Anda di halaman 1dari 23

MATERI KE-HMI AN

1.MAKNA DARI NAMA ORGANISASI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


Himpunan Mahasiswa Islam merupakan organisasi mahasiswa yang di himpun oleh
mahasiswa yang beragama islam, Himpunan Mahasiswa Islam (HmI) didirikan oleh
mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (STI) Yogyakarta yang bernama Lafran Pane dan rekan
perjuangannya, Lafran Pane lahir di kampung Pangurabaan, Kecamatan Sipirok, yang
terletak di kaki gunung Sibual-bual. 38 KM kearah utara dari Padang Sidempuan Sumatera
Utara pada tanggal 05 Februari 1922, berdirinya suatu Organisasi pasti mempunyai latar
belakang yang berbeda, tetapi dengan perbedaan itulah kita dapat mengetahui ciri khusus dari
organisasi tersebut.
2. PENDIRI ORGANISASI HMI
Lafran Pane (lahir di Padang Sidempuan, 5 Februari 1922 – meninggal 25
Januari 1991 pada umur 68 tahun) dikenal sebagai salah satu pendiri Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) pada tanggal 5 Februari 1947.[1] Perihal perannya dalam HMI, Kongres XI HMI
tahun 1974 di Bogor menetapkan Lafran Pane sebagai pemrakarsanya berdirinya HMI dan
disebut sebagai pendiri HMI.[1] Selain dirinya, ada beberapa nama lain yang disebut sebagai
pendiri HMI, antara lain:

Kartono Zarkasy (Ambarawa),

Dahlan Husein (Palembang),

Siti Zainah (Palembang),

Maisaroh Hilal (cucu pendiri Muhammadiyah KH.Ahmad Dahlan, Singapura),

Soewali (Jember),

Yusdi Gozali (Semarang, juga pendiri PII),

M. Anwar (Malang),

Hasan Basri (Surakarta),

Marwan (Bengkulu),

Tayeb Razak (Jakarta),

Toha Mashudi (Malang),

Bidron Hadi (Kauman-Yogyakarta),

Sulkarnaen (Bengkulu), dan


Mansyur.  

Lafran Pane sendiri menolak untuk dikatakan sebagai satu-satunya pendiri HMI.

Biografi

Lafran Pane lahir di Padang Sidempuan, 5 Februari 1922. Menurut berbagai tulisan


sebelumnya, disebutkan bahwa Lafran Pane lahir pada 12
April 1923 di Kampung Pangurabaan, Kecamatan Sipirok, sebuah kecamatan yang terletak di
kaki Gunung Sibualbuali, 38 kilo meter ke arah utara dari "kota salak" Padang
Sidempuan, ibu kota Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Wafat pada tanggal 24
Januari 1991, orang akhirnya tahu, setelah kematiannya, Lafran ternyata lahir 5
Februari 1922, bukan 12 April 1922 seperti yang kerap ia gunakan dalam catatan resmi

Silsilah Keluarga

Lafran Pane adalah anak keenam keluarga Sutan Pangurabaan Pane dari istrinya yang
pertama, Lafran adalah bungsu dari enam bersaudara, yaitu: Nyonya Tarib, Sanusi
Pane, Armijn Pane, Nyonya Bahari Siregar, Nyonya Hanifiah, Lafran Pane, dan selain
saudara kandung, ia juga memiliki dua orang saudara tiri dari perkawinan kedua ayahnya,
yakni: Nila Kusuma Pane dan Krisna Murti Pane. Ayah Lafran Pane adalah
seorang guru sekaligus seniman Batak Mandailing di Muara Sipongi, Mandailing Natal.
Keluarga Lafran Pane merupakan keluarga sastrawan dan seniman yang kebanyakan menulis
novel, seperti kedua kakak kandungnya yaitu Sanusi Pane dan Armijn Pane yang juga
merupakan sastrawan dan seniman. Sutan Pangurabaan Pane termasuk salah seorang
pendiri Muhammadiyah di Sipirok pada 1921. Sedangkan Kakek Lafran Pane adalah seorang
ulama Syekh Badurrahman Pane, maka pendidikan keagamaannya didapat sebelum
memasuki bangku sekolah.

Riwayat Pendidikan

Pendidikan sekolah Lafran Pane dimulai dari Pesantren Muhammadiyah Sipirok (kini
dilanjutkan oleh Pesantren K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Setia
dekat Desa ParsorminanSipirok. Dari jenjang pendidikan dasar hingga menengah Lafran
Pane ini mengalami perpindahan sekolah yang sering kali dilakukan, hingga pada akhirnya
Lafran Pane meneruskan sekolah di kelas 7 (Tujuh)di HIS Muhammadiyah, menyambung
hingga ke Taman Dewasa Raya Jakarta sampai pecah Perang Dunia II, pada saat itu ibu kota
pindah ke Yogyakarta dan Sekolah Tinggi Islam (STI) yang semula di Jakarta juga ikut
pindah ke Yogyakarta. Wawasan dan intelektual Lafran berkembang saat proses perkuliahan
yang membawa pengaruh pada diri Lafran Pane yang ditandai dengan semakin banyaknya
buku-buku Islam yang ia baca. Sebelum tamat dari STI, Lafran pindah ke Akademi Ilmu
Politik (AIP) pada April 1948 Universitas Gajah Mada (UGM) yang kemudian di Negerikan
pada tahun 1949. Tercatat dlam sejarah Universitas Gajah Mada (UGM), Lafran Pane
termasuk salah satu mahasiswa yang pertama kali lulus mencapai gelar sarjana,yaitu
tanggal 26 Januari 1953. Dengan sendirinya, Drs. Lafran Pane menjadi salah satu sarjana
ilmu politik pertama di Indonesia, selanjutnya Lafran Pane lebih tertarik di lapangan
pendidikan dan keluar dari Kementerian Luar Negeri dan masuk kembali ke Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Riwayat Pekerjaan

1. Direktur Kursus B I dan B II Negeri Yogyakarta yang diselenggarakan Kementerian


Pendidikan & Kebudayaan, dan Kemudian menjadi Fakultas Ilmu Pendidikan
(FKIP)Universitas Gajah Mada (UGM). kemudian, Fakultas Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Gajah Mada UGM dengan Institut Pendidikan Guru (IPG) dilebur
menjadi Institut Keguruan & Ilmu Pendidikan (IKIP) Yogyakarta, kini Universitas
Negeri Yogyakarta (UNY).
2. Dosen Fakultas Ilmu Sosial (FKIS) IKIP Yogyakarta.
3. Dosen Fakultas Sosial dan politik Universitas Gajah Mada (UGM), dosen Universitas
Islam Indonesia (UII), dosen Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

4. Dosen Akademi Tabligh Muhammadiyah (ATM), Kemudian menjadi


FIAD Muhammadiyah, kini Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta (UMY).

5. Pernah menjadi dosen IAIN Sunan Kalijaga Yogykarta (sekarang Universitas Islam


Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (UIN)), hingga terjadi peristiwa 10 Oktober 1963.
Sepuluh tahun kemudian, atas permintaan Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, mulai tahun 1973 Prof. Drs. Lafran Pane mulai kembali mengajar di
IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai Guru Besar Ilmu Tata Negara.

6. Dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia, sejak tanggal 1 Desember 1966,


Lafran Pane dianggat menjadi guru besar (profesor) dalam mata kuliah Ilmu Tata
Negara.

3. WAKTU DAN TEMPAT BERDIRINYA HMI

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah organisasi mahasiswa yang didirikan di


Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H bertepatan dengan tanggal 5 Februari
1947, atas prakarsa Lafran Pane beserta 14 orang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (sekarang
Universitas Islam Indonesia).

4. LATAR BELAKANG BERDIRINYA HMI

Kondisi Islam di Dunia


Kondisi umat Islam dunia pada saat menjelang kelahiran HMI dapat dikatakan ketinggalan
dibandingkan masyarakat Eropa dengan Reinasance-nya. Ini dapat dilihat dari penguasaan
teknologi maupun pengetahuan, bahkan sebagain besar umat Islam berada di bawah ketiak
penindasan nekolim barat yang notabene dimotori oleh kelompok Kristen. Umat Islam hanya
terpaku, terlena oleh kejayaan masa lampau atau pada zaman keemasan Islam. Umat Islam
pada umumnya tidak memahami ajaran Islam secara komprehensif, sehingga mereka hanya
berkutat seputar ubudiyah atau ritual semata tanpa memahami bahwa ajaran Islam adalah
ajaran paripurna yang tidak hanya mengajarkan hubungan

manusia dengan Tuhan, namun lebih jauh daripada itu menderivasikan hubungan transenden
ke dalam seluruh aspek kehidupan.
Berangkat dari pemahaman ajaran Islam yang kurang, umat berada dalam keterbelakangan
dan fenomena ini terjadi dapat dikatakan di seluruh dunia. Hal tersebut mengakibatkan
terpuruknya umat Islam yang dijanjikan Allah untuk dipusakai alam semesta. Lebih ironis
lagi ketika umat terbagi menjadi berbagai golongan yang hanya berangkat dari masalah
khilafiyah, yang bedampak pada melemahnya kekuatan Islam.
SituasiNKRI

Tahun 1596 Cornrlis de Houtman mendarat di Banten. Maka sejak itu pulalah Indonesia
dijajah Belanda. Imprealisme Barat selama ± 350 tahun membawa paling tidak 3 (tiga) hal :
a. Penjajahan itu sendiri dengan segala bentuk implikasinya.
b. Missi dan Zending agama Kristiani.
c. Peradaban Barat dengan ciri sekulerisme dan liberalisme.

Setelah melalui perjuangan secara terus menerus dan atas rahmat Allah SWT maka pada
tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta Sang Dwi Tunggal Proklamasi atas nama bangsa
Indonesia mengumandangkan kemerdekaannya.

Kondisi Islam di Indonesia


Tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di dunia saat itu, umat Islam berada dalam
cengkaraman nekolim barat. Penjajah memperlakukan umat Islam sebagai masyarakat kelas
bawah dan diperlakukan tidak adil, serta hanya menguntungkan kelompok mereka sendiri
atau rakyat yang sudah seideologi dengan mereka.
Umat Islam Indonesia hanya mementingkan kehidupan akhirat (katanya sich), dengan
penonjolan simbolisasi Isalam dalam ubudiyah, sebagai upaya kompensasi atas
ketidakberdayaan untuk melawan nekolim, sehingga pemahaman umat tidak secara benar dan
kaffah. Bahkan ada sebagian ulama ang menyatakan bahwa pintu ijtihad telah ditutup, hal ini
menyebabkan umat hidup dalam suasana taqlid dan jumud. Selain itu umat Islam Indonesia
berada dalam perpecahan berbagai macam aliran/firqah dan masing-masing golongan
melakukan truth claim, hal ini menyebabkan umat Islam Indonesia tidak kuat akibat kurang
persatuan di kalangan umat Islam di Indonesia.

Kondisi Perguruan Tinggi dan Mahasiswa Islam


Perguruan tinggi adalah tempat untuk menuntut ilmu yang akan menghasilkan para pemimpin
untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Selain itu perguruan tinggi adalah motor
penggerak perubahan, dan perubahan tersebut diharapkan menuju sesuatu yang lebih baik.
Begitu pentingnya perguruan tinggi, maka banyak golongan yang ingin menguasainya demi
untuk kepentingan golongan tersebut.
Sejalan dengan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis tersebut, ada
beberapa faktor dominan yang menguasai dan mewarnai perguruan tinggi dan dunia
kemahasiswaan, antara lain sistem yang diterapkan khususnya di perguruan tinggi adalah
sistem pendidikan barat yang mengarah pada sekularisme dan dapat menyebabkan
dangkalnya agama atau aqidah dalam kehidupan. Selain itu adanya organisasi
kemahasiswaan yang berhaluan komunis dan ini menyebabkan aspirasi Islam dan umat Islam
kurang terakomodir.
Faktor-faktor di atas adalah ancaman yang serius, karena menyebabkan masalah dalam hidup
dan kehidupan serta keberadaan Islam dan umat Islam. Mahasiswa Islam kurang memiliki
ruang gerak karena berada dalam sistem yang sekuler dan tidak sesuai dengan ajaran Islam,
dan harus menghadapi tantangan dari mahasiswa komunis yang sangat bertentangan dengan
fitrah manusia dan bertentangan pula dengan ajaran Islam. Jelas sudah bahwa mahasiswa
Islam sangat sulit untuk bergerak memperjuangkan aspirasi umat Islam.

