Anda di halaman 1dari 11

A.

Skala bertingkat

Pada umumnya dalam setiap skala data untuk penilaian senantisa


dipergunakan dalam mengevaluasi kinerja suatu produk, layanan, keterampilan
karyawan, kinerja layanan pelanggan, proses yang diikuti untuk tujuan tertentu, dan
lain-lain sebaginya.

Atas dasar itulah selain menggunakan skala likert dengan jenis opsi


jawaban 5 atau 7 poin tersebut, ada pula skala pengukuran lainnya yang juga
banyak digunakan, yaitu rating scale. Rating scale dianggap sebagai jenis
pertanyaan pilihan ganda dan memungkinkan responden survei untuk menetapkan
nilai pada suatu produk atau layanan.

Skala dalam analisis rating scale pada hakekatnya mengacu pada teknik


pengumpulan data dalam setiap kegiatan observasi yang mana
dalam observasi tersebut berguna untuk menjelaskan, menggolonhkan, menilai
individu atau situasi tertentu.

MENURUT PARA AHLI

Pengertian Rating Scale Menurut Para Ahli

Adapun definisi rating scale menurut para ahli, antara lain;

1. Sugiyono (2009), Pengertian rating scale adalah data mentah yang bisanya
diperoleh oleh seorang peneliti dalam penelitian kualitatif. Sehingga skala
yang menjadi model rating scale ini dibentuk melalui tanggapan responden
menjawab wawancara yang dijukan.
2. Suharsimi Arikunto (2006), Pengertian rating scale adalah skala data
penelitian dengan bentuk bertingkat sehingga terdapat pernyataan
wawancara yang ditemukan peneliti dalam menunjukan tingkatan dalam
instrumen penelitian yang dibuat.

Ciri Rating Scale

Sedangkan untuk karakteristik rating scale, diantaranya;


1. Dapat digunakan dalam pengumpulan informasi komparatif , Rating scale
merupakan metode pengumpulan data umum yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi komparatif tentang subjek penelitian tertentu.
2. Lebih dari sekedar memberikan informasi Yaa tau Tidak, Pertanyaan
survei rating scale dapat dibandingkan atau dikomparasikan dengan
pertanyaan kotak centang (checkbox question), tapi skala peringkat
memberikan lebih banyak informasi daripada sekadar Ya/Tidak.
3. Opsi jawaban disusun secara bertingkat, Rating scale merupakan alat
pengumpul data yang berupa suatu daftar yang berisi ciri-ciri tingkah laku/sifat
yang disusun secara bertingkat.
4. Lebih fleksibel , Rating scale bisa dikatakan lebih fleksibel karena tidak
hanya mengukur sikap, tapi bisa juga digunakan untuk mengukur persepsi
responden terhadap suatu fenomena, seperti skala untuk mengukur status
sosial, ekonomi, pengetahuan, kemampuan, dan lain-lain.
5. Dapat menerjemahkan opsi jawaban responden, Rating scale mampu
untuk menerjemahkan alternatif terhadap jawaban yang dipilih responden.
Misalnya responden memilih jawaban angka 3, tapi angka 3 yang dipilih oleh
si A belum tentu sama dengan angka 3 bagi si B yang juga memiliki jawaban
angka 3.

Contoh Rating Scale

Contoh penerapan rating scale, yakni;

1. Penelitian

Misalnya saja seorang peneliti ingin mengetahui seberapa harmoniskah hubungan


suami-istri dalam mendukung terbentuknya keluarga sejahtera. Berilah tanda pada
angka yang telah disediakan.
Contoh lain, misalnya survei terkait tata ruang kelas dengan pertanyaan: “Seberapa

Contoh lain, misalnya survei terkait tata ruang kelas dengan pertanyaan: “Seberapa
baikkah ruang kelas di sekolah X?”

Berilah jawaban dengan angka:

4. Jika tata ruangnya sangat baik

3.  Jika tata ruangnya cukup baik

2. Jika tata ruangnya kurang baik

1. Jika tata ruangnya sangat kurang baik

Jawablah dengan melingkali nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan kondisi
yang sebenarnya:

terkait kondisi tata ruang Interval


kelas Jawaban

1 Penataan meja murid dan 4 3 2 1


guru sehingga komunikasi
lancar

2 Pencahayaan di setiap 4 3 2 1
ruangan

3 Kebersihan di setiap 4 3 2 1
ruangan

4 Ventilasi di setiap ruangan 4 3 2 1

B. Kuesioner

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang dikirim kepada responden baik


secara langsung maupun tidak langsung, sehingga alat penelitian ini biasanya
berbentuk pertanyaan atau pernyataan yang dapat dijawab sesuai bentuknya
kepada informan.

Misalnya saja apabila angket tertutup cara menjawab cukup dengan


membubuhkan check list (√) pada kolom. Sementara itu, apabila angket bersifat
terbuka cara menjawabnya dengan mengisi jawaban pada kolom yang tersedia.

Pengertian Kuesioner Menurut Para Ahli

Adapun definisi kuesioner menurut para ahli, antara lain;

1. Dewa Ktut Sukardi (1983), pengertian kuesioner adalah suatu bentuk teknik
alam pengumpulan data yang dilakukan pada metode penelitian dengan tidak
perlu/wajib memerlukan kedatangan langsung dari sumber data.
2. Bimo Walgito (1987), Definisi kuesioner adalah daftar pertanyaan dalam
penelitian yang diharuskan untuk dijawab oleh responden atau informan
3. Sugiyono (2005), Pengertian kuesioner adalah teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan secara tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
4. Suharsimi Arikunto, Kuesioner ialah daftar pertanyaan yang diberikan
kepada orang lain yang bersedia memberikan respon sesuai dengan
permintaan pengguna.

Adapun untuk contoh umum yang bisa diberikan dalam penyusunan kuesioner
misalnya saja;

Pertanyaa Sang Setu Netr Tida Sang


n at ju al  k at
Setuj Setu Tidak
u ju Setuj
u

Apakah
anda puas
dengan
kinerja
Jokowi
dalam
penangani
Covid 19
ini?

Apakah
anda
setuju
jikalau
Jokowi
mencalonk
an diri lagi
pada
Tahun
2024
nanti?

Apakah
anda
setuju
jikalau
Jokowi
nepotisme
?

Tujuan Pembuatan Kuesioner dalam Penelitian

Setidaknya, ada tujuan pokok pada proses pembuatan kuesioner, antara lain;

1. Kuesioner dibuat guna memperoleh data penelitian yang relevan


dengan topik penelitian.
2. Pembuatan kuesioner diperlukan untuk mendapatkan data dengan reliabilitas
dan validitas baik

Manfaat Kuesioner

Setidaknya ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari pembuatan kuesioner
penelitian. Yaitu;

1. Kuesioner dapat menghasilkan informasi sebagai bahan dasar dalam


pembuatan hasil penelitian
2. Kuesioner bermanfaat untuk memperoleh data dengan tingkat validitas yang
tinggi
3. Kuesioner mampu menghasilkan data perbandingan sehingga nantinya
memeroleh evaluasi yang mendalam
4. Kuesioner mampu mengetahui sikap dari responden secara langsung

Syarat Membuat Kuesioner yang Baik

Ada beberapa syarat kuesioner yang baik dan mampu menjadi alat untuk
mengumpulkan data bagi peneliti. Antara lain;

1. Pertanyaan dibuat dengan bahasa yang jelas dan tidak ambgu atau
multitafsir.
2. Pertanyaan berkaitan dengan masalah yang hendak dipecahkan dalam
penelitian, dan menggunakan bahasa baku yang mudah dipahami.
3. Banyak membaca jurnal yang berjudul tentang penelitian-penelitian dengan
metode pengumpulan data menggunakan kuesioner.
4. Untuk hasil yang lebih maksimal tidak ada salahnya sebagai peneliti yang
memberikan kuesioner kepada responden memilih waktu yang tepat, dan
usahakan jangan sampai menggangu pihak responden.

C. Daftar cocok (Check List)


Yang dimaksud dengan daftar cocok adalah deretan pertanyaan (yang
biasanya singkat-singkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan
tanda cocok ( ) di tempat yang sudah disediakan.
Menurut Sobry Sutikno (2009:134) Check List adalah suatu daftar yang berisi subjek
dan aspek-aspek yang akan diamati. Ada bermacam-macam aspek perbuatan yang
biasanya dicantumkan dalam daftar cek, kemudian observer tinggal memberikan
tanda cek pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan hasil pengamatannya.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa sebenarnya skala bertingkat dapat
digolongkan ke dalam daftar cocok karena dalam skala bertingkat, responden juga
diminta untuk memberikan tanda cocok pada pilihan yang tepat.
D. Wawancara (Interview)
Wawancara atau interview adalah suatu metode atau cara yang digunakan
untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan Tanya-jawab
sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi
kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan hanya diajukan
oleh subjek evaluasi.
Menurut Zakiah Daradjat (1996: 177) Wawancara adalah pertemuan
antarpribadi yang dilakukan secara informal antara seorang atau sejumlah murid
dengan seorang dewasa untuk memperoleh pendapat otoritatif atas keterangan-
keterangan informal mengenai beberapa hal.

Sedangkan menurut Sobry Sutikno (2009:134) wawancara adalah komunikasi


langsung antara yang mewawancarai dengan yang diwawancarai. Tujuan
wawancara ialah, untuk memperoleh informasi guna menjelaskan suatu situasi dan
kondisi tertentu lalu, untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah dan untuk
memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.

Wawancara dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :


a) Interviu bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan
pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek
evaluasi.
b) Interviu terpimpin, yaitu interviu yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu.
Diantara kelebihan yang dimiliki oleh wawancara adalah bahwa dengan
melakukan wawancara, pewawancara dengan evaluator (guru, dosen dll) dapat
melakukan kontak langsung dengan peserta didik yang akan dinilai, sehingga dapat
diperoleh hasil penilaian yang lebih lengkap dan mendalam.
Wawancara juga dapat dilengkapi dengan alat Bantu berupa tape recorder (alat
perekan suara), sehingga jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat
dicatat dengan secara lebih lengkap.

E. Pengamatan (observasi)

Adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan


secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Secara umum, observasi dapat
diartikan sebagai penghimpunan bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan
mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap berbagai
fenomena yang dijadikan objek pengamatan.

Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah


laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam
situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Observasi dapat mengukur
dan menilai hasil dan proses belajar; misalnya tingkah laku peserta didik pada waktu
guru pendidikan agama menyampaikan pelajaran di kelas, tingkah laku peserta didik
pada jam-jam istirahat atau pada saat terjadinya kekosongan pelajaran, perilaku
peserta didik pada saat shalat jama’ah di musholla sekolah, ceramah-ceramah
keagamaan, upacara bendera, ibadah sholat tarawih dan sebagainya.

Ada 3 macam observasi :

a) Observasi partisipan yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam
pada itu pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang
diamati.

b) Observasi sistematik yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah


didaftar secara sitematis dan sudah diatur menurut kategorinya. Berbeda dengan
observasi partisipan, maka dalam observasi sistematik ini pengamat berada di luar
kelompok. Dengan demikian pengamat tidak dibingungkan oleh situasi yang
melingkungi dirinya.

c) Observasi eksperimen, terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam


kelompok. Dalam hal ini ia dapat mengendalikan unsur-unsur penting dalam situasi
sedemikian rupa sehingga situasi itu dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi.
Berikut ini dikemukakan dua buah instrument evaluasi berupa daftar isian dalam
rangka menilai keterampilan peserta didik, dalam suatu observasi sistematis.
Contoh 1:

Hasil penilaian dengan menggunakan instrument tersebut di atas sifatnya


adalah individual. Setelah selesai, nilai-nilai individual itu dimasukkan ke dalam
daftar nilai yang sifatnya kolektif, seperti contoh berikut ini:

Penilaian atau evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan dengan melakukan


observasi itu disamping memiliki kebaikan, juga tidak terlepas dari kekurangan-
kekurangan. Diantara segi kebaikan yang dimiliki oleh observasi itu ialah,

a. Data observasi itu diperoleh secara langsung dilapangan, yakni dengan jalan
melihat dan mengamati kegiatan peserta didik di dalam melakukan sesuatu, dengan
demikian data tersebut dapat lebih bersifat obyektif dalam melukiskan aspek-aspek
kepribadian peserta didik menurut keadaan yang senyatanya.

b. Data hasil observasi dapat mencakup berbagai aspek kepribadian masing-masing


individu peserta didik; dengan demikian maka di dalam pengolahannya tidak berat
sebelah atau hanya menekankan pada salah satu segi saja dari kecakapan atau
prestasi belajar mereka.

F. Riwayat Hidup

Adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa


kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat
menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan sikap dari objek yang
dinilai.
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta
didik tanpa menguji (teknik nontes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan
cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya dokumen yang
memuat informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi).

Selain itu juga dokumen yang memuat informasi tentang orang tua peserta
didik, seperti: nama, tempat tingga;, tempat dan tanggal lahir, agama yang dianut,
pekerjaan pokoknya, tingkat atau jenjang pendidikannya, rata-rata penghasilannya
setiap bulan dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai