Disusun oleh
Kelompok 6
1. Yoyoh hajaroh
2. Melinda
3. Aulia Azahra
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah Apresiasi puisi indonesia ini
tepat pada waktunya.Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah apresiasi puisi indonesia. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk mengulang kembali atau mengingat materi yang telah di
sampaikan.Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak sopyan sauri, M.Pd yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.Saya juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
A. Latar belakang.................................................................................
B. Rumusan masalah..........................................................................
C. Tujuan..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................
A. Penyair balai pustaka......................................................................
B. Penyair periode 1953-1961............................................................
C. Angkatan 66 dengan tokohnya.......................................................
D. Analisis puisi angkatan 50 an........................................................
E. Angkatan 45....................................................................................
A. Latar belakang
Belajar sejarah tidak selalu dari buku-buku sejarah di sekolah. Ada banyak cara
untuk belajar sejarah, salah satunya melalui sastra. Taufik ismail mengemas sejarah
dalam puisi-puisinya yang masa ketika indonesia pada tahun 1966. Taufik ismail
merangkum peristiwa-peristiwa sejarah pada tahun 1966 dalam dua kumpulan puisinya
Tirani dan Benteng yang kemudian di terbitkan dalam sebuah buku dengan judul yang
sama, Tirani dan Benteng. Dalam kedua kumpulan puisinya ini, Taufik jujur kepada para
pembacanya mengenai semua yang terjadi pada tahun 1960 hingga 1966.
Kritikus H.B.Jassin (almarhum) menobatkan Chairil Anwar sebagai “ pelopor
angkatan 45 “, sebuah periodisasi sastrawan Indonesia yang di namai dengan angka
keramat tahun kemerdekaan republik Indonesia. Dan yang terpenting, sejumlah puisi
Chairil memang jelas-jelas mengumandandkan sepirit perjuangan dan kejuangan bangsa.
B. Rumusan masalah
1. Apa saja latar belakang penyair
2. Siapa saja penyair-penyair indoneia angkatan 1953-1966
3. Apa saja karya-karya penyair angkatan 1953-1966
4. Apa saja analisis puisi angkata 50 an
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang penyair.
2. Untuk mengetahui penyair-penyair indonesia angkatan 1953-1966.
3. Untuk mengetahui karya-karya penyair angkatan 1953-1966.
4. Untuk mengetahuin analisis puisi angkatan 50 an
BABII
PEMBAHASAN
a. Muhammad Yamin
Muhammad Yamin dilahirkan di Sawahlunto pada tanggal 23 Agustus 1903 dan
meninggal dunia pada tanggal 26 Oktober 1962. Karya-karyanya diantaranya tanah air dan
bahasa, bangsa. Berdasarkan dari judul karya-karyanya beliau termasuk seorang nasionalis
yang memiliki rasa cinta terhadap tanah air.
b. Roestam Effendi
Rostam Effendi dilahirkan pada tahun 1902 dan menulis pada tahun 1924 dengan
bukunya yang berjudul bebasari, kemudian disusul dengan buku yang bejudul percikan
permenungan (1926). Penyair ini juga mempunyai sikap nasionalisme yang tinggi.
c. Sanusi Pane
Sanusi Pane dilaahir di Muara Sipongi, Sumatera Utara, 14 November 1905 dan
meninggal di Jakarta, 2 Januari 1968 pada umur 62 tahun. Kumpulan puisi Sanusi Pane
banyak menulis puisi diantaranya pancaran cita dan puspa mega.
D. Angkatan 45
Angkatan yang juga disebut sebagai Angkatan Kemerdekaan ini memiliki
karakteristik yang berbeda dengan angkatan sebelumnya yakni Pujangga Baru.Karya-karya
yang lahir pada periode ini cenderung lebih ekspresif. Kritikus sastra H.B. Jassin menyebut
para sastrawan Angkatan ’45 memiliki karakteritisk yang revolusioner dalam sikap hidup
dan visi.Karya sastra Angkatan ’45 lebih realis dibandingkan dengan karya sastra angkatan-
angkatan sebelumnya. Karyanya banyak diwarnai pengalaman hidup serta gejolak sosial-
politik-budaya yang terjadi pada masa itu.Ada sejumlah sastrawan terkenal yang tergabung
dalam Angkatan ’45. Karya-karya mereka masih dibaca dan dipelajari sampai saat ini. Siapa
saja? Simak uraian berikut ini.
1. Chairil Anwar
Nama Chairil Anwar tidak bisa dilepaskan dari puisi Indonesia modern. Ia
merupakan pelopor lahirnya Angkatan ’45. Penyair besar ini mendapatkan julukan ‘Si
Binatang Jalang’ yang dikutip dari salah satu puisinya berjudul Aku.Ia lahir di Medan pada
26 Juli 1992 dan meninggal pada usia yang masih muda yakni 26 tahun pada tanggal 28
April 1949 di Jakarta.
Semasa hidup, ia diperkirakan menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Chairil
mempublikasikan puisi pertamanya pada 1942 yang berjudul Nisan, saat itu usianya 20
tahun. Meski sempat mengalami beberapa penolakan, namun pada akhirnya namanya
dinobatkan sebagai salah satu penyair paling berpengaruh.Puisinya mengusung banyak
tema, mulai dari pemberontakan, kematian, eksistensialisme, sampai indivisualisme. Sajak-
sajaknya terkumpul di antara lain dalam:
2. Asrul Sani
Nama Asrul Sani juga tidak bisa dilepaskan dari tokoh sastrawan berpengaruh pada
Angkatan ’45. Anak bungsu dari tiga bersaudara ini lahir di Rao, Sumatra Barat pada 10
Juni 1927 dan wafat di Jakarta pada 11 Januari 2004.Namanya melejit berkat kumpulan
puisi Tiga Menguak Takdir yang ditulis bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin. Kemudian
mereka bersama-sama mendirikan perkumpulan Gelanggang Seniman Merdeka dan menjadi
redaktur Gelanggang.Selain sastrawan, Asrul Sani juga dikenal sebagai sutradara dan
penulis skenario. Ia juga pernah menjadi redaktur majalah Pujangga Baru, Gema Suasana,
dan pimpunan umum Citra Film.Tokoh berpengaruh ini pernah menerima Anugerah Seni
pada 1969 dan Medali Bintang Mahaputra pada 2000 dari Pemerintah Indonesia.Beberapa
karya sastra yang ia terbitkan selama hidupnya di antaranya yakni:
Tiga Menguak Takdir (kumpulan sajak bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin)
Dari Suatu Masa dari Suatu Tempat (kumpulan cerpen)
Mantera (kumpulan sajak)
Mahkamah (drama)
Jenderal Nagabonar (skenario film).
3. Rivai Apin
Lahir di Padang Panjang, Sumatra Barat pada 30 Agustus 1927, Rivai Apin juga
menjadi salah satu personil dalam tiga serangkai penyair Indonesia.Bersama dua sastrawan
lain yakni Chairil Anwar dan Asrul Sani, ia ikut serta memberikan napas baru dunia
kesusastraan Indonesia melalui buku kumpulan puisi Tiga Menguak Takdir.Sastrawan
Indonesia ini pernah menduduki kursi Komite Nasional Pusat, DPRD DKI Jakarta. Selain
itu juga pernah menjadi redaktur beberapa majalah, di antaranya Gema Suasana, Siasat,
Zenith, dan Zaman.Ia juga pernah menjadi salah satu pimpinan pusat Lekra. Setelah
peristiwa G30S, ia ditahan di Pulau Buru selama 14 tahun.Rivai Apin wafat di Jakarta pada
April 1995. Puisi-puisinya pernah dimuat dalam Gema Tanah Air. Selain itu karya-karya
puisinya dikumpulkan oleh Harry Aveling dan diberi judul Dari Dua Dunia yang Belum
Sudah.
4. Idrus
Abdullah Idrus, atau yang lebih akrab dengan nama pena Idrus merupakan sastrawan
Indonesia yang berasal dari Padang, Sumatra Barat.Pengarang yang lahir pada 21 September
1921 ini banyak melahirkan karya dengan bahasa yang ringkas dan sederhana.Pada 1960
sampai 1964, Idrus terpaksa tinggal di Malaysia karena permusuhan yang dilancarkan oleh
Lembaga Kebudayaan Rakyat terhadap penulis yang tidak sepaham.Meskipun menolak
dinobatkan sebagai sastrawan Angkatan ’45, namun karya-karyanya memberi warna baru
dalam kesusastraan Indonesia.Dirinya banyak menulis novel, cerpen, dan drama. Tidak
sedikit juga menerjemahkan karya sastra dari luar. Beberapa judul karya sastranya yakni:
Aki (novel)
Perempuan dan Kebangsaan (novel)
Hati Nurani Manusia (novel)
Hikayat Petualang Lima (novel)
Hikayat Putri Penelope (novel)
Anak Buta (kumpulan cerpen)
Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (kumpulan cerpen)
Dua Episode Masa Kecil (kumpulan cerpen)
Dengan Mata Terbuka (kumpulan cerpen)
Dokter Bisma (drama)
Jibaku Aceh (drama)
Kejahatan Membalas Dendam (drama).
5. Achdiat K. Mihardja
Nama Achdiat K. Mihardja memberikan kebaharuan dalam sastra Indonesia melalui
novel pertamanya berjudul Atheis. Novel yang terbit pada 1949 itu menjadi karya sastra
terpenting pasca Perang Dunia II.Sebelum menjadi seorang pengarang, tokoh sastra yang
lahir pada 6 Maret 1911 ini pernah menjadi seorang jurnalis. Ia juga merupakan guru besar
sastra dan bahasa Indonesia di Australian National University.Dirinya menghembuskan
napas terakhir di Canberra, Australia pada 8 Juli 2010 saat berusia 99 tahun.Kumpulan
cerpennya yang berjudul Keretakan dan Ketegangan mendapat Penghargaan Sastra BMKN
1957. Sementara novel fenomenalnya Atheis menyabet Penghargaan Tahunan Pemerintah
RI pada 1969.Beberapa judul karya sastra yang ia tulis semasa hidup di antaranya:
Atheis (novel)
Manifesto Khalifatullah (novel)
Keretakan dan Ketegangan (kumpulan cerpen)
Belitan Nasib (kumpulan cerpen)
Pembunuhan dan Anjing Hitam (kumpulan cerpen)
Pak Dullah in Extrimis (drama)
Bentrokan Dalam Asrama (drama)
BABII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sastrawan-sastrawan yang mulai menulis pada dekade 50-an:
• Kirdjomuljo
• WS Rendra
• Ajib Rosidi
• Toto Sudarto Bachtiar
• Ramadhan KH
• Nugroho Notosusanto
• Subagio Sastrowardojo
• Mansur Samin
• N.H. Dini
• Trisno Juwo
• Rijono Praktikno
• Alexandre Leo
• Jamil Suherman
• Bokor Hutasuhut
• Bastari Asnin. Sularto
• Motinggo Busje
• Nasjah Djamin
• Mohamad Diponegoro
• Toha Mochtar
• Ratmono Sn
• Piek Ardydyanto
• Hartojo Andangdjaja.
Angkatan ‘66 dengan tokoh-tokohnya antara lain:
1. Taufiq Ismail dengan kumpulan puisinya “Tirani” dan “Benteng”.
2. Sapardi Joko Damono dengan kumpulan puisinya “Duka-Mu Abadi”.
3. Hartoyo Andangjaya dengan kumpulan puisinya “Buku Puisi”.
4. Bur Rasuanto dengan kumpulan puisinya “Mereka Telah Bangkit”.
Ciri-ciri puisi angkatan 50 antara lain,
1. Gaya epik (bercerita) berkembang dengan berkembangnya puisi cerita dan balada,
dengan gaya yang sederhana dari puisi liri,
2. Gaya mantra mulai tampak dalam balada-balada,
3. Gaya ulangan mulai berkembang,
4. Gaya puisi liris pada umumnya masih meneruskan gaya angkatan 45,
5. Gaya slogan dan retorik.
DAFTAR PUSTAKA
Herman J.Waluyo
https://haloedukasi.com/sastrawan-angkatan-45
https://kartinimarlina.blogspot.com/2012/01/penyair-indonesia-dan-karyanya-angkatan.html