Anda di halaman 1dari 6

Sri Malinda (A1C116053)

PERTANYAAN: Jelaskan perbedaan wawancara terikat dan wawancara bebas?

JAWABAN:

Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang
dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik Iangsung maupun tidak langsung
dengan peserta didik. Pengertian wawancara Iangsung adalah wawancara yang dilakukan
secara Iangsung antara pewawancara (interviewer) atau guru dengan orang yang
diwawancarai (interview) atau peserta didik tanpa melalui perantara, sedangkan
wawancara tidak langsung artinya pewawancara atau guru menanyakan sesuatu kepada
peserta didik melalui perantaraan orang lain atau media. Jadi, tidak menemui langsung
kepada sumbernya (Arifin, 2014:157-158).

Wawancara adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari
responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Wawancara dapat dilakukan dengan 2 cara,
yaitu: Interview bebas, respon bebas untuk mengutarakan pendapatnya tanpa dibatasi
aturan-aturan tertentu. Interview terpimpin, interview yang dilakukan oleh subjek
evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih
dahulu, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan oleh
penanya (Fadarwati, 2015:36).

Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat dalam evaluasi,
yaitu:

1) Wawancara terpimpin (guided interview), biasanya juga dikenal dengan istilah


wawancara berstruktur (structured interview) atau wawancara sistematis (systematic
interview), dimana wawancara ini selalu dilakukan oleh evaluator dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu dalam bentuk
panduan wawancara (interview guide). Jadi, dalam hal ini responden pada waktu
menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan.
2) Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview), biasanya juga dikenal dengan
istilah wawancara sederhana (simple interview) atau wawancara tidak sistematis
(non-systematic interview) atau wawancara bebas, dimana responden mempunyai
kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan
yang telahdibuat oleh evaluator. Dalam wawancara bebas, pewancara selaku
evaluator mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya
tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu, mereka dengan bebas mengemukakan
jawabannya. Hanya saja pada saat menganilisis dan menarik kesimpulan hasil
wawancara bebas ini evaluator akan dihadapkan kesulitan-kesulitan, terutama
apabila jawaban mereka beranekaragam. Mengingat bahwa daya ingat manusia itu
dibatasi ruang dan waktu, maka sebaiknya hasil wawancara itudicatat seketika
(Mangelep, 2012: 11).

Adapun menurut Hasyim, ”Penilaian non test adalah penilaian yang mengukur
kemampuan siswa secara langsung dengan tugas-tugas riil dalam proses pembelajaran.
Contoh penilaian non test banyak terdapat pada keterampilan menulis untuk bahasa,
percobaan laboratorium sains, bongkar pasang mesin, teknik dan sebagainya” (Sudjana.
2014: 67).

Santa Theresia Sitinjak (A1C116003)

PERTANYAAN: Bagaimana pengembangan non tes? Yang mana yang dimaksud dengan
pengembangan non tes?

JAWABAN:

Alat penilaian dapat berarti teknik evaluasi. Tehnik evaluasi nontes berarti
melaksanakan penilaian dengan tidak menggunakan tes. Tehnik penilaian ini umumnya
untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat,
sikap sosial, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan
belajar dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok.

Penilaian non test adalah “penilaian pengamatan perubahan tingkah laku yang
berhubungan dengan apa yang dapat diperbuat atau dikerjakan oleh peserta didik
dibandingkan dengan apa yang diketahui atau dipahaminya”. Dengan kata lain penilaian
non test behubungan dengan penampilan yang dapat diamati dibandingkan dengan
pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati oleh indera.
Pengembangan nontes diiplementasikan dalam bentuk instrumen non tes. Alat/instrumen
penilaian yang non-test, yang biasanya menyertai atau inheren dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar sangat banyak macamnya. Di antaranya bisa disebutkan adalah
observasi (baik dengan cara langsung, tak langsung, maupun partisipasi), wawancara
(terstruktur atau bebas), angket (tertutup atau terbuka), sosiometri, checklist, concept
map, portofolio, student journal, pertanyaan-pertanyaan, dan sebagainya.

1. Observasi
Menurut Sudijono (2009) observasi adalah cara menghimpun bahan-
bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan
sasaran pengamatan.
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang
dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik Iangsung maupun tidak
langsung dengan peserta didik. Pengertian wawancara Iangsung adalah
wawancara yang dilakukan secara Iangsung antara pewawancara (interviewer)
atau guru dengan orang yang diwawancarai (interview) atau peserta didik tanpa
melalui perantara, sedangkan wawancara tidak langsung artinya pewawancara
atau guru menanyakan sesuatu kepada peserta didik melalui perantaraan orang
lain atau media. Jadi, tidak menemui langsung kepada sumbernya (Arifin,
2014:157-158).
3. Angket/Kuesioner
Kuesioner juga sering disebut dengan angket. Kuesioner pada dasarnya
adalah sekumpulan daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh objek yang akan
diukur atau responden. Data yang dapat diketahui bisa berupa data diri,
pengalaman, pengetahuan, sikap, dan lain sebagainya. Kuesioner sering
digunakan untuk menilai hasil belajar ranah afektif yang dapat berupa kuesioner
bentuk pilihan ganda (multiple choice item) dan dapat pula berbentuk skala sikap
(Fadarwati, 2015:35).
4. Pemeriksaan Dokumen (Ducumentary Analisis)
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar
peserta didik tanpa menguji (tehnik nontes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya
dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen; misalnya
dokumen yang memuat informasi mengenai riwayat hidup (auto biography).

