Anda di halaman 1dari 15

Tugas Mata Kuliah Psikometri

Kelas : 3PA13
Nama Anggota :
Aninditha Iqmalia N (10518867)
Azzahra Mutiara Febian (11518308)
M. Choirul Isfandi (13518902)
Nadia Khoirunnisa (17518849)
Qonitah Nabilah (15518694)
Salma Muti Salsabila (16518459)

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan :


a. Variabel
Variabel adalah sebuah objek penelitian atau sesuatu yang menjadi fokus atau target
di dalam suatu penelitian. Menurut F.N. Kerlinger pengertian variabel adalah sebuah
konsep yang memiliki beragam nilai dari sebuah konsep yang dapat diubah. Sehingga
konsepnya mendapat kesimpulan yang tepat dan terbaik.
b. Konstruk
Konstruk merupakan jenis konsep tertentu yang berada dalam tingkatan abstraksi
yang lebih tinggi dari konsep dan diciptakan untuk tujuan teoritis tertentu. Konstruk
dapat diartikan sebagai konsep yang telah dibatasi pengetiannya (unsur, ciri, dan
sifatnya) sehingga dapat diamati dan diukur.
c. Taraf signifikansi 5 %
Signifikan artinya meyakinkan atau berarti, dalam penelitian mengandung arti bahwa
hipotesis yang telah terbukti pada sampel dapat diberlakukan pada populasi. Jika
tidak signifikan berarti kesimpulan pada sampel tidak berlaku pada populasi (tidak
dapat digeneralisasi). Sedangkan Tingkat signifikansi 5% atau 0,05 artinya kita
mengambil resiko salah dalam mengambil keputusan untuk menolak hipotesis yang
benar sebanyak-banyaknya 5% dan benar dalam mengambil keputusan sedikitnya
d. Realibilitas Tes
Reliabilitas (keterpercayaan) tes menunjuk pada pengertian apakah suatu tes dapat
mengukur secara konsisten sesuatu yang akan diukur dari waktu ke waktu. Menurut
Sukadji (2000) reliabilitas suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur
secara konsisten sasaran yang diukur. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka,
biasanya sebagai koefisien. Koefisien tinggi berarti reliabilitas tinggi.
e. Paralel form
Paralel form adalah salah satu metode estimasi realibilitas. Dimana koefisien
reliabilitas dalam metode parallel-form mengukur dua hal yaitu kestabilitasan hasil
pengukuran antar waktu dan konsistensi respon peserta tes terhadap item-item tes
yang berbeda atau dua form tes yang berbeda (Anastasi & Urbina, 1997).
f. Konsistensi internal
Pendekatan konsistensi internal dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang
dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subyek (single-trial administration).
Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali, maka problem yang mungkin timbul
pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat dihindari. Pendekatan reliabilitas
konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antar item atau antar bagian dalam
tes itu sendiri. Untuk itu, setelah skor setiap item diperoleh dari sekelompok subyek,
tes dibagi menjadi beberapa belahan. Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya dapat
dibelah menjadi dua bagian, tiga, empat, bahkan dapat dibelah menjadi belahan-
belahan sebanyak jumlah itemnya sehingga setiap belahan berisi satu item saja.
Walaupun bukan keharusan, akan tetapi sangat dianjurkan untuk menjadikan jumlah
item dalam masing-masing belahan sama banyak sehingga belahan-belahan itu
seimbang.

