Anda di halaman 1dari 14

PERIODESASI SASTRA INDONESIA ANGKATAN PUJANGGA BARU

Disusun oleh: 1.Ermania 2.Ramona 3.Aisyah 4.Tera Herdayanti 5.Melly A. 6.Hendra Setia 7.Iklasul Rani 8.depriandi

SMA MUHAMMADIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas khadirat allah SWT karena kami bias menyelesaikan karya ilmiah (makalah) yaitu PERIODEISASI SATRA INDONESIA ANGKATAN PUJANGGA BARU. Tujuan kami membuat makalah ini agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancer dan baik. Kami membuat karya ilmiah ini dengan kemampuan kami sendiri,jika ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini kami mohon di beri saran atau kritikkan agar kami bias memperbaiki Demikian penyampaian dari kami,semoga bermanfaat untuk kita semua

Sambas,14 februari 2012

Penyusun

DAFTAR ISI Kata pengantar i Daftar isi..................ii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang . 1.2 Rumusan belakang 1.3 Tujaun... BAB II PEMBAHASAN 2.1 Latar belakang dan tujuan Kelahiran Angkatan Pujangga Baru. 2.2 Nama Sastrawan/Penyair/Novelis Angkatan Pujangga Baru. 2.3 karya-karya sastra yang menonjol Angkatan Pujangga Baru. 2.4 Genre sastra yang dominant Angkatan Pujangga Baru.. 2.5 Karakteristik Angkatan Pujangga Baru.. BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan. 3.2 saran ... Daftar Pusaka

ii

BAB I PENDAHULUAN 1.Latar belakang Sastra Indonesia adalah sebuah istilah yang menglikupi berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara,Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada satra yang di buat wilyah kepulauan Indonesia sering juga secara luas di rujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berdasarkan bahasa melayu (dimana bahasa Indonesia adalah satu turunannya), dengan pengertia ke dua maka sastra ini dapat juga di artikan sebagai sastra yang di buat di wilyah melayu, demikian pula bangsa melayu tinggal di singapura. Angkatan Pujangga Baru merupakan salah satu periodeisasi sastra Indonesia,Punjangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang di lakukan oleh balai pusaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut terutama terhadap karya sastra yang menyangkul rasa nasionalisme dan kesadaran bangsa,untuk lebih jelas tentang angkatan Pujangga Baru di bahas di bab berikutnya

1 1.2 rumusan masalah Adapun untuk menyelesaikan makalah ini terdapat Beberapa rumusan masalah yang harus di selesaikan,yaitu: 1.apa latar belakang dan tujuan kelahiran angkatan pujangga baru ? 2.siapa nama sastrawan/penyair angkatan pujangga baru ? 3.apa saja karya sastra yang menonjol angkatan pujangga baru ? 4 apa saja genre atau jenis karya sastra dominan angkatan pujangga ? 5 apa cirri-ciri atau karakterinsik angkatan pujangga baru ? 1.3 Tujuan Adapun tujuan khusus dalam makalh ini yaitu : 1.Untuk mengetahui latar belakang dan tujuan angkatan Pujangga Baru 2.Untuk mengetahui siapa nama sastrawan/penyai angkatan Pujangga Baru 3.Untuk mengetahui siapa saja karya sastra yang menonjol angkatan Pujangga Baru 4.untuk menhetahui apa saja Genre atau jenis sastra clominan angkatan Pujanga Baru 5.untuk mengetahui cirri-ciri atau karakteristik angkatan Pujangga Baru

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang dan Tujuan Kelahiran Angkatan Pujangga Baru

