Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH STUDI ISLAM

TANTANGAN DAN PELUANG PERADABAN


ISLAM
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Islam II

Dosen Pembimbing: Ibu Siti Nadroh, M. Ag

Disusun oleh:
Kelompok 12 IIA Farmasi 2015
Rizqita Atikah Sari (NIM. 11151020000029)
M Rasyid Wicaksono (NIM. 11151020000037)
Maudina Safira M (NIM. 11151020000049)
Ziah Izati Azkia (NIM. 11151020000052)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015-2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karna
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Tantangan dan Peluang Peradaban Islam”. Adapun tugas makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu Siti Nadroh, MA selaku
dosen mata kuliah Studi Islam.
Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami menyelesaikan tugas ini dari dukungan teman-teman, orang tua, serta
bimbingan dan kesempatan yang telah diberikan Ibu Siti Nadroh, MA kepada kami
untuk membahas Tantangan dan Peluang Peradaban Islam.
Kami sudah berusaha sebaik mungkin dalam mengerjakan makalah ini,
namun mustahil apabila makalah yang kami buat tidak ada kekurangan maupun
kesalahan, maka dari itu kami berharap kritik dan saran dari para pembaca yang
dapat membangun kami menjadi lebih baik lagi.
Kami berharap dari penyusunan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kami serta para pembaca.

Ciputat, Maret 2016

(Tim Penyusun)

i
Daftar Isi

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kajian ilmiah mengenai Islam di Indonesia menyangkut berbagai
permasalahan yang tidak semuanya transparan bagi banyak orang, sehingga
hasilnya juga tidak bisa dianggap taken for granted (selalu benar). 1 Seperti
contohnya mengenai tantangan dan peluang peradaban Islam. Banyak yang tidak
menyadari bahwa seiring berkembangnya arus zaman maka berubah pula
kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada perubahan peradaban umat manusia
terutama yang beragama. Perubahan yang bersamaan dengan perkembangan
zaman ini ada yang positif adapula yang negatif serta tidak menutup kemungkinan
pula bahwa peradaban Islam berbeda dilihat dari sudut geografis.
Peradaban Islam di Indonesia tentu berbeda dengan yang ada di Makkah,
Madinah serta negara-negara lain. Kesenjangan peradaban Islam antara Indonesia
dan negara lain contohnya ketika kerajaan Hindu Majapahit di sini mencapai
kejayaannya, Anak Benua India justtru sudah cukup lama berada dalam kekuasan
Islam.
Kesenjangan intelektual dan kultural antara Indonesia dan Dunia Islam
pada umumnya juga dirasakan akibat kenyataan yang lain lagi. Yaitu, bahwa
Indonesia adalah bangsa Muslim non-Arab seperti Malaysia, Brunei, Maladewa,
(minoritas Islam) India, Pakistan, Afganistan, Iran, Turki, dan beberapa republik
Soviet Asia Tengah, sehingga dampak peradaban Islam kurang dapat dirasakan
secara langsung jika dibandingkan dengan negara asal agama Islam yaitu Arab. 2

1
Nurcholis Madjid, Tradisi Islam,Bandung: Paramadina, 1996, hlm. 3
2
Nurcholis Madjid, Tradisi Islam, Bandung: Paramadina, 1996, hlm. 7

1
Namun, kita mengetahui bahwa pengenalan Islam di Indonesia secara
langsung dari dunia Arab itu menjadi lebih intensif ketika diperkenalkan oleh
saudagar-saudagar asal negeri Arab. Dibuktikan dengan adanya penemuan
peninggalan-peninggalan karya seni berupa karya sastra, ilmu, musik, dan
sebagainya yang memacu umat Muslim untuk mengembangkan kreativitasnya
yang dapat menjadi peluang berkembangnya peradaban Islam. Hal ini juga
memicu ketertarikan umat muslim di Indonesia untuk menggali Islam lebih dalam
berkat penemuan mesin uap untuk kapal-kapal yang memudahkan transportasi ke
Tanah Suci—ini merupakan faktor yang cukup menarik. Juga kita ketahui bahwa
perkembangan ini membawa “dampak IPTEK” (Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi) yang pertama kepada Islam Indonesia, yang dikenalkan dan kemudian
menyebarkan faham-faham ini “yang lebih murni”.3
Oleh karena itu, dalam pembuatan makalah ini kami akan membahas
tentang apa saja tantangan dan peluang yang dialami Umat Muslim dari berbagai
zaman serta bagaimana solusi untuk mengatasi permasalahan dengan meneladani
tokoh-tokoh Muslim serta organisasi-organisasi sosial dan politik Islam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja kekuatan Umat Islam baik dari zaman dahulu maupun sekarang?
2. Apa saja kelemahan Umat Islam baik dari zaman dahulu maupun sekarang?
3. Bagaimana tantangan yang dihadapi Umat Islam tiap zaman?
4. Bagaimana peluang yang dihadapi Umat Islam tiap zaman?
5. Bagaimana strategi tokoh-tokoh Muslim serta Organisasi Sosial Keagamaan
dan Politik dalam Membangun Masa Depan Peradaban Islam?

3
Nurcholis Madjid, Tradisi Islam,Bandung: Paramadina, 1996, hlm. 8

2
1.3 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat menganalisa dan
memahami apa saja kekuatan dan kelemahan Umat Islam baik dari zaman dahulu
hingga sekarang sehingga mahasiswa dapat menganalisa tantangan serta peluang
yang dihadapi Umat Islam seiring perkembangan zaman yang mempengaruhi
peradaban Islam. Mahasiswa juga dapat mencari teladan dari tokoh-tokoh Muslim
serta organisasi keagamaan dan politik sehingga mampu memberikan solusi
terhadap permasalahan untuk menghadapi masa depan peradaban Islam.

1.4 Manfaat
1. Dapat memahami kekuatan Umat Islam baik dari zaman dahulu maupun
sekarang
2. Dapat memahami kelemahan Umat Islam baik dari zaman dahulu maupun
sekarang
3. Dapat memahami tantangan yang dihadapi Umat Islam tiap zaman
4. Dapat memahami peluang yang dihadapi Umat Islam tiap zaman
5. Dapat memahami dan meneladani strategi tokoh-tokoh Muslim serta
Organisasi Sosial Keagamaan dan Politik dalam Membangun Masa Depan
Peradaban Islam

3
BAB II
ISI

2.1 Kekuatan dan Kelemahan Umat Islam

Masalah barat terhadap Timur dimulai bersama datangnya Islam pada


abad ketujuh masehi. Dan selanjutnya, selama beberapa abad, terjadi benturan
sejarah antara keduannya. Barat-eropa terus berusaha untuk menguasai kekayaan
Timur. Hal ini berbeda dengan pendudukan kaum muslimin terhadap Barat-
Eropa pada Abad pertengahan yang merupakan penundukkan Islami yang
beradab, bukan penjajahan. Penundukkan itu diminta, didorong, diterima, dan
dimanfaatkan oleh mereka. Sementara itu Timur pada hakikatnya hanya berpusat
pada dirinya, tanpa memberi perhatian terhadap barat.4
Perperangan Barat terhadap Islam terus berlangsung sepanjang
sejarah,musuh musuh Islam, baik dulu maupun sekarang menyadari hakikat
mutlak bahwa Allah SWT pasti akan memenangkan islam atas segala agama.
Karena itulah mereka takut pada Islam. Sementara itu bukti-bukti yang ada di
depan kita ditunjukan makin tersebarnya Islam dan makin bertambahnya kaum
muslimin di kaum Eropa, Amerika, dan Australia. Semenjak fajar Islam, ulama
Islam beramal dengan nilai-nilai akidah Islam yang melihat Islam sebagai agama
kerja, gerak, dan perjuangan. Ulama muslim telah memperkaya kehidupan ilmiah
dan peradaban di segala penjuru dunia saat masa kejayaan peradaban Islam
melalui kaum muslim di Andalusia dan di negara-negara Timur yang dipimpin
oleh Islam. Bahkan hingga kemundurannya, yaitu setelah Eropa merasakan
perkembangan yang besar dan meraiih peradaban ilmu, kaum muslim tetap
memberikan sumbangsihnya pada peradaban dunia. Semua hal itu menjadi

4
Dr.Lathifah Ibrahim Khadhar, Ketika Barat Memfitnah Islam, Jakarta: Gema Insani, 2005, hlm.15

4
fondasi bagi peradaban yang kita lihat saat ini di Eropa dan di beberapa negara
Timur jauh, seperti Cina dan Jepang.5
Kebudayaan Islam saat itu merupakan kebudayaan terpusat yang
melimpahkan hasil peradabanya kepada bagian–bagian bumi disekitarnya. Setelah
itu, kondisinya berubah. Barat menyusun ulang peradabanya dengen
mencampurkan warisan kebudayaan Arab-Islam dan gabungan antara
kebudayaan-kebudayaan lain, seperti Spanyol, Romawi, Persia, dan Mesir kuno.
Meski begitu, diakui atau tidak, perjalanan sejarah Eropa merupakan perjaloanan
sejarah semua kebudayaan. Kebudayaan Barat dengan demikian berubah menjadi
kebudayaan pusat. Seluruh budaya di pinggiran Barat mengalami proses
pembaratan budaya dan peradaban.
Dengan membaca ulang sejarah, terdapat dua fase yang terjadi pada saat
itu yaitu fase keunggulan dunia Arab Islam dan fase ketika barat meluaskan batas-
batas imperium mereka hingga meluas sampai menguasai Arab Islam. Ketika itu
datanglah kekuasaan kolonial barat yang memupuk gambaran-gambaran negatif
tentang dunia Islam dan Barat . Setelah itu tampilah gambaran-gambaran negatif
tentang dunia Islam dan arab yang berbeda-beda sseperti “teroris”. Gambaran
disortif barat terhadap Islam terlihat jelas melalui tindakan-tindakan yang
dilakukan pada masa-masa ini.6
Membangun kembali peradaban Islam memerlukan beberapa prasyarat
konseptual, yaitu:

