Anda di halaman 1dari 30

ANALISIS KONTRAK MUDHARABAH

Tugas ini Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Hukum Kontrak Bisnis Syariah

Dosen Pengampu:

Moch. Bukhori Muslim, M.A.

Disusun Oleh:

Kelompok 9

Kristi Asrianti 11160490000027

Muhammad Zaki Ghifari 11160490000031

Tia Damaiyanti 11160490000050

M. Nabil Hafizhurrahman 11160490000067

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada penyusun sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Kontrak Mudharabah” yang
merupakan salah satu tugas mata kuliah Hukum Kontrak Bisnis Syariah.

Dalam menyelesaikan makalah ini, penyusun telah banyak mendapat


bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun berterima
kasih kepada Moch. Bukhori Muslim, M.A. selaku dosen mata kuliah Hukum
Kontrak Bisnis Syariah yang telah memberikan penyusun tugas mengenai
makalah ini sehingga pengetahuan penyusun dalam penulisan makalah semakin
bertambah dan hal itu sangat bermanfaat bagi penyusun di kemudian hari.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, namun demikian telah memberikan manfaat bagi penyusun. Akhir
kata penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan
saran yang bersifat membangun akan penyusun terima dengan senang hati.

Ciputat, 06 Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 3

A. Latar Belakang .......................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3

C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 5

A. Kontrak Mudharabah ................................................................................. 5

B. Analisis Kontrak Mudharabah disesuaikan dengan Anatomi Kontrak ........ 1

C. Analisis Kontrak Mudharabah disesuaikan dengan Fatwa DSN No.


07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh) ................... 8

BAB III KESIMPULAN .................................................................................... 13

A. Kesimpulan ............................................................................................. 13

B. Saran ....................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14

ii
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Baitul Maal Wat


Tamwil Bina Ummat Sejahter (BMT Bina Ummat Sejahtera) melakukan
perjanjian pembiayaan mudharabah kepada nasabah Bejo Lasono yang bertempat
tinggal di Kabupaten Grobogan. BMT Bina Ummat memberikan pembiayaan
mudharabah kepada Bejo Lasono sejumlah lima juta diperuntukan pengembangan
usaha. Kontrak tersebut dibuat berdasarkan prinsip-prinsip syariah di dalamnya.
Kesesuaian prinsip syariah dengan kesepakatan kontrak di atas merujuk kepada
Fatwa DSN MUI No. 7 Tahun 2000 tentang Pembiayaan Mudaharabah (Qiradh).
Hubungan antara kontrak dengan Fatwa DSN MUI tentang Pembiayaan
Mudaharabah haruslah sesuai. Namun pembahasan tentang kontrak di atas
terhadap Fatwa DSN MUI belum diteliti secara mendalam dalam perspektif
hukum kontrak bisnis dan kesesuaiannya terhadap Fatwa DSN MUI.

Berdasarkan penjabaran latar belakang masalah di atas, maka dari itu kami
membuat makalah yang berjudul “Analisis Kontrak Mudharabah dalam Perspektif
Hukum Kontrak Bisnis dan Fatwa DSN MUI”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas. Adapun yang menjadi


rumusan masalah kami dalam makalah ini yaitu:

1. Bagaimana kesesuaian kontrak tersebut dengan anatomi kontrak dalam


hukum kontrak bisnis?
2. Bagaimana kesesuaian kontrak tersebut dengan Fatwa DSN MUI no 7
Tahun 2000?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas. Adapun yang menjadi tujuan
penulisan kami yaitu sebagai berikut:

3
1. Untuk menganalisis bentuk anatomi kontrak pembiayaan mudharabah
BMT Bina Ummat Sejahtera terhadap nasabah Bejo Lasono.
2. Unruk menganalisis kesesuaian kontrak terhadap Fatwa DSN MUI No.
07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Mudharabah.

4
BAB II PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

A. Kontrak Mudharabah

KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH

BAITUL MAAL WAT TAMWIL BINA UMMAT SEJAHTERA

CABANG WOLO
Nomor : 13801/BH/KWK.11/III/1998 Tgl : 31 Maret 1998

PAD Nomor : 216/PAD/M.KUKM.2/XII/2015

Tgl : 15 Desember 2015

Jl. Anggrek Raya No.18 Ds.Wolo Kec.Penawangan, e-mail:


bmt_bus@yahoo.com

==========================================================

Bismillahirrahmanirrahim

Akad Pembiayaan Mudharabah (Kerjasama Bagi Hasil)

Nomor : P. 4994 / BMTBUS / VII / 2016

”Asyhadu Anlaa Ilaaha Illa Allah, Wa asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah”


“Hai orang – orang beriman, janganlah kamu makan harta sesama kamu dengan
jalan bathil, kecuali melalui perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka
diantara kamu ” (QS. An Nisa’ (4) ; 29)

“… Dan Allah telah menghalalkan jual – beli dan mengharamkan riba” (QS. Al
Baqoroh (2) : 275)

“ Hai orang yang beriman ! Penuhilah akad-akad itu …” ( QS. Al Maidah (5) :
1).

Pada Hari ini Sabtu , tanggal 23 bulan Juli Tahun 2016 Kami yang bertanda

5
tangan di bawah ini :
1. Nama : JOKO SANTOSO
2. Jabatan : Plt. Manager Cabang
3. Alamat : Jln. Anggrek Raya No.18, Ds.Wolo, Kec. Penawangan

Bertindak untuk dan atas nama KSPS BMT BUS berdasarkan Surat Kuasa
Pengurus Nomor : SK. NO. 884 / KSPS BMT / BUS / KP-PP / A / IX / 2015
tanggal 01 September 2015 Untuk selanjutnya disebut “ Pihak Pertama ” atau
Shohibul maal ( Pemberi Pembiayaan ).

1. Nama : BEJO LASONO

2. Tempat/tgl lahir : Grobogan, 24 Maret 1980

3. Nomor KTP/SIM : 33.1503.240380.0001

4. Alamat : Ds.Wolo Rt.05/Rw.02, Kec. Penawangan, Kab. Grobogan

Dalam melakukan perbuatan hukum disetujui oleh Istri :

1. Nama : SARI FATLINA

2. Tempat/tgl lahir : Kendal, 20 Oktober 1993

3. Nomor KTP/SIM : 33.2408.601093.0003

4. Alamat : Ds.Wolo Rt.05/Rw.02 Kec. Penawangan Kab. Grobogan

Dalam hal ini bertindak dan atas nama pribadi / diri sendiri, yang selanjutnya
disebut “ Pihak Kedua” atau Mudharib ( Pelaku usaha ).
Para pihak terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Bahwa dalam rangka menjalankan dan memperluas kegiatan usahanya, Pihak
Kedua memerlukan sejumlah dana, untuk memenuhi kebutuhan tersebut
Pihak Kedua telah mengajukan permohonan kepada Pihak Pertama untuk
menyediakan pembiayaannya, yang dari pendapatan / keuntungan usaha
tersebut akan dibagi antara Pihak Kedua dan Pihak Pertama.
2. Bahwa terhadap permohonan Pihak Kedua tersebut, Pihak Pertama telah
menyatakan persetujuannya, baik terhadap kegiatan usaha yang akan
dijalankan Pihak Kedua maupun terhadap pembagian pendapatan/keuntungan

6
yang disepakati.
3. Kedua belah pihak telah sepakat untuk bekerja sama dalam usaha tersebut,
dimana Pihak Pertama memberikan modal pembiayaan sebesar Rp.
5.000.000,-
4. Dalam hal satu atau lebih ketentuan yang dimuat dalam akad ini tidak berlaku
dan / atau tidak sah dan / atau tidak boleh dilaksanakan dalam hal apapun
berdasarkan hukum yang berlaku, maka ketentuan-ketentuan lain dalam akad
ini dan / atau akad sebelumnya, tetap berlaku sah dan boleh dilaksanakan dan
tidak ada yang dikecualikan.
Dengan ini para pihak menyatakan setuju dan sepakat mengikatkan diri untuk
melakukan akad Pembiayaan Mudlarabah, selanjutnya disebut “Perjanjian”
dengan syarat-syarat dan kondisi, serta ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

PEMBIAYAAN MUDHARABAH

PASAL 1

DEFINISI
1. “Mudharabah” adalah akad atau sistem kerja sama dimana seseorang
menyerahkan hartanya kepada pihak lain untuk dikelola dengan ketentuan
bahwa keuntungan yang diperoleh dibagi antara kedua pihak sesuai nisbah
yang disepakati, sedangkan kerugian ditanggung pemilik modal sepanjang
tidak ada kelalaian dari pihak pengelola.
2. “Pembiayaan” adalah penyediaan sejumlah dana oleh Pihak Pertama untuk
dikelola Pihak Kedua dengan jangka waktu tertentu sesuai dengan syarat-
syarat, kondisi dan ketentuan, serta nisbah yang disepakati oleh dan antara
Pihak Pertama dan Pihak kedua.
3. “Syari’ah” adalah Hukum Islam yang bersumber dari Al-Quran dan As-
sunnah dan mengatur segla hal yang mencakup bidang ibadah mahdloh dan
ibadah Muamalah.
4. “Nisbah Bagi Hasil “ adalah bagian dari hasil pendapatan / keuntungan yang
menjadi hak Pihak Kedua dan Pihak Pertama yang ditetapkan berdasarkan
kesepakatan antara Pihak Kedua dan Pihak pertama.
5. “Dokumen Agunan” adalah segala macam dan bentuk surat bukti tentang

7
kepemilikan atau hak-hak lainnya atas barang yang dijadikan jaminan dan
akta pengikatannya guna menjamin terlaksananya kewajiban Pihak Kedua
terhadap Pihak Pertama berdasarkan perjanjian ini
6. “Masa ( Jangka Waktu ) Penggunaan Modal” adalah masa berlakunya
perjanjian ini sesuai dengan yang ditentukan dalam Pasal 2 Perjanjian ini.
7. “Hari Kerja Pihak Pertama” adalah Hari Kerja Pihak Pertama Indonesia
8. “Pendapatan” adalah seluruh penerimaan yang diperoleh dari hasil usaha
yang dijalankan nasabah dengan menggunakan modal yang disediakan Pihak
Pertama sesuai dengan Perjanjian ini.
9. “Keuntungan” adalah pendapatan sebagaimana yang dimaksud di atas
dikurangi biaya-biaya sebelum dipotong pajak.
10. “Pembukuan pembiayaan” adalah pembukuan atas nama Pihak Kedua pada
Pihak Pertama yang khusus mencatat seluruh transaksi Pihak Kedua
sehubungan dengan Pembiayaan, yang merupakan bukti sah dan mengikat
Pihak Kedua atas segala kewajiban pembayaran, sepanjang tidak dapat
dibuktikan sebaliknya dengan cara yang sah menurut hukum.
11. “Cidera Janji” adalah peristiwa-peristiwa sebgaimana yang tercantum dalam
pasal 8 Perjanjian ini yang menyebabkan Pihak Pertama dapat menghentikan
seluruh atau sebagian pembiayaan, dan menagih dengan seketika dan
sekaligus jumlah kewajiban Pihak Kedua kepada Pihak Pertama sebelum
Jangka Waktu Perjanjian ini.