5. Sosiometri
Sosiometri adalah suatu tehnik untuk mengumpulkan data tentang
hubungan sosial seorang individu dengan individu lain, struktur hubungan
individu dan arah hubungan sosialnya dalam suatu kelompok
6. Rating Scale/Skala Bertingkat
Rating scale atau skala bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam
bentuk angka. Angka-angak diberikan secara bertingkat dari anggak terendah
hingga angkat paling tinggi. Angka-angka tersebut kemudian dapat dipergunakan
untuk melakukan perbandingan terhadap angka yang lain.

7. Daftar Cocok
Daftar cocok adalah sebuah daftar yang berisikan pernyataan beserta
dengan kolom pilihan jawaban. Si penjawab diminta untuk memberikan tanda
silang (X) atau cek (√) pada jawaban yang ia anggap sesuai.Menurut Sobry
Sutikno (2009:134) Check List adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-
aspek yang akan diamati. Ada bermacam-macam aspek perbuatan yang biasanya
dicantumkan dalam daftar cek, kemudian observer tinggal memberikan tanda cek
pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan hasil pengamatannya. Daftar cocok
bukanlah angket. Daftar cocok mempunyai bentuk yang lebih sederhana karena
dengan daftar cocok peneliti bermaksud meringkas penyajian pertanyaan Berta
mempermudali responden dalam memberikan respondennya. Daftar cocok
memuat beberapa pertanyaan yang bentuk dan jawabannya seragam. Agar
responden tidak diharapkan pada beberapa pertanyaan mengenai berbagai hal
tetapi dalam bentuk membaca, maka disusunlah daftar cocok tersebut sebagai
pengganti.
8. Riwayat Hidup
Pelaksanaan evaluasi non-tes dapat juga dilengkapi dengan melakukan
pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen misalnya dokumen yang memuat
riwayat hidup peserta didik maupun orang tua. Misalkan tempat dan tanggal lahir,
alamat tinggal, riwayat pendidikan, dan lain sebagainya. Berbagai informasi
tersebut bukan tidak mungkin pada suatu saat tertentu sangat diperlukan sebagai
bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap
peserta didiknya (Fadarwati, 2015:37).

Shabrina Nurhafizah (A1C116037)

PERTANYAAN: Bagaimana cara kita agar dalam pengisian angket siswa menjawab
dengan jujur?

JAWABAN:

Kita sebagai guru, dalam penyusunan angket harus benar benar sesuai dengan
pengetahuan siswa sehingga siswa dapat menjawab dengan baik, hal hal yang harus
diperhatikan dalam penyusunan angket antara lain:

1. Setiap informasi yang diperoleh harus dapat menjawab masalah penelitian sehingga
dengan demikian, kuesioner yang diajukan kepada responden akan lebih fokus.
Kuesioner harus dibuat untuk memenuhi target responden sesuai dengan pengalaman
sebelumnya dan tingkat kesulitan dilapangan. Bahasa yang digunakan dalam
kuesioner harus bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti responden.
2. Dalam menentukan jenis pertanyaan yang diajukan pada responden harus jelas dan
terarah. Hindari pertanyaan yang mengandung dua pengertian yang berbeda atau
yang biasa disebut pertanyaan dua makna (double-barreled question). Jenis pertanyaan
dua makna tersebut mengandung makna yang ambigu.
3. Jenis pertanyaan yang sesnsitif akan menyulitkan responden untuk menjawab
kuesioner tersebut. Sehingga apabila peneliti menemukan beberapa pertanyaan yang
tidak dapat dijawab, sebaiknya peneliti bersedia membantu responden dengan
menjelaskan maksud pertanyaan tersebut. Oleh karena itu, peneliti harus
menjelaskan tujuan penelitian di pada kata pengantar di kuesioner.
4. Informasi yang dibutuhkan harus disederhanakan terlebih dahulu dalam bentuk kata-
kata yang mudah dipahami oleh responden. Tujuannya adalah untuk menghindari
salah persepsi ataupun interpretasi yang dapat menimbulkan jawaban yang bias
sehingga jawaban tersebut dapat mengarah kepada jawaban yang salah.
Https://www.academia.edu/25318284/Teknik_Pembuatan_Kuisioner.

Anda mungkin juga menyukai