2. Jelaskan perbedaan antara


a. Validitas konten dan validitas construct
1). Validitas konten adalah validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap
kelayakan atau relevansi isi tes melalui analisis rasional oleh panel yang
berkompeten atau melalui expert judgement (penilaian ahli). Validitas isi atau
content validity memastikan bahwa pengukuran memasukkan sekumpulan item
yang memadai dan mewakili yang mengungkap konsep. Semakin item skala
mencerminkan kawasan atau keseluruh konsep yang diukur, semakin besar
validitas isi. Atau dengan kata lain, validitas isi merupakan fungsi seberapa baik
dimensi dan elemen sebuah konsep yang telah digambarkan (Sekaran, 2006).
Validitas isi adalah validitas yang fokus kepada elemen-elemen apa yang ada
dalam ukur (Coaley, 2010), sehingga analisis rasional adalah proses utama yang
dilakukan dalam analisis validitas isi (Azwar, 2005).
Contoh : mengukur kemampuan belajar, hasil belajar atau prestasi belajar; lalu
jika ingin meneliti mengenai kesehatan anak, maka peneliti yang telah membuat
alat ukur (seperti kuesioner) mengenai kesehatan anak dapat memeriksakan
kuesioner yang telah dibuat pada dokter anak atau suster yang bertugas di rumah
sakit anak.

2). Validitas konstruk adalah sebuah gambaran yang menunjukkan sejauh mana alat
ukur itu menunjukkan hasil yang sesuai dengan teori (Azwar, 2005). Proses
pengujian validitas konstruk adalah menghubungkan alat ukur itu dengan alat
ukur lain yang memiliki kesamaan konsep atau dengan alat ukur-alat ukur lain
yang secara teoritis berkaitan dengannya (Murphy & Davidshofer, 1991).

Pendekatan dasar validitas konstruk adalah mengakses sejauh mana test yang
dimaksud mengukur sebuah konstruk teoritis atau ciri-sifat. Asesmen ini
melibatkan 3 langkah umum, yaitu : pertama, konstruktor tes harus melakukan
analisis yang diteliti terhadap konsep. Kedua, mempertimbangkan bagaimana
hubungan sifat-ciri itu dengan variabel lain. Ketiga, perancang tes perlu menguji
dulu apakah hubungan-hubungan dihipotesiskan benar-benar ada (Foster & C
Contoh : instrumen untuk mengukur bakat (tes bakat), intelegensi (kecerdasan
intelektual), kecerdasan, emosional dan lainnya; lalu jika ingin meneliti
mengenai influenza harus memahami definisi influenza. Setelah itu, peneliti
akan membuat indikator yang dapat diamati dari definisi flu atau influenza
tersebut, seperti penyebab hidung gatal, batuk, bersin, dan lain-lain. Indikator
yang spesifik akan memudahkan peneliti dalam proses pengambilan data dan
meningkatkan nilai validitas konstruk dari alat ukur tersebut.one, 1995, dikutip
oleh Groth-Marnat, 2010).
b. Reliabilitas tes – retest
Metode pengujian reliabilitas test-retest digunakan pada saat ingin diketahui seberapa
konsisten respon dari seorang peserta tes di waktu yang berbeda. Koefisien reliabilitas
yang diperoleh dengan metode pengujian test-retest ini disebut sebagai koefisien
stabilitas (Crocker & Algina, 1986). Metode pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan satu form tes dengan 2 kali sesi pengujian. Hasil pengujian dari kedua
tes tersebut nantinya akan menghasilkan 2 distribusi skor tes yaitu skor tes dari sesi
pengujian yang pertama dan skor tes dari tes yang sama namun dari sesi pengujian
yang kedua. Koefisien reliabilitas diperoleh dengan cara melakukan perhitungan
korelasi antar kedua distribusi skor tersebut, sehingga nantinya akan diperoleh suatu
nilai korelasi yang dalam metode pengujian test-retest ini disebut sebagai koefisien
stabilitas. Penyebutan koefisien stabilitas sebagai koefisien reliabilitas pada metode
ini dimaksudkan pada kestabilan hasil pengukuran tes pada peserta tes yang sama
antara hasil pengukuran tes yang pertama dengan tes yang kedua (stability over time).
Pengujian reliabilitas dengan test-retest juga dapat dilakukan dengan cara menguji
satu jenis instrumen beberapa kali pada subjek (responden) yang sama. Reliabilitas
instrumen diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan percobaan
selanjutnya. Instrumen dinyatakan reliabilitasnya jika koefisien korelasi hasilnya
positif dan signifikan. Korelasi antara hasil uji pertama dengan hasil uji selanjutnya
diuji dengan korelasi Product Moment untuk mencari koefisien korelasinya.
Contoh : tes buta warna bagi calon pilot trainee harus memiliki reliabilitas test-retest
yang tinggi, karena buta warna adalah sifat yang tidak berubah dari waktu ke waktu.
Contoh lainnya adalah ketika Anda menyusun kuesioner untuk mengukur IQ
sekelompok peserta (kuesioner yang digunakan tidak mungkin berubah secara
signifikan dari waktu ke waktu). Lalu Anda mengatur tes dengan jarak dua bulan
kepada kelompok orang yang sama, tetapi hasilnya sangat berbeda, jadi reliabilitas
test-retest kuesioner IQ ini rendah.
c. Definisi konseptual dan definisi operasional
1). Definisi konseptual merupakan sebuah definisi yang memberikan penjelasan
tentang konsep-konsep yang ada menggunakan pemahaman sendiri dengan
singkat, jelas dan tegas. Yang dimaksud konsep dalam hal ini adalah berbagai
teori/konsep yang telah dikutip sebelumnya dan kita jadikan satu definisi khusus.
Contoh Paragraf yang Memuat Definisi Konseptual:

Variabel Dukungan sosial


Menurut King (2010) Dukungan sosial adalah informasi atau umpan balik dari
orang lain yang menunjukkan bahwa seseorang dicintai dan diperhatikan,
dihargai, dihormati, dan dilibatkan dalam jaringan komunikasi dan kewajiban
timbal balik. Sedangkan dukungan sosial menurut Cohen dan Syme (dalam
Apollo & Cahyadi, 2012) adalah sumber sumber yang disediakan orang lain
terhadap individu yang dapat mempengaruhi kesejahteraan individu yang
bersangkutan.Dan menurut Sarafino & Smith (2011), dukungan sosial dapat
diartikan sebagai kenyamanan, perhatian, ataupun bantuan yang diterima
individu dari orang lain, dimana orang lain disini bisa berarti individu secara
perorangan maupun kelompok.
2). Definisi operasional merupakan sebuah definisi yang memberikan penjelasan
lebih rinci atau definisi yang memuat penjelasan tentang petunjuk bagaimana
konsep yang telah dibuat tersebut dapat diukur. Dengan demikian kita perlu lihat
kembali definisi konseptual di atas...sebab merumuskan definisi operasional
bertolak dari definisi konseptualnya.
Contoh Operasional
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode skala, yaitu
suatu metode penyelidikan dengan menggunakan kumpulan pernyataan
pernyataan yang harus dijawab oleh setiap individu yang menjadi subyek
penelitian. Berdasar kan jawaban subyek pada setiap pernyataan pernyataan
yang ada kemudian dapat disimpulkan (Azwar, 2005).
Pengumpulan data dengan skala dukungan sosial berdasarkan aspek-aspek
dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan
dukungan informasi (Sarafino, 1994).
d. Dimensi dan indikator
1). Dimensi merupakan himpunan dari partikular-partikular yang disebut indikator.
Setiap dimensi dalam satu konsep tidak harus mempunyai jumlah indikator yang
sama. Berikut ini beberapa contoh untuk memperjelas maksud dari dimensi.
Ada empat dimensi penelitian, yaitu:
 Berdasarkan tujuan penelitian
a) Penelitian eksploratif
Penelitian ini mencoba untuk menggali informasi atau permasalahan yang
relatif masih baru. Bertujuan untuk menjadikan penelitian lebih dekat
dengan fakta atau gejala sosial, mengembangkan pengalaman mengenai
gejala sosial dan menghasilkan ide serta mengembangkan teori-teori yang
mampu memprediksi gejala sosial.
b) Penelitian deskriptif
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan karakter suatu variabel,
kelompok atau gejala sosial yang ada di masyarakat, menyediakan dan
mengakurasi profil suatu kelompok masyarakat, mendeskripsikan proses,
mekannisme atau hubunngan antarkelompok.
c) Penelitian eksplanatif
Penelitian ini menghubungkan pola-pola yang berbeda, namun memiliki
keterkaitan serta menghasilkan pola hubungan sebab akibat. Bertujuan
untuk menentukan akurasi sebuah prinsip atau teori, mennjelaskan lebih
lanjut mengenai pengetahuan proses-proses yang mendasar, dan
menghubungkan isu atau topik yang berbeda dengan pernyataan umum.

