Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I
PENDAHULUAN

Membahas tentang evaluasi sudah pasti membahas tentang bagaimana cara menilai
peserta didik setelah menjalani proses pembelajaran, guna mengetahui sejauh mana mereka
mampu menguasai mata pelajaran atau bidang studi yang telah diberikan oleh guru. Sesuai
dengan pemahaman tersebut maka menurut Purwanto, setiap kegiatan evaluasi atau penilaian
merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data,
berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat suatu keputusan, data yang
dikumpulkan haruslah data yang sesuai dan mendukung tujuan evaluasi yang direncanakan.
Bahkan ada yang mengatakan bahwa hampir seluruh kegiatan di dalam kehidupan kita adalah
melakukan kegiatan evaluasi, baik secara disengaja ataupun tidak.
Dalam hubungannya dalam kegiatan pengajaran, Gronlund1 menyatakan bahwa,
“Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan
sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa”. Ini bermaksud
bahwa evaluasi termasuk kegiatan yang terencana dan dilakukan dengan berkesinambungan,
serta bukanlah kegiatan akhir dari program tertentu saja, tapi juga termasuk kegiatan yang
dilakukan pada permulaan, selama program berlangsung dan juga pada akhir program
dianggap selesai. Program yang dimaksud adalah program satuan pelajaran yang akan
dilaksanakan dalam satu pertemuan atau lebih, atau juga tahunan (D1, S1, SD, dan
sebagainya).2
Sesuatu bahan atau materi pengajaran yang akan diajarkan dan metode yang
digunakan sangat bergantung pada tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Begitu pula
dengan bagaimana prosedur evaluasi harus dilakukan serta bentuk-bentuk tes atau alat
evaluasi yang akan dipakai untuk menilai hasil pengajaran tersebut, harus dikaitkan dan
mengacu kepada bahan serta metode mengajar yang digunakan dan tujuan pengajaran yang
telah dirumuskan. Begitu juga dengan instrument yang termasuk non-tes misalnya pedoman
wawancara, angket atau kuesioner, lembar observasi, daftar cocok (check list), skala sikap,
skala penilaian, dan sebagainya, yang juga membutuhkan kevalidan dan kereliabilitas yang
sesuai dengan prosedur evaluasi.

1
Norman E. Gronlund, Improving Marking and Reporting in Classroom Instruction, (New York: MacMillan
Publishing, Co., Inc., 1976) dalam buku M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 3.
2
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik …, hal. 4.
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teknik Non Tes


Seperti yang telah dibahas pada makalah sebelumnya, bahwa instrumen atau alat
adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang dalam melaksanakan
tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Alat evaluasi dikatakan baik
apabila mampu mengevaluasi sesuatu yang dievaluasi dengan hasil seperti keadaan yang
dievaluasi. Dalam menggunakan alat tersebut, evaluator menggunakan cara atau teknik,
sehingga dikenal dengan teknik evaluasi. Teknik evaluasi ada dua macam yaitu teknik tes dan
non tes.3 Mengenai teknik tes sudah dibahas pada pembahasan sebelumnya, sehingga
sekarang yang dibahas adalah teknik non tes.
Teknik non tes merupakan suatu cara pengukuran atau penilaian hasil belajar peserta
didik yang dilakukan tanpa “menguji” mereka, dan penilaian dilakukan dengan melakukan
pengamatan (observation) secara sistematis, wawancara (interview), menyebarkan angket
(questionnaire), dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis).4
Menurut Arikunto,5 yang tergolong teknik non tes meliputi:
1) Skala bertingkat (rating scale)
2) Kuisioner (questionair)
3) Daftar cocok (check list)
4) Wawancara (interview)
5) Pengamatan (observation)
6) Riwayat hidup
Pada umumnya teknik non tes memegang peranan yang sangat penting dalam rangka
mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup (affective domain) dan
ranah keterampilan (psychomotoric domain),6 yang kedua ranah ini mempunyai pengaruh
yang sangat besar dalam kehidupan bermasyarakat. Kalau teknik tes berpengaruh hanya di
bidang ranah pengetahuan atau proses berpikir (cognitive domain).
Dalam hal validitas dan reliabilitas, tentunya dipengaruhi oleh (1) instrumen, (2)
subjek yang diukur, dan (3) petugas yang melakukan pengukuran. Dalam hal pengukuran,

3
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hal.
25-26.
4
Anas Sudiyono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, --Ed. 1 Cet. 3--(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2001), hal. 76.
5
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi …, hal.26.
6
Anas Sudiyono, Pengantar Evaluasi …, hal 76.
3

khususnya dalam pendidikan tentunya yang terpenting adalah informasi hasil ukur yang
benar. Sebab dengan hasil ukur yang tidak atau kurang tepat maka akan memberikan
informasi yang tidak benar, sehingga kesimpulan yang diambil juga tidak benar.7
Pada prinsipnya, prosedur penulisan butir soal untuk instrument non tes adalah sama
dengan prosedur penilaian tes pada tes prestasi belajar, yaitu menyusun kisi-kisi tes,
menuliskan butir soal berdasarkan kisinya, telaah, validasi uji coba akhir, perbaikan butir
berdasarkan hasil uji coba.8
1) Skala bertingkat (rating scale)
Skala yang menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap ssesuatu hasil
pertimbangan. Misalnya: untuk menggambarkan tingkat prestasi belajar siswa, bagi siswa
yang mendapat skor 8 digambarkan berada di tempat yag lebih ke kanan dalam skala,
dibandingkan penggambaran skor 5.

4 5 6 7 8 9
Biasanya angka-angka yang digunakan diterakan pada skala dengan jarak yang sama.
Meletakkannya secara bertingkat dari yang rendah ke yang tinggi, sehingga skala ini
dinamakan skala bertingkat. Kita dapat menilai segala sesuatu dengan skala, yang maksudnya
adalah agar pencatatannya dapat objektif, maka penilaian terhadap penampilan atau
penggambaran kepribadian seseorang disajikan dalam bentuk skala.9
2) Kuisioner (questionair)
Sering dikenal sebagai angket, kuisioner merupakan sebuah daftar pertanyaan yang
harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuisioner ini dapat diketahui
tentang keadaan diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya, dan lain-lain. Data
yang dapat dihimpun melalui kuisioner misalnya adalah data yang berkenaan dengan
kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para peserta didik dalam mengikuti pelajaran, cara
belajar mereka, fasilitas belajarnya, bimbingan belajar, motivasi dan minat belajarnya, sikap
belajarnya, sikap terhadap mata pelajaran tertentu, pandangan siswa terhadap proses
pembelajaran dan sikap mereka terhadap guru.10 Langkah-langkah menyusun angket:
merumuskan tujuan, merumuskan kegiatan, menyusun langkah-langkah, menyusun kisi-kisi,
menyusun panduan angket, dan menyusun alat penilaian.

7
Zulkifli Matondang, Validitas dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian, Jurnal Tabularasa PPs Unimed
Vol. 6 No.1, Juni 2009. Hal. 88.
8
Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hal. 122.
9
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi …, hal. 27.
10
Sari Masyitah, Validitas dan Reliabilitas Non Tes, dalam situs http://masyitah-masyithah.blogspot.com/
2013/12/validitas-dan-reliabilitas-non-tes.html. (Online). Diunggah hari Selasa tanggal 16 Desember 2014.
4

Ditinjau dari beberapa segi, kuisioner ada dua macam:11


a) Dari segi siapa yang menjawab, terbagi dua bagian:
- Kuisioner langsung, jika kuisioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang
yag akan dimintai jawaban tentang dirinya.
- Kuisioner tidak langsung, adalah kuisioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan
orang yang diminta keterangannya, biasanya digunakan untuk mencari informasi
tentang bawahan, anak, saudara, tetangga, dsb.
b) Dari segi cara menjawab terbagi dua macam:
- Kuisioner tertutup, adalah kuisioner yang disusun dengan menyediakan pilihan
jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang
dipilih. Misalnya: Tingkat pendidikan yang sekarang anda ikuti adalah …
SLTA Perguruan Tinggi √ Pascasarjana Akademi
Tanda checklist (√) dibubuhkan dalam kotak “Pascasarjana” jika pengisi berstatus
Magister.
- Kuisioner terbuka, merupakan kuisioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para
pengisi bebas mengemukakan pendapatnya, yang disusun apabila macam jawaban
pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga jawabannya akan beraneka ragam.
Kuisioner terbuka juga digunakan untuk meminta pendapat seseorang. Contohnya:
Untuk membimbing mahasiswa ke arah kebiasaan membaca buku-buku asing, maka
sebaiknya setiap dosen merujuk buku asing sebagai salah satu buku wajib.
Bagaimana pendapat saudara?
Jawab: ……………………..
3) Daftar cocok (check list)
Adalah deretan pernyataan (biasanya singkat-singkat) dimana responden yang
dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok (√) pada tempat yang sudah disediakan.12
Contoh: Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan pendapat saudara.
Pendapat Penting Biasa Tidak penting
Pernyataan
1. Melihat pemandangan
indah
2. Olahraga tiap hari
3. Menonton film

11
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi …, hal. 28-29.
12
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi …, hal. 29.
5

4. Belajar menari
5. Tulisan bagus
6. Berkunjung ke rumah
kawan

4) Wawancara (interview)
Adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari
responden dengan jalan tanya-jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara,
responden tidak diberi kesempatan sedikitpun untuk mengajukan pertanyaan, karena
pertanyaan hanya diajukan oleh subjek evaluasi.13 Agar hasil wawancara sesuai dengan apa
diinginkan oleh pewawancara, maka pewawancara harus:14
a. Membuat pedoman wawancara, yaitu berupa daftar pertanyaan yang akan ditanyakan
kepada orang yang akan diwawancara.
b. Merekam pelaksanaan wawancara untuk menganalisis jawaban dari orang yang
diwawancara ( responden ).
Langkah-langkah penyusunan wawancara, antara lain: perumusan tujuan, perumusan
kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai, penyusunan kisi-kisi, penyusunan pedoman
wawancara, dan lembaran penilaian.15
5) Pengamatan (observation)
Adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara
teliti serta pencatatan secara sistematis. Pelaksanan pengamatan sikap dapat dilakukan
pendidik pada sebelum mengajar, saat mengajar, dan sesudah mengajar. Perilaku minimal
yang dapat dinilai dengan pengamatan untuk perilaku/budi pekerti peserta didik, misalnya
ketaatan pada ajaran agama, toleransi, disiplin, tanggung jawab, kasih sayang, gotong royong,
kesetiakawanan, hormat menghormati, sopan santun, dan jujur.16 Ada tiga macam observasi,
yaitu:17
i. Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, yang mana
pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati. Observasi
dilakukan sepenuhnya jika pengamat betul-betul mengikuti kegiatan kelompok yang
diamati, sehingga ia dapat mengamati dan merasakan seperti apa yang dirasakan oleh

13
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi …, hal. 30.
14
Sari Masyitah, Validitas dan Reliabilitas Non Tes, dalam situs http://masyitah-masyithah.blogspot.com/
2013/12/validitas-dan-reliabilitas-non-tes.html. (Online). Diunggah hari Selasa tanggal 16 Desember 2014.
15
Mohammad Zaimul Umam, Pengembangan Instrumen Non-Tes, dalam blog http://zaimwahid.wordpress.
com/September 17/2011. Diunggah hari Rabu tanggal 17 Desember 2014.
16
Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hal. 122.
17
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi …, hal. 31.
6

orang-orang dalam kelompok tersebut. Contoh: Untuk mengetahui kehidupan mahasiswa


indekost, maka pengamat menjadi mahasiswa dan menyewa kamar.
ii. Observasi sistematik, yaitu observasi dimana factor-faktor yang diamati sudah didaftar
secara sistematik dan sudah diatur menurut kategorinya. Dalam observasi ini si pengamat
berada diluar kelompok, sehingga si pengamat tidak dibingungkan dengan situasi yang
yang melingkungi dirinya. Contoh: guru yang sedang mengamati peserta didik menanam
bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori
yang akan diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan,
kerjasama dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah
laku murid dalam menanam bunga.18
iii. Observasi eksperimental, terjadi jika observasi itu dilakukan terhadap subjek dalam
suasana eksperimen atau kondisi yang diciptakan. Dalam hal ini si pengamat dapat
mengendalikan unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi itu
dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi. Misalnya: guru mengobservasi sikap disiplin
melakukan tugas antara kelas eksperimen dengan kelas non eksperimen (yang alami).
Ada beberapa langkah-langkah dalam menyusun observasi, antara lain: merumuskan
tujuan, merumuskan kegiatan, menyusun langkah-langkah, menyusun kisi-kisi, menyusun
panduan observasi, dan menyusun alat penilaian.19
6) Riwayat hidup
Merupakan gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa hidupnya.
Dengan mempelajari riwayat hidup maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu
kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari objek yang dinilai.
Pemeriksaan riwayat hidup merupakan salah satu cara untuk mengukur prestasi
belajar anak, yaitu dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen yang
memuat informasi mengenai riwayat hidup, seperti kapan dan dimana peserta didik
dilahirkan, agama yang dianut, jenis penyakit yang diderita dan lain sebagainya. Informasi
tersebut dapat direkam melalui sebuah dokumen berbentuk formulir atau blannko isian, yang
harus diisi pada saat peserta didik untuk pertama kali diterima sebagai siswa di sekolah yang
bersangkutan.20

18
Muhammad Risal, dalam situs http://www.artikelbagus.com/2011/08/penggolongan-tehnik-non-tes-
pengamatan-observasion.html. (Online). Diunggah hari Senin tanggal 22 Desember 2014.
19
Mohammad Zaimul Umam, Pengembangan Instrumen Non-Tes, ....
20
Sari Masyitah, Validitas dan Reliabilitas Non Tes, dalam situs http://masyitah-masyithah.blogspot.com/
2013/12/validitas-dan-reliabilitas-non-tes.html. (Online). Diunggah hari Selasa tanggal 16 Desember 2014. Hal.
1-5.
7

B. Validitas Non Tes


Validitas atau kesahihan berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketetapan
dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.21 Validitas merupakan
syarat yang terpenting dalam suatu alat evaluasi. Validitas juga berarti bahwa penilaian harus
benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Misalnya, barometer adalah alat pengukur
tekanan udara dan tidak tepat apabila digunakan untuk mengukur temparatur udara.22
Penggunaan instrumen-instrumen non tes seperti angket, lembar observasi,
wawancara, riwayat hidup, dan skala bertingkat dalam kegiatan penelitian pendidikan kini
telah banyak digunakan oleh mahasiswa jurusan kependidikan, guru, dosen, maupun praktisi
pendidikan lainnya. Instrumen tersebut digunakan di dalam penelitian yang bersifat kualitatif
seperti penelitian deskriptif, survey, atau penelitian tindakan kelas. Penelitian yang baik harus
menggunakan instrumen yang baik dan valid.
Penyusunan instrumen yang baik perlu diperhatikan validitas instrumen yang
dihasilkan. Karena itu dalam proses pengembangannya, validasi instrumen adalah suatu
langkah kegiatan yang mesti diperhatikan peneliti sebelum menggunakan instrumen tersebut.
Diharapkan apabila peneliti memahami secara mendalam tentang validasi instrumen non tes,
maka diharapkan pada saat melakukan kegiatan penelitian bidang pendidikan, instrumen
yang dipakai untuk menggali data benar-benar valid sehingga akan dapat pula diperoleh data
yang ilmiah.
Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada
perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek
yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realita data menurut penelitian
kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada kemampuan peneliti
mengkonstruksi fenomena yang diamati, serta dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil
proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakangnya. Oleh karena itu bila terdapat
10 peneliti dengan latar belakang yang berbeda meneliti pada obyek yang sama, akan
mendapatkan 10 temuan, dan semuanya dinyatakan valid, kalau apa yang ditemukan itu tidak
berbeda dengan kenyataan sesungguhnya yang terjadi pada obyek yang diteliti. Dalam obyek
yang sama peneliti yang berlatar belakang Pendidikan akan menemukan data yang berbeda
dengan peneliti yang berlatar belakang Manajemen, Antropologi, Sosiologi, Kedokteran,
Tehnik dan sebagainya.23

21
Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi …, hal. 138.
22
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Cet III, (Jakarta : Bumu Aksara, 2001), hal. 157.
23
Sari Masyitah, Validitas dan Reliabilitas …, hal. 5
8

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalidan dari instrumen (kuesioner)
yang digunakan dalam pengumpulan data yang diperoleh dengan cara mengkorelasi setiap
skor variable jawaban responden dengan total skor masing-masing variabel, kemudian hasil
korelasi dibandingkan dengan nilai kritis pada taraf siginifikan 0,05 dan 0,01. Tinggi
rendahnya validitas instrumen akan menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak
menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.24
Dengan menggunakan instrument yang valid dalam pengumpulan data, maka
diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid. Jadi instrumen yang valid merupakan syarat
mutlak untuk mendapatkan hasil penelitiaan yang valid. Hal ini tidak berarti bahwa dengan
menggunakan instrument yang telah teruji validitasnya otomatis hasil (data) penelitian
menjadi valid. Hal ini masih akan dipengaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti, dan
kemampuan orang yang menggunakan instrument untuk mengumpulkan data.

C. Reliabilitas Non Tes


1) Pengertian Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliability yang berarti sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa
kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama, diperoleh hasil
pengukuran yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum
berubah.25
Pengertian reliabilitas dalam penelitian kuantitatif (tes), sangat berbeda dengan
reliabilitas dalam penelitian kualitatif (non tes). Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan
paradigma dalam melihat reliabilitas. Menurut penelitian kualitatif, suatu reliabilitas itu
bersifat majemuk/ganda, dinamis/ selalu berubah, sehingga tidak ada yang konsisten, dan
berulang seperti semula, dan sebaliknya dengan reliabilitas dalam penelitian kuantitatif.
Heraclites dalam Nasution menyatakan bahwa “Air mengalir terus, waktu terus berubah,
situasi senantiasa berubah dan demikian pula perilaku manusia yang terlibat dalam situasi
sosial.” Dengan demikian tidak ada suatu data yang tetap/konsisten/stabil. Selain itu, cara
melaporkan penelitian bersifat ideosyneratic (beda gagasan/ pikiran) dan invidualistik, selalu
berbeda dari orang perorang. Tiap peneliti memberi laporan menurut bahasa dan jalan fikiran
sendiri. Demikian dalam pengumpulan data, pencatatan hasil observasi dan wawancara

24
https://ariyoso.wordpress.com/tag/cara-menguji-validitas/
25
Zulkifli Matondang, Validitas dan Reliabilitas …, hal. 93.
9

terkandung unsur-unsur individualistic. Proses penelitian sendiri selalu bersifat personalistik


dan tidak ada dua peneliti akan menggunakan dua cara yang persis sama.26

2) Yang Perlu Diuji dalam Reliabilitas


Tes dan non tes hasil belajar dikatakan ajeg/ tetap apabila hasil pengukuran saat ini
menunjukkan kesamaan hasil pada saat yang berlainan waktunya terhadap siswa yang sama.
Misalnya siswa dalam suatu kelas pada hari ini di tes kemampuan matematikanya. Minggu
berikutnya siswa tersebut di tes kembali. Hasil dari ke dua tes relatif sama. Sungguhpun
demikian, masih mungkin terjadi ada perbedaan hasil untuk hal-hal tertentu akibat faktor
kebetulan, selang waktu, atau terjadinya perubahan pandangan siswa terhadap soal yang
sama. Jika itu terjadi, kelamahan terletak pada tes itu, yang tidak memiliki kepastian jawaban
atau meragukan siswa. Dengan kata lain, derajat reliabilitasnya masih rendah.
Sehingga dapat dikatakan bahwa yang sangat perlu diuji dalam reliabilitas adalah
hasil dari jawaban atau hasil penelitian yang telah dilakukan selama beberapa kali dan dalam
waktu yang telah ditentukan. Hasil penelitian tersebut akan dibandingkan dan berkorelasi
dengan pengujian awal untuk memberikan stabilitas, terwakili dan seimbang.

D. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Teknik Non-Tes


Pengujian valid dan reliable juga dipakai dalam penelitian kualitatif dan tidak hanya
pada teknik non tes belajar saja. Dalam penelitian kualitatif uji keabsahan data meliputi uji
credibility (validitas internal), transferability (validitas ekternal), dependability
(releabilitas), dan confirmability (obyektivitas). Penjelasannya adalah sebagai berikut:27
1) Uji Credibility (Validitas Internal)
Terdapat beberapa macam cara untuk mengetahui hasil dari uji credibility atau
kepercayaan terhadap penelitian kualitatif, yaitu :
a. Perpanjangan Pengamatan
Adalah dimana peneliti kembali lagi ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara
lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan
pengamatan peneliti akan semakin dekat dan mengenal narasumber, sehingga narasumber
akan memberikan informasi secara terbuka dan dalam keadaan yang tidak terpaksa. Pada
tahap awal peneliti memasuki lapangan, peneliti masih dianggap orang asing, masih
dicurigai, sehingga informasi yang diberikan belum lengkap, tidak mendalam, dan mungkin
masih banyak yang dirahasiakan. Sehingga dalam mengatasi hal ini diperlukan perpanjangan

26
Oemar Hamalik, Kurikulum dan.., hal. 158
27
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2007), hal. 366.
10

pengamatan, berapa lama perpanjangan ini dilakukan, akan sangat tergantung pada keadaan,
keluasan dan kepastian data. Kedalaman artinya apakah peneliti ingin menggali data sampai
pada tingkat makna. Makna berarti data yang di balik yang tampak. Yang tampak orang
sedang menangis, tetapi sebenarnya dia tidak sedih tetapi malah sedang bahagia. Keluasan
berarti, banyak sedikitnya imformasi yang diperoleh. Data yang pasti adalah data yang valid
yang sesuai dengan apa yang terjadi.
Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian ini,
sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh, apa data yang
diperoleh itu setelah dicek kembali kelapangan benar atau tidak, berubah atau tidak, apabila
setelah dicek kembali ke lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka waktu
perpanjangan pengamatan dapat diakhiri. Untuk membuktikan apakah peneliti itu melakukan
uji kredibilitas melalui perpanjangan pengamatan atau tidak, maka akan lebih baik kalau
dibuktikan dengan surat keterangan perpanjangan. Selanjutnya surat keterangan perpanjangan
ini dilampirkan dalam laporan penelitian.
b. Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan
dapat direkam secara pasti dan sistematis. Dengan meningkatkan ketekunan, maka peneliti
dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak.
Sehingga dengan meningkatkan ketekunan maka peneliti dapat memberikan deskripsi data
yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati sebagai bekal peneliti untuk
meningkatkan ketekunan dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil
penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan
membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan
untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak.
c. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Terdapat beberapa macam
triangulasi yaitu:
1. Triangulasi sumber
Digunakan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek
data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji
kredibilitas data tentang daya kepemimpinan seseorang, maka pengumpulan data pengujian
11

data yang telah diperoleh dilakukan ke bawahan yang dipimpin, ke atasan yang menugasi,
dan keteman kerja yang merupakan kelompok kerjasama.
2. Triangulasi teknik
Digunakan untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan
wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi atau kuesioner.
3. Triangulasi waktu
Triangulasi juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan
dengan teknik wawncara dipagi hari saat nara sumber masih segar belum banyak masalah,
akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.
d. Analisis kasus negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian
hingga pada saat tertentu. Mengapa dengan analisis kasus negatif akan dapat meningkatkan
kredibilitas data? Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda
atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang
berbeda atau bertentangan dengan data yang ditemukan maka sudah dapat dipercaya. Tetapi
bila peneliti masih mendapatkan data-data yang bertentangan dengan data yang ditemukan,
maka peneliti mungkin akan merubah temuannya.
e. Menggunakan Bahan Referensi
Maksudnya adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan
oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman
wawancara.
f. Mengadakan Member Check
Yakni proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan
member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa
yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data
berarti datanya data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data
yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data,
maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data. Jadi tujuan member check
adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai
dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.
Pelaksanaan member check dapat dilakukan setalah satu periode pengumpulan data
selesai, atau setelah mendapat suatu temuan, atau kesimpulan. Caranya dapat dilakukan
secara individual, dengan cara peneliti datang ke pemberi data, atau melalui forum diskusi
12

kelompok. Dalam diskusi kelompok peneliti menyampaikan temuan kepada sekelompok


pemberi data. Dalam diskusi kelompok tersebut, mungkin ada data yang disepakati,
ditambah, dikurangi atau ditolak oleh pemberi data. Setelah data disepakati bersama, maka
para pemberi data diminta untuk menandatanggani, supaya lebih otentik, selain itu juga
sebagai bukti bahwa peneliti telah melakukan member check.
2) Pengujian Transferability
Adapun cara untuk memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada
kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat
laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.
Dengan demikian maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat
memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat
lain. Bila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang sedemikian jelasnya,
seperti apa suatu hasil penelitian dapat diberlakukan (transferability), maka laporan tersebut
memenuhi standar tranferabilitas.
3) Pengujian Dependability
Dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut reliabilitas. Suatu penelitian yang
reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses penilaian tersebut.
Dalam penelitian kualitatif, uji dependability (reliabilitas) dilakukan dengan melakukan audit
terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses
penelitian kelapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti ini perlu diuji dependability-nya
(reliabilitasnya). Kalau proses penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian
tersebut tidak reliable atau dependable.
Untuk itu pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh editor yang independen, atau
pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.
Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah /focus, memasuki lapangan, menentukan
sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat
kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh peneliti. Jika peneliti tak mempunyai dan tak dapat
menunjukkan “jejak aktivitas lapangannya”. Maka dependabilitas( reliabilitas) penelitiannya
patut diragukan.
4) Pengujian Confirmability
Pengujian konfirmability dalam penelitian kuantitif disebut dengan uji obyektivitas
penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitan telah disepakati banyak orang.
Dalam penellitian kualitatif, uji confirmability mirip dengan uji dependability, sehingga
13

pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji confimability berarti menguji hasil
penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi
dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar
confirmability.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :
1. Instrument non-tes adalah instrumen selain tes prestasi belajar. Alat penilaian yang dapat
digunakan antara lain adalah lembar pengamatan/observasi( seperti catatan harian,
portofolio) dan instrument tes sikap, minat, dan sebagainya. Pada prinsipnya, prosedur
penulisan butir soal untuk instrument non tes adalah sama dengan prosedur penilaian tes
pada tes prestasi belajar, yaitu menyusun kisi-kisi tes, menuliskan butir soal berdasarkan
kisinya, telaah, validasi uji coba akhir, perbaikan butir berdasarkan hasil uji coba.
2. Validitas atau kesahihan berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketetapan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas merupakan syarat
yang terpenting dalam suatu alat evaluasi. Validitas juga berarti bahwa penilaian harus
benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Misalnya, barometer adalah alat pengukur
tekanan udara dan tidak tepat apabila digunakan untuk mengukur temparatur udara.
3. Reliabilitas berasal dari kata reliability yang berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran
dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali
pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama, diperoleh hasil
pengukuran yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang
belum berubah.
4. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal ),
transferability (validitas ekternal), dependability (releabilitas), dan confirmability
(obyektivitas).
14

DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudiyono, 2001, Pengantar Evaluasi Pendidikan, --Ed. 1 Cet. 3-- Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Gronlund, Norman E., 1976, Improving Marking and Reporting in Classroom Instruction,
New York: MacMillan Publishing, Co., Inc.,

M. Ngalim Purwanto, 2008, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Mohammad Zaimul Umam, Pengembangan Instrumen Non-Tes, dalam blog


http://zaimwahid.wordpress. com/September 17/2011. Diunggah hari Rabu tanggal 17
Desember 2014.

Muhammad Risal, dalam situs http://www.artikelbagus.com/2011/08/penggolongan-tehnik-


non-tes-pengamatan-observasion.html. (Online). Diunggah hari Senin tanggal 22
Desember 2014.

Oemar Hamalik, 2001, Kurikulum dan Pembelajaran, Cet III, Jakarta : Bumi Aksara.

Sari Masyitah, Validitas dan Reliabilitas Non Tes, dalam situs http://masyitah-
masyithah.blogspot.com/ 2013/12/validitas-dan-reliabilitas-non-tes.html. (Online).
Diunggah hari Selasa tanggal 16 Desember 2014.

Sudaryono, 2012, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suharsimi Arikunto, 2002, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Jakarta: Bumi
Aksara.

Zulkifli Matondang, Validitas dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian, Jurnal Tabularasa
PPs Unimed Vol. 6 No.1, Juni 2009.

Anda mungkin juga menyukai