Saat Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)


HMI lahir pada saat umat Islam Indonesia berada dalam kondisi yang memprihatinkan, yaitu
terjadinya kesenjangan dan kejumudan pengetahuan, pemahaman, penghayatan ajaran Islam
sehingga tidak tercermin dalam kehidupan nyata.
Pada saat HMI berdiri, sudah ada organisasi kemahasiswaan, yaitu Perserikatan Mahasiswa
Yogyakarta (PMY), namun PMY didominasi oleh partai sosialis yang berpaham komunis.
Akibat didominasi oleh partai sosialis maka PMY tidak independen untuk memperjuangkan
aspirasi mahasiswa, maka banyak mahasiswa yang tidak sepakat dan tidak bisa membiarkan
mahasiswa terlibat dalam polarisasi politik. Sebagai realisasi dari keinginan tersebut maka di
Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan tanggal 5 Pebruari 1947
sebuah organisasi kemahasiswaan, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai
organisasi independen dan sebagai anak umat dan anak bangsa.
GAGASAN DAN VISI PENDIRI HMI Sosok Lafran Pane
Berdasarkan penelusuran dan penelitian sejarah, maka Kongres XI HMI tahun 1974 di Bogor
menetapkan Lafran Pane sebagai pemrakarsa berdirinya HMI, dan disebut sebagai pendiri
HMI.
Lafran Pane adalah anak keenam dari Sutan Pangurabaan Pane, lahir di Padang Sidempuan, 5
Pebruari 1922, pendidikan Lafran Pane tidak berjalan “normal” dan “lurus”. Lafran Pane
mengalami perubahan kejiwaan yang radikal sehingga mendorong dirinya untuk mencari
hakikat hidup

sebenarnya. Desember 1945 Lafran Pane pindah ke Yogyakarta, karena Sekolah Tinggi Islam
(STI) tempat ia menimba ilmu pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Pendidikan agama Islam
yang lebih intensif ia peroleh dari dosen- dosen STI, mengubur masa lampau yang kelam.
Bagi Lafran Pane, Islam merupakan satu-satunya pedoman hidup yang sempurna, karena
Islam menjadikan manusia sejahtera dan selamat di dunia dan akhirat. Pada tahun 1948,
Lafran Pane pindah studi ke Akademi Ilmu Politik (AIP). Saat Balai Perguruan Tinggi
Gadjah Mada dan fakultas kedokteran di Klaten, serta AIP Yogyakarta dinegerikan pada
tanggal 19 Desember 1949 menjadi Universitas Gadjah Mada (UGM), secara otomatis Lafran
Pane termasuk mahasiswa pertama UGM. Setelah bergabung menjadi UGM, AIP berubah
menjadi Fakultas Hukum Ekonomi Sosial Politik, dan Lafran Pane menjadi sarjana pertama
dalam ilmu politik dari fakultas tersebut pada tanggal 26 Januari 1953.
Gagasan Pembaharuan Pemikiran Keislaman
Untuk melakukan pembaharuan dalam Islam, maka pengetahuan, pemahaman, penghayatan
dan pengamalanumat Islam akan agamanya harus ditingkatkan, sehingga dapat mengetahui
dan memahami ajaran Islam secara benar dan utuh. Kebenaran Islam memiliki jaminan
kesempurnaannya sebagai peraturan untuk kehidupan yang dapat menghantarkan manusia
kepada kebahagian dunia dan akhirat.
Tugas suci umat Islam dalah mengajak umat manusia kepada kebenaran Illahi dan kewajiban
umat Islam adalah menciptakan masyarakat adil makmur material dan spiritual. Dengan
adanya gagasan pembaharuan pemikiran keislaman, diharapkan kesenjangan dan kejumudan
pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam dalpat dilakukan dan
dilaksanakan sesuai dengan ajaran Islam. Kebekuan

pemikiran umat Islam telah membawa pada arti agama yang kaku dan sempit, tidak lebih dari
agama yang hanya melakukan peribadatan. Al- Qur’an hanya dijadikan sebatas bahan bacaan,
Islam tidak ditempatkan sebagai agama universal. Gagasan pembaharuan pemikiran Islam ini
pun hendaknya dapat menyadarkan umat Islam yang terlena dengan kebesaran dan kejayaan
masa lalu.
Gagasan dan Visi Perjuangan Sosial Budaya
Ciri utama masyarakat Indonesia adalah kemajemukan sosial budaya, kemajemukan tersebut
merupakan sumber kekayaan bangsa yang tidak ternilai, tetapi keberagaman yang tidak
terorganisir akan mengakibatkan perpecahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tujuan awal saat HMI berdiri juga tidak terlepas pada gagasan dan visi perjuangan sosial
budaya, yaitu :
1. Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia
2. MenegakkandanmengembangkanajaranIslam
Dari tujuan tersebut jelaslah bahwa HMI ingin agar kehidupan sosial budaya yang ada
menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia guna mempertahankan
kemerdekaan yang baru diraih. Untuk menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam pun
harus dipelajari kondisi sosial budaya gara tidak terjadi benturan kultur.
Masyarakat muslim Indonesia yang hanya memahami ajaran Islam sebatas ritual harus
diubah pemahamannya dan keadaan sosial budaya yang telah mengakar ini tidak dapat
diubah serta merta, tetapi melalui

proses panjang dan bertahap. Komitmen Keislaman dan Kebangsaan sebagai Dasar
Perjuangan HMI
Dari awal terbentuknya HMI telah ada komitmen keumatan dan kebangsaan yang bersatu
secara integral sebagai dasar perjuangan HMI yang dirumuskan dalam tujuan HMI yaitu :
1. Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia
yang didalamnya terkandung wawasan atau pemikiran kebangsaan atau ke-Indonesiaan
2. MenegakkandanmengembangkanajaranIslamyangdidalamnya terkandung pemikiran ke-
Islaman
Komitmen tersebut menjadi dasar perjuangan HMI didalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Sebagai organisasi kader, wujud nyata perjuangan HMI dalam komitmen
keumatan dan kebangsaan adalah melakukan proses perkaderan yang ingin menciptakan
kader berkualitas insan cita yang mampu menjadi pemimpin yang amanah untuk membawa
bangsa Indonesia mencapai asanya.
Komitmen keislaman dan kebangsaan sebagai dasar perjuangan masih melekat dalam
gerakan HMI. Kedua komitmen ini secara jelas tersurat dalam rumusan tujuan HMI (hasil
Kongres IX HMI di Malang tahun 1969) sampai sekarang, “Terbinanya insan akademis,
pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya
masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT”. Namun kedua komitmen itu tidak
dilakukan secara institusional, melainkan dampak dari proses pembentukan kader yang
dilakukan oleh HMI.

DINAMIKA SEJARAH PERJUANGAN HMI DALAM SEJARAH PERJUANGAN


BANGSA

HMI dalam Fase Perjuangan Fisik


HMI ikut berjuang dalam perjuangan fisik ketika terjadi pemberontakan PKI di Madiun pada
tahun 1948. Pemberontakan tersebut bertujuan mengambil alih kekuasaan pemerintahan yang
sah dan ingin mendirikan “Soviet Republik Indonesia”. Menghadapi hal tersebut, HMI
menggalang seluruh kekuatan mahasiswa dengan membentuk Corps Mahasiswa. Selama
waktu krisis tersebut anggota HMI terpaksa meninggalkan bangku kuliah untuk
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pengkhianatan PKI, selain itu
HMI pun terlibat dalam perjuangan fisik menghadapi agresi militer Belanda.
Sebagai nak umat dan anak bangsa, HMI selalu ikut dalam perjuangan fisik demi
mempertahankan negara Republik Indonesia. Dalam mempertahakan NKRI, anggota-anggota
HMI mengganti pena dengan memanggul senjata, HMI merasa ikut bertanggung jawab dalam
mempertahankan kedaulatan NKRI. HMI berkeyakinan bahwa dalam masyarakat yang
berdaulat dan merdeka akan tercipta keadilan dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu HMI
selalu berusaha untuk memperthankan dan mempersatukan bangsa.

