Anda di halaman 1dari 23

SEJARAH BERDIRINYA ORGANISASI - ORGANISASI ISLAM DI INDONESIA

Makalah Sejarah Peradaban Islam

Disusun Untuk Memenuhi Salah satu Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen :

Ahmad Irfan Mufid M. A

Disusun oleh :

Muhamad Rizal Aziz 1113011000003

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas limpahan karunia,
rahmat dan hidayah – Nya, kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Sejarah
Peradaban Islam ini yang berjudul “Sejarah Organisasi Islam Indonesia".

Shalawat teriring salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang
telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman Islamiyah seperti sekarang
ini.

Rasa terima kasih kami sampaikan pula kepada Bapak Ahmad Irfan Mufid M. A
selaku dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang telah membimbing kami dalam
menyusun makalah ini.

Kami menyadari dalam menyusun makalah ini masih banyak terdapat kesalahan
dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
umumnya dan penyusun khususnya. Aamiin.

Penyusun

ii | S E J A R A H B E R D I R I N Y A O R G A N I S A S I I S L A M D I I N D O N E S I A
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 3

A. Persatuan Islam (PERSIS) .................................................................................................. 3

B. Jam’iyatul Washliyah ......................................................................................................... 4

C. Muhamadiyah ..................................................................................................................... 7

D. Nahdlatul ‘Ulama (NU) ...................................................................................................... 9

E. Jam’iyatul Khoir Al – Irsyad ............................................................................................ 12

F. Serikat Islam ..................................................................................................................... 17

BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 19

A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 19

B. Kritik dan Saran ................................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 20

iii | S E J A R A H B E R D I R I N Y A O R G A N I S A S I I S L A M D I I N D O N E S I A
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nusantara adalah sebuah wilayah yang sangat besar, dengan kekayaan yang
melimpah ruah, wilayah agraris serta maritim yang sangat kaya akan sumber daya
alam. Penduduk yang sangat ramah serta keterbukaan dalam menerima pendatang,
sehingga wilayah nusantara menjadi daerah rebutan negara – negara adi kuasa, baik
barat, maupun timur yang memiliki peradaban yang jauh lebih maju dari pada
nusantara. Maraknya kolonialisme serta imperialisme menjadi faktor utama perjalanan
misi glory, gold, dan gospel.

Latar belakang penduduk yang masih tertinggal, menjadi faktor kelemahan


masyarakat nusantara, sehingga misi para negara adi kuasa berjalan dengan baik,
dengan prinsip glory dan gold. Perjuangan para penduduk yang kuat, dengan prinsip
kesatuan nusantara untuk membangun negara sendiri sangatlah kuat. Kegigihan para
pahlawan dengan niat yang kuat, memberikan perlawanan kepada para kaum
kolonialis.

Dalam perintisan negara kesatuan ini, tak terlepas dari beberapa pihak yan
mendukung serat bersatu untuk membangun negeri tercinta. Maka lahirlah pergerakan
serta organisasi dengan tujuan membangun negeri. Islam yang pada saat itu hampir
menguasai bidang religi nusantara tak tinggal diam dalam pembangunan negeri.
Mereka ikut andil dalam mendukung misi ini dengan mendirikan pergerakan dan
organisasi dengan dengan prinsip kesatuan ukhuwah islamiyah, yang di antaranya,
persatuan Islam (PERSIS), Jam’iyatul Washliyah, Muhammadiyah, Nahdlatul ‘Ulama
(NU), Jam’iyatul Khoir Al – Irsyad, Serikat Islam (SI) serta masih banyak lagi
pergerakan dan organisasi yang lahir baik dari kalangan muslimi, nasionalis, pelajar
dsb.

Islam sebagai agama mayoritas tentunya memiliki peranan serta gerakan


penting dalam membawa kemajuan negeri. Pembahsan kali ini lebih dominan
membahas sejarah organisasi islam di Indonesia.

1|SEJARAH BERDIRINYA ORGANISASI ISLAM DI INDONESIA


B. Rumusan Masalah

Pada pembahasan kali ini, terdapat beberapa rumusan masalah yang akan kita bahas,
diantaranya :

a. Bagaimana pergerakan organisasi islam di Nusantara (Indonesia) ?

b. Organisasi islam apa sajakah yang mendominasi nusantara (nusantara) ?

C. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan agar kita mengetahui serta memahami peranan
organisasi islam bagi nusantara (Indonesia)

2|SEJARAH BERDIRINYA ORGANISASI ISLAM DI INDONESIA


BAB II

PEMBAHASAN

A. Persatuan Islam (PERSIS)


Persatuan islam (PERSIS) merupakan salah satu organisasi islam yang tumbuh
dan berkembang di Indonesia. PERSIS didirikan di Bandung pada tanggal 17
September 1923 oleh seorang ulama asal Palembang, Kiai haji Zamzam (1894 –
1952).1 Ketika menuntut ilmu di Mekah, Kiai Haji Zamzam sudah berkenalan dengan
pemikiran Wahabi, Muhammad Abduh, serta Rasyid Rida.2
Tookh utama Persatuan Islam (PERSIS) adalah Ahmad Hassan (1887 – 1958).
Lahir dan besar di Singapura, Ahmad Hassan sejak remaja sudah mengenal gagasan
pembaruan yang disebarkan majalah al – imam.
Satu lagi organisasi yang menyatakan secara tegas sebagai penerus gerakan
pembaharuan Muhammad Abduh dan Rasyid Rida adalah Persatuan Islam, yang
disingkat Persis. Persisi didirikan di Bandung pada tanggal 17 September 1923 oleh
seorang ulama asal Palembang, K.H Zamzam (1894-1952). Ketika menuntut ilmu di
Mekkah, K.H Zamzam sudah berkenalan dengan pemikiran Wahabi, Muhammad
Abduh dan Rasyid Rida.
Tokoh utama persatuan Islam adalah Ahmad Hassan (1887-1958). Lahir dan
besar di Singapura, Ahmad Hassan sejak remaja sudah mengenal gagasan pembaruan
yang disebarkan majalah Al-Imam. Sebagai anggota redaksi surat kabar Utusan
Melayu, Ahmad Hassan menulis banyak artikel mengenai pentingnya umat islam
kembali kepada ajaran Al-Qur’an dan Hadits. 3 Ahmad Hassan menulis banyak artikel
mengenai pentingnya umat islam kembali kepada ajar Al – Qur’an dan Hadits. Ahmad
Hassan yang di kenal sebagai seorang yang keras dan konsisten. Maka tak heran jika
persis beridiri dan berkembang dengan prinsip keras, konsisten dan tidak ada
kompromi.
Persis memilki cita – cita yang sama dengan Muhammadiyah, tetapi metode
keduanya berbeda. Muhammadiyah lebih condong pada pendekatan sosialis, seperti

