DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
ANGGOTA:
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PEMBAHASAN
Teknik Non tes merupakan cara pengumpulan data tidak menggunakan alat-alat
baku, dengan demikian tidak bersifat mengukur dan tidak diperoleh angka-angka sebagai
hasil pengukuran. Teknik ini hanya bersifat mendeskripsikan atau memberikan gambaran,
hasilnya adalah suatu deskripsi atau gambaran. Terhadap gambaran-gambaran yang
diperoleh dapat dibuat interpretasi, penyimpulan-penyimpulan bahkan dengan kualifikasi
tertentu. Dengan Teknik Non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik
dilakukan dengan tanpa “menguji” peserta didik, melainkan dilakukan dengan melakukan
beberapa jenis teknik non tes. Teknik non tes ini pada umumnya memegang peranan yang
penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik daris segi ranah sikap
hidup (effective domain) dan ranah keterampilan (psychomotoric domain), sedangkan
teknik tes sebagaimana telah dikemukakan sebelum ini, lebih banyak digunakan untuk
mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses berfikirnya (cognitive
domain).
Dilihat dari kata yang menyusunya, maka non tes dapat kita artikan sebagai teknik
penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan tes. Sehingga teknik ini dilakukan lewat
pengamatan secara teliti dan tanpa menguji peserta didik. Non tes biasanya dilakukan
untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang
berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari apa
yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain, instrument ini berhubungan dengan
penampilan yang dapat diamati dari pada pengetahuan dan proses mental lainnya yang
tidak dapat diamati dengan panca indra (Widiyoko : 2009).
A. Angket (Questionnaire)
Pada dasarnya, angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh
orang yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau
kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai
latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku
dan proses belajar mereka. Hal ini juga disampaikan oleh Yusuf (dalam Arniatiu, 2010)
yang menyatakan kuisioner adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan
objek yang dinilai dengan maksud untuk mendapatkan data.
Selain itu, data yang dihimpun melalui angket biasanya juga berupa data yang
berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti
pelajaran. Misalnya: cara belajar, bimbingan guru dan orang tua, sikap belajar dan lain
sebagainya. Angket pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah
afektif. Angket dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau skala sikap.
c. Tertutup dan terbuka, kuesioner ini merupakan gabungan dari kedua bentuk
yang telah dibicarakan. Yang berarti bahwa dalam bentuk ini, disamping
disediakan alternative, diberi juga kesempatan keoada siswa/mahasiswa untuk
mengemukakan alternative jawabannya sendiri, apabila alternative yang
disediakan tidak sesuai dengan keadaan yang bersangkutan.
b. Kuesioner tidak langsung, yaitu kuesioner yang diisi oleh orang lain, (orang
yang tidak diminta keterangannya).
4) Kuesioner dari sisi bagaimana kuesioner itu diadministrasikan pada responden dapat
dibedakan atas 2, yaitu :
Ada beberapa hal yang menjadi kelebihan angket sebagai instrument evaluasi,
diantaranya yaitu:
1) Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak
yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
1) Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada
hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali
Petunjuk yang lebih teknis dalam membuat kuesioner adalah sebagai berikut :
d. Isi pertanyaan sebaiknya dibuat beberapa kategori atau bagian sesuai dengan
variabel yang diungkapkan sehingga mudah mengolahnya.
f. Hubungan antara pertanyaan yang satu dengan yang lain harus dijaga sehingga
tampak logikanya dalam satu rangkaian yang sistematis.
g. Usahakan kemungkinan agar jawaban, kalimat, atau rumusannya tidak lebih
panjang dari pertanyaan.
h. Kuesioner yang terlalu banyak atau terlalu panjang akan melelahkan dan
membosankan responden sehingga pengisiannya tidak akan objektif lagi.
i. Ada baiknya kuesioner diakhiri dengan tanda tangan si pengisi untuk menjamin
keabsahan jawabannya.
Kuesioner sebagai alat evaluasi juga sangat berguna untuk mengungkap latar
belakang orang tua peserta didik maupun peserta didik itu sendiri, dimana data yang
berhasil diperoleh melalui kuesioner itu pada suatu saat akan diperlukan, terutama apabila
terjadi kasus-kasus tertentu yang menyangkut diri peserta didik.
B. Pengamatan (Observation)
Pengamatan observasi adalah suatu tehnik yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena
yang dijadikan objek pengamatan. Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan
untuk menilai tingkahlaku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat
diamati. Observasi yang dapat menilai atau mengukur hasil belajar adalah tingkah laku
para siswa ketika guru sedang mengajar.
1) Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.
3) Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa
dapat menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga
kemampuan siswa dalam mengumpulkan data.
Jenis-jenis Observasi
Observasi sebagai alat penilain nontes, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:
3) Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh
dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket.