HMI dalam Fase Pertumbuhan dan Konsolidasi Bangsa


Saat HMI baru saja berdiri, terjadi pemberontakan PKI di Madiun yang merupakan ancaman
terhadap kedaulatan bangsa, umat Islam, dan HMI sendiri. Kekuatan PKI ini makin
memuncak pada era 60-an, PKI menjadi salah satu kekuatan sosial politik besar di Indonesia.
Posisi HMI saat itu adalah menentang ajaran komunis dan mengajak semua pihak yang ada

untuk menentang komunis. Persoalan komunis bukan hanya persoalan bangsa dan negara,
tetapi juga persoalan HMI, akibat sikap HMI tersebut maka PKI menempatkan HMI sebagai
salah satu musuh utama yang harus diberangus. HMI menggalang konsolidasi dengan semua
pihak yang non komunis, karena komunis bertentangan dengan dasar negara, yaitu Pancasila.
Selain itu PKI selalu berusaha untuk merebut pemerintahan dan kekuasaan yang sah.
Untuk menghadapi pemilu 1955, HMI mengadakan Konferensi Akbar di Kaliuarang
Yogyakarta paa tanggal 9 – 11 April 1955, keputusan yang diambil adalah :
1. Menyerukan kepada khalayak ramai untuk memilih partai-partai Islam dalam pemilu yang
akan datang
2. Menyerukan kepada partai-partai Islam supaya mengurangi keruncingan-keruncingan,
tidak saling menyerang
Kepada warga dan anggota HMI supaya :
a) Wajib aktif dalam pemilu
b) Wajib aktif memilih salah satu partai Islam
c) Mempunyai hak dan kebebasan untuk membantu dan memilih
partai Islam yang disenangi.
Dalam menghadapi sidang pleno Majelis Konstituante, PB HMI mengirimkan seruan kepada
seluruh anggota fraksi partai-partai Islam di konstituante agar dapat memikul amanah umat
Islam di Indonesia.
Ketika Demokrasi Terpimpin berjalan, HMI mendapat tekanan kuat, karena ada tuduhan
bahwa HMI kontra revolusi, dan lain-lain. Oleh karena itu HMI menggelar Musyawarah
Nasional Ekonomi HMI se-Indonesia di Jakarta pada tahun 1962. Ada beberapa pertanyaan
yang diajukan kepada HMI saat itu menyangkut sikap yang diambil HMI, yaitu:

(1) Apakah HMI mendukung Manipol/Usdek atau tidak ? (2) HMI setuju pancasila atau tidak
? dan
(3) HMI setuju sosialisme Indonesia atau tidak ?
Munas memberikan jawaban sebagai berikut :
a) Ya, HMI mendukung Manipol/Usdek sebagai haluan negara yang
ditetapkan oleh MPRS
b) Ya, HMI setuju Pancasila yang merupakan rancangan kesatuan dengan Piagam Jakarta
c) Ya,HMIsetujusosialismeIndonesia,yaitumasyarakatadilmakmur yang diridhoi Tuhan Yang
Maha Esa
Dengan melakukan pendekatan-pendekatan itu maka HMI dapat terselamatkan, isu dan
tuduhan yang dilancarkan terhadap HMI tidak berhasil untuk mengubur HMI dalam
percaturan sejarah.

HMI dalam Transisi Orde Lama dan Orde Baru


Tahun 1965, HMI mengalami tantangan yang berat, HMI terancam dibubarkan, dan lagi-lagi
HMI lulus dalam ujian sejarah sehingga HMI dapat mempertahankan eksistensinya hingga
saat ini (entah esok hari, entah lusa nanti, entah......). HMI
adalah salah satu komponen bangsa yang menentang faham dan ajaran komunis, sedangkan
PKI saat itu merupakan kekuatan sosial politik yang besar di negara Republik Indonesia. PKI
berkeinginan untuk membubarkan HMI karena merupakan salah satu musuh utamanya, usaha
untuk membubarkan HMI dilakukan PKI dengan gencar (Kalau tidak mampu membubarkan
HMI, lebih baik pakai sarung saja), apalagi menjelang Gestapu atau Gestok (istilah Pemimpin
Besar Revolusi Soekarno). Masalah pembubaran HMI bukan hanya menjadi masalah

internal, tapi lebih jauh daripada itu, hal tersebut merupakan masalah umat Islam dan bangsa
Indonesia pada umumnya.
Puncak dari usaha PKI untuk merebut kekuasaan dan kedaulatan negara Republik Indonesia
adalah dengan melakukan pemberontakan Gerakan 30 Sepetember/PKI tahun 1965.
Pemberontakan tersebut dimulai melalui cara penculikan terhadap para perwira tinggi TNI -
AD (kecuali Pangkostrad yang merupakan jabatan strategis, why ?), dan menghabisi para
perwira itu. Menyikapi hal ini, HMI mengutuk Gestapu dan menyatakan bahwa gerakan
tersebut dilakukan oleh PKI ( pernyataan bahwa G30S/PKI diotaki oleh PKI pertama kali
dilontarkan oleh HMI – sumber Agussalim Sitompul ), HMI ikut membantu pemerintah
dalam menumpas G30S/PKI dan kerelaan HMI untuk membantu sepenuhnya ABRI. Setelah
turunnya Soekarno dan naiknya Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia, HMI bersikap
mendukung pemerintahan baru yang ingin menjalankan Pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen (katanya sih gitu waktu naik) dan HMI ikut dalam usaha- usaha untuk
menumpas sisa-sisa PKI serta organisasi underbouw PKI.

HMI dalam Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa


Berdasarkan tujuan HMI, maka kader HMI harus memiliki kualitas insan cita, yang
karenanya akan tercipta kader yang memiliki intelektual tinggi yang dilandasi oleh iman serta
diabdikan kepada umat dan bangsa. Pengabdian para kader ini akan dapat dijadikan penopang
dalam pembangunan bangsa dan negara Republik Indonesia.
Peran HMI dalam pembangunan bangsa dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Partisipasi dalam pembentukan situasi dan iklim
b) Partisipasi dalam pemberian konsep
c) Partisipasi dalam bentuk pelaksanaan

Dalam menjalani peran tersebut, banyak halangan dan rintangan yang justru sebenarnya lebih
dominan faktor internal, misalnya pergeseran nilai yang berdampak pada hilangnya ruh
perjuangan HMI. Selain itu faktor eksternal memaksa HMI untuk terbawa pusaran
kekuasaan, misal masalah asas tunggal yang mengakibatkan perpecahan HMI menjadi dua
yaitu HMI yang bermarkas di Diponegoro dan HMI yang menamakan dirinya Majelis
Penyelamat Organisasi.

