Anda di halaman 1dari 7

TUGAS BIODATA BAHASA INDONESIA

DIAMPU OLEH:
EPIT SONA S. pd

KELOMPOK 7 :
1. ARINDA ANDRIAWANTI
2. ANGELITA SALVA A.
3. ADINDA REZA
4. SYABILLA MUTIA R.
5. DINDA SALSA
6. RISKA GISELLA K.

SMK ISLAM BATU


X KEUANGAN 2

19 May 2023
PENGERTIAN BIODATA

Dalam psikologi industri dan organisasi, biodata adalah data biografis. Biodata adalah jenis
pertanyaan faktual tentang kehidupan dan pengalaman kerja, serta hal yang
melibatkan opini, nilai, kepercayaan, dan sikap yang mencerminkan perspektif
historis.

Karena responden menjawab pertanyaan tentang diri mereka sendiri, akan ada unsur biografi
dan otobiografi. Dasar dari kemampuan prediktif dari sebuah biodata adalah aksioma bahwa
perilaku seseorang pada masa lalu adalah ceerminan terbaik perilaku seseorang pada masa
depan.Informasi biografi tidak pernah diharapkan untuk memprediksi semua perilaku masa
depan, akan tetapi, berguna dalam pemilihan personil karena dapat memberikan indikasi
kemungkinan perilaku di masa depan berdasarkan pembelajaran dari riwayat individu pada
masa sebelumnya.

”Instrumen biodata” memiliki keunggulan dibandingkan ”inventori kepribadian dan minat”


karena seseorang dapat menangkap langsung gambaran perilaku seseorang pada masa lalu,
dan mungkin merupakan alat prediksi terbaik untuk tindakannya di masa depan. Langkah-
langkah ini berhubungan dengan fakta tentang kehidupan seseorang, bukan introspeksi dan
penilaian subyektif.

Secara singkat biodata merupakan data biografis yang di dalamnya memuat pernyataan
faktual tentang kehidupan. Biasanya memuat mengenai data diri dan pengalaman kerja.
WINNA EFENDI

Nama Lengkap : Winna Efendi


Tempat, tanggal Lahir : 6 Januari 1986
Warga Negara : Indonesia

Winna Efendi adalah seorang penulis asal Indonesia yang senang membaca dan menonton film.
Selain itu, wanita kelahiran 6 Januari 1986 ini juga gemar menulis. Sebelum meniti karirnya
sebagai penulis buku, Winna Efendi sempat menjadi freelance reporter di sebuah majalah serta
jurnalis fashion di Fasity. Ia mulai aktif menulis buku sejak tahun 2007. Pada tahun 2008, novel
pertamanya yang berjudul Kenangan Abu-Abu diterbitkan. Setelah itu, novel kedua, ketiga,
keempat, dan seterusnya terus bermunculan di pasar perbukuan. Sebut saja Unforgettable,
Happily Ever After, Someday, dan Girl Meets Boy. Beberapa novelnya pun telah diadaptasi ke
dalam film layar lebar, seperti Refrain yang dimainkan oleh Maudy Ayunda, Afgan, dan Chelsea
Islan. Film Remember When dan Melbourne Rewind juga diangkat dari kisah novel yang ditulis
oleh Winna Efendi. Hingga kini, dirinya masih aktif menulis. Karya terbaru dari Winna Efendi
sendiri adalah novel berjudul Some Kind of Wonderful yang terbit pada tahun 2017 lalu.

Winna Efendi juga selalu meninggalkan quotes, kata mutiara, kata bijak dan kutipan di dalam
bukunya saal satu yang terbaik dan terkenal adalah dari :

"Di dunia ini banyak orang yang pura-pura tertawa, hanya supaya mereka kelihatan normal dan
bisa melanjutkan hidup"

― Someday 151

― Winna Efendi
Pramoedya Ananta Toer
Nama Lengkap : Pramoedya Ananta Toer
Nama Pena : Pram | Toer
Tempat, tanggal Lahir : Jumat, 6 Februari 1925 Blora, jawa Barat
Warga Negara : Indonesia
Ayah : M. Toer

Pramoedya Ananta Toer atau yang lebih akrab disapa Pram adalah salah satu sastrawan besar
yang pernah dimiliki oleh Indonesia. Putra sulung dari seorang kepala sekolah Institut Budi
Oetomo ini telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan dalam 41 bahasa asing.
Pram yang pernah bekerja sebagai juru ketik dan korektor di kantor berita Domei (LKBN
ANTARA semasa pendudukan Jepang) memantapkan pilihannya untuk menjadi seorang penulis.
Ia telah menghasilkan artikel, puisi, cerpen, dan novel sehingga melambungkan namanya sejajar
dengan para sastrawan dunia.

Karya Pram yang penuh dengan kritik sosial membuatnya sering keluar masuk penjara. Pram
pernah ditahan selama 3 tahun pada masa kolonial dan 1 tahun pada masa orde lama. Kemudian
selama orde baru ia ditahan selama 14 tahun sebagai tahanan politik tanpa proses pengadilan.
Pada masa kemerdekaan Indonesia, ia mengikuti kelompok militer di Jawa dan seringkali
ditempatkan di Jakarta di akhir perang kemerdekaan. Ia menulis cerpen dan buku sepanjang
karier militernya dan dipenjara Belanda di Jakarta pada 1948 dan 1949. Pada 1950-an ia
kemudian tinggal di Belanda sebagai bagian program pertukaran budaya, dan saat kembali ia
menjadi anggota Lekra, organisasi sayap kiri di Indonesia.

Beberapa karya Pram dilarang untuk dipublikasikan karena dianggap mengganggu keananan
negara pada masa pemerintahan Presiden Soekarno maupun Soeharto. Misalnya pada tahun
1960-an, ia ditahan pemerintahan Soeharto karena pandangan pro-komunis Tiongkoknya.
Bukunya yang berjudul Hoakiau di Indonesia dicabut dari peredaran, dan ia ditahan tanpa
pengadilan di Nusakambangan di lepas pantai Jawa, dan akhirnya di pulau Buru di kawasan
timur Indonesia. Meskipun demikian, Pram mendapatkan banyak penghargaan dari lembaga-
lembaga di luar negeri. Potret kehidupan Pram yang dibenci di negeri sendiri tetapi dihargai
dunia membuatnya tetap optimis dan tidak pernah berhenti berkarya.
Ketika Pramoedya mendapatkan Ramon Magsaysay Award pada 1995, diberitakan sebanyak 26
tokoh sastra Indonesia menulis surat 'protes' ke yayasan Ramon Magsaysay. Beberapa dari
tokoh-tokoh tersebut antara lain adalah Taufiq Ismail, Mochtar Lubis, dan HB Jassin. Tokoh-
tokoh tersebut protes karena Pram dianggap tidak pantas untuk menerima penghargaan Ramon
Magsaysay. Dalam berbagai opini-opini di media, para penandatangan petisi 26 ini merasa
sebagai korban dari keadaan pra-1965. Mereka menuntut pertanggungjawaban Pram untuk
mengakui dan meminta maaf akan segala peran 'tidak terpuji' pada 'masa paling gelap bagi
kreativitas' pada zaman Demokrasi Terpimpin. Semenjak orde baru Pram memang tidak pernah
mendapat kebebasan menyuarakan suaranya sendiri, dan telah beberapa kali dirinya diserang dan
dikeroyok secara terbuka di koran.

Sampai akhir hayatnya ia aktif menulis, walaupun kesehatannya telah menurun akibat usianya
yang lanjut dan kegemarannya merokok. Tepatnya pada 27 April 2006 kesehatan Pram
memburuk. Ia didiagnosis menderita radang paru-paru, penyakit yang selama ini tidak pernah
dijangkitnya, ditambah komplikasi ginjal, jantung, dan diabetes. Upaya keluarga untuk
merujuknya ke rumah sakit tidak membawa banyak hasil, malah kondisinya semakin memburuk
dan akhirnya Pada 30 April 2006 pukul 08.55 Pramoedya wafat dalam usia 81 tahun.

Beliau juga selalu meninggalkan banyak kata-kata yang berarti dalam bukunya, salah satu yang
terkenal adalah

"Persahabatan lebih kuat dari pada panasnya permusuhan."

― Minke 46

― Pramoedya Ananta Toer


Habiburrahman El Shirazy

Nama Lengkap : Habiburrahman El Shirazy


Alias : Kang Abik
Tempat, tanggal Lahir : 30 September 1976 Semarang, Jawa Tengah
Warga Negara : Indonesia
Pasangan : Muyasaratun Sa’idah
Anak : M. Ziaul Kautsar, M. Neil Author
Habiburrahman El Shirazy lahir di Semarang, Jawa Tengah, 30 September 1976, Memulai
pendidikan menengahnya di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen sambil belajar kitab kuning di Pondok
Pesantren Al Anwar, Mranggen, Demak di bawah asuhan K.H. Abdul Bashir Hamzah. Pada
tahun 1992 ia merantau ke kota budaya Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah Program
Khusus (MAPK) Surakarta, lulus pada tahun 1995. Setelah itu melanjutkan pengembaraan
intelektualnya ke Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadist Universitas AlAzhar, Kairo dan selesai
pada tahun 1999. Pada tahun 2001 lulus Postgraduate Diploma (Pg.D) S2 di The Institute for
Islamic Studies di Kairo yang didirikan oleh Imam AlBaiquri.

Ketika menempuh studi di Kairo, Mesir, Kang Abik pernah memimpin kelompok kajian
MISYKATI (Majelis Intensif Yurisprudens dan Kajian Pengetahuan Islam) di Kairo (19961997).
Pernah terpilih menjadi duta Indonesia untuk mengikuti "Perkemahan Pemuda Islam
Internasional Kedua" yang diadakan oleh WAMY (The World Assembly of Moslem Youth)
selama sepuluh hari di kota Ismailia, Mesir (Juli 1996). Selama di Kairo, ia telah menghasilkan
beberapa naskah drama dan menyutradarainya, Wa Islama (1999), Sang Kyai dan Sang Durjana
(gubahan atas karya Dr. Yusuf Qardhawi yang berjudul ‘Alim Wa Thaghiyyah, 2000), Darah
Syuhada (2000). Tulisannya berjudul Membaca Insanniyah al Islam dimuat dalam buku Wacana
Islam Universal (diterbitkan oleh Kelompok Kajian MISYKATI Kairo, 1998). Berkesempatan
menjadi Ketua TIM Kodifikasi dan Editor Antologi Puisi Negeri Seribu Menara Nafas
Peradaban (diterbitkan oleh ICMI Orsat Kairo) Beberapa karya terjemahan yang telah ia hasilkan
seperti Ar-Rasul (GIP, 2001), Biografi Umar bin Abdul Aziz (GIP, 2002), Menyucikan Jiwa
(GIP, 2005), Rihlah Ilallah (Era Intermedia, 2004), dll. Cerpen-cerpennya dimuat dalam antologi
Ketika Duka Tersenyum (FBA, 2001), Merah di Jenin (FBA, 2002), dan Ketika Cinta
Menemukanmu (GIP, 2004).

Setibanya di tanah air pada pertengahan Oktober 2002, ia diminta ikut mentashih Kamus Populer
Bahasa Arab-Indonesia yang disusun oleh KMNU Mesir dan diterbitkan oleh Diva Pustaka
Jakarta, (Juni 2003). Ia juga diminta menjadi kontributor penyusunan Ensiklopedia
Intelektualisme Pesantren: Potret Tokoh dan Pemikirannya, (terdiri atas tiga jilid ditebitkan oleh
Diva Pustaka Jakarta, 2003). Antara tahun 2003-2004, ia mendedikasikan ilmunya di MAN I
Jogjakarta. Selanjutnya sejak tahun 2004 hingga 2006, ia menjadi dosen Lembaga Pengajaran
Bahasa Arab dan Islam Abu Bakar Ash Shiddiq UMS Surakarta.

Kini novelis tersebut tinggal di kota Salatiga. Aktivitas kesehariannya lebih banyak digunakan
untuk memenuhi undangan mengisi seminar dan ceramah, di samping juga menulis novel yang
menjadi pekerjaan utamanya dan sesekali menulis skenario sinetron untuk Sinemart (sebuah
rumah produksi yang menaungi karya-karyanya di dunia perfilman dan persinetronan). Beberapa
karya populer yang telah terbit antara lain, Ketika Cinta Berbuah Surga (MQS Publishing, 2005),
Pudarnya Pesona Cleopatra (Republika, 2005), Ayat-Ayat Cinta (RepublikaBasmala, 2004),
Diatas Sajadah Cinta (telah disinetronkan Trans TV, 2004), Ketika Cinta Bertasbih (Republika-
Basmala, 2007), Ketika Cinta Bertasbih 2 (Republika-Basmala, 2007) dan Dalam Mihrab Cinta
(Republika-Basmala, 2007). Kini sedang merampungkan Langit Makkah Berwarna Merah,
Bidadari Bermata Bening, Bulan Madu di Yerussalem, dan Dari Sujud ke Sujud (kelanjutan dari
Ketika Cinta Bertasbih).

Selain novelis, sarjana Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir ini juga dikenal sebagai sutradara,
dai, dan penyair. Karya-karyanya banyak diminati tak hanya di Indonesia, tapi juga di
mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Hongkong, Taiwan dan Australia. Karyakarya
fiksinya dinilai dapat membangun jiwa dan menumbuhkan semangat berprestasi pembaca. Di
antara karya-karyanya yang telah beredar di pasaran adalah Ayat-Ayat Cinta (telah dibuat versi
filmnya, 2004), Di Atas Sajadah Cinta (telah disinetronkan Trans TV, 2004), Ketika Cinta
Berbuah Surga (2005), Pudarnya Pesona Cleopatra (2005), Ketika Cinta Bertasbih (2007),
Ketika Cinta Bertasbih 2 (Desember, 2007) Dalam Mihrab Cinta (2007), Bumi Cinta, (2010) dan
The Romance. Kini sedang merampungkan Langit Makkah Berwarna Merah, Bidadari Bermata
Bening, dan Bulan Madu di Yerussalem.

Anda mungkin juga menyukai