Anda di halaman 1dari 10

Makalah

EVALUASI PEMBELAJARAN PAK

Oleh :

Nama : Agustina Padang

Prodi : S-I PAK

T/S : III/V

M.kuliah : Evaluasi Pembelajaran PAK

Dosen : Sonya Iman Letari Lumbantobing M.Pd.K

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI OIKUMENE INJILI (STTOI) TAHUN

AJARAN 2023/2024
A. Pengertian Tes Pembelajaran

Kata tes berasal dari Bahasa prancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-
logam mulia yang dimaksud disini adalah dengan menggunakan alat berupa piring aakan
dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang bernilai tinggi . Dalam Perkembangannya ada
seiring kemajuan zaman tes berarti ujian atau percobaan. Ada beberapa istilah yang
memerlukan penjelasaan sehubungan dengan uraian diatas ,yaitu :test,testing,tester,dan
testee,yang masing-masing mempunyai pengertian berbeda namun erat kaitanya dengan tes.

1. Test adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan
penilaian.
2. Testing berarti saat dilaksanakanyaa pengukuran dan penilaian atau saat pengambilan
tes.
3. Tester artinya orang yang melaksakan tes atau orang yang diserahi untuk
melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden.
4. Testee adalah pihak yang sedang dikenai tes.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tes adalah ujian tertulis,lisan,atau wawancara
untuk mengetahui pengetahuan,kemampuan , bakat , dan kepribadian seseorang;percobaan
untuk menguji kenaikan jalan suatu kendaraan bermotor umum;uji.

Secara istilah tes adalah suatu prosedur yang sistematis untuk mengamati perilaku
seseorang dan menggambarkannya dengan bantuan skala numerik atau sistem kategori
tertentu. Sementara menurut Siti Rahayu haditono bahwa tes adalah suatu alat yang sudah
divalidasikan untuk mengukur salah satu sifat,kecakapan atau tingkah laku dengan cara
mengukur sesuai dengan sampel dari sifat,kecakapan atau tingkah laku (Siti Rahayu Haditono
,1987 ). Demikian pula Bimo walgito mengemukakan bahwa tes adalah suatu metode atau
alat untuk mengadakan penyelidikan yang menggunakan soal-soal pertanyaan atau tugas-
tugas yang lain dimana persoalan-persoalan atau pertanyaan-pertanyaan itu telah dipilih
dengan seksama dan telah distandardisasikan (Bimo Walgito ,1987:87 ).

Dapat disimpulkan bahwa tes merupakan salah satu alat untuk melakukan
pengukuran ,yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karateristik suatu objek.Dalam
pembelajaran objek ini bisa berupa kecakapan peserta didik ,minat ,motivasi,dan sebagainya.
A. Bentuk -Bentuk Tes Pembelajaran

Bentuk tes yang digunakan dilembaga Pendidikan dilihat dari segi sistem penskorannya dapat
dikategorikan menjadi dua ,yaitu tes subjektif dan tes objektif.

1. Tes objektif ,memberi pengertian bahwa siapa saja yang memeriksa lembar jawaban
tes akan menghasilkan skor yang sama .Skor tes ditentukan oleh jawaban yang
diberikan oleh peserta tes.
2. Tes subjektif ,adalah tes yang penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor ,jawaban
yang sama dapat memiliki skor yang berbeda oleh pemberi skor yang berlainan.

Dapat dikatakan bahwa tes objektif yang penskorannya bersifat objektif,yaitu hanya
dipengaruhi oleh objek jawaban maupun respon peserta tes juga dipengaruhi oleh subjektif
pemberi skor .

1. Tes Objektif

Tes objek disebut pula “short answer”atau “new type”tes. Tes objektif terdiri dari item-
item yang dapat dijawab dengan jalan memilih salah satu alternative yang benar dari
sejumlah alternative yang tersedia ,atau dengan mengisi jawaban yang benar dengan
beberapa perkataan atau symbol.

Zainal Arifin dalam bukunya Evaluasi Pembelajaraan ,menyatakan tes objektif sering
juga disebut tes dikotomi karena jawababanya antara benar atau salah dan skornya antara
1 atau 0 . Disebut tes objektif karena penilainya objektif .siapa pun yang mengoreksi
jawaban tes objektif hasilnya akan sama karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti .

a) Kelebihan Tes Objektif


1. Lebih representative mewakili isi dan luas bahan .
2. Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena Dpat menggunakan alat-
alat kemajuan teknologi misalnya mesin scanner .
3. Pemeriksaanya dapat diserahkan kepaada orang lain.
4. Dalam pemeriksaanya maupun penskoran ,tidak ada unsur subjektif yang
memegaruhi ,baik dari segi guru maupun siswa.
b) Kelemahan Tes Objektif
1. Membutuhkan persiapan yang lebih sulit daripada tes karena butir soal atau
item tesnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan
yang lain.
2. Butir-butir soal cenderug hanya mengungkap ingatan dan pengenalan kembali
saja ,dan sukar untuk mengukur kemampuan berpikir yang tinggi seperti
sintesis maupun kreativitas .
3. Banyak kesempatan bagi siswa untuk spekulasi atau untung-untungan dalam
jawaban soal tes .
4. Kerja sama antara siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka
2. Tes Subjektif

Tes subjektif yang juga dikenal dengan istilah tes esai merupakan salah satu jenis tes hasil
belajar yang jawabannya menurut testee mengingat dan mengorganisasikan gagasan atau
hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan dan mengekspresikan
gagasan dalam bentuk uraian tertulis.

a). Kelebihan Tes Subjektif

Kelebihan-kelebihan tes subjektif dapat diuraikan sebagai berikut .

1. Bentuk tes ini sangat cocok untuk mengukur atau menilai hasil dari suatu proses
belajar yang kompleks,yang sukar diukur dengan menggunakan tes objektif
2. Penggunaan tes esai memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk menyusun
jawaban sesuai dengan jalan pikirannya bisa teratur. Kecakapan untuk
mengemukakan jalan pikiran yang teratur sangat penting dalam kehidupan
masyarakat . Individu tidak saja harus mengadakan pilihan terhadap alternative-
alternatif yang ada ,tetapi dipandang perlu untuk mengemukakan alternatif lain
yang lebih berguna.

b). Kelemahan Tes Subjektif

Disamping dari segi kelebihan-kelebihan bentuk tes esai mempunyai beberapa segi
kelemahan .Antara lain kelemahan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Pemberian skor terhadap jawaban tes esai kurang reliabel .Dalam tes tidak hanya
satu jawaban bisa diterima. Dan tingkat kebenaran dari jawaban-jawaban tersebut
sangat bervariasi. Oleh karena itu skor yang diberikan oleh seorang korektor
sering berbeda dengan variasi skor yang diberikan oleh korektor lain.
2. Tes esai menghendaki jawaban-jawaban yang relative Panjang . Oleh karena
itu,waktu yang diperlukan untuk menulis jawaban terhadap satu item juga
karenanya dalam satu periode tes hanya dapat diberikan beberapa buah item saja.
Dengan demikian ,materi yang selalu digunakan sebagai bahan tes kurang
representative terhadap seluruh materi yang diajarkan. Oleh karena itu,maka bisa
timbul hasil secara kebetulan. Murid yang tidak dapat menjawab dengan baik tes
yang diberikan belum tentu merupakan anak bodoh. Mungkin Ia menguasai
bahan-bahan yang lain yang tidak digunakan sebagai bahan tes.
3. Mengoreksi tes esai memerlukan waktu yang cukup lama, serta menghabiskan
energi yang lebih banyak ,sebab setiap jawaban harus dibaca satu persatu secara
teliti.

Tes esai adalah tes tertulis yang meminta peserta didik memberikan jawaban berupa
uraian . Bentuk-bentuknya berupa:

B. Prinsip Dasar Tes Pembelajaran

Agar tes yang disusun betul-betul dapat mengukur kemampuan atau keterampilan peserta
didik yang diharapkan atau keterampilan peserta didik yang diharapkan ,maka ada
beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam penyusunan tes.

1. Tes harus mengukur hasil belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan
pembelajaran . Oleh karena itu,untuk dapat menyusun tes yang baik maka tujuan
pembelajaran harus dirumuskan dengan jelas. Mengapa demikian? Karena tujuan
merupakan landasan dan sekaligus sebagai penentu kriteria penilaian . Jika tujuan
tidak dirumuskan dengan jelas maka hasil dari kegiatan penilaian tersebut tidak
mencerminkan isi pengetahuan atau keterampilan peserta didik yang sebenarnya.
Dengan Bahasa yang berbeda dapat dikatakan bahwa hasil penilaian menjadi tidak
valid,karena tidak mengukur apa yang sebenarnya harus diukur.
2. Tes harus mengukur sampel yang representative dari hasil belajar dan bahan pelajaran
yang telah diajarkan. Pernyataan ini mengandung arti bahwa tes yang disusun harus
mencakup soal-soal yang dianggap dapat mewakili seluruh performance hasil belajar
peserta didik, sesuai dengan indicator yang telah dirumuskan untuk dapat menyusun
soal-soal tes yang representative dalam mengukur hasil belajar peserta
didik ,evaluator hendaknya menyusun kisi-kisi yang memuat rincian topik dari bahan
pelajaran yang telah diajarkan dan penentuan jumlah serta jenis soal disesuaikan
dengan tujuan dari setiap topik.
3. Tes harus didesaian sesuai dengan kegunaanya untuk memperoleh hasil yang
diinginkan. Masing-masing jenis tes memiliki karateristik tertentu., baik dari segi
bentuk soal, tingkat kesukaran ,maupun cara pengolahan dan pendekatanya . Dengan
demikian ,penyusunan dan penyelenggara tes harus disesuaikan dengan tujuan dan
fungsinya sebagai alat evaluasi yang diinginkan .soal yang baik hendaknya dibuat
seadanya mungkin sehingga mudah diinterpretasikan dengan baik.
C. Perencanan Dalam Menyusun Tes
Tes untuk mengukur hasil belajar siswa ,memiliki prinsip-prinsip serta langkah-
langkah perencanaan tersendiri. Dalam merencanakan penyusunan achievement tes
diperlukan adanya langkah-langkah yang harus diikuti secara sistematis sehingga
dapat diperoleh tes yang lebih efektif. Dengan adanya hal ini ,diharapkan suatu tes
benar-benar dapat menjadi instrument yang dapat mengukur apa yang sebenarnya
harus diukur. Para ahli penyusun tes maupun para pengajar (classroom teacher )
umumnya telah menyepakati lankah-langkah sebagai berikut .
1. Menentukan atau merumuskan tujuan tes
2. Mengidentifikasi hasil-hasil belajar (learning outcomes ) yang akan diukur dengan
tes itu.
3. Menentukan atau menandai hasil-hasil belajar yang spesifik
4. Merinci mata pelajaran atau bahan pelajaran yang akan diukur dengan tes itu.
5. Menyiapkan tabel spesifikasi tersebut sebagai dasar penyusunan tes.

Untuk merumuskan tujuan penyusunan tes dengan baik ,seorang guru atau pengajar
perlu memikirkan apa tipe dan fungsi tes yang akan disusunnya sehingga selanjutnya ia dapat
menentukan bagaimana karateristik soal-soal yang akan dibuatnya.

D. Syarat -syarat dalam menyusun tes pembelajaran

Tes Objektif adalah tes yang paaling banyak digunakan dalam dunia Pendidikan. Selain itu
tes objektif adalah tes yang dianggap rumit dalam penyusunannya dibandingkan dengan tes
lain dan tess ini juga yang paling sering digunakan dalam ujian nasional.

Secara umum syarat-syarat menyusun penyusunan tes objektif yaitu sebagai berikut.

1. Tiap bentuk tes objektif harus didahului dengan “petunjuk”bagaimana cara


mengerjakan tiap ssoal dari tes yang bersangkutan
2. Jumlah dan jenis hendaklah berdasarkan “tabel spesifikasi”atau kisi-kisi yang telah
dibuat atau direncanakan sebelumnya.
3. Deskripsi masalah yang dikemukakan sebagai pernyataan (statement) harus jelas
terungkap baik .
4. Sebisa mungkin menggunakan kalimaat positif ,dan jika menggunakan kalimat
negatif,maka gtulislah kata negatif seperti ,TIDAK,BUKAN ,dan KECUALI dengan
huruf besar
5. Dalam menggungkapkan permasalahan ,hindari penggunaan kata yang bersifat “tidak
tentu”seperti :kebanyakan ,paada umumnyaa ,dan kaadang-kadang .agar tidaak
menimbulkan tafsiran yang membingungkan atau bahkan bersifat subjektif bagi
responden

E.Karateristik Tes yang Baik

Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan baik apabila memenuhi
lima persyaratan ,yaitu Validitas ,reliabilitas,objektivitas dan ekonomis.

a. Validitas
Alat ukur dikatakan valid apabila alat ukur itu dapat dengan tepat mengukur apa yang
hendak diukur.Dengan kata lain ,validitas yang berkaitan dengan “ketetapan”dengan
alat ukur . Tes sebagai salah satu alat ukur hasil belajar dapat dikatakan valid apabila
tes itu dapat mengukur hasil belajar yang hendak diukur. Dengan tes yang valid akan
menghasilkan belajar yang valid pula.
Contoh:
Untuk mengukur tingkat partisipasi siswa dalam proses pembelajaraan ,bukan diukur
melalui skor nilai yang diperoleh pada waktu ulangan tetapi dilihat melalui :
a. Kehadiran
b. Terpusatnya perhatian pada pembelajaran
c. Ketetapan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru dalam arti
relevan pada permasalahanya.
b. Reliabilitas
Reliabilitas artinya memiliki sifat dapat dipercaya . suatu alat ukur dikatakan memiliki
reliabilitas apabila dipergunakan berkali-kali oleh guru/dosen yang sama atau oleh
guru /dosen yang lain dan ternyata tetap memberikan hasil yang relative sama. Jadi
reliabilitas mengandung makna stabilitas (tidak berubah-ubah),konsisten,dan dapat
diandalkan.
Gronlund mengemukakan ada empat factor yang dapat memengaruhi
reliabilitas ,yaitu Panjang suatu tes,sebaran skor,tingkat kesukaran, dan objektivitas .
a. Panjang tes (length of test) .panjang tes berarti banyaknya soal tes.ada
kecenderungan,semakin Panjang suatu tes akan lebih tinggi tingkat
reliabilitas suatu tes,karena semakin banyak soal , maka akan semakin
banyak sampel yang diukur dan proporsi jawaban yang benar semakin
banyak ,sehingga factor tebakan (guessing)akan semakin.
b. Sebaran skor (spread of scores ).besarnya sebaran skor akan membuat
tingkat reliabilitas menjadi lebih tinggi ,karena koefisen reliabilitas yang
lebih besar diperoleh ketika peserta didik tetap pada posisi yang relative
sama dalam satu kelompok pengujian ke pengujian berikutnya. Dengan
kata lain ,peluang selisih dari perubahan posisi dalam kelompok dapat
memperbesar koefisen reliabilitas.
c. Tingkat kesukaraan ( difficulity index ).dalam penilaian yang
menggunakan pendekatan penilaian acuan norma. Baik untuk soal yang
mudah maupun yang sukar ,cenderung menghasilkan tingkat reliabilitas
yang rendah. Hal ini disebabkan antara hasil tes yang ,mudah dengan hasil
tes yang sukar keduanya dalam satu sebaran skor yang terbatas. Untuk tes
yang mudah, skor akan berada dibagian atas dan akhir dari skala penilaian.
Bagian keduaa tes (mudah dan sukar ), perbedaan antara peserta didik
kecil sekali dan cenderung tidak dapat dipercaya. Tingkat kesukaraan soal
yang ideal untuk meningkatkan koefisen reliabilitas adalah soal yang
menghasilkan sebaran skor yang berbentuk genta atau kurva normal.
d. Objektifitas (objektifitas disini menunjukkan skor peserta didik yang
lainnya. Peserta didik memperoleh hasil tes yang sama pada saat
mengerjakan tes yang sama. Objektifitas prosedur tes yang tinggi anak
memperoleh reliabilitas hasil tes yang tidak dipengaruhi oleh prosedur
penskoran.
c. Objektivitas
E. KESIMPULAN

Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuraan ,yaitu alat untuk
mengumpulkan informasi karateristik suatu objek. Dalam pembelajaran, objek ini bisa
berupa kecakapan peserta didik, minat, motivasi, dan sebagainya. Dan adapun mengenai
bentuk-bentuk tes pembelajaran ada dua ,yaitu tes objektif dan tes subjektif dan adapun
bentuk-bentuk dari tes objektif ini adalah :benar- salah,pilihan ganda, dan menjodohkan.
Sedangkan bentuk-bentuk dari tes subjektif yaitu: tes uraian bebas dan tes uraian
terbatas . dan mengenai prinsip-prinsip dasar tes pembelajaran ,yaitu agar dapat
mengukur kemampuan dan keterampilan peserta didik .

Untuk merumuskan perencanaan dalam penyusunan tes pembelajaran dengan baik.


Seorang guru atau pengajar perlu memikirkan apa tipe dan fungsi tes yang akan
disusunnya sehingga selanjutnya ia dapat menentukan bagaimana karateristik soal-soal
yang akan dibuatnya . Dan apapun syarat-syarat penyusunan tes, yaitu setiap tes harus
memiliki petunjuk, memiliki kisi-kisi yang telah direncanakan mengenai jumlah dan jenis
, pendeskripsian masalah harus jelas, penggunaan Bahasa positif (baik dan Baku ) ,
hindari kata yang memiliki banyak tafsiran yang membingungkan, Dalam menyusun soal
hendaknyaa tidak terdapat ungkapan atau susunan kalimat yang jelas memberikan
petunjuk jawaban. Penyusunaan soal dalam tes harus mencakup berbagai aspek
penalaran.

Anda mungkin juga menyukai