Anda di halaman 1dari 3

NAMA : MUHAMMAD RIZAL

NIM : IPT211029
HAL : UAS KEPESANTRENAN

1. SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN AL-IKHLAS

Pondok pesantren AL-Iklas yang berlokasi di Taliwang Sumbawa Barat NTB, didirikan pada
tanggal 1 Februari 1984 M/29 Rabiul Ahir 1404 H oleh Dr. KH. Zulkifli Muhadli, SH,MM .Sejarah
berdirinya Pondok Pesantren Al-Iklas tidak lepas dari semangat pendirinya yaitu, Dr. KH. Zulkifli
Muhadli, SH,MM (Buya Zul). Buya Zul memiliki keinginan yang kuat untuk merantau,menimba ilmu
agama di pulau Jawa tepatnya di desa Gontor Kab. Ponorogo, Pondok Modern Darussalam Gontor
merupakan pilihan beliu yang diyakni sebagai tempat yang tepat untuk menempa diri sebagai
seorang PEMIMPIN.

Keinginan beliu untuk merantau ke Gontor sebenarnya sudah timbul sejak beliu lulus dari
sekolah dasar, namun keinginan tersebut belum dapat terpenuhi mengingat umur beliu yang masih
dianggap terlalu kecil oleh Almarhumah ibunda beliu Siti Rahma. Ketika beliu berumur 10 tahun. Tiga
tahun kemudian, setelah lulus SMI,tepat pada tahun 1971, tekat kuat untuk menjadi santri Gontor
ahirnya terpenuhi.

Setelah sebelas tahun (1971-1982) menjadi santri Pondok modern Gontor Ponorogo, di
bawah asuhan dua kiyai besar : KH. Ahmad Sahal dan KH. Imam Zarkasyi, pemuda Zulkifli Muhadli
kembali ke kampung halamannya dengan membawa amanat yang juga menjadi cita-cita dan
obsesinya,membangun pondok pesantren.

Dua tahun dilaluinya untuk melakukan persiapan lahir batin, membangun basis masyarakat
dengan berdakwah, mengajar Al-Qur’an, membuka kursus bahasa Arab dan Inggris, membuka
perpustakan, membentuk sanggar seni, dan juga membangun basis ekonomi, dengan menjadi
pengusaha beras.

Pada hari Rabu, 1 Februari 1984 yang bertepatan dengan tanggal 29 Jumadil Akhir 1404,
ba’da Maghrib, Zulkifli memproklamirkan pendirianPondok Pesantren Al-Ikhlas Taliwang dengan 9
orang santri pertama yang sebelumnya adalah murid mengajinya. Pengetahuan dan pemahaman
masyarakat Sumbawa tentang pondok pesantren masih sangat minim. Hal itu masih terus terjadi
hingga saat ini. Pada awal dekade 1980-an telah ada sebuah Pondok Pesantren, tetapi oleh
masyarakat dianggap sebagai sebuah Madrasah Diniyah saja, sehingga ketika Pondok Pesantren Al-
Ikhlas Taliwang berdiri, masyarakat memberikan sambutan yang hangat.Perkembangan Pondok
Pesantren Al-Ikhlas Taliwang terasa begitu pesat, kemudian bermunculanlah beberapa Pondok
Pesantren di tempat-tempat lain di pulau Sumbawa. Dengan demikian, meskipun bukan yang
pertama, Pondok Pesantren Al-Ikhlas Taliwang dianggap sebagai pondok pesantren pelopor di
Sumbawa, dan alhamdulillah, dianggap sebagai yang paling berkembang.

2. ISLAMISASI ILMU KONTEMPORER


Ilmu pengetahuan merupakan suatu usaha untuk mensucikan produk ilmu pengetahuan
barat yang dikemas kembali dalam landasan keislaman. Sejauh ini usaha untuk mengislamisasikan
ilmu pengetahuan selalu dikembangkan dan dijadikan wacana pembaharuan sains bercorak Islam.
Umat Islam saat ini sudah terjebak dalam pemikiran sains barat yang selalu menawarkan produk
dikotomi agama dan sains. Dimana terjadi pemisahan antara disiplin ilmu agama dan disiplin ilmu
umum, sehingga pada akhirnya muncullah istilah baru yang disebut dualisme.
Secara historis, pemikiran Al-Attas diawali dan didorong oleh keperhatinannya terhadap
jebakan makna dan istilah ilmiah Islam yang dipengaruhi oleh upaya-upaya  doktrinasi kebaratan
penyebaran sekularisasi. Dewesternisasi dan Islamisasi ilmu pengetahuan kemudian dilakukan
sebagai penawar dalam upaya westernisasi sebagai pondasi utama dalam membangun paradigma
pemikiran Islam yang kontemporer.

Al-Attas mengemukakan bahwa Islamisasi merupakan upaya pembebasan manusia dari


belenggu pemahaman sekuler yang terkurung dalam tradisi magis dan mitologis yang bertentangan
dengan Islam. Islamisasi adalah proses pengembalian jati diri Islam pada segala aspek kehidupan,
yang mana tidak tergiur pada istilah barat yang sedari awal sudah diakuinya.   Pada hakekatnya
manusia hidup dimuka bumi ini untuk mencari kebenaran dan pengetahuan. Dimana pengetahuan
merupakan suatu proses dari usaha manusia. Saat ini kita hidup di era modern, untuk dapat
mengikuti zaman kita wajib mempelajari ilmu pengetahuan, karena sesungguhnya ilmu pengetahuan
dapat mencapai kebenaran pada tataran probalitas atau kemungkinan. Untuk mencari suatu
kebenaran tidaklah mudah, bahkan dapat menimbulkan keraguan yang dapat menjerumuskan
kepada kesesatan.

Islamisasi ilmu tidak lain ialah Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer yang demikian ini
dianggap telah mengalami sekularisasi, dimana ilmu-ilmu tersebut telah mengalami evolusi pada
peradaban barat, tidak benar jika ilmu-ilmu tersebut bersifat universal dan bebas nilai. Syed
Muhammad Naquib Al-Attas mengatakan "Ilmu tidak bersifat netral, ia dapat disuapi oleh sifat dan
kandungan yang menyerupai ilmu tersebut. Ilmu tidak mengandung nilai apapun, yang mana dapat
dikatakan bahwa ilmu itu mengandung sebuah kepentingan dan serat akan nilai serta tidak akan
pernah lepas dari ideologi. 

Islamisasi ilmu pengetahuan memiliki tujuan untuk mewujudkan kemajuan peradaban yang
Islami dan tidak menghendaki terpuruknya kondisi umat Islam di tengah akselerasi perkembangan
dan kemajuan iptek saat ini. Dengan usaha gerakan Islamisasi ilmu pengetahuan, diharapkan
problem dikotomi keilmuan antara ilmu agama dan modern dapat dipadukan  dengan nuansa Islami.

3. PANDANGAN ISLAM TERHADAP LIBERALISME, FEMINISME, DAN SEKULARISME

A.LIBERALISME

Liberalisme merupakan sistem, pandangan hidup atau ideologi Barat, maka Islam bagi Barat
merupakan ancaman. Francis Fukuyama dalam bukunya The End of History, and the Last Man jelas-
jelas menyejajarkan Islam dengan ideologi Liberalisme dan Komunisme, tapi Islam menurutnya
memiliki nilai moralitas dan doktrin-doktrin politik serta keadilan sosialnya sendiri. Menurutnya
karena ajaran Islam bersifat universal, maka ia pernah menjadi tantangan bagi demokrasi liberal dan
praktek-prakteknya. Tapi kini kekuatan Islam tidak demikian, kondisi Islam semakin lemah.Dalam hal
ini Fukuyama menegaskan: “Tidak diragukan lagi, dunia Islam dalam jangka panjang ak a n na mpak
lebi h le m ah mengha dapai ide-ide liber a l ketimbang sebaliknya, sebab selama seabad setengah
yang lalu liberalisme telah memukau banyak pengikut Islam yang kuat. Salah satu sebab munculnya
fundamentalisme adalah ku atnya an caman nilai- nilai li beral dan Bara t terhad ap masyarakat Islam
tradisional.”4 Fukuyama jelas-jelas meletakkan Islam, Liberalisme dan Komunisme sebagai ideologi-
ideologi yang mempunyai doktrin masing-masing, serta saling bertentangan antara satu dengan yang
lainnya. Sejatinya spektrum perbedaan antara liberalisme dan Islam sangat luas. Perbedaan itu lebih
berupa perbedaan cara pandang terhadap kehidupan (worldview). Perbedaan pandangan hidup
antara satu bangsa dengan bangsa. 2017 Kebudayaan dan peradaban Barat yang meliputi Kristen
sebagai bagian yang tak terpisahkan darinya, tidak diragukan lagi telah mengambil sikap konfrontasi
terhadap Islam.Meskipun Barat telah menjadi sekuler-liberal, namun sentimen-sentimen keagamaan
Kristen terus mewarnai kehidupan mereka. Unsurunsur Barat sekuler-liberal tersebut kadang bisa
bertemu dengan kepentingan “misi Kristen”, atau “sentimen Kristen.” Bagi para misionaris Kristen,
mengkristenkan kaum Muslim adalah suatu keharusan. Jika tidak, maka dunia pun akan diislamkan.
Seorang misionaris legendaris Henry Martyn (1781-1812), menyatakan, “Saya datang menemui umat
Islam, tidak dengan senjata tapi dengan kata-kata, tidak dengan pasukan tapi dengan akal sehat,
tidak dengan kebencian tapi dengan cinta.” 2017 semua harus berubah, mengikuti perubahan nilai
dan perubahan zaman. Gerakan liberalisasi pemikiran keagamaan ini telah menggiring beberapa
intelektual Muslim untuk anti nilai-nilai keagamaan. Bahkan di khawatirkan, jumlah mereka akan
semakin bertambah ketika menghadapi era globalisasi.

Kini yang mengatakan semua agama sama, al-Qur’an bukan wahyu Allah, ajaran Islam itu
menindas kaum wanita, dan sebagainya, bukan lagi orientalis, tapi para cendekiawan Muslim sendiri.
Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan Greg Barton dalam disertasinya di Monash University,
Australia. Dia menjelaskan tentang sejumlah program Islam Liberal di Indonesia, di antaranya:
pentingnya kontekstualisasi ijtihad, komitmen terhadap rasionalitas dan pembaruan, penerimaan
terhadap pluralisme sosial dan pluralisme agamaagama, pemisahan agama dari partai politik dan
adanya posisi nonsektarian Negara.Dari disertasi Barton tersebut dapat diketahui, bahwa memang
ada strategi dan program yang sistematis dalam liberalisasi Islam di Indonesia. Penyebaran paham
pluralisme agama yang merupakan paham syirik modern dilakukan dengan cara masif, melalui
berbagai saluran, dan dukungan dana yang luar biasa.Program Liberalisasi Islam Mencermati
perkembangan paham liberal di kalangan umat Islam, setidaknya, ada beberapa metode dan
pendekatan yang digunakan dalam menyebarkan pemikiran-pemikiran tersebut. Di antaranya
adalah: Pertama, liberalisasi akidah Islam yang dilakukan dengan penyebaran paham pluralisme
agama.

B. FEMINISME

Feminisme adalah sebuah paham yang memperjuangkan kebebasan bagi perempuan untuk
tidak dieksploitasi, tidak dimarginalisasi, dan tidak dijadikan objek kekerasan laki-laki. Paham ini
berkembang di dunia Barat dan juga dunia Muslim. Pada dasarnya, apa yang diperjuangkan oleh
feminisme itu memiliki persamaan dan prinsip-prinsip dengan apa yang diperjuangkan oleh Islam.

Di dalam Islam, feminisme dipandang sebagai upaya untuk melakukan penyetaraan dan
perlakukan yang adil terhadap kaum perempuan sebagai makhluk Allah SWT. Sebagian cendekiawan
Muslim dan ulama berpendapat bahwa feminisme tidak menjadi masalah bagi Islam. Pasalnya,
prinsip yang diperjuangkan oleh feminisme memiliki titik temu dengan teologi Islam. Terutama
teologi yang ingin menciptakan kehidupan yang adil dan setara antara laki-laki dan perempuan.
Sudah barang tentu ada aspek-aspek di mana feminisme menjadi persoalan dan masalah bagi teologi
Islam. Masalah terjadi apabila feminisme berkehendak untuk melakukan supremasi dan eksploitasi
terhadap lawan jenis kelamin, yang dalam hal ini adalah kaum laki-laki. Feminisme seperti demikian
tidak sejalan dengan cara pandang Islam. Pasalnya, cara pandang Islam menginginkan antara laki-laki
dan perempuan berinteraksi secara adil, setara, dan manusiawi.

C. SEKULARISME

Dalam Islam, sekularisme tidak dapat diterima karena bertentangan dengan ajaran Islam.
Karena menurut pandangan Islam apabila sebuah urusan dipisahkan dari nilai-nilai keagamaan maka
urusan itu akan bertabrakan dengan nilai-nilai yang terdapat pada urusan yang lain.

Anda mungkin juga menyukai