Anda di halaman 1dari 8

Humanisasi Pelajar Melalui Komunitas Kreatif

Upaya Penerjemahan Ideologi Muhammadiyah


Oleh: Nuzula Khoirun N. (PD IPM Tulungagung)

Berbicara masalah strategi, gerakan dan seperangkat proses dalam


organisasi maka sangat penting untuk mempertautkannya dengan idealisme yang
mendasar yaitu ideologi. Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) sebagai salah satu
organisasi otonom Muhammadiyah, dalam menjalankan proses organisasinya
juga

harus

mempertautkan

semua

proses

tersebut

dengan

ideologi

Muhammadiyah. Ideologi Muhammadiyah dalam kaitannya yang penting itu


sesunggunya merupakan pandangan dunia (world view) yang dianut oleh
Muhammadiyah1. Oleh karena itu, sangat penting bagi IPM untuk memahami
ideologi Muhammadiyah yang meliputi apa, bagaimana, dan untuk apa
Muhammadiyah itu sebagai landasan dalam merumuskan gerakan.
Dewasa ini, pemahaman mengenai ideologi Muhammadiyah di kalangan
anggotanya sangat kurang, bahkan di level pimpinan pun pemahaman mengenai
ideologi masih belum begitu kuat. Padahal seharusnya ideologi menjadi landasan
dalam menentukan setiap langkah dalam organisasi. Banyak yang masih
menganggap ideologi adalah suatu hal yang eksklusif dan kurang aplikatif. Dampak
nyata dari lemahnya pemahaman ideologi ini adalah dalam menjalankan
organisasi, membuat program kerja dan pelaksanaannya, pimpinan cenderung
berorientasi pada pelaksanaan eventnya bukan pada esensinya. Sebuah gerakan
harusnya mengandung esensi yang diterjemahkan dari ideologi supaya jelas
output yang diharapkan dan supaya memiliki target yang dapat diukur dan
dievaluasi.
Melihat fakta yang sudah diuraikan di atas maka tulisan ini akan membahas
mengenai sebuah strategi yang berangkat dari salah satu aspek dari ideologi
Muhammadiyah. Sebenarnya sebuah gerakan dapat juga terlaksana tanpa
mempertautkan kelahirannya dengan ideologi Muhammadiyah, namun esensi
gerakan tersebut akan menjadi hambar, lebuh jauh akibatnya adalah gerakan
tersebut hanya akan menjadi rutinitas tanpa target yang jelas. Gerakan yang lahir

dari nilai ideologi akan berusaha dipertahankan esensi dan tujuannya dan mudah
dievaluasi.
Ideologi Muhammadiyah bukan hanya seperangkat paham dan pemikiran
belaka, tetapi juga teori dan strategi perjuangan untuk mewujudkan paham
tersebut dalam kehidupan. Ideologi Muhammadiyah dapat diahami dengan
mempelajari

pokok-pokok

pikiran

dalam

muqaddimah

Anggran

Dasar

Muhammadiyah, Khittah Perjuangan Muhammadiyah dan Matan Keyakinan dan


Cita-Cita Hidup Muhammadiyah1.
Tulisan ini berangkat dari nilai tauhid yang merupakan nilai yang
terkandung dalam ideologi Muhammadiyah. Secara sederhana tauhid dimaknai
sebagai keyakinan mengenai keesaan Allah dan hanya Allah yang berhak dan wajib
disembah. Namun jika dipahami secara lebih mendalam tauhid mengandung
makna lebih dari sekedar penghambaan dengan menaati perintah dan menjauhi
laranganNya, tetapi akan muncul nilai humanitas yang diuraikan sebagai berikut:
1. Allah memberi tugas kepada Manusia untuk menjadi Khalifah di muka
bumi yang dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah:30, QS. Al-Anam:165 dan QS.
Hud:61. Tugas Khalifah adalah mengatur, membangun dan memakmurkan
dunia. Sebagai hamba yang bertauhid manusia akan menjalankan tugasnya
sebagai khalifah dengan sebaik-baiknya. Manusia yang bertauhid akan
berupaya mewujudkan kemakmuran dan perdamaian di masyarakat. Ini
membuktikan bahwa hamba yang bertauhid adalah hamba yang
bermasyarakat dan mengusahakan kebaikan di dalamnya. Nilai humanitas
terlihat dari upaya pemberdayaan masyarakat untuk mewujudkan
kemakmuran.
2. Prinsip tauhid adalah meninggikan kuasa Allah di atas segalanya. Allah lah
penguasa seluruh alam dan kehidupan ini. Hamba yang bertauhid tidak
akan merasa berkuasa atas manusia lain karena ia meyakini bahwa kuasa
tertinggi adalah milik Allah. Ia tidak akan bertindak semena-mena kepada
manusia lain. Ini menunjukkan nilai humanitas yang tinggi.

3. Amal ibadah yang harus ditunaikan bukan hanya yang bersifat manusia
dengan Tuhannya namun juga ibadah yang sifatnya ishlah dan ikhsan
kepada manusia dan masyarakat, yaitu dengan berjuang untuk
kebahagiaan dan kesejahteraan manusia. Hamba yang bertauhid sangat
memahami itu.
Jadi intinya adalah hamba yang bertauhid adalah hamba yang menjunjung tinggi
nilai-nilai humanitas dalam kehidupan dan itu merupakan bagian dari ideologi
Muhammadiyah yang dijadikan world view dalam menjalankan proses organisasi,
termasuk IPM.
Setelah membahas mengenai landasan ideologis dan menemukan nilai
humanitas

di

dalamnya,

selanjutnya

kita

bahas

mengenai

cita-cita

Muhammadiyah yaitu Mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.


Cita-cita ini sangat penting untuk dibahas karena menjadi pengarah perjuangan
organisasi dan orientasi harapan yang diupayakan untuk diwujudkan. Masyarakat
yang sebenar-benarnya merupakan penerjemahan Khairu Ummah dari QS. Ali
Imran:110. Khairu Ummah menjunjung nilai-nilai Ilahiyah (hablu minallah) dan
nilai kemanusiaan (hablu minannas) yang kehadirannya menjadi rahmat bagi
seluruh alam. Muhammadiyah lebih berfokus pada usaha memperbaiki
masyarakat dalam segala aspek kehidupan. IPM sebagai organisasi otonom
Muhammadiyah juga mempunyai orientasi harapan Mewujudkan masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya di kalangan masyarakatnya yaitu masyarakat
pelajar. IPM harus menjadi Khairu Ummah di kalangan pelajar.
Penegasan peran IPM dalam masyarakat pelajar dan penerjemahan nilai
humanitas dalam suatu gerakan menjadi konsentrasi utama IPM saat ini. IPM
mempunyai dua peran penting dengan mengambil peran dalam humanisasi
pelajar, yaitu: (1) menjaga ideologi Muhammadiyah dengan menerjemahkannya
menjadi suatu gerakan dengan strategi yang jelas dan (2) Menjadi Khairu Ummah
di kalangan pelajar yang selaras dengan cita-cita Muhammadiyah.
Peran IPM dalam humanisasi pelajar sejalan dengan Gerakan Pelajar
Berkemajuan dengan gerakan ilmu sebagai praksisnya. Bagi IPM, gerakan ilmu

sebagai praksis Gerakan Pelajar Berkemajuan dengan tiga pilar utamanya, yaitu
Pencerdasan, Pemberdayaan dan Pembebasan pelajar dari problematikanya.
Gerakan Ilmu dihadirkan untuk memberikan jawaban atas problem-problem
kemanusiaan pelajar, berupa kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan dan
persoalan-persoalan lainnya yang bercorak struktural dan kultural2. Pencerdasan,
pemberdayaan dan pembebasan merupakan humanisasi yang sangat nyata. Suatu
gerakan dicetuskan sesuai dengan keadaan pelajar pada masanya. Jadi, jika
humanisasi pelajar ini sudah sejalan dengan gerakan IPM berarti humanisasi
pelajar sudah cocok diterapkan saat ini.
Melihat gerakan pelajar dari masa ke masa yang telah berubah-ubah,
ternyata semakin lama, gerakan semakin menunjukkan komitmennya untuk
mengambil peran di kalangan pelajar secara luas. Gerakan IPM sebelum 1998,
cenderung fokus pada masalah internal pelajar. Hingga kini mantra Tiga T, yakni
tertib ibadah, tertib belajar, dan tertib organisasi begitu populer di kalangan IPM.
Kala Orde Baru tumbang, persoalan pelajar semakin kompleks. Tentunya, tidak
hanya di masalah internal, tetapi juga eksternal terutama kaitannya dengan
struktur kebijakan negara di bidang pendidikan. Beda lagi, ketika Muktamar 2002
(Yogyakarta) sihir baru tentang gerakan kesadaran kritis muncul. Gagasan ini dari
Mansour Fakih. Pemikiran itu, berlanjut sampai pada muktamar 2004 (Bandar
Lampung). Sempurnalah konsep gerakan dengan julukan Manifesto Gerakan
Kritis-Transformatif. Dengan kesadaran kritis IPM tidak hanya di bergerak pada
level individu pelajar, tetapi pimpinan IPM dan struktur IPM. Manifesto GKT
mempunyai jargon tiga P Penyadaran, Pembelaan, dan Pemberdayaan. IPM
sebagai gerakan sosial baru yang pro terhadap kepentingan pelajar. Konsep GKT
pada kenyataannya masih belum applicable di kalangan pelajar. Dari sinilah
ditemukan Gerakan Pelajar Kreatif (GPK) sebagai model dan alternatif gerakan
IPM. GPK adalah kelanjutan dari Manifesto GPK atau dapat disebut pula babak
kedua dari GKT karena konsep GKT masih belum bisa dirasakan oleh pelajar di
tingkat bawah. Sampai di sini, ternyata pekerjaan rumah pasca-perubahan nama
IPM saat Muktamar 2008, paradigma gerakan pelajar baru belum menemukan

jawaban. Akhirnya, ijtihad itu menuaikan titik temu saat dialektika muktamar 2012
(Palembang). Dalam Tanfidz Muktamar XVIII, IPM menemukan Islam yang
berkemajuan (trand mark Muhammadiyah) sebagai paradigma. Muncullah
Gerakan Pelajar Berkemajuan sebagai paradigma baru, gerakan IPM. GPB
merupakan wujud dari gerakan ilmu yang tepat bagi IPM, karena sesuai dengan
basis massanya, yaitu pelajar3.
Dengan mengambil fokus pada humanisasi pelajar yang sejalan dengan
gerakan pelajar berkemajuan maka perlu dirancang strategi yang sesuai dengan
basis masa pelajar yang luas, karena fokus IPM saat ini bukan lagi pada perbaikan
pribadi kader saja namun harus menjadi khairu ummah di kalangan pelajar. Selain
memperhatikan sasaran gerakan, yang perlu diperhatikan dalam menentukan
strategi adalah cara pendang terhadap pelajar. Pelajar harusnya bukan dipandang
sebagai obyek masalah namun sebagai subyek penyelesaian masalah. Maka dalam
upaya humanisasi pelajar harus terfokus pada pengembangan potensi pelajar
bukan fokus pada masalah yang dihadapi. Contoh sederhananya misal pelajar saat
ini terlalu berlebihan dalam menggunakan gadget, maka jangan justru melarang
pelajar menggunakan gadget, namun buat suatu kegiatan positif , bermanfaat dan
menyenangkan sehingga waktu tidak terbuang sia-sia untuk bermain gadget saja.
Dari dua pertimbangan dalam penentuan strategi di atas, maka salah satu strategi
yang cukup efektif di kalangan pelajar saat ini adalah strategi komunitas kreatif.
Strategi Komunitas adalah metode penanaman nilai-nilai ajaran Islam
dalam seluruh dimensi kehidupan pelajar deengan memperhatikan potensi, minat
dan bakat pelajar sebagai makhluk budaya secara luas dalam rangka mewujudkan
masyarakat islam yang sebenar-benarnya dalam kelompok-kelompok pelajar yang
disebut komunitas4. Strategi komunitas ini dinilai sangat humanis karena (1) dalam
komunitas pelajar dipandang sebagai manusia dengan segala bakat dan minat
positif yang siap dikembangkan dalam komunitas, (2) komunitas tidak dibatasi
kotak-kotak golongan atau strata sosial, komunitas hadir untuk semua pelajar, (3)
komunitas mampu memberdayakan pelajar menjadi lebih baik sesuai minat dan

bakatnya dan tidak ada pemaksaan (4) komunitas menjunjung kebersamaan dan
kekeluargaan, tidak ada yang lebih tinggi kedudukannya dari yang lain.
Walaupun komunitas dapat menampung semua pelajar baik pelajar
Muhammadiyah atau bukan namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: (1)
terdapat inti komunitas yang berasal dari kader IPM sebagai pengawal jalannya
komunitas. Walaupun sangat inklusif, namun jangan sampai komunitas berjalan
secara bebas tanpa mempertimbangkan idealisme dasar yang mendasari lahirnya
strategi komunitas ini. (2) nilai-nilai keislaman dan etika harus tetap dipertahankan
dalam komunitas. (3) evaluasi komunitas perlu dilakukan secara reguler.
Komunitas kreatif bukanlah akhir capaian tetapi merupakan proses yang
diusahakan terus-menerus sebagai upaya humanisasi pelajar. Dalam komunitas
bukan hanya terjadi transfer ilmu saja namun lebih penting dari itu adalah
bagaimana memberdayakan pelajar melalui minat dan bakatnya dan juga ada
penanaman nilai-nilai. Sehingga muncul gagasan Komunitas berkelanjutan. Secara
sederhana komunitas berkelanjutan bukan hanya bermanfaat pada masa ini
namun juga bermanfaat untuk masa yang akan datang. Untuk menjadikan sutu
komunitas menjadi komunitas berkelanjutan perlu strategi yang difikirkan secara
matang.
Suatu komunitas dinilai menjadi komunitas berkelanjutan dilihat dari profil
anggota komunitas setelah cukup lama bergabung dengan komunitas. Profil
anggota komunitas ini juga dapat dijadikan evaluasi jalannya komunitas. Profil
anggota komunitas berkelanjutan diantaranya:
1. Menyadari bahwa dirinya adalah sebaik-baik makhluk yang diciptakan
Allah dengan bakat dan minat yang unik, sehingga konsisten untuk belajar
dan pengembangan diri adalah hal yang sangat penting baginya.
2. Meyadari bahwa semua orang adalah makhluk yang memiliki
keistimewaan masing-masing sehingga ia tidak mudah merendahkan
orang lain.
3. Mampu menerapkan nilai-nilai kebaikan sebagaimana yang diterakan
dalam komunitas.

4. Menyadari bahwa manusia hidup bermasyarakat dan perlu memberikan


kebermanfaatan dalam masyarakat.
Komunitas kreatif lahir dari nilai humanitas dan diharapkan mampu melahirkan
profil anggota yang bersifat humanis sehingga proses menuju komunitas
berkelanjutan dan kesadaran untuk memberdayakan masyarakat pelajar dapat
diwujudkan.

Daftar Rujukan
1

Nashir, Haedar. 2014. Memahami Ideologi Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara

Muhammadiyah
2

PP IPM. 2014. Sistem Perkaderan Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Yogyakarta:

Suara Muhammadiyah
3

Abdullah, Amin, dkk. 2014. Pelajar Bergerak Menuju Indonesia Berkemajuan.

Bojonegoro: Nun Pustaka.


4

PW IPM. 2015. Tanfidz Musyawarah Wilayah XIX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Jawa Timur. Tidak diterbitkan.

MIND MAP

Humanisasi Pelajar Melalui Komunitas Kreatif


Upaya Penerjemahan Ideologi Muhammadiyah

Ideologi Muhammadiyah
sebagai World View

Masyarakat Islam yang


Sebenar-Benarnya
sebagai Cita-Cita (MIYS)

Penerapan Tauhid
dengan Humanisasi

Peran IPM Mewujudkan


MIYS di Kalangan Pelajar

Peran IPM dalam


Humanisasi Pelajar
(Sejalan dengan Gerakan
Pelajar Berkemajuan)

Strategi Jangka Pendek:

Strategi Jangka Panjang:

Terbentuk Komunitas
Kreatif

Mewujudkan Komunitas
Berkelanjutan

Anda mungkin juga menyukai