Anda di halaman 1dari 14

Makalah Seni Budaya

REALISME DAN TUMBUHNYA ORGANISASI SENIMAN

SMAN 1 PACIRAN
TAPEL 2017/2018

Kelompok 3 :
 Ajeng Sari Wijayanti (03)
 Dinda Ayu Sari (09)
 Hanani Fadhilah Ramadhanty (14)
 Herlina Ayu Widyah Lestari (15)
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang Realisme dan Tumbuhnya organisasi
seniman

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Realisme dan Tumbuhnya
organisasi seniman ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................................1
BAB I
Pendahuluan
Latar belakang............................................................................................................3
Rumusan masalah.......................................................................................................3
Tujuan Penelitian........................................................................................................3
BAB II
Pembahasan................................................................................................................4
Pembahasan................................................................................................................5
Pembahasan................................................................................................................6
Pembahasan................................................................................................................7
BAB III
Penutup
Kesimpulan.................................................................................................................8
Saran...........................................................................................................................8
Daftar Pustaka.............................................................................................................8
Lampiran.....................................................................................................................9
Hasil Karya Para Seniman..........................................................................................................10

Hasil Karya Para Seniman..........................................................................................................11

Hasil Karya Para Seniman..........................................................................................................12

Hasil Karya Para Seniman..........................................................................................................13


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah perjalanan seni rupa di Indonesia mempunyai rentang waktu yang cukup panjang.
Tidak hanya sebatas pada waktu Indonesia sudah merdeka, tetapi jika di runtut terdapat fase
dalam pemetaan seni rupa di Indonesia.
Menginjak masa Revolusi Fisik tahun 1946, para pemimpin pejuang sadar bahwa seni lukis
dapat mendukung dan mendokumentasikan perjuangan. Organisasi seniman mulai
bermunculan, salah satunya adalah PERSAGI. Sebelum kelahiran PERSAGI tentunya
disebabkan oleh periode sebelumnya yaitu periode Mooi Indie atau Mazhab Hindia Molek yang
memuja keindahan alam Nusantara dan gadis pribumi.
S.Sudjojono aktif menyuarakan semangat Seni Lukis Indonesia Baru melalui tulisan-
tulisannya yang dimuat di majalah dan surat kabar. Seni lukis sebagai salah satu unsur
kebudayaan suatu bangsa dengan sendirinya seharusnya mengungkapkan corak yang cocok
dengan watak bangsa itu. Meskipun demikian, lukisan-lukisan Indonesia pada saat itu belum
juga mempunyai corak Indonesia. Hal itu karena kultur yang ada masih hilir-mudik. Di satu
pihak masih besifat kejawaan, kekunoan, dan di lain pihak bersifat kebaruan jawa dan bahkan
kebarat-baratan. Lewat tulisannya, Sudjojono menganjurkan kepada para pelukis untuk
mempelajari kehidupan rakyat jelata di kampung-kampung dan di desa-desa.
Penelitian tentang karya seni bukan merupakan suatu hal yang mudah melainkan suatu
pekerjaan yang sangat pelik dan membutuhkan kecerdasan dari sudut mana kita memandang.
Hal ini sangat memberikan pengaruh pada hasil penelitian yang penuh dengan ketegangan
antara sudut pandang ilmiah dan seni.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana awal munculnya aliran realisme di Indonesia ?
2. Apakah penyebab tumbuhnya organisasi seniman ?
3. Apa dan kapan organisasi seniman pertama di Indonesia terbentuk ?
4. Apa saja organisasi seniman yang tumbuh di Indonesia ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui awal muncunya aliran realisme di Indonesia
2. Untuk mengetahui penyebab tumbuhnya organisasi seniman
3. Untuk mengetahui apa dan kapan organisasi seniman pertama di Indonesia terbentuk
4. Untuk mengetahui apa saja organisasi seniman yang tumbuh di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

Tumbuhnya Organisasi Seniman

Pada abad ke-18 sampai pertengahan abad ke-19 sulit di ketahui perkembangan seni lukis
dengan media kertas atau kain ( kecuali batik ), selain itu ada beberapa bukti lukisan – lukisan
wajah pejabat – pejabat colonial, bangunan – bangunan kantor pemerintahan dan rumah –
rumah pejabat, yang semuanya merupakan lukisan pesanan.Baru kemudian menjelang Perang
Dunia ke-2 ditandai dengan kedatangan pelukis-pelukis Eropa ke Indonesia seperti
Niuwenkamp, Wolter Spies, Rudolf Bonnet yang masing – masing dengan jelas membawa
aliran- aliran seni lukis seperti Kubisme, Ekspresionisme, Surialisme atau Simbolisme.
Raden Saleh, Affandi, Basuki Abdullah dan lainnya, juga mendapat pengaruh darigaya-
gaya lukisan yang dikembangkan oleh pelukis-pelukis Eropa itu. Para kritikus seni mungkin
berbeda pendapat dan dapat membela pelukis – pelukis Indonesia dengan mengatakan bahwa
mereka tidak terpengaruh oleh pelukis – pelukis Eropa itu, tetapi yang jelas ada masa revolusi
bahkan sampai tahun 1960-an jarang sekali buku – buku seni yang masuk ke Indonesia.
Sesungguhnya perkembangan seni lukis modern di Jawa diawali dengan munculnya “
Kelompok Lima” di Bandung pada tahun 1935 yang merupakan wadah bagi anak – anak muda
untuk belajar menggambar dan melukis. “Kelompok Lima “ ini dipimpin oleh Affandi dengan
anggota – anggotanya Hendra Gunawan, Barli, Soedarso, dan Wahdi. Mereka tidk mempunyai
guru, target lukisannya juga belum jelas, serta masih dalam taraf coba – coba, yaitu dengan
praktek menggambar langsung dan mereka juga belum menguasai teknis melukis serta anatomi.
Mereka umumnya membuat reproduksi foto – foto, spanduk atau iklan – iklan film.

Pada tahu 1937 di Jakarta dibentuk PERSAGI ( Persatuan Ahli Gambar Indonesia ) yang
beranggotakan antara lain Agus Djaja, Emiria Sumarsa, Otto Djaja, Mochtar Apin, dan
Soedjojono. Ternyata pada masa pendudukan Jepang keberadaan PERSAGI tetap dipertahankan
oleh pemerintah militer Jepang. Jepang mempunyai kepentingan terhadap
keberadaan PERSAGI sebagai alat untuk propaganda. Oleh karena itu, kebebasan berekspresi
masing – masing seniman mendapat peluang besar untuk berkembang. Pemerintah militer
Jepang memprakarsai Pusat Kebudayaan yang di dalamnya antara lain terdapat sarana untuk
berkarya seni lukis yang dibagi menjadi tiga kelompok berlatih. Masing – masing kelompok itu
dipimpin oleh Basuki Abdullah, S. Soedjojono, dan Soebanto Soerjo Soebandrio. Hal itu yang
menyebabkan persagi berpngaruh terhadap perkembangan seni supa di Indonesia.
Semangat yang dicanangkan Jepang untuk membangun ‘Kebudayaan Timur’ mendapat
tanggapan positif. Hal itu terbukti dari keterlibatan para pelukis pribumi dalam membina seni
lukis Indonesia. Diantara mereka yang berperanan cukup penting adalah S. Sudjojono, Agus
Djaja, dan Affandi yang kemudian memunculkan sejumlah pelukis muda diantaranya Otto
Djaja, Henk Ngatung, Hendra Gunawan, Djajengasmoro, Kartono Yudhokusumo, Kusnadi,
Sudjana Kerton, Trubus,Baharuddin, dan sejumlah seniman lainnya.Pada tahun yang sama,
Djajengasmoro juga mendirikan Pusat Tenaga Pelukis Indonesia yang secara progresif
mendukung perjuangan untuk mengusir sisa – sisa kolonialisme Belanda dari bumi Indonesia
melalui Lukisan, poster, spanduk dan media lainnya.
Menginjak tahun 1946 di era kemerdekaan dan Revolusi fisik, para pemimpin perjuangan
pada waktu itu memiliki kesadaran bahwa seni lukis dapat berperan dalam mendukung dan
mendokumentasikan perjuangan. Hal itu ditunjukkan oleh hijrahnya sejumlah pelukis bersama
jajaran pemerintahan pusat dari Jakarta ke Yogyakarta. Pada tahun 1946 itu pula, Affandi,
Rusli, Hendra, dan Harijadi membentuk Perkumpulan Seni Rupa Masayarakat. Kemudian
mereka bergabung dengan Sudjojono untuk mendirikan organisasi Seniman Indonesia
Muda ( SIM ) pada tahun 1947.
Keanggotaan SIM meluas dengan masuknya sejumlah seniman seperti Abdul Salam,
Sudibio, Kartono Yudhokusumo, Oesman Effendi, Srihadi Sudarsono, Zaini, dan lain –
lain.kelak sebagian besar anggota SIM ini menjadi seniman terkemuka Indunesia. Dalam
mendukung perjuangan bangsa Indonesia, para anggota SIM giat membuat lukisan dan poster
bertema perjuangan serta menerbitkan majalah kebudayaan bernama ‘Seniman’ yang kemudian
menarik para penulis seperti Anas Maarui, Trisno Sumardjo, Wiratmo Sukito, Usmar Ismail,
dan lainnya.
Namun karena selisih paham, pada tahun 1947, Hendra Gunawan dan Affandi
meninggalkan SIM dan mendirikan ‘Pelukis Rakyat’. Kemudian bergabung pula Sudarso
Setjojoto, Kusnadi, Trubus Soedarsono, Sumitro, Saaongko, dan lain –lainnya. Parapelukis
yang tergabung dalam SIM dan para pelukis yang tidak seidiologi memisahkan diri dan
bergabung dengan Gabungan Pelukis Ideologi (GPI) yang didirikan oleh Affandi dan Sutiksna
di Jakarta pada tahun 1948. Di antaranya adalah Oesman Effendi dan Zaini. Sekitar tahun 1949
seniman – seniman muda, seperti Abas Alibasjah, Sajono, Edhi Soenarso, Rustamadji, Juski
Hakim, Chairul Bachri, Sutopo, Ali Marsaban, Nasir Bondan, Sasongko, Djoni Trisno, dan
beberapa seniman lainnya bergabung mendirikan sanggar yang bertujuan memberikan
kesempatan bagi seniman – seniman muda untuk mengembangkan bakat – bakatnya. Tema –
tema perjuangan pada masa revolusi dan kebebasan berekspresi tanpa terikat dengan kaidah –
kaidah tertentu pada masa sesudah revolusi mewarnai perkembangan seni lukis di
Indonesiayang sudah berkembang kea rah profesi baru .
Pada tahun 1950, Kusnadi, Sumitro, Sasongko memisahkan diri dari ‘Pelukis Rakyat’ dan
bergabung dengan ‘Pelukis Indonesia’ yang anggotanya antara lain Bagong Kusudiardjo dan
Sholihin.
Selain di Yogyakarta, perkumpulan pelukis juga didirikan di kota – kota besar lain.Seperti
‘Jiva Mukti’ yang dibentuk pada tahun 1948 dengan anggota antara lain Barli, Mochtar Apin,
Karnedi, dan lain – lain.Pada tahun 1952 di Bandung didirikan pula ‘Sanggar Seniman’ oleh
But Muchtar, Srihadi, A.D.Pirous, Kartono Yudhokusumo, dan kawan – kawan.
Kemudian di Surabaya dibentuk ‘Pelangi’ pada tahun 1947 oleh Suiarko. Di Jakarta
didirikan Yayasan Seni dan Desain oleh Oesman Effendi, Trisno Sumardjo, Zaini pada tahun
1958. ‘Matahari’ didirikan oleh Mardian, Wakidjan, Nashar, Alex Wetik. Kemudian di
Yogyakarta sendiri berdiri ‘Sanggar Bambu’ yang dibentuk oleh Muljadi, Handogo, Danarto,
dan kawan – kawan pada tahun 1959. Masih banyak lagi perkumpulan seniman bermunculan di
berbagai kota besar sebagai pusat para pelukis bekerja dan bertukar pikiran.

Pada tahun 1970-an ketika “ Boom Lukisan” mewarnai jagad seni lukis di Indonesia, telah
mengantarkan para seniman lukis ke pintu ujian citra berkesenian mereka. Affandi dan Basuki
Abdullah mampu mengimbangkan tuntunan pasar dengan kreativitas dan mutu keseniannya
tetap berdiri kokoh sebagai “ Maestro” sementara itu beberapa seniman lukis jatuh pada
kepentingan pasar yang sekedar hanya melukis.
Gaya dan muatan estetik karya seni rupa pada masa berikutnya memiliki kecenderungan :
ü Mengungkapkan objek secara emosional ( ‘Realisme’ ) yang dicirikan terdapatnya upaya
ubahan bentuk, proporsi, ataupun warna, dan kerap terjadinya distorsi karena ungkapan yang
emosional tersebut. Tema yang dipilih, dapat berupa tema keseharian, perjuangan, penderitaan
rakyat ataupun kritik terhadap situasi.
Lukisan yang lahir dari dunia fantasi berupa citra mimpi, mitos, legenda, mistis, dunia
supranatural, luar akal, satir, naïf, simbolis, dam sebagainya.
ü Memiliki kecenderungan bersifat dekoratif menampilkan berbagai objek alam, daun, bunga,
wanita, binatang yang dibuat secara ‘ornamental’, rinci, dan kerap bersifat dua dimensional
seperti lukisan tradisional Bali.
Perkembangan seni lukis di Indonesia akhir – akhir ini semakin marak dengan munculnya
seniman – seniman lukis “baru” baik itu dari kalangan birokrat, militer, kaum professional, ibu
– ibu pejabat maupun konglomerat. Lahirnya organisasi seni rupa Indonesia dimulai dengan
lahirnya PERSAGI (Persatuan Ahli – Ahli Gambar Indonesia) pada masa cita nasional yang
dilatarbelakangi terjadinya pergolakan di Bangsa Indonesia dalam segala bidang salah satunya
bidang kesenian.
Tokoh kesenian masa itu adalah S.Sudjodjono yang berusaha mendapatkan hak yang sejajar
dengan bangsa lain. Beliau merasa tidak puas dengan kehidupan seni rupa masa Indonesia jelita
yang serba indah karena bertolak belakang dengan kenyataan kondisi Indonesia pada masa itu.
Karena itu S.Sudjodjono dan Agus Jayasuminta beserta kawan – kawannya mendirikan
PERSAGI yang bertujuan untuk mengembangkan seni lukis di Indonesia dengan mencari dan
menggali nilai – nilai asli yang mencerminkan kepribadian Indonesia yang sebenarnya, selain
itu PERSAGI juga berupaya mengimbangi Lembaga Kesenian Asing Kunstring yang mampu
menghimpun
Lukisan bercorak modern.
Cita PERSAGI masih berlanjut pada masa pendudukan jepang dan masih melekat pada para
pelukis. Para pelukis menyadari seni lukis berperan penting untuk kepentimgan revolusi. Selain
PERSAGI , pada masa ini didirikan KEIMIN BUNKA SHIDOSO (Lembaga Kesenian
Indonesia – Jepang) oleh Dai Nippon dan diawasi seniman Indonesia yang bertujuan untuk
propaganda pembentukan kekaisaran Asia Timur Raya. Kemudian berdirilah PUTERA (Pusat
Tenaga Rakyat) sebagai organisasi asli orang Indonesia yang didirikan tahun 1943 oleh Bung
Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara dan KH. Mansur yang bertujuan untuk memperhatikan
dan memperkuat perkembangan seni dan budaya khususnya seni lukis yang dikelola
S.Sudjodjono dan Afandi , selanjutnya bergabunglah beberapa pelukis dalam PUTERA seperti
Hendra, Sudarso, dan sebagainya.
Setelah Indonesia merdeka , organisasi dibidang seni rupa (lukis) bermunculan diantaranya:
a) Diawali oleh SIM (Seniman Indonesia Muda) berdiri tahun 1946 yang dipimpin
S.Sudjodjono, dengan anggotanya: Affandi, Sudarso, Gunawan, Abdus Salam, Tribus dll.
b) Karena selisih paham, Affandi dan Hendra keluar dari SIM dan mendirikan Perkumpulan
Pelukis Rakyat tahun 1947.
Affandi dan Hendra menjadi ketua dalam organisasi ini dengan anggota diantaranya
Sasongko, Kusnadi, dll.
c) Selanjutnya tokoh SIM dan Pelukis Rakyat mendirikan Lembaga pendidikan Akademi Seni
Rupa pada 1948. Lembaga ini memberikan kursus menggambar yaitu Prabangkara.
d) Selain itu juga berdiri Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar tahun 1950 di Bandung yang
dipelopori oleh Prof.Syafei Sumarja dibantu Muhtar Apin,Ahmad Sadali dan lain – lain.
e) Kemudian pada tahun 1959 Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar berubah menjadi fakultas
seni rupa di Institut Teknologi Bandung.

s.soedjojono Lukisan Kawan-kawan Revolusi ,merupakan karya Sindudarsono Sudjojono


pada tahun 1947. Dengan media cat minyak di lukis atas kanvas dan memiliki ukuran 95×149
cm. Lukisan ini dibuat ketika Bangsa Indonesia berusaha mempertahankan kemerdekaan. Saat
itu S Sudjojono tetap berkarya dengan melukis kawan-kawan pejuang yang berusaha
mempertahankan kemerdekaan bangsa. Lukisan Kawan-kawan Revolusi seakan bercerita
bahwa pada masa itu seluruh pejuang saling bahu membahu mempertahankan kemerdekaan.
Semangat dari para pejuang tercermin dalam lukisan ini.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Awalnya gaya modern yang menjadi wacana dunia estetik di Eropa ini tidak menjadi
perhatian para pelukis pribumi. Gejalanya baru tampak pada pelukis pribumi sekitar tahun
1930-an, diantaranya oleh para seniman yang tergabung pada PERSAGI (Persatuan Ahli
Gambar Indonesia) yang didirikan pada tahun 1938 di Jakarta dengan anggota kurang lebih 30
pelukis. Para pelukis PERSAGI berupaya membangun ‘gaya indonesia baru’ yang berbeda
dengan gaya estetis para seniman Belanda.
Pada tahun 1946 pula, Affandi, Rusli, Hendra, dan Harijadi membentuk perkumpulan Seni
Rupa Masyarakat. Kemudian mereka bergabung dengan sudjojono untuk mendirikan Organisasi
Seniman Indonesia Muda (SIM) tahun 1947.

Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang
lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi
terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian terakhir dari
makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya jelaskan tentang daftar pustaka
makalah.

Daftar pustaka

http://reashawolelf.blogspot.co.id/2012/06/realisme-dan-tumbuhnya-organisasi.html

http://cakoniprend.blogspot.co.id/2013/09/rangkuman-tugas-bin-seni-budaya-
kelas.html

https://senirupasmasa.wordpress.com/2012/09/02/lahirnya-organisasi-seni-rupa-
indonesia/
Lampiran

Lampiran 1 daftar isi

Lampiran 2 kata pengantar

Lampiran 3 pendahuluan

Lampiran 4 latar belakang

Lampiran 5 rumusan masalah

Lampiran 6 tujuan penelitian

Lampiran 7 pembahasan

Lampiran 8 penutup

Lampiran 9 kesimpulan

Lampiran 10 saran dan daftar pustaka

Lampiran 11 lampiran
AGUS DJAJA

Hasil Karya
OTTO DJAJA

Hasil Karya
MOCHTAR APIN

Hasil Karya
SOEDJOJONO

Anda mungkin juga menyukai