Anda di halaman 1dari 5

Silvani Margaretha Simangunsong

HISTORISITAS SILA-SILA DALAM PANCASILA


“jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”.
(Presiden Soekarno)

Dari perkataan tersebut dapat dimaknai bahwa sejarah mempunyai fungsi yang beragam
bagi kehidupan. Seperti diungkap seorang filsuf Yunani yang bernama Cicero (106-43
SM) yang mengungkapkan “Historia Vitae Magistra”, yang bermakna, “sejarah
memberikan kearifan”. Pengertian yang lebih umum yaitu “sejarah merupakan guru
kehidupan”.

Ketika Dr. Radjiman Wediodiningrat, selaku Ketua Badan dan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan (BPUPK), pada tanggal 29 Mei 1945, meminta kepada sidang untuk
mengemukakan dasar (negara) Indonesia merdeka, permintaan itu menimbulkan
rangsangan anamnesis yang memutar kembali ingatan para pendiri bangsa ke belakang;
hal ini mendorong mereka untuk menggali kekayaan kerohanian, kepribadian dan wawasan
kebangsaan yang terpendam lumpur sejarah (Latif, 2011: 4).

Keberadaan Pancasila sebagai dasar filsafat Negara dapat ditelusuri secara historis sejak
adanya sejarah awal masyarakat Indonesia. Keberadaan masyarakat ini dapat di lacak melalui
berbagai peninggalan sejarah yang berupa peradapan, agama, hidup ketatanegaraan,
kegotongroyongan, struktur sosial dari masyarakat Indonesia. Terbentuknya masyarakat Indonesia
melalui proses sejarah sejak masa kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit, masa penjajahan dan
kemudian mencapai kemerdekaan merupakan proses panjang.

SILA PERTAMA: Ketuhanan Yang Maha Esa

Secara historis, hidup religius dengan kerelaan menerima keragaman telah lama diterima
sebagai kewajaran oleh penduduk Nusantara. Dalam lintasan sejarah Nusantara, agama
tidak pernah sekedar mengurus urusan pribadi, tetapi juga urusan publik. Berikut
beberapa historisitas sila pertama Pancasila:

 Asal mula munculnya sila pertama berawal dari mayoritas bangsa Indonesia telah
memeluk Agama. Dimulai dari kerajaan Hindu yang pertama di Kutai, Kalimantan
Timur kemudian kerajaan Sriwijaya yang beragama Buddha.
 Pada masa kerajaan Kutai berkuasa telah ada adat kenduri dan memberikan
sedekah dan kepada para brahmana. Kemudian para Brahmana menbangun Yupa
Silvani Margaretha Simangunsong

(tiang batu) sebagai tanda terima kasih kepada raja Mulawarman. Fenomena ini
menggambarkan adanya nilai sosial politik dan ketuhanan pada masa itu.
 Kerajaan Sriwijaya telah mengamalkan nilai-nilai pancasila pada zamannya. Nilai
sila pertama, terwujud dengan adanya kerukunan hidup antara umat agama
Buddha dan Hindu yang hidup secara damai. Selain itu di Kerajaan Sriwijaya juga
terdapat pusat pembinaan dan pengembangan agama Budha.
 Pada masa kerajaan Majapahit, di bawah raja Prabhu Hayam Wuruk dan Apatih
Mangkubumi, Gajah Mada telah berhasil mengintegrasikan nusantara. Faktor-
faktor
yang dimanfaatkan untuk menciptakan wawasan nusantara itu adalah: kekuatan
religio magis yang berpusat pada Sang Prabhu, ikatan sosial kekeluargaan terutama
antara kerajaan-kerajaan daerah di Jawa dengan Sang Prabhu dalam lembaga
Pahom Narandra.

SILA KEDUA: Kemanusiaan yang adil dan beradab


 Nilai sila kedua, terwujud dengan terjadinya hubungan antara Sriwijaya dan India
(Dinasti Harsha) dalam bentuk pengiriman para pemuda untuk belajar di India.
Contoh tersebut merupakan bukti bahwa pada masa tersebut telah tumbuh niali-
nilai politik luar negeri yang bebas dan aktif.
 Dijajah oleh Portugis, Belanda, Inggris dan Jepang, Di perlakukan buruk selama
beratus-ratus tahun, dipaksa kerja Rodi, Romusha, Jugun Lanfu, Tanam paksa yang
menginjak-injak peri kemanusiaan.
Berbagai masa lalu yang kelam tersebut menjadi rintisan bahwa masyarakat
Indonesia harus mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan
kewajiban antara sesama manusia, saling mencintai sesama manusia, tenggang
rasa, tidak semena-mena terhadap orang lain.
Silvani Margaretha Simangunsong

SILA KELIMA: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


 Pada masa penjajahan Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang Indonesia hidup
dalam ketidakadilan, hak-hak sosial bangsa Indonesia di injak-injak oleh para
penjajah. Sehingga para pendiri negara ini menginginkan adanya keadilan social
yang dapat dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia.

Sumber: https://www.scribd.com/doc/245605311/Makalah-Pancasila-Sila-Ke-2-Fix
http://bakhrul-25-rizky.blogspot.co.id/2012/03/analisis-pancasila-sila-pertama.html
https://www.scribd.com/doc/202292406/Nilai-nilai-pancasila-di-masa-kerajaan
https://www.scribd.com/doc/278399182/Pancasila-Dalam-Arus-Sejarah-Ind-Sub-Perumusan
Silvani Margaretha Simangunsong

TUGAS TAMBAHAN : Ancaman Terhadap Pancasila


Pancasila lahir sebagai pedoman dalam berbangsa dan bernegara di Indonesia, ini
adalah buah pemikiran dari para pendiri bangsa Indonesia.Sebagai ideologi bangsa,
Pancasila berperan sebagai identitas bangsa / ciri kelompok. Fungsi ideologi adalah
mempersatukan perbedaan baik agama,ras ,suku maupun budaya. Dalam melestarikan
Pancasila tidak hanya dalam bentuk hafalannya saja melainkan perlu usaha secara nyata &
penghayatan serta pengamalan nilai –nilai luhur kehidupan berbangsa & bernegara.
Berikut beberapa faktor yang dapat menjadi ancaman bagi Pancasila:
 Liberalisme dan Kapitalisme
Sikap mengutamakan kebebasan individu, yang membuat setiap orang hanya
mementingkan diri sendiri, sementara hal ini tidak sesuai dengan pengamalan nilai
Pancasila, dimana setiap orang harus memengutamakan kepentingan umum diatas
kepentingan pribadi atau golongan.

Sosialisme/Komunisme
Hanya mengutamakan kepentingan umum, dan tidak mengakui kepemilikan pribadi

Fundamentalis agama
Ideologi berdasarkan agama-agama tertentu, menimbulkan kurangnya nilai toleransi.
Hal ini dapat memicu sikap anggap remeh terhadap orang lain serta terjadi
diskriminasi.

Anarkisme
Paham yang memperbolehkan bertindak keras untuk mencapai tujuan

Sekulerisme
Paham yang memisahkan kehidupan agama dengab kehidupan negara.
Silvani Margaretha Simangunsong

Anda mungkin juga menyukai