Daftar Pustaka : Ratna Widiastuti. 2010. “Asessmen Intrumen Untuk Melakukan Asesmen dalam
Bimbingan dan Konseling”.
Secara garis besar terdapat dua rumusan tentang pengertian observasi, yaitu pengertian secara
sempit dan luas. Dalam arti sempit, observasi berarti pengamatansecara langsung terhadap gejala yang
diteliti, Dalam arti luas, observasi meliputi pengamatan yang dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung terhadap obyek yang sedang diteliti. Dalam rumusan di atas ada satu kata kunci yaitu
”pengamatan”. Dilihat dari segi psikologi, istilah ”pengamatan” tidak sama dengan melihat, sebab melihat
hanya dengan menggunakan penglihatan (mata); sedang dalam istilah pengamatan terkandung makna
bahwa dalam melakukan pemahaman terhadap subyek yang diamati dilakukan dengan menggunakan
pancaindra yaitu dengan penglihatan, pendengaran, penciuman, bahkan bila dipandang perlu dengan
penggunakan pencecap dan peraba.
Proses pengamatan, dalam melakukan observasi harus dilakukan dengan penuh perhatian (attention).
Kegiatan observasi bukan hanya proses fisik tetapi juga proses psikis, bahwa ketika seseorang melakukan
observasi, bukan hanya kegiatan melihat, mendengar, mencium saja yang berjalan; tetapi lebih dari itu
adalah melihat, mendengar, dan mencium yang disertai dengan pemusatan perhatian, aktivitas, dan
kesadaran terhadap obyek atau gejala-gejala tertentu yang sedang diobservasi. Observasi harus dilakukan
secara sistematis dan bertujuan.
Gall dkk (2003 : 254) memandang observasi sebagai salah satu metode pengumpulan data dengan cara
mengamati perilaku dan lingkungan (sosial dan atau material) individu yang sedang diamati. Gibson, R.L.
& Mitchell. M.H (1995 : 260) memandang observasi sebagai teknik yang bisa dimanfaatkan untuk
memilah-milah derajat dalam membuat konklusi tentang orang lain, meskipun diakui bahwa penggunaan
observasi juga perlu dilengkapi dengan metode lain dalam penilaian manusia.
Pada pelaksanaan pengamatan, dikenal beberapa jenis pengamatan yang dapat digolongkan dasi segi
keterlibatan peranan observer, yaitu pengamatan partisipasi (participant abservation), pengamatan
nonpartisipasi (nonparticipant observation), pengamatan kuasi partisipasi, sedangkan dari segi
perencanaan dapat digolongkan pada, yaitu: pengamatan sistematis atau tersruktur (systematic or
structured observation) dan pengamatan nonsistematis atau tidak terstruktur, selain itu observasi juga
dapat digolongkan dari situasinya, yaitu : situasi bebas (free situation/uncontrolled situation), situasi yang
dimanipulasi (manipulated situation/experimental situation) dan percampuran antara dua situasi ( partially
controlled situation observation).
Langkah-langkah Observasi :
Cara merancang observasi pengamatan meliputi penyusunan pedoman pengamatan, pelaksanaan
pengamatan dan melakukan analisis hasil pengamatan
1. Penyusunan pedoman pengamatan
Sebelum melakukan pengamatan, konselor perlu merancang pedomannya agar proses pengamatan tetap
terarah dan data yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Langkah penyusunan pedoman pengamatan yaitu:
a. Menetapkan tujuan pengamatan
b. Menetapkan bentuk format pencatat hasil pengamatan sesuai tujuan
c. Membuat format pencatat hasil pengamatan, apakah akan digunakan catatan anekdot atau skala
penilaian(penilaian numerik, skala penilaian grafis dan daftar cek). Untuk mendapat gambaran tentang
prosedur pembuatan , lakukan sesusai dengan langkah-langkah pembuatan dan contoh format pencatatan
hasil pengamatan.
d. Melakukan uji coba pedoman pengamatan. Untuk memperoleh data yang objektif, maka setelah
pedoman pengamatan selesai disusun, perlu dilakukan uji coba pengamatan, Langkah ini juga untuk
mengetahui apakah skala penilaian yang akan digunakan reliabel atau tidak.