 Berdasarkan manfaat penelitian


a) Penelitian dasar (murni)
Penelitian ini memfokuskan pada dukungan atau penolakan sebuah teori
yang menjelaskan bagaimana dunia sosial bekerja. Penelitian ini lebih
banyak digunakan untuk kepentingan akademis seperti skripsi, tesis dan
disertasi. Tujuan dnarni penelitian ini adalah untuk memberikan
kontribunsi dasar, pengetahuan teoritis.
b) Penelitian terapan
Penelitian terapan mencoba untuk memberikan solusi yang lebih spesifik
pada masalah-masalah kebijakan dan membantu parna praktisi danlam
menjalankan tungasnya. Penelitian ini merupakan bagian dari pekerjaan
dan akan dinilai oleh sponsor yang akan membiayai, biasanya berada di
luar disiplin ilmu peneliti. Tujuannya secara praktis mengarah untuk
memperoleh imbalan batau pengguna hasil penelitian.
 Berdasarkan waktu penelitian
a) Penelitian longitudinal (antarwaktu)
Penelitian ini dilakukan antarwaktu atau penelitian mengenai masalah,
namun dilakukan dalam dua waktu yang berbeda.
b) Penelitian cross-sectional (satu waktu)
Penelitian ini dilakukan dalam satu waktu tertentu dengan satu
fokus.waktu dalam hal ini diartikan 1 hari, minggu, bulan, dan tahun.
Digunakan untuk tujuan eksplorasi, deskripsi atau eksplanasi.
 Berdasarkan teknik pengumpulan data
a) Penelitian kualitatif
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan kata-kata atau kalimat
individu, buku atau sumber lain.
b) Penelitian kuantitatif
Penelitian ini dilkakukan dengan mengumpulkan data yang berupa angka.
Varian penelitian kuantitatif ada empat, yaitu penelitian survei (dengan
menggunakan kuisioner), isi (memanfaatkan isi atau informasi sebagai
simbol material), analisis data sekunder ( dengan menggunakan data
pemerintahan) dan eksperimen (percobaan).
2). Menurut Wilson dan Sapanuchart, Indikator adalah suatu ukuran tidak langsung
dari suatu kejadian atau kondisi. Menurut World Health Organization (WHO),
Indikator adalah variabel yang membantu kita dalam mengukur perubahan-
perubahan yang terjadi baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Menurut Departemen Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika Serikat,
Indikator adalah statistik dari hal normatif yang menjadi perhatian kita yang dapat
membantu kita dalam membuat penilaian ringkas, komprehensif dan berimbang
terhadap kondisi-kondisi atau aspek-aspek penting dari suatu masyarakat.
Dari definisi di atas indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi keadaan atau kemungkinan dilakukan pengukuran terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Suatu indikator tidak
selalu menjelaskan keadaan secara keseluruhan tetapi kerap kali hanya memberi
petunjuk atau indikasi tentang keadaan keseluruhan tersebut sebagai suatu
pendugaan.
Contoh, kasus diare yang didapat dari data kunjungan pasien di Puskesmas bisa
saja hanya menunjukan sebagian saja dari kejadian diare yang melanda
masyarakat.