HMI dan Fase Pasca Orde Baru


Setelah runtuhnya Orde Baru, dimulailah babak baru perjalanan bangsa yang dikenal dengan
sebutan Reformasi. Namun ternyata sampai saat ini reformasi masih berupa angan yang
belum dapat terealisir, ironisnya kehilangan arah, karena banyak komponen bangsa yang
ingin merasakan sesuatu yang instan, tetapi dengan harapan berumur panjang.
Peran HMI dalam reformasi banyak dipertanyakan orang, analisa sementara ini diakibatkan
penempatan peran HMI yang “salah” pada fase pembangunan. Bahkan gerakan mahasiswa di
luar HMI seringkali menempatkan HMI sebagai common enemy.
Dinamika organisasi di manapun akan selalu mengalami fluktuasi, akankah HMI tetap
bertahan ?

7. ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

MUKADDIMAH
Sesungguhnya Allah Subhanahu wata‘ala telah mewahyukan Islam sebagai ajaran
yang haq lagi sempurna untuk mengatur umat manusia berkehidupan sesuai dengan
fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-
mata kehadirat-Nya.

Menurut iradat Allah Subhanahu wata ‘ ala kehidupan yang sesuai dengan fitrah-Nya
adalah panduan utuh antara aspek duniawi dan ukhrawi, individu dan sosial serta
iman, ilmu, dan amal dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Berkat rahmat Allah Subhanahu wata ‘ ala Bangsa Indonesia telah berhasil merebut
kemerdekaan dari kaum penjajah, maka umat Islam berkewajiban mengisi
kemerdekaan itu dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju
masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wata ’ ala.

Sebagai bagian dari umat Islam dunia, maka umat Islam Indonesia memiliki
kewajiban berperan aktif dalam menciptakan Ukhuwah Islamiyah sesama umat Islam
sedunia menuju masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wata ’ ala.

Mahasiswa Islam sebagai generasi muda yang sadar akan hak dan kewajibannya serta
peran dan tanggung jawab kepada umat manusia, umat muslim dan Bangsa Indonesia
bertekad memberikan dharma bhaktinya untuk mewujudkan nilai-nilai keislaman
demi terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wata ‘ ala.

Meyakini bahwa tujuan itu dapat dicapai dengan taufiq dan hidayah Allah Subhanahu
wata ‘ ala serta usaha-usaha yang teratur, terencana dan penuh kebijaksanaan, dengan
nama Allah kami Mahasiswa Islam menghimpun diri dalam satu organisasi yang
digerakkan dengan pedoman berbentuk anggaran dasar sebagai berikut:

BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT


Pasal 1 Nama
Organisasi ini bernama Himpunan Mahasiswa Islam, disingkat HMI.
Pasal 2 Waktu dan Tempat kedudukan
HMI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H bertepatan dengan
tanggal 5 Februari 1947 untuk waktu yang tidak ditentukan dan berkedudukan di tempat
Pengurus Besar.
BAB II Asas
Pasal 3 HMI berasaskan Islam
BAB III TUJUAN, USAHA DAN SIFAT
Pasal 4 Tujuan
Terbina nya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung
jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di-ridhoi Allah Subhanahu
wata’ala.
Pasal 5 Usaha
1. Membina pribadi muslim untuk mencapai akhlaqul karimah.
2. Membina pribadi muslim yang mandiri.
3. Mengembangkan potensi kreatif, keilmuan, sosial dan budaya.
4. Mempelopori pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemaslahatan masa
depan umat manusia.
5. Memajukan kehidupan umat dalam mengamalkan Dienul Islam dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
6. Memperkuat ukhuwah Islamiah sesama umat Islam se-dunia.
7. Berperan aktif dalam dunia kemahasiswaan, perguruan tinggi dan kepemudaan untuk
menopang pembangunan nasional.
8. Ikut terlibat aktif dalam penyelesaian persoalan sosial kemasyarakatan dan kebangsaan.
9. Usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan ayat (1) s.d. (7) dan sesuai dengan
azas, fungsi, dan peran organisasi serta berguna untuk mencapai tujuan organisasi.

