Anda di halaman 1dari 8

Wawasan Kepencintaalaman

Ada 2 (dua) pendekatan untuk dapat mengerti dan memahami arti “Pencinta Alam dan
Mahasiswa Pencinta Alam”, yakni :

1. Pendekatan Filosofis
2. Pendekatan Historis

Pencinta Alam Pendekatan Filosofis Sandaran berpikir, bahwa :“Allah SWT telah
menciptakan Alam dan Manusia”

Beberapa aspek maknawiah dari kebenaran umum diatas, antara lain :

1. Penegasan eksistensi keilahian Sang Maha Pencipta


2. Yang diciptakan Allah SWT ialah Alam dan Manusia
3. Alam dan Manusia adalah cermin eksistensi keilahian Sang Maha Pencipta
4. Alam dan Manusia menurut pandangan Allah SWT
5. Alam dan Manusia merupakan relasi keterikatan tak terpisahkan
6. Alam dan Manusia adalah ciptaan yang mengabdi kepada Sang Maha Pencipta
7. Proses interaksi antara Manusia dan Alam senantiasa disandarkan hanya kepada Sang
Maha Pencipta – Allah SWT.

Apa yang dimaksud dengan Pencinta Alam?

Cerminan interaksi antara Manusia dan Alam inilah yang diejawantahkan dalam suatu
kata / kalimat / istilah, yakni : Pencinta Alam. Secara filosofis, Pencinta Alam hanyalah suatu
istilah ekspresif dari hubungan Manusia dan Alam sebagai suatu sistem yang tunduk bersandar
kepada Sang Maha Pencipta – Allah SWT. Secara operasional, Pencinta Alam merupakan suatu
statement tentang pentingnya menjaga keharmonisan hubungan antara Manusia dan Alam yang
beralaskan kesadaran dan kecintaan. Aplikatif, “Pencinta Alam” menjadi suatu konsepsi atau pun
metode edukatif yang efektif dalam proses pembelajaran dan peningkatan kualitas diri manusia.
Kekeliruan dalam memahami “Pencinta Alam” selama ini terletak pada pendekatan gramatikal
(“Pencinta = subjek, orang yang mencintai; “Alam” = Objek, yang dicintai; sehingga “Pencinta
Alam = kumpulan orang – orang yang mencintai dan peduli terhadap alam).

Kekeliruan diatas adalah gambaran kekacauan dalam berpikir yang akhirnya bermuara
pada anggapan bahwa “Pencinta Alam” merupakan suatu bakat / minat / hobbi / profesi serta
terjebak dalam diskusi huruf “N”, dan menjadi sempurna saat tidak mampu membedakan antara
“Pencinta Alam” dan “Petualangan”.

Mahasiswa Pencinta Alam (MPA) Pendekatan Filosofis

Mahasiswa Pencinta Alam merupakan organisasi kemahasiswaan yang berkedudukan


dalam suatu institusi pendidikan tinggi yang dibentuk sebagai wadah pendidikan
kepencintaalaman. Dalam penyelenggaraanya diharapkan dapat menyampaikan secara tepat hal-
hal yang dimaksud dengan pendidikan kepencintaalaaman.

Secara filosofis ketika “Pencinta Alam” dilembagakan (MPA = Mahasiswa Pencinta


Alam ; KPA = Kelompok Pencinta Alam) akan berpotensi untuk mengenyampingkan nilai
kepencintaalaman dalam pencapaian tujuan politik kelembagaannya.

Bagaimana proses memahami Pencinta Alam?

Prosesnya : Pendidikan dan Belajar ! Syarat sesuatu dapat dikatakan mengandung unsur
“Pendidikan” jika dalam prosesnya menyampaikan nilai–nilai dasar kemanusiaan.
Manusia terlahir sebagai pembelajar, tetapi setelah manusia beranjak besar menjadi enggan
untuk belajar. Belajar merupakan proses keilmuan diri dan kedirian ilmu;
dan tidak tinggi hati merupakan syarat dasar dalam proses belajar;
sehingga tujuan belajar agar dapat membedakan hal baik dan hal buruk dapat tercapai.
Cara belajar yang terbaik bagi komunitas pencinta alam ialah berkunjung ke Alam Bebas
(bahkan ini menjadi semacam hukum dasar).

Pada dasarnya Alam Bebas itu tidak nyata. Alam Bebas hanya ada dalam bentuk wacana
dan mimpi manusia. Alam Bebas merupakan suatu dimensi yang terbuka bagi siapa saja dan
memberikan kebebasan kepada siapa saja yang mengunjunginya. Proses masuk
berkunjung/beraktivitas di alam bebas itulah yang disebut petualangan, yakni: suatu tindakan
memasuki dimensi ketidaktahuan, penuh misteri dan sarat kejutan atau hal–hal yang tidak
terduga.

Kedudukan “Pencinta Alam” sangat berbeda dengan “Petualangan”, tetapi memiliki


keterkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan. Komunitas “Pencinta Alam” dalam prosesnya akan
melakukan aktivitas petualangan atau dengan kata lain, bahw: tidaklah sama kedudukan
komunitas Pencinta Alam mendaki gunung dengan pendaki gunung.

Tujuan manfaat Pencinta Alam

1. Membangun pemahaman yang dalam terhadap hubungan Sang Maha Pencipta Allah
SWT – Manusia – Alam.
2. Membangun pemahaman yang kokoh terhadap konsepsi Alam dan Manusia.
3. Membangun kesadaran terhadap fungsi dan kedudukan sebagai Manusia.

Pencinta Alam Pendekatan Historis

Sisi sejarah “Pencinta Alam” erat terkait pada perjalanan sejarah mpa (mahasiswa
pencinta alam) dengan sandaran berpikir, bahwa : “Istilah Pencinta Alam”secara resmi dikenal
melalui organisasi mahasiswa pencinta alam”

Indonesia era tahun 1960-an; Merupakan salah satu era transisi dalam berbangsa. yang
sangat mempengaruhi alam pemikran masyarakat Indonesia. Perekonomian hancur, angka
kemiskinan sangat tinggi, korupsi merajalela, kedaulatan NKRI belum tuntas, trikora
dicanangkan untuk membebaskan Irian Barat, suhu politik memanas, Badan kepanduan
Indonesia menjadi Pramuka, Pencetusan kelahiran WANADRI – Perhimpunan pendaki gunung
dan penjelajah rimba (suatu organisasi kepetualangan), kemunculan angkatan 66, G30SPKI dan
Supersemar serta kejatuhan orde lama, dll dst.

Ditengah buruknya cuaca Ipoleksosbud di Indonesia pada saat itu, perlahan nan pasti,
tumbuhlah pohon pencinta alam yang kini telah menjadi ribuan pohon dengan aneka rasa buah
warna dan dedaunan. Pohon – pohon tersebut senantiasa tumbuh dan berkembang; karena cinta
adalah anugerah Illahi yang selalu hadir di sembilan alamnya. Aliran kecil jejak sejarah
pertumbuhan pohon tersebut berawal dari Fakultas Sastera Universitas Indonesia (FSUI),
kampus Salemba Jakarta, melalui sebuah kelompok kecil (small group) bernama FM atau Fakir
Miskin yang dipelopori oleh Soe Hok Gie.

Masuk kampus dengan pakaian compang camping dan bertelanjang kaki merupakan
gambaran penampilan teatretikal anggota FM untuk mengekspresikan keadaan masyarakat
Indonesia yang sangat miskin. Pucuk kegelisahan FM terhadap keadaan akan dinyatakan dalam
aksi demonstrasi untuk menyampaikan pemikiran yang cerdas dan Indonesialis. Untuk menjaga
kemurnian perjuangan FM dilakukan dengan cara Mendaki Gunung; Bagi mereka ke gunung
merupakan suatu upaya untuk membersihkan diri dan membuka cakrawala berpikir.

Soe Hok Gie, seorang Tionghoa nasionalis dan salah seorang tokoh pergerakan
mahasiswa Indonesia, melalui pemikiran inspiratif bersama sejumlah mahasiswa FSUI, pada
penghujung tahun 1964 membentuk wadah membentuk wadah perjuangan yang diberi nama
IMPALA (Ikatan Mahasiswa Pencinta Alam) FSUI. Pada tahun 1970, langsung atau tidak
langsung, sosok Soe Hok Gie ikut memberi jiwa dalam penyatuan small group dan membentuk
wadah yang selanjutnya dikenal dengan MAPALA – UI.

Small group yang dimaksud merupakan kelompok – kelompok pergerakan perjuangan


mahasiswa yang warna kegiatannya menyatukan fungsi mahasiswa sebagai social controle dan
kegiatan kepetualangan; Substansinya tidak berada pada tataran nama small group yang harus
memiliki nuansa inisial cinta dan alam tetapi lebih kepada tujuan manfaat dalam konteks
berbangsa dan bertanah air.

Kelompok apa saja yang menggunakan inisial bernuansa pencinta alam di Universitas
Indonesia saat itu, bukan menjadi titik keistimewaan karena lebih internalistik dan belum “layak
jual”, sehingga hanya melalui nama MAPALA – UI, jejak sejarah diperkenalkannya secara resmi
istilah “Pencinta Alam”, menjadi lebih jelas, rasional dan berkekuatan hukum ( MAPALA – UI
organisasi legal formal dan bukan small group). Meskipun kehadiran nama MAPALA – UI
terjadi pada tahun 1970 tetapi tahun kelahiran organisasi tersebut tidak mengacu pada tahun
tahun 1970. Hal ini memberikan indikasi tentang adanya pertimbangan politik strategis yang
jauh kedepan

Untuk itu dapat ditegaskan bahwa :

1. Istilah “Pencinta Alam” untuk pertama kali secara resmi diperkenalkan oleh
organisasi MAPALA – UI pada tahun 1970.
2. Penyampaian istilah tersebut tidak diikuti dengan suatu penjelasan yang mendalam
dan universal sesuai kaidah keilmuan dan filosofis.

Mahasiswa Pencinta Alam (MPA) Pendekatan Historis

Bersandarkan pada pertimbangan tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa :

1. Nama organisasi kepencintaalaman dengan akronim MAPALA (Mahasiswa Pencinta


Alam) untuk pertama kali diperkenalkan oleh MAPALA – UI.
2. Situasi kehidupan IPOLEKSOSBUD bangsa dan Negara pada era tersebut ikut
mempengaruhi warna dan proses kelahiran MAPALA – UI.
3. Landasan perjuangan MPA (Mahasiswa Pencinta Alam) telah dipersiapkan oleh SOE
HOK GIE (1969), sebagai berikut :

Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa : Kami adalah manusia–
manusia yang tidak percaya pada slogan Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan
slogan–slogan Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal
objeknya dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia
bersama rakyatnya dari dekat Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula
pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itu Kami naik gunung”

Statement diatas disampaikan Soe Hok Gie melalui sebuah media cetak nasional, usai
melakukan pendakian di gunung Slamet tahun 1969; Statement tersebut adalah cermin tingkat
kesadaran dan kecerdasan Soe Hok Gie sebagai seorang mahasiswa pencinta alam dalam
berbangsa dan bernegara. Soe Hok Gie telah menjawab mengapa mahasiswa pencinta alam
mendaki gunung serta meletakkan visi mahasiswa pencinta alam (MPA) Indonesia. Melalui
statement Soe Hok Gie tersebut, tersirat menjadi contoh bagaimana menjadi mahasiswa pencinta
alam yang sebenarnya, terutama dalam konteks psikologis, berbudaya, bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.

Kode Etik Pecinta Alam Indonesia Dan Wawasan Cinta Alam.


Sejak tahun 1974, kalangan pecinta alam telah memiliki kode etik. Kode etik merupakan
suatu perangkat prinsip-prinsip moral dalam masyarakat pecinta alam yang disusun untuk
dijalankan oleh kalangan pecinta alam. Kode etik ini menggambarkan nilai-nilai moral pecinta
alam, tanggung jawab pecinta alam, dan pernyataan sikap pecinta alam. Walaupun hanya
merupakan hasil konsensus pada gladian IV tahun 1974 di Ujung Pandang, kode etik ini telah
dipakai oleh seluruh organisasi yang menamakan dirinya pecinta alam.

Kode Etik Pecinta Alam Indonesia


Pecinta alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan tuhan yang
maha esa.
Pecinta alam Indonesia sebagai bagian dari masyarakat Indonesia sadar akan tanggung
jawab terhadap tuhan, bangsa, dan tanah air.
Pecinta alam Indonesia sadar bahwa pencinta alam adalah makhluk yang mencintai
alam sebagai anugerah tuhan yang maha esa.
Sesuai dengan hakikat diatas, kami dengan kesadaran menyatakan :
1. Mengabdi Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Memelihara Alam Beserta Isinya, Serta Menggunakan Sumber Alam Sesuai Dengan
Kebutuhannya.
3. Mengabdi Kepada Bangsa Dan Tanah Air.
4. Menghormati Tata Kehidupan, Yang Berlaku Pada Masyarakat Sekitarnya, Serta
Menghargai Manusia Dengan Kerabatnya.
5. Berusaha Mempererat Tali Persaudaraan, Antara Pencinta Alam Sesuai Dengan
Asas Pencinta Alam.
6. Berusaha Saling Membantu, Serta Saling Menghargai, Dalam Pengabdian Terhadap
Tuhan, Bangsa Dan Tanah Air.
Wawasan pencinta alam adalah cara pandang, cara berpikir dan persepsi seorang pencinta
alam dalam melaksanakan kegiatannya di alam terbuka. Wawasan cinta alam merupakan
pengarah dalam setiap tindakan yang akan dilakukan di alam terbuka dan dalam kehidupan
pencinta alam. Dasar dari wawasan pencinta alam adalah hakekat kita sebagai manusia yang
diciptakan tuhan yang bertanggung jawab terhadap tuhan, masyarakat, Negara, dan bertanggung
jawab untuk melestarikan alam serta perasaan sesame pencinta alam sebagai suatu
keluarga/saudara.
Itu semua telah dijabarkan secara lengkap dalam kode etik pencinta alam Indonesia.
Bagian pertama kode etik menjelaskan akan kesadaran pencinta akan kebesaran tuhan yang telah
menciptakan alam dan segala isinya, kesadaran akan tanggung jawabnya sebagai makhluk
ciptaan yang harus bersosialisasi dan memiliki rasa kebangsaan, serta kesadaran akan
persaudaraan yang erat sesama pencinta alam yang mencintai alam yang dianugerahkan  tuhan
yang maha esa. Bagian kedua kode etik pencinta alam adalah pernyataan dari pencinta alam
setelah ia sadar akan hakekatnya. Terdapat enam pernyataan yang intinya menunjukkan
hubungannya dengan tuhan, alam, dan sesama manusia.
Sebagai pencinta alam kode etik ini harus dipahami, dihayati dan diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai diatas bukan hanya diterapkan di hutan, nilai-nilai tersebut
harus dilaksanakan dalam peran kehidupan kita sehari-hari dalam masyarakat. Peranan pencinta
alam dalam masyarakat Indonesia. Eksistensi pencinta alam saat ini diakui dalam masyarakat
Indonesia. Pencinta alam sudah tidak dikonotasikan jelek lagi, tapi telah diakui sebagai suatu
masyarakat yang berkarya.  Banyak konsep pelestarian lingkungan datang dari kalangan pecinta
alam. Beberapa peran dari pecinta alam adalah: Peran Dalam Pelestarian Alam
Pelestarian lingkungan merupakan kewajiban bagi seluruh pecinta alam. Pecinta alam harus
menunjukkan perannya yang dimulai dari lingkungan sekitarnya. Peran Dalam Ilmu
Pengetahuan Alam memberikan banyak pelajaran dan pengetahuan kepada manusia, pecinta
alam harus banyak menimba ilmu dari alam, mempelajari serta mengaplikasikan pengetahuan
kepada masyarakat. Peran Dalam Kehidupan Social Sebagai bagian dari masyarakat, pecinta
alam harus memiliki tanggung jawab social, dan harus peka terhadap permasalahan social yang
ada dalam lingkungannya dan harus berusaha untuk mencari solusi pemecahan masalah-masalah
yang ada.
Ketiga peran pencinta alam diatas menggambarkan tanggung jawab seorang pencinta
alam. Agar supaya keberadaan pencinta alam diterima sepenuhnya dan dihargai oleh masyarakat,
kita harus melaksanakan peran kita sebagai pencinta alam dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai