Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Evaluasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan
memperhatikan tingkah lakunya. Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya
dinilai oleh tes, baik melalui bentuk tes uraian maupun tes objektif,
Kegiatan mengukur, menilai, dan mengevaluasi sangatlah penting dalam
dunia pendidikan. Hal ini tidak terlepas karena kegiatan tersebut merupakan suatu
siklus yang dibutuhkan untuk mengetahui sejauhmana pencapaian pendidikan
telah terlaksana. Contohnya dalam evaluasi penilaian hasil belajar siswa, kegiatan
pengukuran dan penilaian merupakan langkah awal dalam proses evaluasi
tersebut. Kegiatan pengukuran yang dilakukan biasanya dituangkan dalam
berbagai bentuk tes dan hal ini yang paling banyak digunakan. Namun, tes
bukanlah satu-satunya alat dalam proses pengukuran, penilaian, dan evaluasi
pendidikan sebab masih ada teknik lain yakni teknik “NON TES”.
Teknik non tes biasanya dilakukan dengan cara wawancara, pengamatan
secara sistematis, menyebarkan angket, ataupun menilai/mengamati dokumen-
dokumen yang ada (Sudijono,2009). Pada evaluasi penilaian hasil belajar, teknik
ini biasanya digunakan untuk mengukur pada ranah afektif dan psikomotorik,
sedangkan teknik tes digunakan untuk mengukur pada ranah kognitif. Berikut ini
akan dijelaskan tentang resume pengertian, bentuk-bentuk non-tes, dan beberapa
contoh dalam pelaksanaan teknik non tes.
Teknik non tes jarang dilakukan mengingat waktu yang diperlukan juga
banyak dan juga persiapan yang lebih daripada evaluasi menggunakan tes.
Namun kepentingan yang ada membuta teknik evaluasi non tes ini juga penting.

1
1.2 Rumusan masalah
1. Pengertian non tes
2. Macam-macam konstruksi non tes
3. Pengertian Konstruksi Non Tes Bagian Partisipasi Bagian Partisipasi
4. Karaktersitif konstruksi non tes bagian pratisipasi
5. Prinsp-prinsip melandasi konstruksi non tes bagian pratisipasi
6. Fungsi konstruksi non tes bagian pratisipasi pada pembelajaran
7. Keuntungan dan kerugian penerapan konstruksi non tes bagian pratisipasi

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari materi ini yakni agar kita mengetahui bagaimana
penerapan non tes disekolah dan sesuai fungsinya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian non tes


Dilihat dari kata yang menyusunya, maka non tes dapat kita artikan sebagai
teknik penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan tes. Sehingga teknik ini
dilakukan lewat pengamatan secara teliti dan tanpa menguji peserta didik. Non tes
biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft
skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan
oleh peserta didik dari apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan katalain,
instrument ini berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati dari pada
pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati dengan panca
indra (Widiyoko : 2009).

2.2 Macam-macam konstruksi non tes


a. Observasi (Pengamatan)
1. Pengertian Pengamatan atau observasi
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
Pengamatan atau observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai
tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati.
Observasi untuk tujuan ini pencatatannya lebih sukar daripada mencatat jawaban
yang diberikan peserta tes terhadap pertanyaan yang diberikan dalam suatu tes,
karena respon observasi adalah tingkah laku yang prosesnya berlangsung cepat.
Contoh observasi utuk tujuan evaluasi adalah observasi untuk menilai atau
mengukur hasil belajar melalui pengamatan tingkah laku siswa pada saat guru
mengajar Sudijono (2009).

3
b. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan melakukan Tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan
muka, dan dengan arah tujuan yang terlah ditentukan. Sedangkan menurut Bahri
(2008) Wawancara adalah komunikasi langsungantara yang mewancarai dan yang
diwancarai. Dari pengertian tersebut kita dapat simpulkan bahwa wawancara
adalah suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi
dengan sumber. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab)
secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (menggunakan alat
komunikasi) (Sudijono ,2009).

c. Angket (Questionnare)
1. Pengertian Angket
Pada dasarnya, angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh
orang yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket
atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh
data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam
menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. yang menyatakan kuisioner
adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan objek yang dinilai
dengan maksud untuk mendapatkan data (Arniatiu, 2010).

d. Penugasan
Penilaian dengan penugasan adalah suatu teknik penilaian yang menuntut
peserta didik melakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di kelas.
Penilaian dengan penugasan dapat diberikan secara individual atau kelompok.
Penilaian dengan penugasan dapat berupa tugas atau proyek.

e. Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)


Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar
peserta didik tanpa menguji (teknik non-tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya
dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya:

4
dokumen yang menganut informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi),
seperti kapan kapan dan dimana peserta didik dilahirkan, agama yang dianut,
kedudukan anak didalam keluarga dan sebagainya. Selain itu juga dokumen yang
memuat informasi.

f. Study Kasus (Case Study)


Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus
menerus untuk melihat perkembangannya (Djamarah : 2000). Misalnya peserta
didik yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal, atau kesulitan
dalam belajar. Untuk itu guru menjawab tiga percayaan inti dalam studi kasus,
yaitu:
a) Mengapa kasus tersebut bisa terjadi?
b) Apa yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus tersebut?
c) Bagaimana pengaruh tingkah laku seseorang terhadap lingkungan?

g. Sosiometri
Sosiometri adalah suatu penilaian untuk menentukan pola pertalian dan
kedudukan seseorang dalam suatu kelompok. Sehingga sosiometri merupakan alat
yang tepat unruk menilaihubungan sosial dan tingkah laku sosial dari murid murid
dalam suatu kelas, yang meliputi stuktur hubungan individu, susunan antar
individu dan arah ubungan sosial. Sehingga dengan demikian seorang guru dapat
mengetahui bagaimana keadaan hubungan social dari tiap-tiapanak dalam suatu
kelompok atau kelas.

h. Catatan Insidental (Anecdotal Records)


Adalah catatan-catatan singkat tentang peristiwa-peristiwa sepintas yang
dialami peserta didik secara perseorangan. Catatan ini merupakan pelengkap
dalam rangka penilaian guru terhadap peserta didiknya, terutama yang berkenaan
dengan tingkah laku peserta didik. Catatan tersebut biasanya berbunyi :
a) Tanggal 23 Februari 2008, Gita menangis sendiri dibelakang sekolah. Tanpa
sebab

5
b) Tanggal 21 April 2008 Gita berkelahi dengan Galih karena Gita berkata
“Galih anakm pungut”
c) Tanggal 16 Mei 2001 Gita berkelahi dengan Gina, karena menuduh Gina
mencuri uang Gita
d) Dan sebagainya

i. Daftar cek
Daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan
diamati. Daftar cek dapat memungkinkan guru sebagai penilai mencatat tiap-tiap
kejadian yang betapun kecilnya, tetapi dianggap penting. Ada bermacam-macam
aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam daftar cek, kemudian tinggal
memberikan tanda centang ( √ ) pada tiap-tiap aspek tersbut sesuai dengan hasil
penilaiannya. Daftar cek banyak manfaatnya antara lain :
1. Membantu guru untuk mengingat-ingat apa yang harus diamati
2. Dapat memberikan informasi kepada stakeholder

j. Skala penilaian
Dalam daftar cek, penilai hanya dapat mencatat hanya dapat mencatat ada
tidaknya variabel tingkah laku tertentu, sedangkan dalam skala penilaian
fenomena-fenoma yang akan dinilai itu disusun dalam tingkatan-tingkatan yang
telah ditentukan. Jadi, tidak hanya mengukur secara mutlak ada atau tidaknya
variabel tertentu tetapi lebih jauh mengukur bagaimana intensitas gejala yang
ingin diukur. Pencatatan melalui daftar cek termasuk pencatatan yang kasar.
Fenomena-fenomena hanya dicatat ada atau tidak. Hal ini agak kurang realistik.
Perilaku manusia, baik yang berwujud sikap jiwa, aktivitas, maupun prestasi
belajar timbul dalam tingkat-tingkat tertentu. Oleh karena itu, unutk mengukur
hal-hal tersebut ada baiknya digunakan skala penilaian.

k. Inventori kepribadian
Inventori kepribadian hampir serupa dengan tes kepribadian. Bedanya, pada
inventori, jawaban peserta didik tidak memakai kriteria benar-salah. Semua

6
peserta didik adalah benar selama dia menyatakan yang sesungguhnya. Walaupun
demikian, dipergunakan pula skala-skala tertentu untuk kuantifikasi jawaban
sehingga dapat dibandingkan dengan kelompoknya. Aspek-aspek kepribadian
yang biasanya dapat diketahui melalaui inventori ini, seperti sikap, minat, sifat-
sifat kepemimpinan, dan dominasi. Pada akhirnya guru harus memilih bentuk-
bentuk sesuai dengan ranah yang diukur, seperti ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.

l. Skala sikap
Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu
dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik
berupa orang-orang maupun berupa objek-objek tertentu. Sikap mengacu kepada
perbuatan atau perilaku seseorang, tetapi tidak berarti semua perbuatan identik
dengan sikap. Perbuatan seseorang mungkin saja bertentangan dengansikapnya.
Guru perlu mngetahui norma-norma yang ada pada peserta didik, bahkan sikap
peserta didik terhadap dunia sekitarnya, terutama terhadap mata pelajaran dan
lingkungan sekolah.Salah satu model untuk mengukur sikap yaitu, dengan
menggunakan skala sikap yang dikembangkan oleh Likert. Dalam skala likert,
peserta didik tidak disuruh memilih pernyataan-pernyataan yang positif saja tetapi
memilih juga pernyataan-pernyataan yang negatif .

m. Teknik pemberian penghargaan kepada peserta didik


Teknik pemberian penghargaan ini dianggap penting karena banyak respons
dan tindakan positif dari peserta didik yang timbul akibat tindakan belajar, tetapi
kurang mendapat perhatian dan tanggapan yang serius dari guru. Seharusnya, guru
memberikan penghargaan kepada setiap tindakan positif dari peserta didik dalam
berbagai bentuk, baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar.

7
2.3 Pengertian Konstruksi Non Tes Bagian Partisipasi Bagian Partisipasi
Keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah
satu tujuan yang inigin dicapai dalam porses pembelajaran. Partisipasi perserta
didik merupakan salah satu usaha memudahkan peserta didik dalam memahami
suapau pelajaran tertentu. Kemauan untuk berpartisipasi dan keterlibatan dalam
pembelajaran merupakan salah satu indicator seorang siswa dalam menyesuaikan
diri dalam proses pembelajaran.
Selain untuk memudahkan siswa dalam memahami materi, keikutsertaan ini
juga dimaksudkan untuk membangun rasa percaya diri, serta meningkatkan harga
diri peserta didik. Dengan demikian keikut sertaan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran harus diukur, karena mempunyai informasi-informasi tentang hasil
belajar yang bersifayt non kognitif, maka dari itu untuk mengukur tingkat
keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran ada salah satu teknik evaluasi
yang disebut dengan bagan partisipasi. Dari pembahasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengn bagan partisipasi adalah salah salah
satu bemtuk teknik evaluasi yang digunakan untuk mengetahui tingkat
kemampuan atau perkembangan peserta didik melalui daftar keikutsertaan atau
keaktifan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Bagan partisipasi sangat
berguna untuk mengamati peserta didik pada saat diskusi.

2.4Karaktersitif konstruksi non tes bagian pratisipasi


Berikut ini merupakan ciri-ciri konstruksi non tes bagian partisipasi
a. mengukur tingkat keikutsertaab peserta didik secara sukarela dalam
kegiatan pembelajaran.
b. Penilainnya secara subjektif
c. Peserta didik dilibatkan dalam menciptakan iklim yang kondusif untuk
belajar.
d. Menggunakan daftar keikutsertaan atau keaktifan pada saat proses
pembelajaran berlangsung.

8
2.5. Prinsip-Prinsip Melandasi Konstruksi Non Tes Bagian Partisipasi
Mengingat pentingnya penilaian dalam menentukan kualitas pendidikan,
maka upaya merencanakan dan melaksanakan penilaian hendaknya
memperhatikan beberapa prinsip dan prosedur penilaian. Prinsip penilaian yang
dimaksudkan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga
jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan
interpretasi hasil penilaian. Sebagai patokan dalam merancang penilaian hasil
belajar adalah kurikulum yang berlaku dan buku pelajaran yang digunakannya.
2. Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses belajar-
mengajar. Artinya, penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap saat proses
belajar-mengajar sehingga pelaksanaannya berkesinambungan.
3. Agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam pengertian menggambarkan
prestasi dan kemampuan siswa sebagaimana adanya, penilaian harus
menggunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif. Dengan sifat
komprehensif dimaksudkan segi atau abilitas yang dinilainya tidak hanya aspek
kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotoris.
4. Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya. Data hasil
penilaian sangat bermanfaat bagi guru maupun bagi siswa. Oleh karena itu,
perlu dicatat secara teratur dalam catatan khusus mengenai kemajuan siswa.
Hasil penilaian juga hendaknya dijadikan bahan untuk menyempurnakan
program pengajaran , memperbaiki kelemahan-kelemahan pengajaran dan
memberikan bimbingan belajar kepada siswa yang memerlukannya.

