Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena
kesempurnaan hanya milik Allah subhanahuwata’ala oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun,kami terbuka lebar dalam
menerimanya,demikian kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat berupa wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periodisasi sastra Indonesia modern sampai saat ini memang masih
menjadi perdebatan. Bagaimanapun banyaknya pembabakan waktu yang pernah
diajukan dalam sejarah sastra Indonesia, namun pembabakan yang telah umum
dipakai selalu kembali pada nama-nama angkatan. Angkatan-angkatan itu muncul
hampir 10 tahun atau 15 tahun sekali. Jadi dapatlah pula kita menamakan
angkatan-angkatan itu berdasarkan usianya. Selama waktu itu pengalaman dan
situasi masing-masing generasi rupanya agak berbeda sehingga melahirkan ciri-
ciri tersendiri pada angkatannya.
Masing-masing angkatan sastra dimulai dengan munculnya sekumpulan
sastrawan yang tahun kelahirannya hampir sama dan menulis dalam gaya yang
hampir sama dalam majalah atau penerbitan yang sama. Sastra Balai Pustaka
dimulai tahun 1920. Para penulis Balai Pustaka yang mula-mula menulis sekitar
tahun 1920-an adalah mereka yang dilahirkan sekitar tahun 1895-an. Sastra
Pujangga Baru diisi oleh para sastrawan yang dilahirkan sekitar tahun 1910-an.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanankah Sejarah lahirnya Angkatan 66?
2. Apakah Karakteristik sastra angkatan 66?
3. Siapa sajakah tokoh sastrawan angkatan 60?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
3
mengembalikan krisis budaya yang telah terjadi selama belasan tahun dengan
harapan tumbuhnya semangat baru untuk memperjuangkan demokrasi dan
semangat manusia Indonesia.
Majalah Horison mengutamakan sastra berupa cerpen, sajak, kritik sastra,
dan esai. Majalah ini banyak memperoleh sambutan hangat dari para pengarang
baik yang sudah terkenal maupun yang baru memuali karirnya. Di luar majalah
Horison juga mulai terbit kembali Koran-koran yang pernah dilarang terbit,
seperti Merdeka, Indonesia Raya, Kompas, Berita Yudha, Angkatan Bersenjata,
dan Suara Karya.
pelaksanaan Pancasila dan melaksanakan ide yang terkandung di dalam Manifest
Kebudayaan.
b. Struktur Ekstraestetik
➢ Sesuai dengan sejarah nasional, tema utama dalam Angkatan 66
adalah perlawanan terhadap tirani pemerintah orde lama, misalnya
sajak-sajak demonstrasi dari Taufiq Ismail, Mansur Samin, Bur
Rasuanto, dsb. Khusus Taufiq Ismail, sajak-sajak demonstrasi
tersebut terkumpul dalan Tirani dan Benteng yang kemudian
dikumpulkan menjadi Tirani dan Benteng (Rosidi, 1983: 168-9).
➢ Tema kemuraman karena menggambarkan hidup yang penuh
penderitaan.
4
5. Arifin C. Noer
Dalam Langgar, Dalam Langgar Purwadinatan, naskah drama Telah
Datang Ia, Telah Pergi Ia, Matahari di Sebuah Jalan Kecil , Monolog Prita Istri
Kita dan Kasir Kita (1972, Tengul (1973), Kapai-kapai (1970), Mega-mega
(1966), Umang-umang (1976), Sumur Tanpa Dasar (1975), Orkes Madun, Aa Ii
Uu, Dalam Bayangan Tuhan atawa Interogasi, Ozon. Karya-karyanya yang lain:
Nurul Aini (1963); Siti Aisah (1964); Puisi-puisi yang Kehilangan Puisi-puisi
(1967).
6. Satyagraha Hurip
Pada Titik Kulminasi, kumcerpen Tentang Delapan Orang, novel Sepasang
Suami Istri (1964), Resi Bisma (1960), serta menyunting antologi esai Sejumlah
Masalah Sastra (1982). Karya-karyanya yang lain: Burung Api (cerita anak-anak,
1970); Sarinah Kembang Cikembang (kumcerpen, 1993). Satyagraha adalah
editor buku Cerita Pendek Indonesia I – IV (1979) dan penulis terjemahan
Keperluan Hidup Manusia (novel Leo Tolstoy, 1963).
7. Bur rasuanto
• Bumi yang Berpeluh tahun 1962
• Mereka Akan Bangkit tahun 1963
cerkannya antara lain: Si Bawang, Telaga di Kaki Bukit, Gadis Sunyi, Empat
Saudara, Berlomba dengan Senja.
10. Titie Said Sadikun
menulis kumpulan cerpen Perjuangan dan Hati Perempuan (1962), novel
Jangan Ambil Nyawaku (1977), Lembah Duka, Fatimah yang difilmkan menjadi
Budak Nafsu, Reinkarnasi, Langit Hitam di Atas Ambarawa.
11. Titis Basino PI
• Dia, Hotel, Surat Keputusan (1963)
• Lesbian (1976)
• Bukan Rumahku (1976)
• Pelabuhan Hati (1978)
• Pelabuhan Hati (1978)
12. Mira Widjaja
• Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi
• Kemilau Kemuning Senja (sudah di filmkan)
• Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi (sudah di filmkan)
• Ketika Cinta Harus Memilih (sudah di filmkan)
• Permainan Bulan Desember (sudah di filmkan)
• Tak Kupersembahkan Keranda Bagimu (sudah di filmkan)
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Lahirnya sastra angkatan 60 ini ditandai dengan terjadi permasalahan-
permasalahan kompleks Indonesia yang terjadi pada masa itu, khususnya pada
bidang politik. Kemelut politik ini disebabkan semakin liarnya PKI beserta ormas-
ormasnya yang berdampak pada kesastraan Indonesia. Keadaan yang demikian,
memicu lahirnya angkatan 66 yang memiliki cita-cita ingin adanya pemurnian
pelaksanaan Pancasila dan melaksanakan ide yang terkandung di dalam Manifest
Kebudayaan.
Dan bahwa hasil karya sastra Angkatan ’66 ini lebih menekankan pada
protes terhadap keadilan sosial danpolitik pemerintah, rasa nasionalisme yang
tinggi, serta mempertahankan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara.
B. Saran
Diharapkan kepada para mahasiswa agar lebih telaah lagi dalam kegiatan
pembelajaran sejarah sastra dan meningkatkan apresiasi sebagai bukti cinta
kepada sastra tanah air Indonesia, sebagaimana para sastra pendahulu yang
menuangkan rasa nasionalismenya melaluikarya-karyanya yang bisa di nikmat
ioleh generasi setelahnya.
7
DAFTAR PUSTAKA