DISUSUN OLEH :
PAMULANG
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa, yang telah
memberikan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam
menyelesaikan makalah biografi ini.
Makalah biografi ini dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pendidikan
Pancasila yang diampu oleh Ibu Dini Handayani, S.Pd., M.H, sekaligus menjadi syarat untuk
mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS).
Keberhasilan penulisan makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan,
bantuan, arahan, dan sumber dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ibu Dini Handayani, S.Pd., M.H.
selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila dan terima kasih juga untuk kawan-
kawan yang senantiasa menemani dan mendukung proses pembuatan makalah biografi ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan makalah
biografi ini. Penulis juga berharap semoga makalah biografi ini dapat bermanfaat untuk
perkembangan ilmu dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila di masa yang akan datang.
Yohana Caroline
ii
DAFTAR ISI
Cover ………………………………………………………………. i
iii
BIOGRAFI “W. R. SOEPRATMAN”
2
C. Menciptakan Lagu “Indonesia Raya”
Saat tinggal di Makassar, W. R. Soepratman mendapatkan pelajaran tentang musik
dari kakak iparnya. W. R. Soepratman pandai bermain biola dan dapat menggubah lagu.
Saat tinggal di Jakarta, ia membaca sebuah karangan dalam majalah Timbul. Penulis
karangan tersebut menantang para ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu
kebangsaan. W. R. Soepratman merasa tertantang dan ia mulai menggubah lagu. Pada
tahun 1924, terciptalah lagu “Indonesia Raya” di mana saat itu ia baru berumur 21 tahun
dan berada di Bandung.
Pada malam penutupan Kongres Pemuda II di Jakarta (28 Oktober 1928), W. R.
Soepratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental di depan umum dan
semua orang yang hadir terpukau mendengarkannya. Lagu “Indonesia Raya” kemudian
dengan cepat menjadi terkenal. Apabila ada partai yang mengadakan kongres, maka lagu
tersebut selalu dinyanyikan. Lagu ”Indonesia Raya” merupakan perwujudan rasa
persatuan dan keinginan untuk merdeka.
D. Wafatnya W. R. Soepratman
Karena menciptakan lagu ”Indonesia Raya”, W. R. Soepratman menjadi buronan
polisi Hindia Belanda, sehingga ia jatuh sakit di Surabaya. Karena lagu ciptaannya yang
berjudul “Matahari Terbit”, pada awal Agustus 1938, W. R. Soepratman ditangkap saat
sedang menyiarkan lagu tersebut bersama para pandu di NIROM (Nederlandsch-Indische
Radio Omroep Maatschappij), Jln Embong Malang, Surabaya. Lalu ia ditahan di penjara
Kalisosok, Surabaya. W. R. Soepratman meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938 karena
sakit.
Setelah merdeka, lagu ”Indonesia Raya” ciptaan W. R. Soepratman ditetapkan
sebagai lagu kebangsaan Indonesia. Namun sayangnya, sang pencipta tidak dapat
merasakan kemerdekaan tersebut.
3
BIOGRAFI ”ISMAIL MARZUKI”
4
Orang tua Ismail Marzuki, yakni Marzuki dan Solechah termasuk golongan masyarakat
Betawi intelek yang berpikiran maju. Ismail Marzuki yang dipanggil “Ma’ing”, sejak kecil
sudah menunjukkan minat yang besar terhadap seni musik.
6
BIOGRAFI ”SUDHARNOTO”
7
(Lembaga Kesenian Rakyat) juga masih dianggap normal saja. Sayangnya, setelah masa
kepresidenan Soekarno habis dan digantikan dengan Presiden Soeharto, komunis dianggap
telah memasuki LEKRA. Hal itu membuat LEKRA dituduh menjadi antek PKI. Hal tersebutlah
yang membuat Sudharnoto dan banyak pencipta lagu dan seniman lainnya dimasukkan ke
dalam penjara sebagai tahanan politik di Lapas Salemba.
Walaupun akhirnya orang-orang sangat membenci PKI dan LEKRA, akan tetapi banyak
karya LEKRA yang tetap dipertahankan dan dijadikan sebagai seni budaya kebangsaan.
Contohnya saja lagu kebangsaan Indonesia karangan Sudharnoto, Garuda Pancasila.
Setelah ditahan, Sudharnoto tetap menjadi seniman dan aktif dalam dunia perfilman
sebagai ilustrator. Walaupun ketika bebas dari tahanan, demi sesuap nasi, Sudharnoto banting
stir menjadi penyalur es di pabrik es, Petojo. Setelah itu ia juga menjadi supir taksi dan menjadi
pianis di restoran LCC dan Shangrilla.
D. Lagu Ciptaan
• Bunga Sakura
• Mars Teruna Bangsa
• Keroncong Kewajiban Pemuda
• Panta Selatan
8
• Gadis Gunung
• Harum Bunga di Waktu Malam
• Asmara Dewi
• Senja Buta
• Melati Pagi
• Asia-Afrika Bersatu
• Maju Sukarelawan
• Garuda Pancasila (diubah tahun 1956)
9
BIOGRAFI ”SULTAN HAMID”
A. Riwayat Singkat
Sultan Hamid II dinobatkan menjadi Sultan Ke-VII Kesultanan Pontianak pada 29
Oktober 1945. Dari pernikahan dengan Didie Van Delden, seorang
perempuan Belanda kelahiran Surabaya, Sultan Hamid II memiliki dua orang anak. Seorang
anak wanita bernama Syarifah Zahra Al-Qadrie dan seorang anak laki-laki bernama Syarif
Yusuf Al-Qadrie.
10
Sultan Hamid II lahir di Pontianak, 12 Juli 1913, bertepatan dengan 7 Sya’ban 1331 H.
Ayahnya bernama Sultan Syarif Muhammad Al-Qadrie, Sultan Ke-VI, dan Ibunya bernama
Syecha Jamilah Syarwani. Sultan Hamid II mulai belajar dari Sekolah Rendah Pertama
di Europeesche Lagere School (ELS) di Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, dan Bandung.
Setelah tamat sekolah, pada tahun 1932 ia melanjutkan pendidikannya pada tingkat Perguruan
Tinggi di Technische Hooge School (THS), yang sekarang menjadi Institut Teknologi Bandung
(ITB). Karena lebih tertarik pada dunia militer, Sultan Hamid II kemudian masuk ke Akademi
Militer di Belanda. Pada tahun 1933, Sultan Hamid II berhasil lulus dari Koninklijke Militaire
Academie (KMA) di Breda, Belanda, yang di tempuh sejak 1933 sampai 1938.
Pada 1938, Sultan Hamid II dilantik sebagai Perwira pada Koninklijke Nederlandsche
Indische Leger (KNIL – Kesatuan Tentara Hindia Belanda), dengan pangkat Letnan Dua.
Dalam karir Militer, Sultan Hamid II ditugaskan di Malang, Bandung, Balikpapan, dan
beberapa tempat lainnya. Ia sempat pula berperang melawan tentara Jepang di Balikpapan pada
1941. Kemudian pada 1942 hingga 1945, Sultan Hamid II sebagai Perwira KNIL ditangkap
dan menjadi tawanan Jepang. Setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia kedua, Sultan Hamid
II yang merupakan seorang Perwira KNIL mendapat kenaikan pangkat menjadi Mayor Jenderal
dalam Angkatan Darat Belanda di usia 33 tahun pada tahun 1946. Sebagai informasi, itu adalah
pangkat tertinggi dalam karir militer seorang putera bangsa Indonesia yang lulusan akademi
militer pada waktu itu.
Dalam kancah politik nasional, Sultan Hamid II adalah tokoh kontroversial dengan
gagasan Negara Federalis (Negara Serikat). Prinsip itulah yang kemudian membuatnya
berbenturan dengan kaum Unitaris (Para penganut paham negara kesatuan yang menginginkan
adanya dominasi atau sentralisasi kekuasaan). Sedangkan di sisi lain, muncul paradoks sistem
negara seperti pada Sila ke-3 Pancasila, yakni “Persatuan Indonesia” (Federalisme), dan bukan
“Kesatuan Indonesia” (Unitarisme). Sultan Hamid II dalam masa perjuangan kemerdekaan
Indonesia menganggap bahwa negara federal lebih realistis dalam mewujudkan makna
keadilan dan kesejahteran sebagaimana Pembukaan UUD 1945. Sultan Hamid II melihat
bahwa sistem federasi lebih dapat menjawab berbagai macam persoalan internal negara yang
baru berdiri itu.
Gagasan Sultan Hamid II salah dipahami, bahkan ia dianggap sebagai ‘pengkhianat’
dengan sikap dan pemikiran yang lebih moderat terhadap bangsa asing. Dan dinamika sikap
dan pemikiran Sultan Hamid II yang begitu kontroversial itu masih terasa sampai hari ini.
Terlepas dari itu semua, peran Sultan Hamid II dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak
mungkin dihapus dari sejarah. Ia adalah seorang founding fathers dari Kalimantan Barat yang
11
berperan penting dalam menentukan perjuangan kemerdekaan Indonesia dan Pemersatu
Bangsa Indonesia bersama Tan Malaka, Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Ida Anak Agung Gde
Agung, Moh. Yamin, Sutan Sjahrir, Mohammad Natsir, Tengku Mansoer, dan tokoh lainnya
pada masa transisi kemerdekaan. Mereka berperan penting dalam menentukan arah langkah
Indonesia.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pada masa transisi berdirinya Indonesia banyak
menuai konflik pemikiran dalam menggagas bentuk negara. Perbedaan pemikiran tersebut
kemudian berlanjut dengan tajam dan dibawa ke arena politik praktis, yang tentu saja memiliki
konsekuensi politis. Dan akhirnya kelompok yang menang ke tampuk kekuasaan dengan
mudah mengeluarkan kebijakan politik maupun kebijakan hukum terhadap lawan politik yang
tidak sepaham. Dan Sultan Hamid II, seorang founding fathers asal Pontianak, Kalimantan
Barat harus menerima konsekuensi logis itu. Ia terbuang dari bangunan sejarah Indonesia.
Dulu, namanya terdengar seantero dunia, hari ini sangat sedikit yang mengenalnya.
12
DAFTAR PUSTAKA / SUMBER
• https://pahlawancenter.com/wage-rudolf-soepratman/
• https://www.biografiku.com/biografi-ismail-marzuki-sang-maestro/
• http://portal-geografi.kabel.web.id/id3/1077-962/Sudharnoto_226074_portal-
geografi-kabelngetesumum.html
• http://moeclazh.blogspot.com/2013/11/sepanjang-orangindonesia-siapa-tak.html
• https://id.wikipedia.org/wiki/Syarif_Hamid_II_dari_Pontianak
iv