1. Memahami sejarah jatuh bangunya peradaban Islam di masa lalu.


2. Memahami kondisi umat Islam masa kini dan mengidentifikasi
masalah umat Islam yang sedang dihadapi saat ini.
3. Memahami kembali konsep-konsep dalam Islam

5
Ibid., hlm. 16
6
Ibid., hlm. 17

5
Sebelum membangun peradaban Islam yang baru, ada kalanya perlu
memahami Islam dengan menggali konsep baru dalam berbagai bidang tertentu
sehingga dapat membentuk bangunan yang baruperadaban Islam yang mampu
menghadapi tantangan zaman. Artinya dengan konsep-konsep Islam seharusnya umat
Islam kini dapat bersikap kritis ataupun apresiatif terhadap konsep-konsep yang
datang dari luar Islam.
Dalam menghadapi peradaban dunia saat ini, Islam mempunyai kekuatan-
kekuatan sendiri yang tidak dimilii oleh umat lain. Akan tetapi umat Islam sendiri
tidak menyadari dan tidak mengembangkan kekuatan yang dimiliki oleh umat Islam
sendiri. Kekuatan itu bisa mempersatukan umat Islam dalam membangun kejayaan
Islam yang telah hilang saat ini. Kekuatan itu diantaranya, yaitu:

1. Kekuatan Iman.

Al-Qur’an yang mulia telah mengikrarkan bahwa tauhid yang diperintahkan


Allah kepada kita untuk memegannya dengan erat-erat adalah akidah universal.
Maksudnya, akidah yang mengarahkan seluruh aspek kehidupan manusia. Jadi,
seluruh aspek kehidupan manusia hanya dipandu oleh satu kekuatan, yaitu tauhid.
Tauhid mencakup seluruh sektor dalam kehidupan setiap muslim. Berpangkal dari
hati, sesuatu yang paling tersembunyi, tapi sesungguhnya merupakan inti, karena
dialah yang memotivasi seluruh gerakan manusia.7Umat Islam hendaknya memahami
darimana, untuk apa, sedang dimana dan kemana tujuan akhir kehidupan ini. Manusia
diciptakan oleh Allah, untuk beribadah kepadanya sebagaimana dalam firman-Nya:
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah
kepadaku"(QS Ad-dzariyat (51): 56).
Dengan mengetahui bahwa manusia akan kembali kepada sang pencipta yaitu Allah
SWT. Maka totalitas menyerahkan diri, hanya mencari ridho Allah SWT, Kekuatan
keimanan inilah yang menjadi dasar kekuatan perubahan Umar bin Khattab, sang "Singa
Padang Pasir" yang berhati keras dan jiwa yang tegar yang awalnya kokoh memegang agama

7
Dr. Daud Rasyid, Islam Dalam Berbagai Dimensi, Jakarta: Gema Insani Press, 2000, hlm. 15

6
ajaran nenek moyangnya, bahkan berencana akan membunuh Muhammad, berbalik menjadi
orang yang terdepan membela Rasulullah SAW.
Dalam menyeru keimanan, Iqbal dalam syairnya berkata :”Apabila iman lenyap,
tiada lagi rasa aman. Dunia tidak berarti apabila agama tidak lagi dijunjung. Siapa yang hidup
tanpa agama, kehancuran menjadi teman setia” Manusia yang kuat imannya, dapat dengan
mudah mejalani beratus cobaan sehingga menjadikannya tidak terancam Inilah yang terjadi
pada zaman sahabat-sahabat terdahulu, karena keimanan adalah kekuatan yang didukung oleh
Yang Mahakuat, Penguasa Alam Semesta, yakni Allah SWT.Iman adalah keyakinan akan
eksistensi dan kekuatan Allah Swt yang selalu berpihak kepada orang-orang yang taat
menjalankan perintah-Nya8
Kekuatan iman menghadirkan pertolongan Allah SWT yang tidak mampu dicegah
oleh siapa pun dan oleh kekuatan apa pun. Kekuatan iman mendorong seseorang mampu
membaca situasi dan kondisi dengan benar dan membuat pemiliknya mampu membaca tipu-
daya musuh-musuh Allah terhadap umat Islam. Dengan kekuatan iman dapat mendorong
manusia untuk berjihad di jalan Allah, yaitu dengan mengorbankan harta dan nyawa demi
dakwah dan membela nama baik agama Allah (Islam) di muka bumi ini
Abu Bakar menyatakan: “Kamu orang-orang Islam tidak akan dapat dikalahkan karena
jumlah yang kecil. Kamu pasti dapat dikalahkan walaupun mempunyai jumlah yang banyak
melebihi jumlah musuh jikalau kamu terlibat di dalam dosa-dosa”. Napoleon berpendapat
bahwa perbandingan antara kekuatan dan semangat pasukan dan jumlah pasukan adalah tiga
berbanding satu. Rasulullah SAW juga sangat mengandalkan kekuatan semangat dari para
sahabatnya, yaitu kekuatan iman.9

2. Kekuatan Ukhuwah

Islam mengakui kemajemukan, dari berbagai sisi, dan Islam sangat


menghargai hal tersebut, yang perlu dilakukan adalah memberikan kesempatan
kepada setiap individu untuk berkembang dalam bingkai Iman. Ukhuwah secara
sederhana digambarkan ibarat tubuh kita, satu organ yang sakit, maka tubuh yang lain
merasakan sakit. Dimanapun umat Islam yang mengalami kesedihan, maka umat
8
Sakinnah Salleh, Islam, Iman, dan Ihsan, Malaysia: PTS Millenia SDN.BHD, 2011, hlm. 54
9
Said Hawwa, Ar Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, Jakarta: Daarus Salam, 2003, hlm. 224

7
Islam di kawasan lain juga merasakan kesedihan tersebut, apalagi di dzalimi,
begitupun sebaliknya.
Dengan konsep Ukhuwah ini, melahirkan izzah ummat Islam, Umat Islam
tidak bisa ditindas begitu saja, ada suadara-saudaranya sesama muslim yang bersedia
menjadi tameng dan mengadvokasi kepentingan umat Islam dimanapun berada.
Ukhuwah merupakan ajaran penting dalam Islam yang menjadikan dasar dan
semangat yang melekat pada wujud umat dalam melakukan berbagai aktivitas
hidupnya.10
Dalam hadits Rasulullah Saw mengatakan bahwa ukhuwah merupakan perihal
penting dalam kehidupan beragama, sebagaimana dalam sabdanya yang diriwayatkan
oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Ibn Umar:
“Seorang muslim bersaudara dengan muslim yang lain. Ia tidak
menganiayanya, Tidak pula menyerahkanya (kepada musuhnya). Barang suiapa
memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan memenui kebutuhanya. Siapa yang
melapangkan suatu kesulitan seorang muslim, Allah akan melapangkan baginya satu
kesulitan puladari kesulitan-kesulitan yang dihadapi pada hari kemudian”
Seorang sosiolog mengemukakan bahwa suatu masyarakat tidak dapat
mempertahankan dirinya sebagai suatu kesatuan apabila anggotanya tidak
mempunyai nilai-nilai yang sama
Rasulullah telah menyatakan bahwa Allah SWT akan memberikan kekuatan
kepada semua orang yang menolong saudaranya sesama manusia. Rasulullah SAW
bersabda: “Allah akan menolong hamba-Nya, selama hambanya ini menolong
saudaranya”

3. Kekuatan Ilmu

Sejarah mencatat, bahwa umat Islam adalah kelompok manusia yang pertama
menginternasionalkan ilmu pengetahuan. Jika sebelumnya suatu cabang ilmu

10
Prof.Dr.KH Miftah Faridh, Lantera Ukhuwah, Jakarta: Mizania, 2014, hlm. 46

8
pengetahuan hanya merupakan kekayaan nasional bangsa tertentu ,seperti Yunani,
Cina, India, dan Persia, sejak islam dan peradaban islam ilmu-ilmu itu tumbuh
menjadi kekayaan bersama umat manusia.
Ilmu telah membawa islam mencapai kepuncak kejayaanya pada masa
terdahulu. Dilihat dalam konteks sejarah, umat islam mampu membengun sebuah
peradaban baru dengan i;lmu, yaitu dengan melahirkan ilmuwan-ilmuwan yang
menciptakan berbagai macam penemuan baru.
Namun pada akhirnya sejarah pun berkata lain, ilmuwan-ilmuwan yang
terkenal saat ini ialah ilmuwan non muslim. Mereka yang mampu menguasai peraban
setelah islam hingga kini. Saat ini banyak muncul kritik kepada peradaban modern
dengan teknologi dan Ilmu pengetahuannya itu. Dari sudut pandang islam, hanya segi
metode dan dan empirisisme ilmu pengetahuan modernlah yang tampak absah.
Sedangakan dalam hal moral dan etila, ilmu pengetahuan modern tampak miskin.
Manusia harus disadarkan kembali akan fungsinya sebagai citptaan tuhan, yang
dipilih menjadi khalifah-Nya, dan harus mampu mempertanggungjawabkan seluruh
tindakanya dimuka bumi ini kepada-Nya. Ilmu pengetahuan berasal dari Tuhan, dan
harus digunakan dalam semangat mengabdi kepada-Nya agar mampu menguasai
peradaban kembali.11
Dengan membangun ketiga kekuatan diatas dengan sunguh-sungguh
seharusnya umat islam mampu merebut kembali peradaban yang sekarang telah
hilang. Pada hakikatnya, semua umat islam sudah mempunya tiga pilar kekuatan
tersebut. Namun, bagaimana muslim itu sendiri yang mampu mengembangkan tiga
pilar itu untuk bersatu bersama-sama membangun kekuatan yang baru.
Dewasa ini kaum muslimin sangat membutuhkan bantuan dalam semua
tingkatan demi menghadapi tantangan modernitas. Karena ketika negara maju telah
membangun kolemerasi raksasa sehingga mereka berhasil memasarkan segenap
kebijakan, perdagangan, dan komoditi mereka maka kelompok ekonomi lemah tak