PEMBIAYAAN DAN JANGKA WAKTU PENGGUNAANNYA

PASAL 2

1. Pihak Pertama dengan ini mengikatkan diri untuk menyediakan fasilitas


Pembiayaan kepada Pihak Kedua sejumlah Rp. 5.000.000,- secara kontan /
bertahap sesuai dengan permintaan Pihak Kedua yang semata-mata akan
dipergunakan untuk pengembangan usaha yang disetujui Pihak Pertama yang
dilampirkan pada dan karenanya merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan dari perjanjian ini.
a. Pembiayaan diberikan : Rp 5.000.000,-
b. Asumsi Keuntungan rata-rata perbulan Pihak II : Rp 2.000.000,-

8
c. Asumsi Bagi Hasil rata-rata
yang diperoleh perbulan pihak I : Rp 150.000,-
d. Nisbah Bagi Hasil : Pihak I : 30% Pihak II : 70%
e. Cara Pembayaran : Jatuh Tempo
f. Jangka waktu : 6 Bulan
g. Tanggal Setoran pertama : 23 Agustus 2016
h. Tanggal Setoran terakhir : 23 Januari 2017
i. Titipan pokok : Rp 5.000.000,-
j. Setoran Bagi Hasil : Rp. 150.000,-
k. Cadangan Resiko : Rp. 0,- +
Total Setoran : Rp. 5.150.000,-

Perjanjian Pembiayaan ini kedua belah pihak sepakat diadakan dalam waktu 6
bulan sejak tanggal penanda tanganan Perjanjian ini, dan jatuh tempo pada tanggal
23 Januari 2017.
2. Berakhirnya jangka waktu pembiayaan / jatuh tempo tidak dengan sendirinya,
pembiayaan berakhir apabila Pihak Kedua sudah melunasi kewajiban dan /
atau kewajiban-kewajibannya.
3. Biaya yang timbul dari akad pembiayan Mudlarabah ini meliputi :
a. Biaya administrasi 2 % dari total pembiayaan :Rp. 100.000,-
b. Simpanan Pokok : Rp 10.000,-
c. Simpanan Wajib : Rp 3.000,-
d. Simpanan Lain-Lain : Rp 50.000,-
e. Biaya Notaris : Rp 20.000,-
f. Dana Tabarru’ : Rp 18.000,-
g. Materai : Rp 7.000.-+
Jumlah Total : Rp 208.000

PENCAIRAN PEMBIAYAAN

PASAL 3

Pihak Pertama dengan ini mengikatkan diri untuk mengizinkan Pihak Kedua
melakukan pencairan dana pembiayaan, untuk dikelola dan dipergunakan sebagai

9
modal kerja Pihak Kedua. Setelah Pihak Kedua memenuhi seluruh prasyarat.

NISBAH DAN BAGI HASIL

PASAL 4

1. Pihak Kedua dan Pihak Pertama sepakat, dan dengan ini mengikatkan diri
satu terhadap yang lain, bahwa nisbah Bagi Hasil adalah :
a. 70 % dari pendapatan (revenue) untuk Pihak Pertama.
b. 30 % dari pendapatan (revenue) untuk Pihak Kedua. Nisbah tersebut
berdasarkan Pendapatan Pembiayaan Anggota.
2. Bahwa Pelaksanaan Bagi Hasil akan dilakukan pada tiap-tiap tanggal 23 dan /
atau pada tanggal pencairan pembiayaan bulan berikutnya setiap bulan
sampai jangka waktu pembiayaan berakhir.

3. Kedua belah pihak setuju dan sepakat bahwa setiap terjadi keterlambatan
pembayaran Bagi Hasil yang menjadi hak Pihak pertama, maka Bagi hasil
tersebut akan diakumulasikan oleh Pihak pertama sebagai bagian dan satu
kesatuan kewajiban pihak Kedua kepada Pihak Pertama yang tidak
terpisahkan satu dengan lainnya.

4. Dalam hal Pihak Kedua terlambat membayar atas bagi hasil yang menjadi
hak Pihak pertama berdasarkan nisbah yang telah disepakati, maka pihak
kedua sepakat untuk dikenakan Ta’zir ( denda ) sebesar
Rp.……………………… Per …………………… dan akan
diperhitungkan sebagai satu kesatuan kewajiban Pihak Kedua yang tidak bisa
dipisahkan satu dengan lainnya.

PEMBAYARAN KEMBALI

PASAL 5

1. Pihak Kedua dengan ini mengikatkan diri untuk mengembalikan kepada


Pihak Pertama, seluruh jumlah pembiayaan pokok dan bagian pendapatan /
keuntungan yang menjadi hak Pihak Pertama sesuai dengan nisbah
sebagaimana ditetapkan pada pasal 4 perjanjian ini, menurut jadwal
pembayaran sebagaimana ditetapkan pada lampiran yang dilekatkan pada dan
karenanya menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan dari perjanjian ini.

10
2. Setiap pembayaran kembali oleh Pihak Kedua kepada Pihak Pertama atas
pembiayaan yang diberikan oleh Pihak Pertama dilakukan di kantor Pihak
Pertama atau di tempat lain yang ditunjuk Pihak Pertama.
3. Apabila Pihak Kedua meninggal dunia dan di dalam pembayaran kewajiban (
pembayaran pokok dan bagi hasil ) termasuk kolektibilitas satu ( lancar )
maka sisa kewajiban akan dilunaskan oleh Pihak Pertama.
4. Jika Pihak Kedua meninggal dunia dalam mengembalikan pokok dan bagi
hasil tidak lancar, maka kewajiban yang belum terbayar tetap menjadi
kewajiban Pihak Kedua ( ahli waris ).
5. Manakala Pihak Kedua meninggal dunia dengan tidak wajar ( bunuh diri ),
maka sisa kewajiban Pihak Kedua tetap menjadi tanggungan Pihak Kedua (
ahli waris ).

