Anda di halaman 1dari 23

RANGKUMAN MATERI SCREENING KE-HMI-AN

LK III/ ADVANCE TRAINING

A. Pengantar Ilmu Sejarah


1. Sejarah menurut bahasa = Syajaratun (Pohon)
2. Sejarah menurut para ahli
• Ibnu Khaldun
Sejarah merupakan catatan tentang masyarakat umat manusia atau
peradaban dunia dan tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak
masyarakat tersebut.
• Moh. Yamin
Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil
penyelidikan dari beberapa peristiwa yang mampu dibuktikan dengan
kenyataan atau fakta.
• Kuntowijoyo
Sejarah merupakan rekonstruksi atau membangun kembali peristiwa
masa lalu untuk dikontekstualisasikan ke dalam kehidupan di masa mendatang.
3. Unsur-Unsur Sejarah:
a. Peristiwa
b. Pelaku
c. Ruang
d. Waktu
e. Penyebab
f. Cara terjadinya
4. Fungsi-fungsi sejarah
a. Edukasi
b. Inspirasi
c. Rekreasi
B. Sejarah Perjuangan HMI
8.1 Biografi Lengkap Lafran Pane
Lafran Pane lahir pada 12 April 19231 di kampung Pangurabaan, Kecamatan
Sipirok yang terletak di kaki gunung Sibualbuali, 38 km kearah Utara dari
Padangsidempuan, Kabupaten Tapanuli Selatan.
Nama Ibu : Gonto Boru Siregar (Kandung) dan Siti Sawiah (Tiri)
Anak dari Gonto : Siti Angat (Nyonya Tarip), Sanusi Pane, Armijn Pane, Asmah,
Salmiah, Siti Zahrah, Lafran Pane
Anak dari Salwiah : Nila Kusuma Pane, Krisna Murti Pane
Lafran Pane merupakan anak keenam keluarga Sutan Pangurabaan Pane
dari istri pertamanya. Ayahnya merupakan seorang guru sekaligus seniman Batak
Mandailing di Muara Sipongi, Mandailing Natal. Keluarga Lafran Pane merupakan

1
Sebenarnya Lafran Pane lahir pada 5 Februari 1922, tanggal lahirnya disembunyikan karena untuk
menghindari berbagai macam tafsiran
keluarga sastrawan dan seniman, seperti kedua kakak kandungnya, Sanusi Pane dan
Armijn Pane.
Ayahnya, Sutan Pangurabaan Pane, merupakan tokoh Partai Indonesia
(PARTINDO) di daerah Sumatera Utara, ia berposisi sebagai wartawan sekaligus
penulis. Selain itu, Sutan Pangurabaan Pane juga seorang pengusaha yang menjabat
sebagai direktur Oto Dinas Pengangkutan (ODP) Sibualbuali yang berdiri tahun
1937 berpusat di kota Sipirok. ODP Sibualbuali merupakan suatu perusahaan otobis
nasional tertua di seluruh Sumatera Utara, yang saat itu mempunyai lebih kurang
250 buah mobil dengan trayek Banda Aceh di ujung Utara pulau Sumatera sampai
Panjang Kota yang terletak paling selatan di pulau Sumatera.
Ayahnya, Sutan Pangurabaan Pane, termasuk salah satu pendiri
Muhammadiyah di Sipirok pada 1921. Sedangkan kakeknya Lafran Pane
merupakan seorang ulama yang bernama Syekh Badurrahman. Karena tidak
merasakan kasih sayang Ibu kandung sebagaimana mestinya dan tidak puas dengan
asuhan ibu tiri2, akhirnya Lafran Pane mengalami masa kecil penuh derita yang
mengakibatkan dirinya mudah dihinggapi penyakit rasa rendah diri lalu sebagai
kompensasinya berupa kenakalan yang luar biasa. Jalan pikirannya susah
dimengerti termasuk oleh ayahnya sendiri.
Sebelum Lafran menginjak bangku sekolah atau pesantren secara formil,
terlebih dahulu jiwa keagamaanya diisi dengan belajar ―Sifat dua puluh, seperti
Ujud, Qidam, Baqo,Muholi dan seterusnya, yang diiringi dengan artinya. Di
samping itu pula belajar, yang dalam bahasa Tapanuli disebut ―ALIF – ALIF,
yakni mempelajari membaca huruf – huruf abjad Al-quran, sebagai satu jenjang
untuk dapat membaca Al-quran denga baik dan benar.
Kedua macam pendidikan itu diperoleh Lafran dari seorang guru terkemuka
di kampung halamannya Panggurabaan, namanya Malim Mahasan. Berkat didikan
Malim Mahasan tersebut, Lafran yang masih kecil sudah terisi jiwa keagamaannya,
dan inilah yang membekali hidupnya secara mendasar dalam masalah bimbingan
keagamaan, yang sangat prinsipil dalam kehidupan seorang manusia.
Pendidikan Lafran Pane di bangku sekolah dimulainya di pesantren
Muhammadiyah Sipiriok, Sekolah desa 3 tahun, semuanya tidak tamat. Lalu pindah
ke Sibolga, masuk Sekolah HIS Muhammadiyah. Kemudian kembali lagi ke
Sipiriok, masuk Ibtidaiyah diteruskan ke Wustha. Dari Wustha pindah ke Taman
Antara Taman Siswa Sipiriok. Selanjutnya pindah ke Taman Antara Taman Siswa
di Medan.
Belum tamat dari Taman Siswa sudah dikeluarkan dari sekolah. Lantas
meninggalkan rumah tempat tinggalnya, yakni rumah kakak kandungnya Nyonya
Dr. Tarip, dan menjadi petualang di sepanjang jalanan kota Medan. Tidur tidak
menentu, kadang sudah menggeletak di kaki lima, di emper-emper toko, sambil

2
Pada saat Gonto Siregar hamil Lafran Pane, kakaknya Siti Zahrah meninggal dunia. Kemudian terpaan
kembali menghinggapi ibunya bahwa suami yang dicintainya menikah kembali di wilayah sebrang. Karena hal
tersebut, ibunya sering sakit-sakitan dan asinya tidak keluar. Pada umur ke 2 tahun, Ibunya meninggal dan
kemudian diasuh oleh neneknya
sebagai penjual karcis bioskop, main kartu, menjual es lilin, sebagai penyambung
hidup.
Begitulah masa muda Lafran Pane yang di habiskan dengan menggelandang
di kota Medan.Beberapa saat kemudian Lafran pindah ke Batavia pada tahun 1937,
atas permintaan abang kandungnya Armijn Pane dan Sanusi Pane, di Batavia
memulai sekolah di kelas 7 HIS Muhammadiyah, menyambung ke MULO
Muhammadiyah, ke AMS Muhammadiyah, kemudian ke Taman Dewasa Raya
Jakarta.
Di semua sekolah itu, gurunya mengakui bahwa Lafran Pane adalah murid
cerdas, walaupun nakal yang luar biasa, yang menyebabkan Lafran Pane memasuki
organisasi ―BENDE‖ yang bernama ―ZWERTE BENDE‖, seperti ―GANG‖
pada masa itu. Karena tingkah lakunya lafran sering berkenalan dengan meja hijau,
dan dituntut membayar denda, tetapi selalu dibela oleh ―BENDE‖-nya walaupun
berat.
Ketika sekolah di Taman Dewasa Raya Jakarta, Lafran Pane bertemu
dengan Dipa Nusantara Aidit, dan di zaman Belanda bersama – sama memasuki
Barisan Pemuda GERINDO, yang pada akhirnya antara Lafran dan Aidit memiliki
keyakinan berlawanan kontras, dan Aidit pernah memimpin aksi untuk
membubarkan HMI yang notabane adalah organisasi yang didirikan oleh Lafran
Pane.
Pada tahun 1942, lantaran Jepang masuk Indonesia pada tanggal 8 Maret
1942, Lafran Pane pulang ke Padangsidempuan sebagai ―pokrol‖ tetapi lantas
Lafran Pane kena fitnah, dituduh memberontak Jepang, lalu dituntut hukuman mati,
tetapi tidak jadi karena pengaruh ayahnya di Padangsidempuan yang begitu besar.
Namun dengan fitnah itu membuat Lafran harus meninggalkan Sumatera dan
kembali ke Jakarta pada tahun 1943. sejak keberangkatannya kembali ke Jakarta,
Lafran Pane mengalami proses kejiwaan yang radikal.
Insan kamilnya mulai tergugah, lalu mencari apa sebenarnya hakekat hidup
ini. Lafran merindukan sifat – sifat mulia dan menanyakan apa sesungguhnya azas
segala sesuatu. Ia menyadari betapa pentingnya kembali ke dasar keyakinan. Sejak
itu ia sering merenung, tafakur, berkat dasar pendidikan agama yang diperolehnya
dari gru pengajiannya Malim Mahasan di Sipirok, maupun dari pesantren
Muhamadiyah Sipirok yang taat beragama, setelah mengalami proses dalam hidup
dan kehidupan, menjadilah Lafran Pane menjadilah pemeluk agamaAlloh yang taat
dengan sesungguhnya, sehingga taqwamelandasi hidupnya.
Sekembali ke Jawa, Lafran bekerja di kantor Statistik akarta. Karena
kecakapannya berbahasa Jepang, ia diminta supaya bekerja pada suatu perusahaan
besar ―APOTHEK BAVOSTA‖, dan menjadi pemimpin umum Apothek tersebut
tahun 1945. setelah tentara sekutu memasuki Jakarta, yang memnyebabkan
berkobarnya api pertempuran. Tanggal 4 Januari 1946, Presiden, Wakil Presiden
pindah ke Yogyakarta, lantas menjadi Ibukota Republik Indonesia. Sekolah Tinggi
Islam (STI), yang berdiri tanggal 27 Rajab 1364 H/8 Juli 1945 di Jakarta, tanggal
10 April 1946 ikut pula hijrah ke Ibukota Yogyakarta, dan sejak tanggal 20 Mei
1948 STI berganti nama menjadi Universitas Islam Indonesia (UII).
Kepindahan STI ke Yogyakarta membuat mahasiswanya pindah ke
Yogyakarta untuk meneruskan kuliah, dan mahasiswa baru pun masuk, dimana
salah seorang mahasiswa baru bernama Lafran Pane, yang usianya berumur 23
tahun. Selain kuliah, untuk memenuhi makan sehari-hari Lafran Pane juga bekerja
sepagai pegawai Negri Departemen Sosial.
Perubahan jiwa Lafran Pane setelah masuk STI lantas mendapat kuliah
Agama Islam dari Prof. K.H Abdul Kahar Mudzakkir,39 Bapak Husein Yahya,40
H.M Rasyidi41 dan ketekunannya membaca buku – buku Agama Islam, membuat
ia bertambah yakin dan mempunyai pendirian yang semakin teguh, bahwa Islam
sebagai satu – satunya pedoman hidup yang sempurna.
Semasa di STI, lafran Pane menjadi ketua III Senat Mahsiswa STI di
samping Janamar Azam dan Amin Syakhri. Di PMY Lafran Pane juga ikut sebagai
Pengurus mewakili Mahasiswa STI. Jadi, tidak mengherankan apabila Lafran Pane
banyak bergaul denga mahasiswa dan memiliki banyak teman.
Sebelum tamat di STI, Lafran pindah ke Akademi Ilmu Politik (AIP), pada
bulan April 1948. setelah Universitas Gadjah Mada dinegerikan tangal 19
Desember 1949, dan AIP dimasukkan dalam Fakultas Hukum, Ekonomi, Sosial
Politik (HESP).
Dalam sejarah UGM, Lafran termasuk dalam mahasiswa yang pertama kali
lulus mencapai titel Sarjana (Drs), yaitu tanggal 26 januari 1953. Dengan sendirinya
Drs. Lafran Pane menjadi Sarjana Politik pertama di Indonesia.
Semasa di STI inilah Lafran Pane mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam
(hari rabu pon, 14 Rabiul Awal 1366 H /5 Februari 1947 pukul 16.00). HMI
merupakan organisasi mahasiswa yang berlabelkan ―islam‖ pertama di Indonesia
dengan dua tujuan dasar. Pertama, Mempertahankan Negara Republik Indonesia
dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia. Kedua, Menegakkan dan
mengembangkan ajaran agama Islam. Dua tujuan inilah yang kelak menjadi
pondasi dasar gerakan HMI sebagai organisasi maupun individu-individu yang
pernah dikader di HMI.
Lafran Pane sendiri meyakini bahwa agama islam dapat memenuhi
keperluankeperluan manusia pada segala waktu dan tempat, artinya dapat
menselaraskan diri dengan keadaan dan keperluan masyarakat dimanapun juga.
Adanya bermacam-macam bangsa yang berbeda-beda masyarakatnya, yang
terganting pada faktor alam, kebiasaan, dan lain-lain. Maka kebudayaan islam dapat
diselaraskan dengan masyarakat masing-masing.
Sebagai muslim dan warga Negara Republik Indonesia, Lafran juga
menunjukan semangat nasionalismenya. Dalam kesempatan lain, pada pidato
pengukuhan Lafran Pane sebagai Guru Besar dalam mata pelajaran Ilmu Tata
Negara pada Fakultas Keguruan Ilmu Sosial, IKIP Yogyakarta (sekarang UNY),
kamis 16 Juli 1970, Lafran menyebutkan bahwa Pancasila merupakan hal yang
tidak bisa berubah. Pancasila harus dipertahankan sebagai dasar Negara Republik
Indonesia. Namun ia juga tidak menolak beragam pandangan tentang pancasila.
Lafran Pane diakruniani oleh Allah SWT tiga orang anak, yakni dua orang
anak laki-laki dan satu orang wanita, dari perkawiannya dengan Ibu Martha Dewi
asal Bengkulu/Lampung, yang melangsungkan perkawianannya tanggal 6 oktober
1951. Putra-putri Lafran Pane antara lain adalah : satu Toga Fakhrudin Pane,
Alumnus Fakultas Kedokteran UGM, mantan aktivis Pelajar Islam Indonesia dan
HMI. Kedua, Muhammad Iqbal Pane, Alumnus Fakultas Tekhnik UGM, aktif di
PII dan HMI. Ketiga, Ttti Sari Rakhmiati Boru Pane alumni Fakultas Ekonomi
UGM dan juga anggota HMI.
Lafran Pane wafat pada 25 Januari 1991 di Yogyakarta, sedangkan HMI
yang diprakarsainya tetap hidup hingga saat ini.

