Anda di halaman 1dari 49

SEJARAH

PERJUANGAN HMI

Oleh:
MUHAMMAD RIDHO PRATAMA
OKTAVIANSYAH

Basic Training (LK1) HMI Cabang Medan


PENGANTAR ILMU SEJARAH
 DEFINISI SEJARAH SECARA ETIMOLOGI
1. Kata Sejarah berasal dari kata Arab‫ش جرة‬
/Syajaratun (Pohon). Mereka mengenal juga kata
syajarah annasab, artinya pohon silsilah Dalam
bahasa Arab sejarah
disebut ‫ت اريخ‬/tarikh (Waktu/Penanggalan)
2. Dalam Bahasa Latin/Yunani Disebut Historia yang
berarti Ilmu/Orang Pandai/Informasi/Pencarian
3. Dalam Bahasa Inggris Disebut History yang berarti
Masa Lalu Manusia.
4. Dalam Bahasa Jerman Disebut Geschichte yang
berarti Sudah Terjadi.
5. Dalam KBBI Sejarah diartikan sebagai Asal-Usul/
Kejadian dan Peristiwa yang benar” terjadi pada
masa lampau.
 SEJARAH MENURUT PARA AHLI
1.Ibnu Khaldun: Sejarah adalah catatan tentang
masyarakat umat manusia/peradaban dunia,
tentang perubahan” yang terjadi pada watak
masyarakat itu.
2.J.V. Bryce: Sejarah adalah catatan dari apa yang
telah dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat oleh
manusia.
3. Shefer: Sejarah Merupakan sebuah peristiwa
yang telah berlalu dan benar-benar terjadi.
4. R. Moh. Ali: sejarah adalah ilmu yang bertugas
menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian” dan
peristiwa yang merupakan realitas masa lalu.
 SEJARAH SEBAGAI PERISTIWA
Adalah kejadian atau peristiwa masa
lampau manusia yang benar-benar terjadi ,
sehingga hanya terjadi satu kali saja , yaitu
pada saat kejadiannya sedang berlangsung
,sehingga tidak mungkin terjadi lagi
kejadian yang sama pada masa”
selanjutnya.
(Unik,Abadi, Penting, besar pengaruhnya)
 SEJARAH SEBAGAI KISAH
Adalah suatu rangkaian cerita yang berupa
narasi yang disusun menurut ingatan,
tafsiran, manusia atau kesan 
 SEJARAH SEBAGAI SENI
Dikatakan sebagai seni karena sejarah
memerlukan inutisi, imajinasi, emosi dan
gaya bahasa dalam penulisan sejarah
 SEJARAH SEBAGAI ILMU
1. Mempelajari kenyataan dan diadakan
penelitian dan pengkajian tentang
peristiwa dan cerita sejarah.
2. Sebagai ilmu sejarah adalah susunan
pengetahuan tentang peristiwa dan cerita
yang terjadi di dalam masyarakat pada
masa lalu yang disusun secara sistematis
dan metodis berdasarkan asas asas,
prosedur dan metode  secara teknik
ilmiah yang diakui oleh para ahli sejarah.
 UNSUR SEJARAH
1. Ruang, adalah tempat terjadinya suatu peristiwa
yang menjadi bukti peristiwa sejarah menjadi
real. 
2. Waktu, adalah unsur sejarah yang memegang
peranan penting sebagai sifat krologis dalam
kajiansejarah sehingga dikenal dengan konsep
periodisasi. 
3. Manusia, adalah unsur sejarah yang menjadi
sentral atau pemegang peran karena peristiwa
sejarha dapat berlansung secara kompleks
tergantung dari akal manusia dengan lingkungan
yang ada.
 SUMBER-SUMBER SEJARAH
1. Sumber Lisan
2. Sumber Tertulis
3. Sumber Benda (Artefak)

 MANFAAT SEJARAH
1. Edukatif (Pendidikan)
2. Instruktif (Arahan)
3. Rekreatif (Rekreasi)
LATAR BELAKANG BERDIRINYA
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
1. KONDISI ISLAM DI DUNIA
 Islam merupakan agama yang sangat berpengaruh.
Kekuatan yang dimilikinya bahkan hampir menaklukan
seluruh dunia. Kemunduran Islam berbarengan dengan
Rennaisance di Eropa.
 Kondisi umat Islam dunia, pada saat menjelang kelahiran
HMI, dapat dikatakan ketinggalan dibandingkan
masyarakat Eropa. Ini dapat dilihat dari penguasaan
teknologi maupun pengetahuan, bahkan sebagain besar
umat Islam berada di bawah “ketiak” penindasan nekolim
barat yang notabene dimotori oleh kelompok Kristen.
 Umat Islam hanya terpaku, terlena, oleh kejayaan masa
lampau atau pada zaman keemasan Islam.
2. KONDISI ISLAM DI INDONESIA
 Tahun 1596 Cornelis de Houtman mendarat di Banten.
Maka sejak itu pulalah Indonesia dijajah Belanda.
Imprealisme Barat selama ± 350 tahun membawa paling
tidak 3 (tiga) hal :
• Penjajahan itu sendiri dengan segala bentuk implikasinya.
• Missi dan Zending agama Kristiani.
• Peradaban Barat dengan ciri sekulerisme & liberalisme.
 Tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di dunia saat
itu, umat Islam berada dalam cengkaraman nekolim barat.
Penjajah memperlakukan umat Islam sebagai masyarakat
kelas bawah dan diperlakukan tidak adil, serta hanya
menguntungkan kelompok mereka sendiri atau rakyat yang
sudah seideologi dengan mereka.
 Umat Islam Indonesia hanya mementingkan kehidupan
akhirat dengan penonjolan simbolisasi Islam dalam
ubudiyah, sebagai upaya kompensasi atas
ketidakberdayaan untuk melawan nekolim, sehingga
pemahaman umat tidak secara benar dan kaffah.
3. KONDISI PERGURUAN TINGGI DAN
MAHASISWA ISLAM
 Perguruan tinggi adalah tempat untuk menuntut ilmu yang
akan menghasilkan para pemimpin untuk masa sekarang
dan masa yang akan datang. Perguruan tinggi adalah
motor penggerak perubahan, dan perubahan tersebut
diharapkan menuju sesuatu yang lebih baik. Begitu
pentingnya perguruan tinggi, maka banyak golongan yang
ingin menguasainya demi untuk kepentingan golongan
tersebut.
 Sejalan dengan perguruan tinggi dan dunia
kemahasiswaan yang strategis tersebut, ada beberapa
faktor dominan yang menguasai dan mewarnai perguruan
tinggi dan dunia kemahasiswaan:
1. Sistem yang diterapkan khususnya di perguruan tinggi
adalah sistem pendidikan barat yang mengarah pada
sekularisme dan dapat menyebabkan dangkalnya agama
atau aqidah dalam kehidupan.
2. Adanya Perserikatan MAHASISWA Yogyakarta (PMY) dan
Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) di Surakarta dimana
kedua organisasi ini dibawah pengaruh Komunis. Ini
menyebabkan aspirasi Islam dan umat Islam kurang
terakomodir.
 Faktor-faktor di atas adalah ancaman yang serius, karena
menyebabkan masalah dalam hidup dan kehidupan serta
keberadaan Islam dan umat Islam.
 Mahasiswa Islam kurang memiliki ruang gerak karena
berada dalam sistem yang sekuler dan tidak sesuai
dengan ajaran Islam, dan harus menghadapi tantangan
dari mahasiswa komunis yang sangat bertentangan
dengan fitrah manusia dan bertentangan pula dengan
ajaran Islam. Jelas sudah bahwa mahasiswa Islam sangat
sulit untuk bergerak memperjuangkan aspirasi umat Islam.
4. SAAT BERDIRINYA HIMPUNAN MAHASISWA
ISLAM (HMI)
 HMI lahir pada saat umat Islam Indonesia berada dalam
kondisi yang memprihatinkan, yaitu terjadinya
kesenjangan dan kejumudan pengetahuan, pemahaman,
penghayatan ajaran Islam sehingga tidak tercermin dalam
kehidupan nyata.
 Pada saat HMI berdiri, sudah ada organisasi
kemahasiswaan, yaitu Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta
(PMY & SMI), namun PMY didominasi oleh partai sosialis
yang berpaham komunis. Akibat didominasi oleh partai
sosialis maka PMY tidak independen untuk
memperjuangkan aspirasi mahasiswa, maka banyak
mahasiswa yang tidak sepakat dan tidak bisa membiarkan
mahasiswa terlbat dalam polarisasi politik.
 Sebagai realisasi dari keinginan tersebut maka di
Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H,
bertepatan dengan tanggal 5 Pebruari 1947 sebuah
organisasi kemahasiswaan, yaitu Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) sebagai organisasi independen
GAGASAN DAN VISI PENDIRI HMI
 SOSOK LAFRAN PANE
• Lafran Pane lahir di kaki Gunung Sibual-Bual kampung
Pangurabaan Kecamatan Sipiriok, Padang Sidempuan
Ibukota Kab. Tapanuli Selatan pada 5 februari 1922/12
April 1923. Wafat di Yogyakarta 25 Januari 1991.
• Beliau adalah anak keenam (Nyonya Tarip, Sanusi Pane,
Armijn Pane, Nyonya Bahari Siregar & Nyonya Ali
Hanfiyah) dari keluarga Sutan Pangurabaan Pane (Guru,
Wartawan, Penulis & Tokoh Partindo Sumut) dengan istri
pertama.
• Saudara tirinya Nila Kusuma Pane dan Krisna Murti Pane
• Menikah dengan Martha Dewi asal Bengkulu dan
dikaruniai tiga orang anak:
1. Toga Fakhruddin Pane (Kedokteran UGM) Aktivis PII &
HMI
2. Muhammad Iqbal Pane (Tekhnik UGM) Aktivis PII &HMI
3. Tetti Sari Rakhmawati Boru Pane (Ekonomi UGM) HMI
• Pendidikan Lafran Pane tidak berjalan “normal” dan “lurus”
& Lafran Pane mengalami perubahan kejiwaan yang radikal
sehingga mendorong dirinya untuk mencari hakikat hidup
sebenarnya.
• Karena tidak merasakan kasih sayang ibu kandung
sebagaimana mestinya dan tidak puas dengan asuhan ibu
tiri, akhirnya seorang Lafran Pane dihinggapi penyakit rasa
rendah diri, lalu mengakibatkan kompensasi berupa
kenakalan yang luar biasa dan jalan pikiran yang sulit
dimengerti termasuk ayahnya sendiri.
• Pendidikan keagamaan pertamanya didapat dari guru
bernama Malim masan yang membekali hidupnya secara
mendasar tentang keagamaan.
• Pendidikan formal dimulai dipesantren Muhammadiyah
Sipirok & Sekolah Desa (Tidak Tamat)
 Pindah sekolah HIS Muhammadiyah di sibolga
 Kembali kesipirok masuk Ibtidaiyah (Dasar) & Lanjut ke
Wustha (menengah). Pindah Ke Taman Antara Siswa
Medan (DO). Meninggalkan rumah tinggalnya (Nyonya
Tarip) dan hidup menggelandang di Kota medan.
 Di semua sekolah gurunya mengakui bahwa Lafran Pane
adalah murid cerdas, walaupun nakal yang luar biasa.
 Lafran bergabung ke organisasi “ZWERTE BENDE”.
Karena tingkah lakunya lafran sering berkenalan dengan
meja hijau, dan dituntut membayar denda, tetapi selalu
dibela oleh gengnya.
 Masuk Sekolah Tinggi Islam (STI) dijakarta Yang
kemudian pindah ke yogyakarta dan berganti nama
menjadi UII
 Di STI ia menjadi ketua III Senat Mahsiswa STI
 Di PMY ia juga Pengurus mewakili Mahasiswa STI.
 Jadi, tidak mengherankan apabila Lafran Pane banyak
bergaul denga mahasiswa dan memiliki banyak teman.
 Sebelum tamat dari STI pindah ke Akademi Ilmu Politik
(AIP) pada April 1948. Setelah Universitas Gajah Mada
(UGM) dinegerikan tanggal 19 Desember 1949,dan AIP
dimasukkan dalam Fakultas Hukum,Ekonomi, Sosial Politik
(HESP). Menjadi sarjana Ilmu Politik pertama di Indonesia
(26 Jan 1953)
 Perubahan jiwa Lafran Pane setelah masuk STI lantas
mendapat kuliah Agama Islam dari Prof. K.H Abdul Kahar
Mudzakkir, Bapak Husein Yahya, H.M Rasyidi dan
ketekunannya membaca buku – buku Agama Islam,
membuat ia bertambah yakin dan mempunyai pendirian
yang semakin teguh, bahwa Islam sebagai satu – satunya
pedoman hidup yang sempurna.
GAGASAN DAN VISI PENDIRI
HMI
Gagasan Pembaharuan Pemikiran Keislaman