Pasal 6 Sifat
HMI bersifat independen.
BAB IV STATUS, FUNGSI DAN PERAN
Pasal 7 Status
HMI adalah organisasi mahasiswa.
Pasal 8 Fungsi
HMI berfungsi sebagai organisasi kader.
Pasal 9 Peran
HMI berperan sebagai organisasi perjuangan.
BAB V KEANGGOTAAN
Pasal 10
1. Yang dapat menjadi anggota HMI adalah mahasiswa Islam yang terdaftar pada
perguruan tinggi dan/atau yang sederajat yang ditetapkan oleh Pengurus HMI Cabang
atau Pengurus Besar HMI.
2. Anggota HMI terdiri dari :
a. Anggota muda
b. Anggota biasa
3. Setiap anggota memiliki hak dan kewajiban.
4. Status keanggotaan, hak dan kewajiban anggota HMI diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga HMI.
BAB VI KEDAULATAN
Pasal 11
Kedaulatan berada di tangan anggota biasa yang pelaksanaan nya diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga dan ketentuan penjabaran nya.
BAB VII STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 12 Kekuasaan
Kekuasaan dipegang oleh Kongres, Konferensi/Musyawarah Cabang dan Rapat Anggota
Komisariat.
Pasal 13 Kepemimpinan
1. Kepemimpinan organisasi dipegang oleh Pengurus Besar HMI, Pengurus HMI Cabang
dan Pengurus HMI Komisariat.
2. Untuk membantu tugas Pengurus Besar HMI dibentuk Badan Koordinasi (BADKO).
3. Untuk membantu tugas Pengurus HMI Cabang dapat dibentuk Koordinator
Komisariat.
Pasal 14 Majelis Pengawas dan Konsultasi
1. Dalam rangka pengawasan dan sebagai wadah konsultasi kepengurusan HMI dibentuk
Majelis Pengawas dan Konsultasi (MPK)
2. Di tingkat Pengurus besar HMI Dibentuk Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus
Besar (MPK PB)
3. Di tingkat HMI Pengurus Cabang dibentuk Majelis Pengawas dan Konsultasi Cabang
(MPKC)
4. Di tingkat Pengurus HMI Komisariat dibentuk Majelis Pengawas dan Konsultasi
Pengurus HMI Komisariat (MPKK)
Pasal 15 Badan–Badan Khusus
Dalam rangka memudahkan realisasi usaha mencapai tujuan HMI maka dibentuk Korps
HMI-wati, Lembaga Pengembangan Profesi, Badan Pengelola Latihan dan Badan
Penelitian Pengembangan.
BAB VIII KEUANGAN DAN HARTA BENDA
Pasal 16 Keuangan dan Harta Benda
1. Keuangan dan harta benda HMI dikelola dengan prinsip transparansi,
bertanggungjawab, efektif, efisien dan berkesinambungan.
2. Keuangan dan Harta benda HMI diperoleh dari uang pangkal anggota, iuran dan
sumbangan anggota, sumbangan alumni dan usaha-usaha lain yang halal dan tidak
bertentangan dengan sifat Independensi HMI.
BAB IX PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN
Pasal 17
1. Perubahan Anggaran Dasar dan pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan oleh
Kongres. 2. Dalam hal terjadi pembubaran organisasi sebagaimana dimaksud ayat 1,
maka keuangan dan Harta benda yang dimiliki HMI wajid diserahkan kepada lembaga
amal Islam.
BAB X PENJABARAN ANGGARAN DASAR DAN PENGESAHAN
Pasal 18 Penjabaran Anggaran Dasar HMI
1. Penjabaran pasal 3 tentang azas organisasi dirumuskan dalam Memori Penjelasan
tentang Islam sebagai Azas HMI.
2. Penjabaran pasal 4 tentang tujuan organisasi dirumuskan dalam Tafsir Tujuan HMI.
3. Penjabaran pasal 5 tentang usaha organisasi dirumuskan dalam Program Kerja
Nasional.
4. Penjabaran pasal 6 tentang sifat organisasi dirumuskan dalam Tafsir Independensi
HMI.
5. Penjabaran pasal 8 tentang fungsi organisasi dirumuskan dalam Pedoman Perkaderan
HMI.
6. Penjabaran pasal 9 Tentang peran organisasi dirumuskan dalam Nilai Dasar
Perjuangan HMI dan Tuntutan Dasar (Basic Demand) Indonesia
7. Penjabaran Anggaran Dasar tentang hal-hal di luar ayat 1 hingga 6 di atas dirumuskan
dalam Anggaran Rumah Tangga.
8. Penjabaran sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 adalah sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari Anggaran Dasar ini.
Pasal 19 Aturan Tambahan
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar dan Penjabaran Anggaran Dasar
dimuat dalam Peraturan-Peraturan/Ketentuan-ketentuan tersendiri yang tidak
bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Penjabaran Anggaran Dasar HMI.
Pasal 20 Pengesahan
Pengesahan Anggaran Dasar HMI ditetapkan pada Kongres III di Jakarta, tanggal 4
September 1953, yang diperbaharui pada :
Kongres IV di Bandung, tanggal 4 Oktober 1955,
Kongres V di Medan, tanggal 31 Desember 1957,
Kongres VI di Makassar, tanggal 20 Juli 1960,
Kongres VII di Jakarta, tanggal 14 September 1963,
Kongres VIII di Solo, tanggal 17 September 1966,
Kongres IX di Malang, tanggal 10 Mei 1969,
Kongres X di Palembang, tanggal 10 Oktober 1971,
Kongres XI di Bogor, tanggal 12 Mei 1974,
Kongres XII di Semarang, tanggal 15 Oktober 1976,
Kongres XIII di Ujung Pandang, tanggal 12 Februari 1979,
Kongres XIV di Bandung, tanggal 30 April 1981,
Kongres XV di Medan, tanggal 25 Mei 1983,
Kongres XVI di Padang, tanggal 31 Maret 1986,
Kongres XVII di Lhokseumawe, tanggal 6 Juli 1988,
Kongres XVIII di Jakarta, tanggal 24 September 1990,
Kongres XIX di Pekanbaru, tangal 9 Desember 1992,
Kongres XX di Surabaya, tanggal 29 Januari 1995,
Kongres XXI di Yogyakarta, tanggal 26 Agustus 1997,
Kongres XXII di Jambi, tanggal 3 Desember 1999,
Kongres XXIII di Balikpapan, tanggal 30 April 2002,
Kongres XXIV di Jakarta, tanggal 23 Oktober 2003,
Kongres XXV di Makassar, tanggal 20 Februari 2006.
Kongres XXVI di Palembang, tanggal 28 Juli 2008.
Kongres XXVII di Depok, tanggal 5 November 2010.
Kongres XXVIII di Jakarta Timur, Depok, Jakarta Selatan, tanggal 15 Maret-15 April
2013
Kongres XXIX di Pekanbaru, tanggal 22 November-5 Desember 2015

8. ATRIBUT DAN MAKNA LAMBANG HMI


Macam-macam Atribut HMI
1. Nama Lagu
Nama Lagu : Hymne H MI
Pencipta : R.M Akbar

Waktu dan cara melakukan Hymne HMI:


 Hymne HMI dilakukan pada pembukaan acara-acara resmi organisasi yang bersifat intern
maupun ekstern.

 Cara melagukan Hymne HMI bersama-sama sambil berdiri, khidmat dan syahdu.

2. Lambang HMI
Pencipta  : Ahmad Sadali (Prof.Drs)
Ukuran : Panjang : Lebar = 7 : 2
Arti Lambang :

Bentuk Huruf Alif

 Bentuk huruf hidup, lambang optimisme kehidupan HMI

 Huruf Alif merupakan lambang angka satu, lembaga tauhid, dasar semangat HMI

Bentuk Perisai

 Lambang kepeloporan HMI

 Bentuk Jantung

 Jantung adalah pusat kehidupan manusia

 Lambang fungsi pengkaderan HMI

 Bentuk Pena

 Melambangkan bahwa HMI organisasi mahasiswa yang senantiasa haus akan ilmu
pengetahuan.

 Gambar Bulan Bintang

 Lambang kejayaan umat Islam seluruh dunia.

 Warna Hijau 

 Lambang keimanan dan kemakmuran.

 Warna Hitam

 Lambang ilmu pengetahuan


 Keseimbangan Warna Hijau dan Hitam

 Lambang keseimbangan esensi kepribadian HMI.

 Warna Putih

 Lambang kemurnian dan kesucian perjuangan.

 Puncak Tiga (3) 

 Lambang Iman, Islam dan Ikhlas

 Lambang Iman, Ilmu dan Amal

 HMI

 Kepanjangan dari Himpunan Mahasiswa Islam.

