LAPORAN
GURU PEMBIMBING
DEWI ANGGRANI S,Pd
DISUSUN
DELA ALDINA
PUTRI NANDINI
XI MIA-2
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya lah
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Sejarah Indonesia ini sesuai waktunya.
Kami mencoba berusaha menyusun laporan ini sedemikian rupa dengan harapan dapat membantu pembaca
dalam memahami pelajaran Sejarah Indonesia yang merupakan judul dari Laporan kami, yaitu
“PERKEMBANGAN SENI RUPA, SASTRA, DAN PERTUNJUKAN PADA MASA PENJAJAHAN
BELANDA”. Disamping itu, kami berharap bahwa Laporan Sejarah Indonesia ini dapat dijadikan bekal
pengetahuan untuk melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi.
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan Laporan Sejarah Indonesia ini masih ada kekurangan
sehingga kami berharap saran dan kritik dari pembaca sekalian khususnya dari guru mata pelajran Sejarah
Indonesia agar dapat meningkatkan mutu dalam penyajian berikutnya.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
Perkembangan Seni Rupa, Sastra, dan Pertunjukan Pada Masa Penjajahan Belanda - Pada masa
pemerintah kolonial Belanda berkuasa di Indonesia segala seuatu yang berkaitan dengan aktivitas masyarakat
mendapat pengawasan yang ketat dari pemerintah Belanda. Demikian halnya dengan perkembangan seni,
pemerintah kolonial Belanda memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mewujudkan apresiasi seni
sepanjang menguntungkan bagi kelangsungan kekuasaan penjajah.
Gambar 1. Istana Bogor, salah satu bangunan bergaya Eropa, dibangun pada masa penjajahan
Belanda berkuasa di Indonesia. (Wikimedia Commons)
Pembangunan benteng-benteng tersebut semula diawali dengan pembangunan gudang-gudang
(pakhuizen) tempat menyimpan barang-barang dagangan, yang kemudian berkembang menjadi tempat
untuk melindungi diri dari serangan pihak penguasa saat itu.
Banyaknya bangunan bergaya Eropa sebagai peninggalan masa penjajahan Belanda di Indonesia
merupakan hasil karya para arsitek Belanda. Arsitek Belanda yang merancang bergaya Eropa, antara lain:
1. Herman Thomas Karsten, banyak membuat rancang bangun bergaya Eropa dipadukan dengan gaya
tradisional. Salah satu hasil karyanya adalah bangunan Pasar Johar di Semarang dan bangunan
Museum Sonobudoyo – Jogjakarta;
2. W. Lemei, berhasil merancang bangunan kantor gubernuran di Surabaya yang terkenal dan megah;
3. Henri Mclaine Pont, memiliki keunggulan memadukan arsitektur Eropa dengan arsitektur
tradisional. Ia banyak menghasilkan bangunan-bangunan gereja di Jawa, kompleks Gereja Katolik
Poh Sarang, Kediri, membangun kompleks permukiman di wilayah Darmo; Surabaya dan
merekonstruksi kota kuno Majapahit;
4. C. Citroen, berhasil merancang bangunan gedung “randhuis” atau kantor Balai Kota di Surabaya
pada tahun 1927, beberapa bangunan rumah kediaman yang tergolong perumahan elite, serta
bangunan gereja;
5. CP Wolf Schoemaker, guru Bung Karno dalam ilmu Teknik. Salah satu karya monumentalnya
adalah bangunan Villa Isola yang berada di Jalan Lembang Bandung. Semula digunakan sebagai
bangunan tempat tinggal, kemudian menjadi bangunan Hotel Homann dan gedung “Societeit
Concordia” di Bandung.
Pengaruh seni bangunan model Eropa tetap menjadi bagian dari model arsitektur perumahan di
Indonesia hingga kini. Di era tahun 1990-an, seni bangunan Indonesia marak kembali dengan model
bangunan ala Spanyol. Bangunan tempat tinggal, dibuat dengan pilar-pilar penyangga di bagian depan.
Beberapa bangunan real estate di kota-kota besar banyak menawarkan model perumahan dengan gaya
Eropa yang berkesan megah dan modern.
Indriyawati, E. 2009. Antropologi 1 : Untuk Kelas XII SMA dan MA. Pusat Perbukuan Departemen Nasional,
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 194.