1) Merumuskan tujuan
2) Merumuskan kegiatan
3) Menyusun langkah-langkah
4) Menyusun kisi-kisi
Langkah yang ditempuh dalam membuat pedoman observasi langsung adalah sebagai
berikut :
Lakukan terlebih dahulu observasi langsung terhadap suatu proses tingkah laku,
misalnya penampilan guru di kelas. Lalu catat kegiatan yang dilakukannya dari awal
sampai akhir pelajaran. Hal ini dilakukan agar dapat menentukan jenis perilaku guru pada
saat mengajarkan sebagai segi-segi yang akan diamati
Bila ada hal khusus yang menarik,tetapi tidak ada dalam pedoman observasi,
sebaiknya diadakan catatan khusus atau komentar pengamat di bagian akhir pedoman
observasi.
C. Wawancara
Dari pengertian tersebut kita dapat simpulkan bahwa wawancara adalah suatu teknik
pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber. Komunikasi
tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak
langsung (menggunakan alat komunikasi).
Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat dalam evaluasi, yaitu:
Dalam melaksanakan wawancara, ada beberapa hal yang harus diperhatikan evaluator
dalam pelaksanaan wawancara antara lain ; evaluator harus mendengar, mengamati,
menyelidiki, menanggapi, dan mencatat apa yang sumber berikan. Sehingga informasi
yang disampaikan oleh narasumber tidak hilang dan informasi yang dibutuhkan dapat
ditangkap dengan baik. Selain itu evaluator harus meredam egonya dan melakukan
pengendalian tersembunyi. Kadang kala banyak evaluator yang tidak dapat meredam
egonya sehingga unsur subyektivitas muncul pada saat menganalisis hasil wawancara
yang telah dilaksanakan.
1) Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau
situasi dan kondisi tertentu.
3) Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
2) mengetahui perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, tidak suka atau perilaku
lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh sumber
4) Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh sumber yang telah
ditetapkan
2) dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan bertanya dan kesalahan dalam
menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi
b. Berdasarkan tujuan di atas tentukan aspek-aspek yang akan diungkap dari wawancara
tersebut. Aspek-aspek tersebut dijadikan dasar dalam menyusun materi pertanyaan
wawancara.
c. Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, yakni bentuk berstruktur atau
bentuk terbuka
d. Buatlah pertanyaan wawancara sesuai dengan analisis butir (c) di atas, yakni
membuat pertanyaan yang berstruktur atau yang bebas
e. Ada baiknya apabila dibuat pula pedoman mengolah dan menafsirkan hasil
wawancara.
Ini adalah salah satu tehnik non tes dengan menggunakan data pribadi seseorang
sebagaibahan informasi penelitian. Dengan mempelajari riwayat hidup maka subjek
evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan sikap
dari objek yang dinilai.
Beberapa informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan lingkungannya itu
bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap
bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta.
Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus menerus
untuk melihat perkembangannya (Djamarah : 2000). Misalnya peserta didik yang sangat
cerdas, sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal, atau kesulitan dalam belajar. Untuk itu
guru menjawab tiga percayaan inti dalam studi kasus, yaitu:
Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan, dan penelitian. Studi ini
menyangkut integrasi dan penggunaan data yang komprehensif tentang peserta didik
sebagai suatu dasar untuk melakukan diagnosis dan mengartikan tingkah laku peserta
didik tersebut. Dalam melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan
data dari berbagai sumber dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data.
Salah satu alat yang digunakan adalah depth-interview , yaitu melakukan wawancara
secara mendalam, jenis data yang diperlukan antara lain, latar belakang kehidupan, latar
belakang keluarga, kesanggupan dan kebutuhan, perkembangan kesehatan, dan
sebagainya. Namun, seperti halnya alat evaluasi yang lain, studi kasus juga mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah dapat mempelajari seseorang secara
mendalam dan komprehensif, sehingga karakternya dapat diketahui selengkap-
lengkapnya. Sedangkan kelemahannya adalah hasil studi kasus tidak dapat
digeneralisasikan, melainkan hanya berlaku untuk peserta didik itu saja.
F. Skala Sikap
Untuk mengukur sikap, dapat dilakukan dengan menggunakan skala sikap yang
dikembangkan oleh Likert. Ada 2 bentuk pertanyaan yang menggunakan skala Likert ini
yaitu :
Dari uraian tersebut dapatlah dipahami, bahwa dalam rangka evaluasi hasil belajar
peserta didik, evaluasi itu tidak harus semata-mata dilakukan dengan menggunakan alat
berupa tes-tes hasil belajar. Teknik-teknik nontes juga menempati kedudukan yang
penting dalam rangka evaluasi hasil belajar, lebih-lebih evaluasi yang berhubungan
dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti persepsinya terhadap mata pelajaran
tertentu, persepsinya terhadap guru, minatnya, bakatnya, tingkah laku atau sikapnya dan
sebagainya, yang kesemuanya itu tidak mungkin dievaluasi dengan menggunakan tes
sebagai alat pengukurnya.
Langkah-langkah dalam pengembangan instrumen non tes (dilihat dari afektif dan
psikomotor):
2) Menulis instrument
4) Menentukan penskoran
5) Menelaah instrument
8) Melaksanakan pengukuran