Kelas : 3PA13
Nama Anggota :
Aninditha Iqmalia N (10518867)
Azzahra Mutiara Febian (11518308)
M. Choirul Isfandi (13518902)
Nadia Khoirunnisa (17518849)
Qonitah Nabilah (15518694)
Salma Muti Salsabila (16518459)
2). Validitas konstruk adalah sebuah gambaran yang menunjukkan sejauh mana alat
ukur itu menunjukkan hasil yang sesuai dengan teori (Azwar, 2005). Proses
pengujian validitas konstruk adalah menghubungkan alat ukur itu dengan alat
ukur lain yang memiliki kesamaan konsep atau dengan alat ukur-alat ukur lain
yang secara teoritis berkaitan dengannya (Murphy & Davidshofer, 1991).
Pendekatan dasar validitas konstruk adalah mengakses sejauh mana test yang
dimaksud mengukur sebuah konstruk teoritis atau ciri-sifat. Asesmen ini
melibatkan 3 langkah umum, yaitu : pertama, konstruktor tes harus melakukan
analisis yang diteliti terhadap konsep. Kedua, mempertimbangkan bagaimana
hubungan sifat-ciri itu dengan variabel lain. Ketiga, perancang tes perlu menguji
dulu apakah hubungan-hubungan dihipotesiskan benar-benar ada (Foster & C
Contoh : instrumen untuk mengukur bakat (tes bakat), intelegensi (kecerdasan
intelektual), kecerdasan, emosional dan lainnya; lalu jika ingin meneliti
mengenai influenza harus memahami definisi influenza. Setelah itu, peneliti
akan membuat indikator yang dapat diamati dari definisi flu atau influenza
tersebut, seperti penyebab hidung gatal, batuk, bersin, dan lain-lain. Indikator
yang spesifik akan memudahkan peneliti dalam proses pengambilan data dan
meningkatkan nilai validitas konstruk dari alat ukur tersebut.one, 1995, dikutip
oleh Groth-Marnat, 2010).
b. Reliabilitas tes – retest
Metode pengujian reliabilitas test-retest digunakan pada saat ingin diketahui seberapa
konsisten respon dari seorang peserta tes di waktu yang berbeda. Koefisien reliabilitas
yang diperoleh dengan metode pengujian test-retest ini disebut sebagai koefisien
stabilitas (Crocker & Algina, 1986). Metode pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan satu form tes dengan 2 kali sesi pengujian. Hasil pengujian dari kedua
tes tersebut nantinya akan menghasilkan 2 distribusi skor tes yaitu skor tes dari sesi
pengujian yang pertama dan skor tes dari tes yang sama namun dari sesi pengujian
yang kedua. Koefisien reliabilitas diperoleh dengan cara melakukan perhitungan
korelasi antar kedua distribusi skor tersebut, sehingga nantinya akan diperoleh suatu
nilai korelasi yang dalam metode pengujian test-retest ini disebut sebagai koefisien
stabilitas. Penyebutan koefisien stabilitas sebagai koefisien reliabilitas pada metode
ini dimaksudkan pada kestabilan hasil pengukuran tes pada peserta tes yang sama
antara hasil pengukuran tes yang pertama dengan tes yang kedua (stability over time).
Pengujian reliabilitas dengan test-retest juga dapat dilakukan dengan cara menguji
satu jenis instrumen beberapa kali pada subjek (responden) yang sama. Reliabilitas
instrumen diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan percobaan
selanjutnya. Instrumen dinyatakan reliabilitasnya jika koefisien korelasi hasilnya
positif dan signifikan. Korelasi antara hasil uji pertama dengan hasil uji selanjutnya
diuji dengan korelasi Product Moment untuk mencari koefisien korelasinya.
Contoh : tes buta warna bagi calon pilot trainee harus memiliki reliabilitas test-retest
yang tinggi, karena buta warna adalah sifat yang tidak berubah dari waktu ke waktu.
Contoh lainnya adalah ketika Anda menyusun kuesioner untuk mengukur IQ
sekelompok peserta (kuesioner yang digunakan tidak mungkin berubah secara
signifikan dari waktu ke waktu). Lalu Anda mengatur tes dengan jarak dua bulan
kepada kelompok orang yang sama, tetapi hasilnya sangat berbeda, jadi reliabilitas
test-retest kuesioner IQ ini rendah.
c. Definisi konseptual dan definisi operasional
1). Definisi konseptual merupakan sebuah definisi yang memberikan penjelasan
tentang konsep-konsep yang ada menggunakan pemahaman sendiri dengan
singkat, jelas dan tegas. Yang dimaksud konsep dalam hal ini adalah berbagai
teori/konsep yang telah dikutip sebelumnya dan kita jadikan satu definisi khusus.
Contoh Paragraf yang Memuat Definisi Konseptual:
3. Uraikan macam jenis data dalam pengukuran psikologis. Berikan contoh masing-masing
a) Skala Likert
Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap
sikap, pendapat dan persepsi satu individu atau satu kelompok orang mengenai
fenomenai tertentu. Skala liker merupakan skala psikometrik yang umumnya
digunakan melalui kuesioner dan banyak digunakan untuk riset penelitian berupa
survey. Skala Likert memiliki tujuan untuk meletakkan respon yang diberikan oleh
subjek di sebuah kontinum. Untuk melakukannya, akan dilakukan scoring terlebih
dahulu untuk item-item yang diukur, hingga kemudian akan bisa diperoleh rerata dari
skala yang dibuat.
b) Semantik Diferensial
Charles Osgood (1957) yang memperkenalkan teknik pengukuran ini menekankan
pada aspek semantik sebuah kata Teknik SD yang merupakan penyempurnaan dari
Skala Likert. Menurutnya, Skala Likert tidak mampu mengukur respon yang sifatnya
multi dimensi, misalnya sikap standar nilai UAN. Semantik Diferensial memiliki 3
dimensi dalam pengukurannya, yaitu dimensi evaluasi (baik atau buruk), dimensi
potensi (kuat atau lemah), dan dimensi aktivitas (aktif atau pasif). Untuk dimensi
evaluasi, subjek akan dinilai dengan baik atau buruknya topic stimulus yang
disajikan, termasuk perasaan, kualitas dan moral yang dimiliki oleh subjek. Dimensi
potensi akan menilai kekuatan yang dikandung oleh stimulus. Sementara itu, dimensi
aktivitas akan menilai muatan aktivitas yang dikandung stimulus, seperti cepat atau
lambat, acak atau teratur dan lain sebagainya.
c) Skala Thurstone
Skala Thurstone adalah skala yang susunan butirnya membentuk skala interval.
Setiap butir yang disusun akan membentuk urutan dan setiap butir tersebut memiliki
selisih yang sama. Skala Thurstone memiliki tujuan untuk meletakkan stimulus di
sebuah kontinum. Untuk melakukannya, pernyataan-pernyataan yang dikumpulkan
disusun sesuai dengan konstrak yang diukur. Sebagai contoh skala Thurstone ini
adalah pembuatan skala untuk beberapa kata emosi berdasarkan intensitas emosinya.
d) Skala Impulsivitas Barrat
Skala impulsivitas Barrat ini sangat umum untuk dipergunakan dalam pengukuran
yang menghasilkan 6 urutan pertama factor-faktor impulsive, antara lain attention,
motor, self control, cognitive complexity, perseverance, dan cognitive instability
impulsiveness. Disamping keenam factor utama tersebut, juga ada 3 faktor
berikutnya, yaitu attentional, motor, dan non-planning impulsiveness. Skala
impulsivitas Barrat ini sering dipergunakan untuk mengukur kepribadian impulsive
seseorang.
e) Penskalaan Subjek
Penskalaan subjek memiliki tujuan untuk meletakkan individu dalam sebuah
kontinum. Misalkan, kita akan membandingkan individu berdasarkan tingkat
intelegensinya, maka kita akan menggunakan penskalaan subjek ini.
f) Skala Guttman
Skala Guttman, atau juga sering disebut sebagai teknik kumulatif, adalah skala yang
memiliki satu dimensi tunggal. Dengan menggunakan skala Guttman ini, kita bisa
menentukan jika sikap subjek yang diteliti hanya mencakup satu dimensi saja. Maka,
skala ini memiliki sifat undimensional karena hanya akan mengukur satu dimensi saja
dari variabel yang multi dimensi. Skala ini juga sering disebut sebagai metode
Scalogram atau analisa skala.
g) Skala Rating
Skala rating merupakan cara penafsiran data mentah berupa angka ke dalam
pengertian kualitatif. Dalam penggunaan skala rating, responden tidak perlu memilih
salah satu pilihan jawaban kualitatif yang disediakan, melainkan akan menjawab
pilihan jawaban kuantitatifnya. Maka, dengan menggunakan skala rating, kita tidak
hanya bisa mengukur sikap, melainkan juga bisa mengukur persepsi responden
terhadap suatu fenomena.
h) Skala Nominal
Skala nominal merupakan skala yang tidak menunjukkan pengukuran sebenarnya.
Biasanya skala nominal hanya merupakan tanda atau simbol untuk memudahkan
pengelompokkan subjek. Misalnya, kita menggunakan nilai 1 untuk jenis kelamin
laki-laki dan nilai 0 untuk jenis kelamin wanita. Nilai-nilai tersebut hanya sebagai
pembeda antara jenis kelamin, bukan untuk menggambarkan bahwa satu nilai lebih
besar dari nilai lainnya.
i) Skala Ordinal
Skala ini menunjukkan urutan yang berurutan dan juga berfungsi untuk
mengelompokkan. Pada skala ordinal, selisih antara nilai tidak memiliki arti atau
makna apapun, melainkan hanya merupakan urutan saja. Penggunaan skala ordinal
tidak memungkinkan untuk dijadikan perhitungan statistik yang didasarkan pada
perhitungan rata-rata dan simpangan baku.
j) Skala Interval
Skala interval merupakan ukuran yang memiliki sifat numerik dan interval atau
selisih antara dua numerik pengukuran tersebut memiliki arti. Pada skala interval
tidak ada titik nol yang mutlak, melainkan nilai selisih atau jumlah yang ada
memiliki makna tertentu.
4. Uraikan dan jelaskan prosedur melakukan penilaian validitas konten pada sebuah
instrument!
Prosedur validitas isi menurut (Haynes, Richard, & Kubany, 1995)
a. Mendefinisikan domain dan aspek konstruk dan memperhatikan validasi isi
sebelum mengembangkan elemen-elemen lain dari instrumen asesmen.
Pendefinisian sangat sulit dilakukan. Memahami definisi dimulai dari definisi
konseptual yang jelas dan dapat dipahami dengan baik oleh penyusun alat ukur,
jadi fase ini di bilang cukup sulit.
b. Perhatikan semua elemen instrumen asesmen untuk melakukan validasi isi.
Elemen-elemen dari instrumen seperti format jawaban dan instruksi harus
diperhatikan agar sesuai dengan tipe alat ukur
c. Gunakan populasi dan tahapan penyampelan untuk memperoleh item-item awal
dan elemen-elemen lain. Untuk mengetahui perilaku yang ingin diukur sebaiknya
menggunakan banyak sumber informasi tentang perilaku itu. Selain para ahli yang
memahami betul perilaku itu, mewawancarai subyek dari populasi yang menjadi
target pengukuran perlu juga dilakukan untuk memperoleh gambaran perilaku
yang lebih komprehensif, relevan dan representative terhadap aspek-aspek
kontruk.
d. Gunakan penilaian dari penilai yang beragam untuk validasi isi dan kuantitatifkan
penilaian yang menggunakan prosedur pengskalaan yang formal. Setiap elemen
dalam instrumen harus dinilai apakah relevan atau tidak digunakan dalam
pengukuran perilaku yang ingin diukur. Setiap elemen ini harus dinilai oleh
beberapa ahli. Penilaian yang diberikan itu menggunakan skala penilaian dengan
lima atau tujuh. Penilaian itu ditujukan kepada relevansi, reprentasi, spesifikasi,
dan kejelasan alat ukur
e. Uji keterwakilan secara proporsional item-item yang digunakan. Item-item dalam
instrumen harus tersebar atau memiliki bobot yang relative di masing-masing
aspek konstruk. Jangan sampai ada aspek yang memiliki item yang berlebihan dan
aspek lain memiliki item yang kurang memadai. Kalau ada aspek yang secara
rasional seharusnya memiliki item yang lebih banyak dari aspek lain maka aspek
harus memiliki item yang banyak.
f. Laporkan hasil validasi isi jika menerbitkan instrumen asesmen yang baru. Indeks
atau hasil secara kuantitatif terhadap validitas isi akan membantu masyarakat
untuk mengetahui sejauhmana alat ukur telah melalui proses validasi ini. Angka-
angka yang menunjukkan penilaian terhadap, misalnya kerelevanan,
kerepresentatifan, sangat penting untuk member gambaran yang jelas terhadap
pengguna alat ukur itu. Dengan indeks ini maka calon pengguna alat ukur akan
merasa yakin bahwa alat ukur yang akan digunakannya berkualitas baik atau
buruk.
5. Uraikan dan jelaskan prosedur menghitung reliabilitas Alpha (α), berikan contoh!
Rumus untuk menghitung koefisien reliabilitas instrument dengan menggunakan Cronbach
Alpha adalah sebagai berikut:
361(a) 192
115(b) 42+32+22+32+32+42+22+42+42+42
3251(c) 361+324+144+361+400+324+289+324+324+400
Varians butir ke-2 sampai ke-5 dapat dihitung dengan cara yang sama seperti menghitung varians butir I.
Dengan demikian, total varians butir:
2 = 0,61+0,45+0,45+0,84+0,16 = 2,51
Nilai-nilai untuk pengujian reliabilitas berasal dari skor-skor item angket yang valid. Item
yang tidak valid tidak dilibatkan dalam pengujian reliabilitas
Instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh
>0,60 1 . Ada pendapat lain yang mengemukakan baik/ buruknya reliabilitas instrumen
dapat dikonsultasikan dengan nilai r tabel.Dari contoh di atas, dengan n=10 maka nilai r
tabel pada taraf signifikan ()=0,05, adalah 0,632. Dengan demikian nilai r-hitung0,58<r-
tabel0,632 , perbandingan ini menunjukkan hasil yang tidak signifikan, atau dengan kata
lain reliabilitas instrumen buruk atau data hasil instrumen angket kurang dapat dipercaya.
Interpretasi reliabilitas bisa juga menggunakan pertimbangan gambar di bawah ini
Referensi :
Anastasi, A. & Urbina, S. (1997). Psychological testing 7th edition. New Jersey: Prentice-Hall.
Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Pelajar, Jakarta
Sudjana. (2005). Metode Statistika Edisi ke 6. Bandung: Tarsito.
Gomes, Faustino Cardoso. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta, Penerbit:
Andi Ofset.
Nawawi, H. 2001. MSDM untuk Bisnis yang Kompetitif. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Kerlinger, F. N. (1973). Founding of behavior research, holt. New York: Rinchart and Winston
Inc.
Hendryadi, H. (2017). Validitas isi: tahap awal pengembangan kuesioner. Jurnal Riset
Manajemen Dan Bisnis (JRMB) Fakultas Ekonomi UNIAT, 2(2), 169-178.
Ihsan, H. (2015). Validitas Isi Alat Uukur Penelitian: Konsep Dan Panduan Penilaiannya.
Pedagogia, 13(3), 173-179.
Yusup, F. (2018). Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian kuantitatif. Tarbiyah: Jurnal
Ilmiah Kependidikan, 7(1).
Juliandi, A. (2008). Uji reliabilitas instrumen penelitian dengan Cronbach Alpha : Manual.
http://doi.org/ 10.5281/zenodo.1067928 DOI: 10.5281/zenodo.1067928
https://seputarilmu.com/2019/12/validitas.html
https://halosehat.com/istilah-medis/istilah-medis-v/validitas
https://www.scribbr.com/methodology/types-of-reliability/