Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


ALAT ATAU INSTRUMEN PENILAIAN NONTES

(OBSERVASI, WAWANCARA, ANGKET)

Dosen Pengampu :
Drs. Yasifati Hia, M.Si.

Disusun Oleh :
Kelompok 4

Dina Hafiza (4221111036)


Ibnu Imam Arif (4221111037)
Violin Kristian Yolanda Purba (4221111039)
Ecy Rorensa Br Purba (4221111044)
Sanita Liana Romauli Simbolon (4223111035)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
PEMBAHASAN

INSTRUMEN NON TES

Untuk melakukan penilaian diperlukan instrument penilaian yang relevan atau sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan instrument yang sesuai, maka akan dapat
tercapai hasil penilaian yang optimal. Tujuan pembelajaran harus sesuai dengan tujuan
kurikulum harus sesuaidengan tujuan institusional danntujuan nasional. Untuk mengetahui
keberhasian proses pembelajaran tidak selalu dengan menggunakan alat tes, karena ada aspek
kemampuan lain yang tidak bisa dinilai dengan tes,misalnya tentang sikap, kebiasaan bekerja,
kejujuran dan lain-lain. Teknik penilaian non-tes berarti melaksanakan penilaian pada
pembelajaran dengan tidak melakukan es, tetapi menilai kepribadian anak keseluruhan yang
meliputi aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. Selain aspek tersebut, penilaian juga dilakukan
melalui berbagai hal, seperti dari ucapan, riwayat hidup, sosial, dan lain sebagainya, yang
berhubungan dengan kegiatan belajar dalam ruang lingkup pendidikan, baik individu maupun
kelompok. Berikut inibeberapa jenis instrument non-tes.

A. Observasi
Pengamatan atau observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan oleh pendidik dengan
smenggunakan indera secara langsung yang menginventarisasikan data tentang sikap dan
kepribadian siswa dalam kegiatan belajarnya. Pengamatan atau observasi yang dilakukan dengan
cara menggunakan instrument yang sudah dirancang sebelumnya. Aspek penilaian pada pelajaran
Matematika misalnya aspek ketelitian dan kecepatan kerja. Alat atau instrument untuk penilaian
melalui pengamatan dapat menggunakan skala sikap. Data yang dihasilkan bersifat relatif, karena
dapat dipengaruhi oleh keadaan dan subyektivitas pengamat. Observasi merupakan suatu teknik
penilaian non-tes yang dilakukan secara langsung terhadap siswa dengan memperlihatkan tingkah
lakunya. Secara umum, observasiadalah cara menghimpun berbagai bahan keterangan (data) yang
dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena sebagai
sasaran yang dapat dilakukan di dalam ruang belajar (kelas), lapangan upacara, dan ruang
lingkup sekolah lainnya. Menurut jenisnya, observasi terbagi menjadi 3, yaitu observasi langsung,
dengan alat (tidak langsung), dan partisipasi. Sedangkan, menurut cara dan tujuannya, observasi
juga dibedakan menjadi 3 macam :
a. Observasi partisipan dan non-partisipan. Observasi partisipan merupakan observasi yang
dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam pengamatan itu, pengamat memasuki dan mengikuti
kegiatan kelompok yang sedang diamati. Sedangkan, observasi nonpartisipan, observasi tidak
mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek atau evaluator yang berada “di
luar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka.
b. Observasi sistematik dan observasi nonsistematik. Observasi sistematik merupakan observasi
di mana berbagai factor yang diamati sudah didaftarkan secara sistematis dan diatur menurut
kategorinya. Sedangkan, observasi nonsistematik adalah apabila dalam pengamatan tidak
terdapat struktur kategori yang akan diamati.
c. Observasi eksperimental. Observasi eksperimental terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi
dalam kelompok. Observasi eksperimental dilakukan secara nonpartisipasif, tetapi sistematis.
Berikut tujuan observasi sebagai alat evaluasi :
1. Menilai minat, sikap, dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.
2. Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok
3. Suatu tes essay (objektif) tidak dapat menunjukkan seberapa jauh kemampuan siswa dapat
menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan mengumpulkan data.

Untuk mencapai tujuan tersebut, observasi yang baik dan tepat harus memilliki sifat-sifat
tertentu. Berikut sifat-sifat tersebut :
1. Hanya dilakukan sesuai tujuan pengajaran.
2. Direncanakan secara sistematis.
3. Hasilnya dicatat dan diolah sesuai tujuan.
4. Dapat diperiksa validitas, reabilitas, dan ketelitiannya.

Berikut beberapa kelebihan observasi sebagai alat penilaian non-tes :


1. Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak
2. Dalam observasi, memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu
gejala atau kejadian yang penting
3. Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mengecek data yang diperoleh dari teknik
lain, misalnya wawancara atau angket.
4. Observasi tidak perlu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati.
Bila menggunakannya, hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.

Selain kelebihan tersebut, observasi juga memiliki kelemahan. Berikut kelemahan observasi:
1. Observasi tidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorang yang sangat dirahasiakan.
Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya, tidak dapat diketahui
dengan observasi, misalnya mengamati anak yang menyanyi, ia kelihatan bergembira, lincah,
tetapi belum tentu hatinya gembira. Mungkin sebaliknya, ia sedih dan luka, tetapi
dirahasiakan.
2. Apabila objek yang diobservasi mengetahui bila sedang diobservasi, makan tidak mustahil
tingkah lakunya dibuat-buat agar observer merasa senang.
3. Observer banyak tergantung pada berbagai factor yang tidak dapat dikontrol sebelumnya.

Berikut ini adalah contoh format lembar observasi.


FORMAT LEMBAR OBSERVASI
PENGUKURAN KEEFEKTIFAN PESERTA DISKUSI
Lembaran ini diisi oleh guru atau pengamat waktu istirahat ataupun setelah diskusi berakhir.
Lembaran ini mencatat keefktifan setiap peserta diskusi dalam empat kriteria. Tulislah angka-angka
yang tepat di belakang pernyataan-pernyataan di bawahini. Arti angka- angka:
5 = baik sekali
4 = baik
3 = cukup
2 = kurang
1 = kurang sekali

Kriteria Diskusi 1 Diskusi 2 Diskusi 3 dst


1.Sikap
Kerjasama
Semangat
2. Urutan
Masuk akal
Teliti
Jelas
Relevan
3.Bahasa
Kejelasan
Ketelitian
Ketepatan
Menarik
Kewajaran
4.Kesopanan
Menggunakan bahasa yang
sopan dan alasan yang tulus
Membantu kelompok pada
arah yang benar
Meluruskan penyimpangan
Menunjukkan sikap yang
terpuji

B. Wawancara
Wawancara merupakan teknik non tes secara lisan. Pertanyaan yang diungkapkan pada
umumnya menyangkut segi-segi sikap dan keperibadian siswa dalam proses belajarnya, sehingga
dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah cara untuk menghimpun bahan-bahan keterangan
yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan
dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
Wawancara dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1. Interview bebas (tidak berstruktur atau tidak terpimpin), dimana responden mempunyai
kebebesan untuk mengutarakan pendapatnya tanpa dibatasi oleh berbagai patokan yang telah
dibuat oleh subjek evaluasi (tanpa terikat oleh berbagai ketentuan yang telah dibuat oleh
pewawancara)
2. Interview terpimpin (terstruktur), yaitu interview yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan
cara mengajukan berbagai pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu. Jadi, pada waktu
menjawab pertanyaan, responden tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan.
Terkadang, pertanyaan itu bersifat sebagai yang memimpin, mengarahkan, dan penjawab
sudah dipimpin oleh sebuah daftar cocok, sehingga dalam menuliskan jawaban, ia tinggal
membubuhkan tanda cocok di tempat yang sesuai dengan keadaan responden.

Seperti halnya observasi, teknik wawancara memiliki keuntungan dan kekurangan.


Berikut ini keuntungan dari wawancara :
1. Wawancara dapat memberikan keteranagan keadaan pribadi. Hal ini tergantung pada
hubungan baik antara pewawancara dengan objek.
2. Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam peaksanaan.
3. Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi
4. Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan dengan
observasi dan angket.
5. Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara pewawancara dengan objek.
Sedangkan, berikut ini kelemahan wawancara sebagai alat penilaian :
1. Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu yang
diwawancarai.
2. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksanaan wawancara.
3. Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari
pewawancara.
4. Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasilwawancara.

Berikut ini adalah contoh pedoman wawancara bebas.


Tujuan : Memperoleh informasi mengenai cara belajar yang dilakukan
oleh siswa di rumahnya.
Bentuk : Wawancara bebas
Responden : Siswa yang memperoleh hasil belajar cukup tinggi.
Nama siswa : ……………………………………………………….
Kelas/semester : ……………………………………………………….
Jenis kelamin : ……………………………………………………….

Komentar dan kesimpulan


Pertanyaan guru Jawaban siswa
hasil wawancara
1. Kapan dan berapa lama Anda
belajar di rumah?
2. Bagaimana cara Anda
mempersiapkan diri untuk
belajar secara efektif?
3. Kegiatan apa yang Anda
lakukan pada waktu
mempelajari bahan pelajaran?
4. Seandainya Anda mengalami
kesulitan dalam
mempelajarinya, usaha apa
yang Anda lakukan untuk
mengatasi kesulitan tersebut?
5. Dst.

C. Angket
Kuisioner (questionnaire) juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya, angket
adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden).
Dengan kuisioner ini, dapat diketahui keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap,
attau pendapat seseorang. Pada umunya, tujuan penggunaan angket atau kuisioner dalam proses
pembelajaran adalah, terutama untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik
sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.
Angket disusun dengan tujuan untuk menghimpun sejumlah informasi yang relevan
dengan dengan keperluan bimbingan dan onselinng, seperti identitas pribadi peserta didik,
keterangan tentang keluarga, riwayat kesehatan, riwayat pendidikan, kebiasaan belajar dirumah,
hobi atau informasi lainnya.
Berdasarkan kebebasan respondennya maka angket dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua)
yaitu :
a. Angket Terbuka Angket ini disebut terbuka karena respondenya bebas menjawab atas
pertanyaan yang tidak disediakan jawaban yang dipilih, sehinggga responden harus
menyusun sendiri jawaban yang dipandangnya relevan dengan materi yang
ditanyakan.
b. Angket Tertutup Angket tertutup yakni angket yang menyediakan jawaban dari
pertanyaan yang diberikan, sehingga responden hanya tinggal memilihnya.
Contoh angket sebagai berikut :
Angket
Nama/Identitas :
Mata Pelajaran :
Kelas :
Petunjuk Pengerjaan
1. Tuliskan identitas anda pada tempat yang tersedia
2. Bacalah pernyataan-pernyataan pada angket dibawah ini secara teliti dan cermat
3. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan keadaan anda, dengan memberi tanda (√) pada kolom
pilihan
4. Jawablah sesuai dengan kenyataan yang ada, sehingga kesimpulan yang diambil dari data ini
bisa benar.
5. Periksa kembali nomor pernyataan, jangan sampai ada yang terlewatkan.
Keterangan :
SS : Sangat setuju
S : Setuju
R : Ragu
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju

PERNYATAAN
Pilihan Jawaban
No Pertanyaan SS S R TR STS
1.
Saya suka membaca buku matematika setiap malam
2.
Buku matematika menarik untuk dibaca
3.
Saya tidak suka membaca buku matematika
4. Buku matematika tidak menarik
5. Saya selalu menyelesaikan tugas matematika tepat waktu

6.
Saya selalu mengerjakan soal dibuku cetak tanpa disuruh
oleh guru
7.
Saya suka mengerjakan soal yang berhubungan dengan
matematika
8.
Saya tidak suka mengerjakan tugas matematika sendiri
9.
Mengerjakan tugas tidak membantu meningkatkan
pemahaman saya tentang mata pelajaran matematika
10. Saya selalu belajara matematika dirumah sehari sebelum
pembelajaran matematika disekolah
11.
Saya selalu menggunakan media sosial untuk mencari
materi mengenai mata pelajaran matematika
12.
Saya suka mempelajari kembali materi matematika saat
tiba dirumah
13.
Pelajaran matematika tidak penting buat saya

14.
Saya berusaha membeli buku matematika walaupun
harganya mahal
15.
Saya tidak suka membeli buku matematika

16. Saya selalu mencatat hal-hal penting saat belajar


matematika
17.
Catatan sangat membantu dalam proses pembelajaran
matematika
18. Saya selalu mencatat sebelum disuruh oleh guru

19.
Saya tidak suka mencatat saat pembelajaran matematika

20.
Catatan matematika tidak perlu karena sudah ada buku
cetak
21.
Saya tidak pernah datang terlambat saat pelajaran
matematika
22. Saya selalu bertanya saat pembelajaran matematika
23.
Saya selalu naik mengerjakan soal dipapan tulis
24.
Saya selalu memperhatika penjelasan guru saat proses
pembelajaran matematika
25. Belajara secara berkelompok sangat membantu saya
untuk memahami materi matematika
26. Saya jarang bertanya kepada guru saat pembelajaran
matematika
27.
Saya sering mengantuk saat pelajaran matematika

28. Saya lebih suka cerita dengan teman saat pelajaran


matematika
29. Saya suka bolos sekolah saat mata pelajaran matematika

30.
Pembelajaran matematika membosankan
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Pendidikan Tinggi Islam.


Evendi, E. (2020). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Mataram: Sanabil.

Anda mungkin juga menyukai