AGUNAN

PASAL 6

Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari akad mudharabah ini, maka Pihak
Kedua sanggup menyerahkan jaminan kepada Pihak Pertama berupa :
1. Bpkb Kendaraan Roda 2 dengan ciri – cirri sebagai berikut :
a. Merek Kendaraan : HONDA
b. Tahun Pembuatan : 2015
c. Warna Kendaraan : HITAM
d. Nomor Rangka : MH1JFR111FK041386
e. Nomor BPKB : No.:L 13325795
f. Nomor Mesin : JFR1E – 1041725
g. Nomor Polisi : K - 2017 – AP
h. Bahan Bakar : BENSIN
i. Nama Pemilik sesuai BPKB : PUJI UTOMO
j. Alamat : Ds.Krajan Rt.02/Rw.02 Kel.
Candisari Kec. Purwodadi

Menurut keterangan Pihak Kedua ( mudharib ) barang jaminan tersebut adalah


hak miliknya sendiri secara sah atas nama pribadi atau miliknya sendiri secara
sah atas nama orang lain tapi belum dibalik nama.

11
PENGAKUAN PIHAK KEDUA

PASAL 7

Pihak Kedua menjamin dan menyatakan mengaku kepada Pihak Pertama,


sebagaimana Pihak Pertama, Pihak Pertama menerima agunan dan pengakuan
Pihak Kedua tersebut, bahwa pihak Kedua berhak dan berwenang menjalankan
usahanya, memiliki kewenangan untuk menanda tangani akad ini dan seluruh
dokumen yang bersangkutan sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam
akad ini.
Selama berlangsungnya akad ini Pihak Kedua akan menjaga semua perizinan,
lisensi, persetujuan dan sertifikat yang harus dimiliki untuk melaksanakan
usahanya.

CIDERA JANJI

PASAL 8

Menyimpang dari ketentuan Perjanjian ini, Pihak Pertama berhak menuntut /


menagih pembayaran dari Pihak Kedua dan / atau siapapun yang juga yang
memperoleh hak darinya, atas sebagian atau seluruh jumlah kewajiban Pihak
Kedua kepada Pihak Pertama berdasarkan perjanjian ini, untuk dibayar secara
lunas seketika dan sekaligus, tanpa diperlukan adanya surat pemberi tahuan, surat
teguran atau surat lainnya, apabila terjadi salah satu hal atau peristiwa tersebut di
bawah ini.
1. Pihak Kedua tidak melaksanakan pembayaran atas kewajibannya kepada
Pihak Pertama sesuai dengan waktu yang ditetapkan dalam PASAL 2.
2. Dokumen, surat-surat bukti kepemilikan atau hak lainnya atas barang- barang
yang dijadikan jaminan, dan / atau pernyataan pengakuan sebagaimana
tersebut pada PASAL 8 akad ini ternyata palsu, atau tidak benar isinya, dan /
atau Pihak Kedua melakuakan perbuatan yang melanggar atau bertentangan
dengan salah satu hal yang ditentukan dalam PASAL dalam Akad ini.
3. Sebagian atau seluruh harta kekayaan Pihak Kedua disita oleh Pengadilan
atau pihak yang berwajib

12
PELANGGARAN

PASAL 9

Pihak Kedua dianggap telah melanggar syarat-syarat Perjanjian ini bila terbukti
Pihak Kedua meakukan salah satu dari perbuatan-perbuatan atau lebih sebagai
berikut :

1. Menggunakan pembiayaan yang diberikan Pihak Pertama di luar tujuan atau


rencana kerja yang telah mendapatkan persetujuan tertulis dari Pihak
Pertama.

2. Melakukan pengalihan usahanya dengan cara apapun, termasuk dan tidak


terbatas pada melakukan penggabungan, konsolidasi dan / atau akuisisi
dengan pihak lain.

3. Menolak dan / atau menghalang-halangi Pihak Pertama dalam melakukan


pengawasan dan / atau pemeriksaan uasaha yang dilakukan Pihak Kedua.

PENYELESAIAN PERSELISIHAN

PASAL 10

1. Dalam hal terjadi perbedaan pendapat atau penafsiran atas hal-hal yang
tercantum di dalam surat perjanjian ini atau terjadi perselisihan atau sengketa
dalam pelaksanaannya, maka para pihak sepakat untuk menyelesaikannya
secara musyawarah untuk mufakat, mediasi, abitrase syari’ah, dan Pengadilan
Agama.
2. Mengenai akad kerjasama dengan segala akibatnya dan pelaksanaannya, para
pihak sepakat memilih tempat kediaman hukumnya yang tetap dan tidak
berubah di Kantor Pengadilan Agama Kab. Grobogan / Kota Purwodadi.

PENJUALAN ATAU PELELANGAN OBYEK JAMINAN

PASAL 11

Pihak Pertama berhak menjual / melelangkan obyek agunan atas akad pembiayaan
Mudlarabah ini secara bersama-sama atau sendiri-sendiri melalui pelelangan
umum dihadapan pejabat yang berwenang atau di bawah tangan, apabila pihak
kedua setelah jatuh tempo tidak memenuhi kewajiban-kewajiban sebagaimana

13
telah disepakati pada pasal 2.

PASAL 12

Hasil penjualan / pelelangan baik dihadapan pejabat yang berwenang maupun di


bawah tangan tersebut, setelah dipotong dengan besarnya sisa angsuran
pembiayaan mudlarabah ditambah bagi hasil yang harus dibayar dan biaya-biaya
lain yang timbul dari penjualan / pelelangan ini, maka apabila masih ada sisa, sisa
tersebut diberikan dan diserahkan pada Pihak Kedua / penerima pembiayaan.

PASAL 13

Apabila hasil pelelangan masih belum mencukupi sisa tanggungan yang belum
terbayar Pihak Kedua, maka Pihak Pertama berhak melakukan proses hukum
seperti yang tertuang dalam pasal 1131 KUH Perdata ( Segala kebendaan si
berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada
maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala
perikatannya perseorangan ) dengan kesepakatan kedua belah pihak.

