Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di dalam dunia pendidikan, kita mengetahui bahwa setiap jenis
atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode
pendidikan, selalu mengadakan evaluasi. Artinya pada waktu-waktu
tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan penilaian
terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh
pendidik. Demikian pula dalam satu kali proses pembelajaran, guru
hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu
tercapai atau belum, dan apakah materi pelajaran yang diajarkan sudah
tepat. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan
balik (feed back) terhadap proses belajar mengajar. Dengan melakukan
evaluasi, guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui
kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode yang
digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang
telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil
keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang akan diambil
selanjutnya . Hasil penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk berprestasi lebih baik di kemudian hari. Selanjutnya di
dalam melakukan evaluasi ada dua teknik evaluasi yang kita kenal yaitu
teknik evaluasi menggunakan tes dan evaluasi dengan teknik non tes,
Teknik non tes pada umumnya memegang peranan penting dalam rangka
mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap (affective
domain) dan ranah ketrampilan (Psychomotoric domain), sedangkan
teknik tes lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar
peserta didik dari segi ranah proses berfikirnya (cognitif domain). Pada
makalah ini penulis berkesempatan menyajikan teknik penilaian non tes
secara lebih mendalam.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa arti teknik pengumpulan data non tes?
2. Apa saja bentuk-bentuk teknik non tes.?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui arti teknik pengumpulan data.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk teknik non tes.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teknik Pengumpulan Data Non Tes


Teknik non tes dapat diartikan sebagai teknik penilaian yang dilakukan
tanpa menggunakan tes. Teknik non-tes merupakan salah satu teknik dalam
mengenali dan memahami peserta didik sebagai individu. Teknis nontes
berkaitan dengan prosedur pengumpulan data untuk memahami pribadi siswa
pada umumnya yang bersifat kualitatif. Teknik nontes merupakan teknik
pengumpulan data yang tidak baku dan hasil rekayasa dari guru dan sekolah.
Nontes adalah cara penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan tanpa
menguji peserta didik tetapi dengan melakukan pengamatan secara sistematis.
Teknik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian anak secara
menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial dan lain-lain.
Yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara
individu maupun secara kelompok.
Dengan teknik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta
didik dapat dilakukan dengan pengamatan secara sistematis (observasi),
melakukan wawancara (interview), menyebar angket (quistionnaire), dan
memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis), dan juga
dapat dilakukan dengan teknik skala nilai, teknik evaluasi partisipatif, studi
kasus dan sosiometri. Adapun kegunaan teknik nontes ialah untuk
mengumpulkan data yang tidak dapat dikumpulkan dengan teknik tes, seperti
kebiasaan belajar siswa baik di sekolah maupun di rumah, keterangan
orangtua dan lingkungannya mengenai diri siswa, dan lainnya. Teknik nontes
sangat penting untuk dipahami mengingat data siswa tidak hanya menyangkut
hal – hal yang sifatnya kuantitatif, biasanya berupa data kognitif siswa,
melainkan juga menyangkut hal – hal yang tidak kalah penting untuk dikenal.1

1
Ikrimatul Husna,Teknik Non Tes dalam
http://ikrimatulhusna.blogspot.co.id/2013/11/teknik-non-tes.html?m=1 diunggah pada Senin, 20
Februari 2017 pukul 13:20

3
B. Bentuk-Bentuk Teknik Non Tes
1. Observasi (pengamatan)
Teknik pengamatan atau observasi merupakan salah satu bentuk teknik
nontes yang biasa dipergunakan untuk menilai sesuatu melalui
pengamatan terhadap objeknya secara langsung, seksama dan sistematis.
Pengamatan memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri
kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan
sebenarnya. Menurut Moleong pengamatan dapat dibedakan menjadi dua
yaitu pengamatan berperan serta dan tidak berperan serta. Dalam
pengamatan yang tidak berperan serta, seseorang hanya melakukan satu
fungsi yaitu mengamati tetapi pada pengamatan berperanserta seseorang
disamping mengamati juga menjadi anggota dari obyek yang diamati.
a. Kelebihan Teknik Observasi
Observasi sebagai alat penilain nontes, mempunyai beberapa
kelebihan, antara lain:
1) Observasi dapat memperoleh data berbagai aspek tingkah laku
anak.
2) Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak
terhadap terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting.
3) Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mengecek data
yang diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket
4) Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi
dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya
sebentar dan tidak langsung memegang peran.
b. Macam-macam Observasi
Menurut cara dan tujuannya observasi terbagi menjadi tiga macam
1) Observasi partisipatif dan nonpartisipatif 
2) Observasi sistematis dan observasi nonsitematis
3) Observasi Eksperimental
c. Kelemahan Teknik Observasi

4
Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa
kelemahan, antara lain:
1) Observer tidak dapat mengungkapakan kehidupan pribadi
seseorang yang sangat dirahasiakan. Apabila seseorang yang
diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat
diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang
menyanyi, dia kelihatan gembira, lincah. Tetapi belum tentu
hatinya gembira dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan
duka tetapi dirahasiakan.
2) Apabila si objek mengetahui kalau sedang diobservasi maka
tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa
senang.
3) Obserever banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak
dapat dikontrol sebelumnya.2
d. Langkah-langkah menyusun observasi
Adapun Langkah-langkah menyusun observasi adalah sebagai berikut :
1) Merumuskan tujuan
2) Merumuskan kegiatan
3) Menyusun langkah-langkah
4) Menyusun kisi-kisi
5) Menyusun panduan observasi
6) Menyusun alat penilaian
2. Interview (wawancara)
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan
yang dilaksanakan dengan cara melakukan tanya jawab lisan secara
sepihak, berhadapan muka, dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan
a. Macam-macam wawancara
1) Wawancara terpimpin (Guided Interview).

2
Anas Sudiyono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada),
hlm. 77-78.

5
Wawancara terpimpin  yang juga sering dikenal dengan istilah
wawancara berstruktur (Structured Interview) atau wawancara sistemat
is (Systematic Interview). 
2) Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview)
Wawancara tidak terpimpin yang sering dikenal dengan istilah
wawancara sederhana (Simple Interview) atau wawancara tidak
sistematis ( Non-Systematic Interview), atau wawancara bebas.
Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh
beberapa hal :
1) Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai.
 Dalam hal ini hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri
dengan orang yang diwawancarai 
2) Keterampilan pewawancara
Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil
wawancara yangdilakukan, karena guru perlu melatih diri agar meiliki
keterampilan dalam melaksanakanwawancara.
3) Pedoman wawancara
Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang
dibuat oleh guru . Sebelum melaksanakan wawancara guru harus
membuat pedoman-pedoman secara terperinci tentang pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan.3
b. Kelebihan wawancara
1) Wawancara dapat memberikan keterangan keadan pribadi hal
ini tergantung pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek.
2) Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam
pelaksanaannya.
3) Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi. Data
tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat
dibandingkan dengan observasi dan angket.

3
Ibid., 77-78

6
4) Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara
pewawancara dengan objek.
c. Kelemahan wawancara
1) Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan,
kemampuan individu yang diwawancarai.
2) Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksa
naan wawancara.
3) Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari 
pewawancara.
4) Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi
hasil wawancara.
d. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum wawancara
1) Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara.
2) Berdasarkan tujuan di atas tentukan aspek-aspek yang akan diungkap
dari wawancara tersebut. Aspek-aspek tersebut dijadikan dasar dalam
menyusun materi pertanyaan wawancara.
3) Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, yakni bentuk
berstruktur atau bentuk terbuka.
4) Buatlah pertanyaan wawancara sesuai dengan jenis wawancara, yakni
membuat pertanyaan yang berstruktur atau yang bebas.
5) Ada baiknya apabila dibuat pula pedoman mengolah dan menafsirkan
hasil wawancara.4
3. Angket (questionaire)
Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya.
a. Prinsip Penulisan Angket
1) Isi dan tujuan pertanyaan jelas
2) Bahasa yang digunakan
3) Tipe dan bentuk pertanyaan (terbuka atau tertutup)
4
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 1991), hlm. 69.

7
4) Pertanyaan tidak mendua.
5) Tidak menanyakan yang sudah lupa
6) Pertanyaan tidak menggiring
7) Panjang pertanyaan (max 30 pertanyaan)
3) 8.      Urutan pertanyaan (dari mudah ke sulit)
4) 9.      Prinsip pengukuran
5) 10.  Penampilan fisik angket.
4. Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan
belajar peserta didik tanpa menguji (teknik non tes) juga dapat dilengkapi
atau diperkaya dengan melakukan pemeriksaan dokumen-dokumen,
misalnya dokumen yang memuat informasi mengenai daftar pribadi
(personality infentory); seperti kapan peserta didik dilahirkan, agama yang
dianut dan lain-lain, dan juga mengenai riwayat hidup (auto biografi)
seperti: apakah ia pernah tinggal kelas, apakah ia pernah meraih atau
mendapatkan penghargaan dan masih banyak lagi yang lainya. Informasi-
informasi tersebut dapat diperoleh melalui sebuah dokumen berbentuk
formulir atau blanko isian yang harus diisi pada saat peserta didik untuk
pertama kali diterima sebagai siswa di sekolah yang bersangkutan.
Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik orang tua dan
lingkunganya pada saat tertentu akan sangat dibutuhkan sebagai bahan
pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap
peserta didiknya. Melalui analisis dokumen data pribadi dapat memberikan
sumber keterangan untuk mengadakan penilaian tentang data pribadi
siswa, memberikan bimbingan belajar secara optimal dan mengarahkan
pilihan karir jabatan dimasa mendatang.5
5. Skala Sikap
a. Bentuk-bentuk skala sikap
Bentuk skala sikap yang dapat di pergunakan dalam pengukuran
bidang pendidikan yaitu
5
Athok Fuadi, System Pengembangan Evaluasi (Surabaya: Ponorogo Press, 2006), hlm.
40.

8
1) Skala Likert
Skala likert ialah skala yang dapat di pergunakan untuk mengukur
sikap,pendapat,dan persepsi seseorang atau sekelompok  orang
tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan. Skala ini memuat
item yang diperkirakan sama dalam sikap atau beban nilainya,
subjek merespon dengan berbagai tingkat intensitas berdasarkan
rentang skala antara dua sudut yang berlawanan, misalnya: Setuju
tidak setuju, Suka tak suka, Menerima menolak. Model skala ini
banyak digunakan dalam kegiatan penelitian, karena lebih mudah
mengembangkannya dan interval skalanya sama. Contoh: Semua
peserta latihan dapat menyusun program studinya sendiri.
Alternatif jawaban: Sangat setuju ( SS ), Setuju ( S ), Ragu-Ragu
( RR ), Sangat Tidak Setuju ( STS )
2) Skala Guttman
Skala guttman yaitu skala yang mengiginkan tipe jawan
tegas, seperti jawaban benar salah,ya – tidak, pernah – tidak
pernah,positif- negatif, tinggi –rendah, baik –buruk, dan
seterusnya.pada skala Guttman ada dua interval yaitu setuju dan
tidak setuju, selain dapat dibuat dalam bentuk pertanyaan pilihan
ganda, skala Guttman dapat juga dibuat dalam bentuk daftar
checklist.
3) Skala Semantik Differensial
Skala Semantik differensial yaitu skala untuk mengukur
sikap,tetapi bentuknya bukan pilihan ganda atau checklis, tetapi
tersusun dalam satu garis kontinum dimana jawaban yang sangat
positif terletak dibagian kanan garis,dan jawaban negatif disebelah
kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh melalui
pengukuran dengan skala semantik differensial adalah data
interval. Skala ini digunakan untuk mengukur sikap atau
karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang. Sebagai contoh

9
penggunaan skala semantik differensial ialah menilai gaya
kepemimpinan kepala sekolah.
4) Rating Scale
Data –data skala yang diperoleh melalui tiga macam skala
diatas adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan.
Berbeda dengan rating scale,data yang diperoleh adalah data
kuanitatif(angka) yakng kemudian ditafsirkan dalam pengertian
kualitatif. Skala ini lebih fleksibel, tidak saja untuk mengukur
sikap tetapi juga digunakan untuk mengukur persepsi responden
terhadap fenomena lingkungan, seperti skala untuk mengukur
status sosial ekonomi, pengetahuan,kemampuan,dan lain-lain.6
b. Langakah-langkah Penyusunan Item Untuk Skala Sikap
Pada garis besarnya penysunan item untuk skala, perlu ditempuh
langkah – langkah sebagai berikut
1) Tentukan obyek atau gejala apa
2) Rumuskan perilaku apa yang mengacu sikap apa terhadap obyek
atau gejala tersebut
3) Rumuskan karakteristik dari perilaku sikap tersebut
4) Rincilah lebih lanjut tiap karekteristik menjdi sejumlah atribut
yang lebih speifik.
5) Tentukan indikator penilaian terhadap setiap atribut tersebut
6) Sususnlah perangkat item sesuai dengan indikator yang telah
dirumuskan
7) suatu skala terdiri dari antara 20 sampai dengan 30 item
8) Susunlah item tersebut, yang terdiri dari separuhnya dalam bentuk
pernyataan positif dan separuhnya dalam bentuk pernyataan
negative
9) Tentukan banyak skala: lima atau  tujuh atau sebelas alternative

6
Ibid

10
10) tentukan bobot nilai bagi tiap skalanya. Misalnya 4,3,2,1.0 untuk
lima nilai skala, sebagai dasar perhitungan kuantitatif.7
6. Teknik evaluasi partisipatif
Teknik-teknik evaluasi partisipatif disini maksudnya adalah bahwa
evaluator melibatkan langsung subjek yang di evaluasi baik dalam
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian evaluasi. Teknik-teknik tersebut
diantaranya:
a. Teknik respon terperinci ( itemized responsee).
Teknik ini pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi
proses pembelajaran yang mencakup materi atau bahan pelajaran,
proses pembelajaran, keluaran atau dampak pembelajaran.
Pengembangan teknik ini menuntut keterlibatan subjek-subjek
yang dievaluasi secara sungguh-sungguh. Efektifitas teknik
dipengaruhi oleh sejauh mana pengalaman dan kepentingan pihak
yang dievaluasi erat hubunganya dengan unsur-unsur program
yang sedang dikaji.
Dalam menggunakan teknik respon terperinci evaluator
membuat dua kolom dan lajur pada sehelai kertas lebar atau papan
tulis. Pada kolom sebelah kiri ditulis sebuah pernyataan yang
berbunyi: “hal-hal yang telah dianggap baik tentang materi atau
proses pembelajaran yang baru dilakukan. Pada kolom kiri ditulis
hal-hal yang masih perlu dikembangkan dalam materi astau proses
pembelajaran yang baru dilakukan.
Untuk mengisi kedua kolom tersebut diatas para subjek
yang dievaluasi diminta mengajukan pendapat untuk mengisi
kolom sebelah kiri sampai selesai, kemudian dilanjutkan yang
sebelah kanan. Dan setiap siswa mendapat kesempatan yang sama
untuk menjawabnya. Setelah semua kolom terisi, selanjutnya dapat
ditanyakan kepada semua subjek tentang jawaban mana yang

7
Oemar Hamalik, Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan (Bandung: Mandar Maju,
1989), hlm. 30.

11
dianggap prioritas berdasarkan ranking yang disusun sesuai
pendapat para subjek.8
b. Teknik cawan iklan (fish-bowl technique).
Teknik cawan iklan adalah teknik yang digunakan dalam
evaluasi dengan mengamati kegiatan diskusi yang sedang
berlangsung. Subjek dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok lingkaran dalam misalnya terdiri dari 7 orang dan
kelompok lingakaran luar misalnya terdiri dari 13 orang. Tempat
duduk lingakaran dalam bertugas melakukan diskusi tentang
berbagai topik topik, yang dipimpin oleh ketua kelompok.
Kemudian tempat duduk lingkaran luar disusun melingkar diluar
kelompok lingkaran dalam.
Tugasnya adalah mengamati diskusi yang dilakukan subjek
pada lingkaran dalam.  Apabila ada subjek dari kelompok
lingkaran luar ingin bicara dilingkaran dalam maka bersangkutan
harus bertukar tempat dengan seoarang yang berada dilingkaran
dalam dengan cara memberi isyarat, misalnya menyentuh bahu
temanya. Teknik cawan iklan ini dapat menumbuhkan kegiatan
evaluasi yang gembira, aktif, saling belajar, dan mengharuskan
peserta terlibat dalam diskusi, mendengarkan dan mengamati.
7. Studi Kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang
individu yang dipandang mengalami suatu kasus tertentu. Kelebihan studi
kasus dan studi lainya adalah bahwa subjek dapat dipelajari secara
mendalam dan menyeluruh. Namun, kelemahanya sesuai dengan sifat
studi kasus bahwa informasi yang diperoleh sifatnya subjektif, artinya
hanya untuk individu yang bersangkutan dan belum tentu dapat digunakan
untuk kasus yang sama pada individu yang lain. Pada umunya
permasalahanya berkenaan dengan kegagalan belajar, tidak dapat

8
Ibid., 30.

12
menyesuaikan diri, gangguan emosional, frustasi dan sering membolos
serta kelainan-kelainan perilaku siswa.9
8. Sosiometri
Salah satu cara untuk megetahui kemampuan siswa dalam
menyesuaikan dirinya terutama hubungan sosial siswa dengan teman
sekelasnya, adalah teknik sosiometri. Dengan teknik sosiometri dapat
diketahui posisi seorang siswa dalam hubungan sosialnya dengan siswa
lain. Sosiometri dapat dilakukan dengan cara menugaskan kepada semua
siswa dikelas tersebut untuk memilih satu  atau dua temanya  yang paling
dekat atau paling akrab. Usahakan dalam memilih kesempatan tersebut
agar tidak ada siswa yang berusaha melakukan kompromi untuk saling
memilih supaya pilihan tersebut bersifat netral, tidak diatur sebelumnya.
Tulislah nama pilihan tersebut pada kertas kecil, kemudian digulung dan
dikumpulkan oleh guru, setelah seluruhnya terkumpul guru mengolahnya
dengan dua cara.
Cara pertama melukiskan  alur-alur pilihan dari setiap siswa dalam
bentuk diagram sehingga terlihat hubungan antar siswa berdasarkan
pilihanya, dengan hasil pilihan tersebut dinamakan sosiogram. Dengan
demikian, hasil dari sosiometri dapat dijadikan bahan bagi guru dalam
mempelajari para siswanya terutama dalam menganalisis sebab-sebab
seorang siswa termasuk kedalam siswa yang disenangi, atau sebaliknya
menjadi yang terisolasi. Dengan perkataan lain sosiometri dapat digunakan
sebagai salah satu alat dalam menemukan kasus-kasus siswa disekolah
dilihat dari hubungan sosialnya, dan dijadikan alat untuk melengkapi data
mengenai perkembangan siswa.10

9
Non Tes Sebagai Alat Ukur Evaluasi Belajar dalam
http://jasafadilahginting.blogspot.co.id/2013/12/non-tes-sebagai-alat-ukur-evaluasi.html?m=1
diunggah pada Senin, 20 Februari 2017 pukul 19:35.
10
Ibid

13
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Teknik non tes dapat diartikan sebagai teknik penilaian yang dilakukan
tanpa menggunakan tes. Teknik non-tes merupakan salah satu teknik
dalam mengenali dan memahami peserta didik sebagai individu. Teknis
nontes berkaitan dengan prosedur pengumpulan data untuk memahami
pribadi siswa pada umumnya yang bersifat kualitatif. Teknik nontes
merupakan teknik pengumpulan data yang tidak baku dan hasil rekayasa
dari guru dan sekolah. Nontes adalah cara penilaian hasil belajar peserta
didik yang dilakukan tanpa menguji peserta didik tetapi dengan melakukan
pengamatan secara sistematis. Teknik penilaian ini umumnya untuk
menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku,
sifat, sikap sosial dan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan
belajar dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok.
2. Adapun bentuk-bentuk teknik non tes yakni observasi (pengamatan),
interview (wawancara), Angket (questionnaire), pemeriksaan dokumen
(documentary analysis), skala sikap, teknik evaluasi partisipatif, studi
kasus, sosiometri.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sudiyono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 1991. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya.
Fuadi, Athok. 2006. System Pengembangan Evaluasi. Surabaya: Ponorogo Press.
Hamalik, Oemar. 1989. Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan. Bandung:
Mandar Maju
Husna, Ikrimatul. Teknik Non Tes dalam
http://ikrimatulhusna.blogspot.co.id/2013/11/teknik-non-tes.html?=1
diakses pada Senin, 20 Februari 2017.
Non Tes Sebagai Alat Ukur Evaluasi Belajar dalam
http://jasafadilahginting.blogspot.co.id/2013/12/non-tes-sebagai-alat-
ukur-evaluasi.html?m=1 diakses pada Senin, 20 Februari 2017.

15

Anda mungkin juga menyukai