PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan masalah
1. Pengertian non tes
2. Macam-macam konstruksi non tes
3. Pengertian Konstruksi Non Tes Bagian Partisipasi Bagian Partisipasi
4. Karaktersitif konstruksi non tes bagian pratisipasi
5. Prinsp-prinsip melandasi konstruksi non tes bagian pratisipasi
6. Fungsi konstruksi non tes bagian pratisipasi pada pembelajaran
7. Keuntungan dan kerugian penerapan konstruksi non tes bagian pratisipasi
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari materi ini yakni agar kita mengetahui bagaimana
penerapan non tes disekolah dan sesuai fungsinya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan melakukan Tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan
muka, dan dengan arah tujuan yang terlah ditentukan. Sedangkan menurut Bahri
(2008) Wawancara adalah komunikasi langsungantara yang mewancarai dan yang
diwancarai. Dari pengertian tersebut kita dapat simpulkan bahwa wawancara
adalah suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi
dengan sumber. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab)
secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (menggunakan alat
komunikasi) (Sudijono ,2009).
c. Angket (Questionnare)
1. Pengertian Angket
Pada dasarnya, angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh
orang yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket
atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh
data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam
menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. yang menyatakan kuisioner
adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan objek yang dinilai
dengan maksud untuk mendapatkan data (Arniatiu, 2010).
d. Penugasan
Penilaian dengan penugasan adalah suatu teknik penilaian yang menuntut
peserta didik melakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di kelas.
Penilaian dengan penugasan dapat diberikan secara individual atau kelompok.
Penilaian dengan penugasan dapat berupa tugas atau proyek.
4
dokumen yang menganut informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi),
seperti kapan kapan dan dimana peserta didik dilahirkan, agama yang dianut,
kedudukan anak didalam keluarga dan sebagainya. Selain itu juga dokumen yang
memuat informasi.
g. Sosiometri
Sosiometri adalah suatu penilaian untuk menentukan pola pertalian dan
kedudukan seseorang dalam suatu kelompok. Sehingga sosiometri merupakan alat
yang tepat unruk menilaihubungan sosial dan tingkah laku sosial dari murid murid
dalam suatu kelas, yang meliputi stuktur hubungan individu, susunan antar
individu dan arah ubungan sosial. Sehingga dengan demikian seorang guru dapat
mengetahui bagaimana keadaan hubungan social dari tiap-tiapanak dalam suatu
kelompok atau kelas.
5
b) Tanggal 21 April 2008 Gita berkelahi dengan Galih karena Gita berkata
“Galih anakm pungut”
c) Tanggal 16 Mei 2001 Gita berkelahi dengan Gina, karena menuduh Gina
mencuri uang Gita
d) Dan sebagainya
i. Daftar cek
Daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan
diamati. Daftar cek dapat memungkinkan guru sebagai penilai mencatat tiap-tiap
kejadian yang betapun kecilnya, tetapi dianggap penting. Ada bermacam-macam
aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam daftar cek, kemudian tinggal
memberikan tanda centang ( √ ) pada tiap-tiap aspek tersbut sesuai dengan hasil
penilaiannya. Daftar cek banyak manfaatnya antara lain :
1. Membantu guru untuk mengingat-ingat apa yang harus diamati
2. Dapat memberikan informasi kepada stakeholder
j. Skala penilaian
Dalam daftar cek, penilai hanya dapat mencatat hanya dapat mencatat ada
tidaknya variabel tingkah laku tertentu, sedangkan dalam skala penilaian
fenomena-fenoma yang akan dinilai itu disusun dalam tingkatan-tingkatan yang
telah ditentukan. Jadi, tidak hanya mengukur secara mutlak ada atau tidaknya
variabel tertentu tetapi lebih jauh mengukur bagaimana intensitas gejala yang
ingin diukur. Pencatatan melalui daftar cek termasuk pencatatan yang kasar.
Fenomena-fenomena hanya dicatat ada atau tidak. Hal ini agak kurang realistik.