KETENTUAN-KETENTUAN

PASAL 14

1. Kuasa-kuasa yang diberikan oleh Pihak Kedua ( mudlorib / penerima


pembiayaan ) kepada Pihak Pertama ( shohibul mal ) sehubungan pemberian
pembiayaan ini diberikan dengan hak SUBTITUSI sehingga tidak dapat
ditarik kembali / diakhiri baik oleh ketentuan undang-undang yang
mengakhiri memberi kuasa sebagaimana ditentukan dalam pasal 1813 KUHP
Perdata maupun oleh sebab apapun juga, dan kuasa tersebut merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pemberian pembiayaan ini, tanpa
adanya kuasa-kuasa tersebut akad pembiayaan ini tidak akan dibuat.

2. Segala sesuatu yang belum diatur dalam akad pembiayaan mudlarabah ini
akan diatur dalam surat-surat dan atau kertas-kertas lain yang merupakan
kajian yang melekat dan dilampirkan pada serta tidak dapat dipisahkan dari
akad pembiayaan mudlarabah ini, mulai berlaku sejak ditandatangani oleh
kedua belah pihak.

14
3. Pihak kedua tidak berkeberatan jika pembiayaan ini dipakai untuk cassi untuk
Pihak Pertama atas pembiayaan pihak pertama kepada pihak ketiga.

Ditandatangani: Wolo

Hari: Sabtu

Tanggal: 23 Juli 2016

Pihak Kedua Pihak Pertama

BEJO LASONO SARI FATLINA JOKO SANTOSO

Mudharib Istri Shohibul Maal

SAKSI-SAKSI

JUHAENAH MUSONEP

Kasir Korlap

15
B. Analisis Kontrak Mudharabah disesuaikan dengan Anatomi Kontrak1

1. Bagian pendahuluan
a. Sub Bagian Pembuka:
- Nama kontrak: Akad Pembiayaan Mudharabah”
- Tanggal kontrak dibuat dan ditandatangani: 23 Juli 2016
- Tempat dibuatnya kontrak: Jln. Anggrek Raya No.18 Ds.Wolo Kec.
Penawangan
b. Sub Bagian Pendahuluan

Para pihak dalam kontrak tersebut disebutkan secara jelas yaitu :

I. Nama : Joko Santoso


Jabatan : Plt. Manager Cabang
Alamat : Jln. Anggrek Raya No. 18 Ds. Wolo Kecamatan
Penawangan
Disebut PIHAK PERTAMA atau Shohibul Maal (Pemberi Pembiayaan)
II. Nama : Bejo Lasono
Tempat/Tgl Lahir : Grobogan, 24 Maret 1980
Nomor KTP/SIM : 33.1503.240380.0001
Alamat : Ds.Wolo Rt.05/Rw.02 Kec. Penawangan Kab.
Grobogan

Yang mana dalam melakukan perbuatan hukumdisetujui oleh istri :


III. Nama : Sari Fatlina

Tempat/Tgl Lahir : Kendal, 20 Oktober 1993

Nomor KTP/SIM : 33.2408.601093.0003

Alamat : Ds.Wolo Rt.05/Rw.02 Kec. Penawangan, Kab. Grobogan

Disebut PIHAK KEDUA atau Mudharib ( Pelakuusaha )

c. Sub Bagian Penjelasan

1
Salim, Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika: 2004), hal.
127-128

1
Dalam kontrak diberikan penjelasan maksud dan tujuan dari para pihak membuat
kontrak, yaitu “Bahwa dalam rangka menjalankan dan memperluas kegiatan
usahanya, Pihak Kedua memerlukan sejumlah dana, untuk memenuhi kebutuhan
tersebut Pihak Kedua telah mengajukan permohonan kepada Pihak Pertama
untuk menyediakan pembiayaannya, yang dari pendapatan / keuntungan usaha
tersebut akan dibagi antara Pihak Kedua dan Pihak Pertama.”

2. Bagian isi
a. Klausul Definisi

Anatomi kontrak berdasarkan klausul definisi memuat pengertian terhadap


berbagai macam istilah yang perlu disampaikan dalam kontrak agar jelas dalam
pemberian istilah tertentu. Dalam kontrak ini, termuat definisi yang terjabarkan
pengertiannya yaitu: Mudharabah, Pembiayaan, Syari’ah, Nisbah Bagi Hasil,
Dokumen Agunan, Masa ( Jangka Waktu ), Penggunaan Modal, Hari Kerja Pihak
Pertama, Pendapatan, Keuntungan, Pembukuan pembiayaan, dan Cidera Janji.
Definisi-definisi tersebut termuat dalam Pasal 1 kontrak pembiayaan mudharabah
di atas.

b. Klausul Transaksi

Anatomi kontrak berdasarkan klausul transaksi memuat pasal-pasal


tentang transaksi atas kontrak tersebut. Dalam kontrak di atas, yang dimaksud
klausul transaksi termuat pada: Pasal 2 tentang Pembiayaan dan Jangka Waktu
Penggunaannya. Pembiayaan mudharabah yang diberikan oleh pihak pertama
kepada pihak kedua yaitu sejumlah lima juta secara bertahap. Jangka waktu
penggunannya yaitu enam bulan sejak penanda tanganan; Pasal 3 tentang
Pencairan Pembiayaan. Pihak Pertama dengan ini mengikatkan diri untuk
mengizinkan Pihak Kedua melakukan pencairan dana pembiayaan; Pasal 4
tentang Nisbah Bagi Hasil, yaitu 70 % dari pendapatan (revenue) untuk Pihak
Pertama dan 30 % dari pendapatan (revenue) untuk Pihak Kedua. Nisbah tersebut
berdasarkan Pendapatan Pembiayaan Anggota; dan Pasal 5 tentang Pembayaran
Kembali. Pihak Kedua dengan ini mengikatkan diri untuk mengembalikan kepada
Pihak Pertama, seluruh jumlah pembiayaan pokok dan bagian pendapatan /

2
keuntungan yang menjadi hak Pihak Pertama sesuai dengan nisbah sebagaimana
ditetapkan pada pasal 4.

c. Klausul Spesifik

Klausul ini mengatur tentang hal-hal yang spesifik dalam suatu transaksi. Agunan,
Pasal 6: Pihak kedua menyerahkan jaminan berupa BPKB sepeda motor honda
atas nama PUJI UTOMO, barang jaminan tersebut adalah hak miliknya sendiri
secara sah atau miliknya sendiri secara sah atas nama orang lain tapi belum
dibaliknama.