3. Lencana/Budge HMI
Lencana adalah lambang HMI yang pemakaiannya di baju, oleh karena itu gambar, ukuran,
warna dan isinya sama persis dengan lambang HMI.
4. Bendera HMI
Bentuk : Panjang : Lebar = 3 : 2
Warna : Hijau dan Hitam dalam perbandingan yang seimbang
Isi : Lambang HMI sepenuhnya
Gambar : Lihat Gambar
5. Stempel HMI
Warna : Hijau
Bentuk : Oval dengan ukuran garis tengah 3,5 : 4,75

 Ditengah lambang HMI

 Separuh sebelah atas Himpunan Mahasiswa Islam

 Separuh sebelah bawah nama badan atau organisasi bersangkutan

 Warna tinta: Hijau

 Bentuk empat persegi 

 Panjang ukuran = 3 : 6

 Tulisan lambang HMI sebelah kiri

6. Muts/Peci HMI
Bentuk : dalam perbandingan seimbang
Corak : 

 Atas Hijau/Hitam, bersambung di samping


 Tempat persambungan di sebelah muka di beri bend/pita setinggi muts selebar 3,5 cm
dalam guntingan 17 helai.

7. Kartu Anggota HMI


Bentuk : Empat persegi panjang
Warna Kertas : Putih (untuk anggota biasa), merah (untuk anggota muda)
Halaman Muka : Lambang sebelah kiri
                        Tulisan syahadat di bawah lambang dan dikurung segi  empat
8. Papan Nama HMI
Bentuk : Segi empat
Ukuran : Tidak mengikat sesuai dengan besarnya kantong
Isi : Lambang HMI sebelah kiri
      Nama dan Aparat HMI
Warna : Putih dan Hijau
Perbandingan : Putih : Hijau = 1 : 8
Huruf : Warna Putih
9. Gordon/Selempang HMI
Warna : Hitam, hijau dalam perbandingan yang sama dipakai pada acara resmi kebesaran,
baik intern maupun ekstern organisasi ataupun umum.
Lambang lencana digantungkan pada ujung selempang ukuran yang seimbang/sesuai.
10. Baret HMI
Warna : Atasan hijau dan hitam sama besar (lihat dari depan hitam sebelah kiri)

9. PERAN HMI DALAM MENCETAK KADR UMAT DAN KADER BANGSA


HMI bisa mereposisi-merevitalisasi perannya dan selalu melakukan pembaharuan semangat
maka revitalisasi visi, misi menjadi semangat yang terus membara dalam diri kader untuk
meningkatkan peran dan pengembangan potensinya sebagai bagian dari pengembangan diri
mahasiswa Indonesia, bila peran itu belum dilakukan oleh HMI berarti ada apa dengan HMI
selama ini. Apa yang mereka kerjakan dan bagaimana tanggung jawabnya untuk
menyediakan dan menyiapkan kader bangsa yang berkualitas baik secara akademik, insan
pengabdi maupun insan spiritual.Keislaman, keindonesiaan dan kebangsaan seharusnya
menjadi tolok ukur apa yang telah dilakukan dalam rangka menyiapkan diri menjadi penyedia
sumber daya manusia yang siap dengan kemandiriannya di tengah arus zaman yang makin
material.Gerakan intelektual yang dilakukan oleh HMI sejauhmana, siapa kader-kader bangsa
yang berprestasi di pentas nasional menjadi mahasiswa yang akademik oriented dan
mahasiswa yang haus akan kekuasaan sebagai kader politik dari partai politik yang setelah
sebagai mahasiswa akan menerjunkan diri dalam dunia politk sebagai bagian dari anggota
partai politik, apa sebagai bagian masyarakat yang menjadi insan pengabdi dengan sumber
daya yang dimiliki berkiprah dalam bidang dunia kewirausahaan sebagai pengusaha yang
handal dan jago dalam mengembangan ekonomi umat.

Gerakan pengkaderan yang dilakukan HMI dapat dilihat dari sejauhmana jumlah mahasiswa
Indonesia yang terserap dan aktif sebagai aktivis mahasiswa dan berapa jumlahnya dari
prosentase mahasiswa yang berkiprah dalam organisasi dengan jumlah mahasiswa yang
hanya asik belajar dan studi di kampus tanpa tahu apa yang harus mereka perbuat untuk
berpartisapsi sebagai organisasi mahasiswa.

Adalah factor historis yang mendorong lahirnya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam
lintasan sejarah keormasyannya, yaitu visi keislaman. Islam yang dipahami oleh kelompok
mahasiswa yang tergabung dalam wadah HMI telah mengokohkan pemahaman terhadap
Islam, sehingga Islam sebagai salah satu sumber wacana yang tidak pernah kering dari nilai-
nilai kemanusiaan dan sumber berbagai idea pembaharuan yang telah dipancangkan sebagai
visi kedepan gerakan mahasiswa yang mencoba menggagas keberagamaan masyarakat
bangsa Indonesia. Namun distorsi zaman telah meluluhkan wacana ini bergeser ke wacana
politik yang terlepas dari visi humanismenya nilai yang coba ditawarkan melalui nilai Islam
yang sarat dengan moralitas politik dan etika humanitas.

HMI yang dulunya sangat komit terhadap sosialisasi nilai-nilai keislaman kini telah luntur
dan lepas dari predikat yang harus mereka pertaruhkan demi mencapai karier pribadi yang
hanya sesaat dan kepentingan temporer, namun regenerasi yang mereka transfer
pengetahuannya dan nilai yang harus mereka dapatkan dari seniornya, malah sesuatu yang
lain dari kemahiran dalam berdebat an sich.

Kader Umat
Dalam khitahnya HMI menggariskan ada tiga wacana yang dikembangkan, antara lain;
wacana keislaman, wacana kemahasiswaan dan wacana keindonesiaan. Pertama, wacana
keislaman, bagaimana wacana keislaman dikembangkan sebagai semangat atau spirit bagi
organisasi dalam menegakkan kebenaran Islam yang rahmatan lil’alamiin mampu
diimplemantasikan dalam diri setiap kader HMI atau hanya sekedar lipstick dan pemanis
mulut dalam bertutur kata tanpa menjadi laku yang konkrit dalam kehidupan social
masyarakat. Ada sesuatu yang telah hilang dari wacana keislaman, yaitu antara
pengembangan nalar dan dzikir dalam pertumbuhannya kurang seimbang pada hal kajian
Nilai Dasar Perjuangan (NDP) sebagai nilai identitas kader telah dijelaskan bahwa kerja
manusia adalah keterpaduan antara iman, ilmu dan amal secara totalitas dalam keseimbangan
peran kemanusiaannya. Integritas seorang kader sama saja dengan integritas siapa saja
berpangkal dari kesadarannya tentang apa makna hidup dan tujuan hidupnya.
Kedua, wacana kemahasiswaan, HMI yang basik masanya di perguruan tinggi, maka
hubungan yang harmonis dengan kampus merupakan keharusan mutlak, agar HMI tidak
ditinggal wadah dan sumber kadernya. Dalam konteks ini HMI harus mampu menangkap dan
menganalisa akar masalah dari pendidikan tinggi, sehingga mampu memberikan masukan
yang berarti bagi pendidikan di Indonesia yang lebih berkualitas. HMI mempunyai tugas
berat dalam mengembangkan gerakan mahasiswa yang lebih konstruktif untuk menatap
bangsa Indonesia kontemporer lebih canggih dan mempunyai berbagai keunggulan komulatif
di tengah kemajemukan.