2.6Fungsi Konstruksi Non Tes Bagian Partisipasi Pada Pembelajaran


fungsi Konstruksi Non Tes Bagian Partisipasi Pada Pembelajaran adalah
sebgai berikut :
1. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. Dengan
fungsi ini maka penilaian dapat mengacu pada rumusan-rumusan
instruksional.

9
2. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar, perbaikan mungkin
dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan siswa, strategi mengajar
guru, dan lain-lain.
3. Dalam menyusun laporan pengajuan belajar siswa kepada para orang
tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan
belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nila-nilai prestasi
yang didapatnya.
4. Dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek kognitif tetapi juga aspek
afektif dan psikomotorik.
5. Dapat memberikan pertanggung jawaban (accountability) dari pihak
sekolah pada pihak pihak yang lain, karena diperoleh langsung dari proses
belajar baik di kelas, laboratorium, lapangan, dan lain-lain.

2.7Keuntungan Dan Kerugian Penerapan Konstruksi Non Tes Bagian


Partisipasi Pada Pembelajaran
a. kelebihan atau keuntungan penerapan konstruksi non testbagian partisipasi pada
pembelajaran adalah sifatnya lebih komprehensif, artinya dapat digunakan
untuk menilai berbagai aspek dari individu sehingga tidak hanya untuk menilai
aspek kognitif, tetapi juga aspek efektif dan psikomotorik, yang dinilai saat
proses pelajaran berlangsung.

b. kerugian penerapan konstruksi non tes bagian partisipasi pada pembelajaran


adalah Tiap-tiap metode penilaian memiliki kelebihan dan kekurangan, tetapi
pada dasarnya dapat diterapkan (disesuaikan) pada semua mata pelajaran pada
sistem belajar mengajar kita. Diantara kerugian tersebut adalah Pengukuran
domain afektif tidak semudah mengukur domain kognitif. Pengukuran domain
afektif tidak dapat dilakukan setiap saat karena perubahan tingkah laku peserta
didik dapat berubah sewaktu-waktu. Pembentukan sikap seseorang
memerlukan waktu yang relatif lama. Untuk mengukur domain afektif dan
sebagian psikomotor diperlukan pengembangan instrumen evaluasi non-tes
(alternative test). Pengembangan instrumen ini relatif lebih sulit dibandingkan
dengan pengembangan instrumen evaluasi tes.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas dapatlah kita simpulkan bahwa dalam melaksanakan


evaluasi dalam dunia pendidikan kita tidak hanya semata dapat menggunakan
instrument tes. Namun, kita bisa menggunakan instrument tes dalam kegiatan
pengukuran dan penilaian. Teknik-teknik non-tes juga menempati kedudukan
yang penting dalam rangka evaluasi hasil belajar, lebihlebih evaluasi yang
berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti presepsinya terhadap
mata pelajaran tertentu, prsepsi terhadap guru, bakat dan minat, dan sebagainya.
Yang semua itu tidak mungkin dievaluasi dengan menggunakan tes sebagai alat
pengikutnya.Bentuk-bentuk instrumren evaluasi non-tes seperti wawancara
(interview), pengamatan (observation), angket (questionere), studi kasus, dan
pemeriksaan dokumen (documentary)

3.2 Saran

Diharapkan para pendidik dan calon pendidik memahami bahwa evaluasi


non tes juga sangat penting disamping evaluasi tes. Karena dapat dinilai sikap,
afektif dan psikomotorik dari mahasiswa sehingga dapat dijadikan panduan untuk
meningkatkan kualitas kependidikan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Arifin,Zaenal (2009), Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur,


Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Arniatiu (2010). Evaluasi Pembelajaran. Makalah Perkuliahan. Padang : Non-


Publikasi.

Bahri Djamarah, Saiful (2008).Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta

Bahri Djamarah, Saiful (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: PT.Rineka Cipta,

Daryanto (2008), Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sudijono,Anas (2009) Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada.

Fuadi, Athok. Sistem Pengembangan Evaluasi. (Ponorogo Press, 2006).

Nana Sudjana. 1989. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT


Remaja Rosda Karya

Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara

Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung, PT Remaja


Rosdakarya .

Widoyoko,S. Eko Putra (2009) Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis


BagiPendidik dan Calon Didik, Yogyakarta: Pustaka Belajar

12
13
14

Anda mungkin juga menyukai