Pengakuan Pihak Kedua, Pasal 7: Pihak Kedua menjamin dan menyatakan


mengaku kepada Pihak Pertama, bahwa Pihak Kedua berhak dan berwenang
menjalankan usahanya, memiliki kewenangan untuk menanda tangani akad ini
dan seluruh dokumen yang bersangkutan sesuai dengan syarat-syarat yang
ditentukan dalam akad ini.
Selama berlangsungnya akad ini Pihak Kedua akan menjaga semua perizinan,
lisensi, persetujuan dan sertifikat yang harus dimiliki untuk melaksanakan
usahanya.
Cidera Janji, Pasal 8: Jika Pihak Kedua menyimpang dari ketentuan
Perjanjian ini.
1. Pihak Kedua tidak melaksanakan pembayaran atas kewajibannya kepada
Pihak Pertama sesuai dengan waktu yang ditetapkan dalam PASAL 2.
2. Dokumen, surat-surat bukti kepemilikan atau hak lainnya atas barang-
barang yang dijadikan jaminan, dan / atau pernyataan pengakuan
sebagaimana tersebut pada PASAL 8 akad ini ternyata palsu, atau tidak
benar isinya, dan / atau Pihak Kedua melakuakan perbuatan yang
melanggar atau bertentangan dengan salah satu hal yang ditentukan dalam
PASAL dalam Akad ini.
3. Sebagian atau seluruh harta kekayaan Pihak Kedua disita oleh Pengadilan
atau pihak yang berwajib.

3
Pelanggaran, Pasal 9: Pihak Kedua dianggap telah melanggar syarat-syarat
Perjanjian ini bila terbukti Pihak Kedua meakukan salah satu dari perbuatan-
perbuatan atau lebih sebagai berikut :

1. Menggunakan pembiayaan yang diberikan Pihak Pertama di luar tujuan


atau rencana kerja yang telah mendapatkan persetujuan tertulis dari Pihak
Pertama.
2. Melakukan pengalihan usahanya dengan cara apapun, termasuk dan tidak
terbatas pada melakukan penggabungan, konsolidasi dan / atau akuisisi
dengan pihak lain.
3. Menolak dan / atau menghalang-halangi Pihak Pertama dalam melakukan
pengawasan dan / atau pemeriksaan usaha yang dilakukan Pihak Kedua.

d. Klausul Ketentuan Umum

Klausul ini mengatur tentang domisili hukum, penyelesaian sengketa,


pilihan hukum, pemberitahuan, keseluruhan dari perjanjian, dan lain – lain.

Penyelesaian Perselisihan, Pasal 10:

Dalam hal terjadi perbedaan pendapat atau penafsiran atas hal-hal yang tercantum
di dalam surat perjanjian ini atau terjadi perselisihan atau sengketa dalam
pelaksanaannya, maka para pihak sepakat untuk menyelesaikannya secara
musyawarah untuk mufakat, mediasi, abitrase syari’ah, dan PengadilanAgama.

Mengenai akad kerjasama dengan segala akibatnya dan pelaksanaannya, para


pihak sepakat memilih tempat kediaman hukumnya yang tetap dan tidak berubah
di Kantor Pengadilan Agama Kab. Grobogan / Kota Purwodadi.

Penjualan Atau Pelelangan Obyek Jaminan, Pasal 11

Pihak Pertama berhak menjual / melelangkan obyek agunan atas akad pembiayaan
Mudlarabah ini secara bersama-sama atau sendiri-sendiri melalui pelelangan
umum dihadapan pejabat yang berwenang atau di bawah tangan, apabila pihak
kedua setelah jatuh tempo tidak memenuhi kewajiban-kewajiban sebagaimana
telah disepakati pada pasal 2.

4
Pasal 12: Hasil penjualan / pelelangan baik dihadapan pejabat yang berwenang
maupun di bawah tangan tersebut, setelah dipotong dengan besarnya sisa
angsuran pembiayaan mudharabah ditambah bagi hasil yang harus dibayar dan
biaya-biaya lain yang timbul dari penjualan / pelelangan ini, maka apabila masih
ada sisa, sisa tersebut diberikan dan diserahkan pada Pihak Kedua / penerima
pembiayaan.

Pasal 13: Apabila hasil pelelangan masih belum mencukupi sisa tanggungan yang
belum terbayar Pihak Kedua, maka Pihak Pertama berhak melakukan proses
hukum seperti yang tertuang dalam pasal 1131 KUH Perdata ( Segala kebendaan
si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada
maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala
perikatannya perseorangan ) dengan kesepakatan kedua belah pihak.

Ketentuan-ketentuan, Pasal 14:


1. Kuasa-kuasa yang diberikan oleh Pihak Kedua ( mudhorib / penerima
pembiayaan ) kepada Pihak Pertama ( shohibul mal ) sehubungan
pemberian pembiayaan ini diberikan dengan hak SUBTITUSI sehingga
tidak dapat ditarik kembali / diakhiri baik oleh ketentuan undang-undang
yang mengakhiri memberi kuasa sebagaimana ditentukan dalam pasal
1813 KUHP Perdata maupun oleh sebab apapun juga, dan kuasa tersebut
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pemberian
pembiayaan ini, tanpa adanya kuasa-kuasa tersebut akad pembiayaan ini
tidak akan dibuat.
2. Segala sesuatu yang belum diatur dalam akad pembiayaan mudlarabah
ini akan diatur dalam surat-surat dan atau kertas-kertas lain yang
merupakan kajian yang melekat dan dilampirkan pada serta tidak dapat
dipisahkan dari akad pembiayaan mudlarabah ini, mulai berlaku sejak
ditandatangani oleh kedua belah pihak.
3. Pihak kedua tidak berkeberatan jika pembiayaan ini dipakai untuk cassi
untuk Pihak Pertama atas pembiayaan pihak pertama kepada pihak
ketiga.

