PERADABAN ISLAM
DAN PERJUANGAN
HMI
AHMAD
BARKATI
APA ITU SEJARAH ?
PENGALAMAN ?
KEBUDAYAAN ?
PERADABAN ?
SEJARAH ADALAH
Peradaban masuk
Kebudayaan lebih
kedalam
banyak
kondisisosial
direfleksikan dalam
masyarakat. Politik,
seni, sastra, religi ekonomi dan
dan moral teknologi
SUMBER-SUMBER SEJARAH
Dokumenter = tertulis atau tersurat
Lisan = Cerita
PERADABAN ISLAM
Peradaban Islam mempunyai berbagai macam pengertian lain, diantaranya:
Sejarah Peradaban Islam merupakan hasil yang dicapai oleh umat Islam dalam
lapangan kesustraan, ilmu pengetahuan, dan kesenian.
Tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di dunia saat itu, umat Islam
berada dalam cengkaraman nekolim barat. Penjajah memperlakukan umat
Islam sebagai masyarakat kelas bawah dan diperlakukan tidak adil, serta
hanya menguntungkan kelompok mereka sendiri atau rakyat yang sudah
seideologi dengan mereka.
Umat Islam Indonesia hanya mementingkan kehidupan akhirat dengan
penonjolan simbolisasi Islam dalam ubudiyah, sebagai upaya kompensasi atas
ketidakberdayaan untuk melawan nekolim, sehingga pemahaman umat tidak
secara benar dan kaffah.
3. KONDISI PERGURUAN TINGGI DAN MAHASISWA ISLAM
HMI lahir pada saat umat Islam Indonesia berada dalam kondisi yang
memprihatinkan, yaitu terjadinya kesenjangan dan kejumudan
pengetahuan, pemahaman, penghayatan ajaran Islam sehingga tidak
tercermin dalam kehidupan nyata.
(Lafran Pane, Pemrakarsa berdirinya HMI, 1947) lih di bukunya Agus sitompul yang berjudul Sejarah HMI
FASE-FASE PERJUANGAN HMI
• Fase Konsolidasi Spiritual dan Proses Berdirinya HmI (Thn 1946)
Bermula dari latar belakang munculnya pemkiran dan berdirinya HmI serta kondisi
objektif yang mendorongnya, maka rintisan untuk mendirikan HmI muncul di bulan
november 1946. Permasalahan yang dapat diangkat dari latar belakang berdirinya
HmI merupakan suatu kenyataan yang harus diantisipasi dan dijawab secara
cepat dan kongkrit serta menunjukan apa sebenarnya islam itu. Maka
pembaharuan pemikiran di kalangan umat islam bangsa Indonesia suatu
keniscayaan.
• PERISTIWA 5 FEBRUARI 1947
Setelah beberapa kali mengadakan pertemuan yang berakhir dengan kegagalan.
Lafran Pane mengadakan rapat tanpa undangan, yaitu dengan mengadakan
pertemuan secara mendadak yang mempergunakan jam kuliah Tafsir Bapak
Husein Yahya. Ketika itu hari Rabu tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan
dengan 5 Februari 1947, disalah satu ruangan kuliah STI di Jalan Setiodiningratan
(sekarang Panembahan Senopati), masuklah mahasiswa Lafran Pane yang dalam
prakatanya dalam memimpin rapat
• Fase Berdiri dan Pengokohan (5 Februari-30 November 1947)
i. Mendirikan cabang Klaten, Solo, Malang, Yogyakarta.
ii. Menetapkan pengurus bentukan 5 februari 1947 sebagai Pengurus Besar HmI sekaligus
merangkap pengurus Cabang Yogyakarta.
iii. Mengesahkan Anggaran Dasar HmI
iv. Melakukan reshufle pertama tanggal 22 Agustus 1947
v. Melakukan Kongres pertama di Yogyakarta tanggal 30 November 1947
vi. Melakukan perubahan Tujuan: (1). Menegakkan Dan Mengembangkan Agama Islam; dan (2).
Mempertinggi Derajat Rakyat dan Negara Republik Indonesia
• Fase Perjuangan Bersenjata (1947 - 1949)
i. Meletusnya Madiun Affair 18 September 1948, Dibentuk corps mahasiswa oleh wakil ketua
umum PB HmI Ahmad Tirtosudiro sekaligus merangkap sebagai wakil komandan dengan
komandannya Hartono.
ii. Ikut membantu pemerintah menumpas pemberontakan PKI di Madiun.
iii. Hasil Kongres Muslimin Indonesia ke-2 20-25 Desember 1949 di Yogyakarta “Hanya satu
organisasi mahasiswa Islam, yaitu Himpunan mahasiswa Islam (HMI) yang bercabang di tiap-
tiap kota yang ada Sekolah Tinggi.”