Ketiga, wacana keindonesiaan, sepak terjang HMI dalam wacana ini telah teruji dengan para
politisi dan kadernya yang terserap dalam struktur birokrasi Negara, demikian hingga konteks
ini sering menimbulkan berbagai kritik yang pedas terhadap kemandirian HMI.

Makna dalam konteks organisasi sangat dibutuhkan berbagai perangkat yang mendukung
konsep kaderiasasi yang efektif dan multi fungsional dalam aplikasinya di masyarakat; oleh
karena itu dibutuhkan konsep pengembangan organisasi yang lebih kondusif bagi
penyemaian kader secara nasional dalam pengembangan organisasi perlu memenuhi kriteria
sebagai berikut:

Pertama, pengembangan organisasi sangat terkait dengan perencanaan strategis yang


membawa perubahan di dalam organisasi, menyangkut tujuan dan spesifikasi obyektif
berdasarkan suatu diagnosa problematika yang melingkupi organisasi.

Kedua, bahwa pengembangan organisasi berimplikasi pada perubahan perilaku anggota, yang
diarahkan pada pola kerja sama partisipatif, sehingga organisasi dapat mencapai efektifitas
yang tinggi.
Ketiga, program pengembangan diarahkan pada pola kinerja hingga mana anggota organisasi
berlomba mencapai prestasi terbaiknya (fastabiqul khairat), mampu berperan dalam dinamika
zaman, termasuk memperbaiki eksternal bersama gerakan mahasiswa lainnya menjadi agen
kontrol perubahan baik yang berkaitan dengan kekuasaan negara maupun realitas sosial
lainnya.

Keempat, pengembangan organisasi harus merupakan suatu kumpulan nilai manusiawi, baik
mengenai masyarakat, anggota organisasi, sehingga organisasi dapat membuka peluang bagi
pengembangan potensi sumber daya manusia. Struktur organisasi dapat menjadi enerji bagi
kaderisasi, karena kader yang terserap dalam struktur kepengurusan akan secara otomatis
terkader dari sisi leadershipnya.

Kelima, pengembangan organisasi merupakan representasi dari pendekatan sub sistem yang
menyangkut hubungan berbagai divisi, departemen, kelompok dan individu-individu yang
saling bergantungan dalam sub-sistem organsisiasi dan di dalam organisasi secara
menyeluruh.

Tantangan HMI
Tantangan HMI pertama, hilanganya supremasi sebagai satu-satunya organisasi mahasiswa
yang dapat mengandalkan proses kaderisasi ala HMI telah dilakukan oleh banyak organisasi
lain. Gagasan HMI harus melakukan metamorposes dalam wacana kontemporer dengan
nuansa yang baru dan visi ke depan yang cerdas.
Kedua mengembalikan wacana intelektual sebagai basis nilai tambah HMI. Ketiga, harus ada
sebagian anggota HMI yang bertekun-tekun mempertajam visi intelektualnya. Jangan
seluruhnya terkonstrasi ke dunia politik. Gerakan intelektualisme mengatarkan pada
ketercerahan manusia dalam menghadapi persoalan-persoalan kehidupannya dengan
melakukan pengayaan dan pengembangan potensi.

Kualitas Kader
Awal berdirinya HMI merupakan sinergi antara kekuatan politik praktis sebagai lahan
perjuangan dan kualitas intelektual sebagai lahan pengabdian. Kembali ke khitah harus lebih
mengembangkan orientasi perkaderan yang lebih mengedepankan nilai-nilai profesionalitas
keilmuan dan tetap terampil sebagai kekuatan moral.
Sebagai kekuatan moral praktis HMI harus mempertahankan dan menjaga independensi.
Independensi bisa diwujudkan apabila HMI menjadi lembaga profesional dan tidak
tergantung kekuatan politik maupun kekuatan ekonomi. Sehingga keperpihakannya pada nilai
yang dibawa oleh masing-masing stakeholder. Bukan berpihak kepada orang atau lembaga,
namun lebih pada nilai-nilai yang diperjuangkan.
Profesionalisme secara kelembagaan tidak berarti harus didukung oleh banyak anggota
sebagai sumber insani pembangunan, namun berapun secara kuantitas bukan menjadi
halangan mengembangkan dan mengoptimalkan potensi generasi muda. Kelompok kecil
yang profesional jauh lebih efektif pengaruhnya dalam percaturan organisasi pada masa yang
akan datang.

Oleh karena itu bagaimana format gerakan HMI di masa yang akan datang? Paling tidak HMI
harus melakukan langkah-langkah revitalisasi HMI sebagai strategi pengembangan visi
perjuangan yang tidak boleh meninggalkan subtansi visi yang selama ini. Visi yang harus
dikembangkan lebih ditujukan kepada kualitas kader. Hal ini sejalan dengan HMI tampil
sebagai gerakan kultural.

Posisi gerakan kultural juga sesuai dengan tugas utama HMI sebagai organisasi perkaderan
yang tugas utamanya mencetak manusia berkualitas akademis yang bernafaskan Islam.
Artinya seorang kader yang tidak hanya cerdas namun juga mempunyai komitmen moralitas
yang tinggi sesuai dengan ajaran Islam. Nilai-nilai moralitas itulah yang sangat dibutuhkan di
masa depan.

Krisis kebangsaan berpangkal dari tercerabutnya moralitas dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, sehingga menjamurnya aneka penyelewenangan birokrasi hingga pemanfaatan
politik hanya untuk kepentingan kekuasaan belaka yang jauh dari nilai-nilai pemberdayaan
dan berpegang pada etika profesional.

Sebagai kader umat dan kader bangsa HMI mampu memainkan peran transformatif
masyarakat Indonesia, dengan semangat etis dan daya profetis Islam HMI mampu
menyumbangkan yang terbaik bagi umat, sebagai anak umat Islam, mestinya HMI
memperkaya khasanah pemikiran-pemikiran konseptual dan upaya-upaya operasional dalam
upaya memperjuangkan syiar Islam secara substansial maupun universal di negeri Pancasila
ini.
Pada tahapan ini HMI punya tanggung jawab besar untuk menerjemahkan ajaran Islam yang
universal dan kosmopolitian menjadi kenyataan sejarah dalam pergaulan hidup masyarakat.
Sehingga HMI mampu menjadi kader umat dan kader bangsa.

Anda mungkin juga menyukai