2. Pelaksanaan pengamatan
Pada saat konselor melakukan pengamatan, perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini.
a. Menetapkan peserta didik yang aka diamati (subjek pengamatan) sesuai tujuan.
b. Menetapkan jadwal dan tempat pengamatan
c. Menetapkan jumlah peserta didik yang akan diamati
d. Menetapkan jumlah konselor yang akan berfungsi sebagai pengamat.
e. Mempersiapkan format pencatat hasil dan alat perekam gambar sesuai kebutuhan.
f. Mengambil posisi yang tidak diketahui subjek pengamatan, sehingga kehadiran pengamat tidak
menarik perhatian subjek. Kemudian melaksanakan pengamatan,
g. Selama proses pengamatan, konselor harus melakukan pemusatan perhatian pada situasi dan tingkah
laku yang diamati. Setiap pengamat harus mencatat segera dengan cermat dan teliti setiap tingkah laku
dan situasi yang terjadi saat tingkah laku muncul seperti apa adanya, pada format pencatatan hasil
pengamatan yang sudah disiapkan atau melakukan perekaman tanpa diketahui peserta didik yang diamati.
Untuk menjaga validitas hasil pengamatan pada saat melakukan pencatatan, konselor sebagai pengamat
tidak memasuka pendapat, pandangan ,dan penilaian apapun terhadap situasi dan tingkah laku yang
diamati.Hasil pengamatan perlu didokumentasikan untuk menjaga kerahasiaan dan data hanya akan
digunakan untuk kepentingan proses membantu peserta didik.
h. Menutup pengamatan dengan membuat kesimpulan hasil pengamatan bersama dengan seluruh
pengamat
3. Analisis hasil pengamatan
a. Hasil pencatatan atau perekaman proses pengamatan yang dilakukan oleh setiap pengamat
dikumpulkan
b. Setiap pengamat melakukan penskoran dan membuat deskripsi hasil pengamatannya.
c. Hasil pencatatan dan perekaman seluruh pengamat peserta didik, diidentifikasi dan dikelompokkan
sesuai dengan pokok-pokok tingkah laku yang diamati dan pencapaian tujuan yang ditetapkan. Ini
dilakukan dalam tim pengamat.
d. Kemudian secara bersama-sama melakukan analisi dan sintesa hasil pengamatan dan menarik
kesimpulan, sehingga memperkecil kemungkinan terjadi bias hasil dan menjaga objektivitas hasil
pengamatan
D. Pedoman Observasi
Penyusunan skala penilaian perlu dilakukan dengan tepat agar benar-benar menggambarkan kriteria
tingkah laku atau sifat-sifat peserta didik yang akan diamati. Adapun langkah-langkah pembuatan skala
penilaian, dapat dilihat berikut ini:
1. Menetapkan tujuan
2. Mengidentifikasi tem atau kriteria yang akan digunakan.
3. Melakukan identifikasi deskriptor dari setiap kriteria yang telah ditetapkan
4. Mengidentifikasi proses evaluasi (menetapkan klasifikasi penilaian yang digunakan, banyaknya
interval skala, menetapkan evaluator, menyediakan kolom komentar, dsb)
5. Membuat format skala penilaian
6. Membuat pedoman pengisian yang jelas
Contoh langkah penyusunan skala penilaian numerik:
1. Tujuan : mengidentifikasi potensi peserta didik Drop out
2. Kriteria yang akan diamati;
(a) Minat di sekolah
(b) Relasi dengan teman sebaya
(c) Relasi dengan guru
(d) Gaya dalam memecahkan masalah
3. Membuat deskriptor dari setiap kriteria.
(a) Minat di sekolah, antara lain, perhatian di kelas, partisipasi pada kegiatan kelas, kesiapan untuk
belajar
(b) Relasi dengan sebaya, antara lain frekuensi dan kebiasaan interaksi, sikap teman, persahabatan
dengan sebaya
(c) Relasi dengan guru, antara lain, frekuensi dan kebiasaan interaksi, sikap terhadap guru, sikap guru.
(d) Gaya pemecahan masalah antara lain keterampilan mengatasi masalah, dapat mengatasi frustasi dan
kegagalan, kebiasaan saat bekerja, dsb.
E. Alat Pencatat Observasi
Pada pengamatan ada beberapa alat pencatat yang digunakan sesuai dengan tujuannya, adapun beberapa
alat pencatat observsi adalah catatan anekdot dan skala penilaian.
1. Catatan anekdot
Merupakan alat pencatat pengamatan yang dapat digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan
tingkah laku atau ucapan yang didengar dari individu atau kelompok yang diamati pada suatu konteks
kejadian dalam situasi seperti apa adanya.
2. Skala penilaian
Format skala penilaian memiliki beberapa tipe, antara lain skala penilaian numerik skala penilaian grafis
dan skala penilaian grafis.
(a) Skala penilaian numerik : menggunakan gradai skor angka mulai dari yang paling rendah sampai yang
paling tinggi.Skala angka yang digunakan dapat memiliki rentang lima sampai tujuh, yang diikuti dengan
penjelasan singkat tentang tingkatan penilaian tingkah laku atau sifat yang akan diamati.
(b) Skala penilaian grafis : merupakan format skala yang menggunakan suatu garis kontinum. Dimana
titik gradasi ditunjukan pada garis dengan menyajikan rangkaian deskripsi singkat dibawah garisnya.
(c) Daftar cek berisi aspek-aspek yang mungkin terdapat pada situasi, tingkah laku, maupun kegiatan
peserta didik yang menjadi pusat perhatian. Penyusunan alat ini direncanakan dengan sistematis, dan
sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Bentuknya berupa format yang efesien dan efektif, dapat
diperiksa validitas dan reliabilitasnya, bersifat kuantitatif, dan hasilnya diolah sesuai tujuannya
Daftar Pustaka : Komalasari, Gantina dkk. 2011. Asesmen Teknik Non Tes dalam Perspektif BK
Komprehensif. Jakarta : PT Indeks.
https://bkpemula.wordpress.com/2012/01/29/assesmen-dalam-bk/
Ratna Widiastuti. 2010. “Asessmen Intrumen Untuk Melakukan Asesmen dalam Bimbingan dan
Konseling”.
Identitas Responden :
Nama :
Jenis Kelamin :
Petunjuk : Angket ini berisi 22 item pernyataan tentang motivasi belajar. Bacalah dengan cermat setiap pernyataan
tersebut. Kemudian, berikanlah jawaban dengan cara memberi tanda cek (√) pada salah satu pilihan jawaban yang paling sesuai
dengan tingkat persetujuan Anda, dengan pilihan jawaban sebagai berikut :
SS: Sangat Sesuai
S : Sesuai
CS: Cukup Sesuai
KS: Kurang Sesuai
TS : Tidak Sesuai
Jawaban Anda, tidak menuntut jawaban benar atau salah dan tidak berhubungan dengan penentuan kelulusan atau hal lain yang akan
merugikan Anda di sekolah ini. Kesungguhan dan kejujuran Anda dalam menjawab merupakan bantuan yang amat berguna. Karena
itu diharapkan Anda menjawab semua soal yang tersedia.
Atas bantuan dan kerjasamanya, diucapkan terima kasih
Peneliti,
MIRNA PURWANTI
KISI-KISI INSTRUMENTASI
Variabel Sub variabel Indikator
3) Belajar dirumah
2) Kualifikasi hasil
1) Penyelesaian tugas/pr
Refrensi : Aritonang, Keke T. (2008). “Minat dan Motivasi Belajar siswa”, Jurnal Pendidikan Penabur, Hlmn. 11-12