Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BALAI PUSTAKA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“SEJARAH SASTRA”

Yang Diampuh Oleh: Kadirun, S.Pd.

DISUSUN OLEH:

➢ Andi Haryudi (220130021)


➢ Muh. Alwi Suhajardita (220110005)
➢ Musdalifa (220110001)
➢ Rosa Putri Suryani (220120009)
➢ Ceria Nur Mualimn (220130023)
➢ Mira (220130029)

PRODI PNDIDIKAN BAHASA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA


KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr.Wb

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat, taufik dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Sastra Indonesia dan juga
untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga
bermanfaat.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin.
Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini
mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen Pengampu
mata kuliah yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Wa’alaikumsalam Wr.Wb

Kolaka, 14 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ....................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2

1.3. Tujuan ................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................ 3

2.1. Pengertian dan Sejarah Munculnya Balai Pustaka................................................. 3

2.2. Tokoh-Tokoh Balai Pustaka Beserta Karyanya ..................................................... 3

2.3. Ciri Khas dan Karakteristik Balai Pustaka............................................................. 6

BAB III PENUTUP........................................................................................................................ 8

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 8

3.2. Saran ...................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejarah sastra adalah salah satu bagian dari kajian ilmu sastra. Kata sejarah berasal dari
bahasa Arab, sajarun yang berarti pohon. Pohon menggambarkan adanya akar, cabang, dan
ranting yang memperlihatkan adanya proses susunan peristiwa secara kronologis. Gambar pohon
yang berawal dari akar, ke cabang, lalu ke ranting sebagai suatu rangka yang tersusun secara
kronologis waktu, biasa digunakan untuk menggambarkan silsilah keturunan atau asal usul suatu
keluarga. Gottschalk, di dalam Yudiono (2007), mengemukakan bahwa kata sejarah dalam
bahasa Yunani, adalah istoria yang berarti ilmu. Pengertian istoria ini berkembang menjadi
penelaahan gejala-gejala fenomena kehidupan alam, lebih khusus lagi fenomena perjalanan
hidup manusia dalam urutan kronologis waktu. Di dalam bahasa Inggris dikenal istilah history
yaitu rekaman masa lampau, biasanya tentang rekaman hidup manusia. Kalau dirunut ke
berbagai bahasa, kata sejarah itu sendiri mempunyai arti yang sama, yaitu rekaman perjalanan
kehidupan manusia dari masa lampau sampai masa-masa berikutnya. Rekaman sejarah
kehidupan yang dilakukan manusia biasanya berfokus pada rekaman peristiwa yang menarik dan
mengesankan. Karya sastra adalah salah satu bagian dari aset budaya suatu bangsa. Bangsa yang
berbudaya adalah bangsa yang tidak hanya memiliki hasil kaya sastra bangsanya, tetapi juga
menghargai dan memberikan apresiasi terhadap karya sastra sebagai hasil karya bangsanya itu.
Kaitan dengan sejarah sastra, kata sejarah dan kata sastra bermakna perjalanan secara kronologis
karya sastra suatu bangsa dari masa ke masa, dari waktu ke waktu, dari periode ke periode
berikutnya. Wilayah kajian sejarah sastra adalah perkembangan sastra dengan segala
permasalahan yang melingkupinya, serta ciri-ciri yang menandai kehadirannya. Objek kajiannya
tidak hanya pengarang dengan karya-karyanya pada setiap kurun waktu, tetapi juga segala
persoalan yang menjadi sumber tema cerita yang terjadi pada masa tertentu yang menjadikannya
sebagai tema-tema cerita. Perkembangan tema-tema cerita menjadikan penanda bagi ciri estetik
perkembangannya.
1.2. Rumusan Masalah

1. Pengertian dan sejarah munculnya balai pustaka?

2. Tokoh pelopor balai pustaka?

3. Karya-karya sastra apa saja dari balai pustaka?

4. Apa ciri khas dan karakteristik balai pustaka?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dan sejarah munculnya balai pustaka

2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh pelopor sejarah sastra

3. Untuk mengetahui karya-karya sastra apa saja dari balai pustaka

4. Untuk mengetahui ciri khas dan karakteristik balai pustaka


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian dan Sejarah Munculnya Balai Pustaka

Balai pustaka merupakan jejak panjang peradaban yang tiada henti mencerdeskan dan
mencerahkan bangsa. Balai pustaka memiliki reputasi dibidang penerbitan. Pencetakan yang di
akui keberadaannya oleh manca negara dengan bertranspormasi kedalam dunia digital dan
industry kreatif.

