Ada 2 (dua) pendekatan untuk dapat mengerti dan memahami arti “Pencinta Alam dan
Mahasiswa Pencinta Alam”, yakni :
1. Pendekatan Filosofis
2. Pendekatan Historis
Pencinta Alam Pendekatan Filosofis Sandaran berpikir, bahwa :“Allah SWT telah
menciptakan Alam dan Manusia”
Cerminan interaksi antara Manusia dan Alam inilah yang diejawantahkan dalam suatu
kata / kalimat / istilah, yakni : Pencinta Alam. Secara filosofis, Pencinta Alam hanyalah suatu
istilah ekspresif dari hubungan Manusia dan Alam sebagai suatu sistem yang tunduk bersandar
kepada Sang Maha Pencipta – Allah SWT. Secara operasional, Pencinta Alam merupakan suatu
statement tentang pentingnya menjaga keharmonisan hubungan antara Manusia dan Alam yang
beralaskan kesadaran dan kecintaan. Aplikatif, “Pencinta Alam” menjadi suatu konsepsi atau pun
metode edukatif yang efektif dalam proses pembelajaran dan peningkatan kualitas diri manusia.
Kekeliruan dalam memahami “Pencinta Alam” selama ini terletak pada pendekatan gramatikal
(“Pencinta = subjek, orang yang mencintai; “Alam” = Objek, yang dicintai; sehingga “Pencinta
Alam = kumpulan orang – orang yang mencintai dan peduli terhadap alam).
Kekeliruan diatas adalah gambaran kekacauan dalam berpikir yang akhirnya bermuara
pada anggapan bahwa “Pencinta Alam” merupakan suatu bakat / minat / hobbi / profesi serta
terjebak dalam diskusi huruf “N”, dan menjadi sempurna saat tidak mampu membedakan antara
“Pencinta Alam” dan “Petualangan”.
Prosesnya : Pendidikan dan Belajar ! Syarat sesuatu dapat dikatakan mengandung unsur
“Pendidikan” jika dalam prosesnya menyampaikan nilai–nilai dasar kemanusiaan.
Manusia terlahir sebagai pembelajar, tetapi setelah manusia beranjak besar menjadi enggan
untuk belajar. Belajar merupakan proses keilmuan diri dan kedirian ilmu;
dan tidak tinggi hati merupakan syarat dasar dalam proses belajar;
sehingga tujuan belajar agar dapat membedakan hal baik dan hal buruk dapat tercapai.
Cara belajar yang terbaik bagi komunitas pencinta alam ialah berkunjung ke Alam Bebas
(bahkan ini menjadi semacam hukum dasar).
Pada dasarnya Alam Bebas itu tidak nyata. Alam Bebas hanya ada dalam bentuk wacana
dan mimpi manusia. Alam Bebas merupakan suatu dimensi yang terbuka bagi siapa saja dan
memberikan kebebasan kepada siapa saja yang mengunjunginya. Proses masuk
berkunjung/beraktivitas di alam bebas itulah yang disebut petualangan, yakni: suatu tindakan
memasuki dimensi ketidaktahuan, penuh misteri dan sarat kejutan atau hal–hal yang tidak
terduga.
1. Membangun pemahaman yang dalam terhadap hubungan Sang Maha Pencipta Allah
SWT – Manusia – Alam.
2. Membangun pemahaman yang kokoh terhadap konsepsi Alam dan Manusia.
3. Membangun kesadaran terhadap fungsi dan kedudukan sebagai Manusia.
Sisi sejarah “Pencinta Alam” erat terkait pada perjalanan sejarah mpa (mahasiswa
pencinta alam) dengan sandaran berpikir, bahwa : “Istilah Pencinta Alam”secara resmi dikenal
melalui organisasi mahasiswa pencinta alam”
Indonesia era tahun 1960-an; Merupakan salah satu era transisi dalam berbangsa. yang
sangat mempengaruhi alam pemikran masyarakat Indonesia. Perekonomian hancur, angka
kemiskinan sangat tinggi, korupsi merajalela, kedaulatan NKRI belum tuntas, trikora
dicanangkan untuk membebaskan Irian Barat, suhu politik memanas, Badan kepanduan
Indonesia menjadi Pramuka, Pencetusan kelahiran WANADRI – Perhimpunan pendaki gunung
dan penjelajah rimba (suatu organisasi kepetualangan), kemunculan angkatan 66, G30SPKI dan
Supersemar serta kejatuhan orde lama, dll dst.
Ditengah buruknya cuaca Ipoleksosbud di Indonesia pada saat itu, perlahan nan pasti,
tumbuhlah pohon pencinta alam yang kini telah menjadi ribuan pohon dengan aneka rasa buah
warna dan dedaunan. Pohon – pohon tersebut senantiasa tumbuh dan berkembang; karena cinta
adalah anugerah Illahi yang selalu hadir di sembilan alamnya. Aliran kecil jejak sejarah
pertumbuhan pohon tersebut berawal dari Fakultas Sastera Universitas Indonesia (FSUI),
kampus Salemba Jakarta, melalui sebuah kelompok kecil (small group) bernama FM atau Fakir
Miskin yang dipelopori oleh Soe Hok Gie.
Masuk kampus dengan pakaian compang camping dan bertelanjang kaki merupakan
gambaran penampilan teatretikal anggota FM untuk mengekspresikan keadaan masyarakat
Indonesia yang sangat miskin. Pucuk kegelisahan FM terhadap keadaan akan dinyatakan dalam
aksi demonstrasi untuk menyampaikan pemikiran yang cerdas dan Indonesialis. Untuk menjaga
kemurnian perjuangan FM dilakukan dengan cara Mendaki Gunung; Bagi mereka ke gunung
merupakan suatu upaya untuk membersihkan diri dan membuka cakrawala berpikir.
Soe Hok Gie, seorang Tionghoa nasionalis dan salah seorang tokoh pergerakan
mahasiswa Indonesia, melalui pemikiran inspiratif bersama sejumlah mahasiswa FSUI, pada
penghujung tahun 1964 membentuk wadah membentuk wadah perjuangan yang diberi nama
IMPALA (Ikatan Mahasiswa Pencinta Alam) FSUI. Pada tahun 1970, langsung atau tidak
langsung, sosok Soe Hok Gie ikut memberi jiwa dalam penyatuan small group dan membentuk
wadah yang selanjutnya dikenal dengan MAPALA – UI.
Kelompok apa saja yang menggunakan inisial bernuansa pencinta alam di Universitas
Indonesia saat itu, bukan menjadi titik keistimewaan karena lebih internalistik dan belum “layak
jual”, sehingga hanya melalui nama MAPALA – UI, jejak sejarah diperkenalkannya secara resmi
istilah “Pencinta Alam”, menjadi lebih jelas, rasional dan berkekuatan hukum ( MAPALA – UI
organisasi legal formal dan bukan small group). Meskipun kehadiran nama MAPALA – UI
terjadi pada tahun 1970 tetapi tahun kelahiran organisasi tersebut tidak mengacu pada tahun
tahun 1970. Hal ini memberikan indikasi tentang adanya pertimbangan politik strategis yang
jauh kedepan
1. Istilah “Pencinta Alam” untuk pertama kali secara resmi diperkenalkan oleh
organisasi MAPALA – UI pada tahun 1970.
2. Penyampaian istilah tersebut tidak diikuti dengan suatu penjelasan yang mendalam
dan universal sesuai kaidah keilmuan dan filosofis.
Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa : Kami adalah manusia–
manusia yang tidak percaya pada slogan Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan
slogan–slogan Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal
objeknya dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia
bersama rakyatnya dari dekat Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula
pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itu Kami naik gunung”
Statement diatas disampaikan Soe Hok Gie melalui sebuah media cetak nasional, usai
melakukan pendakian di gunung Slamet tahun 1969; Statement tersebut adalah cermin tingkat
kesadaran dan kecerdasan Soe Hok Gie sebagai seorang mahasiswa pencinta alam dalam
berbangsa dan bernegara. Soe Hok Gie telah menjawab mengapa mahasiswa pencinta alam
mendaki gunung serta meletakkan visi mahasiswa pencinta alam (MPA) Indonesia. Melalui
statement Soe Hok Gie tersebut, tersirat menjadi contoh bagaimana menjadi mahasiswa pencinta
alam yang sebenarnya, terutama dalam konteks psikologis, berbudaya, bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.