 Untuk melakukan pembaharuan dalam Islam, maka


pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan
umat Islam akan agamanya harus ditingkatkan, sehingga
dapat mengetahui dan memahami ajaran Islam secara
benar dan utuh. Kebenaran Islam memiliki jaminan
kesempurnaannya sebagai peraturan untuk kehidupan
yang dapat menghantarkan manusia kepada kebahagian
dunia dan akhirat.
 Tugas suci umat Islam dalah mengajak umat manusia
kepada kebenaran Illahi dan kewajiban umat Islam adalah
menciptakan masyarakat adil makmur material dan
spiritual. Dengan adanya gagasan pembaharuan pemikiran
keislaman, diharapkan kesenjangan dan kejumudan
pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan
ajaran Islam dapat dilakukan dan dilaksanakan sesuai
dengan ajaran Islam.
GAGASAN DAN VISI PERJUANGAN SOSIAL BUDAYA
 Ciri utama masyarakat Indonesia adalah kemajemukan sosial
budaya, kemajemukan tersebut merupakan sumber kekayaan
bangsa yang tidak ternilai, tetapi keberagaman yang tidak
terorganisir akan mengakibatkan perpecahan dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
 Tujuan awal saat HMI berdiri juga tidak terlepas pada gagasan dan
visi perjuangan sosial budaya, yaitu :
1. Mempertahankan negara Republik Indonesia dan
mempertinggi derajat rakyat Indonesia
2. Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam

 Dari tujuan tersebut jelaslah bahwa HMI ingin agar kehidupan sosial
budaya yang ada menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia guna mempertahankan kemerdekaan yang baru diraih.
Untuk menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam pun harus
dipelajari kondisi sosial budaya agar tidak terjadi benturan kultur.
 Masyarakat muslim Indonesia yang hanya memahami ajaran Islam
sebatas ritual harus diubah pemahamannya dan keadaan sosial
budaya yang telah mengakar ini tidak dapat diubah serta merta,
tetapi melalui proses panjang dan bertahap.
KOMITMEN KEISLAMAN DAN KEBANGSAAN
SEBAGAI DASAR PERJUANGAN HMI
 Dari awal terbentuknya HMI telah ada komitmen keumatan dan
kebangsaan yang bersatu secara integral sebagai dasar perjuangan
HMI yang dirumuskan dalam tujuan HMI
 Komitmen tersebut menjadi dasar perjuangan HMI didalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai organisasi kader,
wujud nyata perjuangan HMI dalam komitmen keumatan dan
kebangsaan adalah melakukan proses perkaderan yang ingin
menciptakan kader berkualitas insan cita yang mampu menjadi
pemimpin yang amanah untuk membawa bangsa Indonesia
mencapai asanya.
 Komitmen keislaman dan kebangsaan sebagai dasar perjuangan
masih melekat dalam gerakan HMI. Kedua komitmen ini secara
jelas tersurat dalam rumusan tujuan HMI (hasil Kongres IX HMI di
Malang tahun 1969) sampai sekarang, “Terbinanya insan
akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur
yang diridhoi Allah SWT”. Namun kedua komitmen itu tidak
dilakukan secara institusional, melainkan dampak dari proses
pembentukan kader yang dilakukan oleh HMI.
FAKTOR PENDUKUNG BERIDINYA HMI

1. Posisi dan arti kota Yogyakarta: Yogya sebagai ibukota


NKRI dan kota perjuangan, Pusat gerakan islam, Kota
pelajar, Pusat kebudayaan & Terletak di central of java
2. Kebutuhan penghayatan dan keagamaan mahasiswa
3. Adanya tuntutan perang kemerdekaan bangsa Indonesia
4. Adanya STI (Sekolah Tinggi Agama Islam), BPT GM
(Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada), STT (Sekolah
Tinggi Tehnik).
5. Adanya dukungan presiden STI Prof. Abdul Kahar
Muzakir & Dosen Tafsir Hadits Husein Yahya
6. Umat islam Indonesia mayoritas
FAKTOR PENGHAMBAT BERIDINYA HMI

1. Penolakan dari GPII


2. Penolakan dari PMY
3. Penolakan dari PII
FASE-FASE PERJUANGAN HMI
1. Fase konsolidasi spiritual dan proses berdirinya HMI
(1946)
2. Fase berdiri dan pengokohan (5 Februari – 30
November 1947)
3. Fase perjuangan bersenjata dan perang
kemerdekaan, dan menghadapi pengkhianatan dan
pemberontakan PKI I (1947 – 1949)
4. Fase pembinaan dan pengembangan organisasi (1950
- 1963)
5. Fase tantangan I (1964 – 1965).
FASE-FASE PERJUANGAN HMI

6. Fase kebangkitan HMI sebagai pejuang Orde Baru


dan pelopor kebangkitan angkatan 66 (1966 – 1968)
7. Fase partisipasi HMI dalam pembangunan (1969 –
1970)
8. Fase pergolakan dan pembaharuan pemikiran (1970 –
1998)
9. Fase reformasi (1998 – 2000)
10. Fase tantangan II (2000 – 2006)
11. Fase kebangkitan kembali HMI (2006 – seterusnya)
1. FASE KONSOLIDASI SPIRITUAL & PROSES
BERDIRINYA HMI (1946
 Bermula dari latar belakang munculnya pemikiran
berdirinya HMI serta kondisi objektif yang mendorongnya,
maka rintisan untuk mendirikan HMI muncul di bulan
November 1946
 Lafran Pane mengundang mahasiswa Islam di Yogyakarta
(STI, BPTGM & STT) untuk membahas gagasan
pembentukan organisasi mahasiswa Islam dan di hadiri 30
orang (terdapat anggota PMY & GPII)
 Rapat-rapat yang sudah berulang kali dilaksanakan belum
membawa hasil karena ditentang oleh PMY
2. FASE BERDIRI & PENGOKOHAN (5 FEB–30 NOV 1947)

