Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KLASIFIKASI GENRE SASTRA

ANGKATAN 1966-1970-an

DISUSUN OLEH:

DUSTIN REVALDY CHRISTANTO

RIFA SALSABILA

RIZAL RIZKY KURNIAWAN

SMA NEGERI 8

PONTIANAK

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengna tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentu kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada guru mata pelajaran kami
yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah wawasan
tentang periodisasi sastra. Tak lupa pula terima kasih atas kerja sama teman teman
yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Saya menyadari makalah ini tak lepas dari kata sempurna, maka dari itu kami
meminta kritik dan sarannya demi mewujudkan makalah selanjutntya yang lebih
baik lagi.

Pontianak, 19 Januari 2020

Penyusun
Judul Kegiatan Mengklasifikasikan genre sastra berdasarkan periodisasi sastra
Indonesia

Jenis Kegiatan Tugas kelompok

Langkah-langkah

1. bentuklah beberapa kelompok

2. jelaskan informasi tentang berbagai genre sastra, karya yang muncul, ciri ciri
karya, dan pengarang dari periodisasi sastra kelompokmu. Gunakan berbagai
buku sejarah sastra maupun informasi yang ada di diinternet untuk menambah
informasi yang kamu butuhkan.

3. klasifkasikan genre sastra berdasarkn peiodisasi sastra kelompomu berdsarkan


informasi yang dihimpun

4. tulis hasil klasifikasi kelompokmu dengan rapi dan sistematis.

Pembahasan

Nama kelompok:

1. Dustin Rivaldi (XI IPS3)


2. Rifa Salsabila(XI IPS 2)
3. Rizal Risky Kurniawan(XI IPS 2)

1. Sastra angkatan 1966-1970-an


Angkatan 66, atau "generasi 66", mengacu pada harapan di Indonesia
untuk generasi pemimpin muda dan kehidupan intelektual baru setelah
Kejatuhan Sukarno dan pembentukan Orde Baru Suharto pada
pertengahan 1960-an
Munculnya nama angkatan ’66 telah diumumkan oleh H.B. Jassin dalam
majalah horison nomor 2 tahun 1966. Pada tulisan tersebut dikatakan
bahwa angkatan ’66 lahir setelah ditumpasnya pengkhianatan G.30S/PKI.
Penanaman angkatan ’66 ini pun mengalami adu pendapat. Sebelum nama
angkatan ’66 diresmikan, ada yang memberi nama angkatan Manifest
Kebudayaan (MANIKEBU).
A. Puisi
Waluyo (1995:62) menyatakan bahwa “Ciri-ciri struktur fisik puisi
tersebut sama dengan puisi periode 50-an. Karena tema protes sosial
dikemukakan begitu berapi-api, maka selogan dan retrorik sangat kuat.”
a. Ciri-Ciri Puisi
Stuktur Fisik
1. berbentuk balada;
2. menggunakan gaya repetisi;
3. menggunakan gaya selogan dan retorik.
Struktur Tematik
1. bercorak kedaerahan;
2. masalah sosial; kemiskinan, pengangguran, perbedaaan
kaya/miskin,demonstrasi; dan
3. keagamaan.

Contoh puisi ‘Benteng’


Sesudah siang panas yang meletihkan
Sehabis tembakan-tembakan yang tak bisa kita balas
Dan kita kembali ke kampus ini berlindung
Bersandar dan berbaring, ada yang merenung

Di lantai bungkus nasi bertebaran


Dari para dermawan tidak dikenal
Kulit duku dan pecahan kulit rambutan
Lewatlah di samping Kontingen Bandung
Ada yang berjaket Bogor. Mereka dari mana-mana
Semuanya kumal, semuanya tak bicara
Tapi kita tidak akan terpatahkan
Oleh seribu senjata dan seribu tiran

Tak sempat lagi kita pikirkan


Keperluan-keperluan kecil seharian
Studi, kamar-tumpangan dan percintaan
Kita tak tahu apa yang akan terjadi sebentar malam
Kita mesti siap saban waktu, siap saban jam.

B. Prosa

Karya prosa fiksi dan drama tahun 60-an masih menunjukan struktur fisik
konvesional. Seperti dikatakan oleh Sumarjo (1992: 308) “Kaidah mimesis
dalam sastra masih dipatuhi dalam penulisan sastra drama tahun1950-an dan
60-an di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa belum terjadi perubahan
dalam hal penokohan, alur, dan latar ceritanya. Bahkan berdasarkan catatan
Sumarjo (1992:309), “Dari 55 drama yang ada sebanyak 45 drama memasang
tokoh yang jelas. Prosa fiksi dan drama tahun 60-an menunjukkan ciri-ciri
tema sebagai berikut:

1. perjuangan (belatar revolusi);


2. kehidupan pelacur;
3. sosial;
4. kejiwaan;
5. keagamaan.
sekali nama, usia, watak,dan latar belakang sosiologisnya.

2. Biodata Tokoh Pengarang Angatan 66’

TAUFIK ISMAIL

Lahir : 25 Juni 1935, Bukitinggi


Pekerjaan : penulis, penyair
Angkatan : Angkatan '66
Kebangsaan : Indonesia
Penghargaan : Anugerah Seni dari Pemerintah (1970), Cultural Visit Award dari
Pemerintah Australia (1977), South East Asia Write Award dari
Kerajaan Thailand (1994), Penulisan Karya Sastra dari Pusat
Bahasa (1994). penyair tamu di Universitas Iowa, Amerika
Serikat (1971-1972 dan 1991-1992), pengarang tamu di Dewan
Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur (1993). Tahun 2003,
penghargaan doktor honoris causa dari Universitas Negeri
Yogyakarta.
NASJAH DJAMIN

'Nasjah' Djamin adalah seorang pengarang sastra Indonesia modern dan seorang
pelukis. Nasjah Djamin lahir tanggal 24 September 1924 di Perbaungan, Sumatra
Utara. Ia mempunyai nama asli Noeralamsyah. Orang tuanya berasal dari
Minangkabau, ayahnya bernama Haji Djamin dan ibunya bernama Siti Sini.

Nasjah Djamin ikut berperan dalam kehidupan kesasteraan Indonesia. Karya-


karya yang ditulisnya merupakan sumbangan yang berharga untuk perkembangan
kesusasteraan Indonesia. Ajip Rosidi menggolongkannya sebagai sastrawan
periode 1953-1961. Kegiatan menulisnya setelah dia pensiun dari Jawatan
Kebudayaan masih terus dilakukan.
Puisi-puisinya banyak bermunculan ketika ia bekerja sebagai anggota redaksi dari
majalah Budaya. Dia tidak sekadar menulis satu jenis sastra saja tetapi beberapa
jenis sastra seperti puisi, prosa, dan drama. Salah satu karya dramanya berjudul
"Sekelumit Nyayian Sunda" pernah memenangkan juara kedua penulisan naskah
drama yang diadakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1956.
Nasjah Djamin terdorong oleh batinnya untuk selalu menulis. Dia pernah
berpendapat bahwa bagi pengarang, mencipta itu merupakan keharusan meskipun
untuk sementara ciptaannya itu disimpan dalam lemari. Kendati karya-karyanya
pernah ditolak oleh HB Jassin, hal itu tidak membuatnya tidak putus asa untuk
menulis. Ini dibuktikannya dengan sering terbitnya tulisannya di majalah Minggu
Pagi dan surat kabar Kedaulatan Rakyat.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Nasjah_Djamin

https://halim436.wordpress.com/tag/a-n-g-k-a-t-a-n-66/

http://cahayaterakhir03.blogspot.com/2015/12/ciri-ciri-periode-kelahiran-
sastra.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Taufiq_Ismail
C. Penyair Angkatan 66
1 Taufik Ismail
Lahir di Bukit Tinggi 1937 tetapi dibesarkan di Pekalongan. Karya-karyanya
berupa sajak, cerpen, dan essei mulai dikenalkannya pada tahun 1954. Namun
baru mencut tahun1966. Karyanya yaitu sajak Jaket Berlumuran Darah, Harmoni,
Jalan Segara. Puisinya Karanganya yaitu Karangan Bunga, Salemba, dan Seorang
Tukang Rambutan Kepada Istrinya.

2. Goenawan Mohamad
Lahir di Batang 1942, pernah menjadi wartawan harian KAMI, pemimpin
redaksi majalah Ekspress, redaksi majalah Horison, Peminmpin majalah tempo
dan Zaman. Karyanya antara lain Interlude (1973), Potret Seorang Penyair Muda
Sebagai Si Malin Kundang (1972), dan lain-lain

3. Mansur Samin
Lahir di Batang Toru Sumatera Utara, karyanya antara lain kumpulan puisi
tanah air, Kebinasaan Negeri Senja (drama 1968), Baladanya yang terkenal ialah
Sibagading Si Rajagoda, dan Raja Singamangaraja.

4. Hartoyo Andangdjaja
Lahir disolo 1930, kumpulan sajaknya berjudul simponi Puisi (1954) dan Buku
Puisi (1973). Ia juga menterjemah buku antara lain Tukang Kebun (1976), Kubur
Terhormat (1977), dan Novel Rahasia Hati 1978).

5. Piek Ardijanto Suprijadi


Lahir di Mangetan 1929, karyanya antara lain Burung-Burung di Ladang,
Paman-paman Tani Utun.

6. Abdul Hadi W.M


Lahir di Sumenep 1949, karya-karyanya antara lain Riwayat, Terlambat di
Ujung Jalan, Laut Belum Pasang, Tergantung Pada Angin.

7. W.S Rendra
Rendra termasuk penyair yang kritis. Karena berbagai macam sosial, segi
pendidikan, ekonomi, pemerintahan selalu menjadi sorotan dalam karyanya.
Karyanya antara lain Balada Sumirah, Balada terbunuhnya Atmo Karpo, Aminah.

Lahirnya angkatan 66 disebabkan :


1. Karena politik dan memperhitungkan politik
2. Karena bernadakan keadilan
3. Menegaskan Pancasila sebagai falsafah kebudayaan
4. Lahirnya sebagai akibat penindasan hak azazi manusia
5. Berorientasi kedalam negeri ( Pengarang nasional menggali kebudayaan
daerah).
6. Karya bersifat naturalis, realitas, dan ekstensialitas
7. Merupakan wadah untuk para sastrawan , ahli budayawan dan pelukis.

Ciri-ciri Angkatan 66

1. Mulai dikenal gaya epik (bercerita) pada puisi (muncul puisi-puisi


balada)
2. Puisinya menggambarkan kemuraman (batin) hidup yang menderita
3. Prosanya menggambarkan masalah kemasyarakatan, misalnya tentang
perekonomian yang buruk, pengangguran, dan kemiskinan
4. Cerita dengan latar perang dalam prosa mulai berkurang, dan
pertentangan dalam politik pemerintahan lebih banyak mengemua
5. Banyak terdapat penggunaan gaya retorik dan slogan dalam puisi
6. Muncul puisi mantra dan prosa surealisme (absurd) pada awal tahun
1970-an yang banyak berisi tentang kritik sosial dan kesewenang-
wenangan terhadap kaum lemah
7. Sesuai dengan sejarah nasional, tema utama dalam Angkatan 66 adalah
perlawanan terhadap tirani pemerintah orde lama, misalnya sajak-sajak
demonstrasi dari Taufiq Ismail, Mansur Samin, Slamet Kirnanto, Bur
Rasuanto, dsb. Khusus Taufiq Ismail, sajak-sajak demonstrasi tersebut
terkumpul dalan Tirani dan Benteng yang kemudian dikumpulkan
menjadi Tirani dan Benteng (Rosidi, 1983: 168-9).
8. Kehidupan pedesaan dan daerah mulai digarap, misalnya novel Pulang
karya Toha Mochtar, Penakluk Ujung Dunia karya Bokor Hutasuhut,
dsb.

MENGKLASIFIKASIKAN GENRE SASTRA

No Periodisasi Genre sastra, karya,dan pengarang Ciri ciri setiap


. sastra puisi prosa drama genre
1. Angkatan Benteng Pulang Surat pada 1) tema
1966- (Taufik (Toha Gubernur protes
1970an Ismail) Mochtar) (W.S Rendra) sosial dan
Balada Ziarah Malam politik,
Orang-Orang (Iwan Jahanam bercorak
Tercinta Simatupang (Motinggo realisme,
( W.S ) Busye) mementin
Rendra) gkan isi,
Pahlawan Burung- Kapai-Kapai dan
Tak Dikenal Burung (Arifin C. memperh
(Toto Manyar Noer) atikan
Sudarto) (Y.B nilai
Mangunwij estetis
aya) 2) Karya
sastra
yang
paling
dominan
pada
angkatan
66 ini
adalah
puisi
yang
berbau
protes
3) Puisinya
menggam
barkan
kemuram
an (batin)
hidup
yang
menderita
4) Banyak
terdapat
pengguna
an gaya
retorik
dan
slogan
dalam
puisi
5) Kehidupa
n
pedesaan
dan
daerah
mulai
digarap
6) pertentan
gan
dalam
politik
pemerinta
han lebih
banyak
mengemu
a.

Anda mungkin juga menyukai