8.2 Latar Belakang Berdirinya HMI


a. Kondisi Umat Islam Dunia
Tibalah periode kemunduran Islam, penyebabnya mulai dari
perselisihan antar anggota kerajaan yang memperebutkan kekuasaan hingga
meletusnya perang salib ikut mewarnai detik-detik kehancuran peradaban Islam
yang dibangun kurang lebih lima abad lamanya. Peranan pendidikan Islam
disini mulai dikesampingkan, terbukti dengan moral anak-anak raja yang
kurang mencerminkan nilai-nilai keislaman, tidak kompetennya raja-raja baru
yang memimpin sehingga banyaknya dinasti-dinasti baru, kurangnya
pengimplementasian ilmu perekonomian hingga tidak adanya counter atas
aliran-aliran sesat yang muncul. Nilai-nilai hasil dari pengimplementasian
sistem pendidikan Islam hancur begitu saja setelah berusaha dilestarikan
semenjak berdirinya dinasti ini. Adapun bencana besar dalam sejarah
pendidikan terjadi ketika pembakaran perpustakaan di Baghdad. Manuskrip-
manuskrip yang ada di dalamnya dibakar dan dibuang ke sungai Tigris hingga
airnya berwarna kehitaman oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan.
Alhasil, banyak sumber-sumber ilmu pengetahuan yang dihasilkan sejak lama
ikut lenyap begitu saja tanpa peninggalan.
Terdapat beberapa alasan yang secara tidak langsung membawa
peradaban pada gerbang kehancuran. Pertama, adanya dikotomi antara sains
agama (‘ulum syar’iyyah) dan sains rasional/sekuler (‘ulum ‘aqliyah) yang
membuat Islam kaku dan terlalu normatif. Kedua, adanya pandangan bahwa
ilmu itu sangatlah luas dan hidup ini terlampau singkat. Oleh karenanya, setiap
orang harus menentukan garis prioritasnya, dan mengutamakan tujuannya pada
sains agama yang berdalih dapat memberikan kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat. Ketiga, adanya sikap menghukumi sains rasional/sekuler dan
perkembangan intelektualitas sebagai sesuatu hal yang tidak diajarkan dalam
Islam (bid’ah) dan berbahaya bagi keimanan. Keempat, kurang adanya
kesejahteraan bagi para filsuf dan saintis atas keilmuannya. Seseorang yang
bersanad pada sains agama akan lebih mudah memperoleh pekerjaan dibanding
mereka yang memiliki fokus terhadap sains rasional/sekuler; para saintis dan
filsuf hanya bisa mendapatkan pekerjaan dari istana saja. Terakhir, adanya
pandangan negatif hingga menentang sains an sich bahkan filsafat, tidak jarang
berujung pada sikap penghakiman sepihak. Al-Ghazali sebagai tokoh istimewa
pada masanya, sangat keras menentang adanya hal tersebut. Pandangannya
terkesan spekulatif mengenai tidak relevannya filsafat dengan ajaran Islam;
mencerminkan keabadian dunia dan menyimbolkan wahyu dan rasul serta
penolakan kebangkitan secara fisik pada hari akhir, membuat pemikir
tradisional lainnya ikut mendakwa filsuf sebagai tukang bid’ah.
Bersamaan dengan kemunduran dunia Islam, bangsa-bangsa Eropa
tumbuh dengan pemikiran dan kesadaran baru akan ketertinggalannya pada
masa lalu. Ketertinggalan inilah kemudian yang memantik semangat bangsa-
bangsa Eropa untuk menyaingi dan mengalahkan kejayaan peradaban Islam.
Dikenal sebagai bangsa yang memiliki peradaban rendah, bangsa-bangsa Eropa
mulai mempelajari ilmu pengetahuan secara masif, salah satunya melalui dunia
Islam. Melalui usaha-usaha penerjemahan besar-besaran terhadap buku-buku
Ilmu Pengetahuan Islam ke dalam bahasa-bahasa Eropa, gelombang
kebangkitan kembali mulai terasa. Kontruksi peradaban barat mulai terbangun
dan mulai progresif terhadap kemajuan zaman yang membuat wajah eropa tidak
lagi kelam untuk selamanya.
Berdasarkan data historis, sejak abad ke-8/14 peradaban Islam dan
peradaban Eropa mengalami perubahan menuju arah yang berlawanan.
Peradaban Islam sedang mengalami masa-masa regresif yang menjadikan
masyarakatnya bersifat konservatif. Sedangkan sebaliknya, peradaban Eropa
mengalami kemajuan pesat hingga mampu menandingi dunia Islam. Setelah
berlangsung tiga abad lamanya, posisi perbandingan kedua peradaban ini telah
bertukar keadaan dan kedudukan. Mulanya kemajuan ialah milik umat Islam
dan bangsa-bangsa Eropa belajar melalui umat Islam. Namun kini, sejak abad
ke-11/17 dan sesudahnya, kemajuan ialah milik bangsa-bangsa Eropa dan umat
Islam wajib mengakui keunggulan mereka.
Kesenjangan kemajuan peradaban semakin terlihat sejak abad ke-11/17
hingga pertengahan abad ke-14/20 yang memberikan babak baru sejarah kelam
dari peradaban Islam. Warisan-warisan kegemilangan Islam yang tersisa lambat
laun terkisis oleh kedigjayaan Eropa. Melalui sistem kolonialisasi, hampir
seluruh wilayah dunia Islam jatuh ke dalam dominasi bangsa-bangsa Eropa.
Mulanya umat Islam berperan sebagai tuan tanah di negerinya sendiri, namun
seiring berjalannya waktu umat Islam justru menjadi objek penjajahan oleh
bangsa lainnya. Alhasil, sejarah hanya tinggal kenangan dan peradaban emas
Islam hanya dikenal sebatas mitologi.
b. Kondisi NKRI
Tahun 1596 Cornelis de Houtman mulai mendarat di Banten.
Peristiwa ini menjadi awal mula, hadirnya Belanda ke Indonesia dan mereka
memulai upaya untuk melakukan cengkeraman ekonomi dan politik. Cornelis
de Houtman dan rombongan ekspedisinya kemudian mendirikan VOC. VOC
kemudian menebarkan pengaruhnya ke berbagai wilayah. VOC kemudian
dibubarkan dan tahun 1800, Belanda memerintah langsung wilayah yang
dikuasai VOC. Barulah sejak saat itu Belanda mulai melakukan kolonialisme
di Indonesia. Walhasil imperialisme Belanda yang bibit-bibit mulai hadir
sejak de Houtman datang, membawa paling tidak tiga hal :
1) Penjajahan itu sendiri dengan segala bentuk implikasinya
2) Missi dan Zending Kristen
3) Peradaban Barat dengan ciri sekulerisme dan liberalism.3
Berbagai wilayah di Indonesia tidak begitu saja menerima kehadiran
Belanda. Bertahun-tahun setelah melalui perjuangan secara terus menerus dan
atas rahmat Allah SWT maka pada akhirnya tanggal 17 Agustus 1945,
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan di Jakarta.
Pembacaan teks proklamasi tersebut dibacakan oleh Ir. Soekarno, dengan
mengatasnamakan bangsa Indonesia yang diwakili oleh dwitunggal Soekarno-
Hatta.
c. Kondisi Umat Islam Indonesia
Sebab terpuruknya peradaban Islam, mengakibatkan stagnasi secara
meratadalam seluruh aspek, salah satunya dalam khazanah pemikiran Islam.
Meskipun telah ada; tidak banyak, bermunculan para pemikir modern dalam
Islam, tetapi masih belum dapat mengembalikan romantisme kejayaan Islam
klasik. Sedikitnya cukup banyak pandangan yang bertujuan memajukan
peradaban Islam dengan caranya sendiri sebagai antitesis stagnannya
peradaban Islam. Pandangan reformis dari Muhammad Rasyid Ridha, Neo-
Modernisme oleh Fazlur Rahman, Modernisme oleh Muhammad Abduh, dan
lain sebagainya masih belum laku terjual di masyarakat yang notabenenya
menyukai pandangan yang bersifat tradisionalis/konservatif.
Kondisi umat Islam sebelum berdirinya HMI dapat dikategorikan
menjadi 4 (empat) golongan, yaitu:
1) Pertama : Sebagian besar yang melakukan ajaran Islam itu hanya
sebagai kewajiban yang bersifat seremonial seperti dalam upacara
perkawinan, kematian serta kelahiran.
2) Kedua : Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang
mengenal dan mempraktekkan ajaran Islam sesuai yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad SAW.
3) Ketiga : Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang
terpengaruh oleh mistikisme yang menyebabkan mereka
berpendirian bahwa hidup iniadalah untuk kepentingan akhirat saja.
4) Keempat : Golongan kecil yang mencoba menyesuaikan diri dengan
kemajuan jaman, selaras dengan wujud dan hakekat agama Islam.
Mereka berusaha supaya agama Islam itu benar-benar dapat
dipraktekkan dalam masyarakat Indonesia.4
d. Kondisi Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan
Ada dua faktor yang sangat dominan yang mewarnai Perguruan
Tinggi (PT) dan dunia kemahasiswaan sebelum HMI berdiri. Pertama: sistem
yangditerapkan dalam dunia pendidikan umumnya dan PT khususnya adalah
sistem pendidikan barat, yang mengarah kepada sekularisme dan
westernisasi.
Pendidikan yang bersifat sekuler dan penuh cara pandang barat yang
positivis, memiliki kecendrungan menganggap agama sebagai hal yang tidak
rasional serta tidak ilmiah. Kedua : adanya Perserikatan Mahasiswa
Yogyakarta (PMY) dan merebaknya penyebaran ideologi komunis di
kalangan mahasiswa.5 Bergabungnya dua paham ini (sekuler dan komunis),
melanda dunia PT dan Kemahasiswaan, tentunya hal ini berdampak buruk
bagi perkembangan dunia kemahasiswaan. Dimana mahasiswa Islam
akhirnya terancam terkena pengaruh dua paham tersebut, yang pada akhirnya
akan berdampak buruk bagi pemahamanagama Islam di kalangan mahasiswa.

8.3 Nama-Nama Pendiri HMI:


a. Lafran Pane (Yogyakarta)
b. Karnoto Zarkasyi (Ambarawa)
c. Dahlan Husein (Palembang)
d. Siti Zainah (Palembang/istri Dahlan Husein)
e. Maisaroh Hilal (Singapura/Cucu KH Ahmad Dahlan)
f. Soewali (Jember)
g. Yusdi Ghozali (Semarang/Pendiri PII)
h. Mansyur (Palembang)
i. M. Anwar (Malang)
j. Hasan Basri (Surakarta)
k. Marwan (Bengkulu)
l. Zulkarnaen (Bengkulu)
m. Tayeb Razak (Jakarta)
n. Toha Mashudi (Malang)
o. Bidron Hadi (Yogyakarta)

8.4 Kongres Muslimin Indonesia diselenggarakan di Yogyakarta pada 20-25


Desember 1949 yang dihadiri 185 alim ulama dan cendekiawan muslim serta
berbagai organisasi Islam dari seluruh Indonesia. Adapun hasil-hasil
keputusannya ialah sebagai berikut:
a. Membentuk badan koordinasi “Badan Kongres Muslimin Indonesia” sebagai
bentuk kerjasama di berbagai bidang.
b. Mendirikan badan kontak wanita, bernama Lembaga Kewanitaan di
sekretariat BKMI.
c. Menyatukan organisasi pelajar Islam, bernama “Pelajar Islam Indonesia”
(PII).
d. Menyatukan organisasi guru Islam dengan nama “Persatuan Guru Islam
Indonesia” (PGII).
e. Menyatukan semua wartawan Islam dalam organisasi “Wartawan Muslimin
Indonesia” (WARMUSI).
f. Menggabungkan organisasi-organisasi pemuda dalam satu badan, yakni
“Dewan Pemuda Islam Indonesia”.
g. Hanya satu organisasi Mahasiswa Islam, yakni “Himpunan Mahasiswa
Islam” yang bercabang di tiap-tiap kota yang ada Sekolah Tinggi.

8.5 Fase-Fase Perjuangan HMI:


a. Fase Konsolidasi Spiritual dan Proses Berdirinya HMI (1946)
Bermula dari latar belakang munculnya pemkiran dan berdirinya HMI
serta kondisi objektif yang mendorongnya, maka rintisan untuk mendirikan
HMI muncul di bulan November 1946. Permasalahan yang dapat diangkat
dari latar belakang berdirinya HMI yang sebelumnya sudah dipaparkan.
Beberapa hal tersebut merupakan suatu kenyataan yang harus diantisipasi dan
dijawab secara cepat dan kongkrit serta menunjukan apa sebenarnya islam
itu. Maka pembaharuan pemikiran dikalangan umat islam bangsa indonesia
suatu keniscayaan.
b. Fase Berdiri dan Pengokohan (5 Februari 1947 – 30 November 1947)
Selama lebih kurang 9 (sembilan) bulan, reaksi-reaksi terhadap
kelahiran HMI barulah berakhir. Masa sembilan bulan itu dipergunakan
untuk menjawab berbagai reaksi dan tantangan yang datang silih berganti.
Dimulai dengan Lafran pane mendatangi PII dan GPII yang menganggap
HMI sebagai saingan mereka dan pemecah belah umat Islam, akhirnya Lafran
Pane berhasil meyakinkan mereka bahwa HMI serta PII dan GPII sama-sama
berjuang untuk Islam. Namun ranahnya berbeda, kalau HMI khusus
menggarap bidang kemahasiswaan.3
Kemudian untuk menghilangkan anggapan buruk mengenai HMI
Maka diadakanlah berbagai aktivitas untuk popularisasi organisasi dengan
mengadakan ceramah-ceramah ilmiah, rekreasi malam-malam kesenian.
Semua langkah itu dilakukan agar semakin mengokohkan eksistensi HMI
sehingga dapat berdiri tegak dan kokoh. Kemudian dilakukan beberapa
langkah dalam bidang pengokohan organisasi4:
a. Di bidang organisasi, HMI mulai mendirikan cabang- cabang baru seperti
Klaten, Solo dan Yogyakarta. Pengurus HMI bentukan 5 Februari 1947
otomatis menjadi Pengurus Besar (PB) HMI pertama dan merangkap menjadi
Pengurus HMI Cabang Yogyakarta I. Hari Rabu Pon 1878, tanggal 14 Rabiul
Awal 1366/5 Februari 1947, menetapkan berdirinya organisasi Himpunan
Mahasiswa Islam, disingkat HMI.
b. Mengesahkan Anggaran Dasar HMI. Adapun Anggaran Rumah Tangga
dibuat kemudian.
c. Membentuk Pengurus HMI :
• Ketua : Lafran Pane (Prof. Drs. Alm.)
• Wakil Ketua : Asmin Nasution (Drs.)
• Penulis I : Anton Timur Jailani (Prof. H. – MA)
• Penulis II : Karnoto Zarkasyi (Kapten AD – BA)
• Bendahara I : Dahlan Husein

3
Tim Penyusun Modul Perkaderan UI, op. cit., hal 7.
4
Tim Penyusun Modul LK I Cabang Ciputat, op. cit., hal 6.
• Bendahara II : Maisaroh Hilal
• Anggota : Soewali, Yusdi Ghozali (SH), Mansyur
c. Fase Perjuangan Bersenjata dan Perang Kemerdekaan, dan Menghadapi
Pengkhianatan dan Pemberontakan PKI (1947- 1949)
Seiring dengan tujuan HMI yang digariskan sejak awal berdirinya,
maka konsekuensinya dalam masa perang kemerdekaan, HMI terjun ke medan
pertempuran melawan agresi yang dilakukan oleh Belanda, membantu
Pemerintah, baik langsung mengangkat senjata, sebagai staff, penerangan,
penghubung. Untuk menghadapi pemberontakkan PKI di Madiun 18
September 1948, Ketua Persatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia (PPMI)/
Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa
(CM), dengan Komandan Hartono dan wakil Komandan Ahmad Tirtosudiro,
ikut membantu Pemerintah menumpas pemberontakkan PKI di Madiun,
dengan mengerahkan anggota CM ke gunung-gunung, memperkuat kendali
pemerintah dalam. Tidak heran bila Jendral Sudirman pernah menyebut HMI
sebagai “harapan masyarakat Indonesia5.” Sejak Pemberontakan Madiun
itulah dendam kesumat PKI terhadap HMI tertanam. Dendam disertai benci itu
nampak sangat menonjol pada tahun 1964-1965, disaat-saat menjelang
meletusnya G30S/PKI.
d. Fase Pembinaan dan Pengembangan Organisasi (1950-1963)
Selama para kader HMI banyak yang terjun ke gelanggang
pertempuran melawan pihak-pihak yang mengancam kedaulatan dan
kemerdekaan Indonesia, selama itu pula pembinaan organisasi terabaikan.
Namun hal itu dilakukan secara sadar, karena itu semua untuk merealisir tujuan
dari HMI sendiri, serta tugasnya yakni tugas agama dan tugas Bangsa. Maka
dengan adanya penyerahan kedaulatan Rakyat tanggal 27 Desember 1949,
mahasiswa yang berniat untuk melanjutkan kuliahnya bermunculan di
Yogyakarta. Sejak tahun 1950 dilaksankanlah tugas-tugas konsolidasi internal
organisasi. Disadari bahwa konsolidasi organisasi adalah masalah besar
sepanjang masa. Bulan Juli 1951 PB HMI dipindahkan dari Yogyakarta ke
Jakarta.6
e. Fase Tantangan I (1964-1965)
Dendam sejarah PKI kepada HMI merupakan sebuah tantangan
tersendiri bagi HMI. Setelah agitasi-agitasinya berhasil membubarkan
Masyumi dan GPII, PKI menganggap HMI adalah kekuatan ketiga umat Islam.
Begitu bersemangatnya PKI dan simpatisannya dalam membubarkan HMI,
terlihat dalam segala aksi-aksinya, Mulai dari hasutan, fitnah, propaganda
hingga aksi-aksi riil berupa penculikan yang disebut. Bahkan D.N. Aidit, Ketua
CC PKI pernah mengatakan dalam Kongres Central Gerakan Mahasiswa
Indonesia (CGMI) di Senayan, “kalau idak dapat membubarkan HMI. Lebih

5
Alfian, Alfan. 2013. HMi 1963 – 1966: Menegakkan Pancasila di Tengah Prahara. Jakarta: Kompas, hal 8.
6
Tim Penyusun Modul LK I Ciputat, loc. cit., hal 8.
baik pakai sarung saja.”7 Rupanya usaha-usaha yang gigih dari kaum komunis
dalam membubarkan HMI ternyata tidak menjadi kenyataan, dan sejarah pun
menunjukkan akhir yang tragis untuk PKI. Hal ini bermula dengan
meninggalnya 6 orang Jendral dan 1 orang perwira ajudan Jendral Nasution,
kemudian ditemukan bahwa PKI8 diduga kuat terlibat dalam peristiwa
penculikan tersebut yang dikenalsebagai G30S/Gestapu. Dari situlah kemudian
situasi mulai berbalik dan mulai tidak menguntungkan bagi PKI.
f. Fase Kebangkitan HMI sebagai Pejuang Orde Baru dan Pelopor Kebangkitan
Angkatan 66 (1966-1968)
HMI sebagai sumber insani bangsa turut mempelopori tegaknya Orde
Baru untuk menghapuskan orde lama yang sarat dengan keotoriterannya.
Usaha-usaha itu tampak antara lain HMI melalui Wakil Ketua PB Mari'ie
Muhammad memprakasai Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAMI) 25 Oktober
1965. Masa aksi KAMI yang pertama berupa Rapat Umum dilaksanakan
tanggal 3 Nopember 1965 di halaman Fakultas Kedokteran UI Salemba Jakarta,
dimana barisan HMI menunjukan superioitasnya dengan massanya yang
terbesar. Puncak aksi KAMI terjadi pada tanggal 10 Januari 1966 yang
mengumandangkan tuntutan rakyat dalam bentuk Tritura yaitu:
1. Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya
2. Perombakan kabinet Dwikora
3. Turunkan harga pangan
Tuntutan tersebut ternyata mendapat perlakuan yang represif dari aparat
keamanan sehingga tidak sedikit dari pihak mahasiswa menjadi korban.
Diantaranya Arif Rahman Hakim yang kemudian dikenal sebagai Pahlawan
Ampera. Beragam demo dan instabilitas tersebut, kemudian membuat Presiden

7
Sulastomo. 2006. Di Balik Tragedi 1965. Jakarta: Yayasan Pustaka Umat, hal 28.
8
Buku-buku yang membahas mengenai hal ini sudah banyak sekali ditulis. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam
Said, Salim. 2014. Dari Gestapu ke Reformasi: Serangkaian Kesaksian. Bandung: Mizan, hal 71. Dapat juga
dilihat pada K.H.., Ramadhan & G. Dwipayana (Peny.). 1989. Soeharto: Ucapan, Pikiran dan Tindakan Saya.
Jakarta: Citra Lamtoro Gung Persada, hal 141. Soeharto dalam otobiografinya mengungkapkan bahwa dia sudah
menduga ada keterlibatan PKI, sebab pemimpin aksi itu di lapangan ialah Letkol Untung, ia sudah lama mengenal
Letkol Untung dan sudah mengetahui sejak lama bahwa ia berafiliasi dengan komunis. Buku-buku yang membela
Soekarno dalam peristiwa ini contohnya ialah buku Sophiaan, Manai. 2008. Kehormatan Bagi yang Berhak.
Jakarta: Visimedia, hal 125. Meskipun buku ini cenderung membela Bung Karno. Namun terdapat fakta menarik
dalam buku ini, Manai Sophiaan menyatakan bahwa pemalsuan Dokumen Gilchrist terdapat keterlibatan Ladislav
Bitman, anggota KGB dan mereka memancing PKI supaya segera bergerak mengambil kekuasaan. Hal ini
kebetulan diaminkan oleh Salim Said, ia menyatakan sewaktu menjadi Dubes RI untuk Republik Ceko ia pernah
menemui Ladislav Bitman dan ia mengungkapkan memang ada keterlibatan KGB dalam Gestapu. Dalam
memoarnya Salim Said mengungkapkan bahwa KGB sengaja memancing PKI, karena D.N. Aidit dan ideolog
Partai Komunis Soviet, Mikhail Suslov berdebat keras perihal revisionisme. D.N. Aidit menentang revisionisme
dalam ajaran Marxisme-Leninisme dan mendukung sikap Tiongkok, Aidit menyatakan bahwa PKI berkiblat ke
RRT. Suslov meradang mendengar argumen Aidit, kemudian ia bersumpah bahwa Uni Soviet tidak akan
membiarkan PKI begitu saja. Memang masalah G30S/PKI akan terus menjadi kontroversi sampai hari ini, karena
Supersemar yang menjadi raison d’etre berdirinya Orde Baru sendiri belum ditemukan versi yang aslinya.
Sehingga masih belum jelas apakah peristiwa G30S/PKI dan Supersemar ini merupakan kudeta Soeharto
sebagaimana dituduhkan atau bukan. Memang selama ini banyak buku yang terbit dari beragam sudut pandang
dan teori, karena dokumen Supersemar yang asli belum pernah ketemu hingga hari ini. Dari berbagai literature
yang saya baca, kemudian saya sendiri meyakini memang ada keterlibatan PKI dalam peristiwa penculikan 6
Jendral dan 1 orang perwira.
Soekarno mengeluarkan surat yang kemudian dikenal sebagai Surat Perintah
11 Maret (Supersemar), yang dimandatkan kepada Letjen Soeharto,
Pangkostrad saat itu untuk mengamankan keadaan karena waktu itu kondisi
negara sedang tidak kondusif.9 Soeharto menggunakan Supersemar ini untuk
membubarkan PKI, hal yang tidak dikehendaki oleh Bung Karno waktu itu.10
Kemudian Soeharto mulai menyingkirkan anggota PKI dan simpatisannya dari
legislatif. Soeharto kemudian diangkat menjadi Jendral penuh, berbintang
empat dan memegang kendali atas militer. Ia pun kemudian menjadi Pejabat
Presiden. Akhirnya Soeharto kemudian resmi menjadi Presiden RI
menggantikan Soekarno, setelah pidato pertanggung jawaban Presiden
Soekarno, Nawaksara ditolak oleh MPRS.11
g. Fase Partisipasi HMI dalam Pembangunan (1969-sekarang)
Setelah Orde Baru mulai mantap berdiri.12 Sudah ada itikad untuk
melaksanakan Pancasila yang murni dan konsekuen. Maka sejak tanggal 1
April 1969 dimulailah Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) dalam
rangka mewujudkan Pancasila dengan murni dan konsekuen tersebut.13 HMI
pun sesuai dengan 5 aspek pemikirannya turut pula memberikan sumbangan
serta partisipasinya dalam era awal pembagunan. Bentuk-bentuk partisipasi
HMI baik anggotanya maupun yang telah menjadi alumni meliputi
diantaranya:
1. Partisipasi dalam pembentukan suasana, situasi dan iklim yang
memungkinkan dilaksanakannya pembangunan,
2. Partisipasi dalam pemberian konsep-konsep dalam berbagai aspek
pemikiran
3. Partisipasi dalam bentuk pelaksana langsung dari pembangunan.14
h. Fase Pergolakan dan Pembaharuan Pemikiran (1970-sekarang)
Suatu ciri khas yang dibina dan dikembangkan oleh HMI, diantaranya
adalah kebebasan berpikir dikalangan anggotanya, karena pada hakikatnya
timbulnya pembaharuan dan pergolakan dalam pemikiran karena adanya
pemikiran yang bersifat dinamis dari masing-masing individu. Disebutkan
bahwa fase pergolakan pemikiran ini baru muncul pada tahun 1970, tetapi
geja-gejalanya telah nampak pada tahun 1968. Namun klimaksnya memang
terjadi pada tahun 1970, upaya untuk menyelesaikan masalah pergolakan
pemikiran terlihat saat Cak Nur menyusun buku saku ideologi HMI yang ia
sebut sebagai Nilai Dasar Perjuangan (NDP). Dokumen NDP ini ia
presentasikan pada kongres IX di Malang, Jawa Timur. Baru kemudian

9
Supersemar sendiri hingga sekarang masih diperdebatkan isinya. Sebab hingga hari ini naskah Supersemar
yang asli belum ditemukan.
10
Notosusanto, Nugroho, dkk. 2011. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka, hal 237
11
Ibid, 239
12
Ricklefs, M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200 – 2008. Jakarta: Serambi, hal 311. Kendati demikian
menurut Ricklefs, Orde Baru mulai lebih kokoh lagi setelah Pemilu 1971 dan Golkar sudah menjadi bagian dari
instrumen kuat pendukung Orde Baru.
13
Nugroho Notosusanto, op.cit., hal 247
14
Tim Penyusun Modul LK I Ciputat, op. cit., hal 11.
ditunjuk tiga orang untuk menyempurnakan NDP yaitu: Nurcholis Madjid,
Endang Saifuddin Anshari dan Sakib Mahmud.15 Barulah kemudian NDP yang
sudah disempurnakan ini disahkan pada Kongres X di Palembang 1971.
Tatkala Nurcholish Madjid menyampaikan ide pembaharuannya dengan
topik Keharusan Pembaharuan Pemikiran dalam Islam dan Masalah Integrasi
Umat. Sikap itu diambil, karena apabila kondisi ini dibiarkan mengakibatkan
persoalan-persoalan umat yang terbelenggu selama ini, tidak akan memperoleh
jawaban yang efektif.16
Sebagai konsekuensinya muncul pergolakan pemikiran dalam tubuh
HMI yang dalam berbagai substansi permasalahan timbul perbedaan pendapat,
penafsiran dan interpretasi. Dunia keislaman di Indonesia saat itu memang
tengah berbeda pendapat di kalangan intelektual dan ulama, mengenai
Pancasila. Saat itu banyak pihak yang menganggap Pancasila sebagai hukum
toghut, kafir dan tidak sesuai dengan Islam. Anggapan-anggapan ini ditepis
oleh beberapa intelektual yang lahir dari HMI seperti Nurcholis Madjid,
Djohan Effendie ataupun yang bukan dari HMI, seperti Gus Dur.
Kendati demikian masalah ini masih tetap menjadi polemik, meski sudah
berusaha diselesaikan. Beberapa yang menentang Pancasila, beranggapan
bahwa ideologi tersebut dijadikan alat dan legitimasi Orde Baru untuk
memberangus lawan-lawan politiknya. Hal ini kemudian diperkuat dengan
diberlakukannya Undang-Undang Nomor: 8/1985 yang mengharuskan bahwa
semua partai dan organisasi harus berideologi Pancasila atau disebut sebagai
Asas Tunggal. NU sendiri sudahmenetapkan asas ideologinya Pancasila, dalam
Muktamar NU di Situbondo yang memenangkan Gus Dur.17
Kendati masalah Pancasila dan Asas Tunggal selesai di NU, namun
tidak demikian dengan di HMI. Asas Tunggal sendiri sejatinya menjadi
polemik di kalangan umat Islam, banyak yang beranggapan kebijakan ini
memang bertujuan untuk memberangus organisasi Islam sebab ideologi lain
selain Pancasila yang kuat hanyalah Islam. Sebab ideologi kiri telah lenyap
dengan bubarnya PKI dan adanya tap MPR mengenai pelarangan PKI.
Masalah ini kemudian berimbas ke dalam tubuh HMI, ada kubu yang setuju
Asas Tunggal dan ada yang tidak. Akhirnya pada Kongres ke-16 HMI di
Padang tahun 1986, HMI menyesuaikan diri dengan mengubah asas Islam
dengan Pancasila demi menyelamatkan agar HMI tidak dibubarkan oleh
pemerintah saat itu. Akibat penyesuaian ini beberapa orang anggota HMI yang
menentang hasil kongres di Padang akhirnya membentuk Himpunan
Mahasiswa Islam – Majelis Penyelamat Organisasi (HMI_MPO), akibatnya