 Kemudian diadakan rapat mendadak tanpa undangan


dengan izin Bapak Husein Yahya mempergunakan jam
kuliah Tafsir Hadits
 Adapun peserta rapat yang Hadir sebanyak 15 orang :
Lafran Pane Mansyur Suwali
Karnoto Zarkasyi Siti Zainah Yusdi Ghozali
Dahlan Husein M. Anwar Tayeb Razak
Maisaroh Hilal Hasan Basri Toha Mashudi
Zulkarnaen Marwan Bidron Hadi
 Kemudian masuklah Lafran Pane yang langsung
berdiri di depan kelas dan memimpin rapat yang
dalam prakatanya mengatakan : "Hari ini adalah
rapat pembentukan organisasi Mahasiswa Islam,
karena semua persiapan yang diperlukan sudah
beres".
 Kemudian ia meminta agar Husein Yahya
memberikan sambutan, namun dia menolakf
dikarenakan kurang memahami apa yang
disampaikan sehubungan dengan tujuan rapat
tersebut.
 Rapat ini merupakan rapat pembentukan organisasi
Mahasiswa Islam yang anggaran dasarnya telah
dipersiapkan.
 Rapat ini bukan lagi mempersoalkan perlu /tidaknya
ataupun setuju atau menolaknya untuk mendirikan
organisasi Mahasiswa Islam.
 Di antara rekan-rekan boleh menyatakan setuju dan boleh
tidak. Meskipun demikian apapun bentuk penolakan
tersebut, tidak menggentarkan untuk tetap berdirinya
organisasi Mahasiswa Islam ketika itu, dikarenakan
persiapan yang sudah matang.
 Setelah dicerca berbagai pertanyaan dan penjelasan,
rapat pada hari itu dapat berjalan dengan lancar dan
semua peserta rapat menyatakan sepakat dan
berketetapan hati untuk mengambil keputusan :
 Hari Rabu Pon 1878, 14 Rabiulawal 1366 H, tanggal 5 Februari 1947,
menetapkan berdirinya organisasi Himpunan Mahasiswa Islam
disingkat HMI yang bertujuan :
 Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi
derajat Rakyat Indonesia
 Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam
 Mengesahkan anggaran dasar Himpunan Mahasiswa Islam. Adapun
Anggaran Rumah Tangga akan dibuat kemudian.
 Membentuk Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam
Ketua : Lafran Pane
Wakil Ketua : Asmin Nasution
Penulis I : Anton Timur Jailani
Penulis II : Karnoto Zarkasyi
Bendahara I : Dahlan Husein
Bendahara II : Maisaroh Hilal
Anggota : Suwali, Yusdi Ghozali, Mansyur
 -+ 9 Bulan reaksi” terhadap HMI baru berakhir
 Selama 9 bulan dimanfaatkan untuk menjawab berbagai
reaksi dan tantangan dengan mengadakan ceramah”
ilmiah, rekreasi, malam” kesenian demi eksistenti dan
mengokohkan HMI
 Didirikan Cabang” baru (Klaten, Solo, dan Yogyakarta)
 Pengurus HMI bentukan 5 Feb 1947 otomatis menjadi PB
HMI pertama & merangkap pengurus cabang Yogyakarta
 22 Agus 1947 PB HMI di reshufle, HM Mintareja (FH BPT
GM) menjadi ketua & Lafran Pane menjadi Wk Ketua
merangkap ketua cabang Yogyakarta
 Sejak itu mahasiswa BPT GM, STT mulai masuk dan
berbondong-bondong menjadi anggota HMI.
 Di Yogyakarta 30 Nov 1947 diadakan Kongres 1 HMI.
3. FASE PERJUANGAN BERSENJATA & PERANG
KEMERDEKAAN,& MENGHADAPI PENGHIANATAN
& PEMBERONTAKAN PKI I (1947 – 1949)
 HMI terjun ke medan pertempuran melawan belanda
membantu pemerintah (agresi militer I 21 April 1947) baik
langsung memegang senjata, sebagai staff penerangan &
penghubung (sesuai tujuan berdirinya)
 WK PB Ahmad tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa
(CM) untuk membantu pemerintah menghadapi
pemberontakan PKI (Madiun 18 September 1948) dengan
mengerahkan anggota CM ke gunung” (Komandan Hartono
& WK Komandan A. Tirtosudiro)
 Sejak itulah dendam kesumat PKI terhadap HMI tertanam.
 Pada fase ini berlangsung kegiatan Dies Natalis pertama
HMI di Bangsal kepatihan tanggal 6 Februari 1948.
Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI)
Jendral Sudirman selain mengartikan HMI sebagai
Himpunan Mahasiswa Islam, HMI juga diartikan sebagai
(H)arapan (M)asyarakat (I)ndonesia. Karena masyarakat
bangsa indonesia beragama islam, HMI juga diartikan
(H)arapan (M)asyarakat (I)slam (I)ndonesia.
 Pada fase ini juga berlangsung Kongres Muslimin Indonesia
II di Yogyakarta tanggal 20 sampai 25 Desember 1949.
Kongres ini dihadiri 185 organisasi alim ulama dan
intelegensia seluruh Indonesia. Di antaranya tujuh sari
keputusannya di bidang organisasi salah satu diantaranya
adalah memutuskan bahwa: hanya satu organisasi
mahasiswa islam (HMI), yang becabang di tiap-tiap kota
yang ada sekolah tinggi.
4. FASE PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
ORGANISASI (1950 - 1963)
 Selama anggota HMI banyak terjun ke gelanggang medan
pertempuran pembinaan organisasi HMI terabaikan.
Namun hal itu dilaksanakan dengan sadar, karena ini
semua untuk merealisir tujuan HMI sendiri, serta dwi
tugasnya, yakni tugas Agama dan Bangsa.
 Pengakuan Kedaulatan Rakyat 27 Des1949 menyebabkan
banyak yang ingin melanjutkan kuliah di yogyakarta
 Sejak1950 dilaksanakan usaha” konsolidasi organisasi
 Juli 1951 PB HMI dipindahkan dari Yogya ke Jakarta.
 7 kali kongres & Pembentukan cabang-cabang baru
 Pengesahan atribut HMI seperti lambang, bendera, muts,
Hymne HMI
 Merumuskan tafsir asas & Pengesahan kepribadian HMI
 Pembentukan BADKO
 Menetapkan metode Training HMI
 Pembentukan lembaga-lembaga HMI
 Dibidang Ekstern: Menghadapi PEMILU 1
1955,Penegasan independensi HMI, Mendesak
pemerintah mengeluarkan UU PT, Tuntutan pelaksanakan
pendidikan agama sejak dari SR s/d PT, Mengeluarkan
konsep Peranan Agama dlm Pembangunan
 Keberhasilan HMI melaksanakan konsolidasi organisasi
ada golongan yang iri dan tidak senang yaitu PKI
 Tidak dibubarkan dan dilarangnya PKI membuat
kesempatan untuk bangkit kembali
 Bung Karno memberi peluang PKI untuk berkembang di
Indonesia akibat Skandal Politik dan moralnya saat
muhibah ke Uni Soviet 28-Agus 12 1956 memperkuat PKI
dalam petualangan politiknya.
 21 Feb 1957 Soekarno mengumumkan konsepsi kabinet
berkai empat (PNI , Masyumi,NU, dan PKI)
 19 Nov 1957 dicetuskan Manifes Moskow, (Intinya program
untuk mengkomuniskan Indonesia
 Masyumi menolak kebijakan tersbut & dibubarkan pada 17
Agus 1960
 Partai-partai lain seperti PNI, NU, PARKINDO, Partai
Katolik, dan lain-lain tidak mau mengambil resiko untuk
melawan arus sehingga menambah suasana yang sangat
menguntungkan PKI.
 Untuk menghadapi perkembangan politik, Kongres V HMI
di medan 24 – 31 Des 1957 mengeluarkan sikap: 1. Haram
hukumnya menganut paham & ajaran komunis karena
bertentangan dengan agama islam. Menuntut Islam
sebagai dasar agama.
5. FASE TANTANGAN I (1964 – 1965)
 Masa Orde lama Pemerintah diktator dengan demokrasi
terpimpin dipaksakan secara keras. Oposisi diberangus,
Kebebasan pers dihancurkan, MANIPOL, USDEK,
dipaksakan sebagai haluan negara. Nasakom tampil
sebagai pengganti Pancasila dan ini menguntungkan PKI
lalu di manfaatkan untuk tujuan politiknya.
 Keterlibatan HMI dalam menumpas pemberontakan PKI
1948 membuat PKI dendam kusumat & menempatkan HMI
sebagai organisasi yang harus bubar, karena dianggap
penghalang bagi tercapainya tujuan PKI.
 Hasil Kongres II Consetrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia
(CGMI) underbow PKI di Salatiga, Juni 1961 adalah untuk
melekuidasi HMI.
 PKI, CGMI & organisasi se-ideologi mulai melakukan
gerakan terbuka untuk membubarkan HMI & disokong
seluruh simpatisan & Underbow PKI, PARTINDO & PNI.
 Maret 1965 dibentukPanitia Aksi Pembubaran HMI di Jakarta
yang terdiri dari CGMI, GMNI, IPPI, GRMINDO, GMD, MMI,
Pemuda Marhaenis, Pemuda Rakyat, Pemuda Indonesia, PPI,
dan APPI.
 HMI dituduh dan difitnah anti pancasila, UUD 1945, PBR
Soekarno, & Terlibat PRRII/PERMESTA serta DI/TII
 Menjawab tantangan ini, Generasi Muda Islam/GEMUIS (unsur
pemuda, pelajar & mahasiswa Islam) yang terbentuk 1964
membentuk Panitia Solidaritas Pembelaan HMI. Bagi umat Islam
HMI merupakan taruhan terakhir & harus dipertahankan setelah