Buku Pujangga Baru, Prosa dan Puisi yang disusun oleh H.B Jasin adalah sebuah bunga rampai (antologia) dari para pengarang dan penyair yang oleh penyusunnya digolongkan ke dalam Angkatan Pujangga Baru. Seperti diketahui, oleh para ahli dan para penyusun buku-buku pelajaran sastra Indonesia, perkembangan sastra Indonesia dibagi-bagi menjadi angkatan-angkatan. Angkatan Pujangga Baru biasanya ditempatkan sebagai angkatan kedua, yaitu setelah angkatan Balai Pustaka dan mendahului kelahiran angkatan 45. Tetapi kita lihat pembagian sejarah sastra Indonesia dalam angkatan-angkatan ini, tidaklah disertai dengan alasan-alasan yang bisa kita terima. Tidak sedikit pula para sastrawan yang menolak atau tidak mau dimasukan dalam sesuatu angkatan, mereka memilih masuk angkatan yang disukainya. Misalnya Achdiat K. Mihardja pernah menyatakan bahwa ia lebih suka digolongkan kepada angkatan Pujangga Baru, padahal para ahli telah menggolongkannya kepada angkatan 45. Di masa kolonialisme, pengaruh itu tampak dalam karya sastra, baik yang memiliki semangat antikolonialisme di zaman Belanda maupun berkembangnya simbolisme di zaman Jepang akibat situasi yang sangat represif. Di masa pemerintahan Soekarno, perbedaan ideologi yang demikian tajam nasionalisme, agama, komunisme juga berdampak langsung terhadap perkembangan sastra Indonesia, yakni dengan merasuknya ideologi dalam diri sastrawan maupun dalam karya sastra yang dihasilkannya. Sutan Takdir Alisjahbana, yang pada 1935 berusia 27 tahun, menghentak kalangan intelektual Indonesia dengan pemikirannya yang radikal melalui sebuah artikel berjudul Menuju Masyarakat dan Kebudayaan Baru yang dimuat di majalah yang didirikan dan dipimpinnya sendiri, Pujangga Baru. Dalam tulisannya itu, Sutan Takdir Alisjahbana membedakan kebudayaan praIndonesia (yang berlangsung hingga akhir abad ke-19) dan kebudayaan Indonesia (yang dimuali pada awal abad ke-20). Menurut Sutan Takdir Alisjahbana, perjuangan Pangeran Diponegoro, Teuku Umar, Imam Bonjol, dan lain-lain bukanlah untuk Indonesia. Demikian pula dengan

pembuatan Candi Borobudur dan Prambanan yang tidak ada kaitannya dengan Indonesia. Semuanya itu termasuk dalam kebudayaan praIndonesia. Kebudayaan Indonesia, menurut Sutan Takdir Alisjahbana, bukanlah sambungan kerajaan Mataram, Sriwijaya, atau Majapahit. Kebudayaan Indonesia yang dimaksud Sutan Takdir Alisjahbana adalah kebudayaan yang terlepas dari kebudayaan praIndonesia dan harus berorientasi ke Barat. Karena, masyarakat Indonesia yang statis harus diubah menjadi dinamis. Untuk itu, kita harus mencontoh negara-negara yang dinamis, yakni negaranegara Barat. Dan, sejatinya, kaum terpelajar Indonesia generasi pertama dapat berorganisasi, berpolitik, mendirikan Budi Utomo pun karena pendidikan Barat. Semangat muda yang dipancarkan Sutan Takdir Alisjahbana itu sebenarnya mengikuti jejak pendahulunya yang menggelar kongres pemuda pada 28 Oktober 1928. Beliau mencetuskan idenya yang kemudian disebut sebagai Polemik Kebudayaan yang ujungnya adalah menganjurkan rakyat untuk memikirkan masa depan dunia, karena Indonesia adalah bagian daripada dunia. Ide ini secara gamblang diilustrasikan dalam novelnya yang berjudul Layar Terkembang, dimana tema yang ditonjolkan adalah pelepasan diri dari ikatan budaya tradisional dan kemasyarakatan lama serta menderap bersama budaya dan masyarakat modern. Oleh sebab itu, kemudian Sutan Takdir Alisjahbana dituduh kebarat-baratan dan dianggap mengingkari budaya bangsa sendiri. Lalu ada juga Salah Asuhan karya Abdul Moeis yang menceritakan perubahan paradigma seorang anak Melayu yang berenang dalam pendidikan Belanda. Gagasan yang dilontarkan Sutan Takdir Alisjahbana di atas mendapat reaksi dari rekan dan seniornya. Sanusi Pane, yang saat itu berusia 30 tahun, tidak sependapat dengan Sutan Takdir Alisjahbana. Ia tidak setuju dengan pembagian sejarah semacam itu. Menurut Sanusi Pane, pada zaman Majapahit, Pengeran Diponegoro, Borobudur, dan ain-lain sudah mempunyai ciri keindonesiaan, yang belum ada hanyalah ciri natie atau nation (bangsa) Indonesia. Zaman sekarang, kata Sanusi Pane, merupakan terusan dari zaman dahulu. Ia juga menyarankan agar kebudayaan Indonesia menyatukan Faust yang didominasi pemikiran, akal (Barat) dan Arjuna yang didominasi perasaan, nurani (Timur). Peradaban yang telah dibangun secara perlahan oleh nenek moyang kita menjadi runtuh dan tak berarti apa-apa jika kita mengikuti pola pikir Sutan Takdir Alisjahbana. Dengan memutuskan mata rantai sejarah, Sutan Takdir Alisjahbana seolah-olah menafikan kekayaan rohani dan kekayaan batin bangsa kita yang terekam dan tercatat