Perilaku manusia, baik yang berwujud sikap jiwa, aktivitas, maupun prestasi
belajar timbul dalam tingkat-tingkat tertentu. Oleh karena itu, unutk mengukur
hal-hal tersebut ada baiknya digunakan skala penilaian.
k. Inventori kepribadian
Inventori kepribadian hampir serupa dengan tes kepribadian. Bedanya, pada
inventori, jawaban peserta didik tidak memakai kriteria benar-salah. Semua
6
peserta didik adalah benar selama dia menyatakan yang sesungguhnya. Walaupun
demikian, dipergunakan pula skala-skala tertentu untuk kuantifikasi jawaban
sehingga dapat dibandingkan dengan kelompoknya. Aspek-aspek kepribadian
yang biasanya dapat diketahui melalaui inventori ini, seperti sikap, minat, sifat-
sifat kepemimpinan, dan dominasi. Pada akhirnya guru harus memilih bentuk-
bentuk sesuai dengan ranah yang diukur, seperti ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
l. Skala sikap
Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu
dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik
berupa orang-orang maupun berupa objek-objek tertentu. Sikap mengacu kepada
perbuatan atau perilaku seseorang, tetapi tidak berarti semua perbuatan identik
dengan sikap. Perbuatan seseorang mungkin saja bertentangan dengansikapnya.
Guru perlu mngetahui norma-norma yang ada pada peserta didik, bahkan sikap
peserta didik terhadap dunia sekitarnya, terutama terhadap mata pelajaran dan
lingkungan sekolah.Salah satu model untuk mengukur sikap yaitu, dengan
menggunakan skala sikap yang dikembangkan oleh Likert. Dalam skala likert,
peserta didik tidak disuruh memilih pernyataan-pernyataan yang positif saja tetapi
memilih juga pernyataan-pernyataan yang negatif .
7
2.3 Pengertian Konstruksi Non Tes Bagian Partisipasi Bagian Partisipasi
Keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah
satu tujuan yang inigin dicapai dalam porses pembelajaran. Partisipasi perserta
didik merupakan salah satu usaha memudahkan peserta didik dalam memahami
suapau pelajaran tertentu. Kemauan untuk berpartisipasi dan keterlibatan dalam
pembelajaran merupakan salah satu indicator seorang siswa dalam menyesuaikan
diri dalam proses pembelajaran.
Selain untuk memudahkan siswa dalam memahami materi, keikutsertaan ini
juga dimaksudkan untuk membangun rasa percaya diri, serta meningkatkan harga
diri peserta didik. Dengan demikian keikut sertaan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran harus diukur, karena mempunyai informasi-informasi tentang hasil
belajar yang bersifayt non kognitif, maka dari itu untuk mengukur tingkat
keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran ada salah satu teknik evaluasi
yang disebut dengan bagan partisipasi. Dari pembahasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengn bagan partisipasi adalah salah salah
satu bemtuk teknik evaluasi yang digunakan untuk mengetahui tingkat
kemampuan atau perkembangan peserta didik melalui daftar keikutsertaan atau
keaktifan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Bagan partisipasi sangat
berguna untuk mengamati peserta didik pada saat diskusi.
8
2.5. Prinsip-Prinsip Melandasi Konstruksi Non Tes Bagian Partisipasi
Mengingat pentingnya penilaian dalam menentukan kualitas pendidikan,
maka upaya merencanakan dan melaksanakan penilaian hendaknya
memperhatikan beberapa prinsip dan prosedur penilaian. Prinsip penilaian yang
dimaksudkan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga
jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan
interpretasi hasil penilaian. Sebagai patokan dalam merancang penilaian hasil
belajar adalah kurikulum yang berlaku dan buku pelajaran yang digunakannya.
2. Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses belajar-
mengajar. Artinya, penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap saat proses
belajar-mengajar sehingga pelaksanaannya berkesinambungan.
3. Agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam pengertian menggambarkan
prestasi dan kemampuan siswa sebagaimana adanya, penilaian harus
menggunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif. Dengan sifat
komprehensif dimaksudkan segi atau abilitas yang dinilainya tidak hanya aspek
kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotoris.
4. Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya. Data hasil
penilaian sangat bermanfaat bagi guru maupun bagi siswa. Oleh karena itu,
perlu dicatat secara teratur dalam catatan khusus mengenai kemajuan siswa.
Hasil penilaian juga hendaknya dijadikan bahan untuk menyempurnakan
program pengajaran , memperbaiki kelemahan-kelemahan pengajaran dan
memberikan bimbingan belajar kepada siswa yang memerlukannya.
9
2. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar, perbaikan mungkin
dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan siswa, strategi mengajar
guru, dan lain-lain.
3. Dalam menyusun laporan pengajuan belajar siswa kepada para orang
tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan
belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nila-nilai prestasi
yang didapatnya.
4. Dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek kognitif tetapi juga aspek
afektif dan psikomotorik.
5. Dapat memberikan pertanggung jawaban (accountability) dari pihak
sekolah pada pihak pihak yang lain, karena diperoleh langsung dari proses
belajar baik di kelas, laboratorium, lapangan, dan lain-lain.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Bahri Djamarah, Saiful (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: PT.Rineka Cipta,
Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima
12
13
14