Anda di halaman 1dari 11

TOKOH KARYA SASTRA

PERIODE ANGKATAN 45

OLEH :
NAMA : SAIDA TUMANGGER
ROMA TUMANGGER
BINDELLA SINAMO
CLARA PADANG
KELAS : XI IIS 2
SEMESTER : 2

SMA NEGERI 1 TINADA


KABUPATEN PAKPAK BHARAT
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan atas hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
Kasih dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai “Tokoh
Karya Sastra Periode Angkatan 45”.
Makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan guru pembimbing dan anggota
kelompok untuk menyelesaikan dalam mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu, membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengundang pembaca untuk memberikan
masukan yang bisa membangun kami kedepannya. Akhir kata semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Tinada, 24 Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 1

1.3. Tujuan ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3

2.1. Latar Belakang Munculnya Periode Angkatan 45 ............................ 3

2.2. Ciri-ciri Periode Angkatan 45 ........................................................... 4

2.3. Tokoh yang Menonjol Pada Angkata 45 ......................................... 4

2.4. Karya yang Menonjol Pada Angkatan 45 ......................................... 3

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 7

3.1. Kesimpulan ....................................................................................... 7

3.2. Saran ................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sastra pada dasarnya adalah sebuah ciptaan. Ciptaan bukan sekadar
peniruan identitas. Sastra sebagai struktur dan hasil karya imajinatif pada
dasarnya merupakan media yang memanfaatkan bahasa untuk
mengkomunikasikan keberadaan manusia. Oleh karena itu, sebuah sastra sebagian
besar memuat persoalan-persoalan yang melingkupi kehidupan manusia.
Perkembangan sastra ke dunia atas dasar keinginan masyarakat untuk
mengkomunikasikan realitasnya. Gagasan keindahan itu dapatlah dikatakan
berfungsi ganda, untuk mengkomunikasikan kenikmatan estetis (esthetic
enjoyment), dan membuat manusia (pembaca atau penikmat) menemukan
kehidupan itu sendiri dalam figurasi estetis dunia yang lain”
(Atmosuwito,1989:126).
Sastra adalah dunia jiwa dalam bentuk yang lain. Kita bisa memahami
kejiwaan seseorang melalui sastra dan kita juga bisa memahami psikologi
melalui sastra (ahmadi, 2015). Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang
selalu memberikan kesan pembacanya untuk berbuat yang lebih baik atau yang
sesuai dengan ajaran agama. Sastra sebagai media akan dapat mencapai
kesuksesan jika didalamnya mengandung suatu kebenaran. Sastra yang dianggap
baik adalah sastra yang selalu mengajak pembaca untuk menjunjung nilai-nilai
yang terkandung dalam karya sastra dan manusia sebagai salah satu alat untuk
memberikan penentuan dalam kehidupan sehari-hari (Mangunwijaya, 1994)
Biasanya kesustraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa, jadi
yang termasuk dalam kategori sastra adalah: novel cerita/cerpen, syair, pantun,
sandiwara /drama. Berdasarkan latar belakang sehingga kami mengambil topik ini
agar dapat lebih mengetahui lagi apa yang dimaksud sastra serta menambah
pengetahuan kita mengenai sastra.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana latar belakang munculnya periode angkatan 45?

1
2. Apa yang menjadi ciri dari periode angkatan 45?
3. Siapakah para tokoh sastra yang ada pada angkatan 45?
4. Karya apa saja yang dominan pada angkatan 45?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang munculnya periode angkatan 45
2. Mengetahui ciri khas dari periode angkatan 45
3. Mengetahui para tokoh ada pada angkatan 45
4. Memahami karya yang dominan pada angkatan 45

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Munculnya Periode Angkatan 45


Sastra angkatan 45 ini lahir saat Indonesia masih dalam belenggu
pendudukan Jepang menuju kemerdekaan dan terjadinya perubahan iklim politik
di Indonesia. Kelahiran angkatan ini memberi warna baru dalam angkatan sastra
Indonesia dan penuh kontroversi. Kontroversinya adalah angkatan 45 berani untuk
mendobrak dan melanggar aturan-aturan sastra yang telah dibuat sebelumnya.
Sastra angkatan ini mengikrarkan dirinya dan mempunyai identitas yang jelas,
tidak seperti angkatan sebelumnya yang tunduk pada penjajah yang dianggap
mencoreng dan mengkhianati bangsa Indonesia itu sendiri. Seperti halnya yang
dilakukan oleh angkatan Balai Pustaka yang dinilai tunduk pada “Volkslectuur”,
yakni lembaga kesustraan kolonial Belanda, dan ngkatan Pujangga Baru dinilai
menghianati identitas bangsa karena terlalu berkiblat ke Barat. Angktan ini pun
berdiri dengan tegak sebagai penolakan dari angkatan-angkatan sebelumnya
(anwar, 2004).
Sastra angkatan 45 ini pun menjadi pusat perhatian para sastrawan
diseluruh Indonesia. Hal ini merujuk pada beraninya sastra ini dalam melanggar
aturan-aturan sastra yang di ada. Oleh karena itu, hal inilah yang menjadi ciri khas
dan lahirnya identitas barudalam sastra angkatan 45 ini. Penggerak dalam sastra
angkatan ini pun adalah mereka yang menaruh perhatian besar, memberi
sumbangsih buah pikirannya dan berjuang bersama dalan sastra angkatan ini. Para
sastrawan yang tergabung dalam sastra angkatan ini seolah ingin bebas dari
kekangan budaya asing yang mengikat budaya Indonesia.
Pelopor dari sastra angkatan 45 adalah Rosihan Anwar, seorang sejarawan,
sastrawan, dan budayawan di Indonesia. Beliau mengikrarkan nama angkatan ini
dalam lembar kebudayaan “Gelanggang.” Setelah penamaan angkatan itu, banyak
tanggapan positif yang di dapat Rosihan Anwar, para sastrawan pun setuju dan
menyepakati atas penamaan angkatan ini, terutama mereka yang tergabung dalam
sastra periode 40-an.

3
Adapun tokoh yang tergabung dalam sastra angkatan 45 adalah Asrul
Sani, Chairil Anwar, Mochtar Apin, Riva’I Apin dan Baharudin. Mereka aktif
dalam menciptakan karya sastra dan mereka mendapatkan saluran resmi untuk
menerbitkan karya-karya yang telah mereka ciptakan melalui majalah kebudayaan
Gema Suasana, pada Januari 1948. Awalnya majalah ini masih dalam naungan
percetakan Belanda Opbouw (Pembangun). Namun, dalam konfrontasinya mereka
berhasil lepas dan pindah ke “Gelanggang.” Setelah pindah, mereka kemudian
menerbitkan kredo Angkatan 45, yang dikenal luas dengan nama “Surat
Kepercayaan Gelanggang” (Berdianti, 2020),

2.2. Ciri Khas Periode Angkatan 45


1. terbuka,
2. pengaruh unsur sastra asing lebih luas dibandingkan angkatan sebelumnya,
3. bercorak isi realis dan naturalis, meninggalkan corak romantis,
4. sastrawan periode ini terlihat menonjol individualismenya,
5. dinamis dan kritis, berani menabrak pakem sastra yang mapan
sebelumnya,

2.3. Tokoh yang Ada Pada Angkata 45


Beberapa sastrawan yang menjadi motor dan pelopor Angkatan 45, di
antaranya sebagai berikut.
a. Chairil Anwar
Lahir di Medan, 26 Juli 1922, dan meninggal di Jakarta, 28 April 1949.
Chairil menguasai bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Jerman. Karya
sastranya dipengaruhi oleh sastrawan dunia yang dia gandrungi, seperti Rainer M.
Rilke, W.H. Auden, Archibald MacLeish, H. Marsman, J. Slaurhoff dan Edgar du
Perron.
b. Asrul Sani
Lahir di Sumatra Barat, 10 Juni 1926, dan meninggal di Jakarta, 11 Januari 2004.
Kiprahnya sangat besar pada dunia film Indonesia. Banyak menerjemahkan karya

4
sastrawan dunia seperti: Vercors, Antoine de St-Exupery, Ricard Boleslavsky,
Yasunari Kawabata, Willem Elschot, Maria Dermount, Jean Paul Sartre, William
Shakespeare, Rabindranath Tagore, dan Nicolai Gogol.
c. Rivai Apin
Lahir di Padang Panjang pada 30 Agustus 1927, dan wafat di Jakarta, April 1995.
Pernah menjadi redaktur Gema Suasana, Siasat, Zenith, dan Zaman Baru.
Keterlibatannya dalam Lekra menyebabkan dia ditahan dan baru dibebaskan
tahun 1979.
d. Idrus
Lahir di Padang, 21 September 1921, dan 18 Mei 1979. Sastrawan dunia yang ia
sukai: Anton Chekov, Jaroslov Hask, Luigi Pirandello, dan Guy de Maupassant.
Pada masa Lekra, Idrus memutuskan pindah ke Malaysia karena tekanan lembaga
tersebut.
e. Achdiat Karta Mihardja
Lahir di Jawa Barat, 6 Maret 1911, dan meninggal di Canberra, Australia, 8 Juli
2010. Kiprahnya guru Taman Siswa, redaktur Balai Pustaka, Kepala Jawatan
Kebudayaan Perwakilan Jakarta Raya, dan dosen Fakultas Sastra UI.
f. Trisno Sumardjo
Lahir 1916, dan meninggal 21 April 1969. Selain sebagai sastrawan, dikenal juga
sebagai pelukis.
g. Utuy Tatang Sontani
Lahir di Cianjur, 1 Mei 1920 , dan meninggal di Moskwa, 17 September 1979. Ia
adalah utusan dalam Konferensi Pengarang Asia-Afrika di Tashkent, Uzbekistan,
1958. Utuy mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di Moskwa.

2.4. Karya yang Dominan Pada Angkatan 45


Beberapa karya sastra yang dihasilkan angkatan 45, di antaranya adalah sebagai
berikut.
1. Kerikil Tajam (Chairil Anwar, 1949)
2. Deru Campur Debu (Chairil Anwar, 1949)
3. Tiga Menguak Takdir (Asrul Sani, Rivai Apin dan Chairil Anwar, 1950)

5
4. Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (Idrus, 1948)
5. Atheis (Achdiat K. Mihardja, 1949)
6. Katahati dan Perbuatan (Trisno Sumardjo, 1952)
7. Suling (Utuy Tatang Sontani, 1948)
8. Tambera (Utuy Tatang Sontani, 1949)

6
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kebangkitan angkatan '45 dimulai dengan mentalitas dan tujuan para
pengarang yang akan mereka perjuangkan, khususnya yang perlu membentuk
budaya yang tersebar luas. Selain itu, para pengarang pada saat itu adalah pencipta
yang progresif dalam menulis. Penamaan angkatan '45 membuat kreator beradu
argumen dengan tujuan dimana terdapat kelebihan dan kekurangan dari penamaan
ini.

3.2. Saran
Semoga pembaca dapat memahami isi makalah dengan baik dan berguna
bagi pembaca sekalian, serta mampu membedakan karya sastra bentuk prosa dari
angkatan yang telah dipaparkan di dalam makalah ini. Bagi pembaca yang ingin
menelusuri lebih dalam lagi mengenai tokoh sastra, makalah ini dapat dijadikan
salah satu sumber bacaan dalam mendukung pembaca untuk mengetahui lebih
banyak lagi

7
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. (2015). Psikologi sastra. Penerbit Unesa University Press.

Anwar, R. (2004). Sejarah kecil" petite histoire" Indonesia (Vol. 1). Penerbit
Buku Kompas.

Atmosuwito,Subijantoro.1989. Perihal Sastra dan Religiusitas dalam Sastra.


Bandung: Sinar Baru

Berdianti, D. E. (2020). Perjalanan Panjang Sastra Indonesia. Alprin.

Mangunwijaya. 1994. Sastra dan Religius. Yogyakarta: Kanisius

Yugi Anto, http://makalahzakatfitra.blogspot.co.id/ 2015

Anda mungkin juga menyukai