dengan baik dalam karya sastra klasik yang diciptakan sejak abad ketujuh masehi. Meskipun demikian, kita wajib bersyukur dengan adanya pemikiran Sutan Takdir Alisjahbana seperti itu, yang menjadi shock therapy bagi bangsa Indonesia untuk lebih serius memikirkan masa depan kebudayaannya. 2.2 Sejarah Pada mulanya, Pujangga baru adalah nama majalah sastra dan kebudayaan yang terbit antara tahun 1933 sampai dengan adanya pelarangan oleh pemerintah Jepang setelah tentara Jepang berkuasa di Indonesia. Adapun pengasuhnya antara lain Sultan Takdir Alisjahbana, Armein Pane , Amir Hamzah dan Sanusi Pane. Jadi, Pujangga Baru bukanlah suatu konsepsi ataupun aliran. Namun demikian, orangorang atau para pengarang yang hasil karyanya pernah dimuat dalam majalah itu, dinilai memiliki bobot dan cita-cita kesenian yang baru dan mengarah kedepan. Barangkali, hanya untuk memudahkan ingatan adanya angkatan baru itulah maka dipakai istilah Angkatan Pujangga Baru, yang tak lain adalah orang-orang yang tulisan-tulisannya pernah dimuat didalam majalah tersebut. Adapun majalah itu, diterbitkan oleh Pustaka Rakyat, Suatu badan yang memang mempunyai perhatian terhadap masalah-masalah kesenian. Tetapi seperti telah disinggung diatas, pada zaman pendudukan Jepang majalah Pujangga Baru ini dilarang oleh pemerintah Jepang dengan alasan karena kebarat-baratan. Namun setelah Indonesia merdeka, majalah ini diterbitkan lagi (hidup 1948 s/d 1953), dengan pemimpin Redaksi Sutan Takdir Alisjahbana dan beberapa tokoh-tokoh angkatan 45 seperti Asrul Sani, Rivai Apin dan S. Rukiah. Mengingat masa hidup Pujangga Baru ( I ) itu antara tahun 1933 sampai dengan zaman Jepang , maka diperkirakan para penyumbang karangan itu paling tidak kelahiran tahun 1915-an dan sebelumnya. Dengan demikian, boleh dikatan generasi Pujangga Baru adalah generasi lama. Sedangkan angkatan 45 yang kemudian menyusulnya merupakan angkatan bar yang jauh lebih bebas dalam mengekspresikan gagasan-gagasan dan kata hatinya. Ketika sastra Indonesia dikuasai oleh angkatan Pujangga Baru, masa-masa tersebut lebih dikenal sebagai Masa Angkatan Pujangga Baru. Masa ini dimulai dengan terbitnya majalah Pujangga Baru pada Mei 1933. Majalah inilah yang merupakan terompet serta penyambung lidah para pujangga baru. Penerbitan majalah tersebut dipimpin oleh tiga serangkai pujangga baru, yaitu Amir Hamzah, Armijn Pane, dan Sutan Takdir Alisjahbana. Dalam manivestasi pujangga baru dinyatakan bahwa fungsi

kesusastraan itu, selain melukiskan atau menggambarkan tinggi rendahnya suatu bangsa, juga mendorong bangsa tersebut ke arah kemajuan.

Tujuannya tampak pada keterangan resmi yang berbunyi, majalah kesusastraan dan bahasa serta kebudayaan umum kemudian berubah menjadi pembawa semangat baru dalam kesusastraan, seni, kebudayaan dan soal masarakat umum, dan berganti lagi menjadi pembimbing semangat baru yang dinamis untuk membentuk kebudayaan persatuan Indonesia (Rosidi, 1969: 35). Menurut Mantik (2006: 4) subjudul Majalah Kesusastraan dan Bahasa serta Kebudayaan Umum berlangsung tahun 1933-1934, kemudian berubah menjadi Majalah Bulanan Kesusastraan dan Bahasa serta Seni dan Kebudayaan tahun 19341935, dan pada tahun 1935-1936 menjadi Pembawa Semangat Baru dalam Kesusastraan, Seni, Kebudayaan, dan Soal Masyarakat Umum. Pada penerbitan selanjutnya subjudulnya adalah Majalah Bulanan Pembimbing Semangat Baru yang Dinamis untuk Membentuk Kebudayaan Persatuan Indonesia. Dengan demikian, tujuan yang semula terbatas kesusastraan dan bahasa meluas ke masalah-masalah kebudayaan umum sejalan dengan maikin maraknya kesadaran nasional untuk membangun kebudayaan indonesia baru. Hal itu dapat dipahami karena pada 28 Oktober 1928 telah tercetus Sumpah Pemuda yang merupakan momentum penting dalam sejarah kebangsaan Indonesia. Tentu saja pada waktu itu belum terdengar atau tertulis kata-kata Indonesia Raya, apalagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi, semangat mereka masih terbatas pada harapan membangun masyarakat yang makin sadar pada nasionalisme.

2.2 Nama sastrawan/penyair/novelis/ angkatan pujangga baru 1. Sutan Takdir Alisjahbana (STA), (lahir di Natal, Sumatera Utara, 11 Februari 1908 meninggal di Jakarta, 17 Juli 1994 pada umur 86 tahun), adalah sastrawan Indonesia. Karya-karyanya yaitu: a.Dian tak kunjung padam(1932) b.Tebaran mega kumpulan sajak(1935) c.Layar terkembang d.Anak perawan di serang penyamun Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan julukan Hamka, yakni singkatan namanya, (lahir di Maninjau, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981 pada umur 73 tahun) adalah sastrawan Indonesia, sekaligus ulama, ahli filsafat, dan aktivis politik. Hamka diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan Keppres No. 113/TK/Tahun 2011 pada tanggal 9 November 2011 Karya-karyanya yaitu:

2.

a.Di bawah lindungan kabah(1938) b.Tenggelamnya kapal c.Tuan direktur(1950) d.Di dalam lembah kehidupan(1940)
Sanusi Pane, sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru. Pria kelahiran Muara Sipongi, Sumatera Utara, 14 November 1905, ini juga berprofesi sebagai guru dan redaktur majalah dan surat kabar. Ia juga aktif dalam dunia pergerakan politik, seorang nasionalis yang ikut menggagas berdirinya "Jong Bataks Bond." Karya-karyanya banyak diterbitkan pada 1920 -1940-an. Meninggal di Jakarta, 2 Januari 1968.

Karya-karyanya yaitu:
a.Pancaran cinta(1926) b.Puspa mega(1927) c.madah kelana(1931) d.sandhayakala ning majapahit(1933) e.kertajaya(1932)

Armijn Pane, lahir di Muara Sipongi, Mandailing Natal, Sumatera Utara, 18 Agustus 1908 meninggal di Jakarta, 16 Februari 1970 pada umur 61 tahun , adalah seorang Sastrawan Indonesia.\

Karya-karyanya yaitu:
a.belenggu(1940) b.jiwa berjiewa c.gamelan di jiwa kumpulan sajak (1960) d.djinak-djinak merpati sandiwara(1950) e.kisah antara manusia kumpulan cerpen(1953) 5. Tengku Amir Hamzah yang bernama lengkap Tengku Amir Hamzah Pangeran Indera Putera (lahir di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Timur, 28 Februari 1911 meninggal di Kuala Begumit, 20 Maret 1946 pada umur 35 tahun) adalah seorang sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru. Ia lahir dalam lingkungan keluarga bangsawan Melayu (Kesultanan Langkat) dan banyak berkecimpung dalam alam sastra dan kebudayaan Melayu.

Karya-karyanya yaitu:

a.nyanyi sunyi(1937) b.begawat gita(1933) c.setanggi timur(1939)

2.3 Karya-karya sastra yang menonjol angkatan pujangga baru adapun karya sastra yang dominant di angkatan pujangga baru yaitu: 1.Deru campur debu dan kerikil tajam(antologi puisi karya Chairl anwar) 2.Tiga menguak takdir(antologi puisi Chairil anwar,Asrul sani,dan Rivai apin 3.Dari Ave maria ke jalan lain ke roma(antologi cerpen karya idrus) 4.Atheis(Novel karya Achiat Karta Mihardja) 5.surat kertas hijau dan wajah tak bernama(antologi puisi Sitor Situmorang)

2.4 Genre sastra yang dominan angkatan pujangga baru Adapun di dalam angkatan pujangga baru terdapat beberapa genre sastra yang domianan yaitu: (a) R O M A N Roman pada angkatan 33 ini banyak menggunakan bahasa individual, pengarang membiarkan pembaca mengambil simpulan sendiri, pelaku-pelaku hidup/ bergerak, pembaca seolah-olah diseret ke dalam suasana pikiran pelaku- pelakunya, mengutamakan jalan pikiran dan kehidupan pelaku-pelakunya. Dengan kata lain, hampir semua buku roman angkatan ini mengutamakan psikologi. Isi roman angkatan ini tentang segala persoalan yang menjadi cita-cita sesuai dengan semangat kebangunan bangsa Indonesia pada waktu itu, seperti politik, ekonomi, sosial, filsafat, agama, kebudayaan.Di sisi lain, corak lukisannya bersifat romantis idealistis. Contoh roman pada angkatan ini, yaitu Belenggu karya Armyn Pane (1940) dan Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana. Di samping itu, ada karya roman lainnya, diantaranya Hulubalang Raja (Nur Sutan Iskandar, 1934), Katak Hendak Menjadi Lembu (Nur Sutan Iskandar, 1935), Kehilangan Mestika (Hamidah, 1935), Ni Rawit (I Gusti Nyoman, 1935), Sukreni Gadis Bali (Panji Tisna, 1935), Di Bawah Lindungan Kabah (Hamka, 1936), I Swasta Setahun di Bendahulu (I Gusti Nyoman dan Panji Tisna, 1938), Andang Teruna (Soetomo Djauhar Arifin, 1941), Pahlawan Minahasa (M.R.Dajoh, 1941).

(b). N O V E L / C E R P E N

Kalangan Pujangga Baru (angkatan 33) tidak banyak menghasilkan novel/cerpen. Beberapa pengarang tersebut, antara lain: (1). Armyn Pane dengan cerpennya Barang Tiada Berharga dan Lupa. Cerpen itu dikumpulkan dalam kumpulan cerpennya yang berjudul Kisah Antara Manusia (1953). (2). Sutan Takdir Alisyahbana dengan cerpennya Panji Pustaka. (c). E S S A Y DAN K R I T I K Sesuai dengan persatuan dan timbulnya kesadaran nasional, maka essay pada masa angkatan ini mengupas soal bahasa, kesusastraan, kebudayaan, pengaruh barat, soalsoal masyarakat umumnya.Semua itu menuju keindonesiaan. Essayist yang paling produktif di kalangan Pujangga Baru adalah STA.Selain itu, pengarang essay lainnya adalah Sanusi Pane dengan essai Persatuan Indonesia, Armyn Pane dengan essai Mengapa Pengarang Modern Suka Mematikan, Sutan Syahrir dengan essai Kesusasteraan dengan Rakyat, Dr. M. Amir dengan essai Sampai di Mana Kemajuan Kita. (d). D R A M A Angkatan 33 menghasilkan drama berdasarkan kejadian yang menunjukkan kebesaran dalam sejarah Indonesia. Hal ini merupakan perwujudan tentang anjuran mempelajari sejarah kebudayaan dan bahasa sendiri untuk menanam rasa kebangsaan. Drama angkatan 33 ini mengandung semangat romantik dan idealisme, lari dari realita kehidupan masa penjjahan tapi bercita-cita hendak melahirkan yang baru. Contoh: Sandhyakala ning Majapahit karya Sanusi Pane (1933) Ken Arok dan Ken Dedes karya Moh. Yamin (1934) Nyai Lenggang Kencana karya Arymne Pane (1936) Lukisan Masa karya Arymne Pane (1937) Manusia Baru karya Sanusi Pane (1940) Airlangga karya Moh. Yamin (1943)

(e). P U I S I

Isi puisi angkatan 33 ini lebih memancarkan peranan kebangsaan, cinta kepada tanah air, antikolonialis, dan kesadaran nasional. Akan tetapi, bagaimanapun usahanya untuk bebas, ternyata dalam puisi angkatan ini masih terikat jumlah baris tiap bait dan nama puisinya berdasarkan jumlah baris tiap baitnya, seperti distichon (2 seuntai), terzina (3 seuntai), kwatryn (4 seuntai), quint (5 seuntai), sektet (6 seuntai), septima (7 seuntai), oktav (8 seuntai). Bahkan, ada juga yang gemar dalam bentuk soneta. Hal tersebut tampak dalam kumpulan sanjak: Puspa Mega karya Sanusi Pane Madah Kelana karya Sanusi Pane Tebaran Mega karya STA Buah Rindu karya Amir Hamzah Nyanyi Sunyi karya Amir Hamzah Percikan Pemenungan karya Rustam effendi Rindu Dendam karya J.E. Tatengkeng

2.5 KARAKTERISTIK ANGKATAN PUJANGGA BARU Karateristik angkatan pujangga baru yaitu: 1.Dinamis 2.Bercorak/idealistis,masih secorak dengan angkatan sebelumnya,hanya saja kalau romantik angkatan siti nurbaya bersifat fasip,sedangkan angkatan pujangga baru aktif romantic.hal ini berate bahwa cita-cita atau ide baru dapat mengalahkan atau menggantikan apa yang sudah dianggap tidak berlaku lagi. 3. Angkatan pujangga baru menggunakan bahasa melayu modern dan sudah meninggalkan bahasa klise,mereka berusaha membuat ungkapan dan gaya bahasa sendiri. Pilihan kata, penghungan ungkapan serta irama sangat dipenting kan oleh pujangga baru sehingga dianggap selalu di cari-cari. 4. Ditilik bentuknya, karya angkatan Pujangga Baru mempunyai ciri-ciri: a. Bentuk puisi yang memegang peranan penting adalah soneta, disamping itu ikatan-ikatan lain seperti quatrain dan quint pun banyak dipergunakan. Sajak jumlah suku kata dan syarat-syarat puisi lainnya sudah tidak mengikat lagi, kadang-kadang para Pujangga Baru mengubah sajak atau puisi yang pendekpendek, cukup beberapa bait saja. Sajak-sajak yang agak panjang hanya ada beberapa buah, misalnya Batu Belah dan Hang Tuah karya Amir Hamjah. b. Tema dalam karya prosa (roman) bukan lagi pertentangan faham kaum muda dengan adat lama seperti angkatan Siti Nurbaya, melainkan perjuangan 9 kemerdekaan dan pergerakan kebangsaan, misalnya pada roman Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana c. Bentuk karya drama pun banyak dihasilkan pada masa Pujangga Baru dengan

tema kesadaran nasional. Bahannya ada yang diambil dari sejarah dan ada pula yang semata-mata pantasi pengarang sendiri yang menggambarkan jiwa dinamis.

BAB III PENUTUP

3.1 SIMPULAN Dengan demikian adapun kesimpulan dari makalah kami,yaitu sebagai berikut :

Latar belakang dan Tujuan Angkatan Pujangga Baru,yaitu :pujangga baru adalah nama majalah sastra san kebudayaan yang terbit antara tahun 1933. Tujuannya tampak pada keterangan resmi kemudian berubah menjadi pembawa semangat baru. Nama Sastrawan/Penyair/Novelis Angkatan Pujangga Baru yaitu: Sunan pane,Armijn pane, dan Amir Hamzah. Karya-karya sastra yang menonjol Angkatan Pujangga Baru yaitu : Deru Campur Debu, Tiga Menguak takdir, Atheis. Genre satra yang dominant Angkatan Pujangga Baru yaitu: Roma, Novel/Cerpen, Essay dan Kritik, Drama dan Puisi. Karakteristik Angkatan Pujangga Baru. Dinamis, Bercorak Romantik Bahasa Melayu.

3.2 Saran Dengan selesainya makalah periodesasi sastra Indonesia angkatan Pujangga Baru semoga dapat bermanfaat dengan baik untuk pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai