Anda di halaman 1dari 20

BIOGRAFI PARA SASTRAWAN

DIBUAT UNTUK MEMENUHI


TUGAS KULIAH KAJIAN PUISI

DISUSUN OLEH :
FARID HADI WIJAYA NIM 1701045132
FUAD MUDZAKIR NIM 1701045
NUROKHMAN NIM 1701045032
RENU ZIKRI ILYASA NIM 1701045065
SENA AJI WIJAYA NIM 1701045133

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA

2018

1
Kata pengantar

Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala limpahan rahmat, taufik, hidayah dan karunia-Nya sehingga tugas ini dapat
berjalan deng baik dan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan risalah-Nya dan mewariskan keunggulan
budi pekerti serta keluasan ilmu untuk mewujudkan kebahagiaan bagi umat manusia di dunia
dan di akhirat.
Penyusunan makalah BIOGRAFI PARA SASTRAWAN ini bertujuan untuk memenuhi
tugas dari Mata Kuliah Kajian Puisi di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr HAMKA Tahun
2018. Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan mampu memberikan
kontribusi. Tidak lupa juga kami sampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak, semoga
semua jerih payah dan keikhlasannya diterima oleh Allah SWT dan selalu dalam limpahan
karunia-NYA.Aamiin.

Jakarta, 12 November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2
A.BIOGRAFI .................................................................................... 2
1. Muhammad Yamin ................................................................. 2
2. Sanusi Pane ............................................................................ 2
3. Amir Hamzah ......................................................................... 3
4. Sutan Takdir Alisyahbana ...................................................... 4
5. Roestam Effendi ..................................................................... 4
B. CONTOH KARYA SASTRA ....................................................... 5
C. STRUKTUR PUISI ....................................................................... 12
1. Puisi “Permintaan” .............................................................. 12
a) Struktur Batin + Struktur Fisik .................................. 12
BAB III KESIMPULAN ................................................................................ 6
KESIMPULAN ........................................................................... 6
SARAN ........................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sastrawan adalah seseorang pengarang prosa atau puisi, isi dari puisi dan prosa para
penyair banyak yang berupa curahan isi hati dan protes baik ke intansi maupun kepada pribadi.
Penyair di Indonesia sudah ada sejak lama, mulai dari jaman kerajaan hingga saat ini. Puisi

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa kita perlu mengetahui Puisi dari para tokoh tersebut ?
2. Apa yang kita dapatkan dari puisi tersebut ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui biografi tokoh tersebut
2. Untuk mengetahui makna puisi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. BIOGRAFI
1. Muhammad Yamin
Muhammad Yamin. Dikenal sebagai salah satu sastrawan Indonesia,
Beliau dilahirkan di Sawahlunto, Sumatera Barat, pada tanggal 23 Agustus
1903. Ia menikah dengan Raden Ajeng Sundari Mertoatmadjo. Salah seorang
anaknya yang dikenal, yaitu Rahadijan Yamin. Ia meninggal dunia pada
tanggal 17 Oktober 1962 di Jakarta. Di zaman penjajahan, Yamin termasuk
segelintir orang yang beruntung karena dapat menikmati pendidikan
menengah dan tinggi.

Lewat pendidikan itulah, Yamin sempat menyerap kesusastraan asing,


khususnya kesusastraan Belanda.Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
tradisi sastra Belanda diserap Yamin sebagai seorang intelektual sehingga ia
tidak menyerap mentah-mentah apa yang di dapatnya itu. Dia menerima
konsep sastra Barat, d an memadukannya dengan gagasan budaya yang
nasionalis. Beliau bersekolah di Hollands inlands School (HIS) di Palembang
Algemene Middelbare School (AMS) ‘Sekolah Menengah Umum’ di Yogya,,dan
Hollands Inlands School HIS di Jakarta.