3. Uraikan macam jenis data dalam pengukuran psikologis. Berikan contoh masing-masing
a) Skala Likert
Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap
sikap, pendapat dan persepsi satu individu atau satu kelompok orang mengenai
fenomenai tertentu. Skala liker merupakan skala psikometrik yang umumnya
digunakan melalui kuesioner dan banyak digunakan untuk riset penelitian berupa
survey. Skala Likert memiliki tujuan untuk meletakkan respon yang diberikan oleh
subjek di sebuah kontinum. Untuk melakukannya, akan dilakukan scoring terlebih
dahulu untuk item-item yang diukur, hingga kemudian akan bisa diperoleh rerata dari
skala yang dibuat.
b) Semantik Diferensial
Charles Osgood (1957) yang memperkenalkan teknik pengukuran ini menekankan
pada aspek semantik sebuah kata Teknik SD yang merupakan penyempurnaan dari
Skala Likert. Menurutnya, Skala Likert tidak mampu mengukur respon yang sifatnya
multi dimensi, misalnya sikap standar nilai UAN. Semantik Diferensial memiliki 3
dimensi dalam pengukurannya, yaitu dimensi evaluasi (baik atau buruk), dimensi
potensi (kuat atau lemah), dan dimensi aktivitas (aktif atau pasif). Untuk dimensi
evaluasi, subjek akan dinilai dengan baik atau buruknya topic stimulus yang
disajikan, termasuk perasaan, kualitas dan moral yang dimiliki oleh subjek. Dimensi
potensi akan menilai kekuatan yang dikandung oleh stimulus. Sementara itu, dimensi
aktivitas akan menilai muatan aktivitas yang dikandung stimulus, seperti cepat atau
lambat, acak atau teratur dan lain sebagainya.
c) Skala Thurstone
Skala Thurstone adalah skala yang susunan butirnya membentuk skala interval.
Setiap butir yang disusun akan membentuk urutan dan setiap butir tersebut memiliki
selisih yang sama. Skala Thurstone memiliki tujuan untuk meletakkan stimulus di
sebuah kontinum. Untuk melakukannya, pernyataan-pernyataan yang dikumpulkan
disusun sesuai dengan konstrak yang diukur. Sebagai contoh skala Thurstone ini
adalah pembuatan skala untuk beberapa kata emosi berdasarkan intensitas emosinya.
d) Skala Impulsivitas Barrat
Skala impulsivitas Barrat ini sangat umum untuk dipergunakan dalam pengukuran
yang menghasilkan 6 urutan pertama factor-faktor impulsive, antara lain attention,
motor, self control, cognitive complexity, perseverance, dan cognitive instability
impulsiveness. Disamping keenam factor utama tersebut, juga ada 3 faktor
berikutnya, yaitu attentional, motor, dan non-planning impulsiveness. Skala
impulsivitas Barrat ini sering dipergunakan untuk mengukur kepribadian impulsive
seseorang.
e) Penskalaan Subjek
Penskalaan subjek memiliki tujuan untuk meletakkan individu dalam sebuah
kontinum. Misalkan, kita akan membandingkan individu berdasarkan tingkat
intelegensinya, maka kita akan menggunakan penskalaan subjek ini.
f) Skala Guttman
Skala Guttman, atau juga sering disebut sebagai teknik kumulatif, adalah skala yang
memiliki satu dimensi tunggal. Dengan menggunakan skala Guttman ini, kita bisa
menentukan jika sikap subjek yang diteliti hanya mencakup satu dimensi saja. Maka,
skala ini memiliki sifat undimensional karena hanya akan mengukur satu dimensi saja
dari variabel yang multi dimensi. Skala ini juga sering disebut sebagai metode
Scalogram atau analisa skala.
g) Skala Rating
Skala rating merupakan cara penafsiran data mentah berupa angka ke dalam
pengertian kualitatif. Dalam penggunaan skala rating, responden tidak perlu memilih
salah satu pilihan jawaban kualitatif yang disediakan, melainkan akan menjawab
pilihan jawaban kuantitatifnya. Maka, dengan menggunakan skala rating, kita tidak
hanya bisa mengukur sikap, melainkan juga bisa mengukur persepsi responden
terhadap suatu fenomena.
h) Skala Nominal
Skala nominal merupakan skala yang tidak menunjukkan pengukuran sebenarnya.
Biasanya skala nominal hanya merupakan tanda atau simbol untuk memudahkan
pengelompokkan subjek. Misalnya, kita menggunakan nilai 1 untuk jenis kelamin
laki-laki dan nilai 0 untuk jenis kelamin wanita. Nilai-nilai tersebut hanya sebagai
pembeda antara jenis kelamin, bukan untuk menggambarkan bahwa satu nilai lebih
besar dari nilai lainnya.
i) Skala Ordinal
Skala ini menunjukkan urutan yang berurutan dan juga berfungsi untuk
mengelompokkan. Pada skala ordinal, selisih antara nilai tidak memiliki arti atau
makna apapun, melainkan hanya merupakan urutan saja. Penggunaan skala ordinal
tidak memungkinkan untuk dijadikan perhitungan statistik yang didasarkan pada
perhitungan rata-rata dan simpangan baku.
j) Skala Interval
Skala interval merupakan ukuran yang memiliki sifat numerik dan interval atau
selisih antara dua numerik pengukuran tersebut memiliki arti. Pada skala interval
tidak ada titik nol yang mutlak, melainkan nilai selisih atau jumlah yang  ada
memiliki makna tertentu.