Masyumi dibubarkan. Kalau HMI sempat bubar, maka satu-
persatu dari organisasi Islam akan terkena sapu pembubaran.
 Jenderal Nasution : “HMI harus maju sebagai pelopor
 Deklarasi umat islam di Bandung 12 Maret 1965 : “Setiap
rongrongan kepada sebagian umat islam, dianggap sebagai
rongrongan terhadap seluruh umat islam
 Mendagri : “Selama tidak dilarang, HMI boleh bergerak”
 Berdasarkan Keputusan (Komando Tertinggi Retoling Aparatur
Revolusi) KOTRAR “HMI Jalan Terus”
 Berdasarkan kebijaksanaan Panglima Besar KORTAR Presiden
Soekarno, dengan surat keputusan tanggal 17 September 1965, HMI
dinyatakan jaln terus, tidak dibubarkan. Inilah imbangan yang diberikan
kepada HMI/umat Islam, sementara Aidit/PKI memperoleh bintang
Maha Putra.
 Subandrio Ajukan Konsepsi Pembubaran HMI
 Begitu berhasilnya PKI mendekati dan mengisi pejabat-pejabat
tertentu yang akan dijadikan kawan untuk ikut membantu usaha
pembubaran HMI. Dr. Subandrio sebagai wakil Perdana Menteri
mengajukan konsepsi pembubaran HMI dalam Sidang Kabinet. Tetapi
sebelum dibawa dan dibicarakan dalam Sidang Kabinet. Menteri
Pangdad Ahmad Yani melihat konsep itu. Setelah diketahui bahwa
konsep itu ternyata konsepsi pembubaran HMI, Menpangad Jenderal
Ahmad Yani merobek-robeknya.
 Gerakan pembubaran HMI gagal dipuncak usaha PKI
 Dalam penutupan Kongres CGMI 29 Sept 1965 disenayan PKI
terus melakukan provokasi : DN Aidit “kalau anggota CGMI tidak
bisa membubarkan HMI, anggota CGMI yang laki-laki lebih baik
pakai kain sarung saja, kalau semua front sudah minta, Presiden
akan membubarkan HMI”
 Namun HMI tidak dibubarkan & dengan tegas Presiden Soekarno
mengungkapkan: “Pemerintah mempunyai kebijakan untuk
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada kehidupan
organisasi mahasiswa yang revolusioner. Tapi kalau organisasi
mahasiswa yang menyeleweng itu mejadi kontra revolusi
umpamanya HMI, aku sendiri yang akan membubarkannya.
Demikian pula kalau CGMI menyeleweng menjadi kontra revolusi
juga akan kububarkan”
 Karena gagal membubarkan HMI maka PKI sudah siap main
kayu/main kekerasan. PKI takut didahului umat Islam untuk
merebut kekuasaan dari pemerintahan yang sah, maka
meletuslah Pemberontakan G30S/PKI 1965.
 Ketajaman politik HMI telah mencium bahwa
pemberontakan G30S pasti dilakukan PKI. Untuk
mengantisipasi hal tersebut1 Oktober 1965 utusan PB HMI
(Darmin P. Siregar & Ekky Syachruddin) menghadap
Pangdam V Jaya Mayor Jenderal Umar Wirahadikusumah
(mantan wakil Presiden RI) dan menyatakan: (1)
Pemberontakkan itu dilakukan oleh PKI & HMI menuntut
supaya PKI dibubarkan
 (2) Karena pemberontakan itu menyangkut masalah politik,
supaya diselesaikan secara politik & untuk
mengkoordinasikan supaya dipercayakan kepada partai NU
 HMI akan memberikan bantuan apa saja yang diminta
pemerintah untuk menumpas pemberontakan Gestapu PKI.
Secara organistoris, dengan surat nomor : 2125/B/Sek/1965,
tanggal 4 Oktober 1965, HMI mengeluarkan pernyataan
yang mengutuk peristiwa Gestapu PKI.
 Pernyataan itu ditandatangani oleh Sulastomo Ketua Umum
dan Mar`ie Muhammad Sekretaris Jenderal PB HMI.
6. FASE KEBANGKITAN HMI SEBAGAI PEJUANG
ORDE BARU DAN PELOPOR KEBANGKITAN
ANGKATAN 66 (1966 – 1968)
 Tanggal 1 Oktober 1965, adalah tugu pemisah antara
Orde Lama dan Orde Baru.
 Apa yang disinyalir PKI, seandainya PKI gagal dalam
pemberontakannya HMI akan tampil kedua kalinya
menumpas pemberontakan HMI, betul-betul terjadi.
 Wakil Ketua PB HMI Mar`ie Muhammad tanggal 25
Oktober 1965, mengambil inisiatif mendirikan KAMI
(Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) sebagai mana yang
diperbuat oleh Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro
mendirikan Corps Mahasiswa (CM) untuk menghadapi
pemberontakan PKI di Madiun 18 September
1948.Sejarah berulang, walaupun dalam tempat dan
waktu yang berbeda.
 Tritura 10 Januari 1966 : Bubarkan PKI, retool
kabinet, dan turunkan harga.
 Surat Perintah Sebelas Maret 1966
 Dibubarkan dan dilarangnya PKI tanggal 12 Maret
1966.
 Kabinet Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat)
terbentuk. Alumni HMI masuk dalam kabinet, dan HMI
diajak hearing dalam pembentukan kabinet.
7. FASE PARTISIPASI HMI DALAM
PEMBANGUNAN (1969 – SEKARANG)
 Setelah Orde Baru mantap dan Pancasila serta UUD
1945 dilaksanakan secara murni, sejak 1 April 1969
dimulailah Rencana Pembangunan Lima Tahun.
 Pembangunan Indonesia menuju masyarakat adil
makmur bukanlah pekerjaan mudah, tetapi sebaliknya
merupakan pembangunan raksasa sebagai usaha
kemanusiaan yang tidak habis-habisnya.
 HMI telah memberikan sumbangan dan partisipasinya
bagi pembangunan : (a) partisipasi dalam pembentukan
suasana, situasi dan iklim, yang memungkinkan
dilaksanakannya pembangunan, (b) partisipasi dalam
pemberian konsep-konsep dalam berbagai aspek
pemikiran, (c) partisipasi dalam bentuk langsung dari
pembangunan.
8. FASE PERGOLAKAN DAN PEMBAHARUAN
PEMIKIRAN (1970 – 1998)
 Kejumudan dan suasana tertekan pada masa Orde Lama
mulai cair terutama pembaharuan dalam pemikiran islam
yang dipandang sebagai suatu keharusan, sebagai
jawaban terhadap berbagai masalah untuk memenuhi
kebutuhan kontemporer.
 1970 Nurcholish Madjid menyampaikan ide
pembaharuannya dengan topic Keharusan pembaharuan
pemikiran dalam islam dan masalah integrasi umat.
 Sikap itu diambil karena apabila kondisi begitu dibiarkan
mengakibatkan persoalan” umat yang terbelenggu selama
ini, tidak akan memperoleh jawaban yang efektif.
 Sebagai konsekuensinya timbullah pergolakkan pemikiran
dalam tubuh HMI yang dalam berbagai substansi
permasalahan timbul perbedaan pendapat, penafsiran dan
interpretasi.
 Hal tercuat dalam bentuk seperti persoalan Negara Islam,
Islam Kaffah, sampai kepada penyesuaian dasar HMI dari
islam menjadi Pancasila dengan diundangkannya Undang-
Undang Nomor : 8/1985 yang mengharuskan bahwa
semua partai dan organisasi harus berdasarkan Pancasila.
 Kongres ke-16 HMI di Padang tahun 1986, HMI
menyesuaikan diri dengan mengubah asas islam dengan
Pancasila.
 Akibat penyesuaian itu beberapa orang oknum anggota
HMI membentuk MPO. Akibatnya HMI pecah menjadi dua,
yaitu HMI DIPO secara de facto HMI MPO memang ada,
tetapi secara yuridis, MPO adalah inkonstitusional.
9. FASE REFORMASI (1998 – 2000)
 HMI tidak akan melakukan tindakan” inkonstitusional dan
konfrotasi terhadap pemerintah. HMI melakukan dan
menyampaikan kritik secara langsung yang bersifat
konstruktif.
 Pertama kritik disampaikan M. Yahya Zaini Ketua Umum
PB HMI ketika memberikan sambutan pada waktu
pembukaan Kongres ke-20 HMI di Istana Negara.
 Dihadapan Presiden Soeharto saat menghadiri dan
memberikan sambutan pada Peringatan Ulang Tahun
Emas 50 tahun HMI di Jakata tanggal 20 Maret 1997,
Taufik Hidayat Ketua Umum PB HMI 995-1997
menegaskan; sekaligus sebagai jawaban atas kritik-kritik
yang memandang HMI terlalu dekat dengan kekuasaan.
 Pemikiran dan reformasi selanjutnya disampaikan Ketua
Umum PB HMI Ana urbaningrum pada waktu peringatan
Dies Natalis HMI ke-51 di Graha Insan Cita Depok tanggal
22 Februari 1998, dengan judul Urgensi reformasi bagi
pembangunan bangsa yang bermartabat.
 Tuntutan reformasi juga disampaikan Ketua Umum PB
HMI M. Fahruddin pada peringatan Dies Natalis ke-53 HMI
di Taman Ismail Marzuki Jakarta, 5 Februari 2000 dengan
judul Merajut kekuatan oposisi mengembangkan
demokrasi membangun peradaban baru indonesia.
Tantanganan HMI Masa
Kini
 Hedonis
 Apatis
 Prakmatis
SEKIAN & TERIMAKASIH

Yakinkan Diri Dengan Doa


Maksimalkan Karya Dengan Usaha
Pastikan Sampai Pada Cita-Cita
YAKUSA !!!
Billahi Taufiq Walhidayah

Anda mungkin juga menyukai