2. Sanusi Pane

Sanusi Pane dilahirkan Muara Sipongi, Sumetra Utara ,14 November 1905.Ia
menempuh pendidikan formal di HIS dan ELS di padang Sidempuan, Tanjungbalai, Simbolga,
Sumantra Utara. Kemudian melanjutkan ke Mulo di Padang dan Jakarta, tamat 1922. Setamat
kweekschool Gunung Sahari tahun 1925 , ia diminta mengajar di sekolah itu juga yang
kemudian dipindahkan ke Lembang dan jadi HIK. Selanjutnya ia mendapatkan kesempatan
mengikuti kulia Othnologi di Rechtshogeschool.
Pada tahun 1929-1930 ia mengunjungi india.Sekembalinya dari sana, ia duduk dalam
redaksimajalah TIMBUL(dalam bahasa Belanda,kemudianpakai lampiran indonesia), ia
menulis karangan-karangan kesusastraan, filsafa dan politik,sambil bekerja sebagai guru. Tahun
1934, ia dipecat sebagai guru karena keanggotaannya dalam PNI.Kemudian iaq menjadi
pemimpin sekola-sekolah Perguruan Rakyat di Bandung dan menjadi guru pada sekolah
menengah Perguruan Rakyat di Jakarta. Tahun 1936, ia menjadi pemimpin surat kabar

2
Tionghoa-Melayu KEBANGUNAN di Jakarta dan tahun 1941, ia menjadi redektur Balai
Pustaka.
Dalam banyak hal Sanusi Pane adalah antipode dari Sutan Takdir Alisjahbana. Berbeda
dengan Takdir yang menghendaki coretan yang hitam dan teba"dibawah pra-indonesia,yang •
dianggapnya telah menyebabkan bangsa Indonesia tela menjadi nista. Sanusi sebaliknya malah
mencari ke jamanindonesia purba dan kearah nirwana kebudayaan Hindu.Perkembangan
filsafat hidupnya sampai pada sintesa Timur dan Barat. Persatuan rohani dan jasmani,akhirat
dan dunia, idealisme dan materialism. Puncak periode itu ialah deramanya Manusia Baru.
PB/PR 1940
2. Amir Hamzah
Tengku Amir Hamzah yang bernama lengkap Tengku Amir Hamzah Pangeran Indera
Putera (lahir di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Timur, 28 Februari 1911 – meninggal di
Kuala Begumit, 20 Maret 1946 pada umur 35 tahun) adalah seorang sastrawan Indonesia
angkatan Pujangga Baru. Ia lahir dalam lingkungan keluarga bangsawan Melayu
(Kesultanan Langkat) dan banyak berkecimpung dalam alam sastra dan kebudayaan Melayu.

Amir Hamzah bersekolah menengah dan tinggal di Pulau Jawa pada saat pergerakan
kemerdekaan dan rasa kebangsaan Indonesia bangkit. Pada masa ini ia memperkaya dirinya
dengan kebudayaan modern, kebudayaan Jawa, dan kebudayaan Asia yang lain. Selama di
Pulau Jawa,ia bergaul dengan tokoh pergerakan asal Jawa.Misalnya, Mr.Raden Pandji Singgih
dan K.R.T Wedyodi.
Dalam kumpulan sajak Buah Rindu (1941) yang ditulis antara tahun 1928 dan tahun
1935 terlihat jelas perubahan perlahan saat lirik pantun dan syair Melayu menjadi sajak yang
lebih modern. Bersama dengan Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane ia mendirikan
majalah Pujangga Baru (1933), yang kemudian oleh H.B. Jassin dianggap sebagai tonggak
berdirinya angkatan sastrawan Pujangga Baru. Kumpulan puisi karyanya yang lain, Nyanyi
Sunyi (1937), juga menjadi bahan rujukan klasik kesusastraan Indonesia. Ia pun melahirkan
karya-karya terjemahan, seperti Setanggi Timur (1939), Bagawat Gita (1933), dan Syirul Asyar

Amir Hamzah menghasilkan beberapa karya sastra antara lain 50 sajak asli, 77 sajak
terjemahan, 18 prosa liris asli, 1 prosa liris terjemahan, 13 prosa asli dan 1 prosa terjemahan.
Secara keseluruhan ada sekitar 160 karya Amir yang berhasil dicatat. Karya-karya
tersebut terkumpul dalam kumpulan sajak Buah Rindu, Nyanyi Sunyi, Setanggi Timur dan
terjemah Bhaghawat Gita. Dari karya-karya tersebutlah, Amir meneguhkan posisinya sebagai
penyair hebat. Amir adalah perintis yang membangun kepercayaan diri para penyair nasional
untuk menulis karya sastranya dalam bahasa Indonesia, sehingga posisi bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan semakin kokoh.

3
3. Sutan Takdir Alisyahbana
Sutan Takdir Alisjahbana lahir di Natal, Sumatera Utara, pada 11 Februari 1908. Ibunya,
Puti Samiah adalah seorang Minangkabau yang telah turun temurun menetap di Natal, Sumatera
Utara. Puti Samiah merupakan keturunan Rajo Putih, salah seorang raja Kesultanan Indrapura
yang mendirikan kerajaan Lingga Pura di Natal. Dari ibunya, STA berkerabat dengan Sutan
Sjahrir, perdana menteri pertama Indonesia. Ayahnya, Raden Alisyahbana gelar Sutan Arbi,
ialah seorang guru. Kakek STA dari garis ayah, Sutan Mohamad Zahab, dikenal sebagai
seseorang yang memiliki pengetahuan agama dan hukum yang luas. Di atas makamnya
tertumpuk buku-buku yang sering disaksikan terbuang begitu saja oleh STA ketika dia masih
kecil. Kabarnya.
Ketika kecil STA bukan seorang kutu buku, dan lebih senang bermain-main di luar.
Setelah lulus dari sekolah dasar pada waktu itu, STA pergi ke Bandung, dan seringkali
menempuh perjalanan tujuh hari tujuh malam dari Jawa ke Sumatera setiap kali dia mendapat
liburan. Pengalaman ini bisa terlihat dari cara dia menuliskan karakter Yusuf di dalam salah
satu bukunya yang paling terkenal: Layar Terkembang.
Pendidikan
a) Tamatan sekolah HIS di Bengkulu (1921).
b) Kweekschool, Bukittinggi.
c) HKS di Bandung (1928).
d) Meraih Mr. dari Sekolah Tinggi di Jakarta (1942).
e) Dr. Honoris Causa dari Universitas Indonesia (1979) dan Universitas Sains
Malaysia, Penang, Malaysia (1987).

Karya Sastra :
a) Tebaran Mega (kumpulan sajak, 1935)
b) Lagu Pemacu Ombak (kumpulan sajak, 1978)
c) Perempuan di Persimpangan Zaman (kumpulan sajak, 1985)

4. ROESTAM EFFENDI

Dilahirkan di Padang pada tanggal 18 Mei 1902, menempuh hoofd-acte di Negeri


Belanda dan pernah pula menjadi wakil partai Komunis Belanda dalam Tweede Kamer (1933-
1946). Keluar dari partai tersebut tatkala pulang ke Indonesia sesudah proklamasi kemerdekaan,
lalu mengikuti Tan Malaka beberapa lamanya.

4
Agaknya sebelum berangkat ke Negeri Belanda, ia merasa kecewa oleh kelesuan
pergerakan kebangsaan lantaran tekanan pemerintah kolonial. Pergerakan massa tak mendapat
pintu, maka ia menulis sajak dan sebuah drama-sajak yang adalah merupakan drama-sajak
pertama dalam bahasa Indonesia. Kumpulan sajak itu berjudul Pertjikan Permenungan (1926)
dan drama sajaknya berjudul Bebasari (1926). Sesudah perang ia menulis buku-buku populer
mengenai politik.

