Anda di halaman 1dari 16

ADINDA RHEYNA VONITASARI / VII F /01

I. Syair lagu dan biografi penciptanya

INDONESIA PUSAKA
Ismail Marzuki adalah seorang komponis besar Indonesia yang semasa hidupnya sudah
menciptakan lebih dari 200 buah lagu. Diantaranya lagu Sepasang Mata Bola, Rayuan Pulau
kelapa, Indonesia Pusaka, dan lain-lain. Namanya diabadikan sebagai nama pusat kesenian di
Jakarta, yaitu Taman Ismail Marzuki (TIM). Karyanya yang luar biasa bagi negara membuat
pemerintah juga memberikan gelar Pahlawan Nasional kepadanya pada 2004.
Ismail Marzuki atau Bang Maing adalah putra Betawi asli. Lahir di Kwitang, Jakarta pada
11 Mei 1914. Sejak kecil ia tidak banyak menerima kasih saying sang ibu, karena ibunya
meninggal ketika ia berusia tiga bulan. Sedangkan kakak kandungnya bernama Anie
Haminah yang umurnya berbeda sekitar sebelas tahun.
Ismail menempuh pendidikan di HIS Idenburg, Menteng sampai tamat kelas 7, dilanjutkan
ke MULO di jalan Menjangan, Jakarta. Saat itu ia dibelikan ayahnya alat musik seperto
harmonika, mandolin, dan lain-lain. Dengan alat musik itu ia bermain musik dan
menciptakan lagu. Lagu pertamanya berjudul O Sarinah yang ia ciptakan saat berusia 17
tahun.
Dengan bekal ijazah MULO dan lancar berbahasa Inggris dan Belanda ia diterima bekerja
di Socony Servie Station. Tetapi ia tidak lama bekerja disana. Ismail kemudian bekerja di
perusahaan dagang KK Nies, yang menjual alat-alat musik dan merekam piringan hitam. Ia
senang bekerja disana karena bisa menyalurkan bakatnya dalam bidang musik.
Sejak usia muda Ismail sudah menguasai berbagai alat musik. Sekitar tahun 1936 Ismail
bergabung dengan perkumpulan orkes Lief Java pimpinan Hugo Dumas. Disanalah
kemampuannya meningkat pesat. Ia sangat kreatif mengaransemen lagu beragam genre, lagulagu Barat, irama keroncong, maupun langgam Melayu. Ia yang pertama memperkenalkan
instrument akordean kedalam langgam Melayu sebagai pengganti harmonium pompa.
Sejak itu ia memperoleh kesempatan tampil dalam siaran Nederlands Indische Omroap
Maatschapij dan tidak pernah meninggalkan dunia radio. Kegiatannya lebih banyak
menggubah dan mengaransemen lagu-lagu. Saat pendengar radio meminta Lief java
menyiarkan lagu-lagu Hawaii juga, maka dibentuk sebuah Band Hawaiian dengan nama
Sweet Java Islander yang diisi oleh Ismail, Victor Tobing, Hasan Basri, Pek De Rosario,dan
Hardjomuljo.
Karya-karya Ismail pertama mulai direkam ke piringan hitam pada 1937 yang disambut
hangat oleh para penggemar musik. Diantara lagu yang direkam antara lain O Sarinah, Ali
Baba Rumba, dan Olhe Lheu Dari Kotaradja. Setahun kemudian Ismail mengisi suara dalam
film Terang Bulan yang diperankan oleh Rd. Muchtar dalam lagu Duduk Termenung, karena
bintang film itu tidak sanggup menyanyikannya. Kesuksesan di dunia film membuatnya
diundang ke Malaysia dan Singapura dalam serangkaian pementasan.
Salah satu lagu yang ia ciptakan pada 1939 berjudul Als De Orchideen Bloeien, sangat
memikat hati penggemar di seluruh tanah air bahkan hingga ke negeri Belanda. Pemancar
Radio Hilversium, Nederland, sering menyiarkan lagu itu atas permintaan pendengar.
Pada masa penjajahan Jepang ia melakukan perlawanan dengan caranya sendiri melalui
lagu. Ia menggubah lagu Bisikan Tanah Air serta lagu Indonesia Pusaka. Ia pernah dipanggil
oleh Kenpetai untuk dimintai penjelasan saat lagu itu disiarkan secara luas di radio. Ia juga
membuat lagu perjuangan untuk Peta (Pembela Tanah Air), yaitu mars Gagah Perwira. Lagu
Rayuan Pulau Kelapa ia ciptakan tahun 1944. Ia tidak sendiri, karena komposer lain seperti
Cornel Simandjuntak membuat lagu yang menggugah semangat, Maju Tak Gentar, dan
Kusbini membuat lagu yang membangkitkan perasaan Bagimu Negeri.

Indonesia tanah air


beta Pusaka abadi
nan jaya Indonesia
sejak dulu kala Tetap
di puja-puja bangsa

Ismail menikah pada 1940 dengan Eulis Zuraidah. Sampai


akhir hayatnya Ismail tidak dikaruniai anak. Tetapi ia memiliki
seorang anak angkat bernama Rachmi Aziah.
Pada tahun 1956 Ismail jatuh sakit. Lagu terakhir yang ia
ciptakan yang dibuat pada masa sakit berjudul Inikah bahagia?
Pada tanggal 25 Mei 1958 di Jakarta, Ismail meninggal dunia di
usia 44 tahun.

Reff :Di sana tempat


lahir betaDibuai
dibesarkan
bundaTempat
berlindung di hari
tuaTempat akhir
menutup mata

INDONESIA RAYA
WR Soepratman atau Wage Rudolf
Soepratman dilahirkan pada tanggal 9 Maret 1903 tepatnya hari Senin
Wage, di Jatinegara Jakarta. Tapi ada pula versi yang menyebutkan
kelahirannya adalah tanggal 19 Maret. Ia adalah anak dari seorang
sersan di Batalyon VIII yang bernama Senen. WR Soepratman adalah
tujuh bersaudara. Salah satu kakaknya yang juga ikut menorehkan
sejarah kesuksesan beliau adalah Roekijem yang bersuamikan
seorang Belanda yang bernama Willem van Eldik.
Ketika WR Soepratman berumur 11 tahun, ia ikut kakaknya
Roekitjem yang berdomisili di Makassar. WR Soepratman kemudian
disekolahkan oleh kakak iparnya.
WR Soepratman kemudian mendalami bahasa Belanda selama 3
Hiduplah tanahku
tahun yang kemudian berlanjut ke Normaalschool. Pada tahun 1923
Hiduplah negriku
yaitu ketika WR Soepratman telah menamatkan pendidikannya, ia
lalu menjadi guru di Sekolah Angka 2. Pada tahun 1925, ijazah Klein
Ambtenaar
miliknya keluar.
Setelah keluar dari guru di Sekolah Angka 2, WR Soepratman kemudian bekerja di sebuah
perusahaan dagang yang di Ujung Pandang. WR Soepratman kemudian beralih profesi
menjadi wartawan surat kabar Kaoem Moeda di Bandung yang kemudian berpindah ke surat
kabar Sin Poo di Jakarta. Pada saat itulah, WR Soepratman banyak bergaul dengan tokoh
pergerakan nasional dan dirinya mulai tertarik dengan pergerakan nasional.
Dari hubungannya dengan tokoh-tokoh nasionalis tersebut, timbullah rasa benci terhadap
Belanda yang kemudian ia tuliskan rasa tidak senang itu di sebuah buku karangannya yang
berjudul Perawan Desa. Buku itu memberikan inspirasi banyak orang agar bersatu untuk
melawan Belanda sehingga buku tersebut dilarang beredar oleh Belanda.
WR Soepratman kemudian berpindah tugas di kota Singkang, namun kemudian WR
Soepratman mengundurkan diri dari wartawan dan pulang kembali ke rumah kakaknya,
Roekitjem di Makassar.
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah
darahku
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia
kebangsaanku
Bangsa dan Tanah
Airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu

Roekitjem adalah seorang yang ahli bermain musik biola dan sandiwara. Banyak hasil
kreasinya baik itu musik biola atau sandiwara yang kemudian dipentaskan di mes militer.
Keahlian sang kakak ini kemudian menarik minat WR Soepratman akan musik. Beliau
akhirnya banyak belajar musik dari sang kakak dan membaca buku-buku musik milik
kakaknya. Beliau juga diajari musik oleh kakak iparnya yaitu suami Roekitjem. WR
Soepratman menunjukkan kemajuannya dalam bermain musik, beliau bahkan sudah bisa
menggubah lagu. Suatu hari, WR Soepratman membaca suatu majalah yang bernama majalah
Timbul yang isinya menantang para ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu
kebangsaan.
Mengetahui hal ini, WR Soepratman merasa tertantang untuk ikut menciptakan karya
luhur tersebut. WR Soepratman lalu menggubah lagu yang kemudian pada 1924 terciptalah
lagu Indonesia Raya karyanya.
Pada tahun 1928 bulan Oktober, diadakanlah Kongres Pemuda II dimana para tokoh
pergerakan nasional dan perwakilan para pemuda seluruh Indonesia berkumpul untuk
menyatukan visi mencapai Indonesia Merdeka. Di situ WR Soepratman juga hadir dan
pertama kalinya beliau memperdengarkan lagu Indonesia Raya secara instrumental dengan
biola (tanpa syair). Mengapa dikumandangkan lagu Indonesia Raya itu secara instrumental?
Hal ini adalah usulan Soegondo Djojopuspito, salah satu tokoh pergerakan nasional, dengan
alasan menjaga situasai politik dan kondisi saat itu. Banyak hadirin terpukau dengan lagu itu.
Lagu tersebut telah berhasil mewakili keinginan rakyat Indonesia untuk segera merdeka dari
Belanda.
Sesudah kongres itu, lagu Indonesia raya selalu diperdengarkan di kongres politik dan
kongres nasional lainnya.
Belanda begitu khawatir akan efek persatuan yang ditimbulkan oleh lagu itu. Akhirnya
Belanda selalu memburu WR Soepratman yang telah menciptakan lagu tersebut. Karena
selalu menghindar dari kejaran polisi Belanda, W Soepratman akhirnya kelelahan dan jatuh
sakit di Surbaya. WR Soepratman juga menciptakan lagu Matahari Terbit pada tahun 1938,
ia kemudian menyiarkan lagu tersebut bersama pandu-pandu NIROM di jalan Embong
Malang yang akhirnya membuatnya benar-benar ditangkap oleh Belanda dan dijebloskan di
penjara Kalisosok Surabaya.
Kesehatannya yang menurun drastis ditambah tekanan fisik serta psikis karena diburu oleh
Belanda membuat WR Soepratman akhirnya jatuh sakit dan meninggal dunia pada hari Rabo
Wage, tanggal 17 Agustus 1938. Beliau meninggal dunia tepatnya di Jl Mangga no 21
Surabaya dan dimakamkan secara Islam di Makam Umum Kapasan, Jl. Kenjeran Surabaya.

BAGIMU NEGERI
Seniman kelahiran 1 Januari 1910 di Desa Kemlagi, Mojokerto, Jawa Timur ini, memulai
kariernya bersama Jong Indisce Stryken Tokkel Orkest (Jitso), sebuah kumpulan musik
keroncong di Surabaya. Merasa belum puas dengan pengetahuan musik yang didapatnya
secara otodidak, Kusbini mengikuti pendidikan musik Apollo di Malang. Sembari belajar,
Kusbini yang mendapat julukan 'buaya keroncong' dari teman-temannya ini, terus tampil
sebagai Lihat Daftar Penyanyi
penyanyi keroncong dan pemain biola pada siaran Nirom dan Cirvo di Surabaya.
Selain lagu Bagimu Negeri, Kusbini juga mengarang lagu bertemakan semangat
kemerdekaan lainnya seperti Cinta Tanah Air, Merdeka, Pembangunan, Salam Merdeka.
Selain itu, ia mencipta puluhan lagu keroncong, seperti Keroncong Purbakala, Pamulatsih,
Bintang Senja Kala, Keroncong Sarinande, Keroncong Moresko, Dwi Tunggal, dan

Ngumandang Kenang. Salah satu lagu keroncong yang bertemakan semangat kemerdekaan
adalah Kewajiban Manusia. Lagu ini mengajak bangsa Indonesia untuk terus menggalang
persatuan dalam mencapai kemerdekaan.
Kusbini pernah menjadi pemain musik dan Lihat Daftar Penyanyi
penyanyi untuk perusahaan rekaman piringan hitam Hoo Soen Hoo. Saat itu, sekitar tahun
1935 hingga 1939, kariernya mulai menanjak dan namanya semakin dikenal. Terutama saat
dia mulai mendalami dan berkarya lewat lagu-lagu keroncong dan stambul.
Kiprah Kusbini kian mengharumkan namanya pada 1941. Saat itu ia mendapat kesempatan
untuk bermain film dimana sejumlah lagu digunakan untuk mengisi musik yang khusus
diciptakan untuk film Jantung Hati dan film Air Mata Ibu.
Pada masa pendudukan Jepang, Kusbini sempat bekerja di Radio Militer Hooso Kanri
Kyoku dan Pusat Kebudayaan Jepang di bidang musik. Pada masa itu Kusbini banyak bekerja
sama dengan Komponis
Ismail Marzuki, Cornel Simanjuntak, Sastrawan, Redaktur Balai Pustaka (1941)
Sanusi Pane, dan seniman lainnya.
Kusbini yang juga ikut menyempurnakan teks lagu kebangsaan Komponis
Indonesia Raya ini memperoleh penghormatan dari pemerintah berupa Anugerah Seni
Pemerintah Republik Indonesia.
Ia wafat pada 28 Februari 1991 di kediamannya yang sederhana di Pengok, Wakil Presiden
Republik Indonesia (1972-1978)
Yogyakarta dan dikebumikan dengan iringan musik lagu Perdamaian yang diciptakannya
sendiri.
MAJU TAK GENTAR
Seorang komponis, lahir di Pematang Siantar,
Sumatera Utara 1921. Ia seorang autodidak,
Maju tak gentarMembela
yang benar Maju tak
pendidikan teori dan praktek musik diperoleh dari
gentar Hak kita diserang
pater Yesuit J. Schouten semasa ia bersekolah guru
Maju serentak Mengusir
HIK Xaverius College di Muntilan, Jawa Tengah. Ia
penyerangMaju
meninggal tanggal 15 September 1946 karena
serentakTentu kita kita
penyakit paru-paru yang dideritanya akibat
menang
kehidupan tak teratur selama masa perjuangan
Padamu negeri kami
kemerdekaan, di mana ia ikut ambil bagian secara
Reff :Bergerak negeri
berjanjiPadamu
aktif. Tak banyak karya yang ditinggalkan,
bergerakSerentak
kami
berbaktiPadamu
diantaranya terutama lagu-lagu yang semuanya
SerentakMenerkam
negeri
kami
menunjukkan daya cipta indah dan kecakapan
Menerjang Terkamnegeri
mengabdiBagimu
musiknya yang kuat. Melodinya indah dan penuh
jiwa raga kami
charme, seperti pada Mekar Melati dan Mari
Tak gentar tak
Berdendang. Lagu-lagu Kemuning dan 0, Angin
gentarMenyerang
kecuali dengan lirik hangat mengharukan, juga
menyerangMajulah
mengandung cita rasa dramatik.
majulah menang
Dari rencana gubahan opera Madah Kelana, hanya
sebagian kecil dapat diselesaikan, akan tetapi lagulagu mars perjuangan dan lagu-lagu patriotik
gubahannya yang dinyanyikan di seluruh Indonesia, memegang peranan sangat

penting dalam menggerakkan semangat perjuangan semasa revolusi fisik. Di


antara lagu-lagu jenis ini termasuk Maju Tak Gentar, Tanah Tumpah Darah,
Padamu Pahlawan, Teguh Kukuh Berlapis Baja, Indonesia Tetap Merdeka yang
lebih terkenal sebagai Sorak-Sorak Bergembira, yang umumnya digubahnya
ketika ia dirawat di Sanatorium Pakem, Yogyakarta.
Di masa pendudukan Jepang, ketika bekerja di Keimin Bunka Shidosho,
diciptakannya banyak lagu berbau propaganda, tetapi mempunyai arti penting
sebagai latihan penciptaan bagi dirinya dan pendidikan musik untuk rakyat.
Diantaranya ialah Menanam Kapas, Menabung, Bekerja, Bikin Kapal,
Hancurkanlah Musuh Kita yang lebih dikenal sebagai Awaslah Inggris dan
Amerika. Karya-karyanya yang lain: Citra, 0 Ale Alogo, Kupinta Lagi, Adigan ma,
Di na laho Maridi. Secara anumerta dianugerahi Satya Lencana Kebudayaan oleh
Pemerintah RI tahun 1961. Kerangka jenazahnya tanggal 10 November 1980
dipindahkan dari pemakaman umum ke Taman
Makam Pahlawan Kusuma Negara, Yogyakarta.
Satu nusa

Satu bangsa
Satu bahasa kita

SATU NUSA SATU BANGSA

Liberty Manik (Sidikalang, Sumatra


Utara 1924 - 16 September 1993) adalah
seorang komponis dan pengajar musik di
Institut Seni Indonesia (Yogyakarta). Ia juga
dikenal sebagai filolog (ahli bahasa) Batak
Indonesia pusaka
kuno.
Indonesia tercinta
DR.L.Manik adalah seorang tokoh idealis
Nusa bangsa
dan sangat mencintai bangsanya (Indonesia)
Dan Bahasa
dan Sukunya (Batak), untuk mengetahui
sekedarnya tentang DR. MAnik kita baca
cuplikan rekannya yang bernama Alfred sbb:
Tanah air
Pasti jaya
Untuk Selama-lamanya

Ketika Alfred ke Jakarta, Manik kemudian studi ke Jerman. Manik


berhasil memperoleh gelar doktor filsafat dengan magna cum laude di
Universitas Frein. Disertasinya berjudul Das Arabische Tonsysten Im
Mittelalter adalah pengkajian kitab-kitab musik para filsuf muslim seperti
Al-Kindi, Al-Farabi, dan Ihwan al-Safa. "Luar biasa, sayang tak banyak
orang tahu soal itu," kata Alfred.
Liberty Manik, pria berdarah Batak yang lahir di Sidikalang,
Sumatra Utara, meninggal pada 16 September 1993 pada usia 69 tahun.
Sepanjang hidupnya, Ia tak hanya menjadi pencipta lagu, ia juga
pengajar musik di Institut Seni Indonesia (Yogyakarta) yang dikenal
sebagai filolog (ahli bahasa) Batak kuno. Ia melakukan kajian yang
mendalam mengenai Gondang, musik khas Batak.
Pendidikan
Setelah menyelesaikan pendidikan dasar melanjutkan ke sekolah
keguruan HIK di Muntilan (Jawa Tengah). Menyelesaikan studi doktor
musik di Universitas Berlin (Jerman) dengan predikat cum laude.
Disertasinya mengenai musik Arab pada zaman Abad Pertengahan.

I.

Mencari 15 alat musik(tradisional&modern)


# 5 alat musik melodis

{TRADISIONAL}

{MODERN}
#5 alat musik harmonis

{TRADISIONAL}

{MODERN}

#5 alat musik ritmis

{TRADISIONAL}

{MODERN}

II.

Mencari 10 motif ukir nusantara

Anda mungkin juga menyukai