5
1. Bagian Penutup
Bagian penutup terdiri atas :
a. Sub Bagian Kata Penutup
Biasanya menerangkan bahwa perjanjian tersebut dibuat dan
ditandatangani oleh pihak pihak yang memiliki kapasitas untuk itu, atau
para pihak menyatakan ulang bahwa mereka akan terikat dengan
kontrak.
Dalam Kontrak ini tidak ada kata penutup.
b. Sub Bagian Penempatan Ruang Tanda Tangan
Merupakan tempat pihak-pihak menandatangani perjanjian atau kontrak
dengan menyebut nama pihak yang terlibat dalam kontrak, nama jelas
orang menandatangani dan jabatan dari orang yang menandatangani.

Ditandatangani: Wolo

Hari: Sabtu

Tanggal: 23 Juli 2016

Pihak Kedua Pihak Pertama

BEJO LASONO SARI FATLINA JOKO SANTOSO

Mudharib Istri Shohibul Maal

SAKSI-SAKSI

JUHAENAH MUSONEP

6
Kasir Korlap

7
C. Analisis Kontrak Mudharabah disesuaikan dengan Fatwa DSN No.
07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh) 2

Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-MUI/IV/2000


tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh) akad/kontrak di atas sudah cukup
sesuai dengan ketentuan yang ada dalam fatwa walaupun masih ada beberapa hal
yang kurang atau tidak sesuai. Analisis antara isi kontrak dan ketentuan dalam
fatwa yaitu sebagai berikut:

Pertama, Ketentuan Pembiayaan:

1. Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS


kepada pihak lain untuk usaha yang produktif. Dalam kontrak yaitu pihak
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Bina Ummat
Sejahtera Cabang Wolo yang diwakili oleh Joko Santoso sebagai Plt.
Manager Cabang memberikan dana kepada pengelola dana (mudharib)
yaitu Bejo Lasono yang juga disetujui oleh istrinya Sari Fatlina, untuk
menjalankan dan memperluas kegiatan usaha mudharib Bejo Lasono
(mudharib).
2. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul maal (pemilik dana)
membiayai 100% kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha
(nasabah) bertindak sebagai mudharib atau pengelola usaha. Hal ini sudah
sesuai juga dengan apa yang ada di dalam kontrak, di mana LKS
membiayai 100% kebutuhan usaha sesuai dengan yang diajukan oleh
mudharib, hal ini terdapat dalam ketentuan umum yang rinciannya
terdapat dalam Pasal 2.
3. Jangka waktu usaha, tatacara pengembalian dana, dan pembagian
keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (LKS
dengan pengusaha. Dalam kontrak hal ini ada dalam pasal 2, Pasal 4, dan
Pasal 5, namun kontrak di atas merupakan kontrak baku yang dibuat oleh
pihak Koperasi Syariah, tetapi karena Bejo Lasono beserta Sari Fatlina
sudah menandatangani kontrak tersebut maka artinya mereka sepakat
dengan ketentuan yang ada dalam kontrak.

2
Fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh)

8
4. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati
bersama dan sesuai syariah; dan LKS tidak ikut serta dalam managemen
perusahaan atau proyek tetapi mempunyai hak untuk melakukan
pembinaan dan pengawasan. Dalam kontrak di atas karena permohonan
pembiayaan nasabah atau dalam hal ini pihak kedua diterima oleh pihak
koperasi syariah maka usaha yang dijalankan oleh pihak kedua bisa
dikatakan sesuai syariah, namun di dalam kontrak tidak dijelaskan apakah
bank melakukan kegiatan pembinaan atau pengawasan terhadap usaha
tersebut atau tidak.
5. Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk
tunai dan bukan piutang. Dalam kontrak di atas di dalam poin 3 ketentuan
umum bahwa pihak pertama memberikan modal pembiayaan sebesar Rp
5.000.000,-
6. LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari
mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang
disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian. Dalam kontrak di atas tidak
dijelaskan terkait ketentuan ini, dan hal ini menjadi kekurangan dalam
kontrak tersebut.
7. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan,
namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat
meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya
dapat dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran
terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad. Di dalam
kontrak di atas dijelaskan secara rinci terkait jaminan yaitu pada pasal 6
tentang Agunan dan juga dalam Pasal 11 sampai Pasal 13 tentang
Penjualan atau Pelelangan Obyek Jaminan apabila terjadi penyimpangan
yang dilakukan pihak kedua atau mudharib.
8. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme pembagian
keuntungan diatur oleh LKS dengan memperhatikan fatwa DSN. Dalam
kontrak di atas tidak dijelaskan apa kriteria usaha yang dijalankan oleh
mudharib namun prosedur pembiayaan dan mekanisme pembagian
keuntungan diatur oleh LKS dalam hal ini Koperasi Syariah di dalam

9
Pasal 2 mengenai Pembiayaan dan Jangka Waktu Penggunaannya serta
mengenai Nisbah dan Bagi Hasil di Pasal 4.
9. Biaya operasional dibebankan kepada mudharib. Kekurangan dalam
kontrak di atas juga terlihat dalam ketentuan ini di mana di dalam kontrak
tidak dijelaskan siapa yang akan menanggung biaya yang timbul dari akad
pembiayaan mudharabah tersebut.
10. Dalam hal penyandang dana (LKS) tidak melakukan kewajiban atau
melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib berhak mendapat
ganti rugi atau biaya yang telah dikeluarkan. Hal ini juga menjadi
kekurangan dalam kontrak di atas di mana tidak ada penjelasan tentang
ketentuan ganti rugi yang dilakukan LKS jika LKS tidak melakukan
kewajibannya, yang ada hanya ganti rugi yang dilakukan oleh mudharib
jika mudharib melakukan penyimpangan.