Awal berdirinya Balai Pustaka terjadi pada 109 tahun silam, tepatnya 14 September 1908.
Saat itu, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda mendirikan Commissie voor de Volkslectuur atau
Komisi untuk Bacaan Rakyat. Komisi ini bertugas menerbitkan buku, majalah atau koran untuk
kepentingan pencitraan pemerintahan kolonial. Secara berkala, Balai Pustaka menerbitkan cerita,
prosa, novel sebagai bacaan nina bobo kaum pribumi agar melupakan perjuangan kemerdekaan.
Dan tentu saja, buku yang terbit tidak ada yang mengandung unsur-unsur pada perjuangan rakyat
pribumi. Balai Pustaka di era Hindia Belanda banyak didominasi sastrawan dari Sumatera,
seperti Marah Rusli yang terkenal dengan novel Siti Nurbaya, atau Merari Siregar dengan
novelnya Azab dan Sengsara dan juga Abdul Muis dengan novelnya Salah Asuhan. Mereka ini
akhirnya disebut sebagai pujangga era Balai Pustaka. Pada masa penjajahan Jepang (1942-1945),
Balai Pustaka tetap eksis namun menggunakan nama lain, yaitu Gunseikanbu Kokumin
Tosyokyoku. Nama ini artinya kurang lebih adalah "Biro Pustaka Rakyat, Pemerintah Militer
Jepang" dan merupakan terjemahan dari nama Belanda Commissie voor de Volkslectuur.

2.2. Tokoh-Tokoh Balai Pustaka Beserta Karyanya


Setelah mengetAhui pengertian karya sastra Indonesia angkatan Balai Pustaka, rasanya
tidak lengkap jika tidak mengetahui tokoh atau pengarang di masa tersebut. Berikut beberapa
nama sastrawan yang termasuk dalam angkatan Balai Pustaka.

1. Nur Sutan Iskandar

Nur Sutan Iskandar merupakan sastrawan angkatan Balai Pustaka yang lahir pada 3 November
1893. Pemilik nama asli Muhammad Nur ini menjadi salah satu pengarang yang paling produktif
berkarya.

Beberapa karya sastra yang dikarangnya antara lain:

• Apa Dayaku karena Aku Perempuan


• Cinta yang Membawa Maut
• Salah Pilih
• Abu Nawas
• Karena Mentua
• Tuba Dibalas dengan Susu
• Dewi Rimba
• Hulubalang Raja
• Katak Hendak Jadi Lembu
• Neraka Dunia
• Cinta dan Kewajiban
• Jangir Bali
• Cinta Tanah Air
• Mutiara
• Pengalaman Masa Kecil.

2. Marah Rusli
Marah Rusli menjadi tokoh yang tidak boleh dilupakan dalam kesusastraan Balai Pustaka.
Sastrawan asal Padang Sumatra Barat ini lahir 7 Agustus 1889. Salah satu karyanya yang
melegenda yakni roman Siti Nurbaya yang terbit pada 1920.
Selain itu, ia juga menerbitkan sederet judul lain yakni:

• Lasmi
• Anak dan Kemenakan
• Memang Jodoh
• Tesna Zahera

3. Buya Hamka

Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih popular dengan nama Buya Hamka
merupakan sastrawan sekaligus ulama Indonesia. Ia menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama
Indonesia (MUI) yang pertama.

Karyanya yang terkenal yakni Tenggelamnya Kapal van Der Wicjk yang telah diadaptasi
menjadi film layar lebar. Selain itu, ia juga menulis sederet buku. Di antaranya yakni:

• Di Bawah Lindungan Ka’bah


• Merantau ke Deli
• Dijemput Mamaknya
• Tuan Direktur
• Mandi Cahaya di Tanah Suci

4. Abdul Muis

Abdul Muis juga menjadi salah satu sastrawan tersohor dari angkatan Balai Pustaka. Selain
sastrawan, ia juga dikenal sebagai seorang politikus dan wartawan.

Pengarang yang lahir pada 17 Juni 1959 ini juga merupakan salah satu pengurus besar Sarekat
Islam. Dirinya dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional pertama oleh Bung Karno.
Karya-karyanya yang popular di antaranya yakni:

• Salah Asuhan
• Suropati
• Pertemuan Jodoh
• Robert Anak Surapati.

2.3 Ciri Khas dan Karakteristik Balai Pustaka


Ciri-ciri Balai Pustaka:

1. Bersifat didaktis. Sifat ini berpengaruh sekali pada gaya penceritaan dan struktur
penceritaannya. Semuanya ditujukan kepada pembaca untuk memberi nasihat.
2. Bercorak romantic (melarikan diri) dari masalah kehidupan sehari-hari yang menekan.
3. Permasalahan adat, terutama masalah adat kawin paksa, permaduan, dan sebagainya.
4. Pertentangan paham antara kaum tua dengan kaum muda. Kaum tua mempertahankan
adat lama, sedangkan kaum muda menghendaki kemajuan menurut paham kehidupan
modern.
5. Latar cerita pada umumnya latar daerah, pedesaan, dan kehidupan daerah. Misaknya,
novel Sitti Nurbaya memiliki latar tempat di daerah Padang.
6. Cerita bermain pada zaman sekarang, bukan di tempat dan zaman antah-berantah.
7. Cita-cita kebangsaan belum dipermasalahkan, masalah masih bersifat kedaerahan.

Karakteristik Balai Pustaka:


1. Agak dinamis
2. Bercorak pasif-romantik, ini berarti bahwa cita-cita baru senantiasa terkalahkan oleh adat
lama yang membeku, sehingga merupakan angan-angan belaka
3. Menggunakan bahasa Melayu Baru, yang tetap dihiasi ungkapan-ungkapan klise serta
uraian-uraian panjang.
4. Para penyairnya masih banyak yang mempergunakan puisi-puisi lama, pantun, dan syair,
seperti terlihat pada karya tulis Sutan Ati, Abas, dan Sutan Pamunjtak.
5. Bentuk puisi barat yang tidak terlalu terikat oleh syarat-syarat, seperti puisi lama, mulai
dipergunakan oleh penyair muda. Para penyair baru ini diperoleh oleh Moh. Yamin, yang
mempergunakan bentuk sonata dalam kesusastraan Indonesia.
6. Bentuk prosa yang memegang peranan pada masa kesusastraan angkatan Balai Pustaka
adalah Roman. Roman angkatan ini bertema perjuangan atau perlawanan terhadap ada
istiadat lama, misalnya kawin paksa.
7. Latar belakang sosial sastra periode Balai Pustaka berupa pertentangan paham antara
kaum muda dengan kaum tua. Kita bias mengambil contoh novel Salah Asuhan, Si Cebol
Rindukan Bulan, yang memiliki kecenderungan simpati kepada yang lama, bahwa yang
baru tidak semuanya membawa kebaikan.
8. Unsur nasionalitas pada sastra Balai Pustaka belum jelas. Pelaku-pelaku novel periode
Balai Pustaka masih mencerminkan kehidupan tokoh-tokoh yang berasal dari daerah-
daerah.
9. Peristiwa yang diceritakan sesuai dengan realitas kehidupan masyarakat.
10. Analisis psikologis pelakunya belum dilukiskan secara mendalam.
11. Sastra Balai Pustaka merupakan sastra bertendes dan bersifat didaktis yaitu lebih
cenderung pada sesuatu khususnya mengenai permasalahan diatas sehingga terlihat
seolah-olah karyanya hanya itu-itu saja atau monoton
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Setelah membahas tentang sejarah singkat Balai Pustaka, kesusastraan periodisasi Balai Pustaka
dan tokoh-tokoh masa periodisasi Balai Pustaka secara singkat berdasarkan pertanyaan-
pertanyaan dalam rumusan masalah. Dapat disimpuklan sebagai berikut :

1. Balai Pustaka didirikan oleh kolonial Belanda sebagai taman baca Bumiputra pada tahun
1908 dan berubah nama menjadi Balai Pustaka pada tahun 1918.

2. Mengetahui sastra pada periodisasi Balai Pustaka dengan melihat bentuk karya sastra
dalam hal bahasa, isi, dan amanatnya dll. Dengan melihat ciri-ciri kesusastraan periodisasi Balai
Pustaka yang berlaku.

3. Semua tokoh-tokoh pada periodisasi Balai Pustaka kebanyakan berasal dari Sumatra.
Selain menjadi sastrawan mereka juga aktif dalam bidang keguruan, jurnalistik, dan kedokteran.
Yang tujuan menjadi sasatrawan hanya untuk memajukan rakyat Indonesia dalam hal
pengetahuan dan pendidikan.

3.2. Saran

Setelah mengkaji sejarah singkat Balai Pustaka, kesusastraan periodisasi Balai Pustaka dan
tokoh-tokoh masa periodisasi Balai Pustaka secara singkat berdasarkan pertanyaan-pertanyaan
dalam rumusan masalah. Hendaknya seorang pengaji sastra dalam klasifikasi ilmu sejarah sastra
tidak hanya berfokus pada sastrawanya saja. Melainkan pengaji sastra bisa mengkategorikan
bentuk sastra baru atau lama dengan melihat bentuk karya sastra dalam hal bahasa, isi, amanat,
dll. Dan pengaji juga melihat ciri-ciri semua periodisasi sastra. Sehingga pengaji bisa
mengkategorikan sastra itu sesuai dengan kategori periodisasi kesusastraan yang sesuai. Karena
setiap periodisasi kesusastraan mempunyai ciri-ciri dan tokoh-tokoh yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA

Yudiono, K.S. 2010. Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta. PT. Grasindo.

Teeuw, A. 1980. Sastra Baru Indonesia. Flores. Nusa Indah.

Octovianti, Miya.. Ciri-ciri Sastra Masa Balai Pustaka.(online). 17 Januari 2012.

Himmah, Athiul, A. Dan Dewiga Putri. MAKALAH TEORI SOSIOLOGI SASTRA MENURUT
WELLEK DAN WARREN DAN PENERAPANNYA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA
CLEOPATRA. 2014.

Anda mungkin juga menyukai