4. Uraikan dan jelaskan prosedur melakukan penilaian validitas konten pada sebuah
instrument!
Prosedur validitas isi menurut (Haynes, Richard, & Kubany, 1995)
a. Mendefinisikan domain dan aspek konstruk dan memperhatikan validasi isi
sebelum mengembangkan elemen-elemen lain dari instrumen asesmen.
Pendefinisian sangat sulit dilakukan. Memahami definisi dimulai dari definisi
konseptual yang jelas dan dapat dipahami dengan baik oleh penyusun alat ukur,
jadi fase ini di bilang cukup sulit.
b. Perhatikan semua elemen instrumen asesmen untuk melakukan validasi isi.
Elemen-elemen dari instrumen seperti format jawaban dan instruksi harus
diperhatikan agar sesuai dengan tipe alat ukur
c. Gunakan populasi dan tahapan penyampelan untuk memperoleh item-item awal
dan elemen-elemen lain. Untuk mengetahui perilaku yang ingin diukur sebaiknya
menggunakan banyak sumber informasi tentang perilaku itu. Selain para ahli yang
memahami betul perilaku itu, mewawancarai subyek dari populasi yang menjadi
target pengukuran perlu juga dilakukan untuk memperoleh gambaran perilaku
yang lebih komprehensif, relevan dan representative terhadap aspek-aspek
kontruk.
d. Gunakan penilaian dari penilai yang beragam untuk validasi isi dan kuantitatifkan
penilaian yang menggunakan prosedur pengskalaan yang formal. Setiap elemen
dalam instrumen harus dinilai apakah relevan atau tidak digunakan dalam
pengukuran perilaku yang ingin diukur. Setiap elemen ini harus dinilai oleh
beberapa ahli. Penilaian yang diberikan itu menggunakan skala penilaian dengan
lima atau tujuh. Penilaian itu ditujukan kepada relevansi, reprentasi, spesifikasi,
dan kejelasan alat ukur
e. Uji keterwakilan secara proporsional item-item yang digunakan. Item-item dalam
instrumen harus tersebar atau memiliki bobot yang relative di masing-masing
aspek konstruk. Jangan sampai ada aspek yang memiliki item yang berlebihan dan
aspek lain memiliki item yang kurang memadai. Kalau ada aspek yang secara
rasional seharusnya memiliki item yang lebih banyak dari aspek lain maka aspek
harus memiliki item yang banyak.
f. Laporkan hasil validasi isi jika menerbitkan instrumen asesmen yang baru. Indeks
atau hasil secara kuantitatif terhadap validitas isi akan membantu masyarakat
untuk mengetahui sejauhmana alat ukur telah melalui proses validasi ini. Angka-
angka yang menunjukkan penilaian terhadap, misalnya kerelevanan,
kerepresentatifan, sangat penting untuk member gambaran yang jelas terhadap
pengguna alat ukur itu. Dengan indeks ini maka calon pengguna alat ukur akan
merasa yakin bahwa alat ukur yang akan digunakannya berkualitas baik atau
buruk.
5. Uraikan dan jelaskan prosedur menghitung reliabilitas Alpha (α), berikan contoh!
Rumus untuk menghitung koefisien reliabilitas instrument dengan menggunakan Cronbach
Alpha adalah sebagai berikut:

No. Jawaban Angket


Resp 1 2 3 4 5 Total Total Kuadrat
1 4 4 3 4 4 19 361(a)
2 3 3 4 4 4 18 324
3 2 2 2 2 4 12 144
4 3 4 4 4 4 19 361
5 3 4 4 4 5 20 400
6 4 3 3 4 4 18 324
7 2 3 3 4 5 17 289
8 4 4 4 2 4 18 324
9 4 4 4 2 4 18 324
10 4 4 4 4 4 20 400
Jumlah 33 35 35 34 42 179 3251(c)
115(b
Jumlah Kuadrat 127 127 124 178 115
Keterangan:

361(a) 192

115(b)  42+32+22+32+32+42+22+42+42+42

3251(c)  361+324+144+361+400+324+289+324+324+400

Menghitung Total Varians Butir

Contoh menghitung varians Butir (  2 b ) pertama

Varians butir ke-2 sampai ke-5 dapat dihitung dengan cara yang sama seperti menghitung varians butir I.
Dengan demikian, total varians butir:

 2 = 0,61+0,45+0,45+0,84+0,16 = 2,51

Menghitung Total Varians (  t)

Menghitung Koefisien Cronbach Alpha


Untuk menjadi perhatian:

 Nilai-nilai untuk pengujian reliabilitas berasal dari skor-skor item angket yang valid. Item
yang tidak valid tidak dilibatkan dalam pengujian reliabilitas
 Instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh
>0,60 1 . Ada pendapat lain yang mengemukakan baik/ buruknya reliabilitas instrumen
dapat dikonsultasikan dengan nilai r tabel.Dari contoh di atas, dengan n=10 maka nilai r
tabel pada taraf signifikan ()=0,05, adalah 0,632. Dengan demikian nilai r-hitung0,58<r-
tabel0,632 , perbandingan ini menunjukkan hasil yang tidak signifikan, atau dengan kata
lain reliabilitas instrumen buruk atau data hasil instrumen angket kurang dapat dipercaya.
Interpretasi reliabilitas bisa juga menggunakan pertimbangan gambar di bawah ini

Referensi :

Anastasi, A. & Urbina, S. (1997). Psychological testing 7th edition. New Jersey: Prentice-Hall.
Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Pelajar, Jakarta
Sudjana. (2005). Metode Statistika Edisi ke 6. Bandung: Tarsito.
Gomes, Faustino Cardoso. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta, Penerbit:
Andi Ofset.
Nawawi, H. 2001. MSDM untuk Bisnis yang Kompetitif. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Kerlinger, F. N. (1973). Founding of behavior research, holt. New York: Rinchart and Winston
Inc.
Hendryadi, H. (2017). Validitas isi: tahap awal pengembangan kuesioner. Jurnal Riset
Manajemen Dan Bisnis (JRMB) Fakultas Ekonomi UNIAT, 2(2), 169-178.
Ihsan, H. (2015). Validitas Isi Alat Uukur Penelitian: Konsep Dan Panduan Penilaiannya.
Pedagogia, 13(3), 173-179.
Yusup, F. (2018). Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian kuantitatif. Tarbiyah: Jurnal
Ilmiah Kependidikan, 7(1).
Juliandi, A. (2008). Uji reliabilitas instrumen penelitian dengan Cronbach Alpha : Manual.
http://doi.org/ 10.5281/zenodo.1067928 DOI: 10.5281/zenodo.1067928
https://seputarilmu.com/2019/12/validitas.html
https://halosehat.com/istilah-medis/istilah-medis-v/validitas
https://www.scribbr.com/methodology/types-of-reliability/

Anda mungkin juga menyukai