Dosen Pengampu :
Drs. Yasifati Hia, M.Si.
Disusun Oleh :
(Kelompok 4)
Dina Hafiza (4221111036)
Ibnu Imam Arif (4223111037)
Violin Kristian Yolanda Purba (4221111039)
Ecy Rorensa Br Purba (4221111044)
Sanita Liana Romauli Simbolon (4223111035)
A. PENGERTIAN TES
Istilah tes secara bahasa diambil dari kata “testum” yaitu suatu pengertian
dalam bahasa Perancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia.
Seorang ahli bernama Jamea Ms. Cattel, pada tahun 1890 telah memperkenalkan
pengertian tes ini melalui bukunya yang berjudul “Mental Test and Measurement”.
Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan dan/atau tugas yang
direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut pendidikan, psikologik
atau hasil belajar yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebutmempunyai jawaban
atau ketentuan yang dianggap benar.
Adapun dalam pengertian yang lebih luas, para ahli memberikan beberapa
pengertian tentang tes, yaitu:
1. Anne Anastasi dalam karya tulisnya yang berjudul “Psychological Testing”
mengatakan bahwa tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar objektif,
sehingga dapat digunakan secara meluas dan akurat untuk mengukur dan
membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.
2. Drs. Amir Daien Indrakusuma dalam bukunya “Evaluasi Pendidikan” mengatakan
bahwa tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk
mengukur dan memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan
tentang seseorang atau kelompok dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan
cepat.
3. Bimo Walgito mengatakan tes adalah suatu metode atau alat untuk mengadakan
penyelidikan yang menggunakan soal-soal, pertanyaan atau tugas-tugas dimana
persoalan- persoalan atau pertanyaan-pertanyaan itu telah dipilih dengan seksama
dan telah distandardisasikan.
4. Muchtar Bukhari dalam bukunya yang berjudul “Teknik-teknik Evaluasi”
mengatakan bahwa tes adalah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui
ada atau tidaknya hasil pelajaran tertentu pada seorang individu atau kelompok.
5. Dikutip dari Webster’s Collegiate, tes adalah sederet pertanyaan atau latihan yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.
Dari beberapa definisi tersebut diatas, dapat kita pahami bahwa dalam dunia
pendidikan yang dimaksud dengan tes adalah serangkaian cara atau prosedur-
prosedur yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang akurat
tentang suatu objek dalam rangka pengukuran dan penilaian, yang nantinya akan
digunakan untuk mengembangkan dan meningkatkan hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan.
1
B. KARAKTERISTIK TES YANG BAIK
2
Allen & Yen (1979: 970) membagi validitas kepada tiga bentuk, yaitu :
validitas isi (content validity), validitas kriteria (criterion validity), dan validitas
susunan (construct validity).
2. Reliabilitas
Kata reliabilitas diambil dari bahasa Inggris “Reliability” yang berasal dari
kata “Reliable” yang berarti dapat dipercaya dan juga sering diterjemahkan
dengan keseimbangan (stability) atau kemantapan (consistency). Apabila istilah
tersebut dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat ukur, maka suatu tes dapat
dikatakan reliabel dan memiliki reliabilitas jika hasil-hasil pengukuran yang
dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulang kali terhadap subjek
yang berbeda, kapan saja, dimana saja dan oleh siapa saja diperiksa atau dinilai
senantiasa menunjukkan hasil yang relatif sama (Anas Sudijono, 2005: 95).
3
mengemukan bahwa suatu tes tidak dapat dikatakan bagus apabila tidak
menunjukkan kualitas reliabilitasnya. Oleh karena itu, semakin tinggi reliabilitas
suatu tes, maka semakin bagus kualitas tes tersebut. Dan jika dihubungkan dengan
validitas, maka reliabilitas adalah ketetapan sedangkan validitas adalahketepatan.
Misalnya: sebuah soal tes IPS sebanyak 100 soal, diberikan kepada siswa
dan hasilnya siswa tersebut betul 80. Kemudian selang beberapa hari tes itu (tes
yang sama) diberikan lagi pada anak tersebut dan hasilnya ternyata 81. Dengan
demikian dapat dikatakan, bahwa tes tersebut memiliki reabilitas. Karena
menunjukkan hasil yang mantap dan hasil tetap (walaupun ada perbedaan, tetapi
perbedaab itu tidak berarti karena hanya 1).
Tes yang memberikan hasil yang tidak tetap atau unriliabel itu disebabkab
karena harapan beberapa hal, diantaranya :
1. Situasi pada waktu tes berlangsung.
Dalam hal ini melibatkan factor siswa yang mengerjakan tes, yang mencakup
segiu fisikmaupun psikis dari yang mengerjakan tes. Misalnya :
b. Tidak ada petunjuk yang jelas bagaimana cara mengerjakan soal itu.
c. Pertanyaan soal tes itu membingungkan, sehingga bias terjadi salah
pengertian antaraanak dan guru yang membuat soal.
Karena itulah agar tes yang kita susun benar-benar dapat reliabel maka kita
harusmemperhatikan beberapa hal, antara lain:
a. Ciptakan situasi yang tenang dalam pelaksanaan tes. Seorang guru harus
mengusahakan agar lingkungan sekitar pelaksanaan tes tidak terjadi
kegaduhan.
b. Membuat soal tes yang jelas pertanyaannya sehingga tidak terjadi salah
4
pengertian antara murid dengan guru yang membuat soal tes. Dalam hal
ini soal tes yang kita susun supaya menggunakan bahasa yang sederhana,
jelas dan mudah dimengerti.
3. Kemampuan membandingkan
Kemampuan membandingkan merujuk pada hasil suatu tes yang akan
memberikan informasi-informasi tentang kemampuan anak. Hal yang
dibandingkan adalah antara mereka yang benar-benar belajar dan mereka yang
malas belajar (R.Suharno, 1984:21). Suatu tes yang sangat sukar, sehingga semua
anak tidak ada yang dapat mengerjakannya dengan baik dan benar adalah bukan
merupakan tes yang baik, begitu juga sebaliknya dengan suatu tes yang sangat
mudah sehingga semua anak dapat mengerjakannya dengan baik dan benar. Tes-
tes yang seperti itu dianggap tidak memilikikemampuan membandingkan, karena
semua anak baik yang kurang cerdas, agak cerdas, dan sangat cerdas hasilnya sama
yaitu dapat mengerjakan atau tidak dapat mengerjakan. Jadi, suatu tes yang baik
harus mempunyai kemampuan membedakan.
4. Objektifitas
Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa obyektif berarti tidak
mengandung unsur-unsur pribadi. Dalam hubungan ini, suatu tes dapat dikatakan
obyektif dan memiliki obyektivitas apabila tes tersebut disusun dan dilaksanakan
sesuai dengan apa yang ada. Isi atau materi tes diambil berdasarkan materi atau
bahan pelajaran yang telah diberikan sebelumnya dan sesuai dengan tujuan yang
telah ditentukan (Anas Sudijono, 2005: 96). Dengan kata lain, sebuah tes dikataka
memiliki obyektivitas apabila dalam pelaksanaan tes tersebut tidak ada factor
subjektif yang mempengaruhi, terutama dalam system penilaian. Apabila
dikaitkan dengan reliabilitas, maka objektifitas lebih menekankan ketetapan pada
sistem scoring, sedangkan reliabilitas lebih menekankan ketetapan dalam hasil
tes.
Contoh: soal tes IPS sebanyak 50 butir soal, setiap soal tes yang benar
diberi angka 2, sehingga apabila benar semua akan memperoleh skor 100.
Misalkan Ali mendapat skor 80 karena benar 40 soal tes setelah diperiksa guru A.
apabila ada gurulain yang memeriksa hasil pekerjaan Ali maka skornya masih
tetap 80 juga. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa soal tes IPS tersebut diatas
memiliki objektivitas.Tetapi apabila hasil tes Ali dari guru A dan guru B tersebut
tidak sama, amaka tes itu dikatakan tidak memiliki objektivitas. Di pihak lain,
seorang guru dalam mengoreksi hasil tes anak harus tidak memasukkan factor
subjektif agar hasil tes itu merupakan hasil objektif, sesuai dengan kemampuan
anak (nilai yang diperoleh). Dalam tes yang terbentuk subjektif sulit bagi guru
5
untuk member nilai yang se-objektif mungki, sebab jawaban dari soal tes subjektif
membutuhkan uraian-uraian, sehingga sulit bagi guru untuk member nilai yang
tepat, apalagi kalau guru tidak membuat pola jawaban sebelumnya. Hal ini bias
mengakibatkan dua anak akan memperoleh nilai yang tidak sama, padahal
jawabannya sama. Dengan demikian hasil tes itu tidak objektif dan berartihasil tes
itu tidak memiliki objektivitas. Faktor yang mempengaruhi objektifitas adalah
sebagai berikut:
a. Bentuk Tes
Tes yang berbentuk uraian (essay), akan memberikan banyak kemungkinan
kepada si penilai untuk memberikan banyak penilaian (skoring) menurut
caranya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan tes bentuk
uraian akan memungkinkan masuknya unsur subjektivitas dari si penilai dalam
melakukan skoring.
b. Penilai
Dengan menggunakan tes bentuk uraian, faktor subjektivitas dari seorang
penilai akan dapat masuk secara lebih leluasa dan mempengaruhi pemberian
skor. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi dalam subjektivitas penilaian
tersebut antara lain: kesan penilai terhadap peserta tes (hallo-effect), tulisan,
bahasa, waktu pelaksanaan penilaian, dan sebagainya.
c. Lengkap, dalam artian dilengkapi dengan cara penjawaban yang baik dan
benar,kunci jawaban dan pedoman penilaian.
d. Tidak memerlukan biaya atau ongkos yang terlalu tinggi dan waktu yang lama.
6
7. Mudah dalam Pemberian Nilai
Agar soal tes itu mudah dalam pemberian nilai, hendaknya kita membuat
ketentuan-ketentuan terlebih dahulu angka skor dari tiap-tiap tes. Misalnya setia
soal tes yang betul diberi angka satu, dan setelah diketahui skor dari masing-
masing anak,hendaknya skor itu diubah dalam bentuk nilai berskala 1-10.
Setelah memenuhi kriteria-kriteria tes yang baik, bukan berarti tes tersebut
telah sempurna dan tidak memiliki kemungkinan untuk salah. Berikut ada
beberapa cara untuk meningkatkan kebaikan tes.
a. Perencanaan tes yang baik
b. Penyusunan soal tes yang tepat
7
KESIMPULAN
Sebagai suatu alat pengukur yang digunakan untuk mengukur, membandingkan dan
memperoleh suatu informasi yang akurat, mak suatu tes yang baik harus memiliki
karakteristik-karakteristik tertentu, yaitu:
8
DAFTAR PUSTAKA
Trasidi, Iding. Kontribusi Pengetahuan Guru SLB-C tentang Kontribusi Tes Hasil Belajar
dengan Kualitas Tes Matetakita SLDP Tunagrahita Kelas Enam yang Dibuatnya.
http://ridha026.blogspot.com/2010/11/normal-0-false-false-false.html
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2187913-karakteristik-tes-yang-baik/