11
Nurcholis Majid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung: Mizan, 2008, hlm. 220-223

9
akan memiliki tempat lagi sebab tak mampu bersaing di tengah-tengah prekonimian
dunia. Menurut M.Natsir, wakil Presiden Muktamar Alam Islam, mengemukakan
titik-titik kelemahan umat Islam dewasa ini di berbagai negeri Islam, yaitu:12

1. Tidak ada inventarisasi

Seperti orang kaya yang tidak pandai memegang buku inventarisasi gudang.
Umat Islam memiliki berbagai potensi , baik personal maupun material, namun tidak
mampu memobilikasikanya untuk keperluan umat karena tidak adanya inventarisasi

2. Tidak menghargai diri

Umat Islam tidak menghargai diri dan yang menjadi milik sendiri. Mereka lebih
banyak silau melihat lampion orang lain yang berbunga bunga dan beraneka warna.
Mereka lupa bahwa sesungguhnya lampion yang mereka miliki sendiri lebih bagus,
mereka lebih tertarik dengan sesuatu yang aneh yang datang dari luar.

3. Rakus atas dunia dan takut pada resiko

Umat islam saat ini sangat rakus pada dunia dan dalam waktu yang sama sangat takut
untuk menanggung resiko, takut mati. Abu Hasan Ali an-Nadwi menyimpulkan
bahwa dunia Islam tengah berada dalam krisis kepercayaan terhadap diri sendiri,
tidak mengenal diri pribadi, dan kehilangan kepercayaan atas pribadi mereka sendiri

4. Egois terhadap diri sendiri

Kelemahan umat Islam dapat terjadi karena umat Islam berfikir bahwa mereka yang
palin benar, paling berilmu dan paling mengerti agama. Jika umat Islam bersatu maka
akan membentuk kekuatan yang sangat kuat untuk memajukan Islam, jika seluruh
umat Islam bisa menyatukan kekuatan spiritual dalam hidupnya seperti rasa takut
pada Allah dan merasa Allah selalu ada di sisinya dan mengetahui isi hatinya maka

12
H.Endang Syaifuddin Anshari, Wawasan Islam: Pokok-Pokok Pikiran Tentang Paradigma
Islam, Jakarta: Mizan, 2013, hlm. 273

10
tidak ada umat Islam yang melakukan tindakan-tindakan yang tidak diajarkan oleh
agama.13
Kaum muslimin telah banyak menyia-nyiakan tanggung jawab peradaban di
abad-abad terakhir, setelah sebelumnya pernah jayadan berkuasa atas dunia ketika
mereka masih berpegang teguh pada prinsip. Begitu pegangan itu melonggar,
kemunduran umat islam dapat dengan jelas terlihat oleh setiap mata
Para ulama muslim terdahulu telah menunaikan kewajiban dan tanggung
jawab mereka. Dengan cara itulah mereka menyumbangkan saham dalam rangka
membangun peradaban Islam yang akhirnya mampu menyuguhkan manfaat besar
bagi kemanusiaan universal. Hingga tak ayal, peradaban Islam kala itu menjelma
menjadi peradaban yang paling berpengaruh dalam sejarah . Tetapi ketika kaujm
mulimin tergerus erosi, melemah kemauan dan kekuatan mereka , merekan kembali
terposisikan di barisan belakang dan kontribusinnya bagiperadaban terhambat.14

13
H.Endang Syaifuddin Anshari, Wawasan Islam: Pokok-Pokok Pikiran Tentang Paradigma
Islam, Jakarta: Mizan, 2013, hlm. 273-274
14
Andy Kurniawan, Menyatukan dan Memajukan Islam Dengan Dua Kalimat, Mizan, Jakarta,
2012, Hal 23

11
2.2 Peluang dan Tantangan yang Dihadapi Umat Islam
Masa depan masyarakat muslim yang bergerak maju atas dasar
kecenderungan-kecenderungan mutakhir. Kecenderungan ini membawa sebagian
negara muslim kepada sejenis kota yang bersifat teknokratis dan lalim (misalnya,
negara-negara kaya minyak di timur tengah) disatu pihak, dan membawa sebagian
negara muslim kepada kemelaratan, degredasi dan kebergantungan di pihak lain.
Masa depan yang didasarkan atas kecenderungan-kecenderungan ini akan menuju
kepada kehancuran.15
Alternatif kedua, masa depan terencana, merupakan masa depan yang dapat
dicapai oleh masyarakat muslimjika kita merencanakan secara konstruktif dan
bertindak dengan wawasan kemuka. Masa depan terencana menjanjikan masa depan
paling baik yang dapat kita miliki, dengansejarah dan keadaan kita sekarang. Tapi
jelas, hal ini tidak dapat terjadi dengan sendirinya.
Masa depan itu adalah sekarang. Saat ini, detik ini dan dia mencangkup
seluruh seluruh masa sesudahnya.karena dipandang dari saat ini, masa depan
terbentuk dari beberapa alternatif masa depan yang dituju oleh suatu masyarakat
tanpa ataudengan perencanaan atau pengendalian. Kalau memikirkan tentang
alternatif masa depan yang mungkin, banyak berkembangan, kejadian-kejadian dan
akibat yang berbeda-beda yang harus di perhitungkan.
Berbicara masa depan pasti tidakakan jauh dengan kata “modernisasi” atau
kebudayaan modern. Jauh dari keadaan terancam oleh setiap tantangan intelektuil dari
kebudayaan modern yang dilambangan oleh dunia barat, Islam sendiri dapat kita
katakan merupakan sebuah tantangan yang serius terhadap standar-standar dan nilai-
nilai barat yang sedang roboh dankekacauan yang semakin menjadi-jadi di dunia
barat .barat yang secara filosofis terpecah dua hanya dapat memberikan sedikit
sumbangan kepada sebuah agama yang kekuatannya terletak didalam kesatuan antara
keyakinan dengan kehidupan dan diantara pemikiran dan perbuatan kepada

15
Ziauddin Sardar, Rekayasa Masa depan – Peradaban Islam, Jakarta: Mizan, 1991, hlm. 18

12
sekularisme barat, Islam mengemukakan idenya mengenai kemahakuasaan Allah,
Islam menentang hal-hal yang relatif dengan hal yang mutlak dan menentang
kesadaran matrealis dan rasionalis yang terbatas dengan kesadarannya mengenai
realitas transden. Tantangan ini semata-mata terletak didalam sekumpulan hal-hal
yang bertentangan tetapi di dalam memilih sebuah alternatif yang sangat berbeda.
Kekuatan tantangan ini akan menjadi semakin besar jika kaum muslimin
sendiri memberikan contoh yang lebih positif dan lebih meyakinkan mengenai akibat-
akibat dari memilih alternatif ini.
Sebagai wahyu Allah yang terakhir, Islam menerangkan dengan sangat detail
dan eksplisit dan menegaskan kerangka norma-norma bagi perbuatan dan tingkah
laku manusia, norma-norma yang memungkinkan manusia untuk memenuhi
hidupnya dengan kesadaran yang terus menerus kepada relitas Illahi, untuk hidup di
dalam keadaan berdzikir mengingat Allah.
Dunia modern, sebaliknya mempunyai kecenderungan-kecenderungan untuk
menyangkal realitas Illahi secara aktif dan sengaja denganmenaruh realitas ini ke
dalam fluktuasi ruang dan waktu, dan untuk mengabaikan realitas ini sebagai
marginal bagi kepentingan-kepentingan yang sejati danmendesak dari manusia.
Akibat dari dua kecenderunganini adalah lahirnya sebuah gaya hidup yang
samasekali bersifat sekular,gaya hidup yang seburuk-buruknya bercirikan kebodohan
atau yang sebaik-baiknya bercirikan kelalaian. Terlebih dahulu perlu kita tekankan
bahwa kebudayaan modern pada dasarnya adalah kebudayaan barat. Kenyataan
bahwa kebudayaan ini melanda seluruh dunia dalam sebuah gelombang raksasa yang
menyapu segala sesuatu yang menghadangnya dan bahwa bangsa-bangsa tertentu
yang bukan barat secara aktif berpartisipasi untuk meluaskan kebudayaan barat, tidak
dapat menyangkal pentingnya mengemukakan asal usul kebudayaan barat.16

16
Altaf Gauhar, Tantangan Islam, Bandung: Pustaka, 1988, hlm. 320-321.

13
Namun bagi Islam kebudayaan modern merupakan sebuah fenomen aneh
yang bermuka dua.Kebudayaan modern ini aneh karena (atau karena kurangnya)
dasar-dasar metafisisnya, dan aneh karena asal usul geografis dan historisnya.
Dunia Islam telah dipaksa berkenalan dengan modernisasi tanpa cukup
persiapan yang ditimbulkan oleh sebuah perubahan historis dari pihak pribumi. Bagi
dunia islam modernisasi telah berubah menjadi sebuah kekuatan asing yang
menggangu. Walaupun demikian tidak dapat disangkal lagi bahwa sebagian besar
dari jerih payah intelektuil kaum kaum muslimin selama lebih dari satu abad ini telah
diarahkan untuk menentang gangguan asing atau kebudayaan modern ini. Gangguan
ini bermula sebagai akibat dari kebutuhan empiris, ketika usaha-usaha dagang Eropa
memberondong dunia Islam dan merendahkan hampir semua negara-negara islam
kepada status jajahan atau setengah jajahan
Setelah terasing dari ideologi dan pandangan dunia mereka, umat muslim
menyadari tumbuhnya perasaan tak berharga dalam diri mereka, serangan perasaan
ini telah meningkatkan kepercayaan mereka bahwa peradaban muslim tidak akan
mampu “meraih keberhasilan”, suatu usaha dilakukan untuk memulihkan kebaikan
peradaban tidak akan berjalan seiring dengan perasaan terasing dan
takberdaya.penegasan ini ada benarnya.
Bagi peradaban muslim,kesadaranakan nasibnya, usaha-usaha yang dilakukan
untuk perbaikan,pendekatan yang seimbang dan moderat terhadap Islam dan adanya
kritik-kritik diri yang tepat,merupakan prasyarat. Kita harus jujur terhadap diri
sendiri.
Dari Hadist Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:“Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ‘Kaum Yahudi telah terpecah menjadi
tujuh puluh satu (71) golongan atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan kaum Nasrani
telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan
ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga (73) golongan.”17

17
Hadist Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu

14
Semakin lama semakin banyak umat islam namun semakin banyak pula
golongan yangada, Kabar ini tentunya merupakan berita yang menggembirakan bagi
umat Islam, namun juga menjadi tantangan bagi kita dalam menyikapinya, termasuk
bagaimana umat Islam kemudian bersatu dan saling menghormati satu dengan
lainnya walau dengan perbedaan yang ada, yang pada akhirnya akan menghindari
pertikaian di antara umat muslim itu sendiri, yang sebenarnya sudah dimulai sejak
dulu. Perbedaan itu diwujudkan dalam golongan-golongan umat Islam yang ada di
dunia.Biar bagaimanapun jumlah yang banyak dapat memberikan efek yang luar
biasa, apakah itu efek positif atau negatif. Efek positif tentu akan datang apabila kita
dapat saling menghormati satu dengan lainnya.
Jika kekerasan dan peperangan yang timbul, maka pada akhirnya tidak ada
manfaat ketika jumlah orang Islamnya banyak.Bukan kedamaian tetapi kecemasan
yang timbul antar umat.Bukan kesan baik, tapi kesan jelek yang timbul.Pertikaian
yang ada di saat ini bisa dilihat di peperangan di Yaman, dan di tanah Arab, kemudian
pertikaian juga datang dari pihak yang mengatasnamakan Islam tetapi melakukan
kekerasan dan kekejaman dalam kegiatannya seperti ISIS dan juga Boko Haram.
Selain masalah perbedaan, tantangan ke depan umat Islam adalah pendidikan
dan kemajuan teknologi yang harus mengiringi pertumbuhan itu sendiri. Disebutkan
bahwa pada suatu masa, orang Islam seperti buih di lautan.Hal itu bisa diartikan
jumlah orang Islam yang banyak namun tidak punya ilmu pengetahuan yang dalam
sehingga tidak ada artinya.Diremehkan orang, hal seperti ini menjadi tantangan bagi
kita bagaimana caranya kita bisa maju dengan pendidikan.18
Islam yang dibawa dan diturunkan Allah kepada Rasulullah SAW mempunyai
peran strategis untuk menaburkan rahmat di seluruh alam ini (Q.S. al-
Anbiya’/21:107). Peran strategis Islam itu dibarengi dengan titah-Nya kepada
kelompok orang beriman untuk menjadi pihak yang memimpin dan memakmurkan
dunia (Q.S. al-Baqarah/2:30) sekaligus sebagai umat terbaik (Q.S. Ali Imran/3: 110).

18
Muhammad Fethullah Gulen, Membangun Peradaban Kita, Jakarta: Mizan, 2013, hlm. 26

15
Umat terbaik saja tidak cukup untuk membuat Islam berperan sentral dalam
kehidupan dunia ini, maka Allah juga memerintahkan kepada umat terbaik itu untuk
senantiasa berjuang tiada henti menancapkan pilar-pilar kebenaran Islam yang
berlaku universal (Q.S. al-Baqarah/2: 218; Ali Imran/3:142; al-Maidah/5:35; al-
Anfal/8: 72; at-Taubah/9: 41, 86; al-Hajj/22: 78).
Akan tetapi, jika dilihat dari perspektif historis umat Islam, sungguh sangat
memprihatinkan.Jumlah pemeluk yang cukup besar, tidak dibarengai dengan peran
yang signifikan dalam menentukan arah peradaban dunia.
Tantangan yang dialami Umat Islam yaitu;19

a. Terpecah belah dan diskonsolidasi


Adanya hadis yang menyebut bahwa umat Islam akan terbagi menjadi tujuh
puluh tiga golongan dan yang selamat hanya satu, seolah menjadi alasan normatif
bagi umat umat Islam untuk tidak bersatu. Realitas umat yang majemuk, terdiri dari
berbagai aliran pemikiran dan golongan serta berbagai kelompok gerakan tidak
disikapi secara bijak oleh umat Islam sebagai sebuah keniscayaan sejarah, tetapi
malah dijadikan alasan untuk mengutuk, menyesatkan, menafikan dan menyerang
kelompok lain.
Contohnya adalah umat islam di Indonesia sudah terpecah belah menjadi
beberapa golongan atau kelompok yaitu Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Persis
dan LDDI golongan tersebut adalah golongan terbesar dan memiliki banyak pengikut
di Indonesia, namun dengan adanya golongan-golongan tersebut bukan berarti harus
memusuhi golongan-golongan yang ada selama golongan tersebut tidak sesat dan
berpegang teguh kepada al-quran dan hadist maka tidak perlu memperdebatkannya.

b. Terpenjara oleh kesadaran magic (tahayul)


Salah satu akibat yang dimunculkan oleh kesadaran macam ini adalah
mejadikan umat Islam anti terhadap ilmu pengetahuan.Padahal, kemajuan yang

19
Muhammad Fethullah Gulen, Membangun Peradaban Kita, Jakarta: Mizan, 2013, hlm. 27

16
dicapai Barat dan yang lantas digunakannya untuk menyerang Islam adalah melalui
ilmu pengetahuan dan teknologi.Dunia Islam terlena dengan kesadaran magic, dan
menganggap seolah-olah semua persoalan umat dapat diselesaikan dengan perilaku
yang bersumber dari kasadaran macam itu.
Contohnya adalah umat islam di indonesia masih percaya akan tahayul-
tahayul yang ada sehingga akan menjerumuskan mereka kepada musryik contohnya
ketika wanita hamil di wajibkan selalu membawa gunting agar terlindung dari
pengaruh mahkluk halus, padahal Allah SWT lah yang melindungi seluruh umat
manusia dan seharusnya memohon perlindungan hanyalah kepada Allah SWT bukan
kepada benda-benda mati.

c. Stategi gerakan yang lemah


Di samping gerakan Islam lemah dalam konsolidasi, mereka juga lemah
dalam menyusun strategi gerakan sehingga tidak efektif dalam mengusung agenda
Islam.Gerakan Islam lebih tertarik dengan membuat program yang bisa memperbesar
anggota ketimbang program yang langsung menyentuh persoalan umat.Sehingga
program pemberdayaan masyarakat, advokasi terhadap mereka yang tertindas atau
membangun kekuatan ekonomi serta politik umat Islam menjadi terlupakan.
Contohnya adalah dalam bidang politik dimana partai-partai politik yang ada
di indonesia lah dalam mengatur strategis sehingga mereka kalah saing dengan partai-
partai nasional, hal ini terjadi karena salah satu faktor dari figur pemimpin dan visi
misi dalam partai Islam tersebut.20

d. Gampang dalam menghadapi deislamisasi


Proses deislamisasi khususnya di kalangan generasi umat Islam terasa kian
gencar. Tidak hanya Kristenisasi, tetapi demoralisasi juga sedang dilancarkan dengan
dahsyat ke dalam tubuh umat Islam.Dan sayangnya, kondisi semacam ini dihadapi
oleh umat Islam dengan tidak serius dan tidak efektif. Kristenisasi yang demikian

20
Muhammad Fethullah Gulen, Membangun Peradaban Kita, Jakarta: Mizan, 2013, hlm. 27

17
canggih dan multi approach (dengan berbagai cara dan pendekatan) lebih banyak
dihadapi umat Islam dengan mengeluh dan mengutuk.
Contohnya pada masa kini banyak umat islam yang lebih terpengaruh kepada
globalisasi tanpa menyertai nilai-nilai yang berkaitan dengan islam misalnya dalam
berpakaian umat islam tidak sedikit yang belum menutup aurat mereka mengikuti
arus trend dalam globalisasi.

e. Berkubang dalam konflik


Akibat dari politik pecah belah yang dilakukan Barat, terasa sampai di tingkat
lokal dan akar rumput (grassroot). Umat Islam menjadi saling curiga antara satu
kelompok dengan kelompok lain bahkan sampai terjadi konflik yang berdarah-darah.
Masa depan umat islam tidak hanya memberikan tantangan kepada umat islam tetapi
juga memberikan peluang yang baik karena umat islam memiliki beberapa potensi.
Contohnya adalah dikarenakan banyaknya golongan islam di indonesia
sehingga anggota-anggota dari golongan tersebut saling curiga dengan golongan lain
dan menganggap bahwa golongannya lah yang terbaik diantara semua golongan .

Menurut “Robert Briffault, dalam The Making of Humanity, menyatakan,


“Seluruh segi kemajuan peradaban di Eropa secara pasti dapat ditelusuri akarnya dari
peradaban Islam. Peradaban Islamlah yang telah menghidupkan energi yang
menggerakkan peradaban modern.”
Hendaknya kita menyadari bahwa kebangkitan tidak mungkin terwujud kecuali
setelah umat mengetahui jati dirinya, dan makna keberadaannya dalam kehidupan.
Perlu disadari, salah satu nikmat terbesar yang diberikan Allah SWT kepada negeri-
negeri muslim, khususnya Indonesia, selain mayoritas penduduknya muslim, adalah
kekayaan yang melimpah. Siapapun yang menghayatinya akan menyadari ada lima
potensi yang dimiliki umat Islam.21

21
Muhammad Fethullah Gulen, Membangun Peradaban Kita, Jakarta: Mizan, 2013, hlm. 27

18
1. Pertama, Potensi Ideologis, pasca runtuhnya komunisme, musuh ideologis AS
adalah Islam. Pada saat Bush Junior akan menyerbu Afghanistan menyatakan,
bahwa perang tersebut merupakan perang peradaban. Potensi Ideologis inilah
yang dipandang sebagai ancaman oleh negara Kafir Imperialis. Bangkitnya
Islam politik di Indonesia merupakan ancaman terbesar yang mampu merusak
intervensi AS, China dan Eropa untuk terus negeri ini.
2. Kedua, Potensi Geopolitis. Kaum muslim secara geografis menempati posisi
strategis jalur laut dunia. Mereka menempati Selat Gibraltar, Terusan Suez,
Selat Dardanella, dan Boshporus yang menghubungkan Laut Hitam ke
Mediterania, Selat Hormuz di Teluk dan Selat Malaka di Asia Tenggara.
Dengan menempati posisi strategis ini, kebutuhan dunia banyak ditentukan
oleh umat Islam. Jika kaum muslimin bersatu terhimpun di bawah naungan Al
Khilafah Islamiyah, niscaya mereka menjadi kekuatan adidaya.
3. Ketiga, Potensi Sumber Daya Alam. Seluruh negeri-negeri muslim telah
dianugrahi Allah dengan kekayaan alam yang melimpah : lembah, hutan,
rempah-rempah, isi perut bumi yang kaya akan tambang, minyak, dan gas
bumi. Laut yang memiliki aneka ragam potensi yang ada di permukaannya, di
dasarnya, maupun di perut buminya. Potensi SDA ini, dipandang sebagai
bahaya yang dapat mengalahkan negara-negara besar di satu sisi; sementara di
sisi lain merupakan lahan bagi negara-negara kafir imperialis untuk
memperkaya diri mereka.
4. Keempat, Potensi Demografi. Memang, jumlah penduduk bukalah faktor
penentu kekuatan suatu negara. Namun, bila umat Islam di seluruh dunia
bersatu di bawah payung Khilafah Islamiyah; tentu ini merupakan kekuatan
luar biasa. Realitas menunjukkan, bahwa Indonesia sebagi negeri muslim
dengan penduduk muslim paling besar di antara negari-negari muslim
lainnya.22

22
Muhammad Fethullah Gulen, Membangun Peradaban Kita, Jakarta: Mizan, 2013, hlm. 27

19
5. Kelima, Potensi Militer. Secara kuantitas jumlah tentara di Dunia Islam sangat
besar. Bila terekrut 1% saja dari penduduknya yang 1,6 Milyar, akan didapat
16 juta tentara. Di Indonesia, bila 1% penduduknya terekrut menjadi tentara,
akan ada 2,5 juta tentara. Karena itu dapat dibayangkan betapa kuatnya jika
mobilisasi pasukan militer ini dilakukan oleh sebuah negeri muslim, apalagi
negara yang bersifat internasional.

Semua potensi tersebut memunculkan ambisi negara-negara Barat, agar umat


Islam tidak menjadi negara adikuasa yang dapat menghilangkan kedholiman dan
nafsu penjajahan mereka.Sehingga Barat berupaya keras agar umat Islam menjadi
jumud dan terbelakang, sehingga mampu dikebiri secara ideologis dan geopolitisnya
tidak dapat digunakan untuk membangun peradaban Islam, melainkan justru dapat
digunakan untuk merealisasikan kepentingan Barat.Umat Islam dibuat lemah dan
dipecah belah. Sehingga Barat bekerja keras untuk mensukseskan proyek disintegrasi
di tengah-tengah kaum muslim.
Namun secara faktual, Islam memang unggul pada banyak sisi dibandingkan
semua ideologi dan sistem baik yang kuno maupun modern, baik yang mengandung
nilai keagamaan ataupun tidak, asumsi ini dapat di buktikan dengan memulai dari
adanya pengakuan umum bahwa semua gerakan pembaruan danmodernisasi yang
terjadi disemua ranah systemnon-Islam, ternyata selalu menjauhkan agama dari pusat
gerakannya. Sedangkan di dalampergerakan islam yang terjadi adalah sebaliknya.
Karena di dalam pergerakan Islam, agama menjadi risalah penting yang berada di
pusat orbit gerakan pembaruan yang akan selalu mengubah setiap gebrakan menjadi
pematangan di masa depan dengan pasokan nutrisi berupa nilai-nilai moral dan
spiritual yang terus di suntikam secara berkesinambungan.23
Peluang yang dihadapi Umat Islam untuk memajukan peradaban sangatlah
terbuka lebar, misalnya:

23
Muhammad Fethullah Gulen, Membangun Peradaban Kita, Jakarta: Mizan, 2013, hlm. 28

20
A. Memaknai Globalisasi Sebagai Peluang
Tapper mendifinisikan globalisasi sebagai proses integrasi karakteristik lokal
kepada arus global, yang sebagian besar dilakukan melalui teknologi komunikasi dan
informasi. Meskipun awalnya—secara historis globalisasi—dipandang sebagai suatu
proses mengintegrasikan perekonomian lokal ke dalam ekonomi dunia, namun makna
globalisasi merujuk kepada ruang di mana terjadi proses interaksi global melalui
sarana teknologi komunikasi.24
Secara historis, globalisasi bukanlah fenomena baru tapi perubahannya dapat
diselidiki dalam hal skala, kecepatan dan kognisi. Dalam kerangka skala, hubungan
ekonomi, politik dan sosial antara negara telah menjadi lebih dari sebelumnya.
Globalisasi telah mengalami semacam kompresi temporal dan spasial dalam hal
kecepatan yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Dalam kerangka kognisi yang
dianggap dunia sebagai ruang kecil di mana setiap fenomena dan peristiwa memiliki
beberapa konsekuensi pada kehidupan ekonomi, sosial dan politik.25
Adanya globalisasi teknologi komunikasi ini menciptakankemudahan dalam
mengakses informasi dan sebagainya. Hal itu tentunyamenjadi tantangan yang cukup
serius bagi umat Islam. Oleh karena itu, umat Islam harus membentengi diri dengan
melakukan filterisasi terhadap akses informasi yang masuk. Terutama yang berkaitan
dengan budaya-budaya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Di samping itu,
umat Islam juga tidak boleh membentengi diri semata, namun lebih dari itu, umat
Islam harus ikut dalam percaturan globalisasi.

24
H. Tapper, The Potential Risks of the Local in the Global Information Society, Journal of
Social Philosophy, 31 April 2000, hlm. 524-434

25
Hassan Danaeefard dan Tayebeh Abbasi, Globalization and Global Innovation, 2011, hlm.
67-80, http://cdn.intechopen.com/pdfs/17417/InTech5 diakses pada tanggal 18 Maret 2016 pukul
19.50

21
Jika demikian, ketika umat Islam tidak bisa bertindak secara cepat dalam
memanfaatkan era globalisasi teknologi informasi ini, maka pastilah umat Islam akan
tertinggal dengan umat-umat lain yang memanfaatkan teknologi informasi dengan
baik, karena pada dasarnya globalisasi juga bisa dimaknaisebagai
internasionalisasi13, artinya proses komunikasi atau relasi yang dijalin bersifat
mendunia dan lintas sektoral. Sehingga tidak ada batasanbatasan yang bersifat
geografis.
Pada dasarnya segala hal dapat dilihat dari berbagai interpretasi. Seperti
contoh para pejuang pada masa kemerdekaan yang melakukan perwalanan terhadap
kolonialisasi. Bagi masyarakat pribumi, mereka adalahpahlawan namun bagi kaum
penjajah mereka disebut dengan pemberontak. Oleh karena itu, memaknai suatu hal
memang sangat tergantung dari sudut mana menafsirkannya. Sama halnya dengan
globalisasi, ketika globalisasi hanya dianggap sebagai sesuatu yang melemahkan
maka umat Islam akan terpuruk, begitu pula ketika globalisasi dimaknai sebagai
peluang, maka umat Islam tetap akan dapat memanfaatkan era globalisasi sebagai
sarana untuk berdakwah dan melakukan aktivitas lainnya yang sesuai dengan nilai-
nilai Islam.
B. Peran Media dan Teknologi Komunikasi
Media dan teknologi komunikasi memiliki fungsi utama sebagai sarana untuk
melakukan aktivitas komunikasi. 26 Utamanya adalah komunikasi massa. Melalui
media, pesan yang disampaikan akan dapat dengan cepat diterima oleh khalayak,
sebagaimana yang dijelaskan oleh Djalaluddin Rakhmat bahwa komunikasi massa
diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang
tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan
yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.27

26
Richard West dan Lynn H. Turner, Introducing Communication Theory, Third Edition, New
York: The McGraw Hill, 2007, hlm. 5
27
Djalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Surabaya: Paramadina, hlm.188.

22
Pengertian komunikasi massa di atas mengindikasikan bahwa pemanfaatan
teknologi komunikasi—terutama elektronik—memiliki satu kelebihan, yakni
efektifitas waktu. Hal itu disebabkan karena kecanggihanteknologi komunikasi yang
telah—berhasil—menghapus ruang geografis dalam kehidupan manusia. Sehingga
keberadaannya kini menjadi sangat urgen bagi kehidupan manusia di dunia. Peran
teknologi komunikasi dalam kehidupan manusia pun sudah tidak diragukan lagi.
Bahkan, kini manusia dan media sudah tidak bisa (baca: sangat susah) untuk
dipisahkan. Media telah menjadi kebutuhan vital bagi kehidupan manusia modern.
McQuail—dalam Henry Subiakto— setidaknya memberikan pandangan tentang
peran media bagi kehidupanmanusia modern. 28 Pertama, media massa sebagai
window on events andexperience. Media dipandang sebagai jendela yang
memungkinkan khalayak “melihat apa yang sedang terjadi di luar sana ataupun pada
diri mereka sendiri.
Kedua, media juga sering dianggap sebagai a mirror of events in society and
the world, impliying a faithfull reflection. Yaitu, cermin dariberbagai peristiwa yang
terjadi di masyarakat dan dunia. Atau secara lebih ringkas, media dianggap
merefleksikan kenyataan yang ada.
Ketiga, media massa juga dianggap sebagai filter atau gate kepper yang
menyeleksi berbagai macam hal untuk diberi perhatian atau tidak.
Keempat, media massa seringkali dianggap sebagai penunjuk jalan atau
interpreter, yang menerjemahkan dan menunjukkan arah atas ketidak pastian atau
alternatif yang beragam.
Kelima, media dipandang sebagai sebuah forum untukmempresentasikan
berbagai informasi, gagasan, dan ide-ide kepada khayalak, sehingga memungkinkan
terjadinya tenggapan dan umpan balilk (feedback). Dan keenam, media massa
dipandang sebagai interlocutor, yang tidak hanya sekadar tempat berlalu lalangnya

28
Henry Subiakto dan Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi, Jakarta:
Kencana, 2012, hlm. 106

23
informasi, tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi
yang interaktif.29

2.3 Strategi tokoh-tokoh Muslim serta Organisasi Sosial Keagamaan dan Politik
dalam Membangun Masa Depan Peradaban Islam
2.3.1 Strategi Tokoh-tokoh muslim
Kaum muslimin agar terlihateksistensinya di duniamenunjukkan eksistensinya
dengan berbagai cara, misalnya dengan penulisanbuku-buku dalam
bidangilmupengetahuan, sepertisains, kesehatan, dan lain-lain. Dikarenakan situasi
yang terjadi di dunia yang menyebabkan para tokoh-tokoh ini untuk berbuat sesuatu
agar terciptanya kehidupan yang lebih baik di dunia ini. Adanya berbagai faktor yang
dialami membuat sosok-sosok ini lahir, contohnya karena adanya hal-hal yang belum
dipecahkan secara ilmiah, atau mencari metode penyembuhan untuk penyakit-
penyakit membuat para tokoh ini untuk menciptakan suatu inovasi terbaru. Berikut
adalah beberapa tokoh-tokoh muslim dalam bidang ilmu pengetahuan:

1. Al Kindii30

Beliau merupakan filsuf pertama dalam Islam dan beliau memiliki penemuan
dalam berbagai bidang, misalnya matematika, astronomi, ilmu alam, fisika,
kedokteran, dan masih banyak lagi. Beliau merupakan orang Arab asli, banyak yang
mengklaim bahwa beliau memiliki darah campuran padahal tidak. Hal ini membuat
pernyataan fanatic membawa pemikiran orang Arab itu terbelakang tidak benar.
Banyak ilmuwan yang dasar penelitiannya berdasarkan karya tulisnya seperti Ibnul
Haitsam, Al-Biruni, dan IbnuSina. Dia sudah menulis lebih dari 200 buku, akan tetapi
banyak buku ini yang hilang. Dia termasuk ilmuwan pertama yang berpedoman
bahwa eksprimen merupakan suatu cara untuk menyimpulkan hakekat ilmiah.
29
Henry Subiakto dan Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi, Jakarta:
Kencana, 2012, hlm. 106
30
Muhammad Gharib Jaudah.2007.147 IlmuwanTerkemukadalamSejarah Islam. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar. Hal.113-124

24
2. Ar-Razi31

Abu Bakar ar-Razi merupakan dokter dan guru besar dalam bidang
kedokteran bagi dunia Islam dan Eropa. Dia juga seorang ahli kimia dan
mengembangkan kimia setelah dasar-dasarnya dirumuskan oleh Jabir bin Hayyan.
Selain ahli dalam bidang kedokteran, beliau juga ahli dalam bidang farmasi, beliau
menemukan bahwa pengaruh kejiwaan dalam mengobati pasien mempengaruhi
dalam pengobatan.
Berdasarkan karyanya, banyak ilmuwan yang beranggapan bahwa beliau
adalah penggagas teori kimia modern. Salah satu karyanya ialah Kitab al-Asrar. Kitab
ini membahas tentang teknik penanganan zat-zat kimia beserta manfaatnya. Sebagai
kimiawan, beliau adalah orang yang pertama kali dapat menghasilkan asam sulfat dan
beberapa asam lainnya

3. Ibnu Sina32
Selain Ar-Razi, ada Ibnu Sina yang juga seorang ilmuwan kedokteran. Ibnu
Sina adalah seorang ilmuwan Muslim yang terkenal dan dikenal di Barat dengan
nama Avicenna. Ketika umur 10 tahun, beliau telah menghafal Al-Quran.
Beliau merupakan orang yang menemukan cara pengobatan bagi orang sakit
dengan cara menyuntikkan obat ke bawah kulit. Beliau terkenal dengan karyanya
yang berjudul Al-Qanun.Kitab Al-Qanun ini dianggap sebagai karya besar bagi para
ilmuwan kedokteran. Kitab ini telah digunakan selama berabad-abad. Selain sebagai
dokter, Ibnu Sina juga dikenal sebagai psikolog yang sanggup mengobati orang yang
sakit jiwanya.

31
Muhammad Gharib Jaudah.2007.147 IlmuwanTerkemukadalamSejarah Islam. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar. Hal.138-144
32
Muhammad Gharib Jaudah.2007.147 IlmuwanTerkemukadalamSejarah Islam. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar. Hal.276-280

25
4. Al-Awza’i (88-157 H / 707-774 H)33
Abdurrahman al-Awza’i dari Beirut sebaya dengan Imam Abu Hanifah. Dia
hidup semasa zaman pemerintahan Khalifah Bani Umayyah bermula dari Khalifah al-
Walid (86 H / 705 M). Dia ialah pengasas sebuah aliran hukum agama tetapi tidak
dapat bertahan lama. Al-Awza’i membenarkan kebebasan berkontrak dan memberi
kemudahan pada orang dalam urusniaga mereka. Dia juga membenarkan
perkongsian hasil pertanian (muzara’ah), sesuai dengan keperluannya, seperti mana
dia membolehkan perkongsian keuntungan (mudharabah). Dia membenarkan modal
diberi dalam bentuk tunai ataupun dalam bentuk semulajadi (namun ada beberapa ahli
hukum lain mengharuskan tunai). Pendekatannya dalam hal-hal kontrak salam juga
fleksibel.

5. Imam Malik bin Anas (93-197 H / 712-795 M)


Imam Malik bin Anas wafat di Madinah dan hidup semasa zaman
pemerintahan Khalifah Bani Umayyah, bermula dari Khalifah al-Walid (86H / 705
M). Beliau ialah pengasas sebuah aliran hukum Islam yang lain dan pemegang kuasa
tradisi hidup kota Nabi, iaitu Madinah. Karyanya yang terkenal ialah kitab al-
Muwattha’, sebuah kitab hadis yang berbentuk fikah ataupun kitab fikah berbentuk
hadis. Inilah kitab hadis dan fikah tertua yang pernah dijumpai.41
Walaupun dia tidak banyak memberi pandangan tentang ekonomi, terdapat
dua perkara penting yang mesti diperhatikan, iaitu :
Pertama, Imam Malik berpendapat pemimpin harus bertanggungjawab atas
kesejahteraan rakyat. Dia mengingatkan para pemimpin bagaimana Umar bin
Khattab, khalifah kedua, mengambil berat tentang keperluan rakyat dan mendesak
pemimpin sesudahnya melakukan perkara yang sama.

33
Muhammad Gharib Jaudah.2007.147 IlmuwanTerkemukadalamSejarah Islam. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar. Hal.280

26
Kedua, tentang al-maslahah al-mursalah. Maslahah sama dengan
kepentingan/ kebaikan/kegunaan/manfaat baik untuk individu mahu pun untuk
masyarakat. Mursalah pula bermakna bebas, tidak terbatas, tidak terikat. Merujuk
kepada asas syariah, Imam Malik dibimbing oleh maslahah untuk segala perkara
yang tidak termasuk dalam teks Al-Quran dan Sunnah.
Dengan menggunakan dua elemen di atas, secara jelas Imam Malik mengakui
hak dari pemerintahan Islam untuk memungut cukai apabila diperlukan seperti yang
disebutan secara khuss dalam syariah.

6. Abu Yusuf (113-182 H / 731-798 M)34


Abu Yusuf hidup pada masa pemerintahan khalifah Bani Umayyah, bermula
dari Khalifah Hisyam (105 H/724 M). Dialah ahli undang-undang pertama yang
secara eksklusif mengkaji makalah tentang polisi ekonomi. Bukunya ‘Kitabul
Kharaj’ diikuti oleh karya-karya yang sama yang ditulis oleh ahli undang-undang
yang lain di kemudian hari. Dia memberi penekanan pada tanggungjawab ekonomi
yang dipegang pemimpin terhadap pemenuhan keperluan rakyat, serta
pengembangannya, keadilan dan kesesuaian dalam pencukaian, dan kewajiban
pemimpin dalam menggunakan wang rakyat yang mana adalah suatu kepercayaan
(amanah) yang harus dipertanggungjawabkan untuk setiap pengeluaran yang
dilakukan. Ini adalah tema-tema yang sering diulang semula dalam semua tulisan
tentang perkara yang sama. Dia menentang keras kutipan cukai pertanian dan perkara
ini dirasakan lebih adil. Tindakan ini ialah untuk menghasilkan suatu pendapatan
yang lebih besar dan memudahkan perluasan kawasan yang diusahakan. Abu Yusuf
juga memberi cadangan-cadangan secara terperinci tentang cara-cara agar
pengeluaran mencapai sasaran pembangunan pada pembinaan jambatan, empangan
dan kerja-kerja saliran. Walaupun sumbangan utamanya terletak pada bidang
kewangan negara, Abu Yusuf membincangkan juga tentang polisi pengendalain

34
Muhammad Gharib Jaudah.2007.147 Ilmuwan Terkemuka dalam Sejarah Islam. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar. Hal.281

27
harga. Perbincangan ini membawanya ke perbahasan tentang bagaimana harga
ditentukan dan bentuk pengaruh dari berbagai jenis cukai yang berbeza.

7. Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibani (132-189 H / 750-804 M)35


Muhammad bin al-Hassan hidup pada masa pemerintahan Khalifah Bani
Umayyah, bermula dari Khalifah Marwan H. al-Himar (127-132 H / 744-750 M) atau
di akhir pemerintahan Bani Umayyah. Dia menulis makalah ringkas tentang
pendapatan yang bertajuk Kitab al-Iktisan fir Rizq al-Mustathab (Buku tentang
Pendapatan untuk Kehidupan yang Bersih). Dalam makalah pendek ini, dia
membicarakan tentang kepentingan suatu pendapatan untuk hidup, yang diperkuat
dengan suatu perbincangan tentang cara utama untuk melakukannya, iaitu melalui :
ijarah (sewa), tijarah (perdagangan), zira’ah (pertanian) dan sina’ah (industri).
Berbagai ketentuan syariah untuk melaksanakan kegiatan ini diperkenalkan. Penulis
juga menghuraikan perilaku penggunaan seorang Muslim yang baik, dan
menonjolkan kebahagiaan dalam memberi derma dan pada masa yang sama,
menunjukkan yang meminta-minta itu suatu tindakan yang tidak elok.
Kitab as-Asl dari Muhammad dan karya hukum lainnya merupakan bahan
standard untuk berbagai urusniaga termasuklah : salam (pesanan yang pembayaran
dibuat pada mulanya), syirkah (kerjasama usaha), mudharabah (berkongsi hasil) dan
lain-lain lagi. Bersama dengan Abu Yusuf, dia membentuk asas utama aliran utama
Hanafi dan hukum Islam, di mana makalah Muhammad lebih banyak berkaitan
dengan perilaku ekonomi Muslim sebagai individu. Manakala Abu Yusuf lebih
banyak memberikan saranan kepada pemimpin tentang polisi umum. Kedua-duanya
memberi kita gagasan yang lengkap tentang bagaimana kedua-dua pakar itu
mengimpikan suatu kehidupan ekonomi yang bercirikan Islam, baik secara individu
mahupun secara bermasyarakat. Tumpuan mereka berpusat pada pertimbangan suatu

35
Muhammad Gharib Jaudah.2007.147 IlmuwanTerkemukadalamSejarah Islam. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar. Hal.285

28
peranan yang aktif dari negara untuk menjamin agar semua keperluan dipenuh,
wujudnya keadilan di antara manusia dan juga pembangunan ekonomi.

2.3.2 Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia


Organisasi sosial keagamaan Islam di Indonesia terdapat 6. Yaitu,
Muhammadiyah, PERSIS, NU, Jah’atul Washliyah, Syarikat Islam, dan Jamiyatul
Khair wa Al-Irsyad. Para organisasi sosial ini memiliki caranya sendiri untuk
memajukan peradaban Islam. Berikut adalah strategi mereka:

1. Muhammadiyah36
Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi besar umat yang ada di Indonesia
sampai saat ini. Organisasi muhammadiyah merupakan organisasi sosial islam yang
berdiri pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H, di Yogyakarta atau pada tanggal 18
November 1912 M. Organisasi ini dipelopori oleh K.H Ahmad Dahlan atas saran
murid-muridnya dan beberapa orang anggota Budi Utomo untuk mendirikan lembaga
pendidikan yang bersifat permanen.
Didirikannya Muhammadiyah oleh K.H Ahmad Dahlan merupakan hasil
pengalamannya aktif di organisasi Bud Utomo, Jamiat Khair, dan Sarekat
Islam.beliau mengamati bahwa belum ada organisasi masyarakat pribumi yang
berorientai pada gerakan modernisme Islam.
Muhammadiyah melakukan langkah cerdik untuk mencari anggotanya dengan
membangun dan memberikan sumbangan dengan fasilitas umum seperti sekolah,
Rumah Sakit, panti asuhan dan sebagainya. Mungkin saja ada non-muslim yang
masuk Islim karena tindakan-tindakan mereka, hal itu menjadikan mereka sebagai
organisasi sosial yang memiliki banyak cabang dan anggotanya di Indonesia.

36
Khoirs , Jiddan. 2011. Organisasi Islam di Indonesia.
https://www.academia.edu/5402535/Organisasi_Islam diakses pada 18 Maret 2016 pukul 17.53 WIB

29
2. Persatuan Islam (PERSIS)
Persatuan Islam (PERSIS) merupakan salah satu organisasi islam yang tumbuh dan
berkembang di Indonesia. PERSIS didirikan di Bandung pada tanggal 17 September
1923 oleh seorang ulama asal Palembang, Kiai haji Zamzam (1894-1952).
Persis memilki cita-cita yang sama dengan Muhammadiyah, tetapi metode keduanya
berbeda. Muhammadiyah lebih condong pada pendekatan sosialis dengan
membangun sumbangan berupa bidang pendidikan, seperti sekolah, dan sebagainya.
Sedangkan PERSIS lebih kepada dakwah dan penyebaranagama langsung, seperti
media massa, media sosial dan sebagainya.
Selain itu, PERSIS mempunyai prinsip idealis dalam mengembangkan
organisasinya.Bidang akademik menjadi titik utama faktor perkrutan keanggotaan
PERSIS, maka tak heran jika PERSIS memiliki banyak pesantren.PERSIS memiliki
caranya sendiri dalam merekrut anggota. Apabila Muhammadiyah mencari anggota
secara giat, beda dengan PERSIS yang menyeleksi calon anggotanya terlebih dahulu
dan apabila dianggap layak, baru mereka dapat bergabung dengan PERSIS.

3. Nahdhatul ‘Ulama (NU)37


Nahdhatul ‘Ulama (Ar : Nahdhah al –‘Ulama = Kebangkitan Ulama). didirikan pada
tanggal 16 Rajab 1344 H. atau tanggal 26 Januari 1926 di Surabaya. Pendirinya
adalah KH Hasyim Asy’ari dan KH Abdul Wahab Hasbullah. Tujuan Nahdhatul
Ulama (NU) seperti tersebut dalam Anggaran Dasar Tahun 1926 (sebelum menjadi
partai politik) adalah perkumpulan sosial keagamaan yang mementingkan pendidikan
dan pengajaran agama islam.
Dalam ikut serta mempertinggi kecerdasan masyarakat Indonesia dan menggembleng
budi pekertinya, NU mendirikan sumbangan beberapa Madrasah ditiap-tiap cabang
yang sekarang sudah sangat meluas di Indonesia. Pada masa pemerintahan Belanda
dan penjajahan Jepang, NU tetap memajukan pesantren-pesantren, mengadakan

37
Khoirs , Jiddan. 2011. Organisasi Islam di Indonesia.
https://www.academia.edu/5402535/Organisasi_Islam diakses pada 18 Maret 2016 pukul 17.53 WIB

30
dakwah dan pengajian-pengajian dan lain-lainya.NU juga bergerak dalam bidang
lainnya seperti di bidang pendidikan, bidang sosial, bidang politik dan di bidang
ekonomi.
4. Jam’iyatul Washliyah
Islam tersebar luas di Indonesia, dan Pulau Sumatera juga merasakan penyebaran
Islam di Indonesia. Dan terbentuklah suatu organisasi sosial Islam di Sumatera
bernama Jam’iyatul Washliyah
Pendirian dan pertumbuhan awal Al-Washliyah lebih merupakan hasil upaya bersama
beberapa orang dengan peran dan keistimewaannya masing-masing. Seperti Yekh
Muhammad Yunus, Abdurrahman Syihab, Arsyad Talib Lubis, dan Udin
Syamsuddin. Yekh Muhammad Yuuns adalah pendiri al-Washliyah. Abdurrahman
Syihab sangat pintar dalam merekrut anggota, Arsyad Talib Lubis merupakan ulama
al-Washliyah, dan Udin Syamsuddin adalah administrator dan ahli manajamen.
Sebagai organisasi sosial keagamaan, mereka memajukan Islam di Indonesia dengan
membentuk Majelis Fatwa Al-Washliyah pada bulan Desember 1933, dengan 15
orang ulama dan pemuka Agama untuk memudahkan menjawab pertanyaan
masyarakat Islam mengenai berbagai persoalan. Selain itu, mereka juga membuat
sumbangan berupa madrasah, madrasah pendidikan untuk guru, sekolah umum dari
sd hingga sma, dan membuat Perguruan Tinggi juga.
5. Sarekat Islam38
Syarikat Islam didirikan di Solo pada tahun 1911, tiga tahun setelah berdirinya
organisasi Budi Utomo.Persaingan yang terjadi di nusantara, penjajahan baik dari
segi ekonomi maupun politik, menjadi latar belakang berdirinya organisasi ini. Pada
awalnya, organisasi ini bernama Syarikat Dagang Islam (SDI) di bawah pimpinan H.
Samanhudi yang kemudian berganti nama menjadi Syarikat Islam (SI) dipimpin oleh
HOS. Cokroaminoto.

38
Khoirs , Jiddan. 2011. Organisasi Islam di Indonesia.
https://www.academia.edu/5402535/Organisasi_Islam diakses pada 18 Maret 2016 pukul 17.53 WIB

31
Tujuan Organisasi pada Rencana Anggaran Biaya ialah untuk mengembangkan jiwa
berdagang, memberi bantuan kepada anggota-anggota yang menderita kesukaran,
memajukan pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya derajat Bumiputra dan
menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang Islam. Kalau pada mulanya
organisasi ini banyak berwujud perdagangan dan tidak berisikan muatan politik, maka
selanjutnya atas usaha yang dilakukan oleh Cokroaminoto, telah menjadikan
Syarikat Islam sebagai satu partai politik yang besar dan berpengaruh, dan menjadi
Partai Politik tertua di Indonesia dan masih ada hinga sekarang
6. Jam’iyatul khair wa Al-Irsyad39
Jamiyatul Khair adalah salah satu perkumpulan kaum muslim yang terdiri dari
pribumi dan orang Arab didirikan di Jakarta pada tanggal 17 Juli 1905. Organisasi
Jamiatul Khair ini terbuka untuk semua golongan masyarakat muslim tanpa
diskriminasi asal keturunan, namun mayoritas anggota-anggotanya adalah orang-
orang Arab. pemimpin-pemimpin mereka pada umumnya adalah orang-orang yang
berkecukupan, demikian juga para anggotanya.
Organisasi ini memiliki tujuan dibidang pendidikan.Alasan utamanya ialah adanya
keterbatasan sarana pendidikan dan kekurang sesuaian fasilitas pendidikan.Disatu
sisi, masyarakat Arab kurang suka jika anak-anak mereka mengikuti pendidikan
disekolah Belanda. Disisi lain, mereka menganggap sekolah pribumi pada saati itu
kurang bermutu. Karena itu sekolah dasar Jamiat Khair ini didirikan menggunakan
sistem pendidikan modern, seperti adanya kurikulum, mata pelajaran umum
(disamping mata pelajaran agama), kelas-kelas yang sudah terorganisasi, pengajaran
bahasa Inggris, dan bahkan bahasa pengantarnya adalah bahasa melayu.
Pada tahun 1914, anggota Jam’iyatul Khair banyak yang memutuskan untuk
membuat aliran baru yang disebut al-Irsyad.Organisasi Al-Irsyad menjuruskan
perhatian pada bidang pendidikan, terutama masyarakat Arab.namun demikian tidak
sedikit orang Indonesia keturunan Arab yang menjadi anggotanya. Dalam waktu 4

39
Khoirs , Jiddan. 2011. Organisasi Islam di Indonesia.
https://www.academia.edu/5402535/Organisasi_Islam diakses pada 18 Maret 2016 pukul 17.53 WIB

32
tahun, Al-Irsyad memberi sumbangan kepada Islam yaitu ia memiliki lembaga
pendidikan yang banyak dan dapat menyaingi Jamiyatul Khair.Pendirian cabang dan
madrasah semakin banyak di Jawa.Pada tahun 1917, berdiri dua cabang di Surabaya
dan Tegal.Tahun 1918-1919 tiga cabang, masingmasing di Pekalongan, Cirebon dan
Bumiayu.Kemudian cabang Bondowoso berdiri tahun 1923, cabang Banyuwangi
tahun 1927, dan cabang Bogor pada tahun 1928.

2.3.3 Strategi Organisasi Politik Islam dalam Memajukan Peradaban Islam


Di Indonesia, terdapatbanyaksekalipartaipolitik Islam. Misalnyaseperti PBB,
PPP, SI, PKS, dan lain-lain.Meskipun mereka memiliki visi dan misi yang berbeda,
tapi secara umum, mereka memiliki strategi-strategi yang sam auntuk memajukan
peradaban Islam di Indonesia. Berikut adalah strategi-strategi mereka menurutRidho
Al-Hamdi40

1. Berpedoman pada nilai-nilai universal Al-Quran dan As-Sunnah


Segala sesuatu tidak boleh bertentangan dengan sumber ajaran utama Islam
yaitu kitab suci Al-Quran dan As-Sunnah Nabi Muhammad SAW.Kedua
sumber ajaran Islam tersebut memuat nilai-nilai universal yang mencakup
segala kehidupan manusia di muka bumi ini. Karena itu, partai Islam
mendasarkan segala aktivitas kepartaian pada nilai-nilai universal kedua
sumber ajaran Islam tersebut
2. Musyawarah
Setiap keputusan-keputusan organisasi harus melalui koordinasi dan
komunikasi setiap pengurus yang memiliki wewenang. Dengan prosis
koordinasi tersebut, partai akan mendapatkan banyak pertimbangan dari
beragam pihak sehingga melahirkan keputusan yang bijak dan tidak terkesan

40
Ridho Al-Hamdi. 2013. Partai Politik Indonesia Teori dan Praktik di Indonesia. Yogyakarta:
GrahaIlmu. Hal 9-10

33
terburu-buru. Selain itu, musyawarah juga mengindikasikan anti-
otoritarianisme dan anti-kediktatorian
3. Berlaku Adil
Setiap ketua dan anggota memiliki hak yang sama sesuai dengan aturan yang
berlaku. Karena itu, partai harus membuat keputusan yang adil untuk sebuah
keputusan yang tidak akan merugikan satu pihak atau beberapa pihak.
Artinya, meskipun pada akhirnya sebuah keputusan tersebut akan merugikan
pihak yang lain, tetapi keputusan tersebut sudah sesuai aturan dan berpihak
pada mereka yang tertindas.
4. Menghargai perbedaan dan bukan perpecahan41
Perbedaan itu adalah hal yang lazim, karena setiap individu pasti memiliki
perbedaan. Perbedaan adalah fitrah setiap manusia dan merupakan anugrah
dari Yang Maha Kuasa. Dengan perbedaan pula kehidupan menjadi indah dan
beragam. Perbedaan itu harus dikelola dengan baik agar tidak terjadi
perpecahan.Perbedaan harus diatur dengan rapi agar terciptanya perpaduan
yang saling mengait satusama lain dan bukan perpecahan yang berdampak
pada perang. Islam tidak mengajarkan perpecahan karena dapat berdampak
pada rusaknya iman danmoral umat manusia.

41
Ridho Al-Hamdi. 2013. Partai Politik Indonesia Teori dan Praktik di Indonesia. Yogyakarta:
GrahaIlmu. Hal 9-10

34
BAB III

PENUTUP

7.1 Kesimpulan
Dalam memajukan peradaban Islam yang maju kita harus dapat
menganalisa kekuatan dan kelemahan kita sebagai Umat Islam sehingga
kita bisa memaksimalkan kemampuan serta mengatasi kelemahan yang
kita miliki. Serta perlu ada peran dari berbagai lapisan masyarakat untuk
membawa Islam lebih maju dari sekarang dari mulai dari civitas
academia, ilmuwan, pemerintah, organisasi sosial keagamaan serta partai
politik.

7.2 Kritik dan Saran


Makalah yang kami buat walau kami sudah mengerjakannya secara
maksimal namun tidak akan luput dari kesalahan. Maka diharapkan para
pembaca memberi koreksi serta kritik yang bersifat membangun agar kami
menjadi lebih baik lagi.

35
DAFTAR PUSTAKA

Al-Hamdi, Ridho. 2013. Partai Politik Indonesia Teori dan Praktik di Indonesia.
Yogyakarta: Graha Ilmu

Altaf Gauhar. 1988. Tantangan Islam. Bandung: Pustaka

Anshari, Endang Syaifuddin. 2013. Wawasan Islam: Pokok-Pokok Pikiran Tentang


Paradigma Islam, Jakarta: Mizan

Danaeefard, Hassan dan Tayebeh Abbasi. 2011. Globalization and Global Innovation
http://cdn.intechopen.com/pdfs/17417/InTech5 diakses pada tanggal 18 Maret
2016 pukul 19.50

Gulen, Muhammad Fethullah. 2013. Membangun Peradaban Kita. Jakarta: Mizan

H. Tapper, The Potential Risks of the Local in the Global Information Society,
Journal of Social Philosophy, 31 April 2000, hlm. 524-434

Jaudah, Muhammad Gharib. 2007. Ilmuwan Terkemuka dalam Sejarah Islam.


Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

Khadhar, Lathifah Ibrahim. 2005. Ketika Barat Memfitnah Islam. Jakarta: Gema
Insani

Kurniawan, Andy. 2012. Menyatukan dan Memajukan Islam Dengan Dua Kalimat.
Jakarta: Mizan

Madjid, Nurcholish. 2008. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan. Bandung: Mizan

Madjid, Nurcholish. 1996. Tradisi Islam. Bandung: Paramadina

Miftah, Faridh. 2014. Lantera Ukhuwah. Jakarta: Mizania

Rakhmat, Djalaludin. 2011. Psikologi Komunikasi. Surabaya: Paramadina

36
Rasyid, Daud. 2000. Islam Dalam Berbagai Dimensi. Jakarta: Gema Insani Press

Said Hawwa.2003. Ar Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Jakarta: Daarus Salam

Salleh, Sakinnah. 2011Islam, Iman, dan Ihsan. Malaysia: PTS Millenia SDN.BHD

Sardar, Ziauddin. 1991. Rekayasa Masa depan – Peradaban Islam, Jakarta: Mizan

Subiakto, Henry dan Rachmah Ida. 2012. Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi.
Jakarta: Kencana

West, Richard dan Lynn H. Turner. 2007. Introducing Communication Theory, Third
Edition. New York: The McGraw Hill

37
38

Anda mungkin juga menyukai