1
Ensiklopedia Islam hlm. 368
2
Ensiklopedia islam hlm 368
3
Dra. Nia Kurnia dan Amelia Fauzia. Gerakan Modernisme. Jakarta. Ichtiar Baru Van Hoeve. Hlm
368
3|SEJARAH BERDIRINYA ORGANISASI ISLAM DI INDONESIA
sekolah fasilitas umum dsb. Sedangkan persis lebih kepada dakwah dan penyebaran
agama langsung, seperti media massa, media sosial dsb.
Selain itu, persis mempunyai prinsip idealis dalam mengembangkan organisasinya.
Bidang akademik menjadi titik utama faktor perkrutan keanggotaan persis. Sehingga
tak heran jikalau persis memiliki basi akademisi yang kuat. Mereka lebih suka
bertukar fikiran dengan akademisi lainnya. Diantara perdebatan yang penting ialah
perdebatan dengan Ahmadiah Qadiani pada tahun 1930 selama tiga kali, yaitu tentang
pendapat yang dikeluarkan golongan Ahmadiah bahwa pendiriannya diakui oleh para
pengikutnya sebagai seorang Nabi dan Nabi Isa meninggal di Kashmir, selain itu
Persis juga pernah mengadakan perdebatan-perdebatan dengan golongan lain, seperti
Ijtihadul Islamiyah Sukabumi, Majelis Ahlu Sunnah di Bandung, dan Nahdhatul
Ulama di Cirebon tahun 1936. Organisasi ini memiliki bebrapa alat publikasi yang
diantaranya berupa majalah Pembela Islam terbitan Bandung, Al-Fatwa yang ditulis
denga huruf Jawa berbahasa Indonesia, At-Taqwa dengan menggunakan bahasa
4
Sunda dan berbagai Pamflet, Brosur, dan Buku-buku.
Meskipun sering di gadang – gadang mirip dengan Muhammadiyah, dalam
ranah perluasan wilayah, persis lebih memiliki prinsip idealis dalam merekrut dan
membangun keanggotaanya. Dibanding dengan Muhammadiyah, Persis tidaklah
terlalu giat dalam membentuk . banyak cabang. Pembentukan suatu cabang tergantung
kepada inisiatif dan tidak ditentukan oleh program pimpinan pusat. Jika
Muhammadiyah berusaha menggiring orang masuk, lalu kemudian membina orang
tersebut didalam organisasi, maka Persis mengutamakan dahulu diluar lalu yang
dianggap sudah layak baru direkrut menjadi anggota. Tidaklah mengherankan jika
organisasi Persis jauh lebih kecil dibanding Muhammadiyah dalam jumlah anggota
dan aktivitasnya. Persatuan Islam hanya memiliki 200 cabang diseluruh Indonesia,
yang menangani ratusan sekolah dan pesantren.5

B. Jam’iyatul Washliyah
Indonesia yang memiliki wilayah yang sangat luas, tentunya islam menyebar
di seluruh wilayah, tak terlepas wilayah Sumatra. Di wilayah Sumatra, beridiri sebuah
organisasi yang lahir dari golongan muslim Sumatra.
Berdirinya Al-Washliyah dilatar belakangi oleh kesadaran beberapa pelajar dan guru
yang tergabung dalam perguruan Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) untuk bersatu

4
Drs. Ahmad Syaukani, MA. 2001. Perkembangan Pemikiran Modern Di Dunia Islam. Hlm 134
5
. Nia Kurnia dan Amelia Fauzia. Gerakan Modernisme. Hlm 369
4|SEJARAH BERDIRINYA ORGANISASI ISLAM DI INDONESIA
dalam menyalurkan ide dan pendapat. Pada tahun 1918, masyarakat Mandailing yang
menetap di Medan berinisiatif mendirikan institusi pendidikan agama islam, bernama
Maktam Islamiyah Tapauli (MIT). Mereka ini adalah pendatang dari daerah Tapanuli
Selatan yang berbatasan langsung dengan tanah Minangkabau. Disamping dikenal
sebagai komunitas yang kuat beragama islam, suku mandailing juga relatif
berpendidikan lebih baik dari kelompok suku lainnya. Maktab tersebut signifikan
dalam dua hal; pertama, ia adalah lembaga pendidikan islam formal pertama di
Medan; dan kedua, berdirinya Al-Washliyah adalah merupakan gagasan dari para
alumni Maktab tersebut.6 pada saat itu, al washliyah menjadi pembaharu pendidikan
islam dengan menggabungkan dua sistem, antara tradisional dan modern.
Menarik untuk dicatat bahwa berdirinya Al-Washliyah tidak tergantung pada
tokoh sentral karismatik sebagaimana halnya Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah,
Hasyim Asy’ari dengan NU, atau Ahmad Surkati dengan Al-Irsyad. Pendirian dan
pertumbuhan awal Al-Washliyah lebih merupakan hasil upaya bersama beberapa
orang dengan peran dan keistimewaannya masing-masing.Yekh Muhammad Yunus
adalah tokoh yang biasanya dianggap sebagai pendiri Al-Washliyah. Abdurrahman
Syihab adalah tokoh lain yang mempunyai kemampuan tinggi dalam rekruitmen
anggota; Arsyad Talib Lubis adalah Ulama Al-Washliyah dengan ilmu dan
pengetahuan agama islam yang sangat mendalam; Sementara Udin Syamsudin adalah
administrator dan ahli manajemennya.7
Setelah resmi didirikan maka ditetapkanlah pengurus al-Washliyah yang
berkedudukan di Medan, dengan susunan sebagai berikut : Ismail Banda (Ketua I),
A.Rahman Sjihab (Ketua II), M.Arsjad Tholib Lubis (Penulis I), Adnan Nur (Penulis
II), H.M Ya’kub (Bendahara), dan H. Syamsudin, H.Jusuf Ahmad Lubis, H.A Malik,
A.Azizi Effendy (Pembantu-pembantu), serta Sjech H. Muhammad Junus (Penasihat).
Fase perkembangan Al-washliyah di klasifikasikan menjadi tujuh fase yaitu
sebagai berikut :
Pertama, fase berdirinya sampai menjelang kemerdekaan (1930-1942).
Kedua, fase vacum yaitu sewaktu masuknya penjajahan Jepang sampai kemerdekaan
RI (1942-1947).
Ketiga, fase perjuanag politik (1947-1955).
Keempat, kemabali fase pembinaan (1955-1965).

6
Samsul Nizar. 2007. Sejarah Pendidikan Islam Halaman 322
7
Ibid. Halaman 325

5|SEJARAH BERDIRINYA ORGANISASI ISLAM DI INDONESIA


Kelima, fase perluasan misi zending dan penyiaran islam (1965-1972).
Keenam, fase vacum (1972-1983). Dan
ketujuh, fase penataan kembali dan perluasan yaitu (1983 sampai mukatamar ke XVI
1986 dan sampai muktamar ke XVII nanti).
Prinsip islam yang rahmatan lil ‘alamiin, al – washliyah memiliki peranan penting
bagi Indonesia dalam bidang politik maupun sosial.
1. Peranan dan kiprah Al-washliyah dalam bidang sosial keagamaan
Sebagai organisasi sosial keagamaan, Al-Washliyah menjadi rujukan dan tempat
bertanya masyarakat islam tentang berbagai persoalan. Untuk mempermudah
pelaksanaan fungsi ini, maka dibentuklah Majelis Fatwa Al-Washliyah pada bulan
Desember 1933, dengan anggota 15 orang ulama dan pemuka Agama.
2. Peranan dan Kiprah Al-Washliyah dalam bidang pendidikan islam
Dalam catatan sejarah pembaharuan Islam di Indonesia, Al-Washliyah tidak hanya
berhasil berkiprah dibidang sosial keagamaan dan dakwah, tatapi juga dibidang
pendirian dan pendidikan islam dan penerbitan sebagai upaya ikut serta
mencerdaskan kehidupan bangsa, khususnya umat islam.
Lembaga pendidikan pertama sebagai hasil kerja Majelis Tarbiyah, baru berdiri
pada tahun 1932, didaerah Petisah, Medan. Maktab Djami’iatoel Washliah,
demikian nama lembaga ini.
Dengan prinsip keterbukaannya, Al-Washliyah membuat kemajuan di bidang
pendidikan. Pada tahun 1938, Al-Washliyah sudah mengelola Madrasah Tingkat
Aliyah (Qismul Ali) dan juga madrasah pendidikan guru.

Selain mendirikan madrasah, Al-Washliyah juga mendirikan sekolah umum antara


lain :
1. Sekolah Rakyat (S.R) Al-Washliyah dengan lama belajar 6 tahun. materi
pelajarannya 70% ilmu umum dan 30% ilmu agama. Pelajaran umumnya
setingkat dengan S.R Negeri.
2. SMP Al-Washliyah dengan lama belajar 3 tahun.materi pelajarannya 70% ilmu
umum dan 30% ilmu agama. Pelajaran umumnya setingkat dengan SMP
Negeri.
3. SMA Al-Washliyah dengan lama belajar 3 tahun. Materi pelajarannya 70%
ilmu umum dan 30% ilmu agama. Pelajaran umumnya setingkat dengan SMA
Negeri.

6|SEJARAH BERDIRINYA ORGANISASI ISLAM DI INDONESIA


Kemudian pada tahun 1958, Al-Washliyah telah mendirikan Perguruan Tinggi
Agama Islam di Medan dan di Jakarta.8

C. Muhammadiyah

Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi besar umat yang ada di


Indonesia sampai saat ini.
Organisasi muhammadiyah merupakan organisasi sosial islam yang berdiri
pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H, di Yogyakarta atau pada tanggal 18 November 1912
M. Organisasi ini dipelopori oleh K.H Ahmad Dahlan atas saran murid-muridnya dan
beberapa orang anggota Budi Utomo untuk mendirikan lembaga pendidikan yang
bersifat permanen.
Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1869 dengan nama Muhammad
Darwis. Bapaknya adalah seorang pegawai masjid Kesultanan (Khatib) dan ibunya
adalah anak seorang Penghulu yang bernama Haji Ibrahim. Bapaknya bernama K.H
Abu Bakar bin Kyai Sulaiman.
Sewaktu kecil ia belajar agama (mengaji) dengan menggunakan sistem lama di
pesantren yang biasa ditemui pada waktu itu. Setelah menyelesaikan pendidikan
dasarnya pada ilmu Nahwu, Fiqh, dan Tafsir di daerahnya, ia melanjutkan belajar ke
Mekkah pada tahun 1890. Salah seorang gurunya adalah Syaikh Ahmad Khatib.9

K.H Ahmad Dahlan berasal dari keluarga yang berpengaruh dan terkenal dilingkungan
kesultanan Yogyakarta, yang secara genealogis ditelusur akan sampai pada Maulana
Malik Ibrahim atau Maulana Maghribi.10

Didirikannya Muhammadiyah oleh K.H Ahmad Dahlan merupakan hasil


pengalamannya aktif di organisasi Bud Utomo, Jamiat Khair, dan Sarekat Islam.
beliau mengamati bahwa belum ada organisasi masyarakat pribumi yang berorientasi
pada gerakan modernisme islam.

K.H hmad Dahlan merumuskan tujuan pendirian Muhammadiyah yakni


“Menyebarkan Pengajaran Nabi Muhammad Saw kepada Penduduk Bumiputra dan
memajukan Agama islam kepada anggotanya”. Sejak Kelahirannya Muhammadiyah

8
Op. cit Samsul Nizar.. Halaman 334-337
9
Drs. Ahmad Syaukani, MA. 2001. Perkembangan Pemikiran Modern Di Dunia Islam. Bandung :
Pustaka Setia. Halaman 120
10
MT.Ariin.1987.Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah.Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. Halaman
75
7|SEJARAH BERDIRINYA ORGANISASI ISLAM DI INDONESIA
menetapkan Khittah (garis perjuangan) untuk bergerak dibidang dakwah,sosial,dan
pendidikan. Karena itu Ahmad Dahlan berusaha mendirikan lembaga pendidikan,
mengadakan Tabligh, mendirikan masjid, serta menerbitkan buku, brosur, surat kabar,
dan majalah. Inti dari cita-cita Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah adalah
memurnikan ajaran islam dari praktek menyimpang yang tidak terdapat dalam
Alqur’an dan Sunah Nabi SAW.11

Organisasi Muhammadiyah dalam tahun-tahun awal tidak mengadakan pembagian


tugas yang jelas diantara anggota pengurus . sekurang-kurangnya sampai tahun 1917,
ruang gerak kegiatan organisasi ini masih sangat terbatas pada daerah kauman
Yogyakarta dan sekitarnya. Dan barulah setelah tahun 1917, organisasi ini
mempunyai daerah operasi yang lebih luas.

Di Jawa, Muhammadiyah begitu cepat tersebar disebabkan juga oleh kegiatan


misionaris Kristen. Di bidang sosial, Muhammadiyah juga mencontoh kegiatan
misionaris Kristen seperti mendirikan rumah yatim Piatu, merawat fakir miskin, dan
membangun klinik kesehatan yang bermanfaat langsung bagi masyarakat. Dan
meluasnya keanggotaan Muhammadiyah didukung faktor lain seperti cara dakwah
Muhammadiyah yang cenderung toleran.12 Cara tersebut sungguh cara yang cerdik
yang dilakukan oleh Ahmad Dalan dalam menyerbarkan paham darinya melalui cara
seperti misionaris Kristen ini. Karena pada tahun-tahun berikutnya Muhammadiyah
diketahui membangun cabang-cabang di luar pulau jawa khususnya di Minangkabau.

Faktor lain yang mendukung tersebarnya Muhammadiyah adalah tablig-


tablig/dakwahnya mengarah langsung ke amal perbuatan ditengah0tengah masyarakat
yang lebih luas sehingga dapat menarik para patriot dan memberikan dasar-dasar yang
tehug bagi setiap jiwa pada saat itu. oleh karena itu, tidak mengherankan jika pada saat
itu sedang hebatnya reaksi pemerintah Hindia belanda, Muhammadiyah dapat menarik
kelompok intelektual, yang biasanya hanya tertarik oleh gemerlapnya teori belaka.13

Suatu bagian yang sangat penting dalam suatu organisasi Muhammadiyah adalah
majelis Tarjih yang terbentuk pada tahun 1927 melalui utusan kongres organisasi
tersebut di pekalongan. Fungsi dari majelis ini adalah memberikan fatwa atau
menjelaskan hukum masalah-masalah yang sering menjadi pertikaian.

11
Op. cit Dra. Nia Kurnia dan Amelia Fauzia. Hlm 366
12
Op. cit Dra. Nia Kurnia dan Amelia Fauzia. Hlm 367
13
PP Muhammadiyah. 2010. 1 Abad Muhammadiyah. Hlm 104
8|SEJARAH BERDIRINYA ORGANISASI ISLAM DI INDONESIA
Fatwa-fatwa yang dikeluarkan majelis Tarjih tidak langsung disampaikan kepada
masyarakat dan tidak pula masyarakat Muhammadiyah sendiri, namun lebih dahulu
disampaikan kepada pimpinan pusat dari organisasi untuk melaksankannya.

Perkembangan organisasi, Muhammadiyah sampai pada tahun 1935 telah mempunyai


110 cabang dengan anggota kurang lebih 250 ribu orang anggota. Dan hingga
sekarang organisasi Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi yang
mempunyai andil besar dalam dunia pendidikan di negeri Indonesia dengan
berhasilnya membangun prasarana pendidikan dari tingkat Taman kanak-kanak,
Sekolah Dasar, SLTP, SMU, dan Perguruan Tinggi atau Akademi. Disamping itu, juga
mempunyai berbagai macam sarana sosial seperti Rumah Sakit, Yayasan Yatim Piatu,
dan sebagainya.

Dengan demikian, organisasi Muhammadiyah selalu menunjukan adanya grafik


peningkatan dalam berbagai keberhasilan yang tekah diraih dalam rangka ikut serta
membangun umat dan mengisi pembangunan bangsa dinegeri Indonesia.14

D. Nahdlatul ‘Ulama (NU)

Nahdhatul ‘Ulama (Ar : Nahdhah al –‘Ulama = Kebangkitan Ulama). didirikan


pada tanggal 16 Rajab 1344 H. atau tanggal 26 Januari 1926 di Surabaya atas prakarsa
KH Hasyim Asy’ari dan KH Abdul Wahab Hasbullah; Disingkat NU.15
Disamping di bantu oleh KH Wahab Hasbullah, dalam mendirikannya KH Hasyim
Asy’ari juga dibantu oleh ulama-ulama lain diantaranya yaitu :
a. K.H. Bisri Jombang
b. K.H. Ridwan Semarang
c. K.H. Nawawi Pasuruan
d. K.H. R. Asnawi Kudus
e. K.H. R. Hambali Kudus
f. K. Nakhrowi Malang
g. K.H. M. Alwi Abdul Aziz
h. K.H. Doromuntaha Bangkalan dan lain-lain.16

14
Drs. Ahmad Syaukani, MA. Perkembangan Pemikiran Modern Di Dunia Islam. Hlm122-123
15
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. Hlm 345
16
Op. cit .Drs. Ahmad Syaukani, MA.. Halaman 133
9|SEJARAH BERDIRINYA ORGANISASI ISLAM DI INDONESIA
Nahdhatul Ulama Lahir dengan melalui proses yang panjang. Secara
organisatoris, hal ini dimulai ketika para tokoh islam pesantren, Wahab Hasbullah dan
Mas Mansur mendirikan madrasah yang bernama Nahdhatul Wathan pada 1916 di
Surabayaya. Staff pengajar Nahdhatul Wathan didominasi oleh ulama pesantren,
seperti Bisri Syansuri (1886-1980), Abdul Hakim Lei Munding dan Abdullah Ubai
(1899-1938). Pada 1918, Abdul Wahab Hasbullah dan K.H Ahmad Dahlan dari
Kebondalem mendirikan Tashwirul Afkar, yaitu sebuah forum diskusi ilmiah
keagamaan yang mempertemukan kelompok pesantren dan modernis. Pada tahun yang
sama Abdul Wahab Hasbullah bersama K.H Hasyim Asy’ari mendirikan sebuah
koperasi dagang yang bernama Nahdhatul Tujjar. Hanya saja memasuki tahun 1920-
an, kebersamaan dan upaya saling pengertian antara kelompok islam pesantren dan
modernis berubah menjadi persaingan yang mengelompok.

Menjelang kelahiran NU, ditingkat internal umat islam Indonesia telah terbentuk
forum formal kongres Al-Islam, yang berfungsi untuk mempertemukan para tokoh
Islam di Indonesia. Pada 1921 para Ulama menyelenggarakan kongres Al-Islam di
Cirebon untuk mengurai persoalan khilafiah sehingga diharapkan tercipta iklim yang
lebih sejuk. Kemudian pada bulan Desember 1922 kongres Al-Islam kedua digelar di
Garut menyusul kemudian kongres luar biasa Al-Islam di Surabaya pada 1924.
Diantara tokoh-tokoh Islam yang intens mengikuti pertemuan-pertemuan tersebut
adalah HOS. Tjokroaminoto,

K.H Abdul Wahab Hasbullah, K.H Mas Mansur, H. Agus Salim, K.H Abdul Halim
Majalengka, K. Sangadji, R. Wondoamiseno, dan lainnya. Sebelum kongres luar biasa
berlangsung, K.H Abdul Wahab Hasbullah menyatakan Mundur dari kepanitiaan.17

Kelahiran NU tidak terlepas dari adanya reaksi terhadap situasi umat islam ketika
itu. pada permulaan abad ke-20 umat islam mengalami kegoncangan akibat kekalahan
Turki Utsmani pada perang Dunia 1 yang dipandang sebagai kejatuhan dunia islam.
Hal ini terjadi karena kekuasaan sultan Turki sebagai Khalifah umat islam itu telah
diakui keberadaannya oleh semua wilayah islam termasuk Indonesia.Kegoncangan
umat islam ini diperburuk lago oleh keputusan Majelis Nasional Agung Turki yang
menghapuskan Kekuasaan Sultan pada tahun 1922 dibawah pimpinan penguasa Turki
yang baru, Mustafa Kemal Ataturk. Dalam pada itu pengikut gerakan Wahabi dibawah
pimpinan Ibnu Sa’ud berhasil menguasai wilayah Hejaz. Gerakan ini, dengan tujuan
17
Hilmy Muhamadiyah dan Sulthan Fatoni.. NU identitas Islam Indonesia.. Hlm 118
10 | S E J A R A H B E R D I R I N Y A O R G A N I S A S I I S L A M D I I N D O N E S I A
memurnikan paham tauhid umat islam, telah memusnahkan semua yang dipandangnya
menimbulkan bid’ah dan khurafat. Disamping menentang taklid kepada pendapat
imam-imam madzhab dan menyeru untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Hal
ini menimbulkan pengaruh yang sangat besar terhadap umat islam, termasuk umat
islam Indonesia, terutama terhadap para ulama yang kuat berpegang pada tradisi dan
melestarikan ajaran bermadzhab.
Ketika itu di Indonesia muncul pula gerakan-gerakan keagamaan yang dikenal
dengan gerakan pembaru, sebagai akibat dari pengaruh pemikiran Muhammad bin
Abdul Wahhab dari Saudi Arabia dan Muhammad Abduh di Mesir. Berkembangnya
gerakan yang bersemboyan kembali kepada Al-Qur’an dan sunnah ini dirasakan oleh
para Ulama tradisional sebagai “ancaman” terhadap kelestarian tradisi Ahlusunah
Waljamaah.18
Pada tanggal 31 Januari 1926 bertepatan tanggal 16 Rajab 1344 H, Komite
Hejaz mengadakan rapat dirumah K.H Abdul Wahab Hasbullah yang dihadiri oleh
Ulama-Ulama terkemuka. Pertemuan tersebut membicarakan perkembangan dunia
islam mutakhir hingga memikirkan langkah bersama untuk mempertahankan
kepentingan masayarakat islam pesantren. Mereka kemudian memutuskan K.H
Asnawi sebagai utusan para ulama untuk menghadiri Muktamar dunia islam di
Mekkah. Rapat juga memutuskan untuk sepakat mendirikan organisasi yang diberi
nama Nahdhatul Ulama. 19
Tujuan Nahdhatul Ulama (NU) seperti tersebut dalam Anggaran Dasar Tahun
1926 (sebelum menjadi partai politik) adalah perkumpulan sosial keagamaan yang
mementingkan pendidikan dan pengajaran agama islam.
Dalam ikut serta mempertinggi kecerdasan masyarakat Indonesia dan
menggembleng budi pekertinya, NU mendirikan beberapa Madrasah ditiap-tiap
cabang dan ranting. Pada masa pemerintahan Belanda dan penjajahan Jepang, NU
tetap memajukan pesantren-pesantren, mengadakan dakwah dan pengajian-pengajian
dan lain-lainya. NU juga bergerak dalam bidang lainnya seperti di bidang pendidikan,
bidang sosial dan di bidang ekonomi.

Sejak berdirinya sampai tahun 1989, NU sudah 28 kali melaksanakan


muktamar. Muktamar pertama dilaksanakan pada tanggal 21-23 September 1926 di

18
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam.1999.Ensiklopedi Islam..Halaman 353
19
Hilmy Muhamadiyah dan Sulthan Fatoni.. NU identitas Islam Indonesia. Hlm 119

11 | S E J A R A H B E R D I R I N Y A O R G A N I S A S I I S L A M D I I N D O N E S I A
Surabaya. Keputusan utama di antaranya adalah memantapkan diri sebagai pembela
paham Ahlussunah Waljamaah.
Untuk memperkuat perjuangan umat islam, NU bersama-sama organisasi Islam
lainnya, seperti Muhammadiyah, mengambil keputusan untuk membentuk partai
politik Indonesia dalam wadah Masyumi.20 Dari situlah awal dari berubahnya NU dari
hanya organisasi keagamaan menjadi organisasi politik juga.
Dalam perkembangann Selanjutnya NU sekarang ini merupakan organisasi
sosial keagamaan. Namun, sebagian dari tokoh-tokohnya masih merupakan orang-
orang yang aktif dalam kegiatan politik secara tersebar.

E. Jam’iyatul Khoir wa Al – Irsyad


Prinsip pembaharu islam yang berkiblat pada kembalinya islama kepada Al – Qur’an
dan Hadits menjadi ajaran yang di bawa oleh orang- orang Arab pada saat itu,
sehingga masyarakat jam terutama Batavia (Jakarta).
Jam’iyatul khair adalah salah satu perkumpulan kaum muslim yang terdiri dari
pribumi dan orang Arab didirikan di Jakarta pada tanggal 17 Juli 1905. Organisasi
Jamiatul Khair ini terbuka untuk semua golongan masyarakat muslim tanpa
diskriminasi asal keturunan, namun mayoritas anggota-anggotanya adalah orang-orang
Arab. pemimpin-pemimpin mereka pada umumnya adalah orang-orang yang
berkecukupan, demikian juga para anggotanya sehingga memungkinkan mereka dalam
menggunakan waktunya untuk mngembangkan organisasi Jamiatul Khair secara lebih
luas.21
Orang Arab di Jakarta tinggal dalam perkampungan tertentu ( Kantong-Kantong) yang
belakangan terkenal dengan sebutan “Kampung Arab”. Emigran Arab ini dan
keluarganya hanya boleh tinggal di kampung Arab ini. Mereka ada yang melakukan
perdagangan dan ada yang melakukan dakwah islamiyah. Usaha dakwah ini tidak
disenangi oleh pemerintah Hindia Belanda. Hal ini dapat dilihat dari gerak gerik
mereka yang dibatasi dengan adanya “Peraturan Pas Jalan” (Passen Stelsel), yaitu
peraturan yang mengharuskan setiap orang Arab yang keluar dari kampung Arab
untuk meminta Pas Jalan dan jika melanggar akan dikenakan denda sebesar f25, suatu
jumlah uang yang cukup besar pada saat itu.22

20
Op. cit Drs. Ahmad Syaukani, MA. Hlm 134
21
Ibid. Hlm 117
22
H. Muhammad Syamsu As. 1999. Ulama pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya. Hlm 281
12 | S E J A R A H B E R D I R I N Y A O R G A N I S A S I I S L A M D I I N D O N E S I A
Perasaan keterbatasan yang dirasakan orang Arab dengan “Passen Stelsel”
yang diberlakukan oleh pemerintah Hindia Belanda, dan masalah sosial yang timbul
dan juga masalah pendidikan anak-anak mereka, menyadarkan beberapa orang
keturunan Arab akan perlunya suatu badan untuk menampung semua masyarakatnya.
Maka secara diam-diam pada tahun 1901 di Pekojan, Jakarta dibentuk suatu
perkumpulan yang dinamakan perkumpulan Jamiat Khair.
Para pendiri perkumpulan ini adalah :
1. Sayid Ali bin Ahmad bin Syahab, sebagi Ketua
2. Sayid Muhammad bin Abdullah bin Syahab, sebagai Wakil Ketua
3. Sayid Muhammad Al Fachir bin Abdurrahman Al Masyhur, sebagai Sekretaris
4. Sayid Idrus bin Ahmad bin Syahab, sebagai Bendahara
5. Said bin Ahmad Basandied, sebagai Anggota.23

Organisasi ini memiliki tujuan dibidang pendidikan. Alasan utamanya ialah


adanya keterbatasan sarana pendidikan dan kekurang sesuaian fasilitas pendidikan.
Disatu sisi, masyarakat Arab kurang suka jika anak-anak mereka mengikuti
pendidikan disekolah Belanda. Disisi lain, mereka menganggap sekolah pribumi
kurang bermutu. Mengirim anak-anak mereka untuk bersekolah di negeri asal mereka,
Hadramaut, juga buka ide baik karena dikhawatirkan mereka memiliki sifat
Konservatif. Selain alasan Bragmatis tersebut masyarakat Arab yang maju juga sudah
sadar akan pentingnya pendidikan modern yang dapat meningkatkan mereka dari
ketertinggalan dari Barat. Karena itu sekolah dasar Jamiat Khair yang didirikan
menggunakan sistem pendidikan modern, seperti adanya kurikulum, mata pelajaran
umum (disamping mata pelajaran agama), kelas-kelas yang sudah terorganisasi,
pengajaran bahasa Inggris, dan bahkan bahasa pengantarnya adalah bahasa melayu.24

Organisasi Jamiatul Khair menonjolkan dua bidang garapan, pertama yaitu


pendirian dan membina sekolah atau madrasah dari tingkat dasar dan menegah. kedua,
yaitu pengiriman anak-anak ke Turki untuk melanjutkan studi. Pada waktu itu,
pendidikan agama islam diberikan sebagai pengetahuan. Dan untuk meninggkatkan
pendidikan agama islam disamping mengirim anak-anak untuk belajar ke Timur
Tengah ini juga mendatangkan guru agama islam dari Timur Tengah ke Indonesia
untuk mengajarkan agama islam. Guru yang didatangkan oleh organisasi ini berasal
dari Timur Tengah bernama Syekh Ahmad Surkati Al Anshari As-Sudany.

23
Ibid. Hlm 282
24
Op. cit . Dra. Nia Kurnia dan Amelia FauziaHalaman 359
13 | S E J A R A H B E R D I R I N Y A O R G A N I S A S I I S L A M D I I N D O N E S I A
Kedatangan Ahmad Surkati pada tahun 1911 diikuti oleh dua orang Ulama,
yaitu Syekh Muhammad Thaib dari Maroko dan Syekh Muhammad Abdul Hamid dari
Mekkah. Pada tahun 1913 juga datang sahabat-sahabat Surkati dari Timur Tengah.
Salah seorang diantara mereka adalah Saudara Kandung Surkati yang bernama
Muhammad Abdul Fadl Al-Anshari, Hasan Hamid Al-Anshari, dan Ahmad Al-Awif.25

Dengan Bimbingan Syekh Ahmad Surkati ini, pendidikan agama pada


masyarakay muslim dapat ditingkatkan. Jika sebelumnya pendidikan agama islam
diberikan hanya sebagai pengetahuan, maka ditingkatkan pada pengamalan dan
penghayatan yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Orang Indonesia yang pernah menjadi Anggota perkumpulan Jamiatul Khair


diantaranya adalah :

1. Raden Umar Said Tjokroaminoto


2. R. Jaya Negara, Hoofd Jaksa betawi anggota nomor 352
3. R.M Wiriimaja, Asisten wedana Rangkas Bitung, anggota nomor 661
4. R. Hasan Djajadiningrat, anggota nomor 723
5. K.H Ahmad Dahlan, Pendiri Muhammadiyah, anggota nomor 770.26

Salah satu perwujudan cita-cita perkumpulan ini adalah mendirikan sebuah


sekolah pada tanggal 17 Oktober 1919 dengan nama sekolah Djamiat Geer School
dengan akte notaris Jan Willem Roeloffs Valk nomor 143. Dan setiap tahun Jamiat
Khair mengirimkan siswa ke luar negeri untuk menambah pengetahuan antara lain ke
Al-Azhar Kairo Mesir dan ke Irak. Setelah perang dunia kedua pengiriman siswa
keluar negeri ini berhenti.27
Jamiat Khair mendatangkan guru dari luar daerah maupun luar negeri, antara
lain H Muhammad Mansur dari Padang, serta Al-Hasimi dari Tunis yang
memperkenalkan kepanduan dan Olaharaga.
Jamiat Khair dibawah bimbingan Surkati mengalami kemajuan pesat dengan
didirikannya dua madrasah di Krukut dan Pekojan, dan satu lagi di Bogor. Muridnya
tidak hanya berasal dari daerah sekitar, tetapi juga dari luar Batavia dan Sumatra.28

25
Op. cit Drs. Ahmad Syaukani, MA. 2001. Hlm 117-118
26
Op. cit H. Muhammad Syamsu As. Hlm 282
27
Ibid. Hlm 284-285
28
Op. cit Dra. Nia Kurnia dan Amelia Fauzia.. Hlmn 360
14 | S E J A R A H B E R D I R I N Y A O R G A N I S A S I I S L A M D I I N D O N E S I A
Perbedaan kesetaraan pada budaya orang yang mereka paki di jam’iyatul khair,
menjadi salah satu hal pemicu terjadinya pecahan. Sukarti berusaha menghapuskan
budaya bid’ah yang terjadi di kalangan pribumi, dan juga yang disebarkan oleh kaum
hadrami. Faham bid’ah yang di bawa oleh habib Arab menjadi faktor utama
perpecahan antara pribumi dan hadrami. Dengan adanya perpecahan tersebut lahirlah
organisasi baru yang bernama Al – Irsyad.

Perpecahan Jam’iyatul Khair


Al – Irsyad adalah organisasi baru yang terlahir dari jam’iyatul khair. Anggota
jam’iatul khair terdiri dari golongan Perpecahan tersebut timbul karena golongan
Sayyid menganggap diri mereka sebagai keturunan langsung Nabi Muhammad saw
dari keturunan ali dan Fatimah (Ahlul Bait). Karena itu, mereka merasa memiliki
kemuliaan dan kedudukan lebih tinggi dari pada yang lainnya sehingga penghormatan
yang dianggap Surkati berlebihan seperti adanya kewajiban Taqbil (mencium tangan
para Sayyid kapan dan dimanapun mereka bertemu) bagi golongan non-Sayyid, dan
Soal Kafaah (Kesetaraan bahwa wanita Alawi tidak boleh menikah dengan pria non
Alawi). Karena menganggap diri mereka sebagai manusia pilihan yang diyakini diberi
hak oleh Allah Swt untuk memberi Syafaat dan menjadi wasilah antara manusia dan
Tuhan, maka kaum Alawi berusaha untuk menjaga kemurnian keturunan mereka.29
bernama Syekh Ahmad Surkati. Sosok yang sangat berpengaruh dalam
organisasi ini dan organisasi sebelumnya yaitu Jamiat Khair.
Tujuan kedepan Al-Irsyad adalah, pertama, memperbaiki kondisi
keberagamaan dan sosio ekonomi umat Islam, khususnya golongan Arab dengan
mendirikan Madrasah, Panti Asuhan, dan Rumah Sakit. Kedua, meyebarkan
Reformasi Islam diantara para Muslim melalui tulisan, publikasi, Diskusi kelompok
studi, dan Tabligh.30
Tahun-tahun awal berdirinya Al-Irsyad diwarnai dengan perdebatan dan
konfrontasi antara kaum Alawi dan kaum Irsyadi. Golongan Alawi mempertahankan
adanya kedudukan khusus dan penghormatan yang harus diberikan kepada
golongannya sebagai keturunan Ahlul Bait. Adapaun golongan Irsyadi, yang dimotori
Surkati, beperndaat bahwa kemuliaan manusia bukanlah didasari pada keturunan,
harta, dan pangkat. Dari perdebatan itu lahir beberapa buku dan fatwa dari kedua belah
pihak. Perdebatan diawali dengan adanya “ Ftwa Solo” yang dimuat dalam edisi

29
Ibid . Hlm 360
30
Op. Cit Dra. Nia Kurnia dan Amelia Fauzia. Hlm 361
15 | S E J A R A H B E R D I R I N Y A O R G A N I S A S I I S L A M D I I N D O N E S I A
khusus Utusan Hindia pimpinan H.O.S Tjokroaminoto dengan judul Surah Al-Jawab
pada tahun 1915. Kemudian Abdullah bin Muhammad sadaqoh Dahlan dari golongan
Alawi menulis jawaban dengan judul Irsyal Asy-Syihab Ala Surah Al-Jawab
(penjelasan terhadap Surah Al-Jawab).31
Para pendiri Al-Irsyad sebagian besar adalah pedagang yang mendapat
bimbingan dari Syekh Ahmad Surkati. Ia ditarik oleh Jamiatul Khair melalui dua
orang Syekh Jamaah Haji yang pergi ke Indonesia setiap tahun untuk mengurus
jamaah Haji. Kedua orang Haji tersebut diminta oleh Organisasi Jamiatul Khair untuk
mencarikan bebrapa Guru yang bersedia mengajar di Jakarta. Setelah terjadi
perpecahan dalam Organisasi jamiatul Khair, Syekh Ahmad Surkati masih tetap
mengajar di Jamiatul Khair namun lebih aktif di Organisasi Al-Irsyad.
Organisasi Al-Irsyad menjuruskan perhatian pada bidang pendidikan, terutama
masyarakat Arab. namun demikian tidak sedikit orang Indonesia keturunan Arab yang
menjadi anggotanya dan memasukan pada lembaga pendidikan yang dikelola oleh
organisasi Al-Irsyad.32
Adapun pengurus Al-Irsyad pertama kali adalah :
1. Salim bin Awad Balweel, sebagai Ketua
2. Muhammad bin Abud Ubaid, Sebagai Sekretaris
3. Said bin Salim Masyabi, sebagai bendahara
4. Soleh bin Ubaid Abdat, sebagai penasihat.
Syekh Ahmad Surkati tidak duduk dalam perhimpunan diatas, tetapi duduk
sebagai pimpinan dari Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyyah. Yang banyak membantu
baik soal perizinan maupun keuangan adalah kapten Arab saat itu yaitu Syekh Umar
bin Yusuf Manggus dan Syekh Said Masyabi. Madrasah ini terletak mula-mula di Jati
Petamburan. Kemudian cabang-cabang didirikan pula ditempat lain.33
Pada tahun awal pendiriannya, Al-Irsyad memiliki beberapa Sekolah yaitu
madrasah Awaliyah yang mempunyai jenjang pendidikan tiga tahun, Madrasah
Ibtidaiyah yang berjenjang empat tahun, Madrasah Tajhiziah yang berjenjang dua
tahun, dan Madrasah Muallimin untuk para guru yang berjenjang empat. Pada Tahun
1915, Surkati juga mendirikan Sekolah tinggi yang disebut Takhassus, Kurikulum
madrasah Al-Irsyad terdiri atas tiga ilmu yaitu Ilmu Agama, Ilmu Bahasa, dan Ilmu
Umum. Mata pelajaran Sejarah, Geografi, Ilmu berhitung, Menggambar, dan Olahraga

31
Ibid . Hlm 360
32
Op. cit Drs. Ahmad Syaukani, MA. Hlm 114
33
Op. cit H. Muhammad Syamsu As.. Hlm 289
16 | S E J A R A H B E R D I R I N Y A O R G A N I S A S I I S L A M D I I N D O N E S I A
sudah ada disamping pelajaran Bahasa Indonesia, Arab, Inggris. Mata pelajaran Tafsir
dan Tauhid pada Madrasah Al-Irsyad menggunakan buku Tafsir Al-Manar dan Risalah
at-Tauhid karya Abduh dan Rasyid Rida.34
Organisasi ini terus mengalami perkembangan dan kemajaun yang sangat
pesat, terbukti dengan adanya cabang-cabang yang didirikan diberbagai wilayah di
Indonesia. Dari sini lah dapat di Indikasikan bahwa Al-Irsyad dapat menandingi
Organisasi sebelumnya yaitu Jamiatul Khair.
Pendirian cabang dan madrasah semakin banyak di Jawa. Pada tahun 1917,
berdiri dua cabang di Surabaya dan Tegal. Tahun 1918-1919 tiga cabang, masing-
masing di pekalongan, Cirebon dan Bumiayu juga berdiri. Kemudian cabang
Bondowoso berdiri tahun 1923, cabang Banyuwangi tahun 1927, dan cabang Bogor
tahun 1928.35
Perpecahan kedua kubu menlahirkan perselisihan yang berlarut – larut. Rasa iri
dan perlakuan saling menjatuhkan saat terasa antara kedua kubu.
Mengenai pertikaian tersebut, Haji Agus Salim mengatakan bahwa apa yang
dirasakan oleh golongan Al-Irsyad yang dibedakan dari golongan Sayyid sama saja
dengan perbedaan yang diadakan oleh pemerintah Belanda dengan sebutan Heer dan
Dame bagi orang-orang Belanda dan Inlander untuk sebutan orang-orang Indonesia.36

F. Sarekat Islam (SI)


Sarekat Islam (SI) merupakan organisasi islam sekaligus perwakilan politik
islam dalam perjuangan kemerdekaan.Gerakan modernisme islam di Indonesia pada
awal abad ke-20 tidak hanya membuahkan organisasi pembaharuan keagamaan,
melainkan juga organisasi politik yang membangkitkan semangat umat islam melawan
penjajah. Dapat dikatakan bahwa Syarikat Islam adalah organisasi rakyat terbesar pada
awal abad ke-20.37
Syarikat Islam didirikan di Solo pada tahun 1911, tiga tahun setelah berdirinya
organisasi Budi Utomo. Persaingan yang terjadi di nusantara, penjajahan baik dari segi
ekonomi maupun politik, menjadi latar belakang berdirinya organisasi ini.
Pada aslnya organisasi ini bernama Syarikat Dagang Islam (SDI) di bawah
pimpinan H. Samanhudi yang kemudian berganti nama menjadi Syarikat Islam (SI)
dipimpin oleh HOS. Cokroaminoto

34
Op. cit Dra. Nia Kurnia dan Amelia Fauzia. Hlm361
35
Ibid. Halaman 362
36
Op. cit Drs. Ahmad Syaukani, MA. Hlm 116-117
37
. Op. cit Nia Kurnia dan Amelia Fauzia. Hlm 369
17 | S E J A R A H B E R D I R I N Y A O R G A N I S A S I I S L A M D I I N D O N E S I A
Tujuan Organisasi ini sebagai mana tercantum dalam Anggaran Dasarnya ialah untuk
mngembangkan jiwa berdagang, memeberi bantuan kepada anggota-anggota yang
menderita kesukaran, memajukan pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya
derajat Bumiputra dan menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang Islam.
Kalau pada mulanya organisasi ini banyak berwujud perdagangan dan tidak berisikan
muatan politik, maka selanjutnya atas usaha yang dilakukan oleh Cokroaminoto, telah
menjadi satu partai politik yang besar dan berpengaruh. Dan selanjutnya, Syarikat
Islam menjadi Partai Politik tertua di Indonesia.38

38
Op. cit . Drs. Ahmad Syaukani, MA.. Halaman 126-127
18 | S E J A R A H B E R D I R I N Y A O R G A N I S A S I I S L A M D I I N D O N E S I A
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan Islam di Indonesia sangatlah pesat, terbukti dengan lahirnya


organisasi islam, perjuangan kaum muslim dalam kemerdekaan Indonesia, menjadi
agama mayoritas sehingga Indonesia menjadi negara islam terbesar.

Perjuangan islam di Indonesia tidak terlepas dari para pewaris ulama yang
menyebarkan islam di Indonesia. Organisasi yang didirikan memberikan dampak
positif terhadap budaya serta karakter negara Indonesia. Sehingga tak heran apabila
Indonesia memiliki islam yang sangat kuat dengan adanya organisasi islam baik di
bidang politik, maupun sosial.

B. Kritik dan Saran

Manusia dengan sifat sifatnya, merupakan individu paling berharga di sisi


Allah, tetapi, dalam itu semua terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu, dengan
selesainya makalah ini, kami selaku penyusun makalah sangatlah terbuka dalam kritik
dan saran rekan rekan, yang bersifat membangun dsb.

19 | S E J A R A H B E R D I R I N Y A O R G A N I S A S I I S L A M D I I N D O N E S I A
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Taufik Abdullah dkk. Ensiklopedi Islam. ( PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
Jakarta : 2009)

Tim Penyusun. Ensiklopedi Islam. (PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta : 1997)

Artawijaya. Belajar dari Partai Majumi. (Pustaka Al – Kautsar, Jakarta : 2014)

Nasihin. Sarekat Islam Mencari Ideologi 1924 – 1945. (Pustaka Pelajar, Yogyakarta :
2012)

Syaukani, Ahmad. Drs. M. A. Perkembangam Pemikiran Modern di Dunia Islam.


(CV. Pustaka Setia, Bandung : 2001)

Nizar, Samsul. Prof. Dr. M. Ag. Sejarah Pendidikan Islam. (Prenda Media Group,
Jakarta : 2011)

Muhammadiyah, Hilmi & Sulthan Fathoni.2004.NU:Identitas Islam Indonesia.Jakarta:


Elsa
PP.Muhammadiyah.2010. 1 Abad Muhammadiyah.Jakarta: Buku Kompas
Drs. Syaukani, Ahmad.2001.Perkembangan Pemikiran Modern Di Dunia Islam.Bandung:
Pustaka Setia
Dra. Kurnia, Nia & Amelia Fauzia. Gerakan Modernisme. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve
Syamsu, Muhammad As.1999.Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya.
Jakarta: Lentera Basritama
Arifin MT.1987. Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah.Jakarta. Dunia Pustaka jaya

20 | S E J A R A H B E R D I R I N Y A O R G A N I S A S I I S L A M D I I N D O N E S I A

Anda mungkin juga menyukai