Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KELOMPOK 4

LOGO STAI

NAMA KELOMPOK :

SAUSAN TSANA

SYAHILA UTAMI

ANGGITA

LISDA ZAMZAM

ABDULLAH IBNU UMAR

ADIBUR RAHMAN

RIANI PITRIA

NABILA NURUL ‘ARAFAH

ABDUL AZIZ

TRI HARTADI SABAN

JELITA NURAENI ALAMSYAH PUTRI

MUHAMMAD SYAICHAN RIZIK

SULISTIKA

NENG ELMA TUNAFSIAH

LAHILLA PUTRI
SARAH FADIATUL RAHMA

TAUFIQURRAHMAN

NAILIA RIZKIA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-MASTHURIYAH

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, kami panjatkan puja serta puji syukur atas Dzat Allah yang Maha Kuasa, atas
berkat Rahmat serta Ridho-Nya telah memberikan kami nikmat kesehatan yang luar biasa ini,
sehingga kami mampu menyusun makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa sholawat serta
salam kami haturkan kepada Nabi kita semua yakni Nabi Muhammad saw. semoga kita
termasuk kepada umat nya yang mendapat syafaatul uzma di yaumul akhir nanti. Aamiin.

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak
kekurangan, untuk itu kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang baik dari
seluruh pembaca terutama dari Dosen mata kuliah Fiqh dan Manajemen Wakaf itu sendiri.
Atas segala kekurangan kami dan makalah kami ini, kami memohon maaf yang sebesar-
besarnya, harap dimaklumi karena kami masih dalam tahap belajar.

Terimakasih.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH (POIN-POIN MATERI, 5W1H)
C. TUJUAN (MEMAHAMI AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH, SSEJARAH
ALMAST, DLL)
BAB II

PEMBAHASAN

ASWAJA DAN SEJARAHNYA


Aswaja atau yang biasa kita sebut dengan ahlus sunnah wal jamaah adalah
salah satu aliran pemahaman idiologis (aqidah) dalam agama Islam. Dan aliran
pemahaman ini diyakini oleh sebagian ummat, banyak dari kita yang mengikuti
fahamini namun tidak mengerti apa arti dan bagaimana sejarah tentang aswaja itu
sendiri, untuk itu pada kesempatan kali ini kami kan membahas sedikit dari
pengertian dari aswaja itu sendiri dan apa peranan Aswaja terhadap pendidikan.

Dinasti Saljuq dan Pengaruhnya Terhadap Aliran Ahlus Sunnah Wal Jama'ah
di Dunia Islam

Perkembangan masayarakat Sunni hingga dewasa ini menjadi bagian


kelompok muslim yang paling besar pengikutnya di dunia Islam yang tersebar ke
seluruh dunia seperti Asia Tenggara, India, Pakistan, Iraq, Syiria, Yordania, Yaman,
Mesir, Maroko, Turki, Eropa Timur, Eropa Barat, Amerika, hingga Afrika bagian
Selatan. Mereka membentang luas dari ujung barat hingga timur dunia, bahkan
sampai ke Eropa. Kebedaaan ini tidak terlepas dari factor sejarah masa lalu, terutama
peran penting Dinasti Turki Saljuk.

TRADISI AMLIYAH ASWAJA AN NAHDLIYAH SEJARAH LAHIRNYA


ORGANISASI NAHDLATUL ULAMA

Amliyah Aswaja
Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi keagamaan sekaligus organisasi
kemasyarakatan terbesar dalam lintasan sejarah bangsa Indonesia, mempunyai makna
penting dan ikut menentukan perjalanan sejarah bangsa Indonesia. NU lahir dan
berkembang dengan corak dan kulturnya sendiri. Sebagai organisasi berwatak
keagamaan Ahlussunnah Wal Jama'ah, maka NU menampilkan sikap akomodatif
terhadap berbagai madzhab keagamaan yang ada di sekitarnya. NU tidak pernah
berfikir menyatukan apalagi menghilangkan mazdhab-mazdhab keagamaan yang ada.
Dan sebagai organisasi kemasyarakatan, NU menampilkan sikap toleransi terhadap
nilai-nilai lokal. NU berakulturasi dan berinteraksi positif dengan tradisi dan budaya
masyarakat lokal. Dengan demikian NU memiliki wawasan multikultural, dalam arti
kebijakan sosialnya bukan melindungi tradisi atau budaya setempat, tetapi mengakui
manifestasi tradisi dan budaya setempat yang memiliki hak hidup di Republik
Indonesia tercinta ini. Sebagai warga negara Indonesia, khususnya sebagai warga
Nahdlatul ‘Ulama alangkah baiknya kita mengetahui lebih dalam mengenai apa itu
Nahdlatul ‘Ulama. Banyak hal yang bisa kita temukan dan kita kaji dalam
perkembangan organisasi ini sehingga kita dapat memetik segala hikmah kebaikan
yang bisa dijadikan motivasi dan semangat untuk kehidupan kita.

Tugas Agama “Konsep Aswaja”

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas ini. Tidak lupa shalawat serta salam saya curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan umatnya.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan kami sebagai manusia. Untuk itu, kami berharap kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini menjadi lebih baik lagi. Kami berharap semoga laporan
tugas ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami dan bagi para pembaca.

TV RELIGI PENJAGA ASWAJA (Sejarah dan Perkembangan TV9–Nahdlatul


Ulama Jatim)

METODE
Tumpeng atau memasak Tumpeng dalam kasus ini akan dipandang sebagai
sebuah kebudayaan, yang bagi Clifford Geertz, dipahaminya secara semiotis.
Maksudnya, kebudayaan manusia, daripada hanya sekadar ditelusuri sebab-akibatnya
saja, penting juga untuk dipahami maknanya (Budi, 1992: vi). Memahami makna atau
simbol budaya tidak dicapai melalui proses memahami pikiran manusia sebagai
subyek budaya secara personal. Sebab, bagi Geertz, makna atau simbol dalam suatu
budaya berada di antara subyek-subyek budaya itu sendiri sebagai sebuah relasi
kebudayaan (Roger, 1974: 8).

Urgensi Standarisasi Islam ASWAJA ANNAHDLIYYAH untuk Perdamaian


Indonesia dan Dunia

Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk mengajak siapapun tanpa tebang
pilih agar lebih dekat dengan Nahdlatul Ulama, sebuah organisasi masyarakat yang
salah satu tujuan dilahirkannya adalah demi melembagakan wawasan keagamaan
yang dianut sebelumnya yakni A hlussunnah wal Jama’ah dan juga demi memenuhi
kebutuhan perdamaian dunia di mana dewasa ini sangat rawan terhadap perpecahan
akibat berbagai kepentingan mulai dari perbedaan pandangan politik, sosial, hingga
kultur. Adapun yang menjadi latar belakang penulisan karya tulis ini adalah
memaparkan betapa urgennya peran Islam Nahdlatul Ulama (An-Nahdliyyah)
berpaham Aswaja bagi perdamaian dunia, khususnya bagi Negara Indonesia dengan
background kemajemukan serta keberagamannya. Indonesia menjadi negara
demokrasi dengan segala perbedaan dan kemajemukan yang ada, tetapi tetap bersatu
padu, menciptakan kedamaian dalam satu bingkai kebangsaan. Indonesia bisa
menjadi role model bagi negara-negara di dunia, khususnya bagi negara konflik
dengan isu agama, bahwa perdamaian dan persatuan adalah perlu demi menjaga
keutuhan suatu bangsa, dan Indonesia telah membuktikan harmoni itu. Selain sebab
ideologi Pancasila yang terbukti mampu menyatukan perbedaan, Indonesia juga
memiliki organisasi sebesar Nahdlatul Ulama yang telah terbukti hadir menjawab
tantangan perbedaan. Nahdlatul Ulama merupakan organisasi masyarakat yang
ramah, tidak marah. Merangkul, bukan memukul. Keberadaannya di tengah
masyarakat mampu menjadi oase yang menyejukkan, dan menjadi garda terdepan
dalam menjaga perdamaian serta keutuhan bangsa, sebagaimana yang tertuang dalam
butir prinsip-prinsip yang selama ini Nahdlatul Ulama pegang teguh.
SEJARAH AL-MASTHURIYAH DAN SEKOLAH TINGGI AL-
MASTHURIYAH (STAI) AL-MASTHURIYAH

I. Al-Masthuriyah
A. Sejarah Berdirinya Al-Masthuriyah

Yayasan Al-Masthuriyah berdiri pada tahun 1920 di Kampung Tipar, Desa


Cibolangkaler (dulu Desa Cibungaok, kemudian Desa Cimahi), Kecamatan Cisaat,
Kabupaten Sukabumi (7 km arah barat kota Sukabumi).

Pada 9 Rabiul Akhir 1338 H, bertepatan dengan 1 Januari 1920, KH.


Masthuro mulai mendirikan sebuah madrasah yang diberi nama Madrasah
Ahmadiyah yang merupakan cabang dari Madrasah Ahmadiyah Sukabumi. Nama
Ahmadiyah dipilihnya karena beliau adalah lulusan Madrasah Ahmadiyah Sukabumi
dan tidak ada hubungannya dengan nama sebuah aliran dalam Islam.

Pada tahun 1941, KH. Masthuro mulai mengelola Madrasah dan pesantrennya
secara mandiri dan terpisah dari status cabangnya. Nama pun diubahnya menjadi
Sekolah Agama Sirojul Athfal. Walaupun dari istilahnya Siroj berarti lampu dan
athfal berarti anak laki-laki. Kemudian, atas saran dan hasil musyawarah pada tahun
1950 dibentuklah sebuah lembaga baru, dengan nama Sekolah Agama Sirojul Banat.
Hal tersebut memungkinkan diterimanya santri perempuan untuk belajar di pesantren
ini.

Perkembangan selanjutnya, secara berturut-turut, KH. Masthuro mendirikan


Madrasah Tsanawiyah Sirojul Athfal/Banat pada tahun 1967 dan Madrasah Aliyah
Sirojul Athfal/Banat pada 1968. Pada tahun ini pula, tepatnya tanggal 27 Rajab, KH.
Masthuro menghadap Ilahi dan meninggalkan lembaga rintisannya yang kini sudah
besar dan sudah menebarkan alumninya ke berbagai penjuru daerah di Indonesia,
bahkan sudah sampai ke negeri yang jauh.
KH. Muhammad Masthuro dalam mengemban amanat kelangsungan hidup
sarana pendidikan yang dibinanya dengan kesungguhan dan keikhlasan. Beliau
memegang semua bidang studi, yang dengan kearifannya, tugas-tugas tersebut
akhirnya dapat didelegasikan kepada generasi berikutnya tanpa menimbulkan
goncangan sosial yang berarti. Tongkat estafet kepemimpinan tersebut dapat di
selesaikan oleh beliau dengan baik, dibuktikan dengan munculnya tokoh-tokoh baru
sepeninggal beliau. Tokoh-tokoh tersebut antara lain adalah: KH. Syihabuddin
Masthuro (alm), KH. E. Fachruddin Masthuro, dan KH. Abdul Aziz Masthuro.
Akhirnya ketiga tokoh tersebut yang memimpin pengembangan pesantren pada
periode berikutnya.

Pada tahun 1974 nama Sirojul Athfal/Banat dirubah menjadi Perguruan Islam
Al-Masthuriyah. Sistem pendidikan yang dipergunakan Al-Masthuriyah adalah
mengembangkan jenjang pengajaran thalabah khususiyah, meliputi bidang-bidang
kajian ilmu tafsir, hadits, fiqih.

B. Biografi Mama KH. Muhammad Masthuro

K.H. Masthuro dilahirkan di Kampung Cikaroya, sebuah kampung yang


bertetangga dengan Kampung Tipar tempat Al-Masthuriyah kini berada, pada tahun
1901. Ayahnya bernama Amsol. Bapak Amsol sering juga disebut Bapak Uha. Nama
Uha diberikan orang kepada Bapak Amsol karena diambil dari salah seorang
putranya. Keseharian Bapak Amsol adalah sebagai Amil atau Lebe yang bertugas
mengurusi masalah keagamaan di desa. Bapak Amsol adalah nama samaran dari
Asror. Beliau menggunakan nama samaran itu untuk menghindar dari kejaran
Belanda. Karena tidak mau tunduk ke penjajah, beliau melarikan diri dari Kuningan
ke Bogor yang kemudian memperoleh istri dari Cimande Bogor yang bernama Ibu
Eswi.

Dalam hal pendidikan keagamaan, sebagaimana kebiasaan masyarakat


pedesaan pada masa itu, K.H. Masthuro memulai kegiatan mencari ilmunya dengan
belajar membaca Al-Quran yang dimulai pada saat berusia enam tahun, yaitu pada
tahun 1907. Guru pertamanya dalam membaca Al-Quran adalah Ayahnya sendiri,
Bapak Amsol. Kemudian pada tahun 1909 di usianya yang kedelapan, ia pergi
menuntut ilmu di Pesantren Cibalung, Desa Talaga, Kecamatan Cibadak, Sukabumi
yang dipimpin oleh K.H. Asyari. Di Pesantren ini K.H. Masthuro selain
memperdalam penguasaan membaca Al-Quran, juga mulai mempelajari kitab-kitab
kuning. Di sinilah pertama kali ia mengenal kitab-kitab kuning yang menjadi rujukan
di banyak pesantren hingga sekarang.

Pada tahun 1911, K.H. Masthuro masuk sekolah kelas II di Rambay Cisaat.
Pada tahun 1914, setelah tiga tahun belajar di sekolah ini, ia berhasil lulus dengan
memperoleh ijazah. Selain belajar di Rambay, ia juga mengaji kitab-kitab kuning di
Pesantren Tipar Kulon yang dipimpin oleh K.H. Kartobi. Di pesantren ini, ia
memperdalam kembali apa yang pernah diperolehnya di Pesantren Cibalung.

Selepas menamatkan pendidikannya di sekolah di Rambay, K.H. Masthuro


kembali menjelajah dunia pesantren. Pada tahun 1914, ia kembali mengaji kitab-kitab
kuning di Pesantren Babakan Kaum Cicurug, Sukabumi yang dipimpin oleh K.H.
Hasan Basri.

Pada masa yang sama, K.H. Masthuro juga ikut mengaji di Pesantren Karang
Sirna Cicurug yang dipimpin oleh K.H. Muhammad Kurdi. Jarak yang tidak begitu
jauh dari pesantren tempat ia tinggal, memungkinkannya untuk mengaji di dua
pesantren pada saat yang bersamaan. Di pesantren ini, seperti juga di pesantren-
pesantren lainnya, K.H. Masthuro mempelajari kitab-kitab kuning terutama yang
belum dipelajarinya.

Di dua pesantren di atas, K.H. Masthuro hanya mengaji selama satu tahun
saja. Pada tahun berikutnya, 1915, K.H. Masthuro mengaji kitab-kitab di pesantren
Paledang Cimahi Cibadak Sukabumi pimpinan K.H. Ghazali.
Masih di tahun yang sama, yaitu 1915, K.H. Masthuro berpindah ke Pesantren
Sukamantri Cisaat yang diasuh dan dipimpin oleh K.H. Muhammad Sidiq. Pada
tahun 1916, ia mempelajari kitab-kitab di Pesantren Pintuhek, Sukabumi, yang
dipimpin oleh K.H. Munajat.

C. Tiga Tradisi Al-Masthuriyah

Pimpinan Al-Masthuriyah Drs. KH A.Aziz Masthuro, menggariskan tiga


tradisi Nahdlatul Ulama yang akan dijadikan pijakan dalam penyelenggaraan dan
pengelolaan Pesantren pada abad kedua ini.

Ketiga tradisi itu adalah :

1. Tradisi Keilmuan

2. Tradisi Keagamaan

3. Tradisi Kemasyarakatan

II. STAI Al-Masthuriyah


A. Sejarah STAI Al-Masthuriyah

STAI Al-Masthuriyah adalah lembaga Pendidikan Tinggi yang ada di Pondok


Pesantren Al-Masthuriyah. Didirikan pertama kali tahun 1982 dengan jurusan
Ushuludin. Pertama kali namanya Perguruan Tinggi Islam (PTI). Kemudian sesuai
regulasi dan kebijakan Kemenag berubah menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Ushuludin
(STIU)

Pada tahun 1990, yayasan Al-Masthuriyah mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu


Tarbiyah (STIT) dengan jurusan Pendidikan Agama Islam. Manajemennya berbeda
dengan STIU walau dalam naungan yayasan yang sama. Peminatnya lebih banyak
daripada jurusan sebelumnya. Seiring dengan perkembangan, kedua sekolah tinggi itu
digabung menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) dengan menambah jurusan
Muamalah yang berafiliasi ke fakultas syariah.
Pendirian STAI Al-Masthuriyah Sukabumi didasari oleh sebuah keyakinan
bahwa semua umat Islam supaya melek pendidikan harus diimbangi dengan
penyediaan Lembaga terutama pendidikan tinggi. Pendidikan yang dimaksud adalah
pendidikan yang lahir dari masyarakat dan untuk kepentingan masyarakat.
Pendidikan tinggi yang tidak mengakar pada kehidupan masyarakat hanya akan
menggiring masyarakat pada keengganan untuk meningkatkan kualitasnya sesuai
dengan tuntutan ajaran Agama Islam yang dianutnya.

Sebagai Perguruan Tinggi yang lahir dari keinginan masyarakat, STAI Al-
Masthuriyah menciptakan suasana kemasyarakatan yang kental. Dengan didukung
oleh Yayasan Al-Masthuriyah yang berpengalaman mengelola Pondok Pesantren
sejak Tahun 1920, cita-cita STAI dapat mewujudkan keinginan masyarakat untuk
menjadi ulama yang intelek dan berakhlakul karimah dapat dilaksanakan.

Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Masthuriyah ini, memiliki tiga


jurusan yaitu :

1. Pendidikan Agama Islam (PAI), adalah jurusan yang mempersiapkan dirinya


untuk menjadi guru agama baik pada lembaga pendidikan formal, non-formal,
maupun informal di dalam keluarganya dan masyarakat.
2. Hukum Ekonomi Syariah (HES), mempersiapkan lulusannya dalam berperan
untuk menemukan sekaligus sebagai pelaku pengembangan ekonomi berbasis
syariah yang menjadi landasan muamalah umat Islam.
3. Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) mempersiapkan lulusannya untuk menjadi
komunikator dan penyebar ajaran dan agama Islam dengan menyesuaikan pada
perkembangan masyarakat dan perkembangan keberagamaan masyarakat
terutama dalam era komunikasi digital.

Beberapa pimpinan yang pernah memimpin STAI Al-Masthuriyah :


1. KH E. Fakhruddin Masthuro
2. Drs. KH. A. Aziz Masthuro
3. Dr. H. A. Darun Setiady, MSi
4. Drs. KH Hamdun Ahmad
5. Dr. KH. Abubakar Sidik

B. Visi Dan Misi STAI Al-Masthuriyah

VISI

Visi pengembangan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Masthuriyah


dalam jangka waktu empat tahun ke depan adalah mewujudkan Perguruan Tinggi
Islam yang memiliki keunggulan akademik yang kompetitif, profesional, demokratis,
mandiri yang dilandasi nilai-nilai ke-Islaman.

MISI

 Menyiapkan cendekiawan muslim yang memiliki keunggulan akademik,


kemantapan akidah, berakhlak mulia dan mandiri serta mampu merespon
dinamika perubahan masyarakat global.

 Transformasi ajaran-ajaran Islam melalui ilmu, amal dan pengabdian dalam


kehidupan beragama, bermasyarakat, dan berbangsa.

 Mensinergiskan kajian ilmu-ilmu ke-Islaman dengan ilmu-ilmu terkait yang


diarahkan bagi pengembangan ilmu dan pemberdayaan masyarakat yang Islami.

 Mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan tuntutan


pengembangan kualitas akademik.

 Membangun kultur kampus yang demokratis melalui pengembangan kegiatan


Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian masyarakat sesuai dengan tuntutan Tri
Dharma Perguruan Tinggi dalam aspek keilmuan, kemasyarakatan dan
kebangsaan.
1. Pengertian NKRI

NKRI merupakan singkatan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.


NKRI adalah negara kesatuan dengan bentuk pemerintahan republik, dengan
nama negara Indonesia.

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, merupakan awal


berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. NKRI terdiri dari wilayah
kepulauan yang tersebar dengan beraneka ragam adat, budaya, suku, dan
keyakinan.

Istilah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI merujuk pada


UUD 1945 pasal 1 ayat 1.

Pilihan Indonesia menjadi negara kesatuan, didasarkan bukan hanya


sekedar kepentingan atau sikap politik. Tetapi juga didasarkan atas komitmen
persatuan dan keadilan.

2. Tujuan NKRI
Tujuan negara secara umum adalah menyelenggarakan kesejahteraan dan
kebahagiaan rakyatnya. Tujuan negara merupakan pedoman dalam menyusun
dan mengendalikan alat perlengkapan negara serta mengatur kehidupan
rakyatnya.

Sebagaimana yang tertuang dalam UUD 1945 alinea ke-empat tersebut,


dapat diketahui tujuan NKRI ialah :
 Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.

 Memajukan kesejahteraan umum.

 Mencerdaskan kehidupan bangsa.

 Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,


perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

3. Makna NKRI
NKRI sebagai wujud Proklamasi Kemerdekaan, memiliki makna yang
dalam dengan kondisi bangsa Indonesia yang majemuk. Berikut ini makna
dari NKRI :

 Keutuhan wilayah, meliputi seluruh pulau dengan segenap tanah,


air, dan udara yang terbentang dari Sabang sampai Merauke.
 Keutuhan khasanah budaya meliputi adat istiadat, karya cipta, dan
hasil pemikiran.
 Bangsa Indonesia dan suku-suku di seluruh wilayah NKRI.

 Keutuhan Sumber Daya Alam (SDA), meliputi seluruh kekayaan


alam berupa barang.
 Tambang, flora, dan fauna beserta seluruh plasma nutfahnya.

 Keutuhan penduduk atau sumber daya manusia (SDM), meliputi


keutuhan orangnya, statusnya, keselamatan bahkan
kesejahteraannya,
Pancasila sebagai Dasar Negara

Dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 alinea keempat tertuang


fungsi Pancasila sebagai dasar negara. Fungsi Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia ditetapkan dalam MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang
Pencabutan P4 dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai
Dasar Negara.

Dalam pembukaan UUD 1945 juga tertuang sila dam Pancasila


yang menjadi dasar negara, diantaranya :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Dalam sila pertama ini, terkandung nilai-nilai bahwa NKRI


bukanlah sebagai negara agama, bukan pula negara sekuler. Tetapi
NKRI dikembangkan sebagai negara beragama.

Sebagai negara yang bukan negara agama, NKRI tidak menerapkan


hukum suatu agama tertentu. Artinya 1 ideologi negara tidak berasal
dari ideologi agama tertentu, 2 kepala negara tidak harus berasal dari
agama tertentu, 3 dan konstitusi negara tidak dari kitab suci agama
tertentu.

Sebagai negara yang bukan negara sekuler, NKRI tidak


memisahkan urusan negara dari urusan agama. Artinya 1 keputusan
negara harus didasarkan pada ajaran agama-agama.

Sebagai negara yang bukan negara agama, NKRI mendasarkan


pengelolaan negara pada hukum positif yang disepakati oleh bangsa
yang warga negaranya beragam agama. Sementara negara tidak boleh
mencampuri urusan aqidah agama apapun, tetapi negara wajib
melindungi agama apapun.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Seperti yang tercantum pada pembukaan UUD 1945 yang berbunyi
“Penjajahan di atas dunia harus dihapuskan”, maka NKRI merupakan
negara yang ber-HAM, negara yang berhukum, dan negara
berbudaya. NKRI mengembangkan dirinya sebagai negara yang
melindungi dan menegakan HAM bagai warga negaranya. HAM yang
dimaksud adalah yang sesuai dengan hukum positif dan budaya bangsa
Indonesia.

3. Persatuan Indonesia.
Dalam sila ini, NKRI menyatakan diri sebagai negara yang diikat
oleh nilai persatuan dan kesatuan. Nilai persatuan berprinsip pada
“bersatu dalam keberagaman/ketidaksamaan/heteroginitas. Sementara
nilai kesatuan berprinsip pada “bersatu dalam keseragaman,
kesamaan/homogenitas.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat


kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
NKRI menerapkan asas kerakyatan, asas ini sebagai landasan
penerapan kedaulatan rakyat, dan kedaulatan rakyat ini sebagai basis
demokrasi.
Pemimpi yang hikmat kebijaksanaan lebih mengarah pada
pemimpin yang profesional (hikmat) dan juga dewasa (bijaksana).
Sila keempat ini menunjuk NKRI sebagai negara demokrasi yabng
dipimpin oleh pemimpin yang profesional dan bijaksana melalui
sistem musyawarah mufakat.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam sila kelima terkandung bahwa makna keadilan sosial atau
pemerataan bersama di mata hukum bagi seluruh rakyat, bukan
keadilan bagi segolongan/pemerintah/penguasa.

Bhineka Tunggal Ika

Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan nasional Indonesia,


Bhineka Tunggal Ika memiliki arti Berbeda beda tetapi tetap satu (dalam
perbedaan, tetap ada persatuan) Bhineka Tunggal Ika diabadikan di bawah
lambang negara Indonesia. Bhineka Tunggal Ika dapat ditemui di cakar
burung garuda Indonesia

Arti dan makna Bhineka Tunggal Ika :

1. Keberagaman yang bersatu

Bhineka Tunggal Ika Menggambarkan konsep bahwa meskipun


Indonesia terdiri dari beragam suku, agama, ras, dan budaya, bangsa
Indonesia tetap menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan

2. Toleransi dan saling menghormati

Semboyan Bhineka Tunggal Ika ini mengajarkan pentingnya nilai-


nilai toleransi, saling menghormati, dan hidup berdampingan dalam
harmoni di tengah perbedaan.

3. Persatuan dalam perbedaan

Bhineka Tunggal Ika mengajarkan bahwa meskipun terdapat


perbedaan dalam suku, agama, dan budaya, persatuan dan persaudaraan
harus dijaga.

4. Kekayaan budaya dan keunikan

Bhineka Tunggal Ika juga mencerminkan kekayaan budaya


Indonesia yang terdiri dari berbagai tradisi, bahasa, kesenian, dan adat
istiadat yang berbeda.

Fungsi Bhineka Tunggal Ika :

1. Mempertahankan kerukunan sosial

Bhineka Tunggal Ika menjadi landasan dalam menjaga kerukunan


sosial di Indonesia. Semboyan ini mengajarkan nilai-nilai toleransi, saling
menghormati, dan hidup berdampingan dalam harmoni di tengah
perbedaan suku, agama, ras, dan budaya.

2. Menghormati perbedaan

Bhineka Tunggal Ika mendorong masyarakat Indonesia untuk


menghormati perbedaan dalam suku, agama, ras, dan budaya. Semboyan
ini mengajarkan pentingnya mengakui dan menghargai hak-hak individu
dan kelompok untuk menjalankan kepercayaan dan budaya mereka sendiri.

3. Membangun persatuan

Bhineka Tunggal Ika menekankan pentingnya persatuan di tengah


perbedaan. Semboyan ini mengajarkan bahwa meskipun berbeda-beda,
bangsa Indonesia tetap satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

4. Menghargai keanekaragaman budaya

Semboyan ini mengajarkan pentingnya menjaga dan memelihara


warisan budaya yang beragam sebagai identitas bangsa yang kaya dan
berwarna

5. Memperkuat identitas nasional

Bhineka Tunggal Ika menjadi simbol dari keberagaman dan persatuan


dalam bingkai kehidupan nasional Indonesia. Semboyan ini memperkuat
identitas nasional sebagai bangsa yang beragam namun tetap bersatu dalam
semangat persatuan, kesetaraan, dan keadilan.

Sejarah Bhineka Tunggal Ika:


Sejarah Bhineka Tunggal Ika bermula pada abad ke-14 Masehi di
pulau Jawa, Indonesia. Semboyan Bhineka Tunggal Ika ini pertama kali
ditemukan dalam prasasti Tugu yang ditemukan di desa Ciaruteun Ilir,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Prasasti ini berasal dari masa pemerintahan
Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit pada tahun 1356 Masehi.

Prasasti Tugu menyampaikan pesan tentang persatuan dan


kerukunan di tengah perbedaan dalam beragama. Prasasti ini berisi kutipan
dari kitab Sutasoma, salah satu karya sastra dari pengarang Jawa Kuno,
Mpu Tantular. Kutipan tersebut berbunyi “Wan wengi, windu sinunggal,
winuwus bhinneka tunggal ika” yang berarti “Walaupun berbeda-beda,
dalam perbedaan itu tetap ada kesatuan".

Pada saat itu, pesan Bhineka Tunggal Ika dalam prasasti Tugu
menegaskan pentingnya toleransi dan persatuan di antara berbagai
kepercayaan dan keyakinan yang ada di Nusantara. Semboyan ini
menggarisbawahi nilai-nilai pluralisme dan harmoni dalam kehidupan
beragama.

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Bhineka Tunggal Ika


diadopsi sebagai semboyan nasional. Pada 18 Agustus 1950, semboyan ini
secara resmi dijadikan semboyan negara dan dituangkan dalam pasal 36A
Undang-Undang Dasar 1945. Bhineka Tunggal Ika menjadi prinsip yang
melandasi kerukunan dan persatuan di Indonesia, menghargai keberagaman
suku, agama, ras, dan budaya sebagai sumber kekayaan bangsa.

PENGERTIAN UUD 1945

Sebagai negara yang berdasarkan atas hukum, Tentu saja indonesia


memiliki suatu konstitusi yang di kenal di indonesia di kenal dengan
undang-undang dasar 1945. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 atau di singkat dengan UUD 1945 adalah Hukum
dasar tertulis, dan juga konstitusi pemerintahan Negara Republik Indonesia
saat ini. Undang-Undang Dasar 1945 adalah hukum dasar lembaga Negara
yang mengikat pemerintah, lembaga-lembaga Negara, lembaga
masyarakat, dan juga mengikat setiap penduduk yang berada di wilayah
Negara Republik Indonesia.

FUNGSI UUD 1945

Sebagai hukum dasar, UUD1945 merupakan sumber hukum


tertinggi dari keseluruhan produk hukum indonesia. UUD 1945 juga
mempunyai fungsi sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD 1945
mengontrol apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak
dengan norma hukum yang lebih tinggi.

MAKNA UUD 1945

UUD 1945 sebagai konstitusi bangsa indonesia merupakan


dokumen hukum dan dokumen politik yang memuat cita-cita, dasar-dasar,
dan prinsip-prinsip pemyelenggaraan kehidupan nasional.

KESIMPULAN

UUD 1945 merupakan landasan dasar yang berisi legitimasi hukum


tentang kehidupan bernegara bangsa indonesia. UUD1945 sebagai
pedoman yang memberikan arah bagaimana negara indonesia menjalankan
kehidupan berbangsa dan bernegara dengan dasar aturan yang legal.

 Student Government

Student Government diartikan sebagai pelembagaan kepentingan politik


mahasiswa dalam format negara mahasiswa, namun tidak sama dengan negara,
dimana konsepnya tidak terlepas dari teori negara. Kalau boleh disederhanakan
maka student government adalah gerakan mahasiswa yang dilembagakan.

Dalam perjalanannya, siapapun akan mempunyai tafsiran yang berbeda tentang


posisi, batasan dan kedudukan student government tergantung dari sudut
kepentingan mana dia memandang. Akan tetapi kita tentu harus sepakat bahwa
student goverment kedepannya harus mampu mendorong mahasiswa aktif dan
partisipatif dalam perpolitikan kampus guna memecahkan setiap masalah yang
ada disekitarnya, yang tentu berbasis pada pemikiran intelektual, politik dan
komprehensif yang mengarahkan pada kebenaran dan kebaikan dan tentu bukan
pada pragmatisme

Agaknya perlu diambil kesepakatan bersama seperti apakah format negara


mahasiswa itu. Ada beberapa variasi yang bisa disampaikan mengenai hal ini.
Pertama, student government merupakan bentuk pemerintahan yang
mengambilalih kekuasaan sehingga unsur-unsur kekuasaan dan kekuatan negara
akan dikuasai mahasiswa, hal ini tak lepas dari keprihatinan semakin tidak
jelasnya reformasi. Kemudian yang kedua student government diberi kesempatan
untuk menentukan kebijakan negara dengan masuk ke dalam sistem kekuasaan
namun tidak seluruhnya. Sedangkan yang ketiga student government merupakan
wadah gerakan mahasiswa itu sendiri yang di dalamnya mempunyai bentuk sama
atau mirip dengan bentuk negara. Yang terakhir inilah yang barang kali menjadi
entry point student government dalam patron reformasi. Selain dari bentuk
lembaga tersebut, juga perlu dipikirkan bentuk materiil, substansi dan prinsip
dasarnya. .

Student government juga harus mampu mendorong mahasiswa untuk


melakukan pengkaderan dan pembinaan. Oleh karena itu sudah saatnya seluruh
perguruan tinggi Indonesia mempunyai student government yang akan
mendorong perubahan mahasiswa yang lebih baik.

Keberadaan student government mahasiswa juga akan menempatkan BEM-F,


BEM-J sebagai simbol dari student government resmi yang akan mengatur dan
mengkoordinasikan adanya lembaga eksekutif dan legislatif yang ada di fakultas
dan jurusannya masing-masing. Sedangkan keberadaan UKM harus tetap pada
porosnya yakni menjadi lemabaga yang netral dan hanya berfokus pada minat
dan bakat.

Agar pelaksanaan student government sesuai dengan tujuannya yakni


melahirkan mahasiswa yang mempunyai karakter dan sikap dengan ideologi yang
jelas,student government mempunyai paling sedikit 5 prinsip dasar, yakni
moralitas, intelektualitas, politis, independen dan sejajar. Masing-masing perlu
dikritisi untuk memperoleh gambaran yang ideal tentang konsep yang sedang
dibahas ini.

1. Student government berpatron pada gerakan moral.

Sebelum ide gerakan mahasiswa ini kita kembangkan lebih jauh, agaknya kita
perlu lebih bijaksana untuk becermin pada diri kita sendiri dahulu. Gerakan
mahasiswa, terlepas dari ideologinya, dilahirkan dan dibesarkan oleh mahasiswa
itu sendiri yang sedikit banyak terpengaruh oleh suasana lingkungan dan latar
belakang akademis. Dengan kata lain, mahasiswa adalah unsur dari gerakan
mahasiswa.

Secara umum masyarakat memandang mahasiswa sebagai bagian kecil dari


komunitas terdidik dari bangsa ini. Tapi yang menggelikan tidak semua
mahasiswa, namun cukup banyak, yang kurang menyadari anugerah yang telah
disandangnya.
Sebuah ironi ketika mahasiswa meneriakkan slogan-slogan moralitas tatkala
mahasiswa yang lain kelakuannya tidak bermoral. Sex bebas, aborsi, pergaulan
tanpa batas, narkoba, ayam kampus dan tindak pidana adalah fenomena yang tidak
bisa begitu saja dihilangkan dari ingatan. Jika mahasiswa seperti ini yang diberi
kesempatan memegang kendali, apa jadinya?

2. Student government berpatron pada gerakan intelektual.

Gerakan mahasiswa yang berkarakter intelektual memang diharapkan


menghasilkan rumusan dan solusi konkret permasalahan bangsa sesuai dengan
kapasitas keilmuan yang dimiliki. Jika harapan ini terlaksana maka sebuah
kebahagiaan bagi masyarakat. Mahasiswa menjadi bagian komunitas yang peduli
terhadap rakyat yang miskin dan tertindas.

3. Student government merupakan gerakan politik.

Sebagai gerakan politik mempunyai arti menjalankan fungsi kontrol (oposisi)


terhadap kebijakan, baik kampus maupun negara. Hal ini lebih berarti jika ada
jalinan antar gerakan mahasiswa, paling tidak jika ada isu/musuh bersama,
biasanya mahasiswa bersatu. Turunnya $oeharto pada tahun 1998 merupakan
salah satu contoh betapa kuatnya gerakan mahasiswa tatkala bersatu. Namun
pasca lengsernya $oeharto, gerakan mahasiswa tidak lagi mempunyai kesamaan
terutama dalam hal strategi apa yang akan digunakan dalam melaksanakan agenda
reformasi.