15
Solichin, Op.Cit., hal 241.
16
Tim Penyusun Modul LK I Ciputat, Op.Cit., hal 11.
17
Muktamar ke-27 ini dilakukan di tahun 1984 dalam muktamar ini NU menyetujui Pancasila sebagai asas dan
menyatakan kembali ke khittah NU 1926 sebagai ormas yang aktif di bidang sosial kemasyarakatan. NU resmi
keluar dari PPP. Lebih lengkapnya lihat di Barton, Greg. 2015. Biografi Gus Dur: The Authorized Biography of
Abdurrahman Wahid. Yogyakarta: Lkis, hal 377.
HMI pecah menjadi dua yaitu HMI DIPO, HMI yang menyetujui Asas
Tunggal dan berkedudukan di Jl. Diponegoro,18 Menteng dan HMI MPO.
i. Fase Reformasi
Suara-suara mengkritik Rezim Orde Baru dan kekuasaan Presiden
Soeharto yang otoriter sudah mulai bermunculan. Hal ini terutama karena
adanya Krisis Finansial Asia 1997 yang berimbas sangat buruk ke Indonesia,
sehingga masyarakat yang semula menoleransi Orde Baru kemudian mulai
berani bersuara mengkritik Orde Baru.19 HMI tidak luput menjadi pihak yang
berani mengkritisi Orde Baru hal ini terlihat dalam Dies Natalis HMI ke-50.
Dihadapan Presiden Soeharto tatkala menghadiri dan memberikan sambutan
pada peringatan Ulang Tahun Emas 50 tahunHMI di Jakarta tanggal 20 Maret
1997 (satu tahun sebelum reformasi), dimana Taufik Hidayat Ketua Umum PB
HMI 1995-1997 menegaskan; sekaligus sebagai jawaban atas kritik-kritik
yang memandang HMI terlalu dekat dengan kekuasaan. Bagi HMI, kekuasaan
atau politik bukanlah wilayah yang haram, politik justru mulia, apabila
dijalankan di atas etika dan bertujuan untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran
dan keadilan. Lantaran itu, HMI akan mendukung kekuasaan pemerintah yang
sungguh-sungguh dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan.
Sebaliknya, HMI akan tampil ke depan menentang kekuasaan yang korup dan
menyeleweng. Ini telah dibuktikan ketika HMI terlibat aktif dalam merintis
dan menegakkan Orde Baru. Demikian juga pada saat sekarang ini dan masa-
masa mendatang. Kritik- kritik ini tidak boleh mengurangi rasa percaya diri
HMI untuk tetap melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar.
Pemikiran dan reformasi selanjutnya disampaikan Ketua Umum PB HMI
1997-1999 Anas Urbaningrum pada waktu peringatan Dies Natalis HMI ke-51
di Graha Insan Cita Depok tanggal 22 Februari 1998, dengan judul Urgensi
Reformasi Bagi Pembangunan Bangsa yang Bermartabat. Pidato tersebut
menjadi bukti bahwa HMI yang saat itu dianggap onderbouw Orde Baru mulai
berani mengkritik Orde Baru. Reformasi sendiri berlangsung dengan berdarah,
terutama dalam tragedi yang menewaskan empat mahasiswa Universitas
Trisakti: Elang Mulia Lesmana (1978-1998), Heri Hertanto (1977 - 1998),
Hafidin Royan (1976 - 1998), dan Hendriawan Sie (1975 - 1998).20 Gelombang
massa aksi mahasiswa mulai meluas, banyak kampus yang turun untuk aksi
menuntut turunnya Presiden Soeharto, HMI termasuk berada di dalamnya
dengan adanya Amien Rais, Ketua Muhammadiyah saat itu dan juga alumni
HMI.
Beberapa tokoh nasional diundang oleh Presiden Soeharto untuk
dimintai pendapat. Salah satu tokoh yang diundang ialah Cak Nur, ia
merekomendasikan Presiden Soeharto untuk mundur dari kursi kekuasaannya.
Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto menyatakan mundur

18
Sekarang kantor PB HMI telah pindah ke Jalan Sultan Agung Nomor 25 A Guntur, Jakarta Selatan
19
Ricklefs, Op.Cit., hal 495.
20
Ibid, hal 555
dari jabatannya.21 Meskipun Presiden Soeharto sudah mundur dari jabatannya,
namun HMI tetap konsisten mengawal proses Reformasi. Seperti pada
pernyataan Ketua PB HMI saat itu Anas Urbaningrum pada Peringatan Dies
Natalis ke-52 di Auditorium Sapta Pesona Departemen Pariwisata Seni dan
Budaya Jakarta 5 Februari 1999, dengan judul Dari HMI untuk Kebersamaan
Bangsa Menuju Indonesia Baru.
j. Fase Tantangan II (2000-sekarang)
Pada fase ini HMI menghadapi tantangan yang tentu saja berbeda
dengan Fase Tantangan I. Pada fase tantangan I, HMI hanya menghadapi
tantangan dari pihak luar yakni PKI. Namun pada kali ini HMI menghadapi
tantangan baik di tingkat internal maupun eksternal sendiri. Beberapa tantangan
dalam internal HMI itu sendiri:
a) Masalah eksistensi dan keberadaan HMI, seperti menurunnya jumlah
mahasiswa baru masuk HMI, tidak terdapatnya HMI di berbagai perguruan
tinggi, institut, fakultas, akademi, program studi, sebagai basis HMI.
b) Masalah relevansi pemikiran-pemikiran HMI, untuk melakukan perbaikan
dan perubahan yang mendasar terhadap berbagai masalah yang muncul
yang dihadapi bangsa Indonesia.
c) Masalah peran HMI sebagai organisasi perjuangan yang sanggup tampil
dalam barisan terdepan sebagai avant grade, kader pelopor bangsa dalam
mengambil inisiatif untuk melakukan berbagai perubahan yang sangat
dibutuhkan masyarakat.
Masalah efektifitas HMI untuk memecahkan masalah yang dihadapi
bangsa, karena banyak organisasi yang sejenis maupun yang lain yang dapat
tampil lebih efektif dan dapat mengambil inisiatif terdepan untuk memberi
solusi terhadap problem yang dihadapi bangsa Indonesia.
Kemudian terdapat tantangan yang tidak kalah peliknya dari tantangan
internal, yakni tantangan eksternal:
a) Tantangan menghadapi perubahan zaman yang jauh berbeda dari abad ke-
20 dan yang muncul pada abad ke-21 ini.
b) Tantangan terhadap peralihan generasi yang hidup dalam zaman dan
situasi yang berada dalam berbagai aspek kehidupan khususnya yang
dijalani generasi muda bangsa.
c) Tantangan untuk mempersiapkan kader-kader dan alumni HMI, yang akan
menggantikan alumni-alumni HMI yang saat ini menduduki berbagai
posisi strategis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Karena regenerasi atau pergantian pejabat-pejabat, suka tidak suka, mau
tidak mau pasti terus berlangsung.
d) Tantangan menghadapi golongan lain, yang mempunyai misi lain dari
umat Islam dan bangsa Indonesia.
e) Tantangan tentang adanya kerawanan aqidah.

21
Lebih lengkapnya dapat dibaca pada Habibie, B.J.. 2006. Detik-detik yang Menentukan. Jakarta: THC
Mandiri, hal 65.
f) Tantangan menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang
terus berkembang tanpa henti.
g) Tantangan menghadapi perubahan dan pembaharuan di segala aspek
kehidupan manusia yang terus berlangsung sesuai dengan semangat
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat kompetitif.
h) Tantangan menghadapi masa depan yang belum dapat diketahui bentuk
dan coraknya.
i) Kondisi umat Islam di Indonesia yang dalam kondisi belum bersatu.
j) Kondisi dan keadaan Perguruan Tinggi serta dunia kemahasiswaan,
kepemudaan, yang penuh dengan berbagai persoalan dan problematika
yang sangat kompleks.
Pada fase tantangan II ini, nampaknya HMI semakin memudar dan
mundur yang telah berlangsung 25 tahun sejak tahun 1980-2005.HMI tidak
mampu bangkit secara signifikan, bahkan dalam dua periode terakhir PB HMI
mengalami perpecahan di internal HMI sendiri.Karena itu, menghadapi
tantangan tersebut, HMI dengan segenap aparatnya harus mampu
menghadapinya dengan penuh semangat dan militansi yang tinggi. Apakah
HMI mampu menghadapi tantangan itu? Hal ini tentunya sangat ditentukan
oleh pemegang kendali organisasi sejak dari PB HMI, Pengurus Badko,
Cabang, Korkom, Komisariat, Lembaga-Lembaga Kekaryaan, serta segenap
anggota HMI, maupun alumninya yang tergabung dalam KAHMI sebagai
penerus, pelanjut serta penyempurna mission sacre HMI. Peralihan zaman,
peralihan generasi, saat ini menentukan bagi eksistensi HMI di masa
mendatang.22
k. Fase Kebangkitan Kembali (2006-sekarang)
Gelombang kritik terhadap HMI tentang kemundurannya, telah
menghasilkan dua umpan balik. Pertama, telah muncul kesadaran individual
dan kolektif di kalangan anggota, aktivis, kader, bahkan alumni HMI serta
pengurus sejak dari Komisariat sampai PB HMI, bahwa HMI sedang
mengalami kemunduran. Kedua, selanjutnya dari kesadaran itu muncul pula
kesadaran baru, baik secara individual dan kolektif di kalangan anggota,
aktivis, kader, alumni, dan pengurus bahwa dalam tubuh HMI mutlak
dilakukan perubahan dan pembaharuan, supaya dapat bangkit kembali seperti
masa jaya-jayanya dulu.
Belakangan HMI mulai berperan penting dalam perpolitikan nasional,
hal ini terlihat saat HMI mendukung Aksi 411 dan Aksi 212,23 hal ini tentunya
turut terlihat dari banyaknya kader yang terlibat dalam aksi tersebut. PB HMI
bahkan mengintruksikan kadernya untuk mengikuti aksi tersebut dan aktif
mengecam Ahok yang diduga melakukan penistaan agama. Belum lagi
Presiden Joko Widodo mengangkat Lafran Pane sebagai Pahlawan Nasional

22
Tim Penyusun Modul LK I Ciputat, Op.Cit., hal 13.
23
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20161202023741-20-176744/hmi-instruksikan-seluruh-kader-dan-
alumni-ikut-aksi-212 diakses pada tanggal 11 Februari pada pukul 02:48 WIB.
RI,24 setidaknya mulai ada peningkatan peranan HMI dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara pasca Reformasi.
Setidaknya perjalanan sejarah nantinya akan membuktikkan sampai
sejauh mana kebenaran dan bukti adanya indikator-indikator kebangkitan
kembali HMI, sejarahlah yang akan menentukan kelak. Kita semua berharap
dengan penuh optimistis sesuai dengan ajaran Islam supaya manusia bersikap
optimis, agar HMI dapat mengakhiri masa kemundurannya dan memasuki
masa kebangkitannya secara meyakinkan.25

C. Konstitusi HMI
1. Pengertian konstitusi menurut para ahli:
a. Jimly Asshidiqie
Konstitusi adalah Undang-Undang Dasar yang termasuk dalam
hierarki hukum yang menempati kedudukan paling tinggi dan bersifat
fundamental.
b. L.J. Van Apeldoor
Konstitusi merupakan hukum dasar yang mencakup Undang-Undang
Dasar seperti hukum dasar tertulis maupun tidak tertulis.
c. KC. Wheare
Konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu pelosok
yang berupa kumpulan gaya yang membentuk serta mengelola pemerintahan
negara.
2. Hakikat konstitusi
Konstitusi pada hakikatnya merupakan hukum dasar yang tertinggi dan
menjadi dasar berlakunya peraturan perundang-undangan lainnya dan memuat
berbagai hal mengenai penyelenggaraan negara.
3. Unsur-unsur konstitusi:
a. Penduduk
b. Wilayah
c. Pemerintahan
d. Kedaulatan bangsa dan negara
e. Fungsi keadilan dan pengaturan
4. Ruang lingkup konstitusi
a. Merupakan bagian inheren dari sistem ketatanegaraan
b. Merupakan syarat mutlak bagi sebuah negara
c. Mekanisme lembaga-lembaga negara, kedudukan hak dan kewajiban warga
negara.
d. Merupakan kontrak sosial antara rakyat dan penguasa
5. Hukum menurut para ahli:

24
http://news.liputan6.com/read/3156759/4-tokoh-ini-dapat-gelar-pahlawan-nasional-dari-jokowi diakses pada
tanggal 12 Februari pada pukul 02:49 WIB.
25
Tim Penyusun Modul LK I Ciputat, Op.Cit., hal 15.
a. Menurut Van Apeldoorn, hukum adalah suatu gejala sosial; tidak ada
masyarakat yang tidak mengenal hukum, maka hukum menjadi suatu aspek dari
kebudayaan seperti agama, kesusilaan, adat istiadat, dan kebiasaan.
b. Menurut Van Kant, hukum merupakan serumpunan peraturan yang bersifat
memaksa yang diadakan untuk mengatur dan melindungi kepentingan
seseorang dalam masyarakat.
c. Menurut E.M Meyers, hukum adalah semua peraturan yang mengandung
pertimbangan kesusilaan ditujukan pada tingkah laku manusia dalam
masyarakat dan menjadi pedoman pemimpin atau penguasa negara dalam
melaksanakan tugasnya.
6. Jelaskan asas hukum di bawah ini:
a. Kepastian hukum adalah asas hukum yang jelas bagi mereka yang taat pada
hukum, sehingga mereka dapat menyesuaikan perbuatannya dengan peraturan
yang ada dan negara tidak dapat sewenang-wenang.
b. Keadilan hukum adalah bentuk kesamaan hak untuk semua orang di mata
pengadilan dan hukum.
c. Kemanfaatan hukum adalah asas yang menyertai asas keadilan dan kepastian
hukum.
7. Unsur-unsur hukum:
a. Peraturan yang berkenaan dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan
bermasyarakat.
b. Peraturan yang dibuat oleh lembaga yang berwenang secara resmi dalam suatu
negara.
c. Peraturan yang memaksa dan mengikat setiap warga negara.
d. Sanksi yang dikenakan terhadap suatu pelanggaran ialah tegas dan nyata.
e. Peraturan yang berisikan larangan atau perintah bagi setiap warga negara.
f. Peraturan yang dibuat untuk melindungi setiap hak warga negara.
8. Fungsi-Fungsi Hukum:
a. Sarana pengendali sosial
b. Sarana perubahan pada masyarakat
c. Alat ketertiban dan keteraturan masyarakat
d. Sarana dalam mewujudkan keadilan sosial
e. Sarana dalam pergerakan pembangunan
9. Hierarki Hukum di Indonesia (UU No.12 Tahun 2011)
a. UUD 1945
b. TAP MPR
c. UU/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
d. Peraturan Pemerintah
e. Peraturan Presiden
f. Peraturan Daerah Provinsi
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
10. Perbedaan hukum dan konstitusi
Konstitusi adalah bentuk hukum atau peraturan tertinggi yang menjadi dasar
dan sumber semua peraturan perundang-undangan yang dibawahnya dalam suatu
organisasi atau negara (singkatnya, konstitusi merupakan aturan atau hukum
pokok). Contoh: konstitusi Islam (Qur’an dan Hadis), konstitusi Indonesia
(Pancasila dan UUD 1945), konstitusi organisasi (AD/ART).
Syarat yang harus dimiliki agar konstitusi dapat menjadi penentu arah,
Tindakan dan dasar pijakan:
a. Bentuk (naskah tertulis yang merupakan perundang-undangan tertinggi).
b. Isi (berisi peraturan yang bersifat fundamental).
c. Sifat (universal, fleksibel, dan luwes).