Sajaknya Bukan Beta Bidjak Berperi yang termuat dalam Pertjikan


Permenungan sangat terkenal dan biasanya dianggap sebagai langkah pertama untuk
melepaskan diri dari ikatan sastra Melayu. Tetapi Roestam sendiri dalam sajak-sajaknya
banyak terikat oleh bahasa dan ungkapan lama. Hanya dalam bentuk ia melepaskan diri dari
ikatan-ikatan pantun atau syair

B. Contoh Karya Sastra

Karya Sastra karya :


1. Muhammad Yamin
2. Sanusi Pane
3. Amir Hamzah
4. Sutan Takdir Alisyahbana
5. Rustam Effendi

Kumpulan Puisi :

BUKIT BARISAN

Hijau tampaknya Bukit Barisan

Berpuncak Tanggamus dengan Singgalang

Putuslah nyawa hilanglah badan

Lamun hati terkenal pulang

Gunung tinggi diliputi awan

5
Berteduh langit malam dan siang

Terdengar kampung memanggil taulan

Rasakan hancur tulang belulang

Habislah tahun berganti jaman

Badan merantau sakit dan senang

Membawakan diri untung dan malang

Di tengah malam terjaga badan

Terkenang bapak sudah berpulang

Berteduh selasih kemboja sebatang

GEMBALA

Perasaan siapa tidak kan nyata

Melihatkan anak berlagu dendang

Seorang sahaja di tengah dendang

Tiada berbaju buka kepala

Beginilah nasib anak gembala

Berteduh di bawah kayu nan rindang

Semenjak pagi meninggalkan kandang

Pulang ke rumah di senja kala

Jauh sedikit sesayup sampai

Terdengar olehku bunyi serunai

Melagukan alam nan elok permai

Wahai gembala di segara hijau

Mendengar puputmu menurutkan kerbau

Maulah aku menurutkan dikau

6
TANAH AIR

Pada batasan, bukit Barisan,

Memandang aku, ke bawah memandang;Tampaklah Hutan, rimba, dan ngarai;

Lagipun sawah, sungai yang permai;

Serta gerangan, lihatlah pula;

Langit yang hijau bertukar warna;

Oleh pucuk, daun kelapa;

Itulah tanah, tanah airku

Sumatera namanya, tumpah darahku.

Sesayup mata, hutan semata;

Bergunung bukit, lembah sedikit;

Jauh di sana, disebelah situ,

Dipagari gunung, satu persatu

Adalah gerangan sebuah surga,

Bukannya janat bumi kedua

Firdaus Melayu di atas dunia!

Itulah tanah yang kusayangi,

Sumatera, namanya, yang kujunjungi.

Pada batasan, bukit barisan,

Memandang ke pantai, teluk permai;

Tampaklah air, air segala,

Itulah laut, samudera Hindia,

Tampaklah ombak, gelombang pelbagai

Memecah kepasir lalu berderai,

Ia memekik berandai-randai :

“Wahai Andalas, Pulau Sumatera,

“Harumkan nama, selatan utara !”

7
PAGI

Pagi telah tiba, sinar matari

Memancar dari belakang gunung,

Menerangi bumi, yang tadi dirundung

Malam, yang sekarang sudahlah lari.

Alam bersuka ria, gelak tersenyum,

Berseri-seri, dipeluk si raja siang.

Duka nestapa sudah diganti riang,

Sebab Sinar Bahagia datang mencium.

Mari, O Jiwa, yang meratap selalu

Dalam rumahmu, turutlah daku.

Apa guna menangisi waktu yang silam?

Mari, bersuka ria, bercengkerema

Dengan alam, dengan sinar bersama-sama,

Di bawah langit yang seperti nilam.

KESADARAN
Pada kepalaku sudah direka,

Mahkota bunga kekal belaka,

Aku sudah jadi merdeka,

Sudah mendapat bahagia baka.

Aku melayang kelangit bintang,

Dengan mata yang bercaya-caya,

Punah sudah apa melintang,

Apa yang dulu mengikat saya.

Mari kekasih, jangan ragu

Mencari jalan; aku mendahului,

Adinda kini

Mari, kekasih, turut daku

8
Terbang kesana, dengan melalui,

Hati sendiri

KEPADA KAUM MISTIK


Engkau mencari Tuhanmu di malam kelam

Bila sepi mati seluruh bumi

Bila kabur menyatu segala warna

Bila umat manusia nyenyak terhenyak

Dalam tilam, lelah lelap.

Tahulah aku, Tuhanmu Tuhan diam kesunyian!

Tetapi aku bertemu Tuhanku di siang-terang

Bila dunia ramai bergerak

Bila suara memenuhi udara

Bila nyata segala warna

Bila manusia sibuk bekerja

Hati jaga, mata terbuka

Sebab Tuhanku Tuhan segala gerak dan kerja

Aku berbisik dengan Tuhanku

dalam kembang bergirang rona

Aku mendengar suara Tuhanku

dalam deru mesin terbang diatas kepalaku

Aku melihat Tuhanku

dalam keringat ngalir orang sungguh bekerja

Berderis decis jelas tangkas

Tangan ringan tukang pangkas

Menggunting ujung rambutku

Jatuh gugur bercampur debu

9
Aku melihat Tuhanku Akbar

Ujung rambut di tanah terbabar

Teman, aku gila katamu?

Wahai, kasihan aku melihatmu

Mempunyai mata, tiada bermata

Dapat melihat, tak pandai melihat

Sebab beta melihat Tuhan di-mana2

Diujung kuku yang gugur digunting

Pada selapa kering yang gugur ke tanah

Pada matahari yang panas membakar

KEPADA YANG BERGURAU


O Engkau cucu Adam

Yang bermain di taman bunga, berteduh di bawah bahgia.

Alangkah senang sentosamu,

Menyedapi buah yang lezat, bertangkai di Pohon Asmara

O Engkau Ratna alam,

Yang bertilam kesuma nyawa, disimbur Asmara juwita,

Soraikan gelak suaramu,

Dipeluki tangan yang lembut, dicium, di riba Permata.

O Engkau makhluk Tuhan,

Sepatah madah tolong dengarkan, tolong pikirkan,

Sekalipun tuan dalam bergurau.

Jauh bersunyi tolan

Seorang beta dalam berduka, tiap ketika,

Merindukan tanah dapat merdeka.

10
C. Analisa Puisi

Permintaan
Muhammad Yamin

Mendengarkan ombak pada hampirku


Debar-mendebar kiri dan kanan
Melagukan nyanyi penuh santunan
Terbitlah rindu ke tempat lahirku

Sebelah timur pada pinggirku


Diliputi langit berawan-awan
Kelihatan pulau penuh keheranan
Itulah gerangan tanah airku

Di mana laut debur-mendebur


Serta mendesir tiba di pasir
Di sanalah jiwaku, mula tertabur

Di mana ombak sembur-menyembur


Membasahi Barisan sebelah pesisir
Di sanalah hendaknya, aku berkubur.

11
A. STRUKTUR FISIK

Perwajahan Puisi (Tipografi)


Ciri-ciri yang dapat dilihat sepintas dari bentuk puisi adalah perwajahannya. Perwajahan
adalah pengaturan dan penulisan kata, larik, dan bait dalam puisi. Pada puisi konvensional, kata-
katanya diatur dalam deret yang disebut larik dan baris. Setiap satu larik tidak selalu
mencerminkan satu pernyataan. Larik dalam puisi tidak selalu dimulai dengan huruf besar dan
diakhiri dengan titi (.). kumpulan pernyataan dalam puisi tidak membentuk paragraf, tetapi
membentuk bait. Sebuah bait dalam puisi membentuk satu pokok pikiran. Pengaturan dalam
bait-bait ini sudah berkurang atau sama sekali tidak ada puisi modern atau puisi kontemporer.

Permintaan
Muhammad Yamin

Mendengarkan ombak pada hampirku


Debar-mendebar kiri dan kanan
Melagukan nyanyi penuh santunan
Terbitlah rindu ke tempat lahirku
Sebelah timur pada pinggirku

Bait
Diliputi langit berawan-awan
Kelihatan pulau penuh keheranan
Itulah gerangan tanah airku
Pada puisi ‘Permintaan’ karya Muhammad Yamin terdiri dari 4 bait dan 14 lirik dengan susunan
4-4-3-3.
Diksi
Diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi
adalah bentuk karya sastra yang dengan sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal,
kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata dalam puisi berhubungan erat
dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Pemilihan kata akan mempengaruhi
pemilihan makna dan keselarasan bunyi.

12
Diksi
Bait 1
Mendengarkan ombak pada hampirku
Debar-mendebar kiri dan kanan
Melagukan nyanyi penuh santunan
Terbitlah rindu ke tempat lahirku
Kata terbitlah mengandung makna dramatisasi bahwa Muhammad Yamin merasakan rindu
dengan tempat lahirnya, rindu yang tiba-tiba datang kepada dirinya.

Bait 2
Sebelah timur pada pinggirku
Diliputi langit berawan-awan
Kelihatan pulau penuh keheranan
Itulah gerangan tanah airku
Kata gerangan mengandung makna kesayangan, panggilan sayang dan hormat terhadap sesuatu.
Bahwa Muhammad Yamin menyayangi dan menghormati tanah airnya, tempat kelahirannya.

Bait 3
Di mana laut debur-mendebur
Serta mendesir tiba di pasir
Di sanalah jiwaku, mula tertabur
Kata tertabur mengandung makna penegasan seperti terlahir, bahwa Muhammad Yamin benar-
benar lahir sebagaimana yang ia jelaskan pada bait 1 dan 2.

Bait 4
Di mana ombak sembur-menyembur
Membasahi Barisan sebelah pesisir
Di sanalah hendaknya, aku berkubur.
Kata berkubur mengandung makna penegasan seperti mati, bahwa Muhammad Yamin
menginginkan mati dan dikuburkan di tanah kelahirannya.

13
x

Kata Konkret
Kata konkret adalah kata-kata yang ditangkap dengan indra. Dengan kata konkret akan
memungkinkan imaji muncul.
Bait 1
Mendengarkan ombak pada hampirku
Debar-mendebar kiri dan kanan
Melagukan nyanyi penuh santunan
Terbitlah rindu ke tempat lahirku
Kata konkret yang terdapat pada puisi ‘Permintaan’ karya Muhammad Yamin, pada bait 1 yaitu
ombak.
Bait 2
Sebelah timur pada pinggirku
Diliputi langit berawan-awan
Kelihatan pulau penuh keheranan
Itulah gerangan tanah airku
Bait 3
Di mana laut debur-mendebur
Serta mendesir tiba di pasir
Di sanalah jiwaku, mula tertabur
Bait 4
Di mana ombak sembur-menyembur
Membasahi Barisan sebelah pesisir

14
Di sanalah hendaknya, aku berkubur.

Bahasa Figuratif (Majas)


Majas ialah bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek atau konotasi
tertentu(Sudjito, 1986: 128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya
memancarkan banyak makna atau kaya makna(Waluyo, 1987: 83).
Bait 1
Mendengarkan ombak pada hampirku
Debar-mendebar kiri dan kanan
Melagukan nyanyi penuh santunan
Terbitlah rindu ke tempat lahirku
Terdapat majas personifikasi, ombak seakan-akan dapat bernyanyi.

Bait 2
Sebelah timur pada pinggirku
Diliputi langit berawan-awan
Kelihatan pulau penuh keheranan
Itulah gerangan tanah airku
Terdapat majas personifikasi, pulau yang seakan-akan seperti keheranan.

Rima
Ada sedikit perbedaan konsep rima dengan sajak. Sajak adalah persamaan bunyi pada akhir
baris puisi, sedangkan rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, maupun
akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope, (2) bentuk intern pola bunyi, dan (3)
pengulangan kata atau ungkapan.

15
1) Onomatope ialah tiruan terhadap bunyi. Dalam puisi, bunyi-bunyi ini memberikan warna
suasana tertentu seperti yang diharapkan oleh penyair.
2) Bentuk intern pola bunyi, yang dimaksud dengan bentuk internal ini adalah aliterasi,
asonasi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh,
repetisi bunyi(kata), dan sebagainya.
3) Pengulangan kata/ungkapan, pengulangan tidak hanya terbatas pada bunyi, namun
mungkin kata-kata atau ungkapan. Boulton menyatakan bahwa pengulangan bunyi, kata, dan
frasa memberikan efek intelektual dan efek magis yang murni(Waluyo, 1987: 93).

Ritma
Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol
jika puisi itu dibacakan. Ada ahli yang menyamakan ritma dengan metrum.
Rima pada puisi ‘Permintaan’ karya Muhammad Yamin’ belum dapat saya teliti, sedangkan
sajaknya menggunakan sajak bebas.

B. Struktur Batin Puisi


Tema atau Makna
Karena bahasa berhubungan dengan makna puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris,
bait, maupun makna keseluruhan. Untuk puisi konvensional tiap kata-baris, bait, sampai
keseluruhan puisi mempunyai makna. Tetapi mulai berkurang pada puisi modern/kontemporer.
Tema keseluruhan pada puisi ‘Permintaan’ karya Muhammad Yamin adalah kecintaan dan
kerinduan penyair terhadap tanah kelahirannya.

Rasa
Rasa dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat pada
puisinya. Pengulangan tema dan rasa berkaitan erat dengan latar belakang sosial dan psikologis
penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan
dalam masyarakat, usia, pengalaman psikologis dan sosiologis, serta pengetahuan.

Puisinya yang berjudul “Permintaan” adalah semacam wasiat di mana dia minta dikuburkan:
…Dimana ombak sembur-menyembur
Membasahi Barisan sebelah pesisir
Di sanalah hendaknya, aku berkubur.

16
Dia ingin dikubur di daerah Bukit Barisan, bukit di Sumatera Barat yang disebutkan
Yamin berulangkali dalam puisi-puisinya. Maka dia dikebumikan di Talawi, sebuah kota
kecamatan yang terletak 20 kilometer dari ibu kota Kabupaten Sawahlunto, Sumatera Barat.

Nada
Nada dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan
tema dan rasa. Ada penyair yang menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte,
bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja
kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca.
Muhammad Yamin dalam puisinya yang berjudul ‘Permintaan’, seolah-olah ia berkomunikasi
namun menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca karena pada puisinya ia mewasiatkan
suatu hal kepada pembaca yang dirinya sendiripun telah meninggal dunia.

Amanat atau Tujuan


Sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Dorongan ia
sebelom menciptakan puisi mungkin berupa (1) dorongan untuk memuaskan nafsu seksual, (2)
dorongan makan, (3) dorongan keamanan diri, (4) dorongan berkomunikasi, (5) dorongan untuk
mengaktualisasi diri, dan (6) dorongan untuk berbakti baik kepada Tuhan maupun kepada
manusia.

Amanat atau tujuan Muhammad Yamin mungkin telah jelas terlihat pada tema, rasa, dan nada.
Ia memiliki dorongan berkomunikasi kepada pembaca atas tujuan ia membuat puisi yang
berjudul ‘Permintaan’.

17

Anda mungkin juga menyukai