NIMKO : 2018.12.01.46.0022
Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan taufik dan hidayahnya. Sholawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada suri teladan kita, Nabi Muhammad SAW,
keluarga dan para sahabatnya yang membawa kebenaran bagi kita semua.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yakni ibu
yang Farida Rochmawati, M.Pd telah membimbing serta mengajarkan kami, dan
mendukung kami sehingga terselesaikan makalah yang berjudul Pembahasan Stilistika
karya sastra angkatan ‘45 dan juga terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan
kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga terselesaikan makalah ini.
Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan, sebagai wujud rasasyukur dengan
tersusunnya makalah ini kepada semua pihak yang telah berpartisipasi selama
penyusunan makalah ini, yang telah dengan tulus ikhlas membantu baik secara moril
maupun materiil, terutama kepada Dosen Pembina dan teman-teman sekalian.
Penyusun
Sofiyatun Maimunah
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................
A. Latar Belakang..................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................
C. Tujuan.................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................
A. Sejarah Lahirnya Angkatan ’45.............................................................
B. Beberapa Pendapat Tentang Angkatan ’45
C. Karakteristik Karya Angkatan ’45......................................................
D. Konsepsi Estetik Angkatan ’45............................................................
E. Para Sastrawan Angkatan ’45.................................................................
3
BAB I
PENDAHULUA
A. Latar Belakang
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sejarah sastra merupakan cabang ilmu sastra
yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan sastra suatu bangsa. Misalnya, sejarah
sastra Indonesia, sejarah sastra Jawa, dan sejarah sastra Inggris. Dengan pengertian dasar itu,
tampak bahwa objek sejarah sastra adalah segala peristiwa yang terjadi pada rentang masa
pertumbuhan dan perkembangan suatu bangsa. Telah disinggung di depan bahwa sejarah sastra
itu bisa menyangkut karya sastra, pengarang, penerbit, pengajaran, kritik, dan lain-lain.
Karya-karya angkatan 45 yang kita baca dan ketahui pada saat sekarang ini bukanlah ada
dengan sendirinya. Karya-karya tersebut merupakan hasil pemikiran dan imajinasi para
sastrawan yang terdesak oleh tantangan zaman pada masa itu. Yaitu, masa penduduk Jepang
dan masa revolusi di Indonesia.
Sebagaimana kita ketahui bahwa bangsa Jepang adalah bangsa terakhir menjajah sampai
akhirnya Indonesia meraih kemerdekaan. Para sastrawan yang ada pada masa ini selain ikut
berjuang dengan fisik dalam perang kemerdekaan, mereka juga menyibukkan diri untuk
mencoba merumuskan dan mencari orientasi pada berbagai kemungkinan bangunan
kebudayaan bagi Indonesia kedepan
Setelah merdeka Indonesia memasuki era revolusi, yakni masa pembaharuan baik dari segi
pemerintahan, sosial, budaya dan kenegaraan. Hal ini juga memberi dampak pada sastrawan
dan hasil karya sastra mereka pada saat itu. Sehingga angkatan 45 memiliki konsepsi estetik
tersendiri.
B. Rumusan Masalah
3. Menyebutkan Para sastrawan angkatan ’45 dan menunjukkan hasil-hasil karya para
sastrawan di angkatan ’45?
4
C. Tujuan
1. Dapat memahami sejarah lahirnya sastra angkatan ‘45
2. Dapat menjelaskan beberapa pendapat dan karakteristik serta estetika tentang sejarah
‘45
3. Dapat mengetahui para sastrawan angkatan ’45 dan menunjukkan hasil-hasil karya
para sastrawan di angkatan ‘45
5
BAB II
PENDAHULUAH
7
Konsepsi estetik Angkatan 45 tergambar dalam “Surat Kepercayaan Gelanggang”.
Dengan “Surat Kepercayaan Gelanggang” inilah para penyair Angkatan 45 mendefenisikan diri
dan konsep estetik budayanya. Pendefenisian ini dilakukan sastrawan Angkatan 45 lewat
“pemisahan diri” dan kritik keras terhadap generasi sastra sebelumnya, khususnya kritik dan
pemisahan diri dengan visi budaya yang ditegakkan Sutan Takdir Alisjahbana. Yang menjadi
fokus pemisahan diri disini adalah pada ideologi yang digunakan serta orientasi budaya.
Pemisahan konsep sastra dan visi inilah yang kemudian dijadikan banyak pengamat sastra
sebagai ciri utama angkatan 45 dibanding angkatan sebelumnya. H.B. Jassin dalam banyak
tulisannya mengemukakan terhadap pemisahan yang tegas antara konsepsi sastrawan Pujangga
Baru dengan konsepsi sastrawan generasi 45. Andaian ini pulalah yang dianut dan dipercayai
banyak sastrawan angkatan 45.
Karya sastra Angkatan 45 memiliki kedekatan yang intim dengan realitas politik. Ini sangat
berbeda dengan karya sastra Angkatan Pujangga Baru yang cenderung romantik-idealistik.
Karena lahir dalam lingkungan yang keras dan memprihatikan karya sastra Angkatan 45 lebih
terbuka, pengaruh unsur sastra asing lebih luas dibandingkan angkatan sebelumnya, isinya
bercorak realis dan naturalis, meninggalkan corak romantis, sastrawan periode lebih
individualisme, dinamis dan kritis, adanya penghematan kata dalam karya, lebih ekspresif dan
spontan, terlihat sinisme dan sarkasme, didominasi puisi dan prosa berkurang.
Pada periode Angkatan 45 berkembang jenis-jenis sastra puisi, cerita pendek, novel dan
drama. Keadaan perang pada saat itu mempengaruhi penciptaan sastra dalam permasalahan dan
gayanya. Ada beberapa ciri stuktur estetik Angkatan 45 baik pada karya sastra puisi maupun
prosa. Pada karya sastra puisi ciri struktur estetiknya yaitu, pertama, puisinya bebas, tidak
terikat pada pembagian bait, jumlah baris dan persajakan. Kedua, gaya alirannya
ekspresionisme dan realisme. Ketiga, pilihan kata (diksi) untuk mencerminkan pengalaman
batin yang dalam dan untuk intensitas arti. Ketiga, bahasa kiasannya dominan metafora dan
simbolik, kata, frasa dan kalimatnya ambigu sehingga multitafsir. Keempat, gaya sajaknya
prismatis dengan kata-kata yang ambigu dan simbolik, hubungan baris-baris dan kalimat-
kalimat implisit. Kelima, gaya pernyataan pikiranya berkembang yang nantinya menjadi gaya
sloganis. Keenam, gaya ironi dan sinisme menonjol.
Pada karya sastra prosa, ciri stuktur estetiknya adalah banyak alur sorot balik, walaupun ada
juga alur lurus, digresi dihindari sehingga alurnya padat, pada penokohan analisis fisik tidak
dipentingkan, yang ditonjolkan analisis kejiwaan, tetapi tidak dengan analisis langsung
8
melainkan dengan cara dramatik melalui arus kesadaran dan percakapan antar tokoh, banyak
menggunakan gaya ironi dan sinisme, gaya realisme dan naturalisme, menggambarkan
kehidupan sewajarnya secara mimetik.
Inilah ciri struktur estetik dari karya sastra puisi dan prosa Angkatan 45, yang membuat
karya sastra Angkatan 45 menjadi karya sastra yang fenomenal dalam sejarah sastra Indonesia.
E. Para Sastrawan Angkatan ‘45
Para sastrawan yang menjadi motor dan pelopor Angkatan 45 adalah para pencipta karya
sastra Angkatan 45 yang begitu fenomenal di dunia sastra. Mereka adalah.
1. Chairil Anwar
Chairil Anwar merupakan sastrawan terpenting Angkatan 45, sekaligus sastrawan Indonesia
yang palin dikenal luas oleh masyarakat. Sastrawan kelahiran Medan, 26 Juli 1922 dan tutup
usia di Jakarta, 28 April 1949 ini tumbuh menjadi legenda. Banyak kalangan yang menjadikan
hari kematiannya sebagai hari sastra nasional.
Masa-masa kehadiran Chairil Anwar adalah masa-masa yang menarik untuk menciptakan
karya sastra. Karena pada masa itu, secara sosial merupakan masa revolusioner Indonesia dari
bangsa terjajah menuju gairah kemerdekaan dari sebuah bangsa yang muda. Selain itu Chairil
juga tumbuh dalam sebuah komunitas Alisyahbana muda yang membara, menolak ketentraman
lama. Di sana, tradisi silam ditolak tegas serta dianggap mandul dan membekukan.
Sajak-sajak Chairil sendiri tidaklah banyak jumlahnya dan tidak semuanya berkualitas,
namun cukup banyak sajak-sajak yang hinga kini menunjukkan kualitas yang prima. Chairil
Anwar menjadi masyhur lewat sajak-sajak “Aku”, “Perjanjian dengan Bung Karno”,
“Diponegoro”, “Siap Sedia”, dan “Karawang Bekasi”. Dikalangan kritikus, Chairil juga dipuji
berkat sajak-sajaknya yang indah seperti,”Senja di Pelabuhan Kecil”, “Derai-Derai Cemara”,
“Kawanku dan Aku” serta “Cinta Jauh di Pulau”.
Karya sastra Chairil Anwar dipengaruhi oleh sastrawan dunia seperti Rainer N.Rilke, W.H
Auden, Archibald Macleish, H. Marsman, J. Slawurhoff dan Edgar Duperron. H.J Jassin adalah
orang yang ikut dalam mempopulerkan karya-karya Chairil Anwar. Faktor penting lain yang
menjadikan Chairil legenda adalah gaya hidupnya yang bohemian dan kenyataan bahwa ia mati
muda. Chairil bisa diangap sebagai sosok seniman optima performa dalam citra romantik.
2. Idrus
9
Idrus dilahirkan pada 21 september 1921 di Padang. Ia mengikuti pendidikan di HIS, Mulo,
AMS-SMT dan tamat pada 1943. Selesai sekolah, ia menjadi redaktur Balai Pustaka. Idrus juga
menjadi kepala bagian pendidikan Garuda IndonesiaAirways, sampai oktober 1952.
Idrus mulai menulis berupa sketsa-sketsa, cerpen dan naskah sandiwara. Tulisan-tulisannya
hampir semuanya berupa laporan pandangan mata. Namun, beberapa diantaranya boleh dikatan
mencerminkan perjalanan pandangan mengenai hidup dan berbagai persoalan.
Idrus banyak dipengaruhi oleh pengarang-pengarang Rusia seperti Ilya Ehrenburg dan
Vsevolod Ivanov. Karya-karya dari Idrus diantaranya, sketsa “Coret-Coret di Bawah Tanah”.
Sandiwara Ave Maria, Keluarga Surono, Lukisan Pujangga, Kejahatan Membalas Dendam,
Dr. Bhisma dan Jibaku Aceh.
3. Asrul Sani
Asrul Sani lahir di Rao, Sumatra Barat, 10 Juni 1927. Menempuh pendidikan di HIS
Bukittinggi, KWS di Jakarta, Taman Dewasa, Perguruan Taman Siswa Jakarta, Sekolah Dokter
Hewan Bogor, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia di Bogor, Akademi Seni
Drama di Amsterdam, USC, Departeman of the Antre-Departeman of Cinema di Los Angeles.
Asrul Sani menjelajahi berbagai bidang kesenian, mulai dari sastra hingga film, mulai dari
esai hingga sinetron. Gaya sajaknya mencerminkan kecendrungan umum sebagaimana yang
dipelopori oleh Chairil Anwar. Karya skenario Asrul Sani diantaranya Burung Camar, Pintu
Tertutup, Monserrat, dan Yerma. Naskah dramanya yang telah terbit sebagai buku adalah Naga
Bonar dan Mahkamah.
4. Sitor Situmorang
Sastrawan kelahiran Harian Boho, Samosir, 2 Oktober 1923 ini memulai pendidikannya di
Mulo. Setelah lulus Mulo di Tarutung, ia melanjutakan studinya di AMS Jakarta, tetapi tidak
tamat. Pada awal masa revolusi ia bekerja sebagai wartawan di Medan. Pada tahun 1948 ia
berangkat ke Yogyakarta.
Dalam puisi-puisi modernnya Sitor Situmorang berbeda dengan Chairil Anwar, Sitor
Situmorang sering memanfaatkan khasanah berpuisi lama. Karya-karya Sitor Situmorang yang
telah diterbitkan pada berbagai koran dan majalah yaitu Jalan Mutiara, Surat Kertas Hijau,
Dalam Sajak, Wajah Tak Bernama, Zaman Baru, Angin Daananu, Dinding Waktu, Peta
Perjalanan, dan sebuah cerpen yang berjudul Pertempuran dan Salju di Paris.
5. Muhammad Ali
1
0
Pada 23 April 1927 Muahammad Ali lahir di kampung Ketapang kawasan Ampel,
Surabaya. Muahmmad Ali bersekolah di GHAS, kemudian melanjutkan di MULO namun tidak
tamat. Pada masa pendudukan Jepang ia mengikuti kursus kebudayaan (Keimin Sidhoso) dan
setelah itu ia belajar secara otodidak dalam berbagai hal yang berkaitan dengan dunia tulis-
menulis. Walaupun otodidak Muhammad Ali tidak merasa rendah diri, ia pun sudah berkali-
kali berceramah di lingkungan perguruan tinggi.
Muhammad Ali mulai mengarang sejak tahun 1942. Sebagai pengarang ia pernah
mengasuh majalah Mimbar Pemuda, Mingguan Pahlawan, Cetusan, Bakat, dan majalah
Fithrah. Muhammad Ali dikenal sebagai sastrawan serba bisa. Karena ia menulis cerpen,
novel, naskah drama dan puisi.
Karya-karya sastra Muhammad Ali yaitu naskah drama yan pernah ditulisnya antara lain Si
Gila, Kembali Kepada Fithrah, serta sandiwara radio seperti lapar dan Sel 13. Ali juga menulis
Novel diantaranya Kiamat, kubur Tak Bertanda, dan Ibu Kita Raminten. Karya sastra cerpen
yang ditulisnya yaitu Buku Harian Pengangur dan Gerhana. Selain menulis kumpulan puisi
berjudul Bintang Dini, Ali menulis juga buku esai seperti Izinkan Saya Bicara, Mari
Mengarang Cerpen, Nyanyian Burdah, Teknik Penulisan Skenario Drama dan Film, Aktor dan
Artis, Teknik Penghayatan Puisi, Ikhwal Dunia Sastra, Kamus Bahasa Indonesia, dan Puitisasi
Jus Amma.
6. Toto Sudarto Bachtiar
11
contoh, ia tidak lagi menyatakan “beta” seperti dalam puisi salah satu penyair Pujangga
Baru, tetapi menyebut dirinya “aku”. Hal ini dapat kita lihat dalam sajak Aku yang benar-benar
bercorak baru. Meski puisinya banyak diilhami puisi asing, namun puisi-puisinya memiliki
gaya khas yang hanya dimiliki oleh Chairil Anwar
1
2
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Karya sastra Angkatan 45 lahir pada masa peralihan bangsa yaitu dari masa penjajahan
Jepang menuju kemerdekaan. Pada Angkatan 45 karya sastra didominasi oleh puisi, prosa
tampak berkurang. Konsepsi estetik Angkatan 45 tergambar dalam “Surat Kepercayaan
Gelanggang”
Para penggerak Angkatan 45 yaitu para sastrawan yang ada pada masa itu seperti Chairil
Anwar, Idrus, Asrul Sani, Sitor Situmorang, Muhammad Ali, Toto Sudarto Bachtiar. Para
sastrawan Angkatan 45 ini memiliki ciri khas masing-masing.
B. Saran
Karya-karya sejararah sastra Indonesia agar senantiasa dilestarikan, dan akan terus
meningkatkan karya sastra yang lain di masa kini.
13
DAFTAR PUSTAKA
Rahman,Taufiqur.2018.Periode.Sastra.dan.Antologi.Puisi.Indonesia.Semarang:CV.Pilar
Nusantara.
1
4
15
1
6
17