D. Mission HMI
1. Peran dan Fungsi Mahasiswa
➢ Peran Mahasiswa
- Peranan moral
- Peranan sosial
- Peranan intelektual
➢ Fungsi Mahasiswa
- Social control (pengontrol sosial dalam kehidupan bermasyarakat)
- Agent of change (agen perubahan)
- Iron stock (pengganti generasi-generasi sebelumnya)
- Moral force (suri tauladan bagi masyarakat)
- Guardian of value (penjaga nilai)
2. Kondisi mahasiswa saat ini
3. Makna “Islam” dalam tafsir azas HMI
- Islam sebagai ajaran yang haq dan sempurna datang untuk mengatur pola hidup
manusia agar sesuai dengan fitrah kemanusiaannya yakni sebagai khalifah dan
hamba Tuhan.
- Islam merupakan agama yang kaffah, bukan hanya sekedar agama ritual
- Islam memberikan spirit pembentukan moral dan etika.
4. Tafsir Tujuan HMI
Dengan rumusan tersebut, maka pada hakekatnya HMI bukanlah organisasi
massa dalam pengertian fi sik dan kuantitatif, sebaliknya HMI secara kualitatif
merupakan lembaga pengabdian dan pengembangan ide, bakat dan potensi yang
mendidik, memimpin dan membimbing anggota-anggotanya untuk mencapai
tujuan dengan cara-cara perjuangan yang benar dan efektif.
5. Perubahan redaksional tujuan HMI
➢ Hasil rapat pembentukan HMI (5 Februari 1947) di Yogyakarta
- Mempertahankan Negara Republik Indonesia
- Menegakkan dan Mengembangkan ajaran agama Islam
➢ Kongres I (30 November 1947) di Yogyakarta
- Menegakkan dan Mengembangkan ajaran agama Islam
- Mempertinggi derajat rakyat dan negara republik Indonesia
➢ Kongres IV (4 Oktober 1955) di Bandung
- Ikut mengusahakan terbentuknya manusia akademis, pencipta, dan
pengabdi yang bernafaskan Islam
➢ Kongres X (10 Oktober 1971) di Palembang
- Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan
bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai
Allah SWT.
6. Tafsir independensi HMI
➢ Independensi etis
➢ Independensi organisatoris
7. HMI sebagai organisasi kader
Kader adalah sekelompok orang yang terorganisir secara terus menerus dan
akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar. Adapun ciri-
cirinya yakni bergerak dan terbentuk dalam organisasi, punya komitmen tinggi dan
konsisten dalam memperjuangkan kebenaran, serta memiliki bakat dan kualitas.
8. Peran HMI sebagai organisasi perjuangan
9. 10 Naskah Doktrin Perjuangan
➢ Pemikiran Keislaman dan Keindonesiaan (1947)
➢ Memori Penjelasan tentang Islam sebagai Azas HMI (1957)
➢ Kepribadian HMI (1963)
➢ Garis-Garis Pokok Perjuangan (1966)
➢ Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (1969)
➢ Gambaran Insan Cita HMI (1969) menjadi Tafsir Tujuan (1971)
➢ Tafsir Independensi (1971)
➢ Memori Penjelasan tentang Pancasila sebagai Dasar Organisasi HMI (1986)
➢ Memori Penjelasan tentang Pancasila sebagai Azas HMI (1997)
➢ Memori Penjelasan tentang Islam sebagai Azas HMI (1999)
10. Hubungan Integral

E. Kepemimpinan, Manajemen, dan Organisasi


1. Teori kepemimpinan
➢ Teori genetik (sejak lahir telah memiliki bakat dan ditakdirkan jadi pemimpin)
➢ Teori sosial (dibentuk melalui proses pendidikan dan pelatihan)
➢ Teori ekologis (penggabungan kedua teori di atas)
2. Fungsi dan peran kepemimpinan
➢ Fungsi-fungsi kepemimpinan
- Instruksi (komunikasi satu arah)
- Konsultasi (komunikasi dua arah)
- Partisipasi
- Delegasi (Pelimpahan wewenang)
- Pengendalian (mengatur dan mengkoordinir anggotanya secara terarah dan
efektif)
➢ Peran kepemimpinan
- Pelayan (servant)
- Penjaga (guardian)
3. Gaya-gaya kepemimpinan
➢ Otokratik (Otoriter)
➢ Demokratis
➢ Laissez-Faire (delegatif)
➢ Paternalis
➢ Militeristik
➢ Kharismatik
4. Kepemimpinan profetik
Kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk mencapai
tujuan sebagaimana yang dilakukan oleh para Nabi dan Rasul. Kepemimpinan ini
memiliki ciri-ciri, yakni shiddiq, amanah, fathonah, dan tabligh.
5. Pengertian Manajemen
- Haiman
Manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan
orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan
bersama.
- Mary Parker Follet
Manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Contohnya, seseorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi.
- James AF Stoner
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengawasan dari kegiatan anggota organisasi dan penggunaan sumber-
sumber organisasi lainnya yang telah ditetapkan.
6. Fungsi-fungsi manajemen
➢ Planning (perencanaan)
➢ Organizing (pengorganisasian)
➢ Staffing (penyusunan)
➢ Directing (pengarahan)
➢ Controlling (pengawasan)
7. Unsur-unsur manajemen
➢ Men (manusia)
➢ Money (uang)
➢ Materials (bahan)
➢ Machine (mesin)
➢ Methode (cara)
➢ Market (pasar)
8. Analisis SWOT
Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) adalah
metode analisis perencanaan strategis yang digunakan untuk memonitor dan
mengevaluasi lingkungan perusahaan baik lingkungan eksternal dan internal untuk
suatu tujuan bisnis tertentu.
9. Analisis SOAR
Analisis SOAR (Strengths, Opportunities, Aspirations, dan Results) adalah
sebuah pendekatan yang inovatif dan berdasarkan atas kekuatan untuk mencitakan
pemikiran dan perencanaan strategis yang melibatkan seluruh individu-individu
yang memiliki minat di dalam proses pemikiran strategis.
10. Pengertian dan tujuan organisasi
➢ W.J.S Poerwadarminta
Organisasi adalah susunan dan aturan dari berbagai bagian (orang atau
kelompok) sehingga menjadi satu kesatuan yang teratur dan tertata.
➢ Chester l. Bernard
Organisasi adalah sebuah sistem kegiatan kerja sama yang dilakukan
oleh dua orang ataupun lebih untuk melaksanakan suatu aktivitas yang
didalamnya memerlukan komunikasi dengan pencapaian tujuan bersama.
➢ Max Weber
Organisasi adalah suatu kerangka terstruktur yang di dalamnya berisikan
wewenang, tanggung jawab dan pembagian kerja untuk menjalankan masing-
masing fungsi tertentu.
11. Ciri-ciri organisasi
➢ Kumpulan manusia
➢ Tujuan bersama
➢ Kerja sama
➢ Aturan
➢ Pembagian tugas
12. Prinsip-prinsip organisasi
➢ Perumusan yang jelas
➢ Pembagian kerja
➢ Delegasi kekuasaan
➢ Rentang kekuasaan
➢ Tingkat pengawasan
➢ Kesatuan perintah dan tanggung jawab
➢ Koordinasi
13. Perilaku organisasi
ilmu tentang perilaku tiap individu dan kelompok serta pengaruh tiap
individu dan kelompok terhadap organisasi, maupun perilaku interaksi antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan
kelompok dalam organisasi demi kemanfaatan suatu organisasi.
14. Model dan jenis organisasi
➢ Laba dan Nirlaba
➢ Ekstra dan Intra
➢ Massa dan Kader
➢ Formal dan Informal
➢ Resmi dan tidak resmi
15. Rentang kendali organisasi
Span of Control atau rentang kendali adalah jumlah bawahan langsung yang
dapat dipimpin dan dikendalikan secara efektif oleh seorang atasan. Span of Control
sangat diperlukan dalam lingkungan organisasi yang terstruktur.
16. Organisasi modern
Organisasi modern adalah sekelompok orang yang memiliki tujuan yang
sama dan merupakan sistem yang berubah seiring dengan perubahan
lingkungannya, baik secara internal atau pun eksternal.
➢ Organisasi sebagai sistem yang terbuka
➢ Bersifat adaptif
➢ Sistem yang dinamis
➢ Mencakup aspek multilevel dan multidimensi
17. Organisasi tradisional
Organisasi tradisional dapat berarti sebagai sebuah sistem tertutup yang
menempatkan para anggota di bawah kendali penuh manajemen, artinya anggota
tidak memiliki kekuatan apapun dalam sebuah organisasi.

Anda mungkin juga menyukai