Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belakangan ini perkembangangan sastra Indonesia telah mengalami perubahan,


khususnya dalam hal kebebasan berekspresi. Menurut beberapa para ahli,mengatakan bahwa
sastra itu adalah kebebasan itu sendiri. Jadi tidak ada batasan-batasan yang bisa menahan
lajunya perkembangan kesusasteraan khususnya di Indonesia.

Pada dasarnya perkembangan sastra itu selalu berkembang dan perkembangan itu
menurut para ahli ditandai dengan periode-periode, yang pada dasarnya memiliki ciri khas
tersendiri. Salah satu periode itu adalah sastra pasca-reformasi. Dalam makalah ini saya secara
khusus membahas tentang SASTRA INDONESIA ANGKATAN 2000, yang secara langsung
menjadi judul atas makalah ini.

Kehadiran karya sastra angkatan 2000 merupakan sebuah manifestasi atas kebudayaan
yang ada pada saat itu. Terbentuknya sastra pasca-reformasi merupakan hal yang dilematis dari
sejarah sastra Indonesia. Periode yang ditandai dengan jatuhnya kekuasaan Soeharto. Periode
yang lahir dengan semangat revolusioner. Kemungkinan periode ini merupakan jendela bagi
perkembangan kesusasteraan di Indonesia. Dan seharusnya setiap detail dalam perkembangan
itu harus terus kita catat dan kita gali..

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut dapat kami rumuskan terdapat rumusan masalah
sebagai berikut :

1. Bagaimana latar belakang lahirnya sastra reformasi ?

2. Peristiwa apa saja pada reformasi ?

3. Apa saja karakteristik sastra pada masa itu ?

4. Siapa tokoh sastrawan yang populer beserta karyanya ?

1
1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah tersebut dapat disimpulkan tujuannya sebagi berikut :

1. Memahami latar belakang lahirnya sastra pasca reformasi

2. Untuk mengetahui peristiwa apa saja pasca reformasi

3. Memahami apa saja karakteristik sastra pada masa itu

4. Mengetahui satrawan dan karyanya yang terkenal pada masa itu

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Lahirnya satra reformasi/angkatan 2000’an

Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul,namun tidak


berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki ‘Juru bicara’ . Korrie Layun Rampan pada tahun
2002 melempar wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan 2000. Sebuah buku tebal yang
diterbitkan oleh Gramedia,Jakarta tahun 2002,seratus lebih penyaiir,cerpennis,novelis,esais
dan kritikus sastra dimasukan Korrie ke dalam Angkatan 2000,termasuk mereka yang sudah
mulai menulis sejak tahun 1980-an,seperti Afrisal Malna,Abmadun Yossi Herfanda dan Seno
Gumira Ajidarma. Serta yang muncul pada akhir tahun 1990-an seperti Ayu Utami dan
Dorothea Rosa Herliany.

Setelah terjadi reformasi,ruang gerak masyarakat pada awalnya merasa selalu dibekap
dan terganjal oleh gaya pemerintahan Orde Baru yang represif tiba-tiba memperoleh saluran
kebebasan yang leluasa. Kesusastraan seperti dalam sebuah pentas terbuka dan luas. Para
pemainnya boleh berbuat dan melakukan apa saja namun ada suasana tertentu yang
mematangkannya. Angkatan 2000 adalah nama yang diberikan oleh Korrie Layun Rampan.
Ada sejumlah pengarang yang melahirkan wawasan estetik baru pada tahun 1990-an dan
tokoh-tokoh Angkatan ini adalah:

1. Afrisal Malna

2. Seno Gumira Ajidarma

3. Ayu Utami

2.2 Peristiwa yang Terjadi pada Masa Reformas

Reformasi di Indonesia ditandai dengan jatuhnya rezim Soeharto. Secara tidak


langsung dengan lengsernya Soeharto dari jabatannya sebagai presiden maka berakhir pula
sebuah tirani, yang selama ini menjadi belenggu yang terikat lekat di kaki setiap rakyat
Indonesia. Reformasi diharapkan dapat memfalitasi rakyat Indonesia dalam memperoleh
kebebasan yang selama ini mereka harapkan.

Lahirnya reformasi ini menandakan kebebasan bagi para sastrawan yang selama ini
selalu terkungkung dalam lembah kelam. Bagi mereka yang memiliki sifat revolusioner,

3
kehadiran reformasi ini merupakan momok yang selalu diidam-idamkan. Akan tetapi,
kenyataaannya malah membuat mereka semakin radikal. Berikut adalah momen penting yang
terjadi sepanjang periode ini :

2000: Korrie Layun Rampan mengumumkan adanya Angkatan 2000. H.B. Jassin
meninggal di Jakarta. Buku Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji Thukul terbit.

2001: Mulai 2001, penghargaan Khatulistiwa Literary Award (KLA) diberikan kepada
sastrawan yang menghasilkan karya sastra terbaik. Mereka yang pernah mendapatkan
penghargaan ini antara lain Goenawan Mohamad, Remy Sylado, Hamsad Rangkuti,
Seno Gumira Ajidarma, Linda Christanty, Sapardi Djoko Damono, Joko Pinurbo, Gus
tf., Acep Zamzam Noor.

2002: Majalah Horison menerbitkan buku Horison Sastra Indonesia yang terdiri dari
empat kitab, yakni kitab puisi, cerpen, novel, dan drama. Dalam buku ini, Hamzah
Fansuri yang hidup di abad ke-17 dimasukkan sebagai sastrawan Indonesia yang
pertama.

2003: Sapardi Djoko Damono dan Ignas Kleden mendapat penghargaan Ahmad Bakrie
Award karena jasanya di bidang kesusastraan dan pemikiran. Sastrawan dan intelektual
yang menerima penghargaan yang sama pada tahun-tahun berikutnya adalah Goenawan
Mohamad, Nurcholish Madjid, Budi Darma, Sartono Kartodirdjo. Frans Magnis
Soeseno yang seharusnya mendapatkan penghargaan tersebut menolak karena
keterkaitan perusahaan Bakrie dengan bencana Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa
Timur.

2004: Para sastrawan muda mendeklarasikan lahirnya generasi sastrawan cyber. Sastra
di internet merupakan terobosan baru bagi para sastrawan untuk berekspresi dan
mempublikasikan karyanya secara bebas. Novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman
El Shirazy terbit.

Yayasan Lontar mendokumentasikan biografi sastrawan Indonesia, di


antaranya Pramoedya Ananta Toer, Agam Wispi, Ahmad Tohari, Umar Kayam,
Sapardi Djoko Damono, Sutan Takdir Alisjahbana, Putu Oka Sukanta, dan lain-lain.
Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Munir dibunuh. Buku Sastra Indonesia dalam
Enam Pertanyaan karya Ignas Kleden terbit.

4
2005: Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata terbit. Novel ini dan novel Ayat-ayat
Cinta menjadi novel paling laris (best seller) dalam sejarah penerbitan novel di
Indonesia. Kedua novel ini juga ditransformasi ke film.

2006: Yayasan Lontar menerbitkan Antologi Drama Indonesia: 1895-2000. Penerbitan


buku ini menunjukkan bahwa sejarah sastra Indonesia bukan dimulai pada 1920,
melainkan pada 1895. Anton Kurnia menerbitkan Ensiklopedi Sastra Dunia.

2007: Novel Kalatidha karya Seno Gumira Ajidarma terbit. Buku kumpulan puisi
Otobiografi karya Saut Situmorang terbit. Saut adalah salah satu sastrawan yang
menggerakkan sastra cyber, sastrawan Ode Kampung, dan majalah Boemipoetra.

2008: Buku-buku Pramoedya Ananta Toer yang dicetak ulang dan buku-buku korban
tragedi 1965 yang ingin meluruskan sejarah marak di toko-toko buku, dan menjadi buku
laris. Misalnya, Suara Perempuan Korban Tragedi 65 karya Ita F. Nadia.

2.3 Karakteristik Karya Sastra Angkatan 2000

1.Menggunakan kata-kata maupun frase yang bermakna kontatif (makna yang


mempunyai hubungan/kaitan)

2. Banyak menyindir keadaan sekitar baik sosial, budaya, politik, atau lingkungan

3. Revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan kecenderungan ke puisi
kongkret yang di sebut antromofisme

4. Kritik sosial sering muncul lebih keras

5. Karya cenderung vulgar,

6. Mulai bermunculan fiksi-fiksi islami,

7. Ciri-ciri bahasa diambil dari bahasa sehari-hari yaitu kerakyat-jelataan,

8. Karya satra pada angkatan ini mulai berani memunculkan karya sastra yang cenderung
berbau vulgar dan kebanyakan mengadopsi begitu saja moral pergaulan bebas ala
amerika

9. Bertemakan romantisme

5
2.4 Tokoh dan Karya Sastra Periode 2000

1. Dewi Lestari Lahir di Bandung, Jawa Barat, 20 Januari 1976 yang biasa disapa “Dee”.
Karya yang dihasilkan:

a) Supernova 1; Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh (2001, novel)

b) Supernova; Akar (2002)

c) Supernova, Petir (2004).

2. Ayu Utami Kelahiran Bogor, 21 November 1968, seorang aktivis jurnalis dan sastrawan
berkebangsaan Indonesia. Karya yang dihasilkan:

a) Saman (1998)

b) Larung (2001).

3. Andrea Hirata Nama saat lahir di Belitung, 24 Oktober 1967 adalah Aqil Barraq Badruddin
Seman Said Harun. Karya yang dihasilkan:

a) Laskar Pelangi (2005)

b) Sang Pemimpi (2006)

c) Edensor (2007)

d) Maryamah Karprov (2008)

e) Cinta Dalam Gelas.

4. Abdul Wachid B.S. Karya yang dihasilkan:

a) Ode Bagai Burung

b) Tahajud

c) Bulan Telah Menjadi Sabit.

5. Habiburrahman El Shirazy Dalam penobatan Insani UNDIP Award tahun 2008 beliau
dinobatkan sebagai novelis nomor 1 di Indonesia, lahir di Semarang, Jawa Tengah, 30
September 1976. Karya yang dihasilkan:

6
a) Ayat-Ayat Cinta (2004)

b) Di Atas Sajadah Cinta (2004)

c) Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)

d) Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)

e) Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)

f) Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)

g) Dalam Mirhab Cinta.

6. Triyanto Triwikromo Salah satu karyanya adalah “Sakerah”.

7. Rizal Mantovani Hasil karyanya berupa film yaitu “Jailangkung”.

8. Afrizal Malna Hasil karyanya pada periode ini:

a) Kalung dari Seorang Teman

b) Tangan di Pagi

c) Tangan di Pagi Hari.

9. Taufiq Ismail Karya yang dihasilkan:

a) Malu Aku Jadi Orang Indonesia (puisi)

b) American Coruption Words (puisi)

c) Aisyah Andinda Kita (puisi)

d) Politik Sepak Bola (puisi).

10. Remi Silado Karya yang dihasilkan:

a) Ca Bau Kan

b) Kerudung Merah Kirmizi (2002).

11. Christian Hakim karya yang dihasilkan adalah “Daun di Atas Bantal”.

12. Garin Nugroho Karya yang dihasilkan adalah “Pasir Berbisik”

7
13. Seno Gumira Adjidarma Penulis ini lahir di Boston, Amerika Serikat, 19 Juni 1958. Hasil
karyanya:

a) Sepotong Senja untuk Pacarku

b) Ke Indonesiaan

c) Atas Nama Malam

d) Biola Tak Berdawai.

14. Ahmadun Yosi Hervanda Karya yang dihasilkan:

a) Sembahyang Malam

b) Sejak Mabul Reformasi (sajak).

15. Doddy Ahmad Faudzy Karya yang dihasilkan:

a) Yth. Nona Yumar (cerpen)

b) Kekasihku Desi Ratnasari (cerpen).

16. Dorothea Karya yang dihasilkan:

a) Sebuah Alamat

b) Numpang Perahu Nuh.

17. Ahmad Fuadi

Novelis, pekerja sosial, dan mantan wartawan dari Indonesia ini lahir di Bayur Maninjau,
Sumatra Barat, 30 Desember 1972. Hasil karyanya:

a) Negeri 5 Menara (2009)

b) Ranah 3 Warna (2011)

c) Rantau 1 Muara (2013).

18. Cucuk Espe Seorang penyair, sais, cerpenis, dan penulis naskah drama ini lahir di
Jombang, Jawa Timur, 19 Maret 1974. Hasil karyanya:

a) Mengejar Kereta Mimpi (2001)

8
b) Rembulan Retak (2003)

c) Juliet dan Juliet (2004)

d) 13 Pagi (2010).

19. Herlinatiens Memiliki nama asli Herlina Tien Suhesti lahir di Ngawi, Jawa Timur, 26 April
1982 adalah seorang penulis. Hasil karyanya:

a) Garis Tepi Seorang Lesbian (2003)

b) Dejavu, Sayap yang Pecah (2004)

c) Jilbab Britney Spears (2004)

d) Sajak Cinta yang Pertama (2005)

20. Raudal Tanjung Banua Sastrawan yang karyanya didominasi puisi dan cerpen ini lahir di
Pesisir Selatan, Sumatra Barat, 19 Januari 1975. Hasil karyanya:

a) Pulau Cinta di Peta Buta (2003)

b) Ziarah bagi yang Hidup (2004)

c) Parang Tak Berulu (2005)

d) Gugusan Mata Ibu (2005

Masih banyak sastrawan yang bermunculan dalam periode ini khususnya para cerpenis
yang nama-namanya sudah tidak asing lagi seperti :

Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Kuntowijoyo, Danarto.

Martin Aleida misalnya, mengangkat tema korban politik bagi mereka yang terlibat PKI.

Linda Christanty dengan antologinya, Kuda Terbang Maria Pinto (2004)

Begitu juga dengan cerpenis baru yang diprediksikan akan menjadi sastrawan Indonesia
selanjutnya, seperti nama-nama berikut :

Eka Kurniawan dalam karya pertamanya, antologi cerpen Corat-Coret di Toilet (2000), Cantik
itu Luka (2002), Harimau (2004), antologi cerpen Cinta tak Ada Mati (2005)

9
Teguh Winarsho (Bidadari BersayapBelati, 2002), Hudan Hidayat (Orang Sakit, 2001;
Keluarga Gila, 2003) Maroeli Simbolon (Bara Negeri Dongeng, 2002; Cinta Tai Kucing,
2003), Satmoko Budi Santoso (Jangan Membunuh di Hari Sabtu, 2003), Mustofa W Hasyim
(Api Meliuk di Atas Batu Apung, 2004), Kurnia Effendi (Senapan Cinta, 2004; Bercinta di
Bawah Bulan, 2004), Moh. Wan Anwar (Sepasang Maut, 2004), Yusrizal KW (Kembali ke
Pangkal Jalan, 2004), Isbedy Stiawan (Perempuan Sunyi, 2004; Dawai Kembali Berdenting,
2004), Triyanto Triwikromo (Anak-Anak Mengasah Pisau, 2003), Damhuri Muhammad
(Laras, Tubuhku bukan Milikku, 2005).

Cerpenis wanita yang muncul dalam lima tahun terakhir ini, juga tidak dapat diabaikan
kontribusinya. Selain Linda Christanty, masih ada deretan cerpenis wanita yang sebenarnya
lebih kuat dan matang. Oka Rusmini (Sagra, 2002), Djenar Maesa Ayu (Mereka Bilang Saya
Monyet, 2002; Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu, 2004), Maya Wulan (Membaca
Perempuanku, 2002), Intan Paramadhita (Sihir Perempuan, 2005), Nukila Amal (Laluba,
2005), Weka Gunawan (Merpati di Trafalgar Square, 2004), Labibah Zain (Addicted to
Weblog: Kisah Perempuan Maya, 2005), Ucu Agustin (Kanakar, 2005), Evi Idawati (Malam
Perkawinan, 2005). Mereka berpeluang mengikuti jejak seniornya, Nh Dini, Titis Basino, Leila
S. Chudori, Ratna Indrswari Ibrahim atau Abidah el-Khalieqy.

Beberapa nama di atas menandakan bahwa perkembangan sastra Indonesia pasca-reformasi


telah mengalami peningkatan yang signifikan. Hal inilah yang sesungguhnya diharapkan oleh
kita, sehingga dapat menghindari kecendrungan stagnasi dalam kesusasteraan Indonesia

Pada periode 2000-an muncul pengarang wanita yang umumnya menulis tentang pemikiran
yang tajam dan bebas dengan ungkapan perasaan. Ada di antara mereka yang menampilkan
nuansa-nuansa erotik, hal-hal yang sensual bahkan seksual. Sastra Angkatan 2000 sering
disebut sastra mutakhir. Salah satu karya yang berani tampil beda pada periode ini adalah

Saman oleh Ayu Utami dan dijadikan sebagai tonggak pembaharu sastra dalam sejarah sastra.
Novel Saman (1998) oleh Ayu Utami ini melahirkan wawasan estetik baru karena mencirikan
teknik khas yang tampak dari pola kolase.

Penamaan periode 2000 sementara masih dalam perdebatan antara para sastrawan, nama
Angkatan dan nama Periode masih dalam perundingan. Diskusi tersebut Maman menanyakan
apa perlu ada angkatan dalam sastra. Beliau ingin dalam periode 2000 ini tidak ada sastrawan
yang diagungkan, hanya deskripsi karya dan proses kreatif. Perdebatan tentang perlu adanya

10
angkatan atau tidak kembali lagi pada syarat adanya angkatan, yaitu: (1) perlu ada kelompok
sastrawan sebagai pendukung angkatan, dan (2) untuk mendukung angkatan karya sastra harus
inovatif, spesifik, kreatif, dan inspiratif.

Periode 2000-an karya sastranya sudah memiliki corak baru dalam prosa, puisi, drama, dan
perfilman. Perkembangan sastra periode 2000-an menampilkan bentuk pikiran karya sastra
yang bermacam-macam dan tema beragam. Ini membuktikan karya sastra periode 2000-an
mengalami perkembangan yang aktif dan positif.

Begitu juga dengan tokoh penulis puisi baru yang diprediksikan akan menjadi sastrawan
Indonesia selanjutnya, seperti nama-nama berikut :

Penyair atau Pengarang Angkatan 2000

1. Afrizal Malna, penyair kelahiran Jakarta 7 Juni 1957 yang pernah mengenyam pendidikan
di STF Driyarkara ini menulis kumpulan sajak Abad yang Berlari (1984) dan antologi
puisinya Yang Berdiam dalam Mikrofon (1990).
2. Emha Ainun Najib dengan kumpulan puisinya Sesobek Buku Harian Indonesia.
3. Zawawi Imron dilahirkan di Batang-batang, Sumenep, 19 September, terkenal sebagai
penyair otodikak berpendidikan pesantren asal Madura. Karya-karyanya berupa kumpulan
puisi : Madura, Akulah Lautmu (1978), Bulan Tertusuk Lalang (1982), Madura, Akulah
Darahmu (1999), Abad Yang Berlari.
4. Acep Zamzam Noor, berasal dari lingkungan Pondok Cipasung, lahir di Tasikmalaya, 28
Februari 1960. Acep menulis antologi puisi Tamparlah Mukaku!, Aku Kini Doa, Kasidah
Sunyi, Dari Kota Hujan, Di Atas Umbia.
5. Wiji Thukul Wijaya, lahir di Solo, 26 Agustus 1963. Puisinya yang terkenal berjudul
Peringatan dan antologi puisinya tahun 2000 Aku Ingin Jadi Peluru, Mencari Tanah
Lapang (1994), Tumis Kangkung Comberan (1996).
6. K.H. Ahmad Mustofa Bisri dengan kumpulan puisinya Ohoi Puisi-puisi Balsem dan
Gandrung.
7. Ahmadun Y. Herfanda dengan kumpulan puisinya Sembahyang Rumputan.
8. Joko Pinurbo, lahir di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, 11 Mei 1962, lulusan dari Sastra
Indonesia IKIP Sanata Dharma. Menulis kumpulan puisi Celana; Di Bawah Kibaran
Sarung; Pacar Kecilku; Kekasihku;Telepon Genggam (2006).
9. Agus R. Sarjono, lahir di Bandung, 27 Juli 1962, lulusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
IKIP Bandung. Karya-karyanya dimuat dalam antologi puisi tunggal dan bersama,

11
berjudul Suatu Cerita di Negeri Angin, Keduri Air Mata(1994), Malam Seribu Bulan
(1991), Mimbar Penyair Abad 21(1996).

12
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Perkembangan sastra di Indonesia sepertinya mengalami problematika tersendiri.


Terkadang periode kesusasteraan sulit sekali ditentukan dimana sebuah periode itu dimulai.
Secara teori sejarah kesusasteraan di Indonesia ini masih tergolong muda, belum sampai
berumur satu abad, sehingga masih banyak lobang-lobang yang perlu di gali. Oleh sebab itu
dibutuhkan suatu bentuk kajian yang diharapkan mampu menarik dan menghidupkan sastra di
Indonesia. Sastra Indonesia reformasi merupakan contoh kecil dari sejarah kesusasteraan
Indonesia yang masih muda ini. Perlu di ketahui bahwa dengan mempelajari sastra berarti
secara tidak langsung juga kita mempelajari sejarah yang membentuk sastra itu sendiri.

Setelah melakukan beberapa pendekatan yang disarankan, penulis dapat menarik suatu
kesimpulan bahwa perkembangan sastra Indonesia reformasi telah sampai pada hakikatnya,
yaitu bebas berekspresi. Reformasi telah menghantarkan sastra Indonesia ini pada bentuk yang
baru, bentuk yang lebih radikal dan transparan. Sebagai contoh adalah cerpen, yang dalam
perkembangannya sebelum reformasi tidak pernah mendapat tempat tertinggi dalam
kesusasteraan Indonesia, yang dahulu tidak pernah dianggap sebagai bagian dari karya sastra.
Sastra reformasi ternyata mampu mengangkat cerpen sebagai karya sastra yang paling diminati
dan cepat berkembang.

3.2 Saran

Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan dan masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu untuk para pembaca apabila menemui beberapa kesalahan
dalam makalah ini maka kami mengharap kritik dan sarannya

13
DAFTAR RUJUKAN

https://www.scribd.com/document/370163163/Makalah-Sastra-Indonesia-Angkatan-2000

14

Anda mungkin juga menyukai