• Fase Pembinaan dan Pengembangan Organisasi (1950-
1963)
i. Pemindahan PB HmI
ii. Pembentukan cabang-cabang baru
iii. Pengesahan atribut dan kepribadian HmI
iv. Melaksanakan 5x kongres
v. Merumuskan tafsir azaz HmI
vi. Menentukan metode Training HmI
vii. Pembentukan lembaga-lembaga HmI di bdg Ekstern
viii. Menghadapi Pemilu 1955 dan Penegasan Independensi HMI
ix. Mendesak pemerintah mengeluarkan UU Perguruan Tinggi
x. Mengeluarkan 2 pernyataan sikap hasil kongres v medan 1957
• Fase Tantangan I (1964 - 1965)
i. Konflik dengan PKI muncul kembali. (Manifesto Moscow)
ii. Hasil Kongres CGMI I 1961 untuk Melikuidasi HMI
iii. Mendapat tudingan organisasi kontra revolusi.
iv. Penutupan Kongres CGMI II 29 September 1965
v. D. N. Aidit:
“Kalau kader – kader CGMI tidak mampu untuk membubarkan HMI, maka yang laki-laki memakai sarung
dan peci saja.”
Ir. Soekarno
“Pemerintah mempunyai kebijakan untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada kehidupan
organisasi mahasiswa yang revolusioner. Tapi kalau organisasi mahasiswa yang menyeleweng itu mejadi
kontra revolusi umpamanya HMI, aku sendiri yang akan membubarkannya. Demikian pula kalau CGMI
menyeleweng menjadi kontra revolusi juga akan kububarkan.”
• Fase Kebangkitan HMI Sebagai Pejuang Orde Baru dan Pelopor Kebangkitan Angatan ‘66
(1966 - 1968)
i. Dibentuknya KAMI pada tanggal 25 oktober 1965 oleh Wakil Ketua PB HmI Mari’e Muhammad
ii. Ditahun 1966 melakukan aksi massa dengan tujuan TRITURA
iii. Ikut hearing dalam pembentukan kabinet Ampera I
iv. Masuknya alumni HMI ke dalam jajaran Kabinet
• Fase Pergolakan dan Pembaharuan Pemikiran
(1970-1998)
• Mulai diramunya NDP oleh Cak Nur dan Endang
Saifudin beserta Sakib Mahmud
• Munculnya perbedaan penafsiran dan pemikiran
terkait konsep Islam Kaffah
• Kongres ke-16 HMI di Padang tahun 1986, HMI
menyesuaikan diri dengan mengubah asas Islam
dengan Pancasila. Akibat penyesuaian ini beberapa
orang anggota HMI membentuk MPO, akibatnya HMI
pecah menjadi dua yaitu HMI DIPO dan HMI MPO.
• Fase Reformasi (1998-2000)
• Pada fase ini perjuangan kader- kader HmI banyak terfokus pada kritik tulisan.
• Dari mulai tahun 1995 HmI mulai menyuarakan pembaharuan sistem politik.
• M. Yahya Zaini Ketua Umum PB HMI Periode 1992-1995 ketika memberikan sambutan
pada pembukaan Kongres ke-20 HMI di Istana Negara Jakarta tanggal 21 Januari 1995.
Beliau menyampaikan bahwa pembangunan ekonomi kurang diikuti dengan
pembangunan politik. Masih dirasakan tingkat perubahan di tingkat politik tidak sebanding
dengan apa yang terjadi di bidang ekonomi.
• Pada peringatan Ulang Tahun Emas 50 tahun HMI di Jakarta tanggal 20 Maret 1997,
dimana Taufik Hidayat Ketua Umum PB HMI 1995-1997 menegaskan; sekaligus sebagai
jawaban atas kritik-kritik yang memandang HMI terlalu dekat dengan kekuasaan. Bagi
HMI, kekuasaan atau politik bukanlah wilayah yang haram, politik justru mulia, apabila
dijalankan di atas etika dan bertujuan untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran dan
keadilan.
• Pemikiran dan reformasi selanjutnya disampaikan Ketua Umum PB HMI 1997-1999 Anas
Urbaningrum pada waktu peringatan Dies Natalis HMI ke-51 di Graha Insan Cita Depok
tanggal 22 Februari 1998, dengan judul “Urgensi Reformasi Bagi Pembangunan Bangsa
yang Bermartabat”. Pidato itu disampaikan 3 bulan sebelum lengsernya Presiden
Soeharto 21 Mei 1998.