarnya Sphere Desire adalah
keinginan atau keinginan yang menimbulkan keinginan.

c) Rauwama, kegembiraan ini muncul dari unsur tanah dalam tubuh manusia. Sifat
Rauwamaa adalah jahat, malas, serakah, dan cuek terhadap kebaikan terhadap sesama
manusia. Namun, ketika kualitas atau keinginan tersebut ditekan atau ditampilkan, maka
kualitas atau keinginan tersebut menjadi dasar kualitas perdamaian.

d) Kemarahan tercipta dari unsur api, bentuk kasarnya terdapat pada darah yang mengalir
dalam tubuh manusia, dan sifatnya sedikit gugup, bengis, dan pemarah.

C) Penciptaan Alam atau Kosmologi Konseptual Alam Sebagai aliran yang mengutamakan
sujud kembali kepada Tuhan, ajaran ini tidak banyak berbicara tentang proses alam
semesta, percaya bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Allah Yang Maha Esa. Masyarakat
hanya percaya bahwa itu berasal dari sana. Hanya sari ayah (sperma), sari ibu (telur), dan
cahaya yang berasal dari Tuhan, mereka menyebutnya Tritunggal. Manusia dilahirkan dari
proses trinitas ini.

Anda mungkin juga menyukai