4. Student government bersifat independen.

Independen mempunyai arti tidak terpengaruh kepentingan kelompok tertentu


terutama di luar mahasiswa. sejarah Orde Lama memberikan pelajaran kepada kita
bahwa partai politik pun ternyata mempunyai kepentingan dengan menggarap
mahasiswa. tidak heran jika pada masa itu ada anggapan jika HMI adalah alat
perjuangan Masyumi, NU dengan PMII-nya, PNI dengan GMNI-nya, PKI dengan
CGMI-nya.

5. Student government sejajar dengan pihak manapun.


Hal ini adalah sebuah keberanian dari gerakan mahasiswa yang akan menjadi
bahasa perjuangannya. Sehingga dengan pihak manapun gerakan mahasiswa
mempunyai hak dan kesempatan yang sama. Hal ini membutuhkan keterlibatan
mahasiswa secara luas. Namun, apa dikata, jika ternyata mahasiswa—bahkan
secara umum—bersikap apatis, masa bodoh terhadap kondisi kampusnya. Perlu
energi yang besar untuk merubah paradigma berfikir. Sehingga untuk menghadapi
pihak-pihak di luar maka mahasiswa harus mengatasi kondisi internal mereka
sendiri. Jadi membutuhkan energi dua kali.

 Devinisi Mahasiswa

1.) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mahasiswa adalah orang
yang belajar di perguruan tinggi.

2.) Sementara itu, Sarwono menyatakan mahasiswa merupakan suatu kelompok


dalam masyarakat yang memperoleh statusnya, karena adanya ikatan dengan
suatu perguruan tinggi.

Berdasarkan 2 pengertian di atas, dapat kita pahami bersama bahwa mahasiswa


adalah sekelompok orang dalam sebuah masyarakat yang memperoleh
predikatnya karena belajar di sebuah perguruan tinggi. Perguruan tinggi disini
sendiri beragam, dari mulai universitas, institut, politeknik, sekolah
tinggi, dan lain-lain.

1. Peran Moral

Seorang mahasiswa harus melakukan tindakan-tindakan yang bermoral dan


menghindari tindakan-tindakan immoral atau amoral di tengah-tengah
masyarakat. Sebagai contoh, seorang mahasiswa harus senantiasa mengedepankan
sikap jujur dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Peran Sosial

Seorang mahasiswa tidak boleh menjadi menara gading. Ia harus membaur dan
menyatu dengan masyarakat untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang
berkembang. Salah satu poin dalam Tri Dharma Perguruan tinggi sendiri adalah
pengabdian terhadap masyarakat. Oleh kampus, hal ini biasanya diwujudkan
dalam bentuk kuliah kerja nyata (KKN) yang menjadi salah satu syarat
kelulusan bagi mahasiswa.

3. Peran akademik

Meskipun tidak seluruh mahasiswa berminat untuk menjadi seorang akademisi


atau berkarir di bidang akademik, namun tiap mahasiswa tetap memiliki peran
akademik. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa mahasiswa adalah sekelompok
orang yang berkesempatan untuk menikmati jenjang pendidikan tinggi. tiap
mahasiswa memiliki tanggung jawab tersendiri terhadap orang tua dan
keluarga.Mahasiswa juga bertanggungjawab untuk berprestasi di kampus,
regional, nasional hingga internasional untuk tetap bisa meningkatkan akreditasi
kampusnya.Selain itu mahasiswa juga dituntut untuk menyelesaikan
pendidikannya secara tepat waktu dengan IP yang baik.

4. Peran Politik

Sebagai pemegang tampuk kepemimpinan bangsa di masa yang akan datang,


seorang mahasiswa juga harus turut peduli terhadap kondisi politik dalam negeri.
Berbeda dengan politik praktis, peran politik yang dimainkan oleh mahasiswa
harus sepenuhnya dilandaskan oleh dorongan moral dan semangat untuk
mengusung aspirasi rakyat.

 Tanggung Jawab Mahasiswa

1. Agent of Change

Sebagai agen perubahan, mahasiswa bertanggung jawab untuk menjadi tonggak


bagi perubahan dan kebangkitan bangsa ke arah yang lebih baik.

2. Iron Stock

Mahasiswa sering dianggap sebagai generasi emas yang akan meneruskan estafet
kepemimpinan bangsa dengan lebih baik akibat ilmu dan pengalaman yang
diperoleh selama menempuh pendidikan. Sebagai iron stock, mahasiswa
bertanggung jawab untuk menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas.

3. Moral Force

Mahasiswa juga memiliki tanggung jawab untuk menjadi moral force di tengah-
tengah masyarakat. Maksud dari moral force atau pasukan moral disini adalah
mahasiswa harus menjadi representasi bagi moral yang baik kepada masyarakat.
Mahasiswa harus menjadi role model di masyarakat dalam berperilaku,
berpenampilan, maupun perkataan.

4. Agent of Social Control

Tanggung jawab adalah social control. Hal ini terkait erat dengan salah satu tujuan
dari pendidikan tinggi itu sendiri, yaitu untuk mengabdi kepada masyarakat.
Mahasiswa harus mau membaur menjadi bagian dari masyarakat dan menjadi
pemecah masalah (problem solver) bagi berbagai persoalan di masyarakat.Selain
itu, mahasiswa juga bertanggung jawab untuk menjembatani komunikasi
pemerintah dengan masyarakat.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai