Anda di halaman 1dari 17

ASESMEN INSTRUMEN TES

Di Ajukan Untuk Salah satu Tugas Matakuliah


“EVALUASI PEMBELAJAAN PAI”
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Nur Kholis, S.Ag., M.Pd
Dr. Hj. Luk luk Nurmufidah, M.Pd.I

OLEH :
MUHAMMAD ILHAM FAIZIN (1880506230023)
MUNIF ARDIANSYAH (18805062300)
RIZKY AHMAD FAHREZI (1880506230018)

PROGAM MEGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
2024
ASESMENT INSTRUMEN TES

Muhammad Ilham Faizin1, Munif Ardiansyah2, Rizky Ahmad Fahrezi3

Email :
1
ilhamfaizin15@gmail.com
2
munif@gmail.com
3
fahrezirizky94@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menghasilkan pengertian asesmen instrument tes ,
(2) mengetahui jenis jenis asesmen instrument tes , dan (3) mengetahui karakteristik
butir . Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Analisis data dilakukan
dengan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda untuk
mengetahui kualitas butir soal yang dikembangkan. Hasil dari penelitian ini adalah
sebagi berikut: (1) instrumen asesmen berupa soal pilihan ganda , (2) hasil dari
asesmen instrument tes yang ada tiga jenis. Tes yaitu sehimpunan pertanyaan yang
harus dijawab atau pernyataan-pernyataan yang harus dipilih, ditanggapi, atau
tugas-tugas yang harus dilakukan oleh orang yang dites (testee) dengan tujuan
untuk mengukur suatu aspek tertentu dari testee

Kata kunci asesmen, Instrumen tes,

A. PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan tidak ada dua individu yang sama persis, baikdari
segi fisik maupun psikisnya. Hal ini merupakan salah satu bukti keagunganAllah
SWT atas segala ciptaan-Nya dan agar kita semua berbakti kepada-Nya.Adanya
perbedaan individual, tentu akan turut serta menentukan berhasil atautidaknnya
individu tersebut dalam menjalankan tugas dan kewajibannya,sehingga akan
berakibat pula adanya perbedaan prestasi kerja maupun prestasi belajarnya. 1
Penilaian merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran. Penilaian
diharapkan memberikan umpan balik yang objektif terhadap apa yang telah
dipelajari oleh peserta didik dan digunakan pula untukmengetahui efektivitas

1
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya: 2012), hal.
117.

1
pembelajaran.2 Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan menggunakan
beragam alat penilaian untuk memperoleh informasitentang seberapa jauh hasil
belajar peserta didik.3 Maka perlu diciptakannyaalat untuk mendiagnosis atau
mengukur keadaan individu, agar dapat mengetahui adanya perbedaan antar
individu tersebut.4
Pada dasarnya alat ukur atau instrument dibagi menjadi dua, yaitu instrument
yang berbentuk tes dan instrument yang berbentuk non tes. Tes merupakan
prosedur sistematis untuk melakukan pengamatan terhadap perilaku seseorang dan
mendeskripsikan perilaku tersebut dengan menggunakan skala angka atau suatu
sistem penggolongan. Indikator perilaku tersebut diungkap oleh instrument tes
bersifat kinerja maksimal (maximum performance) karena suatu tes dirancang
untuk mengungkapkan kemampuan individu secara maksimal. Yang termasuk
dalam kelompok tes adalah tes prestasi belajar, tes inteleligensi, tes bakat, atau tes
kemampuan akademik.5 Tes banyak digunakan untuk mengukur prestasi belajar
peserta didik dalam bidang kognitif, seperti: pengetahuan, pemahahaman, aplikasi,
analisis, sistesis, dan evaluasi.
Menyusun instrument pada dasarnya adalah menyusun alat evaluasi,karena
mengevaluasi adalah memperoleh data tentang sesuatu yang diteliti, dan hasil yang
diperoleh dapat diukur dengan menggunakan standar yang telah ditentukan
sebelumnya oleh peneliti. Dalam hal ini alat evaluasi dapat dikembangkan menjadi
instrument penilaian dengan menggunakan tes.6
B. METODE PENELITIAN

2
Mochamad Zaenal Muttaqin dan Kusaeri, “Pengembangan Instrumen Tes Tertulis
BentukUraian untuk Pembelajaran PAI Berbasis Masalah Materi Fiqih”, Jurnal Pemikiran
dan Penelitian Pendidikan,Vol. 15, No. 1, Juni 2017, hal. 2
3
Sitiatava Rizema Putra, Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja,(Yogyakarta: Diva
Press,2013), hal. 22.
4
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta: Rajawali Press, 2011), hal.
65.
5
Yusrizal dan Rahmawati, Pengembengan Instrumen Afektif dan Kuesioner,
(Yogyakarta: PaleMedia Prima, 2022), hal. 2.
6
Supriyadi, Pengembangan Instrumen Penelitian dan Evaluasi Konsep, Teknik
Penyusunan,Uji Validitas dan Realibilitas,(Pekalongan: PT Nasya Expanding Management,
2020), hal. 5

2
Penelitian ini termasuk dalam lingkup jenis penelitian kepustakaan (library
research) dengan menggunakan analisis data induksi-interpretasi dan
konseptualisasi. Penulis menggunakan penelitian kepustakaan karena sumber
primer yang dijadikan rujukan berupa bahan-bahan tulisan berupa aesmen
instumen penelitian . Disamping itu, tulisan ini juga menggunakan pendekatan
normatif historis, karena penulis menjelaskan tentan aseesmen tes. Penulis juga
memetakan jenis jenis instumen tes. Dengan pembidangan ini asesmen instuen
tes akan mudah dipahami secara komprehensif. Selanjutnya kajian ini bersifat
deskriptif dan penyajian datanya secara kualitatif
C. PEMBAHASAN
1. Instrumen Tes
Kata “tes” berasal dari bahasa Perancis kuno yaitu “testum” yang
berarti piring untuk menyisihkan logam- logam mulia.7 Maksudnya yaitu
dengan menggunakan alat berupa piring akan diperoleh jenis-jenis logam
mulia yang nilainya sangat tinggi.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan tes yaitu test, testing, tester,
dan testee. Test adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui
atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan- aturan yang
sudah ditentukan.8 Testing merupakan waktu pada saat tes dilaksanakan.
Tester yaitu orang yang melaksanakan pengambilan tes atau pembuat tes atau
eksperimentor. Testee yaitu responden yang mengerjakan tes. Testee tersebut
yang dinilai atau diukur baik mengenai kemampuan, minat, bakat, pencapaian
prestasi belajar dan sebagainya.
Menurut Anas Sudijono dalam buku pengantr evaluasi pendidikan, tes
adalah cara yang dapat dipergunakan atau prosedur yang perlu ditempuh
dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan yang berbentuk
7
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers,
2009), hlm. 66.
8
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi),
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 53.

3
pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan
yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh testee,
sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut dapat
dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee.9
Menurut S. Eko Widoyoko dalam buku Penilaian hasil Pembelajaran
di Sekolahan, Tes yaitu sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban
atau sejumlah pernyataan yang harus diberi tanggapan atau respons dengan
tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek
tertentu dari orang yang dikenai tes (testee).10
Menurut Sumarna Surapranata dalam buku Panduan Penulisan Tes
Tertulis Implementasi Kurikulum 2004, Tes yaitu sehimpunan pertanyaan
yang harus dijawab atau pernyataan-pernyataan yang harus dipilih,
ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh orang yang dites
(testee) dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu dari testee.11
Berdasarkan sistem penskoran jenis tes dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
b. Tes Objektif
Tes objektif memiliki arti siapa saja yang memeriksa lembar
jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama. Skor tes ditentukan
oleh jawaban yang diberikan oleh peserta tes. “Tes objektif adalah tes
yang penskorannya bersifat objektif, yaitu hanya dipengaruhi oleh
objek jawaban atau respons yang diberikan oleh peserta tes”.12 Secara
umum ada tiga tipe tes objektif, yaitu: benar salah (true false),
menjodohkan (matching), dan pilihan ganda (multiple choice).
9
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm.
67.
10
S. Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolahan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 50.
11
Sumarna Surapranata, Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi
Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 19.

12
S. Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolahan , hlm.55.

4
1) Benar salah (true false)
“Benar salah adalah tes yang butir soalnya terdiri dari
pernyataan yang disertai dengan alternatif jawaban yaitu
jawaban atau pernyataan yang benar dan yang salah”.
2) Menjodohkan (matching)
Tipe tes menjodohkan yaitu Butir soal ditulis dalam dua
kolom atau kelompok. Kelompok pertama disebelah kiri adalah
pertanyaan / pernyataan atau premis. Kelompok kedua di sebelah
kanan adalah kelompok jawaban.13 Tugas peserta tes adalah
mencari dan menjodohkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai
dengan pernyataan.
3) Pilihan ganda (multiple choice)
“Tes pilihan ganda adalah tes dimana setiap butir soal
memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari dua. Jumlah
alternatif jawaban berkisar antara 3 (tiga) atau 5 (lima)”.
Berdasarkan beberapa alternatif jawaban yang ditampilkan testee
hanya diperkenankan memilih satu jawaban.
c. Tes Subjektif / Non objektif
“Tes subjektif merupakan tes yang penskorannya dipengaruhi
oleh jawaban peserta tes dan pemberi skor”.14 Jawaban yang sama
dapat memiliki skor yang berbeda oleh pemberi skor yang berlainan.
Ciri-ciri tes subjektif yaitu didahului dengan kata-kata seperti:
uraikan, jelaskan, bandingkan, mengapa, bagaimana, simpulkan, dan
sebagainya.

13
S. Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolahan, ,
hlm.97.

14
S. Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolahan, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2014), hlm.57.

5
2. Tes Objektif (Pilihan Ganda dan Isian Singkat)
a. Pilihan Ganda
Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan
dan ketelitian. Menuliskan pengecohnya merupakan hal yang paling sulit
dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan ganda. Pengecoh yang baik
adalah pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan serta
panjang pendeknya relatif sama dengan kunci jawaban, oleh karena itu
untuk memudahkan dalam penulisan soal bentuk pilihan ganda maka dalam
penulisannya perlu mengikuti langkah-langkah berikut. Langkah pertama
adalah menuliskan pokok soalnya, langkah kedua menuliskan kunci
jawabannya, langkah ketiga menuliskan pengecohnya. Pengelolaan,
perbaikan, dan perkembangan soal untuk mempermudahnya, maka soal
ditulis di dalam format kartu soal dan setiap satu soal ditulis di
dalam satu format.
Membuat kalimat pengecoh dalam pembuatan soal pilihan ganda
yang baik yaitu membuat kalimat pengecoh yang tingkat kerumitannya
atau tingkat kesederhanaan serta panjang pendeknya relatif sama dengan
jawaban, untuk memudahkan dalam penulisan bentuk soal pilihan ganda
dapat mengikuti langkah-langkah seperti : Menuliskan pokok soal,
menuliskan kunci jawaban, setelah itu menuliskan pengecohnya. Selain itu,
pengecoh dapat dikatakan baik dan berfungsi jika mampu mengecoh atau
menyesatkan mereka yang kurang menguasai materi pelajaran yang
menjadi pertanyaan. Sebaliknya pengecoh tidak berfungsi jika secara
keseluruhan peserta tes tidak ada yang memilih.15
Berikut merupakan hal-hal yang harus diperhatikan ketika
menyusun pengecoh :
1) Pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
Artinya apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya

15
Syahriandi, Kualitas Butir Soal Ujian dari Segi Bahasa (Analisis Kualitatif Butir
Soal), Vol 8, No 1, Juni 2017, ISSN 2086-1397

6
tidak diperlukan, maka rumusan atau pernyataan itu dihilangkan
saja.
2) Pilihan jawaban harus homogeny dan logis ditinjau dari segi materi.
Artinya, semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang
sama seperti yang ditanyakan oleh pokok soal, penulisannya harus
setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi.
1) Panjang rumusan pilihan harus relatif sama. Kaidah ini diperlukan
karena adanya kecenderungan peserta didik memilih jawaban yang
paling panjang karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu
lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.
2) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan
jawaban di atas salah” atau “semua pilihan jawaban di atas benar”.
Artinya dengan adanya pilihan jawaban seperti ini, maka secara
materi pilihan jawaban berkurang satu karena pernyataan itu bukan
merupakan materi yang ditanyakan dan pertanyaan menjadi tidak
homogeny.
3) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologi.
Artinya pilihan jawban yang berbentuk angka harus disusun dari
nilai angka paling kecil berurutan sampai nilai angka yang paling
besar, dan sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban yang
menunjukkan waktu harus disusun secara kronoligis.
Penulisan butir soal pilihan ganda PAI (Pendidikan Agama Islam)
memerlukan perhatian khusus untuk memastikan bahwa soal yang
diberikan sesuai dengan pedoman kisi-kisi dan memenuhi syarat kisi-kisi
yang baik. Berikut adalah langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam
penulisan butir soal pilihan ganda PAI:16

Departemen Pendidikan Nasional. Panduan Penulisan Butir Soal. Direktorat


16

Pembinaan Sekolah Menengah Atas.(2008)

7
Memahami pedoman kisi-kisi: Guru harus memahami pedoman
kisi-kisi yang ditetapkan oleh badan pendidikan untuk mata pelajaran PAI.
Pedoman ini menjelaskan tentang jenis institusi, program/jurusan, bidang
studi/mata pelajaran, tahun ajaran, kurikulum yang diacu/dipergunakan,
jumlah soal, bentuk soal, dan indikator yang akan disusun.
1) Membuat soal yang sesuai dengan indikator: Guru harus
menggunakan indikator yang telah ditetapkan sebagai dasar untuk
menciptakan soal. Indikator ini harus jelas, rinci, dan mudah
dipahami.
2) Membuat soal yang sesuai dengan bentuk soal: Guru harus
memahami bentuk soal yang diperlukan, seperti soal pilihan ganda,
soal pilihan ganda dengan kunci jawaban, atau soal pilihan ganda
dengan rumusan kalimat.
3) Membuat soal yang sesuai dengan kompetensi dasar: Guru harus
memahami kompetensi dasar yang harus dikuasai mahasiswa
setelah mempelajari materi pelajaran tertentu. Kompetensi ini
diambil dari kurikulum.
4) Membuat soal yang sesuai dengan materi yang akan diberikan:
Guru harus memahami materi yang akan diberikan/dijadikan soal.
5) Membuat soal yang sesuai dengan kisi-kisi yang baik: Guru harus
membuat soal yang sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang
ditetapkan. Komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah
dipahami.
6) Membuat soal yang sesuai dengan kriteria jawaban: Guru harus
membuat soal yang sesuai dengan kriteria jawaban yang telah
ditetapkan. Kriteria jawaban harus dibuat sedemikian rupa sehingga
pendapat yang berbeda dapat diterima.
7) Membuat soal yang sesuai dengan kemungkinan jawaban benar:
Guru harus membuat soal yang sesuai dengan kemungkinan
jawaban benar yang telah ditetapkan. Setiap kata kunci diberi skor

8
1, dan skor maksimum merupakan penjumlahan dari kata-kata
kunci yang diperlukan.
8) Membuat soal yang sesuai dengan garis besar jawaban: Guru harus
membuat soal yang sesuai dengan garis besar jawaban atau kriteria
jawaban agar dapat dijadikan pegangan guru dalam memberi skor.
9) Membuat soal yang sesuai dengan kesukaran soal dan daya
pembeda: Guru harus membuat soal yang sesuai dengan tingkat
kesukaran soal dan daya pembeda yang telah ditetapkan.
10) Membuat soal yang sesuai dengan kunci jawaban atau kriteria
jawaban: Guru harus membuat soal yang sesuai dengan kunci
jawaban atau kriteria jawaban serta pedoman pensekorannya, segera
setelah butir soal ditulis
Butir tes pilihan ganda mempunyai beberapa type, adapun
beberapa tipe dari butir tes pilihan ganda yaitu sebagai berikut : (1) pilihan
ganda biasa, (2) pilihan ganda analisis hubungan antar hal, (3) pilihan
ganda analisis kasus, (4) pilihan ganda kompleks, (5) pilihan ganda semua
jawaban benar (the best answer), dan (6) pilihan ganda menggunakan
gambar, diagram, grafik, atau tabel.17
Adapun contoh format penulisan butir soal pilihan ganda adalah
sebagai berikut :

17
Ambiyar. Pengukuran & Tes dalam Pendidikan.(Padang: UNP Press, 2011), hal 36

9
b. Tes Isian (Completion Test)
Completion tes biasa disebut dengan tes isian, tes menyempurnakan
atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada
bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan ini adalah
pengertian yang kita minta dari murid. Ada juga completion test yang tidak
berbentuk kalimat-kalimat pendek, kalimat-kalimat berangkai dan memuat
banyak isian.18
Tes isian singkat ini juga disebut dengan soal jawab singkat adalah
butir soal berbentuk pernyataan yang dapat dijawab dengan satu kata, satu
frasa, satu angka atau satu formula. Butir soal tipe ini termasuk salah satu
tipe yang paling mudah dikonstruksi. Hal ini terutama disebabkan oleh butir
soal ini hanya akan mengukur hasil belajar yang sederhana, yaitu bersifat
ingatan.
Ada dua keterbatasan utama butir soal tipe jawaban pendek ini, yaitu
tidak dapat mengukur hasil belajar yang kompleks dan sulit dinilai. Karena
sifatnya yang sederhana, maka butir soal tipe ini hanya menghasilkan
respons singkat yang sederhana. Respon singkat yang seperti itu tidak
memungkinkan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks.
Kebanyakan hanya terbatas pada hasil belajar yang bersifat ingatan, dan
paling tinggi hanya bersifat pemahaman
1) Ciri-ciri tes isian
Adapun ciri-ciri dari test isian adalah sebagai berikut:
a) Terdiri atas susunan kalimat yang bagian-bagiannya sudah
dihilangkan,
b) Bagian-bagian yang dihilangkan itu diisi dengan titik-titik (…..),

18
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta :Bumi
Aksara, 2009).

10
c) Titik-titik itu harus dilengkapi/diisi/disempurnakan oleh pengisi
dengan jawaban.
2) Kelebihan dan kelemahan tes isian
Kelebihan dari tes isian adalah:
a) Masalah yang diujikan tertuang secara keseluruhan dalam konteksnya.
b) Mencakup lingkup materi yang lebih banyak
c) Dapat diskor dengan mudah, depat,dan objektif
d) Butir-butir item tes ini berguna sekali untuk mengungkap pengetahuan
secara bulat atau utuh mengenai suatu hal atau suatu bidang.
e) Cara penyusunan itemnya mudah.
Sedangkan kelemahannya adalah:
a) Cenderung lebih banyak mengungkap aspek pengetahuan dan
pengenalan saja.
b) Sifatnya kurang komprehensif, sebab hanya dapat mengungkap
sebagian saja dari bahan yang seharusnya diteskan.
c) Cenderung mengukur level kemampuan rendah.
d) Terbuka peluang untuk bermain tebak terka.
3) Petunjuk Penyusunan
Dalam menyusun tes isian hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:
a) Rumusan butir soal harus sesuai dengan kemampuan (kompetensi dasar
dan indikator).
b) Rumusan butir soal harus menggunakan bahasa yang baik, kalimat
singkat, dan jelas sehingga mudah dipahami.
c) Jawaban yang dituntut oleh butir yang berupa kata, frase, angka, simbol,
tahun,tempat, dan sejenisnya harus singkat dan pasti.
d) Menggunakan bentuk kalimat tanya akan lebih baik daripada
menggunakan kalimat berita.
e) Pertanyaan sedemikian rupa sehingga jawaban yang muncul dapat
disampaikan sesingkat mungkin, kalau perlu hanya dijawab dengan satu
kata lebih baik.

11
f) Apabila lembar jawaban ingin dijadikan satu soal dengan lembar soal,
sebaiknya disediakan kolom jawaban yang terpisah dengan soalnya.
g) Hindarkan penggunaan susunan kalimat yang persis dalam buku teks.
h) Hindari rumusan butir soal yang mengandung petunjuk kepada kunci
jawaban.
i) Pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga hanya ada satu jawaban
yang benar.
j) Bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya satu bagian
dalam ratio butir soal, dan paling banyak dua bagian.
k) Diusahakan semua tempat kosong sama panjang.
l) Tidak mulai dengan tempat kosong.
4) Contoh Tes Isian
Berikut adalah contoh soal tes isian pada sekolah dasar kelas tinggi:
a) Orang yang gemar melakukan perbuatan dosa disebut………
b) Nabi dan Rasul yang menerima kitab suci Taurat adalah…….
c) Nabi yang terkenal kesabarannya yang luar biasa ketika ditimpa ujian
dari Allah SWT adalah ………..
d) Setelah membaca surat alfatihah dalam sholat kemudian dianjurkan
membaca…………..dan setelah itu melakukan gerakan……….

Berikut tampilan kesesuaian butir tes dengan mengacu indicator soal yang
telah ditetapkan:

12
3. Tes Non-Objektif / Subjektif (Isian dan Uraian)
Tes Non Objektif atautTes uraian yaitu sebuah tes yang pertanyannya
membutuhkan jawaban peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan dan
menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya
yang berbeda satu dengan yang lainnya. Hal inilah yang kemudian akan
memunculkan subjektivitas dalam diri evaluator untuk memberikan penilaian. 19
Bentuk uraian sering juga disebut bentuk subjektif, karena dalam
pelaksanaannya sering dipengaruhi oleh faktor subjektifitas guru. Tes ini cocok
digunakan untuk bidang studi ilmu-ilmu sosial. Bentuk tes uraian terbagi menjadi
dua macam, yaitu:
b. Uraian terbatas
Tes ini merupakan bentuk tes uraian yang memberi batasan-batasan atau
rambu-rambu tertentu kepada peserta tes dalam menjawab soal tes. Batasan
atau rambu tersebut mencakup format, isi, dan ruang lingkup jawaban. Jadi,
soal tes uraian terbatas itu harus menentukan batas jawaban yang dikehendaki.
Batasan itu meliputi konteks jawaban yang diinginkan, jumlah butir jawaban
yang dikerjakan, keluasan uraian jawaban, dan luas jawaban yang diminta.20

19
M. Chabib Toha, Teknik Evaluasi Pendidikan, Cet Ketiga (Jakata; PT Raja Grafindo
Persada, 1996), hlm. 55
20
S Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis bagi
Pendidikan dan Calon Pendidikan, Cet. Keenam, (Yogyakarta: Pustaka pelajaran, 2014),
hlm. 80

13
Peserta didik diberi kebebasan untuk menjawab soal yang ditanyakan
namun arah jawabannya dibatasi sehingga kebebasan tersebut menjadi bebas
yang terarah.
Contoh:21
1) Sebutkan lima ciri anak sholeh!
2) Sebutkan lima rukun Islam!
c. Uraian Bebas
Peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara sistematika
sendiri. Bebas mengungkapakan pendapat sesuai dengan kemampuannya.
Namun guru tetap harus mempunyai acuan atau patokan dalam mengoreksi
jawaban peserta didik.
Contoh :
1) Bagaimana peranan guru agama dalam pendidikan?
2) Jelaskan perkembangan islam di Indonesia!
Tes non-objektif memiliki kelebihan dan kekuranagan. Kelebihan dari
tes ini yaitu: 1) Tes dapat dibuat dengan cepat dan mudah, 2) mendorong siswa
untuk berani mengemukakan pendapat dengan gaya bahasa sendiri dan
menyusun kalimat dalam bentuk yang bagus, dan 3) untuk mengukur tingkat
pemahaman siswa. Sedangkan kelemahan dari tes ini yaitu: kurang bisa
mencakup isi materi keseluruhan, 2) Kadar validitas dan reliabilitas rendah
karena pengetahuan siswa yang betul-betul dipahami sulit diketahui, 3) Cara
memeriksanya banyak dipengaruhi unsur- unsur subyektif dan membutuhkan
waktu yang lama untuk mengoreksi. 22
Cara penyusunan tes non-objektif yaitu: 1) Butir-butir soal tes uraian
dapat mencakup materi yang telah diajarkan dan sesuai dengan indikator, 2)
Penyusunan kalimat soal sebaiknya berlainan dengan kalimat yang ada di buku
namun mengandung arti yang sama, 3) kalimat soal disusun secara ringkas,
padat, dan jelas sehingga mudah dipahami peserta didik, 4) Menyusun jawaban

21
Zainal Arifin, Evaluasi………, hal. 137
22
Doni, Sindu, etc., Evaluasi Pendidikan, (Denpasar: BETA), hal. 58.

14
yang dikehendaki pembuat soal (guru) untuk pedoman jawaban yang betul dan
untuk mengurangi faktor subyektifitas, dan 5) Membuat pedoman dalam
menjawab tes.23
D. PENUTUP
Dalam dunia pendidikan, tes adalah cara pengukuran dan penilaian di bidang
pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas-tugas baik berupa pertanyaan
atau perintah, sehingga menghasilkan nilai yangmelambangkan prestasi
peserta didik. langkah-langkah menyusun tes, terdapat beberapa tahapan,
antara lain: merumuskan tujuan tes, mengidentifikasi hasil belajar yang akan
diukur dengan tes itu, menandai hasil belajar yang spesifik, merinci mata
pelajaran yang akan diukur dengan tes itu, menyiakan tabel spesfikasi dan
menggunakan tabel spesifikasi tersebut sebagai dasar penyusunan tes.

E. DAFTAR PUSTAKA
Arifin Zainal, Evaluasi Pembelajaran,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya:
2012), hal. 117. Kusaeri dan Mochamad Zaenal Muttaqin ,
“Pengembangan Instrumen Tes Tertulis Bentuk Uraian untuk
Pembelajaran PAI Berbasis Masalah Materi Fiqih”, Jurnal Pemikiran
dan Penelitian Pendidikan,Vol. 15, No. 1, Juni 2017, hal. 2

23
Ibid.., hal. 60.

15
Putra Rizema Sitiatava, Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja,
(Yogyakarta: Diva Press,2013), hal. 22.
Sudijono Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta: Rajawali Press,
2011), hal. 65.
Rahmawati,dan Yusrizal, Pengembengan Instrumen Afektif dan Kuesioner,
(Yogyakarta: PaleMedia Prima, 2022), hal. 2.
Supriyadi, Pengembangan Instrumen Penelitian dan Evaluasi Konsep, Teknik
Penyusunan,Uji Validitas dan Realibilitas,(Pekalongan: PT Nasya Expanding
Management, 2020), hal. 5
Sudijono Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers,
2009), hlm. 66.
Arikunto Suharsimi , Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi),
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 53.
Sudijono Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers,
2009), hlm. 67.
Widoyoko Putro Eko S., Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolahan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 50.
Surapranata Sumarna, Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi
Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 19.
Toha Chabib .M, Teknik Evaluasi Pendidikan, Cet Ketiga (Jakata; PT Raja
Grafindo Persada, 1996), hlm. 55
Widoyoko Putro Eko S, Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis
bagi Pendidikan dan Calon Pendidikan, Cet. Keenam, (Yogyakarta:
Pustaka pelajaran, 2014), hlm. 80
Arifin Zainal, Evaluasi………, hal. 137
Sindu Doni, , etc., Evaluasi Pendidikan, (Denpasar: BETA), hal. 58.
Departemen Pendidikan Nasional. Panduan Penulisan Butir Soal. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Atas.(2008)
Ambiyar. Pengukuran & Tes dalam Pendidikan.(Padang: UNP Press, 2011),

16

Anda mungkin juga menyukai