Kedua, Rukun dan Syarat Pembiayaan

1. Pelaku, terdiri atas pemilik dana (shahibul maal) yaitu pihak Koperasi
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Bina Ummat Sejahtera
Cabang Wolo yang diwakilkan oleh Joko Santoso sebagai Plt. Manager
Cabang dan pengelola dana (mudharib) yaitu Bejo Lasono yang juga
disetujui oleh istrinya Sari Fatlina.
2. Objek mudharabah, harus diketahui jumlah dan jenisnya, berbentuk uang
atau barang yang dapat dinilai, tidak boleh berbentuk piutang. Dalam
kontrak di atas sudah sesuai dengan ketentuan dalam fatwa DSN,
dijelaskan bahwa pihak kedua melakukan pembiayaan mudharabah adalah
untuk menjalankan dan memperluas kegiatan usahanya, dan pihak pertama
memberikan modal pembiayaan sebesar Rp 5.000.000 kepada pihak kedua
dan sepakat untuk bekerja sama dalam usaha tersebut.
3. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad). Dalam
kontrak di atas pernyataan ijab dan qabul ditandai dengan
penandatanganan yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang melakukan
perjanjian.

10
4. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan
dari modal. Keuntungan harus diperuntukkan bagi kedua belah pihak,
adanya pembagian keuntungan dalam bentuk prosentase, di dalam kontrak
di atas pembagian prosentase keuntungan yaitu pihak pertama 30% dan
pihak kedua 70% terdapat dalam pasal 2 tentang Pembiayaan dan Jangka
Waktu Penggunaannya. Namun kekurangan dalam kontrak di atas yaitu
bahwa tidak adanya penjelasan terkait penyedia dana menanggung semua
kerugian akibat dari mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung
kerugian apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian,
atau pelanggaran kesepakatan seperti yang tertera di dalam Fatwa DSN
Nomor 07/DSN-MUI/IV/2000.
5. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai perimbangan
(muqabil) modal yang disediakan oleh penyedia dana. Di dalam kontrak
pembiayaan mudharabah di atas kegiatan usaha diserahkan sepenuhnya
kepada mudharib sesuai dengan yang ada di dalam Fatwa DSN, namun
karena masih dalam bentuk kontrak jadi tidak dapat diketahui bagaimana
realisasi pengelolaan usaha yang akan dilakukan oleh mudharib yang
Fatwa DSN atur dalam ketentuan ini.

Ketiga, Beberapa Ketentuan Hukum Pembiayaan

1. Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu. Dalam kontrak di atas


hal ini terdapat dalam Pasal 2.
2. Kontrak tidak boleh dikaitkan (mu’allaq) dengan sebuah kejadian di masa
depan yang belum tentu terjadi. Larangan ini dilakukan di dalam kontrak
pada Pasal 2 di mana terdapat asumsi keuntungan rata-rata perbulan dalam
bentuk nominal uang yang mana hal tersebut termasuk spekulasi yang
harus dihindari dalam kontrak syariah.
3. Pada dasarnya, dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena pada
dasarnya akad ini bersifat amanah (yad al-amanah), kecuali akibat dari
kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan. Hal ini
diatur dalam Pasal 11 sampai Pasal 13 jika kesalahan itu dilanggar oleh

11
mudharib, namun ganti rugi yang harus dilakukan oleh shahibul maal jika
tidak melakukan kewajibannya tidak diatur di dalam kontrak.
4. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan
melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan
melalui musyawarah. Berbeda dengan yang ada dalam kontrak
mudharabah di atas, jika tidak dapat diselesaikan dengan cara
musyawarah, arbitrase, atau alternatif penyelesaian sengketa lainnya, maka
sengketa akan di bawa ke Pengadilan Agama Kab. Grobogan atau
Pengadilan Agama Kota Purwodadi.

12
BAB III KESIMPULAN

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dalam pembuatan kontrak pembiayaan mudharabah di atas yang


dilakukan oleh Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Baitul Maal wat
Tamwil (BMT) Bina Ummat Sejahtera Cabang Wolo, masih terdapat banyak
kekurangan. Penyesuaian kontrak dengan anatomi kontrak masih ada kekurangan
dalam ketidakadaan kata penutup pada kontrak.

Di dalam penyesuaian dengan Fatwa DSN Nomor 07/DSN-MUI/IV/2000


tentang Mudharabah juga masih terdapat kekurangan yaitu tidak adanya klausul
ganti rugi yang harus dilakukan oleh lembaga keuangan syariah jika LKS tidak
melakukan kewajibannya, jadi dalam kontrak di atas cenderung hanya meminta
hak dan kewajiban dari pihak mudharib saja. dan juga masih terdapat klausul yang
memuat spekulasi yang mana dalam syariah tidak boleh dilakukan.

B. Saran

Baiknya setiap pihak yang akan membuat suatu kontrak syariah mengerti akan
ketentuan syariah yang ada pada Fatwa Dewan Syariah Nasional dan juga sesuai
dengan ketentuan anatomi kontrak yang ada serta asas-asas dalam pembuatan
kontrak syariah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Fatwa DSN MUI Nomo 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah


(Qiradh)

Kontrak Akad Pembiayaan Mudharabah Koperasi Simpan Pinjam dan


Pembiayaan Syariah Baitul Maal wat Tamwil Bina Ummat Sejahtera Cabang
Wolo

Salim. 2004. Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta:
Sinar Grafika

14

Anda mungkin juga menyukai